oleh : dinda syarifah fajrin sekolah tinggi ilmu …eprints.perbanas.ac.id/3525/1/artikel.pdf ·...
TRANSCRIPT
PENGARUH KEBIJAKAN DIVIDEN, LEVERAGE, PROFITABILITAS DAN
KESEMPATAN INVESTASI TERHADAP KEPUTUSAN INVESTASI
PADA PERUSAHAAN PROPERTY DAN REAL ESTATE
DI BEI PERIODE 2012-2016
ARTIKEL ILMIAH
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Penyelesain
Program Pendidikan Sarjana
Program Studi Akuntansi
Oleh :
DINDA SYARIFAH FAJRIN
NIM : 2014310793
SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI PERBANAS
S U R A B A Y A
2018
1
THE EFFECT OF DIVIDEND POLICY, LEVERAGE, PROFITABILITY AND
INVESTMENT OPPORTUNITIES ON INVESTMENT DECISION
OF PROPERTY AND REAL ESTATE COMPANY IN INDONESIA
STOCK EXCHANGE PERIOD 2012-2016
Dinda Syarifah Fajrin
STIE Perbanas Surabaya
Email : [email protected]
ABSTRACT
This study aims to determine the influence of dividend policy, leverage, profitability, and
investment opportunities to investment decisions on property and real estate sector in
Indonesia Stock Exchange period 2012-2016. The sample of research used 49 samples of
property and real estate company. The type of data used is secondary data from each
company property and real estate and sampling is done by purposive sampling. Data analysis
using multiple regression analysis, method which initial by classical test for normality test,
multicolinearity test, heteroscedasticity test and autocorrelation test. Hypothesis testing is
done by using F test, determinant coefficient test and t test. The results of this study indicate
that the variable profitability and investment opportunities effect on investment decisions,
while variable dividend policy and leverage have no affect on investment decisions of
property companies and real estate.
Keywords : Investment decision, dividend policy, leverage, profitability,investment
opportunities.
PENDAHULUAN
Indonesia merupakan Negara
berkembang yang memiliki potensi
ekonomi dan teknologi yang tinggi.
Potensi tersebut mulai diperhatikan di
dunia Internasional, hal ini dapat dilihat
dengan bergeraknya roda perekonomian.
Terutama pada perkembangan bisnis
property dan real estate di Indonesia yang
mengalami kenaikan sangat tajam
(indonesia-investment.com). Perusahaan
property dan real estate merupakan salah
satu sektor industri yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia (BEI). Industri real estate
merupakan perusahaan property yang
bergerak dalam bidang penyediaan,
pengadaan, serta pematangan tanah bagi
keperluan usaha-usaha industri. Bisnis
property dan real estate memberikan
peluang dan kesempatan yang cukup
terbuka untuk berkembang.
Salah satu faktor yang memicu untuk
berkembang, yaitu dilihat dari tingginya
demand atau permintaan atas ketersediaan
bangunan masih jauh lebih banyak
dibandingkan dengan supply atau
penawaran yang disediakan oleh
perusahaan property dan real estate
(liputan6.com, 2017). Terbukanya peluang
tersebut, tentunya menjadi suatu
kesempatan untuk mengundang para
investor asing maupun domestik untuk
dapat berinvestasi di dalam negeri,
sehingga dana akan mengalir ke Indonesia
melalui penanaman modal asing, dan dapat
2
memberikan profit untuk membantu
pertumbuhan bisnis property dan real
estate di Indonesia (Raudhatul, 2014).
Seiring dengan perkembangan sektor
property dan real estate dianggap menjadi
salah satu sektor yang mampu bertahan
dari kondisi ekonomi secara makro di
Indonesia. Hal tersebut terbukti dengan
semakin banyaknya sektor property dan
real estate yang memperluas landbank
(aset berupa tanah) maupun melakukan
ekspansi bisnis.
Tabel 1.1
Indeks Saham
Tahun Awal
Tahun
Akhir
Tahun
2012 30.311 45.257
2013 45.149 60.039
2014 62.030 89.935
2015 90.542 90.100
2016 89.028 98.994
Sumber: indonesia-investment.com
Pada tabel 1.1 menunjukkan bahwa
indeks pada tahun 2012 sampai 2016 dari
perusahaan property dan real estate
mengalami kenaikan, hal tersebut
membuktikan bahwa keadaan pasar
property dan real estate dalam keadaan
aktif. Bukan hanya itu saja yang membuat
perusahaan property dan real estate lebih
menarik dibandingkan dengan sektor lain,
tetapi alasan yang lain adalah karena harga
dari property selalu naik, produk
investasinya nyata dan lebih aman karena
pemilik bisa mengendalikan sendiri
investasinya (properti.kompas.com).
Investasi sering disebut juga dengan
istilah penanaman modal atau
pembentukan modalyang merupakan suatu
komponen kedua yang menentukan tingkat
pengeluaran gabungan. Pengeluaran dapat
dikatakan investasi jika para pengusaha
menggunakan uang tersebut untuk
membeli barang-barang modal dan sebuah
peralatan produksi yang bertujuan untuk
mengganti dan menambah suatu barang-
barang modal dalam suatu perekonomian
yang akan digunakan untuk
memproduksikan barang dan jasa di masa
depan (Enjang, 2015). Tujuan utama
perusahaan, yaitu memaksimumkan
kemakmuran pemilik (pemegang saham),
maka dalam menilai keputusan investasi
jangka panjang juga harus mengacu pada
tujuan tersebut, dengan kata lain keputusan
investasi harus dinilai dalam hubungannya
dengan kemampuan untuk menghasilkan
keuntungan yang sama ataulebih besar dari
yang disyaratkan oleh pemilik modal atau
investor.
Keputusan Investasi merupakan
segala keputusan manajerial yang
dilakukan untuk mengalokasikan dana
pada berbagai macam aset. Keputusan
investasi sering juga disebut sebagai
capital budgetingyakni keseluruhan proses
perencanaan dan pengambilan keputusan
mengenai pengeluaran dana, yang jangka
waktu kembalinya dana tersebut melebihi
satu tahun (Riskin, 2010). Keputusan
investasi berkaitan dengan proses
pemilihan satu atau lebih alternatif
investasi yang dinilai menguntungkan
dengan proses pemilihan satu atau lebih
alternatif yang dinilai menguntungkan dari
sejumlah alternatif investasi yang tersedia
di perusahaan.
Pada usulan investasi yang
manfaatnya akan direalisasikan dimasa
yang akan datang harus dipertimbangkan
dengan cermat. Harus diperhatikan faktor
yang dapat mempengaruhi keputusan
investasi. Faktor-faktor yang
mempengaruhi keputusan investasi, antara
lain kebijakan dividen, leverage,
profitabilitas dan kesempatan investasi
(Rahmiati dan Putri, 2015).
Dividen adalah proporsi pembagian
laba perusahaan kepada para pemegang
saham perusahaan tersebut. Kebijakan
Dividen adalah keputusan terkait dengan
para hak pemegang saham atas laba
3
perusahaan. Menurut Agus (2014 : 281)
menyatakan bahwa kebijakan dividen yang
optimal yaitu kebijakan dividen yang
menghasilkan keseimbangan antara
dividen saat inidan pertumbuhan dimasa
yang akan datang serta memaksimalkan
harga saham perusahaan, yang pada
akhirnya dapat memaksimumkan nilai
perusahaan serta kemakmuran pemegang
saham. Kebijakan dividen yang diterapkan
oleh suatu perusahaan dapat menjadi suatu
daya tarik investor dalam melakukan
investasi saham. Pada penelitian terdahulu
yang dilakukan oleh Meygawan (2012)
dan Desak dan Gede (2016) menyatakan
bahwa kebijakan dividen tidak
berpengaruh. Penelitian yang dilakukan
Rahmiati dan Putri (2015) menyatakan
bahwa kebijakan dividennegatif dan
berpengaruh terhadap keputusan investasi,
sedangkan penelitian yang dilakukan
Vivian (2013) dan Wawan dkk (2016)
menyatakan bahwa kebijakan dividen
berpengaruh signifikan terhadap keputusan
investasi.
Mahaputra dan Wirawati (2014)
menyatakan bahwa leverage merupakan
tingkat hutang yang digunakan perusahaan
untuk membiayai kegiatan operasionalnya.
Tingkat hutang yang tinggi pada suatu
perusahaan dapat mengancam para
investor karena perusahaan lebih
mengutamakan pemenuhan kewajibannya
atas hutang yang dimiliki daripada dividen
yang harus dibayarkan kepada para
shareholders. Para pemegang saham dapat
mempertahankan kendali mereka dengan
perusahaan yang sekaligus membatasi
investasinya yang telah diberikan oleh
pihak perusahaan yang akan mereka
berikan (Meygawan, 2012). Penelitian oleh
Desak Gede Sari Kusumadewi dan Gede
Mertha Sudhiartha (2016), Wawan Utomo,
Rita Andini dan Kharis Raharjo (2016),
Jummulyanti dan Muthia (2015),Vivian
(2013) dan Meygawan (2012) menyatakan
bahwa hutang tidak berpengaruh terhadap
keputusan investasi, sedangkan dalam
penelitian Nurul (2010) menyatakan
bahwa hutang berpengaruh terhadap
keputusan investasi.
Penilaian mengenai sejauh mana
perusahaan mampu menghasilkan laba
pada tingkat yang diterima atau pada
periode tertentu, juga memerlukan suatu
ukuran dalam persentase yang disebut
sebagai profitabilitas. Profitabilitas dapat
mencerminkan kinerja perusahaan dan
tujuan perusahaan dimasa yang akan
datang, dan investor akan melihat kinerja
perusahaan dari profitabilitas perusahaan
tersebut.
Hubungan profitabilitas berkaitan
dengan keputusan investasi yaitu sebagai
pengaturan anggaran dan proyeksi
keuntungan. Semakin tinggi tingkat
profitabilitas suatu perusahaan akan
semakin menarik minat investor dalam
menanamkan modalnya pada perusahan
tersebut (Rahmiati dan Putri, 2015).
Pernyataan tersebut searah dengan hasil
penelitian yang dilakukan oleh Wawan
dkk. (2016) dan Nurul (2010), yang
menunjukkan bahwa profitabilitas
berpengaruh positif terhadap keputusan
investasi. Penelitian terdahulu yang
dilakukan Rahmiati dan Putri Nurul (2015)
menunjukkan profitabilitas tidak
berpengaruh terhadap keputusan investasi,
sedangkan penelitian yang dilakukan
Meygawan (2012) dan Vivian (2013)
mengungkapkan bahwa profitabilitas
berpengaruh negatif terhadap keputusan
investasi.
Kebijakan dividen, hutang dan
profitabilitas, keputusan investasi juga
dipengaruhi oleh investment opportunity
set (IOS) atau bisa disebut kesempatan
investasi (Jummulyanti dan Muthia, 2015).
Menurut Kusumadewi dan Baldric (2009)
Investment Opportunity Set adalah
kombinasi antara aktiva rill (asset in place)
dengan alternatif investasi dimasa depan
yang mempunyai nilai bersih sekarang
yang positif.Sedangkan, menurut Yenny
(2013) Investment Opportunity Set
merupakan nilai sekarang dan pilihan
perusahaan untuk membuat investasi di
4
masa mendatang. Disimpulkan bahwa
investment opportunity set bersifat tidak
dapat diobservasi, sehingga perlu dipilih
suatu proksi yang dapat dihubungkan
dengan variabel lain dalam perusahaan.
Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh
Riskin (2010), Jummulyanti dan Muthia
(2015), Rahmiati dan Putri (2015), Desak
Gede Sari Kusumadewi dan Gede Mertha
Sudhiartha (2016), Wawan Utomo, Rita
Andini dan Kharis Raharjo (2016),
menyatakan bahwa kesempatan investasi
berpengaruh terhadap keputusan investasi.
Adanya fenomena yang terkait
dengan perusahaan property dan real
estate yang telah dijelaskan bahwa sektor
property dan real estate merupakan efek
dari kondisi makro ekonomi dan indeks
sektor property dan real estate pada tahun
2012-2016 selalu mengalami kenaikan
yang signifikan, serta beberapa hasil yang
menunjukkan adanya research gap yang
menjadi dasar dalam penelitian kali ini.
Maka pada penelitian ini bertujuan untuk
menentukan keputusan yang aman yang
dinilai baik dan tepat dalam mengambil
investasi yang mempengaruhi keputusan
investasi sulit untuk diukur, karena hal
tersebut mendorong penulis untuk
melakukan riset untuk melihat “Pengaruh
Kebijakan Dividen, Leverage, Profitabilitas
Dan Kesempatan Investasi Terhadap
Keputusan Investasi Pada Perusahaan Property
Dan Real Estate Di Bei Periode 2012-2016”.
RERANGKA TEORITIS HIPOTESIS
YANG DIPAKAI DAN HIPOTESIS
Pecking Order Theory
Pecking order theory merupakan
teori yang menjelaskanbagaimana urutan-
urutan penggunaan dana apabila
perusahaan ingin berinvestasi. Dalam teori
ini diungkapkan bahwa hal utama yang
dilakukan untuk mendanaiinvestasi
tersebut adalah melalui sumber dana
internal perusahaan karena biayanya lebih
murah. Bila dana eksternal dibutuhkan,
perusahaan akan memilih utang karena
dipandang lebih aman daripada
menerbitkan ekuitas baru sebagai pilihan
untuk memenuhi kebutuhan investasi
Teori pecking order ini membuat hirarkhi
sumber dana, yaitu dari internal (laba
ditahan), dan eksternal (utang dan
saham).
. Biaya yang dikeluarkan sebagai
akibat pecking order ini adalah biaya
transaksi dan pengeluaran saham baru dan
biaya-biaya yang timbul sebagai akibat
informasi yang dimiliki oleh pihak
manajemen mengenai prospek perusahaan.
Prediksi pecking order theory terhadap
pendanaan perusahaan merupakan hal
yang lebih kompleks. Dalam pecking order
theory, hutang secara khusus akan naik
pada saat kesempatan investasi melebihi
laba ditahan dan turun pada saat
kesempatan investasi kurang dari laba
ditahan. Apabila profitabilitas dan
pengeluaran invetasi tetap, perusahaan
dengan profitabilitas yang tinggi akan
menggunakan pendanaan hutang yang
rendah. Sementara itu pada investasi yang
memberikan profit, maka pendanaan
hutang akan naik jika kesempatan investasi
perusahaan meningkat.
Signalling Theory
Teori sinyal mengemukakan tentang
bagaimana seharusnya perusahaan
memberikan sinyal-sinyal pada pengguna
laporan keuangan. Jogiyanto (2014 : 392)
informasi yang dipublikasikan sebagai
suatu pengumuman akan memberikan
sinyal bagi investor dalam pengambilan
keputusan investasi. Sinyal yang diberikan
investor ini berupa informasi atas apa yang
telah dilakukan oleh manajemen untuk
mencapai keinginan atau tujuan pemilik.
Signalling Theory memiliki
hubungan dengan keputusan investasi
yang akan dilakukan oleh investor, disaat
laporan keuangan yang dilaporkan
perusahaan memberikan informasi yang
positif maka investor akan memberikan
respon yang positif dengan meng-
5
investasikan dananya pada perusahaan
tersebut.
Kebijakan dividen yang dimiliki
perusahaan akan memberikan sinyal positif
karena para investor menganggap
perusahaan memiliki tanggung jawab
untuk memenuhi kewajibannya atas dana
yang telah diinvestasikan oleh para
investor. Tingkat hutang yang tinggi pada
suatu perusahaan memberikan sinyal
negatif, karena perusahaan tersebut
memiliki tanggung jawab yang tinggi
untuk dapat melunasi hutang-hutangnya
yang mengakibatkan menurunnya minat
investor untuk berinvestasi. Profitabilitas
yang tinggi dapat diartikan oleh pihak
eksternal sebagai sinyal positif atas kinerja
perusahaan yang baik. Kesempatan
investasi merupakan nilai perusahaan yang
besarnya tergantung pada pengeluaran-
pengeluaran yang ditetapkan manajemen
dan merupakan hasil dari pilihan-pilihan
untuk membuat investasi di masa yang
akan datang, sehingga perusahaan
memiliki kesempatan investasi yang tinggi
dan perusahaan akan mudah untuk
melakukan investasi karena investor akan
tertarik untuk membeli saham perusahaan
(Riskin, 2010).
Keputusan Investasi
Kasmir dan Jakfar (2012 : 8)
menjelaskan bahwa investasi merupakan
penanaman modal dalam suatu kegiatan
yang memiliki jangka waktu yang relative
panjang dalam berbagai bidang usaha.
Investasi juga dapat didefinisikan sebagai
bentuk penundaan konsumsi di masa
sekarang untuk memperoleh konsumsi di
masa yang akan datang, di mana di
dalamnya terkandung unsur risiko
ketidakpastian sehingga dibutuhkan
kompensasi atas penundaan tersebut
(Martalena dan Malina, 2011 : 1).
Menurut I Made (2011 : 3)
keputusan investasi adalah keputusan
keuangan (financing decision) tentang
aktiva mana yang harus dibeli perusahaan.
Sedangkan menurut Edi (2012 : 5)
keputusan investasi adalah masalah
bagaimana manajer keuangan harus
mengalokasikan dana ke dalam bentuk-
bentuk investasi yang akan dapat
mendatangkan keuntungan dimasa yang
akan datang. Menurut Tandelilin (2010 :
11) ada lima tahap dalam proses
pembuatan keputusan investasi yiatu: 1)
penentuan tujuan, 2) penentuan kebijakan
investasi, 3) pemilihan strategi portafolio,
4) pemilihan aset, dan 5) pengukuran dan
evaluasi kinerja portofolio.
Adanya keputusan investasi maka
diperlukan dana yang dapat membelanjai
investasi. Dari hal tersebut, munculah
masalah bagaimana perusahaan dapat
memperoleh dana yang dibutuhkan untuk
membiayai investasi yang direncanakan.
Masalah ketersediaan dana itulah yang
menjadi faktor yang mempengaruhi
keputusan investasi.
Kebijakan Dividen
Dividen adalah proporsi pembagian
laba perusahaan kepada para pemegang
saham perusahaan tersebut. Dividen yang
dibagikan perusahaan dapat berupa dividen
tunai, artinya kepada setiap pemegang
saham diberikan dividen berupa uang tunai
dalam jumlah rupiah tertentu untuk setiap
saham.
Kebijakan Dividen adalah keputusan
terkait dengan para hak pemegang saham
atas laba perusahaan. Bagi para investor,
dividen merupakan hasil yang diperoleh
dari saham yang dimiliki, selain capital
gain yang didapat apabila harga jual saham
lebih tinggi dibanding harga belinya.
Leverage
Leverage (tingkat hutang)
merupakan tingkat hutang yang digunakan
untuk membiayai aktivitas operasional
perusahaan. Tingkat hutang yang tinggi
dapat digunakan investor sebagai dasar
dalam pengambilan keputusan investasi
karena tingkat hutang yang tinggi dapat
mencerminkan perusahaan tersebut
memiliki tanggung jawab yang tinggi
6
untuk dapat melunasi hutang-hutangnya.
Perusahaan dengan tingkat hutang yang
tinggi akan lebih mengutamakan untuk
melunasi hutangnya daripada membayar
dividen kepada investor.
Profitabilitas
Tujuan akhir yang ingin dicapai
suatu perusahaan yang terpenting adalah
memperoleh laba atau keuntungan yang
maksimal disamping hal-hal lainnya.
Untuk mengukur tingkat keuntungan suatu
perusahaan, digunakan rasio keuntungan
atau rasio profitabilitas. Profitabilitas
merupakan salah satu pengukuran bagi
kinerja suatu perusahaan, profitabilitas
suatu perusahaan menunjukan kemampuan
suatu perusahaan dalam menghasilkan laba
selama periode tertentu pada tingkat
penjualan, asset dan modal saham tertentu.
Profitabilitas suatu perusahaan akan
mempengaruhi kebijakan investor atas
investasi yang dilakukan. Kemampuan
perusahaan untuk menghasilkan laba yang
tinggi akan menarik minat investor dalam
menanamkan dananya pada perusahaan
tersebut, sebaliknya tingkat profitabilitas
yang rendah akan menyebabkan investor
menarik dananya. Sedangkan bagi
perusahaan, profitabilitas dapat digunakan
sebagai evaluasi atas efektivitas
pengelolaan perusahaan. Profitabilitas
dapat digunakan untuk melihat
kelangsungan perusahaan di masa yang
akan datang.
Kesempatan investasi
Kesempatan investasi (Investment
Opportunity Set) menunjukkan
kemampuan perusahaan untuk
memperoleh keuntungan dari prospek
pertumbuhan. IOS(Investment Opportunity
Set) merupakan nilai perusahaan yang
besarnya tergantung pada pengeluaran-
pengeluaran yang ditetapkan manajemen
dimasa akan datang, yang pada saat ini
merupakan pilihan-pilihan investasi yang
diharapkan akan menghasilkan return yang
lebih besar. Investment Opportunity Set
menurut Kusumadewi dan Baldric (2009)
merupakan kombinasi antara asset in place
(aktiva rill) dengan alternative dimasa
depan yang mempunyai nilai bersih
sekarang yang positif. Investment
Opportunity Set perusahaan merupakan
sesuatu yang secara melekat tidak dapat
diobservasi, dikarenakan Investment
Opportunity Set merupakan variabel yang
tidak dapat diobservasi, oleh karena itu
diperlukan proksi Norma (2015).
Pengaruh Kebijakan Dividen Terhadap
Keputusan Investasi
Kebijakan dividen adalah kebijakan
yang diambil manajemen perusahaan
untuk memutuskan membayarkan sebagian
keuntungan perusahaan kepada pemegang
saham dari pada menahannya sebagai laba
ditahan untuk diinvestasikan kepada
pemegang saham daripada menahannya
sebagai laba ditahan untuk diinvestasikan
kembali agar mendapatkan capital gains.
kebijakan dividen adalah kebijakan yang
diambil manajemen perusahaan untuk
memutuskan membayarkan sebagian
keuntungan perusahaan kepada pemegang
saham dari pada menahannya sebagai laba
ditahan untuk diinvestasikan kepada
pemegang saham daripada menahannya
sebagai laba ditahan untuk diinvestasikan
kembali agar mendapatkan capital gains.
Sehingga dapat dikatakan bahwa kebijakan
dividen mempengaruhi keputusan
investasi.
Berdasarkan pecking order
theorydiungkapkan bahwa hal utama yang
dilakukan untuk mendanaiinvestasi
tersebut adalah melalui sumber dana
internal perusahaan, seperti contoh dividen
karena biayanya lebih murah. Sedangkan
berdasarkan signaling theory kebijakan
dividen yang dimiliki perusahaan akan
memberikan sinyal positif karena para
investor mengganggap perusahaan
memiliki tanggung jawab untuk memenuhi
kewajibannya atas dana yang telah
diinvestasikan oleh para investor.
7
H1: Kebijakan Dividen berpengaruh
terhadap Keputusan Investasi.
Pengaruh Leverage Terhadap
Keputusan Investasi
Leverage dapat menjadi salah satu
dasar pengambilan keputusan investasi.
Perusahaan yang berani mengambil resiko
hutang yang lebih tinggi akan
menyebabkan manajer perusahaan
tersebut bekerja lebih keras untuk
melunasi segala kewajiban atas hutang-
hutang perusahaan.
Berdasarkan signaling theory yang
menyatakan bahwatingkat hutang yang
tinggi pada suatu perusahaan memberikan
sinyal negatif, karena perusahaan tersebut
memiliki tanggung jawab yang tinggi
untuk dapat melunasi hutang-hutangnya
yang mengakibatkan menurunnya minat
investor untuk berinvestasi. Sedangkan,
pecking order theory jika perusahaan
membutuhkan sumber pendanaan
eksternal, yang pertama perusahaan akan
memilih sumber yang lebih aman yakni
dengan hutang kemudian dengan surat
berharga atau kemungkinan sekuritas
campuran seperti obligasi konversi dan
ekuitas sebagai pilihan terakhir.
H2: Leverage berpengaruh terhadap
Keputusan Investasi.
Pengaruh Profitabilitas Terhadap
Keputusan Investasi
Profitabilitas sangat berhubungan
dengan earning yang diperoleh perusahaan
dan akan mempengaruhi ketersediaan
retained earning yang akan dipergunakan
untuk memenuhi kebutuhan investasi.
Berdasarkan pada pecking order theory
yang dikemukakan oleh Myers dan Majluf
(1984), bahwa penggunaan sumber dana
internal yang diperoleh dari laba yang
dihasilkan perusahaan lebih murah
dibandingkan sumber dana eksternal.
Berdasarkan signaliing theory
profitabilitas yang tinggi dapat diartikan
oleh pihak eksternal sebagai sinyal positif
atas kinerja perusahaan yang baik.
H3: Profitabilitas berpengaruh terhadap
Keputusan Investasi.
Pengaruh Kesempatan Investasi
Terhadap Keputusan Investasi
Harga saham yang tinggi dapat
menarik para investor untuk berinvestasi
pada perusahaan karena menurut para
investor harga saham yang tinggi
menunjukkan nilai perusahaan yang baik,
hal itu akan berdampak terhadap
peningkatan modal perusahaan dimana
dari penambahan modal itu dapat
digunakan oleh perusahaan untuk
berinvestasi sehingga dapat menambah
aset pada perusahaan tersebut. Selain itu
dengan harga saham yang tinggi maka
perusahaan akan mudah memanfaatkan
situasi ini untuk mendapatkan suntikan
dana dari luar berupa pinjaman.
Hal ini dapat dihubungkan dengan
teori keuangan yaitu pecking order theory
yang dikemukakan oleh Myers dan Majluf
(1984), bahwa urutan sumber dana kedua
setelah sumber pendanaan dari dalam
perusahaan (internal financing) adalah
sumber pendanaan dari luar perusahaan
(external financing). Berdasarkan
signaling theory bahwa kesempatan
investasi terjadi apabila pengeluaran
investasi yang dilakukan oleh perusahaan
memberikan sinyal kepada investor dan
kreditur bahwa perusahaan yang tumbuh
ini tidak berhenti berinvestasi sehingga
memiliki kesempatan besar menambah
laba yang akan diperolehnya dimasa
mendatang.
H4: Kesempatan investasi berpengaruh
terhadap Keputusan Investasi.
8
Gambar 1
Kerangka Model Penelitian
METODE PENELITIAN
Klasifikasi Sampel
Dalam penelitian ini populasinya
adalah perusahaan property dan real estate
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dari
tahun 2012-2016. Dari semua sektor
property dan real estate yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia (BEI), peneliti akan
mengambil sampel sesuai dengan kriteria
dibawah ini :
1. Perusahaan property dan real estate
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
pada tahun 2012-2016.
2. Perusahaan property dan real estate
yang membagikan dividen pada tahun
2012-2016.
3. Perusahaan property dan real estate
yang menyediakan komponen-
komponen dalam penelitian pada
tahun 2012-2016.
Data Penelitian
Data yang digunakan untuk
penelitian ini adalah data sekunder. Dalam
bentuk time series dan cross sectional
(pooled data) yang bersifat kuantitatif
berupa angka atau numberic yang
bersumber dari www.idx.co.id pada tahun
2012-2016. Metode pengumpulan data
penelitian ini adalah dalam bentuk
dokumentasi. Teknik dokumentasi ini
dilakukan dengan cara mengumpulkan,
mengkaji dan mencatat data sekunder yang
berupa laporan tahunan (annual report)
dari perusahaan property dan real estate
yang terdaftar di BEI. Kemudian dilakukan
purposive sampling dengan kriteria-
kriteria yang sudah ditentukan. Serta
dilakukan pengamatan dan pengambilan
data dari laporan tahunan perusahaan.
Definisi Operasional Variabel
Keputusan Investasi
Keputusan investasi adalah suatu
keputusan yang diambil untuk
menanamkan modal pada satu atau lebih
aset untuk mendapatkan keuntungan
dimasa yang akan datang atau
permasalahan bagaimana manajer
keuangan harus mengalokasikan dana
kedalam bentuk-bentuk investasi yang
akan datang (Elsa, 2017). Pengukuran
keputusan investasi menggunakan PER
untuk mengukur keputusan investasi.
PER =
Keterangan :
a. Closing Price = Harga Saham
Penutup per31 Desember
b. EPS = Laba bersih setelah pajak /
Jumlah lembar saham yang beredar
Kebijakan Dividen
Kebijakan Dividen merupakan
keputusan apakah laba yang diperoleh
perusahaan akan dibagikan kepada
9
pemegang saham sebagai dividen atau
akan ditahan dalam bentuk laba ditahan
guna pembiayaan investasi di masa datang
(Martono dan Agus, 2010 : 253).
Kebijakan dividen diproksikan
menggunakan dividend payout ratio
atau rasio pembayaran dividen.
Keterangan :
a. DPS = Total dividen yang dibagikan /
Jumlah lembar saham yang beredar
b. EPS = Laba bersih setelah pajak /
Jumlah lembar saham yang beredar
Leverage
Leverage atau tingkat hutang
merupakan proporsi atas penggunaan
utang untuk pembiayaan investasinya
(Agus, 2014 : 120). Leverage diukur
dengan menggunakan Debt to Equity Ratio
(DER) yang dihitung dengan membagi
total liabilitas (liabilities) dengan total
ekuitas pemegang saham (shareholder’s
equity) pada tahun yang bersangkutan.
Debt to Equity Ratio=
Profitabilitas
Profitabilitas merupakan salah satu
pengukuran bagi kinerja suatu perusahaan.
Profitabilitas suatu perusahaan
menunjukan kemampuan perusahaan
dalam menghasilkan laba selama periode
tertentu pada tingkat penjualan, asset dan
modal saham tertentu. Profitabilitas
diproksikan dengan menggunakan ROE.
ROE =
Keterangan :
a. Rata-rata Ekuitas =
Kesempatan Investasi
Kesempatan investasi atau bisa
disebut sebagai Investment Opportunity Set
(IOS) adalah komponen-komponen dari
nilai perusahaan dan merupakan hasil dari
pilihan-pilihan untuk membuat keputusan
investasi dimasa yang akan datang (Riskin,
2010). Kesempatan investasi dalam
penelitian ini diukur dengan menggunakan
market to book value of equity.Market to
book value of equity merupakan proksi
IOS berbasis harga.
Keterangan :
a. Closing Price = Harga Saham Penutup
per 31 Desember
Alat Analisis
Metode analisis yang digunakan
pada penelitian ini yaitu uji asumsi klasik,
analisis data statistik deskriptif, analisis
regresi linier berganda, dan uji hipotesis.
Disamping itu, pengujian kelayakan model
regresi digunakan untuk menilai model
regresi dalam penelitian ini.
Model regresi berganda digunakan
untuk mengetahui apakah terdapat
pengaruh yang signifikan antara satu
variabel terikat dan lebih dari satu variabel
bebas (Made, 2011 : 77). Model regresi
linier berganda dapat menggunakan rumus:
Y = α + β1X1 + β2X2 + β3X3 + β4X4 + e
Keterangan :
Y : Keputusan Investasi
α : Koefisien konstanta
β1,2,3,4 : Koefisien variabel independe
X1 : Kebijakan Dividen
X2 : Leverage
X3 : Profitabilitas
X4 : Kesempatan Investasi
e : Eror
10
HASIL PENELITIAN DAN
PEMBAHASAN
Uji Deskriptif
Tujuan dari statistik deskriptif adalah
untuk mendeskripsikan suatu data yang
akan diteliti. Variabel yang digunakan
dalam penelitian ini antara lain variabel
dependen (Y) yaitu keputusan investasi,
dan variabel independen (X) yaitu
kebijakan dividen, leverage, profitabilitas
dan kesempatan investasi.
Tabel 1
Hasil Analisis Deskriptif
Sumber: Data diolah
Berdasarkan Tabel 1 dapat diketahui
bahwa sampel (N) dalam penelitian ini
berjumlah 51 perusahaan.
1. Keputusan Investasi
Nilai minimum keputusan investasi
(PER) adalah PT. Lamicitra Nusantara
Tbk. Tahun 2013 sebesar 3,74071kali,
sedangkan nilai wajar PER adalah 15 kali
(www.investorpw.com). Hal tersebut
menunjukkan bahwa PER PT. Lamicitra
Nusantara Tbk. Berada dibawah nilai
wajar PER, artinya harga saham PT.
Lamicitra Nusantara Tbk. Terlalu murah
karena permintaan investor yang
ditunjukkan dari harga saham yang rendah
bila dibandingkan dengan EPS yang
dibagikan.
Nilai maksimum keputusan investasi
(PER) adalah PT. Duta Pertiwi Tbk.
senilai 17,64663 kali pada tahun 2015,
sedangkan nilai wajar PER adalah 15 kali
yang menunjukkan bahwa PER PT. Duta
Pertiwi Tbk. berada diatas nilai wajar PER,
artinya harga saham PT. Duta Pertiwi Tbk.
mahal karena permintaan investor yang
tinggi.
2. Kebijakan Dividen
Nilai minimum kebijakan dividen
(DPR) adalah PT. Duta Anggada Reality
Tbk. senilai 0% pada tahun 2015, artinya
PT. Duta Anggada Reality Tbk. tidak
membagikan dividen pada tahun 2015, dan
nilai EPS tidak membagikan dividen atau
menjadi laba ditahan. Hal ini menunjukkan
bahwa keuntungan yang diperoleh
perusahaan rendah, sehingga perusahaan
tidak membagikan dividen yang
menyebabkan DPR yang dihasilkan kecil.
Nilai maksimum kebijakan dividen
(DPR) adalah PT. Pudjiadi Prestige Tbk.
senilai 26,556% pada tahun 2014, artinya
hanya 26,556% dari nilai EPS yang
membagikan dividen, dan sisa dari nilai
EPS tidak membagikan dividen atau
menjadi laba ditahan. Nilai tersebut
menunjukkan bahwa perusahaan
membagikan dividen dengan nilai yang
besar kepada para investornya sehingga
apabila dibandingkan dengan laba per
lembar saham perusahaan yang tidak
terlalu tinggi akan menghasilkan DPR
yang tinggi.
3. Leverage
Nilai minimum leverage (DER) adalah
PT. Duta Pertiwi Tbk. pada tahun 2013
sebesar 23,632%, artinya dari total aset
yang dimiliki perusahaan hanya 23,632%
yang berasal dari hutang sisanya berasal
dari total ekuitas yang dimiliki. Hal ini
menunjukkan bahwa perusahaan memiliki
nilai hutang yang lebih kecil dari ekuitas
11
perusahaan, sehingga semakin baik
kemampuan perusahaan dalam membayar
kewajiban jangka panjangnya.
Nilai maksimum leverage adalah PT.
Agung Podomoro Land Tbk. pada tahun
2014 sebesar 179,883%, artinya hutang
perusahaan sebesar 179,883% dari total
ekuitas yang dimiliki. Nilai tersebut
menunjukkan bahwa total hutang
perusahaan lebih besar dibandingkan
dengan ekuitas perusahaan, sehingga
semakin besar beban perusahaan terhadap
pihak luar (kreditur)yang akan mengurangi
jumlah laba yang diterima perusahaan.
4. Profitabilitas
Profitabilitas (ROE) terkecil adalah PT.
Intiland Development Tbk. pada tahun
2015 sebesar 4,343%, artinya dalam
mengelola ekuitas yang dimiliki
perusahaan dapat menghasilkan laba
sebesar 4,343%. Hal tersebut menunjukkan
bahwa kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan laba bersih bagi pemilik
atau investor rendah sehingga tidak dapat
menarik minat investor dalam
menanamkan dananya pada perusahaan
tersebut dan investor akan menarik
dananya.
Nilai maksimum profitabilitas (ROE)
adalah PT. Jaya Real Property Tbk. pada
tahun 2012 sebesar 20,764%,artinya dalam
mengelola ekuitas yang dimiliki
perusahaan dapat menghasilkan laba
sebesar 20,764%. Hal ini menunjukkan
bahwa perusahaan efisien dalam
pengelolaan modal dan potensial dalam
menggunakan modal, sehingga investor
akan tertarik untuk menanamkan dananya
pada perusahaan.
5. Kesempatan Investasi
Nilai minimum kesempatan investasi
(MVE/BE) adalah PT. Pudjiadi Prestige
Tbk. pada tahun 2016 sebesar 37,992%,
artinya harga pasar saham 37,992% lebih
besar dari harga buku.Nilai tersebut
menunjukkan bahwa laba dari investasi
perusahaan lebih kecil di masa depan dari
laba yang diharapkan dari ekuitasnya
sehingga investor menilai bahwa
perusahaan tidak dapat memanfaatkan
modalnya untuk memenuhi tujuan
perusahaan.
Nilai maksimum kesempatan investasi
(MVE/BE) adalah PT. Bumi Serpong
Damai Tbk. tahun 2012 sebesar
184,411%, artinya harga pasar 184,411%
lebih besar dari harga buku. Hal ini
menunjukkan bahwa laba dari investasi
perusahaan lebih besar di masa depan dari
laba yang diharapkan dari ekuitasnya
sehingga investor menilai perusahaan
dapat memanfaatkan modanya dalam
menjalankan usaha untuk memenuhi
tujuan perusahaan.
Uji Asumsi Klasik
Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk
mengetahui apakah data berdistribusi
normal atau tidak. Penelitian ini
menggunakan analisis statistik yaitu
dengan menggunakan uji non parametrik
Kolmogrov Sminorv (K-S). Data dikatakan
telah terdistribusi normal apabila nilai
sgnifikan ≥ 0,05. Hasil uji normalitas
menunjukkan bahwa besarnya nilai
Kolmogrov-Smirnov sebesar 0,122dan
Asymp.Sig.(2-tailed) sebesar 0,055. Nilai
signifikan tersebut lebih dari 0,05 (0,055>
0,05). Hasil tersebut dapat disimpulkan
bahwa H0 diterima yang artinya data
berdistribusi normal.
Uji Multikolinieritas
Uji multikolinieritas dilakukan untuk
mengetahui apakah dalam model regresi
yang terbentuk terdapat korelasi yang
tinggi atau sempurna diantara variabel-
variabel independen. Model regresi yang
baik seharusnya tidak memilii korelasi
diantara variabel independen. Jika nilai
tolerance mendekati angka 1 dan nilai VIF
dibawah 10, maka tidak terjadi masalah
multikolonieritas. Sedangkan, jika nilai
tolerance mendekati 1 dan nilai VIF diatas
10, maka terjadi masalah multikolonieritas,
Hasil uji multikoliniearitas menunjukkan
bahwa hasil tolerance masing-masing
12
variabel lebih dari 0,10. Nilai VIF juga
menunjukkan hal yang sama yaitu semua
variabel memiliki VIF kurang dari 10. Hal
tersebut dapat disimpulkan bahwa tidak
terdapat multikolinearitas dalam model
regresi yang menunjukkan bahwa tidak
ada korelasi antar variabel independen.
Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan
untuk menguji apakah model regresi
terjadi ketidaksamaan variance dari
residual satu pengamatan ke pengamatan
yang lain. Kondisi yang terjadi ketika
variance bersifat tetap maka disebut
Homoskedastisitas, namun apabila yang
terjadi sebaliknya maka disebut
Heteroskedastisitas.
Model regresi yang baik ialah
homoskedastisitas atau tidak terjadi
heteroskedastisitas.Uji glejser dilakukan
untuk mengetahui terjadi tidaknya
heteroskedastisitas dengan melihat nilai
signifikansi tiap variabel. Nilai signifikansi
yang lebih besar dari 0,05 atau 5%, maka
dapat disimpulkan tidak mengandung
adanya heteroskedastisitas.
Hasil yang didapat dari uji
heteroskedastisitas ialah nilai signifikansi
variabel DER (Leverage), ROE
(Profitabilitas) dan MVE/BE (Kesempatan
Investasi) bernilai di atas 0,05. Hal ini
menunjukkan bahwa variabel-variabel
tersebut tidak mengandung adanya
heteroskedastisitas, tetapi variabel DPR
(Kebijakan Dividen) bernilai di bawah
0,05, hal tersebut menunjukkan bahwa
variabel DPR (Kebijakan DIviden)
mengandung heteroskedastisitas.
Uji Autokorelasi
Uji Autokorelasi bertujuan untuk
menguji apakah dalam model regresi
terdapat korelasi antara kesalahan
pengganggu pada periode t dengan
kesalahan pengganggu pada periode t-1
(sebelumnya).Model regresi yang baik
ialah yang bebas dari autokorelasi.
Autokorelasi muncul karena observasi
yang berurutan sepanjang waktu berkaitan
satu sama lainnya. Autokorelasi dapat
dideteksi dengan menggunakan uji Runs
test. Runs test juga bisa digunakan untuk
mengetahui apakan data residual terjadi
randomatau tidak (sistematis). Jika hasil
dari asymp. Sig (2 = tailed) pada output
Runs test > 0.05 maka data tidak
mengalami autokorelasi dan sebaliknya.
Hasil pengujian Runs Test, dimana
nilai dari asymp.Sig (2-tailed) sebesar
0,120. Hal ini dapat dinyatakan bahwa
tidak terjadi autokorelasi.
Analisi Regresi Berganda
Analisis regresi berganda dilakukan
untuk mengetahi ketergantungan variabel
dependen dengan satu atau lebih variabel
independen. Analisis regresi juga
berfungsi untuk menunjukkan arah
hubungan antara variabel dependen dengan
variabel independen. persamaan regresi
yang dapat dibuat ialah sebagai berikut :
PER = 8,381 +5,208DPR + 0,159DER –
74,410ROE + 8,973MVE/BE + e
Persamaan di atas menunjukkan bahwa :
1. Nilai konstanta () keputusan investasi
(PER) adalah sebesar 8,381 yang
menunjukkan bahwa variabel
independen yang terdiri kebijakan
dividen (DPR), leverage (DER),
profitabilitas (ROE) dan kesempatan
investasi (MVE/BE) dianggap konstan,
maka besarnya keputusan investasi
sebesar 8,381.
2. Koefisien regresi kebijakan dividen
(DPR) sebesar 5,208 yang berarti setiap
kenaikan sebesar satu satuan kebijakan
dividen (DPR) maka akan menambah
nilai keputusan investasi (PER) sebesar
5,208.
3. Koefisien regresi leverage (DER)
sebesar 0,159 yang menunjukkanbahwa
setiap kenaikan sebesar satu satuan
leverage (DER) maka akan menambah
nilai keputusan investasi (PER) sebesar
0,159.
13
4. Koefisien regresi profitabilitas (ROE)
sebesar -74,410 memperlihatkan bahwa
setiap kenaikan sebesar satu satuan
profitabilitas (ROE) maka akan
mengurangi nilai keputusan investasi
(PER) sebesar 74,410.
5. Koefisien regresi kesempatan investasi
(MVE/BE) sebesar 8,973. Hal ini dapat
diartikan bahwa setiap kenaikan sebesar
satu satuan kesempatan investasi
(MVE/BE) maka akan menambah nilai
keputusan investasi (PER) sebesar
8,973.
6. Error/residu (e) menunjukkan variabel
pengganggu atau residual di luar
kebijakan dividen, leverage,
profitabilitas, dan kesempatan investasi.
Uji Hipotesis
Uji F
Uji Statistik F pada umumnya
menunjukkan apakah persamaan model
yang dibuat mempengaruhi model yang fit.
Jika nilai signifikansi ≥ 0.05 maka H0
diterima (koefisien regresi tidak
signifikan) yang berarti variabel
independen tidak berpengaruh signifikan
terhadap variabel dependen tidak mampu
memperkuat pengaruh variabel independen
terhadap dependen., tetapi jika nilai
signifikansi ≤ 0.05 maka H0 ditolak
(koefisien regresi signifikan), yang artinya
variabel independen berpengaruh
signifikan terhadap variabel dependen
mampu memperkuat pengaruh variabel
independen terhadap dependen.
Uji F dalam penelitian ini
menunjukkan angka 1648505,635 dengan
tingkat signifikansi 0,000 dan tingkat
signifikansi tersebut lebih kecil dari taraf
signifikansi yaitu 0,05 (0,000 < 0,05) yang
berarti bahwa H0ditolak, yang artinya
model regresi liniear berganda fit dan
layak digunakan untuk pengujian
selanjutnya.
Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien determinasi dilakukan
untuk mengetahui seberapa jauh
kemampuan modal dalam menjeaskan
variasi dari variabel dependen dimana
nilainya antara nol sampai dengan satu.
Semakin mendekati satu artinya variabel-
variabel indepeden semakin dapat
memberikan semua informasi yang
dibutuhkan untuk memprediksi variasi
variabel dependen.
Besarnya nilai Adjusted R Square
sebesar 0,921 atau 92,1%. Hal tersebut
menyatakan bahwa 92,1% keputusan
investasi dapat dijelaskan oleh variabel
kebijakan dividen (DPR), leverage (DER),
profitabilitas (ROE) dan kesempatan
investasi (MVE/BE).
Uji Statistik t
Uji statistik t pada dasarnya
bertujuan untuk menunjukkan seberapa
jauh setiap variabel independen secara
individual dalam menjelaskan variasi
variabel dependen. Berpengaruh tidaknya
variabel independen terhadap variabel
dependen dapat dilihat dari nilai
signifikansinya. Apabila nilai signifikansi
kurang dari 0,05 maka artinya H0 ditolak
sehingga terdapat pengaruh.
Hasil pengujian stastistk t
menunjukkan bahwa leverage (DER)
memiliki nilai sigsebesar 0,707 yang lebih
besar dari 0,05 (0,707> 0,05) sehingga
dapat dikatakan bahwa leverage (DER)
tidak berpengaruh terhadap keputusan
investasi (PER). Sedangkan, variabel
kebijakan dividen (DPR), profitabilitas
(ROE) dan kesempatan investasi
(MVE/BE) yang nilai sig sebesar 0,040,
0,000 dan 0,000 yang berada dibawah
0,05sehingga dapat dinyatakan
bahwakebijakan dividen (DPR),
profitabilitas (ROE) dan kesempatan
investasi (MVE/BE) berpengaruh terhadap
keputusan investasi (PER).
Pembahasan
Pengaruh Kebijakan Dividen (X1)
terhadap Keputusan Investasi (Y)
Kebijakan dividen merupakan
bagian yang menyatu dengan keputusan
14
pendanaan perusahaan. Pengujian hipotesis
yang dilakukan dalam penelitian ini
memperlihatkan bahwa kebijakan dividen
yang diproksikan dengan DPR
berpengaruh terhadap keputusan investasi
(PER). Hal ini sejalan dengan teori
signalling yang menyatakan bahwa
kebijakan dividen yang dibagikan
perusahaan akan memberikan sinyal positif
karena para investor menganggap
perusahaan memiliki tanggung jawab
untuk memenuhi kewajibannya atas dana
yang telah diinvestasikan oleh para
investor. Tingkat dividen yang tinggi
dianggap sebagai penghargaan yang besar
terhadap investor karena perusahaan yang
berani membagikan dividen dengan nilai
yang tinggi dianggap investor sebagai
salah satu bagian penting dari perusahaan.
Semakin besar proporsi saham yang
dimiliki oleh investor akan semakin
memperbesar jumlah dividen yang
diterima, karena akan menarik investor
untuk menanamkan modalnya pada saham
perusahaan tersebut mengingat bahwa
tujuan investasi adalah untuk memperoleh
pengembalian yang lebih besar dari dana
yang ditanamkan.
Hasil penelitian ini sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Vivian
Firsera Arisona (2013) dan Rahmiati dan
Putri (2015) yang menyatakan bahwa
kebijakan dividen (DPR) berpengaruh
terhadap keputusan investasi (PER), tetapi
penelitian ini tidak sejalan dengan
penelitian Meygawan Nurseto Aji (2012)
dan Desak Gede Sari Kusumadewi dan
Gede Martha Sudhiartha (2016)dan
Wawan Utomo, Rita Andini dan Kharis
Raharjo (2016) yang menyatakan bahwa
kebijakan dividen (DPR) tidak
berpengaruh terhadap keputusan investasi
(PER).
Pengaruh Leverage (X2) terhadap
Keputusan Investasi (Y)
Leverage adalah tingkat hutang yang
dilakukan oleh perusahaan untuk
membiayai kegiatan operasional
perusahaan.
Tingkat hutang yang tinggi pada
suatu perusahaan dapat mengancam para
investor karena perusahaan lebih
mengutamakan pemenuhan kewajibannya
atas hutang yang dimiliki daripada dividen
yang harus dibayarkan kepada para
shareholders.
Hasil pengujian terhadap data
penelitian ini menunjukkan bahwa
leverage tidak memiliki pengaruh terhadap
keputusan investasi. Hasil tersebut
mencerminkan bahwa leverage tidak
dapat mendukung keputusan investasi
yang dilakukan investor terhadap saham
suatu perusahaan. Hal ini sejalan dengan
teori signaling yang menyatakan bahwa
tingkat hutang yang tinggi pada suatu
perusahaan memberikan sinyal negatif,
karena perusahaan tersebut memiliki
tanggung jawab yang tinggi untuk dapat
melunasi hutang-hutangnya yang
mengakibatkan menurunnya minat
investor untuk berinvestasi. Tetapi
bertolak belakang dengan teori pecking
order yang menyatakan bahwa jika dana
eksternal dibutuhkan, perusahaan akan
memilih hutang karena dipandang lebih
aman daripada menerbitkan ekuitas baru
sebagai pilihan untuk memenuhi
kebutuhan investasi.
Hasil penelitian ini sesuai dengan
penelitian yang dilakukan oleh Meygawan
Nurseto Aji (2012), Vivian Firsera Arisona
(2013), Jummulyanti dan Muthia (2015),
Desak Gede Sari Kusumadewi dan Gede
Mertha Sudhiartha (2016) dan Wawan
Utomo, Rita Andini dan Kharis Raharjo
(2016) yang menyimpulkan bahwa
leverage yang diukur dengan DER tidak
berpengaruh terhadap keputusan investasi.
Pengaruh Profitabilitas (X3) terhadap
Keputusan Investasi (Y)
Profitabilitas adalah kemampuan
perusahaan dalam memperoleh laba bersih
dari aktivitas yang dilakukan pada periode
akuntansi. Hubungan profitabilitas
15
berkaitan dengan keputusan-keputusan
antara lain keputusan investasi yaitu
sebagai pengaturan anggaran dari proyeksi
keuntungan. Profitabilitas juga menjadi
pertimbanga penting untuk investor dalam
pengambilan keputusan investasi.
Hasil pengujian terhadap data
penelitian ini menunjukkan profitabilitas
berpengaruh terhadap keputusan investasi.
Hasil tersebut terjadi karena perusahaan
yang memiliki laba dalam jumlah besar
dapat menggunakan labanya dalam jumlah
besar pula untuk mendanai aset
perusahaan. Hal ini sesuai dengan teori
signaling yang menyatakan bahwa
profitabilitas yang tinggi dapat diartikan
oleh pihak eksternal sebagai sinyal positif
atas kinerja perusahaan yang baik.
Hasil penelitian ini sesuai dengan
penelitian yang dilakukan oleh Nurul
Hayati (2010) dan Wawan Utomo, Rita
Andini dan Kharis Raharjo (2016)
mengungkapkan bahwa profitabilitas yang
diukur menggunakan ROE berpengaruh
terhadap keputusan investasi, sedangkan
penelitian yang dilakukan oleh Meygawan
Nurseto Aji (2012) dan Vivian Firsera
Arisona (2013) yang menyatakan bahwa
profitabilitas berpengaruh negatif terhadap
keputusan investasi.
Pengaruh Kesempatan Investasi (X4)
terhadap Keputusan Investasi (Y)
Kesempatan investasi (Investment
Opportunity Set) merupakan nilai
perusahaan yang besarnya tergantung pada
pengeluaran-pengeluaran yang ditetapkan
manajemen dimasa akan datang, yang pada
saat ini merupakan pilihan-pilihan
investasi yang diharapkan akan
menghasilkan return yang lebih besar.
Dapat disimpulkan bahwa kesempatan
investasi di dalam perusahaan adalah
menyangkut pemilihan investasi yang
diinginkan dari sekelompok atau set
kesempatan investasi yang ada, memilih
salah satu atau lebih alternative investasi
yang dinilai paling menguntungkan.
Hasil pengujian terhadap data
penelitian ini menunjukkan bahwa
kesempatan investasi berpengaruh
terhadap keputusan investasi. Hal ini
karena, keputusan investasi yang diamati
dengan mempergunakan set kesempatan
investasi menunjukkan lebih luas dimana
nilai perusahaan yang nantinya tergantung
pada pengeluaran dimasa yang akan
datang (Desak dan Gede, 2016).
Hal ini juga sesuai dengan teori
signaling bahwa kesempatan investasi
merupakan nilai perusahaan yang besarnya
tergantung pada pengeluaran-pengeluaran
yang ditetapkan manajemen dan
merupakan hasil dari pilihan-pilihan untuk
membuat investasi di masa yang akan
datang, sehingga perusahaan memiliki
kesempatan investasi yang tinggi dan
perusahaan akan mudah untuk melakukan
investasi karena investor akan tertarik
untuk membeli saham perusahaan (Riskin,
2010). Penelitian ini sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Riskin
Hidayat (2010), Jummulyanti dan Muthia
(2015), Rahmiati dan Puri Nurul (2015)
dan Desak Gede Sari Kusumadewi dan
Gede Mertha Sudhiartha (2016)
menyatakan bahwa kesempatan investasi
berpengaruh terhadap keputusan investasi.
KESIMPULAN, KETERBATASAN
DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengujian statistik
dan pembahasan yang telah dilakukan,
dapat diperoleh kesimpulan sebagai
berikut :
1. Kebijakan dividen berpengaruh
terhadap keputusan investasi pada
perusahaan property dan real estate
yang terdaftar di BEI tahun 2012-2016.
2. Leverage tidak berpengaruh terhadap
keputusan investasi pada perusahaan
property dan real estate yang terdaftar
di BEI tahun 2012-2016.
3. Profitabilitas berpengaruh terhadap
keputusan investasi pada perusahaan
16
property dan real estate yang terdaftar
di BEI tahun 2012-2016.
4. Kesempatan investasi berpengaruh
terhadap keputusan investasi pada
perusahaan property dan real estate
yang terdaftar di BEI tahun 2012-2016.
Keterbatasan
Peneliti mempunyai keterbatasan
yang dapat dijadikan bahan pertimbangan
bagi peneliti berikutnya, yaitu pada
variabel kebijakan dividen (DPR) bernilai
di bawah 0,05 yang artinya kebijakan
dividen mengandung heteroskedastisitas.
Hasil tersebut terjadi karena adanya
variabel independen menggunakan rumus
dengan pembagian yang sama dan
menyebabkan model regresi kurang baik,
karena ketidaksamaan variance dari
residual satu pengamatan kepengamatan
lain.
Saran
Berdasarkan hasil pembahasan,
kesimpulan, dan keterbatasan pada
penelitian ini, adapun saran-saran yang
dapat diberikan melalui hasil penelitian ini
agar mendapatkan hasil yang baik, yaitu
untuk peneliti selanjutnya diharapkan
untuk melihat rumus agar pembagian
variabel independen satu dengan variabel
independen yang lain tidak sama dan tidak
terjadi heteroskedastisitas.
DAFTAR RUJUKAN
Agus Sartono. 2014. Manajemen
Keuangan, Teori dan Aplikasi.
Edisi Keempat. Yogyakarta: BPFE.
Akerlof, George A. 1970.“The Market for
Lemons: Quality Uncertainly and
the Market Mechanism.Quartely
Journal of Economics (The MIT
Press) 84 (3).Pp : 488-450.
Desak G. S. Kusumadewi, danGede. M.
Sudhiartha. 2016. Pengaruh
Likuiditas, Dividend Payout Ratio,
KesempatanInvestasidan Leverage
terhadap Price Earning Ratio.E-
Jurnal Manajemen Universitas
Udayana.Vol. 5.No. 9. Pp: 5612-
5642.
Edi Sutrisno. 2012. Manajemen Sumber
Daya Manusia. Jakarta: Kencana
Elsa F. H. 2017. Analisis Faktor-Faktor
Keputusan Pada Perusahaan
Property Dan Real Estate. Jurnal
Ilmu dan Riset Manajemen. Vol. 6.
No. 6. Pp : 1-15.
Enjang Yusup Ali. 2015. Implementasi
Val It Framework Untuk
Pengukuran Perencanaan Tata
Kelola Investasi Teknologi
Informasi (Studi Kasus : Direktorat
Akademik Universitas Pendidikan
Indonesia). Thesis. UNIKOM.
I Made Sudana, I. 2011. Manajemen
Keuangan Perusahaan Teori dan
Praktek. Jakarta: Erlangga.
Indonesia-investment.com. 2017. Property
and Real Estate Index.
https://www.indonesia-
investments.com/id/finance/stocks-
bonds/jakarta-composite-index-
ihsg/property-and-real-estate-
index/item901?.Diakses07 Oktober
2017.
Jogiyanto H. 2014. Teori Portofolio dan
Analisis Investasi. Edisi
Kesembilan. Yogyakarta: BPEF.
Jummulyanti dan Muthia, R. L. 2015.
Pengaruh Hutang Dan Kesempatan
Investasi Terhadap Keputusan
Investasi Pada Perusahaan Property
Dan Real Estate Yang Terdaftar Di
Bursa Efek Indonesia. Jurnal
Praktik Bisnis. Vol. 4.No. 1. Pp :
87-96.
17
Kasmir dan Jakfar. 2012. Studi Kelayakan
Bisnis. Cetakan Kedelapan.
Jakarta: Kencana.
Kusumadewi R. A. Wardanidan Baldric
Siregar. 2009. Pengaruh Aliran Kas
Bebas Terhadap Nilai Pemegang
Saham Dengan Set Kesempatan
Investasi dan Dividen Sebagai
Variabel Moderator. Jurnal
Akuntansi dan Manajemen. Vol.
20.No. 3. Pp : 157-174
Liputan6.com. 2017. Meneropong Investasi
Terbaik di 2017. SafirSenduk.
http://bisnis.liputan6.com/read/28515
33/meneropong-investasi-terbaik-di-
2017. Diakses 09 Februari 2017.
Made S. U. 2011. Aplikasi Analisis
Kuantitatif. Edisi Kelima. Buku
Ajar Fakultas Ekonomi Universitas
Udayana.
Mahaputra, G. A., danWirawati, N. G. P.
2014. Pengaruh Faktor Keuangan
dan Ukuran Perusahaan pada
Dividend Payout Ratio Perusahaan
Perbankan.E-Jurnal Akuntansi
Universitas Udayana. Vol.9. No. 3.
Pp : 695-708.
Martalena, dan Malinda. 2011. Pengantar
Pasar Modal. Edisi Pertama.
Yogyakarta: Andi
Martono dan Agus Harjito. 2010.
Manajemen Keuangan. Edisi
Ketiga. Yogyakarta: Ekonisia.
Meygawan A. Nurseto. 2012. Analisis
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Price Earning Ratio (Studi Empiris
Pada Perusahaan Manufaktur Di
Bursa Efek Indonesia 2007-2010).
Diponegoro journal Of
Management .Vol. 1. No. 1. Pp :
382-391.
Myers, S. C., dan Majluf, N. S. 1984.
Corporate Financing and Invesment
Decision When Firm Have
Information That Investor Do Not
Have. Journal of Financial
Economics. Vol. 13.No. 2. Pp :
187-221.
Norma Safitri. 2015. Pengaruh Struktur
Modal Dan Keputusan Investasi
Terhadap Profitabilitas Dan Nilai
Perusahaan. Jurnal Ilmu dan Riset
Manajemen. Vol. 4.No. 2. Pp : 1-
17.
Nurul, H. 2010. Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Price Earning Ratio
Sebagai Salah Satu Kriteria
Keputusan Investasi Saham
Perusahaan Real Estate Dan
Property Di Bursa Efek Indonesia.
Jurnal Manajemen dan Akuntansi.
Vol. 11.No. 1. Pp : 53-62.
Properti.kompas.com. 2017. Bicara
Investasi, Kenapa Property Selalu
Menarik Daripada Yang Lain?.
Latief
.http://properti.kompas.com/read
/2017 /09/01/102100621/bicara-
investasi-kenapa-properti-selalu-
menarik-daripada-yang-lain.
Diakses 01 September 2017.
Rahmiati, R, dan Putri, N. H. 2015.
Pengaruh Kebijakan Dividen,
Kesempatan Investasi dan
Profitabilitas terhadap Keputusan
Investasi. Jurnal Kajian
Mahasiswa Manajemen.Vol. 4. No.
2. Pp: 1-16.
Raudhatul Husni. 2014. Pengaruh
Mekanisme Good Corporate
Governance, Leverage dan
Profitabilitas Terhadap Manajemen
Laba (Studi Empiris Perusahaan
Properti dan Real Estate Yang
Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia
18
Tahun 2008-2010). Thesis.
Universitas Andalas.
Riskin Hidayat. 2010. Keputusan Investasi
dan Financial Constraints: Studi
Empiris pada Bursa Efek
Indonesia. Buletin Ekonomi
Moneter dan Perbankan. Vol. 12.
No. 4. Pp: 445-468.
Tandelilin Eduardus. 2010. Analisis
Investasi dan Teori Portofolio.
Yogyakarta: BPFE.
Vivian ArisonaFirsera. 2013. Faktor-
Faktor Yang Mempengaruhi Price
Earning Ratio pada Indeks LQ 45
Di Bursa Efek Indonesia. Jurnal
Ilmu Manajemen Universitas
Surabaya. Vol. 1. No. 1, Pp:103-
112.
Wawan, U., Rita.,dan Kharis, K. 2016.
Pengaruh Leverage (DER), Price
Book Value (PBV), Ukuran
Perusahaan (Size), Return On
Equity (ROE), Dividen Payout
Ratio (DPR) dan Likuiditas (CR)
Terhadap Price Earning Ratio
(PER) pada Perusahaan
Manufaktur yang Listing di BEI
Tahun 2009-2014. Journal Of
Accounting. Vol. 2.No. 2. Pp: 1-13.
www.investorpw.com. 2018. Investasi
untuk masa depan cerah. Ertanto
Vetra.
http://www.investorpw.com/langka
h-analisa-fundamental/. Diakses 14
Januari 2018.
Yenny Wulansari. 2013. Pengaruh
Investment Opportunity Set,
Likuiditas dan Leverage Terhadap
Kualitas Laba Pada Perusahaan
Manufaktur Yang Terdaftar Di
BEI. Jurnal Akuntansi. Vol. 1.No.
2. Pp : 1-31.