oleh : dr. azwar djauhari msc disampaikan pada : kuliah ... · pdf filekuliah blok 22...
TRANSCRIPT
3/31/2014 1
Oleh : Dr. Azwar Djauhari MSc Disampaikan pada :
Kuliah Blok 22 Kesehatan Kerja Tahun Ajaran 2013 / 2014 Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Program Studi Pendidikan Dokter UNIVERSITAS JAMBI
1. Dasar dasar kesehatan lingkungan kerja
2. Faktor bahaya potensial fisik di lingkungan kerja
3. Faktor bahaya potensial kimia di lingkungan kerja
4. Faktor bahaya potensial biologi di lingkungan kerja
5. Faktor bahaya potensial ergonomi di lingkungan kerja
6. Pengendalian resiko di lingkungan kerja.
3/31/2014 2
3/31/2014 3
Dasar Dasar
Kesehatan Lingkungan Kerja
3/31/2014 4
Lingkungan kerja adalah segala sesuatu yg berada disekitar pekerja atau berhubungan tempat kerja yg dapat mempengaruhi pekerja dalam melaksanakan tugas yang dibebankan kepadanya.
Kesehatan lingkungan kerja mempelajari kegiatan pemecahan masalah kesehatan di lingkungan kerja. pengurangan beban tambahan bagi pekerja dan atau penyerasian kapasitas kerja dengan lingkungan kerja.
Lingkungan kerja bila tidak memenuhi syarat KAK dan PAK
3/31/2014 5
Faktor Lingkungan di tempat
kerja memberikan pengaruh yang
sangat besar terhadap kesehatan
pekerja
Teori BLUUM
Faktor Genetik
(keturunan)
Status Kesehatan
(Health Status)
Perilaku
Sistem Pelaksanaan
kesehatan Lingkungan
3/31/2014 6
6
HOSPES
Tuan Rumah
A G E N T
Penyebab
ENVIRONMENT
Lingkungan
S A K I T
A
E
H
Atau
A
E H
SEGITIGA EPIDEMIOLOGI
3/31/2014 7
Bahaya potensial di Lingkungan kerja
adalah:
a. Bahaya potensial dari golongan fisik
bising, suhu, vibrasi, radiasi, takanan,
pencahayaan.
b. Bahaya potensial dari golongan kimia
pelarut organik, debu ,logam berat.
c. Bahaya potensial dari golongan biologi
virus, bakteri, cacing, plasmodium
dan jamur.
d. Bahaya potensial dari faktor ergonomi
faktor teknologi, seni ,penyerasian
alat, cara, proses
e. Bahaya potensial dari faktor psikososial
bahaya penyebab stres pada pekerja
3/31/2014 8
Dalam intervensi kesehatan lingkungan kerja terdapat pendekatan epidemiologi.
Epidemiologi Lingkungan adalah ilmu yang mempelajari faktor faktor lingkungan yang mempengaruhi timbulnya suatu penyakit / kejadian dengan cara mempelajari dan mengukur dinamika hubungan antara penduduk dengan lingkungan yang memiliki potensi bahaya pada suatu waktu dan kawasan tertentu
3/31/2014 9
Pada dasarnya lingkungan kerja
mengandung potensi bahaya yaitu
agen penyakit.
Parameter yang digunakan untuk
mengukur agen dapat dilakukan
dengan menggunakan teori simpul
sbb. :
Simpul A pengukuran pada
sumbernya atau emisinya.
3/31/2014 10
Simpul B pengukuran berbagai komponen penyebab sakit pada ambient ( media lingkungan ) sebelum kontak dengan manusia.( pengukuran kualitas udara, air , dll.
Simpul C pengukuran pada spesimen tubuh manusia atau biomarker seperti pengukuran kadar merkuri pada rambut, kulit dan darah.
Simpul D bila interaksi itu sudah menjadi outcome / kejadian penyakit seperti prevalensi penyakit, jumlah penderita diare.
3/31/2014 11
Faktor Bahaya Potensial Fisik di Lingkungan Kerja
Kebisingan
Tekanan Panas Pencahayaan
Radiasi
3/31/2014 12
Kebisingan
Masalah kesehatan kerja yang sering timbul, baik industri besar / kecil.
Gangguan dikelompokkan secara bertingkat :
1) Gangguan fisiologis
2) Gangguan psikologis
3) Gangguan patologis Organis.
Ketulian akibat bising, terjadi pelahan lahan tergantung macam, lama suara serta faktor faktor lain mulai ringan – berat dan menetap
3/31/2014 13
Kelainan yg timbul akibat bising terjadi bertahap sbb.:
1) Stadium adaptasi
Adaptasi merupakan daya proteksi alamiah dan bersifat reversibel.
2. Stadium “temprory threshlod shift”
Disebut juga “auditory fatigue” kehilangan pendengaran reversibel sesudah 48 jam terhindar dari bising.
Batas waktu yg diperlukan pulih kembali sesudah terpapar bising pekerjaan adalah 16 jam, bila hanya sebahagian pendengaran pulih maka akan terjadi “permanent hearing loss”
3/31/2014 14
3. Stadium “persistent threshold shift”
Meningginya ambang pendengaran lebih
lama lagi dari stadium “temprory threshlod
shift”
4. Stadium “permanet threshlod shift”
Meningginya ambang pendengaran sifatnya
menetap.
Paling banyak ditemukan dan tidak dapat
disembuhkan.
Merupakan tuli akibat ditempat bising.
3/31/2014 15
Tidak semua kebisingan mengganggu pekerja,
tergantung faktor faktor :
1. Faktor bising Intensitas bising
Frekuensi bising
Sifat bising
2. Faktor perorangan Kepekaan seseorang
umur
Penyakit telinga sebelumnya.
3. Faktor lingkungan Lamanya berada dalam lingkungan bising
Waktu diluar bising
3/31/2014 16
Pengendalian kebisingan dilingkungan kerja dilakukan berbagai cara :
1. Eliminasi
2. Substitusi
3. Pengendalian secara teknis
4. Pengendalian secara administratif
5. Pemakaian APD
3/31/2014 17
3/31/2014 18
Tekanan Panas
Suhu tubuh manusia tidak hanya didapat dari metabolisme juga dipengaruhi oleh panas lingkungan.
Semakin tinggi panas lingkungan , semakin besar pengaruhnya terhadap suhu tubuh. terjadi pertukaran panas antara tubuh manusia yang didapat dari metabolisme dengan tekanan panas dari kondisi lingkungan.
3/31/2014 19
Selama pertukaran seimbang dan serasi tidak menimbulkan gangguan baik penampilan kerja dan kesehatan kerja.
Tekanan panas yang berlebihan akan merupakan beban tambahan yang harus diperhitungkan.
3/31/2014 20
Suhu tubuh dipengaruhi faktor lingkungan suhu udara, kelembaban, aliran udara dan radiasi.
Untuk mengetahui besarnya pengaruh panas lingkungan pada suhu tubuh metode pengukuran yg mencakup 4 faktor tsb , yg dinyatakan dg indeks atau skala.
“ Predicted Four Sweat Rate “ ( P4SR ) pengamatan banyaknya keringat seseorang yg berada di lingkungan panas selama 4 jam. Pengamatan dilakukan berbagai variasi lingkungan, pemakaian energi, perbedaan pakaian.
3/31/2014 21
“ Wet Bulb Globe Temperature Index “ ( Index WBGT )
Alatnya WBGT meter.
Komponennya : “ Dry bulb temperatur” ( DB ) mengukur suhu
udara “ Wet bulb temperatur” ( WB ) mengukur suhu
yang berkaitan dg kelembaban dan aliran udara. “ Globe bulb temperatur” ( G ) suhu yang diukur
berkaitan dengan panas radiasi
3/31/2014 22
Indeks WBGT = ( 0,7 x WB ) + ( 0,2 x G ) + ( 0,1 X DB )
Indeks 78°F ( 26°C ) latihan fisik sangat berat , faktor pencetus kejang panas dan sengatan panas
Indeks 82°F ( 29°C ) yg belum terlatih , latihan fisik harus direncanakan.
Indeks 85°F ( 29°C ) latihan fisik berat ( mencangkul, lari-lari ) tidak boleh dilakukan orang yang belum beraklimatisasi kurang dari 3 minggu .
Dll.
3/31/2014 23
Ada 4 kategori :
1. Miliaria Rubra ( Heat Rash )
Bintik papulovesikal kemerahan pada kulit
terasa nyeri bila kepanasan
Akibat sumbatan kelenjar keringat disertai
peradangan.
2. Kejang Panas ( Heat Cramps )
Kejang otot timbul mendadak , setempat
atau menyeluruh, terutama otot-otot
ekstremitas dan abdomen.
Penyebabnya defisiensi garam, karena
banyak keringat keluar.
3/31/2014 24
3. Kelelahan Panas ( Heat Exchaustion ) Akibat kolaps sirkulasi darah perifer karena
dehidrasi dan defisiensi garam
4. Sengatan Panas ( Heat Stroke ) keadaan darurat medik dengan angka
kematian yang tinggi.
Pada kelelahan panas mekanisme pengatur suhu tubuh masih berfungsi sedangkan sengatan panas sudah tidak berfungsi disertai terhambatnya proses evaporasi secara total
3/31/2014 25
1. Air minum
Mencegah dehidrasi akibat berkeringat dan pengeluaran urine.
Pada yang banyak keringat butuh air 0,5 liter atau lebih per jam.
2. Garam ( NaCl )
Kebutuhan rata- rata 15 – 20 gr / hari biasanya sudah dicukupi dari makanan sehari hari. Pada yang banyak keringat butuh penambahan dapat melalui makanan dan yang lebih mudah melalui minuman dengan konsentrasi 0,1%.
3/31/2014 26
3. Makanan
4. Istirahat
Bermanfaat mencegah kelelahan secara kumulatif.
5. Tidur
Bermanfaat mencegah kelelahan secara kumulatif, diperlukan tidur sekitar 7 jam sehari.
6. Pakaian
baju yang dipakai harus cukup longgar terutama dibagian leher, ujung lengan, ujung celana dsbnya. Jenis bahan yang tidak menghambat evaporasi.
7. Aklimatisasi
3/31/2014 27
7. Aklimatisasi
Aklimatisasi panas adalah istilah
yang diberikan pada suatu keadaan
penyesuaian fisiologis yang terjadi
pada seseorang yang biasanya hidup
di ilkim dingin, kemudian berada diiklim
panas.
3/31/2014 28
3/31/2014 29
Pencahayaan
Pencahayaan sangat diperlukan
dalam pelaksanaan pekerjaan.
Pencahayaan yang kurang
memadai dapat merupakan beban
tambahan bagi pekerja.
gangguan kerja gangguan
kesehatan dan keselamatan kerja
Perlu pengaturan pencahayaan.
3/31/2014 30
Menimbulkan kelelahan mata dengan gejala gejala sbb.
Iritasi , mata berair dan kelopak mata berwarna
merah.
Penglihatan rangkap.
Sakit kepala
Ketajaman penglihatan merosot, begitu pula
kepekaan terhadap perbedaan ( contrast
sensitivity ) dan kecepatan pandangan.
Kekuatan menyesuaikan ( accommodation ) dan
konvergensi menurun.
3/31/2014 31
Terdiri dari 2 jenis :
Sumber pencahayaan alami ( sinar matahari )
Sumber pencahayaan buatan lampu minyak
dan listrik.
Kombinasi alami dan buatan.
Jenis lampu listrik :
Lampu filamen ( lampu pijar biasa )
Lampu fluorescent ( lampu neon )
Lampu “ mercury “
3/31/2014 32
Dapat dilakukan dengan 5 cara :
1. Pencahayaan Langsung ( direct lighting )
90 -100 % dari cahaya langsung diarahkan
ketempat kerja, 0 – 10% diarahkan keatas ( langit-
langit )
2. Pencahayaan Langsung tak langsung( direct
indirect lighting )
Seluruh cahaya dipancarkan merata keseluruh
ruangan
3/31/2014 33
3. Pencahayaan Setengah Langsung ( semi direct
lighting )
60 -90 % dari cahaya diarahkan kebawah
langsung ketempat kerja, 10 – 40% diarahkan
keatas ( langit-langit )
4. Pencahayaan Setengah Tidak Langsung ( semi
indirect lighting )
60 -90 % dari cahaya diarahkan keatas, 10 – 40%
diarahkan kebawah langsung ketempat kerja
5. Pencahayaan Tidak Langsung (indirect lighting )
90 -100 % dari cahaya langsung diarahkan keatas
, 0 – 10% diarahkan ketempat kerja
3/31/2014 34
a. Pembagian luminensi dalam lapangan
penglihataan
10 : 3 : 1 yg terbaik , luminensi pusat,
daerah sekitar pusat dan lingkungan luas
sekitarnya, luminensi > 40 : 1 tidak
memenuhi syarat.
b. Kesilauan
c. Arah cahaya
d. Warna Cahaya
e. Panas akibat sumber cahaya
3/31/2014 35
3/31/2014 36
Radiasi
UU No. 10 Tahun 1997 tentang Ketenaga Nukliran pengamatan dan pembinaan dalam pemanfaatan tenaga nuklir ( radioaktif ) dilaksanakan oleh BAPETEN
Keputusan Kepala Bapeten No. 01 dan 02 tahun 1999 dinyatakan nilai batas dosis ( NBD ) yng diperkenankan bagi pekerja adalah 50 mSv / tahun .
NBD dipantau dengan menggunakan Film Badge yang dipakai pekerja selama bekerja dan diperiksa dilaboratorium 1x/bl
Pengawasan Bapeten : Inspeksi penggunaan peralatan Pemberian setifikat / izin penggunaan
peralatan setiap tahun. Kalibrasi dan pelatihan petugas
3/31/2014 37
Secara umum radiasi terbagi :
1. Radiasi Pengion ( Ionizing Radiation )
Mempunyai kemampuan untuk melepaskan elektron dari suatu atom menjadi suatu ion.
Sinar X, Sinar α, Sinar β, sinar γ, dll.
2. Radiasi Non Pengion ( Non Ionizing Radiation )
Tidak mempunyai kemampuan melepaskan elektron
Frekuensi radio, gelombang mikro, radiasi optik 9 infra merah, ultra violet, cahaya terlihat )
3/31/2014 38
Keluhan keluhan :
Akut dan kronis
Gejala yang timbul dari ringan – berat.
Tergantung : dosis dan waktu pemajanan.
Gejala Akut :
Sindroma sistem syaraf pusat
Gangguam gastrointestinal
Gangguan sistem hemopoetik.
Gejala kronik :
Leukomogenesis,
karsinogenesis,
kelainan genetik
3/31/2014 39
Pengendalian :
Pengendalian secara teknis
Peswat ditempatkan pada ruangan
isolasi
Operator dilindungi dari pajanan
Pemakaian APD
Rotasi petugas
3/31/2014 40
Keluhan keluhan :
Bervariasi , tergantung intensitas, jenis
dan waktu pemajanan sinar.
Gangguan pada mata semetara –
menetap
Gangguan pada kulit
Effek positif untuk pengobatan
Pengendalian :
Penempatan sumber radiasi yg benar
Penentuan daerah terlarang
Isplasi sumber
Penggunaan APD sunglasses ,
sunblock
3/31/2014 41
3/31/2014 42
Faktor Bahaya Potensial Kimia di Lingkungan Kerja
Debu
Logam Berat Pelarut Organik
3/31/2014 43
Debu
o Debu merupakan gangguan yang tak
dapat diabaikan
o Tempat kerja yang mengeluarkan debu
dapat menyebabkan pengurangan
kenyamanan kerja, gangguan
penglihatan, fungsi faal paru bahkan
keracunan umum.
o Tempat kerja yang berdebu : kegiatan
pertanian, usaha keramik, batu kapur,
pasar tradisional, dagang pinggir jalan,
dll.
3/31/2014 44
o Pengertian Debu :
o Ialah partikel yang dihasilkan oleh
proses mekanis, misalnya :
penghancuran batu, pengeboran,
peledakan pada tambang, dll.
o Sifat sifat debu :
1. Sifat pengendapan
2. Sifat permukaan basah
3. Sifat penggumpalan
4. Sifat listrik statik
5. Sifat optis
3/31/2014 45
o Secara garis besar ada 3 macam debu :
a. Debu organik : debu kapas, debu daun daunan tembakau
b. Debu mineral : senyawa kompleks , SO2, SiO3, arang batu dll.
c. Debu metal : timah hitam, mercury, Cd, As dll.
o Umumnya debu menyebabkan penyakit pada paru-paru PNEUMOCONIOSIS.
o Namun dapat juga menyebabkan keracunan umum, akibat absorbsi melalui kulit, lambung, maupun traktus respiratorius keracunan Pb, keracunan Hg, dll.
3/31/2014 46
o Debu yang dapat dihirup oleh pernapasan manusia berukuran 0,1 – 10 mikron.
o 5 – 10 mikron ditahan cilia pada saluran pernapasan atas.
o 3 – 5 mikron ditahan cilia pada saluran pernapasan bagian tengah
o 1 – 3 mikron dapat masuk sampai alveoli paru-paru
o 0,1 – 1 mikron tidak mudah hinggap di permukaan alveoli, karena debu ukuran ini tidak mudah mengendap
3/31/2014 47
o Debu masuk alveoli, jaringan mengeras ( fibrosis ) elastisitas mengurang kemampuan mengikat oksigen menurun vital capacity paru menurun. oksigen compsumtion organ menurun.
3/31/2014 48
o Debu yang menimbulkan gangguan pernapasan tergantung dari :
1. Solubility
Mudah larut langsung masuk kapiler alveoli.
Tidak mudah larut, tetapi ukuran kecil masuk dinding alveoli, dstnya.
2. Komposisi kimia debu : o Innertdust tidak menyebabkan fibrosis paru.
o Proliferatif dust akan membentuk fibrosis fibrocystic pneumoconiosis silica, asbes, bauxite, kapas dsb.
o Tidak termasuk keduanya tidak ditahan, tetapi menimbulkan efek iritasi debu yang bersifat asam / basa kuat
3. Konsentrasi
4. Ukuran partikel debu
3/31/2014 49
1. Pencegahan terhadap transmisi
o Metode basah lantai disiram air, pengeboran basah ( wet drilling )
o Dengan alat : Scrubber Electropresipitator
o Ventilasi umum.
2. Pencegahan terhadap sumber.
o Diusahakan tidak keluar dari sumber Local Exhauster.
o Subsitusi
3. Perlindungan diri masker
3/31/2014 50
3/31/2014 51
Logam Berat
1. Timah Hitam ( Pb ) o Akut : anorexia, muntah – muntah,
pusing, mual, sembelit dan nyeri kelenjar. o Kronis : gejala awal akut, kemudian lanjut
: anemia, sakit yang perih, kelumpuhan kaki dan tangan, gangguan syaraf pusat, berkepanjangan aprosexia, kehilangan daya ingat, kejang, tuli, coma , kematian.
2. Khrom . o Akut : gangguan ginjal, hematuria, anuria,
uremia yang sebabkan kematian, hepatitis, radang ginjal.
o Kronis : gangguan GIT, bila hirup berkepanjangan brochitis, radang paru dan kemungkinan Ca Paru
3/31/2014 52
3. Air Raksa ( Mercury )
o Akut oleh non organik : diare, bronchitis, radang paru dan gangguan ginjal
o Kronis oleh non organik : stomatitis, agitasi, proteinuria dsb.
o Mercuy organik terutama yang bereaksi dengan SSP : kelelahan, daya ingat kurang, kelumpuhan pada tangan dan kaki, sulit berjalan dan berbicara dsb.
4. Kadmium ( Cd ) .
o Terhisap dan terakumulasi dalam tubuh.
o Radang paru akut, sulit bernapas, sesak dsb.
3/31/2014 53
5. Mangan ( Mn ).
o Awal keracunan : asthenia, anorexia, sakit kepala, pusing
dapat berkembang mirip parkinsonisme : sulit berjalan, berbicara, hilang keseimbangan tubuh, kejang otot, gangguan otot muka , dll.
3/31/2014 54
3/31/2014 55
Pelarut Organik
o Dalam kehidupan air merupakan pelarut utama
o Namun dalam proses diluar tubuh kemampuan air sebagai pelarut sangat terbatas.
o Air hanya dapat melarutkan mineral atau zat organik plus beberapa senyawa organik sederhana.
o Dalam industri sebaghagian besar menggunakan zat organik butuh PELARUT ORGANIK.
3/31/2014 56
o Kebutuhan pelarut organik dalam industri sangat meningkat ( di AS 1984 49 juta ton pelarut organik untuk industri )
o Hal ini disebabkan 2 faktor penting:
1. Tersedianya sumber minyak bumi dan gas alam timbul industri petrokimia.
2. Produk industri petrokimia mampu menggantikan bahan konvensional.
3/31/2014 57
Sangat banyak jumlahnya dikelompokkan berdasarkan sifatnya.
Sifatnya tergantung dengan jenis gugus fungsionalnya.
Senyawa organik yang gugus fungsionalnya sama akan mengalami reaksi yang sama pula
Pelarut organik dapat campuran 2 / lebih dengan perbandingan tertentu
Pelarut organik digunakan : mengekstraksi, melarutkan atau membuat suspensi.
3/31/2014 58
Berdasarkan gugus fungsional, dikelompokkan jadi 11 golongan senyawa :
1. Hidrokarbon alifatik n-heksana
2. Hidrokarbon alisiklik sikloheksana
3. Hidrokarbon aromatik benzena, toluena
4. Hidrokarbon yang, mengandung halogen metil klorida, kloroform.
5. Alkohol etil alkohol, n-butil alkohol
6. Aldehid formaldehid
7. Keton aseton, metil etil keton ( MEK )
8. Ester etil asetat
9. Eter (di) etil eter.
10. Amina anilin, etilendiamin
11. Lain-lain karbon disulfida
3/31/2014 59
Bahaya yang mungkin terjadi : 1. Bahaya kecelakaan ledakan / kebakaran 2. Bahaya kesehatan masuknya zat ini ke
dalam tubuh
1. Kebakaran dan ledakan Kebakaran timbul karena 3 unsur :
pelarut organik/ bahan, oksigen diudara dan panas / suhu bahan .
Pelarut organik mudah menguap, mudah terbakar karena lebih cepat bercampur oksigen diudara
3/31/2014 60
Pelarut organik mudah terbakar
tergantung
1. Titik didih rendah gampang menguap
2. Kadar / konsentrasi flamable range
Lower flamable Level (LFL ) – Upper
flamable Level (UFL ) % atau ppm.
3. Suhu titik nyala ( dibakar ) dan titik bakar
( tebakar )
3/31/2014 61
Eter :
Titik didih : 34°C
Flamable range :
1,85 – 48%
Titik bakar (
Ignition point ) :
180°C
Alkohol :
Titik didih : 79°C
Flamable range :
3,3 – 19%
Titik bakar ( Ignition
point ) : 423°C
3/31/2014 62
2. Bahaya bagi kesehatan
Bahayanya tergantung : toksisitas zat,
lama dan besarnya pemaparan.
Masuk kedalam tubuh sebagian besar
melalui pernapasan, sedikit sekali melalui
oral / kulit.
Pengaruh terhadap tubuh :
Efek toksik interaksi kimia yang reversibel
antara zat pelarut dg subtrat tubuh.
Kerja Toksik interaksi kimia yang irreversibel
berupa ikatan kovalens.
3/31/2014 63
Upaya pencegahan Bahaya
Usaha penegendalian bekerja
Deteksi awal kelainan atau gangguan
kesehatan disertai upaya promotif dan
rehabilitatif.
Upaya pendidikan kesehatan
Bahaya kesehatan dan gejala keracunan zat
toksik serta upaya pencegahannya.
Sanitasi dan hygiene lingkungan kerja.
P3K, gizi kerja
Cara kerja yang benar, dsbnya.
3/31/2014 64
3/31/2014 65
Faktor Bahaya Potensial Biologi di Lingkungan Kerja
Pekerja yang berhubungan dengan resiko agen
biologik dikategorikan sbb. :
1. Pekerjaan dibidang kesehatan
Kontak langsung dengan pasien atau
bahan infektius infeksi nosokomial.
2. Pekerjaan bukan dibidang kesehatan.
Kontak dengan agen biologik karena
pekerjaan petani.
3/31/2014 66
Pengendalian dapat ditempuh dengan cara :
1. Pengendalian secara legislatif
Pelaksanaan peraturan perundangan
yang berlaku.
2. Pengendalian secara administratif.
Pengaturan jam kerja, jam istirahat,
lembur dan persyaratan tenaga kerja :
umur, jenis kelamin dan tingkat
kesehatan.
3/31/2014 67
3. Pengendaian secara sains dan Teknologi
Dua aspek teknik produksi dan lingkungan
kerja.
Aspek teknik produksi zat toksik mungkin
dihentikan produksi, disubstitusi oleh yg lebih
aman, mengisolasi dari jarak jauh.
Aspek lingkungan kerja mengamankan
lingkungan kerjanya bukan bahannya
membuat ventilasi yg baik,penurunan
konsentrasi polutan, mencegah kontak polutan
dg alat pelindung dan memperbaiki sanitas
dan higiene lingkungan kerja.
4. Pengendalian dengan cara pemeriksaan
kesehatan.
3/31/2014 68
3/31/2014 69
Faktor Bahaya Potensial Ergonomi di Lingkungan Kerja
Dibicarakan tersendiri dalam ERGONOMI KERJA
3/31/2014 70
Pengendalian Resiko di Lingkungan Kerja
Dikelompokkan 2 kategori :
1. Pengendalian
lingkungan kerja
2. Pengendalian
Perorangan.
3/31/2014 71
Pengendalian lingkungan, meliputi :
perubahan dari proses kerja dan atau lingkungan kerja, dengan maksud
untuk pengendalian dari bahaya-bahaya kesehatan ,baik dengan
meniadakan zat / bahan-bahan yg menimbulkan masalah, atau
mengurangi zat / bahan tersebut sampai tingkat yg tidak membahayakan kesehatan .serta
mencegah kontak antara zat /bahan dengan pekerja
3/31/2014 72
Upaya upaya mengatasi lingkungan kerja, al.:
1. Merubah disain dan tata letak lingkungan
kerja yang adekuat. studi kelayakan, alat/
mesin kurang bahaya potensial lingkungan.
2. Menghilangkan / mengurangi bahan-bahan
berbahaya pada sumbernya.
a. mengganti / subtitusi bahan beracun dengan
yang kurang beracun ( carbon tetrachloride
dengan trichloroethylene sebagai pelarut atau
pembersih gemuk ,)
3/31/2014 73
b. Isolasi terhadap bahan/ alat berbahaya untuk
mencegah kontak dengan pekerja sistim tertutup,
buat dinding pemisah, penutupan sebahagian / seluruh
proses untuk mencegah kontaminasi.
c. Membuat ventilasi yang memenuhi syarat.
d. Cara basah menghilangkan dispersi debu dg
menggunakan air / bahan basah lainnya
3. Pemeliharaan kebersihan lingkungan kerja (
house keeping and maintenance )
3/31/2014 74
Pengendalian perorangan dapat
dilakukan dengan cara a.l. :
Penerapan cara-cara kerja yang baik
dan benar
Penggunaan alat pelindung diri yang
sesuai dan adekuat.
Kebersihan dan kesehatan perorangan.
pemeriksaan kesehatan pekerja
secara berkala tertutama pekerja yang
berhubungan dengan bahan B3.
3/31/2014 75
Pengendalian resiko dilingkungan kerja harus
dilaksanakan secara menyeluruh, bersama-
sama, memerlkan pendekatan multidisipliner.
Secara umum pengendalian secara hirarki :
1. Elimination and Subtitution .
2. Engineering Controls
3. Administrative Controls
4. Personal Protective Equipment.
3/31/2014 76
3/31/2014 77
31/03/2014 77