oleh : fadinla da-oh -...
TRANSCRIPT
IDEOLOGI POLITIK ORGANISASI PERJUANGAN MELAYU
MUSLIM DI PATANI THAILAND SELATAN
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai
Gelar Sarjana Hukum Islam
Oleh :
Fadinla Da-oh NIM : 103045228190
KONSENTRASI SIYASAH SYAR’IYYAH
PROGRAM STUDI JINAYAH SIYASAH
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1429 H / 2008 M
IDEOLOGI POLITIK ORGANISASI PERJUANGAN MELAYU
MUSLIM DI PATANI THAILAND SELATAN Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum
untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai
Gelar Sarjana Hukum Islam (SHI)
Oleh :
Fadinla Da-oh
NIM : 103045228190
Di Bawah Bimbingan
Pembimbing
Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH, MA, MM
KONSENTRASI SIYASAH SYAR’IYYAH
PROGRAM STUDI JINAYAH SIYASAH
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1429 H / 2008 M
PENGESAHAN PANITIA UJUAN
Skripsi berjudul IDEOLOGI POLITIK ORGANISASI PERJUANGAN MELAYU
MUSLIM DI PATANI THAILAND SELATAN telah diujukan dalam Sidang
Munaqasyah Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta pada………………..2008. Skripsi ini telah diterima sebagai
salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Hukum Islam (SHI) pada Program Studi
Jinayah Siyasah (Siyasah Syar’iyyah).
Jakarta,……………..2008
Mengesahkan,
Dekan Fakultas Syariah dan Hukum
Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH, MA, MM
NIP. 150 210 422
PANITIA UJIAN
1. Ketua : (………………..) 2. Sekretaris : (………………..) 3. Pembimbing: Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH, MA, MM(……………...) NIP. 150 210 422
4. Penguji I : (………………..)
5. Penguji II : (………………..)
بسم اهللا الرحمن الرحيمKATA PENGANTAR
Alhamdulillah. Segala puji dan syukur ke hadirat Allah yang melimpahkan
Rahmat dan hidayat–Nya kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. Salawat
serta salam kepada junjungan Nabi besar Muhammad s.a.w. yang menjadi suri
tauladan bagi umat manusia seluruh alam.
Penulis menyadari bahwa dengan kemampuan yang dimiliki tidak akan selesai
tanpa ada bimbingan dan dukungan yang penuh keikhlasan dari berbagai pihak,
karena masih banyak kekurangan, karenanya penulis mengharapkan kritikan dan
saran dari berbagai pihak.
Tentunya, dalam penyelesaian skripsi ini penulis tidak dapat menghindari
bantuan dari berbagai pihak, baik secara moral dan material. Kepada mereka semua,
penulis menyampaikan rasa terima kasih yang mendalam khususnya kepada kedua
orang tua, Ayahanda H. M. Safi Da-oh dan Ibunda Semah Da-oh. Atas kesabaran
dalam mendidik, membimbing serta memberi dukungan kepada penulis sehingga
dapat menyelesaikan studi ini. Selain beliau berdua, penulis juga ingin
menyampaikan rasa terima kasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Drs. H. Muhammad Amin Suma, SH., MA., MM selaku
Dekan Fakultas Syariah dan hukum, sekaligus dosen pembimbing yang telah
meluangkan waktu di tengah-tengah kesibukkannya memberi petunjuk dan
masukkan kepada penulis dalam penyelesaian skripsi ini.
2. Bapak Asmawi, M.Ag, selaku Ketua Jurusan Jinayah Siyasah, UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Ibu Sri Hidayati, M.Ag, selaku Sekretaris Jurusan Jinayah Siyasah UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
4. Bapak Drs, H. Abdul Wahab A. Muhaimin, Lc. MA, selaku dosen penasehat
akademik Jurusan Jinayah Siyasah dan seluruh dosen dan karyawan Fakultas
Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
5. Kedutaan Besar Thailand di Jakarta-Indonesia beserta staf-stafnya, atas
dukungannya selama studi di Indonesia.
6. Departemen Agama Republik Indonesia yang telah memberi sponsor dan atas
penyelenggeraan studi banding bagi mahasiswa asing yang berkuliah di
Indonesia. Khususnya kepada Biro Hukum dan Humas, bidang hubungan
Luar negeri.
7. Pimpinan Perpustakaan Utama, Perpustakaan Fakultas Syariah dan Hukum
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta beserta staf-stafnya atas pemberian fasilitas
bagi penelurusan bahan kepustakaan.
8. Kepada adikku yang disayangi, A’ang (Ilham) yang selalu memberi motivasi
dan support selama penulis berada di Indonesia.
9. Teman-teman kelas Jinayah Siyasah angkatan 2003, semoga kebersamaan kita
menjadi sebuah kenangan yang tak terlupakan. Juga kepada teman-teman
setanah air dengan penulis, rekan-rekan asal dari Malaysia, dan Filipina, yang
tidak dapat disebutkan di sini satu persatu karena keterbatasan tempat. Kepada
mereka penulis mengucapkan banyak terimakasih atas segala-galanya selama
studi di Indonesia.
Kepada Allah SWT. penulis berharap, semoga segala amal baik dari
berbagai pihak mendapat balasan dari-Nya. Amien ya rabbal a’lamin.
Wa billahi fi sabililhaq
Wassalam.
Jakarta, 02 Maret 2008
Penulis
DAFTAR ISI
KATAPENGANTAR........................................................................................ i
DAFTAR ISI...................................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN............................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah................................................................. 1
B. Identifikasi, Pembatasan, dan Perumusan Masalah ....................... 8
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ................................................... 10
D. Metode Penelitian ......................................................................... 11
E. Kajian Pustaka................................................................................ 13
F. Sistematika Penulisan .................................................................... 14
BAB II ISLAM MASUK DAN BERKEMBANG DI PATANI..................... 16
A. Letak Geografis.............................................................................. 16
B. Masyarakat Patani pra Islam .......................................................... 17
C. Kedatangan Islam di Patani............................................................ 21
D. Kerajaan Islam Patani di Masa Kejayaan dan Kemunduran.......... 25
BAB III GERAKAN PERJUANGAN MELAYU MUSLIM DI PATANI .. 32
A. Barisan Nasional Pembebasan Patani (BNPP-BIPP)..................... 33
B. Barisan Revolusi Nasional (BRN) ................................................. 38
C. Patani United Liberation Organization (PULO) ............................ 42
D. Barisan Bersatu Kemerdekaan Patani (BERSATU) ...................... 48
BAB IV PENYEBAB UTAMA TUNTUTAN MERDEKA
MASYARAKAT MELAYU MUSLIM DAN UPAYA
PENYELESAIANNYA................................................................... 51
A. Kebijakan Politik Pemerintah dan respon masyarakat................ 51
1. Politik Integrasi ..................................................................... 51
2. Politik Asimilasi.................................................................... 52
B. Langkah dan Upaya Penyelesaiannya......................................... 58
BAB V PENUTUP ............................................................................................ 68
A. ............................................................................................Kesim
pulan............................................................................................ 68
B. ............................................................................................Saran-
saran ............................................................................................ 69
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN:
1. Peta Muangthai bagian Selatan
2. Batu nisan maqam Raja Patani pertama
3. Batu nisan maqam Raja Samudera Pasai
4. Komiti Perundingan Rakyat Melayu Patani (KPRMP)
5. Sidang Pejuang Patani 31 Agustus 1989 M.
6. Perlembagaan Negara Melayu Islam Patani
7. Majlis Permusyuaratan Rakyat Melayu Patani (MPRMP)
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Secara historis, para sejarahwan sependapat bahwa Patani 1 merupakan salah
satu negara Melayu di Nusantara dan pernah menjadi salah satu pusat peradaban
Islam terbesar di Asia Tenggara. Kemajuan dan perkembangannya terdapat pada
masa munculnya Kerajaan Melayu Patani Darussalam, sehingga bahasa Melayu
Patani telah menjadi salah satu bahasa yang digunakan di kalangan pedagang-
pedagang dalam menyebarkan agama Islam di kepulauan Melayu Nusantara. Pada
abad ke-18 dan ke-19 M bahasa Melayu merupakan bahasa yang digunakan oleh para
ulama Patani yang berada di Timur Tengah dalam penulisan buku-buku agama atau
kitab kuning.2 Dengan kata lain, Arab Melayu selain menjadi bahasa sehari-hari
(Lingua Franca), juga sebagai bahasa ilmiah.
Sebagian dari ulama Patani yang belajar di Timur Tengah setelah
menyelesaikan studi dan kembali ke tanah air membuka lembaga pendidikan Islam
yang dikenal dengan “Pondok”, dengan mengikuti pola pendidikan di Timur Tengah.
Salah seorang ulama Patani yang terkenal adalah : Dawud bin Abdullah bin Idris Al-
Fatani, yang pengajarannya terus dikembangkan pula oleh Ahmad bin Muhammad
1
Selanjutnya, penulisan akan menggunakan istilah ‘Patani’ (ditulis dengan satu ‘t’) yang mencerminkan suatu wilayah yang perbatasannya lebih luas dari pantai laut Cina Selatan. Sedangkan ‘Pattani’ (dengan dua ‘tt’) merupakan salah satu propinsi di Thailand Selatan sekarang.
2 Shaghir Abdullah, Sejarah Ringkas Syeikh Daud bin Abdullah al-Fatani, (Malaysia:
Akademi Islam Universiti Malaya, 1991), h. 34
Zayn Al-Fatani.3 Lambat laun lembaga ini berkembang tidak hanya di Patani, tetapi
sampai ke Semenanjung Tanah Melayu dan Nusantara pada umumnya. Namun,
kejayaan yang pernah dicapai oleh Patani berakhir seiring dengan ditaklukkannya
negara ini oleh kerajaan Siam (Thailand), dan dimasukannya wilayah tersebut ke
dalam kekuasaannya. Dalam “Sejarah Kerajaan Melayu Patani”, Ibrahim Syukri
mengatakan bahwa:
Pada tahun 1902 M, kedudukan negara Patani secara berangsur telah tercantum menjadi bagian dari jajahan negara—Thai. Kerakyatan orang Melayu Patani pun telah berubah menjadi kewarganegara Siam-Thai. Pegawai pemerintah Siam dari Bangkok mulai masuk dan memegang jabatan di Patani.4
Pencaplokan wilayah Patani oleh dinasti Thailand ke dalam kekuasaannya
secara formal pada tahun 1909 M, yaitu setelah diperlakukan perjanjian yang dikenal
dengan “Anglo-Siamese Treaty”, mengenai wilayah Semenanjung Melayu yang
berada di bawah kekuasaan Siam. Dalam perjanjian tersebut ditentukan bahwa bangsa
Inggris mendapatkan wilayah Kelantan, Kedah, Terangganu, dan Perlis (sekarang
menjadi negara bagian dari Malaysia). Sedangkan Patani, (yang terdiri atas propinsi
Pattani, Narathiwat, Yala, Setul dan sebagian dari propinsi Songkhla sekarang)
diberikan kepada Siam. 5
Pemerintah kolonial Inggris melepaskan klaimnya atas wilayah Siam yang
sebelumnya pernah diajukannya, dan mengakui kedaulatan Siam atas wilayah
3
Ibid, h. 35 4
Ibrahim Syukri, Sejarah Kerajaan Melayu Patani, (Malaysia: UKM, 1958), h. 101 5
Riza Sihbudi, (ed), Probelematika Minoritas Muslim di Asia Tenggara, (Jakarta: PPW-LIPI, 2000), h. 123
Patani. Perjanjian ini memberikan jaminan penuh bagi pemerintah Thailand untuk
menguasai sepenuhnya Patani dan memberikan akses baginya untuk mengambil
beberapa langkah kebijakan yang memperlemah kedudukan Muslim Patani,
sekaligus mengkonsolidasikan kekuasaan terhadap Patani. Semua kebijakan yang
dilancarkan dapat disebut sebagai mono-ethnic character of the state atau etnik
tunggal yang menjadi ciri khas dari negeri Thailand.
Permasalahan yang sedang dihadapi oleh hampir semua negara sedang
berkembang khususnya di Patani, pada umumnya merupakan persoalan integrasi
nasional. Di antara lain, disebabkan oleh kemajemukan kelompok masyarakat dalam
suatu negara. Hal tersebut merupakan sebuah kenyataan yang tidak dapat dipungkiri
lagi. Kemajemukan berarti adanya keanekaragaman unsur dalam susunan masyarakat
yang berupa bentuk suku bangsa, agama dan golongan-golongan sosial lainnya. Salah
satu ciri yang menonjol adalah kecenderungan kuat memegang jati diri atau identitas
kelompok masyarakat tertentu, memberi isyarat pekanya hubungan antar kelompok
atau golongan dalam masyarakat yang kemudian memperkuat batas sosial dan
perbedaan antar kelompok masing-masing.6
Keanekaragaman tadi juga terdapat dalam pemahaman terhadap ajaran agama
di dalam masyarakat yang disebabkan perbedaan dalam memahami dan menafsirkan
sumber tersebut sehingga dapat melahirkan pemahaman keagamaan yang dapat
menimbulkan konflik agama. Di dalam konflik agama, terkadang perbedaan agama
6 Surin Pitsuwan, Islam di Muang Thai: Nasionalisme Melayu Masyarakat Patani, (Jakatra:
LP3ES, 1989), h. 1
dijadikan acuan dalam menghadapi lingkungan kelompok lainnya, seperti yang
dikemukakan oleh Cliffort Geertz bahwa:
“Faktor penting yang mempengaruhi timbulnya instabilitas adalah karena adanya ikatan primordial yang antara lain disebabkan oleh faktor agama, hubungan daerah, bahasa, dan kebiasaan adat-istiadat.” 7
Dari kutipan di atas, dapat dikatakan bahwa masyarakat Patani mempunyai
rasa kesamaan atau kedekatan karena rasa solidaritas sebagai suatu kelompok.
Dengan demikian, kelompok tersebut menolak kekuasaan kelompok lainnya, pada
gilirannya adalah terjadi permusuhan.
Kelompok golongan biasanya menempati teritorial tertentu. Keberadaan
kelompok teritorial terdapat pada setiap negara, dan sering kali terjadi disebabkan
adanya yang berkuasa. Karena, mereka mendapat perlakuan-perlakuan yang kurang
adil dan tekanan dalam setiap aspek kehidupan sehingga menimbulkan usaha untuk
memisahkan diri. Mengutip dari Cliffort Geertz menjelaskan bahwa:
“Ketidakpuasan politik, ekonomi maupun kelas menjurus kepada revolusi. Tetapi ketidakpuasan yang didasarkan pada agama, bahasa, ras, atau kultur sejarah menjurus kepada pemisahan bangsa dari suatu negara atau penuntutan kembali kedaulatannya.” 8
Jika persoalan primodial seperti yang telah disebutkan tadi menjadi
permasalahan bagi setiap negara, maka bagi masyarakat Muslim Patani memenuhi
semua unsurnya, yaitu perbedaan dalam agama, hubungan daerah, bahasa, kebiasaan
7
Juwono (ed), “Ikatan-ikatan Primordial dan politik Kebangsaan di Negara-negara Baru” dalam Pembangunan Politik dan Perubahan Politik, (Jakarta: Gramedia, 1985) h. 16
8 Ibid, h. 21
adat-istiadat, dan ditambah dengan terkonsentrasinya hidup mereka pada territorial
tertentu.
Persoalan yang mereka hadapi merupakan suatu dilema yang cukup besar.
Bagaimana seharusnya mereka lakukan? Berpartisipasi dalam proses politik sebuah
negara yang didasarkan atas kelompok kosmologi Budha. Birokrasi yang mewakili
negara didominasi oleh Thai-budhis di mana dalam berbagai upacara dan ritual
kenegaraan seluruhnya adalah Budhis.9
Salah satu usaha suatu kelompok untuk memisahkan diri dari pemerintah
untuk mendapatkan haknya, tidak diberikan begitu saja oleh negara yang
menguasainya. Hal ini erat kaitannya dengan proses pembangunan politik di negara
tersebut. Tindakan negara adalah mendominasi ke dalam kelompok tersebut agar
tidak memisahkan diri. Pertentangan antar kelompok sosial tidak dapat dihindari lagi.
Akibatnya, perbedaan tersebut makin menajam takala aspek politik dan ekonomi
dalam struktur masyarakat mengisyaratkan perbedaan paham kelompok yang ada
sehingga menyebabkan konflik-konflik di antara sesama warga masyarakat tersebut.
Pertentangan ini pada hakikatnya terpusat pada persaingan kelompok dalam
kekuasaan yang terbentuk dari kelompok-kelompok yang saling bertentangan.10
Selanjutnya pertentangan akan menjurus kepada konflik fisik, yaitu perjuangan
bersenjata digunakan oleh kelompok tertentu sebagai cara untuk memaksa pihak
penguasa agar memenuhi tuntutan mereka, walaupun cara itu hanya bersifat
9
Pitsuwan, Islam di Muang Thai, h. 7 10
Walter Jones (ed), “The distribution If Gains in Costoms Unions Between Developing Countries” dalam Logika Hubungan Internasional, (Jakarta: Rajawali, 1988), h. 104
sementara atau selamanya sebelum tuntutan itu tercapai. Perlawanan bersenjata
secara psikologis bertujuan meruntuhkan moral atau semangat penguasa agar lebih
memperhatikan keberadaan mereka atau identitas kelompok tersebut.
Konflik yang terjadi di Thailand Selatan, persoalan yang dihadapi adalah
legitimasi pemerintahan, yaitu suatu bentuk pemerintahan yang dapat diterima oleh
semua warganegara, tanpa terkecuali bangsa dan agama.11 Meskipun negara Thailand
bukan negara baru dalam artian eks-kolonial, dan merupakan satu-satunya negara
yang tidak pernah dijajah oleh bangsa Barat. Tetapi dalam banyak hal terutama dalam
konteks integrasi nasional, upaya revitalisasi nasionalisme Thai yang dibangkitkan
oleh Phibul Songkram (PM Thailand) dalam rangka merangkul pemuka agama yang
mengidentikkan Raja, negara, dan Agama—Raja sebagai pelindung agama yang
mendapat hak melalui negara untuk melindungi dan memurnikan agama. Dalam
kesatuan nasional, Phibul Songkram menyamakan patriotisme dengan Budhisme
tanpa mempertimbangkan perasaan kelompok etnik lain, terutama Melayu. Mengutip
dari Surin Pitsuwan mengatakan bahwa konflik di Selatan Thailand terjadi karena
mereka mempunyai akar budaya yang sangat berbeda. Perbedaan persepsi mengenai
peran pimpinan agama dalam negara dan wewenang negara dalam urusan hirarki
11
Ahmad Omar Capakia, Politik Thai dan Masyarakat Islam di Selatan Thailand, (Malaysia: Pustaka Darussalam, SDN. BHD 2000), h. 90
keagamaan masyarakat. Hal ini menyebabkan semakin tajamnya konflik politik di
daerah Patani Raya.12
Ketika terjadi konflik pada tahun 2003 M dan pemerintah memperlakukan
darurat militer, Isma’il Lutfi, seorang ilmuan Muslim Patani mengatakan bahwa:
Konflik tidak akan berkepanjangan jika pemerintah dalam penyelesaiannya mengambil langkah yang tepat berdasarkan kebersamaan, keadilan dan tidak menggunakan kekerasan. Sekiranya pemerintah lebih utamakan cara golongan yang tidak suka dengan Islam dan mengabaikan ide-ide masyarakat setempat yang menjadi korban adalah masyarakat, mereka lebih mengetahui persoalannya. Pada zaman globalisasi ini media massa telah dimanfaatkan oleh musuh-musuh Islam. Mereka mendesak agar dunia percaya bahwa perbedaan kebudayaan dan agama menjadi faktor utama terjadi konflik. Pernyataan ini sangat bertentangan dengan Islam yang mengajarkan bahwa perbedaan antara manusia merupakan jembatan untuk saling mengenal dan menjalin hubungan baik antara satu dengan yang lainnya. Medialah yang menuduh tuan guru dan aktifis-aktifis Patani sebagai teroris untuk menyulut konflik antara pemerintah dan masyarakat muslim Thai.13
Selain perbedaan di atas, ditambah dengan perlakuan keras dari aparat
pemerintah dalam mengurus masyarakat Melayu Patani, terutama dalam menjalani
kebijakan integrasi dan asimilasi secara paksa, akibatnya masyarakat bangun
melawan penguasa merupakan suatu keharusan. Karena politik asimilasi sama saja
artinya dengan pembasmian etnik mereka. Kesadaran itu makin lama semakin
menguat sehingga lahir berbagai tuntutan yang dimulai dari tuntutan hak otonomi
sampai kepada tuntutan kemerdekaan. Tuntutan mereka merupakan konsekuensi
logis dari rangkaian tuntutan yang tidak pernah dipenuhi, mulai dari tragedi
12
Pitsuwan, Islam di Muang Thai, h. 9 13
Isma’il Lutfi, Islamic Guidance Post, ‘Edisi khusus’, (Thailand: 2003), edisi ke-235, Oktober-September, h. 11
kematian H. Sulong.14 Sebenarnya kegagalan tuntutan ‘tujuh perkara’ disebabkan
oleh terjadinya perbedaan pendapat di kalangan pimpinan politik di Bangkok.15
Tragedi yang disebutkan di atas merupakan permulaan sejarah bagi gerakan
perjuang Muslim Melayu Patani yang terus memperjuangkan hak mereka sampai
sekarang sejalan dengan semakin berkembangnya persoalan mereka yang tidak
dapat diselesaikan dengan baik oleh pemerintah pusat. Meskipun sebelumnya
masyarakat Muslim Patani tidak pernah setuju terhadap kekuasaan Thai, tetapi
perlawanan yang mereka lakukan sebatas pada perlawanan yang pasif dan bersifat
sporadis tanpa suatu arah yang jelas, kemudian pola tuntutan itu berkembang lebih
jauh menjadi suatu perlawanan yang berorientasi ideologis serta mengarah kepada
kekerasan politik dalam bentuk organisasi perjuangan bawah tanah.
Oleh karena itu, penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian guna
mendeskripsi substansi ideologis dari setiap kelompok perlawanan yang terorganisir.
Kemudian akan membandingkan beberapa ideologi perjuangan politik yang telah
digariskan oleh setiap organisasi serta masalah-masalah yang muncul di sekitar
ideologi bila ditinjau dari perspektif internal maupun eksternal antar organisasi, yaitu
14 Seorang ulama dan pejuang menuntut keadilan bagi masarakat Muslim Patani. Ia dibunuh
dan dibuang ke laut Senggora (Semila Beach) berdekatan dengan pulau Tikus pada malam sabtu, 13 Agustus 1954 M. Tuntutan yang ia ajukan kepada pemerintah adalah: (1) wilayah Patani seharusnya dipimpin seorang putra daerah; (2) 80 % pegawai Patani hendaknya Muslim; (3) Bahasa Melayu dan bahasa Thai dijadikan bahasa resmi; (4) Bahasa Melayu dijadikan bahasa pengantar di sekolah dasar; (5) Bagi kaum muslim hendaknya diterapkan hukum islam, bukan hukum sipil; (6) Pendapatan asli daerah sepenuhnya dimanfaatkan untuk kepentingan wilayah Patani sendiri; (7) Hendaknya dibentuk suatu lembaga muslim.
15 Mohd. Zamberi A. Malik, Umat Islam Patani: Sejarah dan Politik, (Malaysia, Shah Alam:
HIZBI, 1993), h. 225
respon dan upaya yang dilakukan oleh pemerintah Thailand. Penelitian ini, penulis
memberi judul “IDEOLOGI POLITIK ORGANISASI PERJUANGAN MELAYU
MUSLIM PATANI DI THAILAND SELATAN”
B. Identifikasi, Pembatasan, dan Perumusan Masalah
1. Identifikasi Masalah
Pada awalnya Patani merupakan sebuah negara yang berdaulat dan merdeka.
Namun, ketika Patani menjadi bagian dari negara Thailand, menyebabkan pemerintah
melancarkan beberapa program pembangunan antara lain melakukan perombakan
administrasi serta mengganti para penguasa dengan pegawai Thai-Budhis, dan
melancarkan politik integrasi. Kebijakan tersebut tentunya sangat mempengaruhi
kehidupan masyarakat muslim Patani baik dalam konteks politik, sosial, ekonomi,
dan kebudayaan, termasuk kondisi intelektual karena situasi tidak kondusif. Beberapa
langkah yang dilakukan oleh pemerintah mendapat protes dari penduduk Melayu-
muslim yang menempati propinsi tersebut. Protes yang dilakukan adalah sebagai
upaya untuk mempertahankan budaya serta meraih kemerdekaan dan membentuk
negara berdasarkan prinsip Islam.
2. Pembatasan Masalah
Dari latar belakang masalah yang disebutkan di atas memberi gambaran
bahwa masyarakat Melayu Muslim Patani masih tetap memperjuangkan hak mereka
dengan berbagai cara selama tujuan mereka belum tercapai. Supaya pembahasan ini
lebih terarah, maka penulis membatasi masalah yang akan dibahas ialah 4 (empat)
organisasi perjuangan dari sekian banyak organisasi (84 lebih) dengan target dan
tujuan yang berbeda-beda.16 Yaitu; Barisan Revolusi Nasional (BRN), Barisan
Nasional Pembebasan Patani (BNPP) atau disebut juga dengan Barisan Islam
Pembebasan Patani (BIPP), Patani United Liberetion Organization (PULO), Barisan
Bersatu Kemerdekaan Patani (BERSATU). Berawal dari tahun setelah Patani
diintegrasikan ke dalam negara Thailand sampai dengan sekarang (1909-2006 M).
Penelitian ini juga di batasi lebih pada idelogi perjuangan kemerdekaan.
3. Perumusan Masalah
Sikap politik serta perlawanan yang dilakukan oleh beberapa organisasi
tersebut, tentunya tidak terlepas dari keberhasilan dan kegagalan. Namun, yang
sangat menarik adalah pada setiap pergerakan itu terdapat berbagai pemikiran politik
yang dalam hal ini dapat digolongkan sebagai ideologi.17 Yang dimaksudkan dengan
ideologi adalah cita-cita politik yang tertuang dalam garis dan haluan perjuangan dari
setiap pergerakan.
Adapun rumusan masalah dalam penulisan ini adalah sebagai berikut:
1. Siapa itu Melayu Muslim Patani?
2. Apa saja prinsip politik Melayu Muslim di Thailand Selatan?
16
Riza, Probelematika Minoritas Muslim di Asia Tenggara, h. 131 17
Yang dimaksud dengan “ideologi” adalah: (1) kumpulan konsep bersistem yang dijadikan asas pendapat (kejadian) yang memberi arah dan tujuan untuk kelangsungan hidup; (2) cara berfikir seseorang atau suatu golongan; (3) paham, teori, dan tujuan yang berpadu merupakan satu program sosial politik. Sedangkan berideologi adalah: menyangkut atau berkenaan dengan ideologi. Tim penyusun kamus pusat pembinaan dan pengembangan bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, edisi ke-2, cet, 7, (Jakarta: Balai Pustaka, 1996), h. 366
3. Apa penyebab tuntutan kemerdekaan dan solusi apa yang bisa diberikan?
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan masalah yang telah dirumuskan di atas, penulis melakukan
penelitian ini bertujuan untuk:
a. Mengetahui ideologi politik dan perjuangan kemerdekaan.
b. Mengetahui respon pemerintah Thailand terhadap perjuangan politik yang
dilakukan oleh organisasi perjuangan kemerdekaan.
2. Kegunaan Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberi sumbangsih bagi pembaca, para
pejuang Islam di Patani pada khususnya dan masyarakat Melayu-muslim pada
umumnya. Selain itu, penulis mengharapkan penelitian ini juga dapat
memberi motivasi bagi generasi baru, para tokoh ulama Patani untuk
mempertahankan identitas Islam seiring dengan perubahan, perkembangan
dan kebijakan politik demokrasi Thailand sekarang.
D. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan teknik pengumpulan
data melalui studi kepustakaan (library research) dalam rangka mengumpulkan
bahan dan informasi yang representatif, baik berupa buku, artikel dan lain sebagainya
yang diterbitkan oleh organisasi tersebut maupun organisasi lain, serta referensi lain
yang relevan dengan penelitian ini.
Dalam pembahasan ini penulis melakukan penelitian yang bersifat deskriptif
dan menganalisis data yang didapatkan dengan menggunakan analisa induktif,
deduktif dan komparatif. Metode komparatif merupakan sejenis metode deskripsi
yang ingin mencari jawaban secara mendasar tentang sebab-akibat, dengan
menganalisis faktor-faktor penyebab terjadinya atau munculnya suatu fenomena.18
Selain menggunakan data-data kepustakaan penulis juga melakukan penelitian
di lapangan dengan teknik pengumpulan sebagai berikut:
1 Wawancara (Interview)
Yaitu suatu teknik dalam memperoleh informasi dengan cara tatap muka
atau bertanya langsung dengan anggota organisasi atau tokoh masyarakat lainnya
yang berkaitan dengan penelitian ini.
2. Observasi
Mengadakan pengamatan atau pencatatan secara sistematis terhadap
obyek penelitian. Pada tahap ini, penulis mengadakan pengamatan terhadap
kondisi masyarakat Islam Patani, baik tindakan pemerintah dan lain
sebagainya.
3. Studi Dokumentasi
Yaitu pengambilan data melalui dokumen-dokumen. Studi dokumentasi
bukan berarti hanya studi historis, melainkan studi dokumen berupa data
tertulis yang mengandung keterangan dan penjelasan serta pemikiran tentang
18 Dadang Kahmad, Sosiologi Agama, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2000), h. 10
fenomena yang masih aktual. Studi dokumentasi berproses dan berawal dari
menghimpun dokumen, memilih-milih dokumen sesuai dengan tujuan
penelitian, menerangkan, mencatat serta menafsirkannya, dan menghubung-
hubungkannya dengan fenomena lain. 19
Jadi, secara garis besar terdapat dua sumber yang digunakan dalam penelitian
ini, yaitu; Pertama, sumber primer yang merupakan data yang paling akurat dan yang
paling penting dalam penelitian ini, yaitu AD/ART (Angaran Dasar/Angaran Rumah
Tangga) organisasi tersebut. Kedua, sumber sekunder merupakan sumber pendukung
dari sumber primer yang diperoleh dari karya-karya organisasi tersebut maupun dari
luar. Adapun pendekatan yang sesuai dengan pembahasan ini adalah pendekatan Ilmu
Sosial, dan Ilmu Politik. Selain itu penulis memerlukan pendekatan lain, yaitu
pendekatan historis.
E. Kajian Pustaka
Berdasarkan penelitian yang telah penulis lakukan ini, sejauh penulis ketahui
belum ada yang meneliti organisasi perjuangan Melayu Muslim Patani secara khusus,
kebanyakan peneliti melakukan penelitian di antara lain;
Desertasi, Surin Pitsuwan dengan judul: Islam di Muang Thai, Nasionalisme
Melayu Masyarakat Patani, yang diterjemahkan ke dalam bahasa Indenesia oleh
Hasan Basari dan diterbitkan di Jakarta oleh LP3ES tahun 1989 M.
19 Wardi, Bakhtiar, Metodologi Penelitian Ilmu Dakwah, (Jakarta: Logos, 1997), h. 77
Setelah penulis menelaah buku tersebut sekadar mendeskripsikan berbagai
pemberontakan dan perlawanan masyarakat Patani terhadap pemerintah pusat.
Selama dasawarsa yang lalu sudah terjadi serangkaian talaah mengenai peristiwa
politik yang terjadi setelah Raja Rama V melakukan pembaharuan pemerintahan dan
melancar kebijakan integrasi nasional. Telaah itu semuanya bersifat historis semata.
Sedikit saja di antaranya, jika ada, yang berusaha secara khusus dan mendalam.
Karya-karya lain yang membahas organisasi perjuangan bangsa Patani adalah:
1. Mohd. Zamberi A. Malik, Umat Islam Patani: Sejarah dan Poiltik, Shah
Alam, Malaysia, Hizbi, 1993. fokus pembahasan dalam buku tersebut adala
mengenai sejarah negara Patani, dan sejarah munculnya gerakan kemerdekaan
di Patani.
2. Nik Anuar, Nik Mahmud, Sejarah Perjuangan Melayu Patani, Bangi:
University Kebangsaan Malaysia, 1999. Buku ini lebih memfokuskan
pemahasannya mengenai awal munculnya perjuangan masyarakat di Patani,
perjuangan ulama di Patani, serta beberapa peristiwa penting dalam gerakan
ulama di Patani, seperti tragedi penculikan H. sulung, pemberontakan di
dusung-nya, dan lain sebagainya.
3. Ahmad Omar Chapakia, Politik Thai dan Masyarakat Islam di Selatan
Thailand, Pustakan Darussalam, Alor Setar, Kedah Darul Aman, 2000. Buku
ini menjelaskan lebih lengkap mengenai kebijakan pemerintah Thai berada di
bawah kekuasaan raja Rama I, atau di zaman monarki absolut sampai pada
periode raja Rama IX, atau disebut juga zaman konstitusional.
F. Sistematika Penulisan
Penulisan skripsi ini dibagi ke dalam lima bab dengan sistematika
pembahasan sebagai berikut:
BAB I : Pendahuluan yang meliputi: Latar belakang masalah, Identifikasi,
Pembatasan, dan perumusan masalah, Tujuan dan kegunaan penelitian,
Metode penelitian, Kajian pustaka, dan sistematika penulisan.
BAB II : Sejarah singkat kehidupan dan perkembangan Islam di Patani yang
meliputi: Letak geografi, Masyarakat Patani pra Islam, Kedatangan Islam di
Patani, dan Kerajaan Islam Patani di masa kejayaan dan kemunduran.
BAB III : Gerakan Perjuangan Melayu Muslim di Patani yang meliputi: Barisan
Nasional Pembebasan Patani, Barisan Revolusi Nasional, Patani United
Liberation Organization, dan Barisan Bersatu Kemerdekaan Patani.
BAB IV : Penyebab Utama Tuntutan Merdeka Masyarakat Melayu Muslim dan
Upaya Penyelesaiannya yang meliputi: Kebijakan Politik Pemerintah
Thailand dan Respon Masyarakat; Langkah dan Upaya Penyelesaiannya,
Tuntutan Otonomi dan Respon Pemerintah.
BAB V : Penutup yang meliputi: Kesimpulan dan saran-saran.
BAB II
ISLAM MASUK DAN BERKEMBANG DI PATANI
A. Letak Geografis
Wilayah Patani terletak di antara 6 sudut derajat 10 lintang ke Utara khatulistiwa,
di antara 6 dan 7 derajat bujur 101 sampai 102 darat Lintang Timur.20 Luas wilayah
16.700 kilometer persegi yang mencakupi empat propinsi yaitu : Yala, Narathiwat,
Pattani, dan Setul.21 Patani di sebelah Timur berbatasan dengan Laut China Selatan; di
sebelah Barat berbatasan dengan Laut Andaman; di sebelah Selatan berbatasan dengan
Malaysia; dan di sebelah Utara berbatasan dengan negeri Siam (Thailand).
Penduduk Patani terdiri dari tiga kelompok etnis yaitu; Budhis, Cina dan
Melayu. Di antara mereka yang mayoritas adalah etnis Melayu beragama Islam yang
terkenal dengan sebutan “Thai Muslim” berjumlah sekitar 80% dari jumlah penduduk
Patani sekitar 5 juta jiwa. Bahasa dan budaya mereka adalah Melayu, 4% dari jumlah
penduduk Thailand secara keseluruhan kurang lebih 80 juta jiwa. Dengan persentase
yang kecil ini, sehingga mereka dikenal sebagai kelompok minoritas di negara
Thailand bagian selatan. 22
20
Ismail Che’ Daud, Tokoh-tokoh Ulama Semenanjung Melayu, (Kota Baru: Majlis Agama Islam dan Adat Istiadat Melayu Kelantan, 1988), h. 358-362
21 PRC, Patani Pasti Dibebaskan, (Kuala Lumpur: t.th), h. 1
22
Dokumentasi Majlis agama Islam propinsi Pattani, (Thailand: Majlis Pattani, 2002), h. 15
Secara geografis Patani terletak pada rangkaian pergunungan yang terbentang
dari perbatasan Siam hingga ke perbatasan Malaysia yang terdiri dari dua kuala.23
Patani memiliki beberapa sungai besar sehingga daerah tersebut sangat subur
memiliki ragam jenis tumbuhan serta banyak dihuni oleh berbagai jenis binatang.
Mandel Slohe, seorang pengembara Jerman seperti dikutip oleh Ibrahim Syukri,
menggambarkan daerah tersebut sebagai berikut:
Patani adalah sebuah negera yang sangat makmur, penduduk Patani dapat menikmati bermacam jenis buah-buahan sepanjang tahun. Ayam di Patani mengeluarkan telur dua kali sehari, padinya sangat banyak. Ada berbagai jenis daging, seperti daging lembu, kambing, angsa, itik, ayam kembiri, merak, daging rusa kering, pelanduk dan burung.24
Wilayah Patani memiliki dua musim yaitu musim panas, mulai dari bulan
Maret sampai September, dan musim hujan mulai dari bulan Oktober sampai bulan
Februari. Rata-rata temperatur adalah 25,2-25,9 derajat celsius.25 Baik dari segi
geografis maupun geologis, Patani kaya dengan sumber alam berupa cadangan-
cadangan mineral seperti timah, emas dan gas alam, perairan yang banyak ikan di
semenanjung pantai laut China Selatan Timur dan sepanjang pantai laut Andaman di
sebelah Barat, serta banyak daratan rendah di pesisir dan lembah-lembah.26
23 Dalam bahasa Indonesia ‘kuala’ dipahami sebagai pelabuhan. Sekarang lebih dikenal
dengan kuala “RU” atau “Tok Aguk”. Di sana, terletak pelabuhan utama yang banyak disinggah oleh kapal yang datang ke Patani pada saat itu. Sedang ‘Kuala Bekah’ adalah kuala sungai Patani sekarang.
24 Ibrahim Syukri, Sejarah Kerajaan Melayu Patani, (Kelantan: Majlis Agama Islam
Kelantan, 1985), h. 50 25
SOBT, Phaen Pattana Ha Chandwad Chaidaen Paktai, (Yala: 1996), h. 75
26
Surin Pitsuwan, Islam di Muang Thai: Nasionalisme Melayu Masyarakat Patani, (Jakatra: LP3ES, 1989), h. 14,
B. Masyarakat Patani Pra Islam
Patani merupakan salah satu negara di Semenanjung Melayu, namun tidak
berarti bangsa Melayu itu menjadi satu-satunya bangsa yang menempati di daerah
tersebut. Karena sebelumnya daerah itu telah didiami oleh beberapa bangsa lain
seperti; bangsa liar (sakai), Hindu yang datang dari India, Siam asli dan bangsa
Melayu. Sejak beberapa ratus tahun sebelum kelahiran Nabi Isa as. tanah Melayu
belum didiami oleh bangsa yang berperadaban. Buminya penuh dengan hutan dan
rimba serta banyak dihuni oleh binatang. Kedatangan orang Hindu ke Patani
bertujuan untuk meluaskan mata pencarian mereka di luar dari India, khususnya di
sebelah Timur Asia, karena kemasyhuran serta kemakmuran daerah tersebut
membuat mereka tertarik. Kedatangan mereka melalui dua jalur yaitu: melalui darat
dan laut. Jalur darat mulai dari India melewati Birma, kemudian meneruskan
perjalanan menuju Siam serta Annam. Sementara di jalur laut, mereka menggunakan
perahu menyeberangi laut India, kemudian masuk ke tanah Melayu serta menuju
kepulauan di bagian selatan, seperti: Sumatera, Jawa, Bali, Brunai dan lain
sebagainya.27
Sebelum kedatangan Islam, masyarakat di daerah tersebut menganut agama
Hindu-Budha dan animisme. Ketiga konsep kepercayaan ini tidak berhasil
memainkan peranan dalam mengaturkan penganutnya, meskipun agama Hindu dan
Budha telah bercampur aduk antara satu dengan yang lainnya dalam ritual
27
Ibrahim Syukri, Sejarah Kerajaan Melayu Patani, (Malaysia: Majlis Ugama Islam Kelantan, 1985), h. 1-8
keagamaannya. Tetapi senantiasa menjadi kontroversi bagi penganutnya masing-
masing, sehingga tidak melahirkan sifat kasih sayang dan kerja sama yang baik.
Sebagai contoh, seperti terjadinya perselisihan antara Majapahit dan Sriwijaya,
walaupun keduanya menganut kepercayaan yang sama.28 Munculnya konsep ini
disebabkan doktrin Hindu-Budha tentang penitisan (incarnation) dimana raja-raja
merupakan golongan yang terpilih. Konsep “Dewa raja” dianggap sebagai keturunan
atau titisan Dewa Wisnu. Oleh karena itu, raja dianggap sebagai wakil Tuhan di muka
bumi, dan rakyat tidak terlepas dari pengawasannya.29
Apabila dirujukan kepada sejarah kerajaan Melayu lama pengaruh India
Langlasuka. Seny Madakakul, seorang ilmuan Islam Patani berpendapat bahwa
Langkasuka terletak di Patani sekarang. Pendapat ini didukung oleh beberapa
sejarawan lainnya seperti: Zainal Abidin Wahid, Mubin Shepard, Prof. Hall dan Prof
Paul Wheatly. Mereka menegaskan bahwa bangsa pertama yang menempati di tanah
Melayu berasal dari suku Jawanes-Malay, yang kemudian melahirkan keturunan
Melayu Patani di Selatan Thai sekarang.30
Pada tahun 450 M. seorang pengembara China menemukan penganut
Brahmana dari India yang tinggal di dalam istana. Hal ini membuktikan bahwa agama
Hindu telah dianut oleh penduduk Patani lebih dahulu dari tahun tersebut. Mengutip
28 H. Abdullah Islah, Islam di Nusantara; khususnya di tanah Melayu, (Malaysia: al-
Rahmaniah, Badan Dakwah dan kebajikan, 1989,) h. 87 29
Ibid, h. 14-16 30
Ahmad Fathy al-Fatani, Pengantar Sejarah Patani, (Malaysia: Pustaka Darussalam, Alor Setar, 1994), h. 3
dari Hall, ia mengatakan bahwa pada tahun 515 M Raja Langkasuka dikenal dengan
nama Bhaga Datta, yakni sebuah nama dalam bahasa sansakerta yang berarti
“pembawa kekuasaan”. Nama ini menggambarkan pengaruh Hindu di Langkasuka.31
Peralihan kerajaan Patani Hindu-Budha menjadi kerajaan Islam tentunya tidak
terlepas dari proses islamisasi ke dalam lingkungan istana. Pada saat Patani diperintah
oleh Raja Sri Wangsa, pendapat lain mengatakan Raja bernama Paya Tu Intira.
Setelah dinobatkan, namanya Phaya Tu Nakpa dan setelah memeluk agama Islam
diganti menjadi Sultan Isma’il Syah Zillullah (1500-1530 M).32
Pada akhirnya Islam menjadi sebuah agama bagi masyarakat Melayu Patani
melalui proses islamisasi yang sangat penting. Namun, dalam kehidupan beragama
masih ada unsur animisme dan kebudayaan Melayu lama masih melekat dalam
kehidupan masyarakat sehari-hari. Sebagai contoh seperti menyembah pohon,
menyembah arwah nenek moyang dan lain sebagainya. Proses islamisasi pada saat itu
berjalan dengan damai dan evolutif 33 dimana ajaran Islam secara perlahan-lahan
masuk, menyerap dan menyatu ke dalam kebudayaan Melayu sehingga terbentuk
suatu kebudayaan Melayu yang Islam. Misalnya, kata sembahyang dan memohon 34
31
Ibid, h. 7 32
Anand Wattananikorn, Prawat Muang Langkasuka Muang Patani:, Sejarah negeri Langkasuka dan Patani (Bangkok: Mitsin, 1988), h. 64
33 A. Teew & D.K Wyatt, Hikayat Patani: The Story of Patani, (Martinus: The Hasgue,
1970), h. 72-74 34
Asal kata sembahyang adalah sembah nenek moyang=sembah Hyang. Sang Hyang Widi adalah Tuhan dalam kepercayaan Melayu lama. Dan kata memohon berasal dari kata pohon yang
bergeser arti asalnya dan sama dengan kata sholat lima kali sehari semalam menurut
ajaran Islam. Sedangkan kata memohon sama artinya dengan kata berdo’a. Masih
banyak istilah lain yang berasal dari kebudayaan animisme yang kemudian dirubah
arti dan maknanya setelah islamisasi itu.
Proses pengislaman juga terjadi terhadap lembaga-lembaga sosial lainnya
seperti perguruan-perguruan silat-warisan tradisi agama Budha. Sebagai contoh,
model perguruan yang berasal dari tradisi agama Budha dirubah menjadi pondok
yang kemudian berkembang menjadi lembaga pendidikan dan pengajaran di kawasan
Asia Tenggara, khususnya di Patani.35
C. Kedatangan Islam di Patani
Para sejarahwan berbeda pendapat mengenai masuknya Islam di Patani.
Namun masing-masing pendapat didukung oleh fakta sejarah dan argumentasi
yang kuat. Di antara pendapat tersebut ada yang mengatakan bahwa Islam masuk
ke Patani pada abad ke 7 M, abad ke 10 M dan abad ke 15 M. Pada tahun 1613
M. Seorang ahli sains, pengembara bangsa Spanyol yang bernama Emanual
merefleksikan cara-cara dalam kepercayaan animisme dimana di dalam benda atau pohon-pohon dipercayai dan dianggap keramat.
35 Istilah Tok fakir (para santri) generasi Islam terdahulu kepalanya dicukur licin layaknya
seperti seorang murid kungfu Shaolin Temple. Belakangan ini muncul gerakan Islam yang ingin membongkar semua pondasi Islam yang cukup lama terserap agar masuk ke dalam sekte Islam tertentu tanpa memperhatikan konteks antropologis dari sebuah kebudayaan yang sudah mapan. Malah gerakan itu banyak menimbulkan keresahan dan perpecahan di kalangan masyarakat Melayu Patani sendiri melalui semangat sekterianisme.
Gadinho de Ereda mencatat bahwa Aqidah Muhammad telah diterima oleh
masyarakat Patani dan Pam (Pahang) lebih dahulu dari Malaka”.36
Perbedaan pendapat terjadi, karena perbedaan interpretasi terhadap fakta
sejarah, ditambah dengan adanya perbedaan pada pengertian masuk atau
datangnya agama Islam ke suatu daerah sebagai berikut:
1. Yang dimaksud dengan masuk atau datangnya agama Islam di suatu
daerah ialah kedatangan orang Muslim pertama kali ke daerah tersebut.
2. Yang dimaksud dengan masuk atau datangnya agama Islam di suatu
daerah ialah mulainya agama Islam dianuti oleh masyarakat di daerah
yang bersangkutan.
3. Yang dimaksud dengan masuk atau datangnya agama Islam di suatu
daerah ialah melembaganya agama Islam di daerah tersebut, yakni
berdirinya pemerintahan Islam.37
Dalam konteks masuknya Islam ke Patani, berdasarkan pendapat yang populer
serta diterima secara umum oleh ahli sejarah bahwa agama Islam masuk ke Patani
melalui jalur perdagangan.38 Karena perdagangan melalui Samudra Hindia dan laut
China Selatan mulai sejak abad ke-7 M dan berkembang sampai abad ke-8 M. Para
pedagang yang melintasi jalur ini terdiri dari pedagang Arab, India, Iran (Persia) dan
36 A. Bangnara, Patani Dahulu dan Sekarang, Penyelidikan Angkatan al-Fathoni (Bangkok:
1977), h. 1
37
Dirjen Bimbaga Islam, Departemen Agama RI., Sejarah dan Kebudayaan Islam, (Ujung Pandang: IAIN Alaudin, 1983), h. 70
38
Abdul Halim Bashah, Raja Campa Dinasti Jembal dalam Patani Besar, (Kelantan: Pustaka Reka, 1994), h. 46
China. Seorang ahli sejarah, Kreamer menegaskan bahwa tidak ada kapal bangsa
asing lainnya selain milik orang Islam yang berlayar dan melintasi laut pada abad
tersebut.39
Karena pelabuhan Kerajaan Langkasuka berperan penting dalam perdagangan
itu. Dalam catatan sejarah China yang ditulis pada zaman dinasti Liang (tahun 502-
566 M) dijelaskan bahwa Kerajaan Langkasuka didirikan pada akhir abad pertama
Masehi, terletak di laut Selatan yang memiliki daerah yang sangat luas. Pada abad ke-
3 M, Langkasuka menjadi pelabuhan yang banyak dikunjungi oleh para pedagang
asing. Pada abad ke-6 M Kerajaan Langkasuka mengirim utusan untuk melakukan
hubungan diplomatik dan perdagangan dengan negeri China.40 Pada awal abad ke-15
M Kerajaan Langkasuka tidak disebutkan lagi dalam catatan sejarah bangsa asing,
kemudian muncul Kerajaan Patani yang diduga letak pelabuhannya di lokasi yang
sama dengan pelabuhan Langkasuka.41
Berikut penulis akan menjelaskan beberapa pendapat yang berkaitan dengan
masuknya agama Islam di Patani:
39
Team Penyusun Textbook SKI Bimbaga Islam Departemen Agama RI, Sejarah dan Kebudayaan Islam, (IAIN Alaudin Ujung Pandang: 1983-1984), h. 70
40 Ahmad Omar Capakia, Politik Thai dan Masyarakat Islam di Selatan Thailand, (Malaysia:
Pustaka Darussalam, SDN. BHD 2000), h. 4-5 41
Mohd. Zamberi A. Malek, Patani dalam Tamadun Melayu, (Malaysia: Dewan Bahasa dan Pustaka, 1994), h. 20
a. Islam masuk ke Patani melalui Campa (Vietnam), pendapat didasarkan pada batu nisan tahun 839 M.42 Argumentasi ini masih diperdebatkan karena kedua daerah ini menganut mazhab yang berbeda. Umat Islam Campa menganut mazhab Hanafi sedangkan umat Islam di Patani bermazhab Syafi’i.
b. Islam masuk ke Patani melalui para pedagang Arab yang datang untuk berdagang di Tanah Melayu. Mereka datang dari dan pergi ke India dan Kanton, negeri China sejak awal tahun hijriah. Pendapat ini sangat mungkin karena didasarkan pada fakta bahwa adanya hubungan perdagangan Arab dengan dunia Timur. Hal ini sangat masuk akal apabila terjadi transaksi perdagangan karena pelabuhan Patani terletak di jalur perdagangan ke negeri China.
c. Islam masuk ke Patani ada hubungannya dengan Kerajaan Samudra Pasai. Pendapat ini berdasarkan persamaan antara kedua Kerajaan itu karena masing-masing penduduk menganut mazhab yang sama. Hal ini diperkuatkan oleh bukti-bukti arkeologis (lihat lampiran).
Beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa agama Islam yang
masuk ke Patani tidak berasal dari satu tempat. Berdasarkan uraian tadi apabila
dikaitkan dengan tradisi masyarakat Islam Patani dapat diambil kesimpulan bahwa,
agama Islam yang masuk ke Patani berasal dari Kerajaan Pasai karena mazhab dan
tradisi keislaman masyarakat Patani hampir sama dengan penduduk Pasai. 43
Agama Islam yang berkembang di Patani mempunyai hubungan dengan para
tokoh penyebaran Islam pada masa pemerintahan Kerajaan Islam Pasai yang terkenal
sebagai pusat pertemuan Islam (abad ke-13 M). Bukti yang dapat diketengahkan adalah
terdapatnya kesamaan bentuk batu nisan Raja Islam Patani yang pertama dengan Raja
Pasai pertama yang beragama Islam sebagai bukti terawal Islam di Nusantara. Prof. Dr.
42
A. Hasymy, Sejarah Masuk dan Berkembangnya Islam di Indonesia, (Bandung: al Ma’rif, 1993), cet, ke-3 h. 332; terdapat batu nisan pada tahun 1039 M, terletak di daerah Phang Rang, juga merupakan pelabuhan Campa terpenting pada masa silam.
43 Seni Madakakul, Sejarah Patani, (Bangkok: Majlis Agama Islam Bangkok, 1996), h. 183
Wan Husein Azmi mengutip dari tulisan H. M. Zainuddin dalam bukunya yang
berjudul “Tarich Atjeh dan Nusantara” mengatakan bahwa dalam penyebaran agama
Islam di Nusantara, ada sekumpulan pendakwah yang dipimpin oleh Abdullah al-
Malik al-Mubin yang berpusat di Aceh. Para pendakwah ini telah dibagi untuk
berdakwah di masing-masing daerah, di antara lain seperti: Syekh Sayid Muhammad
Said untuk daerah Campa, Syekh Sayid Ahmad Attawawi untuk daerah Kedah
(Semenanjung Tanah Melayu) dan Syekh Sayid Muhammad Daud untuk daerah
Patani di Utara Semenanjung Tanah Melayu.44
Dari uraian di atas tampak jelas bahwa masuknya agama Islam di Patani pada
tahap awal melalui pelabuhan yang sering dikunjungi oleh para pedagang Islam, di
antara mereka terdiri dari para ulama yang menyebarkan Islam baik di Patani maupun
lainnya. Penyebaran Islam di Patani tidak lepas dari peran ulama yang berimigrasi
akibat tekanan politik dan peperangan di seluruh Semenanjung, maupun lainnya.
D. Kerajaan Islam Patani di Masa Kejayaan dan Kemunduran
Patani menjadi sebuah negara Melayu Islam yang terkenal terjadi setelah Raja
Paya Tu Antera menganut agama Islam kemudian digantikan namanya dengan Sultan
Ismail Syah. Pada saat itu muncul Kerajaan Patani yang dikenal dengan “Patani Dar
44 Muhammad Syamsul, Ulama Pembawa Islam di Nusantara dan sekitarnya, (Jakarta:
Lentera, 1999), h. 11-12
al-Salam”. Di katakan bahwa kesultanan Patani merupakan salah satu negara di
Nusantara yang berhasil melaksanakan hukum hudud.45
Ketika Sultan Ismail Syah bertahta, Sultan menjalin hubungan persahabatan
dengan negeri Malaka dengan mengirim utusan kepada Sultan Malaka yang bernama
Sultan Mahmud Syah. Utusan dari Patani disambut dengan baik dan penuh
kehormatan. Pada saat utusan tersebut kembali ke Patani, Sultan Mahmud Syah
mengirim banyak hadiah kepada Sultan Patani. Beberapa tahun kemudian Sultan
Mahmud Syah mengirim utusan ke Ayuthaya (Siam) untuk menjalin hubungan
diplomatik antara kedua negara. Maka sejak itu Kerajaan Islam Patani mulai dikenal
oleh dunia luar dan menjadi jalur perdagangan yang maju terutama bagi para pedagang
yang datang dari Siam (Thailand), China, Jepang, Jawa, India dan Arab. Hanya bangsa
Eropa pada waktu itu belum tiba di Patani.46
Sultan Isma’il Syah mempunyai tiga orang anak, yaitu pangeran Muzaffar,
puteri Aisyah, dan pangeran Manshur. Setelah Sultan Isma’il wafat, atas persetujuan
kaum kerabat dan pembesar kerajaan untuk melantik pangeran Muzaffar menjadi
sultan dengan gelar Sultan Muzaffar Syah (1530-1564 M). Sedangkan Mansur
dilantik menjadi Raja muda, dan Puteri Aisyah telah dipersunting oleh Raja
Jalaluddin yang memerintah negeri Sai (Kabupaten Saiburi sekarang).
45 Reid Anthoni, The Making of an Islamic Political Discourse in Southeast Asia, (Clayton:
Monash Papers on Souteast Asia, 1993), h. 107 46
Ibrahim, Sejarah Kerajaan Melayu Patani, h. 34
Sultan Muzaffar Syah dikenal sebagai Raja yang adil dan murah hati sehingga
pada masa pemerintahannya negeri Patani bertambah makmur dan perdagangan pun
semakin maju. Untuk mengembangkan ajaran Islam Sultan Muzaffar Syah
membangun tempat ibadah dan melantik Syeikh Safiyuddin, berasal dari Pasai
menjadi guru—mengajarkan hukum Islam di dalam istana dengan memberi gelar
“Datuk Sri Raja Faqih”.47
Dalam bidang diplomatik, Sultan Muzaffar Syah mempererat hubungan
diplomatiknya dengan Ayuthya (negeri Siam) dengan berkunjung ke negeri tersebut.
Pada waktu itu Ayuthya diperintah oleh Pra’cau (Somdej Pra’maha Cakrapap, 1548-
1569 M). Sultan kembali dari negeri Siam dengan perasaan tidak puas, karena tidak
mendapat sambutan yang baik, sehingga sultan segera mempersiapkan pasukannya
guna membalas kecongkakan Raja Siam. Pada saat itu Siam sedang berperang
melawan Burma. Kemudian Sultan Muzaffar Syah berangkat ke negeri Siam, pada
saat itu Siam hampir jatuh ke tangan Sultan Muzaffar Syah, sehingga Raja Muda
disuruh pulang untuk mengurus kerajaan. Namun ternyata Raja Siam menghimpun
kembali pasukan dan menyerang Sultan Muzaffar Syah dan pasukannya sehingga
dapat kemenangan, akibatnya Sultan Muzaffar Syah gugur dalam peperangan itu.
Sementara permaisuri Sultan Muzaffar Syah sedang hamil. Jadi, untuk mengenang
peristiwa tersebut, maka ketika lahir diberi nama puteranya Patik Siam.48
47 A. Teew & D.K Wyatt, Hikayat Patani, h. 78
48
Ibid, h. 20-21
Pada abad ke-16 dan ke-17 M Patani mencapai puncak kegemilangannya, yakni
pada masa pemerintahan para Ratu (1584-1688 M). Patani pernah menjadi pusat kegiatan
perdagangan terpenting dan pusat pertumbuhan Kebudayaan Melayu yang unggul di
Semenanjung Melayu. Hal ini disebabkan kesetabilan politik dan ekonomi sehingga
Patani menjadi salah satu negara yang sangat berpengaruh dan disegani oleh negara
tetangga lainnya, termasuk Siam. Pengaruh politik tersebar luas ke Selatan dan dapat
menguasai beberapa negara di pantai Timur seperti Kelantan, Terangganu, Pahang
bahkan Johor-Riau.49
Pada masa pemerintahan para Ratu, kebudayaan dan peradaban Patani
mengalami perkembangan sangat pesat; antara lain adalah bidang kesenian,
arsitektur, persenjataan, percetakan mata uang, kesusastraan dan lain sebagainya.
Dalam penulisan ini, penulis akan menyebut aspek-aspek peradaban yang berkaitan
erat dengan kebudayaan Islam.
Kebanyakan penduduk Melayu Patani sejak dahulu sampai sekarang lebih
suka merantau ke negeri orang dengan berbagai alasan dan tujuan. Di antara lain,
ingin mengadu nasib di negeri orang, mencari ilmu pengetahuan, mengajar, dan
berdagang. Pada masa pemerintahan Ratu Ungu (1624-1635 M) banyak para ulama
dari Patani pergi menyebar agama Islam ke Johor (Malaysia) sampai ke Riau, bahkan
di Ujungpandang dan Kalimantan Selatan.50
49
Mohd. Zamberi, Patani dalam Tamadun Melayu, h. 2-3 50
Ibid, h. 57-58
Penggunaan huruf Jawi (juga disebut Arab-melayu) mulai tersebar luas dari
sini. Istana tidak hanya menjadi tempat dalam melakukan kegiatan politik saja,
bahkan sebagai tempat tumpuan kaum intelektual dan pusat pengkajian Islam. Para
raja selain mengurusi masalah kenegaraan mereka juga mengurusi masalah-masalah
kebudayaan dan peradaban Islam. Kegiatan ilmiah mendapat dorongan dan bantuan
sepenuhnya dari Istana. Dengan demikian muncul para pemikir dan penyebar agama
Islam seperti Syeikh Syafiuddin al-Abbas, Syeikh Muhammad Said Barsisa, Syeikh
Gombak Abdul Mubin yang pada masa itu sedang menjalankan kegiatan keislaman di
sana. Sehingga pada saat itu Patani dianggap sebagai salah satu pusat kegiatan Islam
terbesar di Semenanjung Tanah Melayu dan Nusantara.51
Akibat dari perkembangan dalam perdagangan yang sangat pesat dengan para
pedagang Arab itu, sehingga menuntut pemerintah Patani untuk mencetak uang
logam sendiri. Karena kebutuhan telah mendesak dan besarnya arus penukaran mata
uang asing di Patani. Penemuan mas dinar pada tahun 1420 M dengan ukiran nama
Muhammad membuktikan besarnya peranan para saudagar Arab dalam urusan
perdagangan. Patani merupakan sumber utama pengalian emas. Oleh sebab itu, logam
tersebut menjadi patokan nilai pertukaran mata uang asing. Emas Patani pada saat itu
setaraf dengan emas Spanyol, serta berlaku pada masa pemerintahan para Ratu.52
Inovasi yang tidak kalah pentingnya adalah pembuatan senjata sebagai alat
pertahanan negara pada saat itu. Tiga pucuk mariam yang terbuat dari kuningan dan
51
Ibid, h. 94 52
Ibid, h. 158
masing-masing diberi nama; mariam Sri Negara, Sri Patani,53 dan mahalela yang
diletakkan di atas pedati sebagai senjata utama dalam peperangan saat itu.
Namun, kejayaan dan kegemilangan yang dimiliki oleh Patani hilang ketika
Patani mengalami kekalahan dalam peperangan dengan Siam. Kerajaan Siam
(Thailand) beberapa kali melakukan penyerangan terhadap Patani, misalnya pada tahun
1603 M, yaitu pada masa pemerintahan Ratu Hijau dan pada masa pemerintahan Ratu
Ungu (1634 M), pasukan Siam dapat dikalahkan oleh Patani. Selanjutnya pada masa
pemerintahan Sultan Muhammad, Siam berada di bawah kekuasaan Raja Pra’
Puthayordfa Chulalok (Rama I: 1782-1809). Dia mengirim pasukan yang dipimpin oleh
Pra’ya Kalahom dan Pra’ya Chasaenyakorn (1786 M) guna menyerang Patani. Dalam
penyerangan ini Patani tidak mampu bertahan dari serangan Siam, menyebabkan Sultan
Muhammad meninggal, harta benda dirampas dan istana dibakar.54
Ketika Patani jatuh ke tangan Siam menyebabkan pemerintah menunjuk para
pemimpin yang berpengaruh di dalam masyarakat menjadi Raja atau pemimpin. Pada
masa pemerintahan Raja Chulalongkorn (Rama V: 1868-1910), dia bertekad untuk
mengintegrasikan daerah Patani ke dalam sistem administrasi Thai. Raja mengambil
langkah dalam memperluas birokrasi pusat dan semua tingkat kekuasaan dialihkan
kepada para pejabat yang diangkat oleh Bangkok.55
53
Mariam Sri Patani, diabadikan oleh pemerintah Thai, terletak di depan gedung Departemen Pertahanan di Bangkok.
54 A. Bangnara, Patani Dahulu dan Sekarang, h. 57-61
55 Surin Pitsuwan, Islam di Muang Thai, h. 48
Beberapa reformasi dilakukan terhadap negara antara lain adalah menerima
tuntutan dari kaum elit politik Thai untuk mengubah sistem pemerintahan monarki
mutlak menjadi konstitusional, menerapkan sistem pendidikan modern ke seluruh
lapisan masyarakat, termasuk di Patani. Pada tahun 1906 M yaitu empat tahun setelah
sistem pelantikan Raja Melayu Patani dan kekuasaannya dihapus. Patani digabung
menjadi sebuah ‘monthon’__satuan daerah administratif__baru, diberikan nama ‘Monthon
Patani’.
Setelah Patani digabung ke dalam sebuah satuan daerah administratif,
masyarakatnya tidak memiliki otoritas serta kekuasaan. Kehilangan pemerintahan
sendiri mempunyai makna yang khusus bagi masyarakat Melayu-muslim karena
sebelumnya mereka hidup berdasarkan Syariah. Bagi mereka, masyarakat dan
struktur kekuasaannya terjalin erat antara satu dengan lainnya dalam rangka
menjamin semua urusan kemasyarakatan dan ide-ide keagamaan. Santilana, seorang
sarjana hukum, sebagaimana yang dikutip oleh Surin Pitsuwan mengatakan:
Ta’at kepada syariah merupakan suatu kewajiban sosial dan perintah agama; barang siapa melanggar syariah tidak hanya melanggar tata tartib hukum tetapi juga berbuat dosa, karena tidak ada hak di mana Allah tidak mempunyai bagian-Nya.56
Dari kutipan di atas, dengan kata lain hilang pemerintahan sendiri dan
digantikannya hukum agama oleh hukum perdata, berarti suatu kewajiban agama
tidak dapat dipenuhi. Oleh karenanya, merupakan suatu keharusan bagi masyarakat
56
Ibid, h. 49-50
Melayu Muslim Patani, bahkan bagi setiap komunitas Muslim lainnya dalam rangka
mempertahankan kekuasaan politik tersebut.
BAB III
GERAKAN PERJUANGAN MELAYU MUSLIM DI PATANI
Ketika Negara Thailand dikuasai oleh golongan tentara sepenuhnya pada
tahun 1957 M. Pada akhir tahun itu diadakan pemilihan umum, namun Dewan
Parlemen dapat berperan hanya satu tahun, dengan alasan politik negara dalam
keadaan tidak setabil. Ketika terjadi Kudeta (Desember 1958) yang dilancarkan oleh
tentara mengakibatkan perlembagaan negara, parlemen dan partai-partai politik di
bubarkan. Dengan dibubarkan institusi pemerintahan demokrasi menyebabkan negara
berada di bawah kekuasaan tentara. Lebih satu dekade yaitu antara tahun 1958-1969
M parlemen ditutup dan tidak berperanan.
Kondisi demikian memberi kesan yang menakutkan bagi Melayu Muslim
Patani. Karena pemerintahan yang dipimpin oleh Sarit Thanarat melancarkan politik
asimilasi paksaan terhadap masyarakat Islam di Selatan, kemudian diteruskan pula
oleh pemerintah Thanom Kitikachon. Sementara situasi masyarakat Melayu Patani
pada waktu itu tidak berdaya—tidak memiliki kesempatan untuk membantah dan
mempertahankan tekanan politik tersebut. Para pemimpin politik tidak dapat berperan
melalui parlemen. Para pemimpin agama tidak lagi berani menampilan diri sesudah
kematian H. Sulong57. Akibatnya, masyarakat Islam bergerak secara bersembunyi,
berawal dari tahun 1960-an.
Sehingga pemimpin masyarakat Muslim Patani yang terdiri dari kalangan ahli
politik, kaum bagsawan dan para ulama sepakat untuk bergerak dan membentuk
organisasi perjuangan yang bertujuan menentang pemerintah Thailand dan menuntut
kemerdekaan. Organisasi yang dibentuk di antara lain adalah: Barisan Revolusi
Nasional Melayu Patani (BRN), Patani United Leberation Organization (PULO),
Barisan Nsional Pembebasan Patani (BNPP), Partai Revolusi Nasional, Gerakan
Islam Patani (GIP) dan beberapa pergerakan lainnya seperti Sabilillah dan Black
Desember 1902, dan organisasi pembebasan yang baru didirikan pada tahun 1980-an
termasuk Gerakan Mujahidin Patani (GMP).58 Meskipun masing-masing organisasi
ini mempunyai landasan ideologis, taktik dan keanggotaan yang berbeda, tetapi yang
jelas semua organisasi menganggap kerajaan Thailand sebagai penjajah serta
memahami perjuangan mereka sebagai jihad untuk mengembalikan Patani sebagai
sebuah negara yang merdeka, berdaulat dan kepunyaan Melayu Muslim.
A. Barisan Nasional Pembebasan Patani (BNPP-BIPP)
57 Muhammad Kamal K. Zaman, Fatani (Malaysia: Kota Baru, 1996), 13 Ogos, h. 32
58
Sabilillah dan Black Desember 1902 merupakan pergerakan yang melakukan pengeboman di bendara, Don Muang 4 Juli 1977 dan pengeboman di Yala, saat kunjungan Raja Phumiphol Adulyadej bersama Ratu Sirikit 22 September 1977. Lihat Seri Penelitian PPW-LIPI, 2000, h. 133
Barisan Nasional Pembebasan Patani (BNPP) yang didirikan pada tahun 1957
M merupakan organisasi tertua di antara organisasi-organisasi separatis lainnya.59
BNPP, didirikan oleh Tengku Mahmud Mahyiddin, anak bungsu Tengku Abdul
Qadir yang meninggal pada tahun 1933 M. Perjuangan suci H. Sulong dan Tengku
Mahmud Mahyiddin dalam gagasan penyatuan Patani dengan persekutuan tanah
Melayu telah mengalami kegagalan. Tetapi mereka harus dibanggakan karena
berhasil membawa permasalahannya ke-Persyarikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Akibat
kehilangan kedua tokoh pemimpin Patani yang terkenal tersebut, maka Tengku Abdul
Jalal meneruskan perjuangan dengan mendirikan Barisan Nasional Pembebasan
Patani dengan singkatan BNPP atau Front Leberation of Patani pada 9 Oktober 1970
M.60
Pendirian organisasi tersebut merupakan hasil dari kesepakatan dari tiga
organisasi perjuangan pembebasan terbesar, yaitu Gabungan Melayu Patani Raya
(GAMPAR),61 Barisan Revolusi Nasional (BRN) dan Patani United Leberation
Organization (PULO). Organisasi yang ulung ini banyak melancarkan perjuangannya
di bawah komandan militer, Idris (alias Pok Yeh atau Dureh Madiyoh) yang lebih
dikenal dengan sebutan Pak Yeh saja. Namanya sangat ditakuti oleh pihak tentara dan
59 Surin Pitsuwan, Islam and Malay Natuinalism: a Case Study of the Malay Muslims of
Southern Thailand, (Bangkok: Tammasat University, 1985), h. 174
60
Mohd. Zamberi A. Malik, Umat Islam Patani: Sejarah dan Politik, (Malaysia: Shah Alam, HIZBI, 1993), h. 318
61
Gabungan Melayu Patani Raya (GAMPAR) didirikan di Malaya oleh anak bungsu Tengku Mahmud Mahyiddin, tujuan utama adalah menjadikan Patani sebagian dari Malaya.
polisi Thai, sebab berhasil setiap melakukan pertempuran dan merencanakan strategi
serangan terbuka dengan pemerintah Thailand.
Faktor lain yang mendukung perkembangan BNPP adalah kebersamaan bapak
Idris—pemimpin gerilya yang populer itu dalam perang terbuka pada saat itu.
Dengan keberadaan kedua tokoh tersebut, ditambah dengan strategi dan langkah
pendekatan ke arah internasional Melayu dan agama, sehingga BNPP mendapatkan
dukungan secara meluas dari masyarakat umum, baik dari kalangan guru agama,
intelektual lainnya yang berada di Mekkah dan Malaysia.62
Barisan Nasional Pembebasan Patani mempunyai 5 landasan ideologi revolusi
penting yang dianggap dapat mewakili cita-cita Melayu Muslim Patani yaitu:
1. Angkatan tentara gerilya adalah angkatan tentara naional, sebagai angkatan tentara rakyat Patani yang berjuang untuk kemerdekaan dan tidak melakukan perkara-perkara yang tidak adil atau menghina kaum wanita dan anak-anak.
2. Tidak melakukan perampokan harta benda, membuat kebinasaan atau mengganggu mata pencarian rakyat yang sah mengikut undang-undang dan menurut prinsip ajaran Islam;
3. Menghormati adat-istiadat atau cara hidup rakyat serta memberikan kerjasama terhadap mereka;
4. Berjuang dengan gagah dan berani di samping menghormati tunas-tunas perjuangan dengan tenaga dan daya sendiri, dan segala peralatan senjata yang dirampas akan dirahasiakan tempat simpanannya
5. Segala keputusan masyarakat hendaklah mengikuti suara terbanyak dan ini akan dianggap penting, hendaklah diadakan latihan-latihan dan memberikan pengetahuan mengenai peperangan, muslihat perang geriliawan dan ajaran-ajaran doktrin pemberontakan.63
Tujuan Perjuangan BNPP adalah:
62 Ahmad Omar Chapakia, Politik Thai dan Reaksi Masyarakat di Selatan Thai 1932-1994
(Kuala Lumpur: Universitas Malaya, 1997), h. 152-153
63
Mohd. Zamberi, Umat Islam Patani, h. 319
1. Menuntut kemerdekaan hak bangsa Melayu Patani yaitu Tanah Air, Agama Islam, Bahasa, kebudayaan dan Kedaulatan pemerintahan Melayu Patani
2. Mewujudkan sebuah negara Islam Patani dan mewujudkan sebuah masyarakat yang menjalankan hukum Islam dalam kehidupan sehari-hari serta menuntut keridhoan dari Allah SWT.
3. Berusaha menyatukan perjuangan kemerdekaan Patani supaya berada di bawah satu puncak pimpinan partai
4. Mengorganisasikan kekuatan rakyat ke arah perjuangan kemerdekaan yang lebih terorganisir
5. Menjadikan suara rakyat Patani keperingkat antarabangsa 6. Menegakan konsep hidup bersama antara negara dan menjunjung tinggi
piagam bangsa-bangsa bersatu.64 Sebagai organisasi perjuangan kemerdekaan, BNPP mempunyai pasukan
ketentaraan yang tersusun rapi. Pada pertengahan tahun 1970-an, banyak pelajar dan
pemuda yang dikirim ke luar negeri untuk melakukan latihan ketentaraan. Dengan
kembalinya para kader tersebut membuat BNPP memiliki banyak anggota Angkatan
Bersenjata yang terlatih. Namun, banyak dari kalangan mereka harus tinggal di
negara tetangga dengan alasan politik. Sementara dalam bidang hubungan diplomatik,
BNPP menjadi organisasi perjuangan yang sangat dikenal oleh dunia luar. Hal
tersebut merupakan hasil dari para pemimpinnya terdahulu yang mempelopori
golongan elit yang tinggal di kedua negara tersebut, menyebabkan BNPP bergerak
lebih lancar di luar negeri. Di antara lain berhasil mengemukakan permasalahan
Patani ke perhimpunan pemimpin Islam di tingkat internasional, seperti Perhimpunan
Menteri luar negeri Islam di Istambul pada tahun 1976 M.65
64 Perlembagaan, Barisan Nasional Pembebasan Patani, 1978
65
Chapakia, Politik Thai dan Reaksi Masyarakat di Selatan Thai, h. 198-199
Sebenarnya, gerakan pembebasan telah menular ke dalam masyarakat Melayu
Muslim Patani secara diam-diam. Namun, semakin meluas pada awal tahun 1960-
1963 M. Ada issu yang mengatakan bahwa pemberontakan akan meletus di tiga
wilayah Melayu Muslim, dan demonstrasi besar-besaran menentang kekejaman akan
diadakan seiring dengan semakin meningkatnya tindak kekerasan dari aparat terhadap
masyarakat. Pemerintah langsung bertindak dengan mengirimkan aparat dan beberapa
bataliyon tentara angkatan laut dengan 2 buah kapal perang mengawasi di pantai
Narathiwat. Maka pada kenyataanya tidak ada peristiwa yang tidak diinginkan itu.
Sementara penindasan dan penangkapan terus berlangsung.66
Mengingat masyarakat Melayu Muslim terus dianiayai oleh aparat
pemerintah. Maka gerakan pembebasan didirikan dengan melakukan penentangan ke
seluruh negeri Melayu. Ketegangan terjadi mulai bulan September-Desember 1969
M. Pemberontakan bersenjata direstui oleh seorang guru agama setempat.67 Karena
masyarakat tidak suka dipermainkan oleh penguasa. Buktinya berbagai
pemberontakan terjadi di sana-sini. Mereka tidak suka dipanggil sebagai “Thai-
Muslim” karena istilah ini mencerminkan keberadaan mereka di bawah kekuasaan
Thai. Semenjak negara Thailand menguasai Patani sampai tahun 1970 M, sering
sekali masyarakat bangkit melakukan pemberontakan bersenjata secara besar-
66 Ibid, h. 321
67
Daily News, (Bangkok), 19 Juni 1980
besaran. Akibatnya, pemerintah melakukan operasi penumpasan, namun tentara dan
polisi sering mendapat kegagalan.68
Kematian pemimpin BNPP, Tengku Abdul Jalal Ibn Al-Marhum Tengku
Abdul Mutallib, Raja Teluban (nama suatu kabupaten) yang terakhir di pasir putih,
Kelantan pada 1977 M seiring dengan kekalahan Partai Islam Se-Malaysia (PAS)
pada tahun yang sama membuat organisasi ini merosot.69 Kehilangan pemimpin ini,
kemudian diserahkan kepada 15 orang anggota kepengurusan pusat sehingga
melantik Badri Hamdan seorang mahasiswa Universitas Timur Tengah sebagai ketua
dan Syamsuddin Abdul Saleh sebagai wakil ketua, ia adalah mahasiswa lulusan
Mesir, dan merupakan adik mantan wakil parlemen propinsi Narathiwat, dari Partai
Demokrat. Sesuai dengan perkembangan pada saat itu, akhirnya muncul kesepakatan
untuk mengantikan Barisan Nasional Pembebasan Patani menjadi Barisan Islam
Pembebasan Patani (BIPP).
B. Barisan Revolusi Nasional (BRN)
Pada 13 Maret 1960 M didirikan sebuah organisasi perjuangan yang diberi
nama Barisan Revolusi Nasional oleh pemimpin masyarakat Islam yang terdiri dari
kalangan ahli politik, para ulama dan golongan bangsawan. Pendiri organisasi ini
adalah Mohammad A, Ustadz Abd. Karim Hassan. Tuan guru H. Yusuf Chapakia dan
68 W.K Che Man, The Malay-Muslim of Southenrn Thailand, Jurnal, Institute of Muslim Minority Affairs,1998, h. 23 69 Riza Sihbudi, (ed), Problematika Minoritas Muslim di Asia Tenggara, (Jakarta: PPW-LIPI, 2000), h. 131
Tengku Abd. Jalal bin Tengku Abd. Mutallib (Adun Na’ Saiburi). Organisasi ini lebih
dikenal dengan singkatan BRN atau disingkat dengan kumpulan atau “Puak B”
merupakan organisasi pertama yang mengambil pendekatan menuntut kemerdekaan
penuh. Motif pembentukan BRN adalah berbeda dengan GAMPAR, yang didirikan
pada tahun 1948 M yang mengambil pendekatan berlandasan perjuangan menuntut
otonomi. Sementara BRN adalah organisasi politik yang berjuang menuntut
kemerdekaan dengan cara revolusi bersenjata. Lebih jauh lagi, BRN didirikan sebagai
organisasi yang berideologi nasionalis dan mendukung revolusi menentang
kapitalisme dan kolonialisme.70
Ideologi perjuangan BRN adalah berlandasan pada kebangsaan Melayu dan
sosialis Islam. Ideologi dirumuskan dengan NASOSI yaitu Nasional, Sosialis dan
Islam. Pengambilan NASOSI sebagai ideologi dipengaruhi oleh para pejuang
nasionalis pada saat itu, khususnya para tokoh Melayu yang memperjuang
kebangsaan Melayu yang berlandasan Islam seperti Dr. Burhanuddi EI-Hilmi.
Langkah perjuangan digaris pada awalnya dapat dibagi menjadi dua tahapan berikut:
1. Menuntut kemerdekaan penuh bagi 4 wilayah di Selatan Thailand, termasuk daerah di bagian barat wilayah Songkhla dalam rangka membangun kembali kemerdekaan negeri Patani
2. Menggabung negeri Patani yang merdeka di bawah satu kepemimpinan Melayu Raya.71
70 Mohd. Zamberi, Umat Islam Patani, h. 323
71
Chapakia, Politik Thai dan Reaksi Masyarakat di Selatan Thai, h. 148
Kedua langkah perjuangan di atas, mengambarkan bahwa organisasi ini
mempunyai hubungan dengan luar negeri, khususnya dengan kepemimpinan Sukarno
di Indonesia yang memperjuangakan konsep Melayu Raya. Dalam perjuangan
menegakkan konsep tersebut, BRN sebagai organisasi pergerakan di Selatan Thai
yang geografi perjuangannya mencakup seluruh wilayah Selatan sebanyak 14 wilayah
yang terletak antara Sungai Kolok dan Segenting Kera. Berdasarkan konsep dan
strategi bersama ini, menbuat BRN mempunyai hubungan dengan pergerakan radikal
atau pergerakan kiri di Tanah Melayu dan dengan negara-negara blok sosialis.72
Organisasi BRN dikatakan berjuang berasaskan ideologi Nasionalisme, dan
Islamisme-Sosiolisme yang konsepnya sama dengan Parti Rakyat Malaysia disingkat
dengan PRM, (dulunya Partai Sosialis Rakyat Malaya atau RSRM). Tujuannya
menuntut kemerdekaan yang meliputi propinsi Pattani, Yala, Narathiwat, Setul dan
sebagian dari Songkhla, yang didiami penduduk keturunan Melayu-Muslim
merupakan bekas empayar Islam Patani. Markas BRN bertempat di daerah Bendang
Setar, Propinsi Yala, daerah Sebayoi, propinsi Songkhla dan di daerah pedalaman
propinsi Narathiwat.73
BRN merupakan sebuah organisasi yang mempunyai susunan kepengurusan
yang cukup rapi. Peralatan senjata dan tempat latihan ketentaraannya terletak
berdekatan dengan kawasan yang menjadi tempat persembunyian partai komunis dari
72 Undang-undang Dasar Barisan Revolusi Nasional Melayu Patani, 1984, pasal 10
73
Mc Beth, J., Separatism is the Goal and Religion the Weapon. FEER, Jilid 108 No. 26 (20 Juni 1980), h. 16-22
Malaya atau PKM. Bagi BRN pergerakan komunis lebih menguntungkan, karena
banyak mendapatkan persenjataan dan strategi perang gerilya. Namun dalam
perkembangannya, pengaruh komunis semakin mengkhawatirkan BRN sendiri karena
belakangan ini, terdapat laporan yang mengatakan bahwa BRN bekerjasama dengan
PKM yang dianggotai oleh Muslim Melayu Patani. Tetapi laporan tersebut
dibantahkan oleh juru bicara angkatan bersenjata BRN, Lukman Iskandar yang
menegaskan bahwa para pejuangnya lebih rela mati sebagai pejuang Muslim Patani—
tidak seperti apa yang dituduh itu.74
Kesempatan tersebut juga disampaikan kepada pemerintah Thailand, supaya
mengadakan perundingan secara diplomatik kearah penyelesaian. Perundingan ini
dapat dilakukan di Libya atau Australia agar membawa suasana damai bagi kedua
pihak. Jika peluang perdamaian ini ditolak begitu saja oleh pihak Bangkok, maka
kekacauan akan terus berlangsung di selatan Thailand. Dengan demikian akan
menyuburkan lagi persengketaan di Asia Tenggara dan pihak komunis juga akan
mengambil keuntungan dan kesempatan itu. Juru bicara BRN juga menyatakan
bahwa masalah komunis di perbatasan Malaysia-Thailand tidak mudah dibendung
tanpa kerjasama antara pejuangan Muslim Patani yang sedang menuntut haknya.
Pemerintah Thailand telah melakukan penangkapan dan pembunuhan atas orang-
orang Melayu dengan alasan sebagai anggota komunis. Keganasan tentara Thai dalam
bertindak menangkap guru agama dan menutup sekolah agama di sekitar Pekan
74 Mohd. Zamberi, Umat Islam Patani h. 323-325
Merah Betong, propinsi Yala, yang tidak jauh dari perbatasan. Pihak BRN menolak
bahwa masyarakat yang ditangkap bukan anggota komunis, mereka adalah penduduk
Melayu Patani yang sedang memikul senjata membebaskan tanah air dari penguasa.
BRN juga menghimbau kepada pemerintah supaya membedakan antara pejuang
Muslim dengan anggota komunis. Jika pihak Bangkok masih tidak mau tahu,
kemungkinan usaha-usaha pihak Malaysia dalam menghapuskan kesepakatan
komunis mencapai kegagalan. Pemerintah Malaysia berupaya untuk memberi
penjelasan bahwa konsep dan ideologi komunis itu amat bertentangan dengan prinsip
ajaran Islam dan akan membawa kekeliruan bila pihak Thai terus-menerus menuduh
Melayu Muslim Patani yang berjuang di hutan sebagai komunis.75
Dalam perkembangannya, terdapat sumber yang mengatakan BRN
mengalami masalah internal. Akibatnya muncul beberapa kelompok kecil, namun
induknya terus memberikan semangat dan potensi, sehingga organisasi ini diganti
namanya menjadi B.R.N. Kongres. Beberapa perubahan dibuat untuk membaharui
kegiatan dan tujuan tanpa mengubah landasan dasar organisasi. Akibatnya terjadi
konfrontasi antara Malaysia dan Indonesia pada tahun 1963 M sehingga di kalangan
pemimpin BRN, ada yang bersimpati dengan Malaysia khususnya golongan
konservatif dan aristokrat yang bertempat di Malaysia. Keadaan ini membuat BRN
mengalami perpecahan. 76
75 Lukman Iskandar, Patani Cabar Thailand, Suara Merdeka 26 Desember 1976
76
Mohd. Zamberi, Umat Islam Patani, h. 324-325
Pada akhir tahun 1960-an, BRN mengambil langkah dengan membuat
susunan Angkatan Bersenjata yang dikenal dengan ABRIP (Angkatan Bersenjata
Islam Patani). Pengaruh BRN berkembang pesat di propinsi Pattani, Yala, Narathiwat
dan 3 daerah di propinsi Songkhla yaitu Tepha (Tiba), Cenak dan Sebayoi. BRN tidak
berkembang di propinsi Setul karena masyarakat Setul lebih terkesan dengan
kepimpinannya, Che Abdullah Langputih yang mengambil langkah perjuangannya
dalam parlemen di Bangkok.77
C. Patani United Liberation Organization (PULO)
Menurut Surin Pitsuwan, ada tiga kepemimpinan dalam PULO, yang pertama
adalah level penentuan kebijakan politik, berkedudukan di Mekkah,78 Saudi Arabia.
Kedua, level kepemimpinan yang bertanggung jawab menangani urusan politik,
berkedudukan di Kelantan dan ketiga, menangani masalah operasi-operasi militer di
Patani. PULO adalah organisasi yang mempunyai perlengkapan militer terbaik dan
personil yang terlatih dibanding dengan organisasi separatis lainnya. Selain itu,
kekuatan militernya tersebar luas di 4 propinsi, Selatan Thailand. Ia merupakan
organisasi induk yang terbesar dan sangat populer. Didirikan di Mekah pada 22
Januari 1968 M. Pemerintah Thailand percaya bahwa organisasi Pertubuhan
Persatuan Pembebasan Patani atau Patani United Leberation Organization yang lebih
dikenal dengan singkatan PULO mempunyai susunan kepengurusan yang meliputi;
77 Chapakia, Politik Thai dan Reaksi Masyarakat di Selatan Thai, h. 194
78
Menurut Pitsuwan, PULO mendapat dukungan lebih dari 8.000 Melayu Muslim di Makah.
politik, ekonomi, ketentaraan, biro agama dan kepengurusan luar negeri di bawah
pimpinan Sekretaris Jenderal Tengku Bira Kotanila,79 keturunan Raja Raman, Kadir
Abdul Rahman. Tengku Bira adalah seorang sarjana sains politik dari universitas di
India. Beliau dikatakan sering berpulang pergi antara Malaysia, Patani, Saudi Arabia,
Syria dan Libya, juga bertanggung jawab membawa masalah minoritas Islam Patani
ke forum Persidangan Islam Internasional (OIC).80
PULO menerima banyak sumber bantuan keuangan dari Syria dan Libya 81
dan hasil dari sebuah hotel di Hamburg, German menjadi sumber keuangan
perjuangan masa depan. Dengan slogan Ubangtapekma memberi arti Ugama Bangsa
Tanah air Prikemanusiaan yang melambangkan konsep perjuangan suci organisasi.
Oleh karena itu PULO merasa bertanggung jawab memberikan jawaban terhadap
masalah Patani di samping menjaga imege perjuangan di dalam maupun di luar
negeri untuk menyakinkan hakikat yang sebenarnya—apa yang terjadi serta masalah
penjajahan Thailand yang ingin menutup mata dunia. Disiplin keanggotanya
79 Tengku Bira Kotanilam, pada awal 1950-an adalah aristokrat dan merupakan graduan pada
Universitas Aligarh Muslim Universitas, India. Lihat W.K Che Man, The Malay-Muslim of Southenrn Thailand, h. 25
80
Mohd. Zamberi, Umat Islam Patani, h. 325
81
Pemerintah Thailand mencurigai pemerintah Libya memberi bantuan utama ke Partai Islam Se-Malaysia (PAS) yang bermarkas di Kelantan dan menjadi penyalir utama pada Muslim Patani di Thailand Selatan. Lihat Seri Penelitian PPW-LIPI, h. 131
tercantum dalam 16 point dasar yang memiliki 188 peraturan tetap yang dikeluarkan
oleh Dewan Pimpinan Organisasi angkatan bersenjata.82
Mengingat bahwa organisasi ini didirikan di luar negeri, sehingga menjadikan
PULO tidak mempunyai tempat bernaungan yang kuat di dalam negeri serta tidak
mendapat perhatian masyarakat Melayu di Selatan. Tetapi dengan lincahnya
pemimpin dalam menjalankan propaganda dan hubungan diplomatik membuat
organisasi ini mendapat perhatian dan dukungan dari para pelajar Patani yang berada
di luar negeri, atas kebijakan diplomatik.83 Walaupun begitu ia berhasil mengirimkan
para pelajar dan pemuda untuk belajar dan melatihkan bersenjata di beberapa buah
negara Timur Tengah. PULO memberi dukungan khusus untuk belajar ketentaraan
sehingga banyak yang berminat di kalangan pemuda Patani, karena para pemuda ini
ingin kemerdekaan Patani segera terwujud.
Dukungan dari beberapa negara Arab yang mendukung revolusi bersenjata
seperti Libya dan Syria membuat pergerakan PULO menjurus ke arah militan dan
lebih memfokus di bidang ketentaraan. Pendekatan ini, berhasil mendapat dukungan
dari para mahasiswa Patani di luar negeri, serta berhasil membentuk beberapa cabang
82 Yasir Shamsuddin, Perjuangan Melayu Patani yang Sebenarnya, Santajiwa. Bil. 3
(February-Maret 1977) h. 4-8 83 Surin Pitsuwn, Islam di Muang Thai: Nasionalisme Melayu Masyarakat Patani, (Jakarta:
LP3ES, 1989), h. 180-181,
di berbagai tempat. Tujuannya adalah bila mereka selesai kuliah dan kembali ke tanah
air menjadikan PULO berkembang di dalam negeri.84
Peran aktif PULO, pada akhirnya mendapat dukungan dari masyarakat Patani
yang berada di Mekah. Dengan banyaknya tenaga yang terlatih di bidang ketentaraan,
di samping mempunyai bantuan keuangan sehingga mampu membentuk sayap
ketentaraannya yang memiliki persenjataan modern. Organisasi ini mengambil
langkah meneruskan operasi ketentaraan dengan melawan aparat pemerintah serta
melakukan pengeboman fasilitas pemerintah dan lokasi strategis lainnya. Bersamaan
dengan itu, dikeluarkan juga selembaran kertas mengancam pemerintah, sekaligus
memperkenalkan identitasnya sebagai organisasi perjuangan pembebasan menuntut
kemerdekaan. Pendekatan tersebut, berawal dari tahun 1970-an sehingga ia menjadi
sebuah organisasi perjuangan yang sangat populer. Berbagai media massa selalu
menyiarkan mengenainya sebagai organisasi subversif yang mengancam keamanan
negara.85
Mereka berusaha memberi keyakinan kepada masyarakat Islam agar memberi
dukungnya dalam membebaskan tanah air dari pemerintah Bangkok. Kebanyakan
penduduk pedesaan mengalami kemiskinan dan suka menghulur tangan minta
bantuan. Sebaliknya masyarakat Melayu yang perekonomiannya lebih mapan kurang
memberikan bantuan. Pada sisi lain pelajaran yang mereka berikan umumnya lebih
menitik berat kepada orang yang mempunyai pengetahuan tentang konsep dan
84 Chapakia, Politik Thai dan Reaksi Masyarakat di Selatan Thai, h. 195-196
85
Pitsuwan, Islam di Muang Thai, h. 179-181
masalah perjuangan, karena mereka lebih memahami prinsip dalam berorganisasi,
tetapi penduduk tidak mau bekerja sama karena takut tindakan dari pemerintah
pusat.86
Peringatan pernah diberikan kepada pihak pengusa Malaysia agar tidak
menyerang sesama saudara Islam sewaktu melakukan pengamanan bersama
Malaysia-Thailand.87 Dalam peringatan jangka panjang, di bidang ekonomi perlu
diperhambat agar melumpuhkan pendapatan masyarakat, keadaan ini akan
mengharuskan pemerintah Bangkok mengeluarkan dana besar-besaran untuk
perbelanjaan kepada pasukan tentaranya. Apabila aparat Thailand dikerahkan ke
selatan, maka PULO berhenti melaku penyerangan atau bersembunyi. Tindakan ini
akan menyulitkan pemerintah Thai dalam mempertangung jawabkan di depan Majelis
Keselamatan Negara. Apabila pemerintah melibatkan sejumlah keuangan yang besar
untuk keselamatan negara, maka akan mengurangi peruntukan ekonomi dan
pembangunan, sekaligus tindakan ini mendesak rakyat menentang pemerintah
pusat.88
Pertemuan atau pemusyawaratan organisasi sangat diperlukan di saat ingin
melakukan operasi terhadap pemerintah Thailand, biasanya diadakan di markas pusat
atau di daerah yang berbeda sesuai dengan situasi dan kondisi, dengan
mempertimbangkan keselamatan pusat. Namun pertemuan yang terpenting diadakan
86 Ibid, h. 181
87
Kerja sama militer antara angkatan bersenjata Thailand dengan angkatan bersenjata Malaysia yang sedang menindas gerakan separatis. Lihat Pitsuwan, Islam di Muang Thai, h. 180
88
Mohd. Zamberi, Umat Islam Patani, h. 327
pada malam hari, karena tidak terganggu oleh pasukan pengamanan Thailand ketika
mengadakan pertemuan dengan penduduk yang terdiri diri guru-guru agama dan
masyarakat sekitar.89
Pemerintah mengambil langkah dengan melantik beberapa orang Melayu ke
dalam struktur kepemerintahan di tingkat wilayah merupakan suatu tindakan tidak
benar. Karena mereka tidak benar-benar membantu umat Islam, sebenarnya mereka
lebih berpihak kepada pemerintah. Mengenai bantuan luar negeri, para pemimpin
agama menegaskan bahwa anggota Partai Komunis Malaya dan Partai Komunis Thai
bukan berasal dari keturunan Melayu yang beragama Islam. Mereka berketurunan
asing dan mempunyai ideologi perjuangan yang berbeda.
Ditegaskan juga bahwa umat Islam Patani sangat mengharapkan bantuan dari
negara-negara Islam seluruh dunia. PULO tidak bisa mengharapkan bantuan dari
Malaysia saja. Sebagai contoh, pada demonstrasi Mahasiswa di University Malaya
(UM) dan University Kebangsaan Malaysia (UKM) pada 14 Juni 1971 M, menuntut
hak asasi manusia umat Islam Patani merupakan dukungan moril yang sangat
terkesan. Walaupun begitu, harapan organisasi yang menuntut kemerdekaan ini,
setidaknya tiba harinya nanti proklamasi politik internasional akan diperoleh.
Langkah-langkah untuk mencapai tujuan itu adalah dengan bekerja keras dan
mandiri—menyusun strategi perjuangan untuk mendapat kepercayaan dari
masyarakat Islam.
89 Wawancara prubadi dengan Ustadz Abdulloh Syafi’i, di kediamannya, Pattani, 18 May
2005.
Apabila masyarakat berpihak kepada PULO, maka tindakannya akan lebih
menarik simpati masyarakat, struktur kepengurusan akan membentuk satu pengurus
kecil di tingkat bawah, agar perjuangan dan perubahan tersebut dapat memberi
tindakan yang lebih baik. Perjuangan PULO (Pertumbuhan Persatuan Pembebasan
Patani) merupakan kesinambungan perjuangan yang sudah melewati sejarah.
Seandainya perjuangan ini tidak tercapai, diharapkan generasi mendatang sebagai
penerus perjuangan sehingga Patani mendapat kemerdekaan.90
D. Barisan Bersatu Kemerdekaan Patani (BERSATU)
Setelah perjuangan pembebasan Patani berlangsung hampir empat dekade,
semua organisasi menyadari kelemahan masing-masing dan perlu mengadakan
penyatuan antara organisasi tersebut di atas. Beberapa pemimpin masing-masing
organisasi perjuangan melakukan langkah manuver dengan mengadakan Majelis
Sidang Pejuang Patani pada 31 Agustus 1989 M. Persidangan dihadiri oleh empat
organisasi yaitu BIPP, BRN (Kongres), GMP, dan PULO. Mereka sepakat untuk
mendirikan sebuah organisasi yang diberi nama “payung” atau “Umbrella
Organization”, bertujuan untuk menyesuaikan semua aktivitas dan tujuan mereka.
Setelah keempat organisasi perjuangan pembebasan Patani beroperasi di
bawah satu komite penyelaras selama satu tahun. Organisasi Umbrella Organization
yang telah disepakati mendirikan sebuah organisasi (1991 M) yang diberikan nama
90
Suhrke, A., Loyalist and Separatists: The Muslim in Southen Thailand, Asian Survey. Jilid 17, No.3, 1977, h. 237-250
“Barisan Bersatu Kemerdekaan Patani” (BERSATU) atau “United Fronts For Patani
Independence”. Di bawah pimpinan BERSATU, membuat semangat Jihad
bertambah.91 Dengan adanya persatuan ini, para pejuang Patani juga dapat
melakukan perjuangan yang lebih aktif.
Setelah beberapa tahun menjalankan aktivitas, sehingga ia berhasil
membentuk satu komite yang dikenal sebagai Komite Perundingan Rakyat Melayu
Patani (KPRMP). Mereka menentang politik akomodasi pemerintah Thai yang
bergabung di dalam kelompok ini. BERSATU merupakan organisasi bawah tanah
yang tetap memperjuankan kemerdekaan. Strategi mereka tetap sama, yaitu
melancarkan serangan gerilya ke kantor polisi dan fasilitas pemerintah.92 KPRMP
dianggotai oleh semua organisasi yang bergabung dalam organisasi BERSATU.
Sementara dua organisasi lain yang selama ini berjuang sendiri dan tidak menjadi
anggota BERSATU, yaitu Barisan Revolusi Nasional (BRN) dan Gerakan Ulama
Patani (GUP). Pada Juni 1997 M Majelis Permusyawaratan Rakyat Melayu Patani
(MPRMP) didirikan oleh BERSATU, dan KPRMP berfungsi sebagai majelis
tertinggi yang membuat semua keputusan dan kebijakan dalam aktifitas perjuangan
jihad bersenjata di empat wilayah Patani.93
Dibawah naungan MPRM ini membuat perjuangan mereka lebih terarah.
Karena sebelum BERSATU didirikan, kelemahan perjuangan pembebasan Patani
91 Che Man, The Malay-Muslim of Southenrn Thailand, h. 245-246
92
Riza, (ed), Problematika Minoritas Muslim di Asia Tenggara, h. 134 93
Ibid, h. 135
dapat dirumuskan ke dalam tiga katagori. Pertama, para pemimpin dan rakyat Patani
bejuang mengikuti organisasi masing-masing. Kedua, perjuangan Patani belum
berhasil diwujudkan sebagai negara yang merdeka dan berdaulat. Ketiga, perjalanan
semua organisasi perjuangan selama ini belum mencapai puncak serta dapat
membuka mata masyarakat Islam dan internasional.
Adapun ideologi perjuangan BERSATU serta rumusan prinsip lainnya yang
menyangkut dengan ketatanegaraan islam dapat dilihat pada lampiran.
BAB IV
PENYEBAB UTAMA TUNTUTAN MERDEKA MASYARAKAT MELAYU
MUSLIM DAN UPAYA PENYELESAIANNYA .
B. Kebijakan Politik Pemerintah Thailand dan Respon Masyarakat
1. Politik Integrasi
Masyarakat Muslim di bagian Selatan Thailand lebih dikenal dengan sebutan
penduduk Melayu Muslim Patani, karena secara etnik berbeda dengan masyarakat
Muslim lainnya di Thailand. Mereka menyebut dirinya sebagai orang Melayu, karena
adat-istiadat, bahasa dan agama yang memisahkan mereka sebagai etnik minoritas.94
Surin Pitsuwan mengutip dari Elliot mengatakan bahwa wilayah Selatan Thailand ini
“lebih tepatnya dianggap sebagai wilayah jajahan (Triburary territory) yang
membedakan bentuk sosial orang-orang Thai dan masyarakat Melayu.95
Kekhawatiran pemerintah yang didorong oleh kenyataan dan perbedaan
tersebut, sehingga pemerintah berusaha menerapkan politik integrasi dalam rangka
untuk menjambatani kesenjangan yang terjadi dengan memperbaiki serta berupaya
94 Suhrke, The Thai Muslims: Some Aspects of Minotary Integration, Pacific Affairs, Winter,
1970-197, h. 533
95
Surin Pitsuwan, Islam and Malay Nationalism: a Case Study of the Malay Muslim of Southern Thailand, (Bangkok: Thammasat University, 1985), h. 28
menjaga perbedaan identitas. Namun upaya yang dilakukan pemerintah lebih
cenderung menjauhkan mereka dari induk masyarakat Thai. Di antara kebijakan
tersebut adalah sebutan Thai-muslim yang biasa dilontarkan pemerintah dan juga para
pengamat dalam menunjukan identitas mereka, dianggap kurang tepat.96
Setelah politik integrasi disusul dengan politik asimilasi, baik bahasa, sejarah,
lagu kebangsaan dan lain-lainnya. Sejak munculnya telah mendapat pertentangan dari
masyarakat Muslim Patani, namun pemerintah tetap menjalankannya. Politik
integrasi tampak jelas ketika Phibul Songkhram menjabat sebagai Perdana Menteri
pada tahun 1938 M,97 ia coba memberi tekanan yang lebih kuat. Langkah integrasi
dan asimilasi jangka panjang dan mencakup seluruh aspek kehidupan. Bagi
masyarakat Muslim Patani, integrasi dan asimilasi adalah intervensi yang
membahayakan. Sebab, akan mengoyahkan akar budaya yang menjadi identitas
mereka. Dengan demikian, makin efektif asimilasi dilakukan makin besar pula
perasaan terancam di kalangan masyarakat Muslim Patani.98
2. Politik Asimilasi
Masa pemerintahan Phibul Songkram sangat meresahkan masyarakat, karena
di samping ia menerapkan politik asimilasi, juga telah membangkitkan gerakan
nasionalisme yang berdasarkan pada tiga simbol terpenting yaitu; Raja, negara, dan
96 Sebutan Melayu Muslim memang lebih punya dukungan psikologis bagi mereka, karena
merasa berakar pada kekuatan kultural. H Sulong pada tahun 1947 M. pernah menuntut pemerintah agar menyebut mereka dengan Melayu Muslim. Lihat, Pitsuwan, Islam di Muang Thai, h. 278-393
97
Phibul Songkram menjabat sebagai Perdana Menteri mulai 1938-1944 dan 1948-1957 M 98 Riza Sihbudi, (ed), Problematika Minoritas Muslim di Asia Tenggara, (Jakarta: PPW-LIPI, 2000), h. 124-127
agama (Budhis). Penekanan terhadap tiga simbol itu berkonsekuensi dan mengidentik
negara dengan hirarki agama Budha serta memunculkan konsep Raja sebagai
pelindung agama. Kedudukan Raja sebagai pelindung agama bukan saja menentukan
keharusan Raja seorang Budhis, tetapi juga memberikan hak kepada Raja melalui
negara untuk memurnikan masyarakat melalui agama dan bertindak sebagai juru
moral.99 Sebagian besar masyarakat Thai-Budhis tidak menimbulkan persoalan.
Tetapi, merupakan suatu ancaman bagi masyarkaat Muslim Melayu. Oleh karenanya,
masyarakat Muslim Patani melakukan oposisi terhadap kekuasaan negara
Munculnya perasaan akan terancam akibat politik asimilasi, pada sisi lain
makin tingginya kesadaran masyarakat. Perbedaan ras, bahasa, agama, adat istiadat
dan kesadaran keterpisahan etnis yang dilandasi oleh munculnya problem di daerah
tersebut telah membangkitkan kelompok-kelompok untuk mempertahankan diri dan
melawan politik asimilasi. Kesadaran ini makin menguat seiring dengan
berkembangnya masalah itu sendiri. Hal ini terbukti dengan munculnya tuntutan-
tuntutan baru yang bukan lagi seperti tuntutan mereka pada awal (otonomi),
melainkan bersifat separatisme.
Pemberontakan dan protes umum terjadi sepanjang sejarah merupakan bagian
dari usaha untuk mempertahankan identitas mereka. Walaupun sekarang politik
asimilasi dan integrasi tidak diterapkan secara keras seperti pada masa Phibul, tetapi
perasaan benci dan dendam selalu muncul di kalangan masyarakat. Seperti yang
99 Surin Pitsuwan, Islam di Muang Thai: Nasionalisme Melayu Masyarakat Patani, (Jakarta:
LP3ES, 1989), h. 171
dikatakan Surin Pitsuwan bahwa pemberontakan yang terjadi selama ini berasal dari
politik asimilasi tersebut.100
Seperti yang kita saksikan, semenjak tragedi pembantaian di Takbai-
Narathiwat pada tahun 2003 M sampai sekarang peristiwa pengeboman, penembakan
terhadap guru sekolah umum dan agama, pembunuhan terhadap aparat pemerintah
dan penangkapan aktivis Muslim, dan lain sebagainya. Gambaran kekerasan yang
terjadi selama ini belum membuahkan hasil ke arah yang lebih baik. Sehingga muncul
kekhawatiran di kalangan masyarakat dan juga pemerintah bangkok.101 Penyebab
utama yang dilancarkan pemerintah terhadap masyarakat Melayu Muslim Patani di
antara lain:
Ada tiga persoalan utama yang pemerintah benahi adalah pendidikan,
penyebaran birokrasi dan ekonomi. Pendidikan menjadi masalah utama dalam
membenahi sistem pendidikan yang sudah ada yaitu pendidikan pondok dan
madrasah. Pemerintah menganggap pendidikan merupakan pokok bagi politik
integrasi terhadap minoritas, yakni pendidikan yang mengandung arti kesamaan
bahasa dan fungsi literatur yang cukup penting dalam berkomunikasi antara
masyarakat dan karenanya akan menumbuhkan “shared national sentiment”.102
100 Ibid, h. 87-93
101 Observasi di empat propinsi di Selatan Thailand.
102
Thomas M. Ladd, Political Violence In The Muslim Province Of Southern Thailand, (Singapura: ISEAS, 1975), h. 23
Sementara respon yang muncul di kalangan masyarakat terhdap program itu
bervariasi. Bagi orang Melayu yang sinis mereka melakukan penolakan
pendidikan modern, dan lebih didasarkan sikap kecuriagaan. Menurut mereka
usaha tersebut merupakan jalan menuju asimilasi dengan tujuan “munculnya
masyarakat Melayu yang lupa dengan agama dan rasnya karena diselimuti oleh
kesetiaan kepada pemerintah Bangkok”. 103
Pemerintah berusaha menata pendidikan yang mencakup institusi pendidikan
tradisional pondok. Artinya, di samping pondok harus melakukan modernisasi
kurikulum, juga ditempatkan di bawah kontrol pemerintah. Hal ini secara tegas
dianggap akan merugikan pihak pondok. Sebagai reaksi terhadap penolakan itu,
tidak kurang dari 109 buah pondok (1971 M) menghentikan kegiatannya. Karena
pada saat itu pondok mulai diajarkan pelajaran baru seperti bahasa Thai, studi
sosial di samping agama Islam.104
Sebagai contoh, salah satu sikap tradisional yang diperlihatkan kelompok
separatis adalah penolakan terhadap sistem pendidikan modern yang diatur oleh
Bangkok. Pada tahun 1980 M, Mc Beth menulis bahwa di Universitas Pattani
terdapat 3% mahasiswa yang Muslim.105 Hal ini terjadi barangkali karena mereka
beranggapan bahwa pendidikan sekuler merupakan sebuah proses Budhanisasi.
Oleh karenanya untuk mendapatkan pendidikan ke jenjang berikutnya, mereka
103 Suhrk, The Thai Muslims, h. 238
104
Thomas, Political Violence In The Muslim Province Of Southern Thailand, h. 24 105
Mc Beth, Separatism is the Goal and Religion the Weapon. FEER, Jilid 108 No. 26 (20 Juni 1980), h. 21
lebih memilih menyekolahkan anak-anak mereka ke daerah Timur Tengah,
Malaysia dan Indonesia sebagai alternatif dengan harapan pada saat mereka
kembali ke tanah air dapat meningkat perasaan identitas Islam serta memperkuat
kebanggaan etnik mereka. Karena yang mereka pelajari pada umumnya adalah
ilmu agama. Namun, dalam pandangan pemerintah mereka dilihat lebih
berbahaya dari kepemimpinan tradisional mereka. Karena pengalaman di luar
negeri cukup mendukung kapasitas politik mereka.
Peraturan yang mewajibkan sekolah agama menyelenggarakan pendidikan
sekuler dengan menggunakan bahasa Thai sebagai bahasa pengantar. Sementara
masyarakat menganggap peraturan tersebut merupakan bagian dari upaya
menggerogoti bahasa Melayu, demikian juga dimasukkan pelajaran agama Islam
dalam kurikulum sekolah umum.106 Oleh karena itu, semua sarana pendidikan
seperti sekolah pemerintah sering menjadi sasaran serangan masyarakat. Di antara
1979-1980 M terjadi 26 kasus pembakaran sekolah, pengeboman bangunan,
pengrusakan jembatan dan guru-guru yang beragama Budhis menjadi sasaran
pembunuhan dan penculikan. Tujuannya adalah untuk menyurutkan usaha
pemerintah tersebut.107
Penyebaran birokrasi juga didominasikan oleh Thai-Budhis. Kebanyakan
pegawai pemerintah tidak bisa dan tidak berusaha untuk memahamai bahasa
Melayu. Hal ini tentu saja menyulitkan mereka dalam berkomunikasi dan
menyampaikan pesan pemerintah. Sementara masyarakat Muslim menilai,
106 Nasir Ramli, (Jakarta: Panji Masyarakat, 1986,), no. 492, h. 28
107
Pitsuwan, Islam di Muang Thai, h. 242
partisipasi masyarakat ke dalam birokrasi pemerintah sebagai integrasi penuh.108
Oleh karena itu, partisipasi tersebut dianggap sebagai pengkhianatan. Terbukti
ketika masyarakat Muslim berpartipasi dalam program pemerintah dengan
menjabat sebagai pemimpin atau kepala desa dalam rangka untuk menjembatani
antara rakyat dan pemerintah terkadang dianggap sebagai intel pemerintah.
Sementara di bidang ekonomi sering dilihat sebagai pemicu terjadinya
ketegangan. Kesenjangan antara perekonomian masyarakat Muslim Patani yang
pendapatannya dan strata sosial lebih rendah dibandingkan dengan masyarakat
Thai-budhis dan Cina yang berada pada strata sosial yang lebih tinggi,109 sangat
memungkinkan terjadinya kecemburuan sosial di kalangan masyarakat Melayu.
Apalagi ada pemahaman di kalangan mereka bahwa di empat propinsi selatan
Thailand merupakan daerah yang kaya dengan perkebunan karet.
Pada sisi lain, terdapat industri yang banyak menyerap tenaga kerja dari kaum
remaja Melayu Muslim. Sebagian besar di kalangan masyarakat merasa
masuknya kaum remaja yang bekerja di industri dapat mengubah cara hidup dan
nilai agama Islam akan hilang. Karena mereka berpendirian bahwa pendidikan
yang berdasarkan moral keagamaan sangat diperlukan dan meyakini bahwa
struktur masyarakat harus dibangun atas dasar nilai Islam.
108 Suhrke, The Thai Muslims, h. 545
109
Riza (ed), Problematika Minoritas Muslim di Asia Tenggara, h. 128
Tuntutan-tuntutan keadilan sosial ekonomi menjadi sebuah isu yang muncul,
walaupun dalam kenyataannya banyak penduduk Thai-budhis yang
pendapatannya lebih rendah. Beberapa usaha yang dilakukan pemerintah melalui
pembangunan ekonomi dimaksudkan untuk menjembatani kesejangan yang
terjadi selama ini, di samping usaha untuk memperkuat politik integrasi.
C. Langkah dan Upaya Penyelesaiannya.
Keberadaan minoritas Melayu Muslim di Thailand Selatan sering dijadikan
suatu permasalahan bagi kelompok mayoritas dan penguasa. Lebih buruk lagi, di
antara kelompok minoritas cenderung meyakinkan bahwa mewujudkan keislaman
dalam konteks kehidupan beragama sangatlah sulit kecuali dengan jalan
memisahkan diri. Tentu saja, upaya untuk melepaskan diri untuk mendapatkan
eksistensi atas keislamannya mendapat tekanan dari penguasa.
Usaha penentangan dari kebijakan pemerintah melalui program asimilasi
sudah berlangsung lama, bahkan pada periode demokrasi berparlemen, yakni
setelah revolusi 1932 M sampai sekarang masyarakat Melayu mulai ikut
partisipasi dalam sistem tersebut dengan harapan mereka bisa membuat konsesi-
konsesi (pengurangan tuntutan) dengan pemerintah pusat mengenai persoalan
yang terjadi, baik agama, budaya dan lain sebagainya.
Salah satu konsesi yang terpenting adalah pemerintah telah memberi
pengakuan hanya bagian dari syariah yang menyangkut hubungan keluarga dan
warisan. Rupanya, di berbagai negara Islam yang pernah dijajah, pembaharuan
dalam aspek hukum diadakan oleh penguasa dalam upaya mereka untuk
memodernisasi masyarakat tersebut. Pengecualian ini, setidaknya sudah
menunjukkan sikap menghormati kebudayaan Melayu Muslim dan merupakan
tindakan yang praktis dari pemerintah.
Walaupun demikian, membiarkan yurisdiksi atas kasus-kasus keluarga dan
warisan di tangan kaum ulama bukanlah berarti bahwa pemerintah lepas tangan
dalam soal prosedur yang menyangkut pengelolaan Pengadilan Agama. Karena
peran para ulama yang menjabat sebagai Datok Qadhi 110 harus disetujui oleh
gubenur jenderal setempat. Memang masuk akal apabila ulama-ulama yang
populer tidak dapat duduk di pengadilan dengan pejabat pemerintah.
Kehadiran Datok Qadhi merupakan perpanjangan dari pengadilan-pengadilan
biasa yang dibentuk oleh pemerintah pusat dan hanya mendapat bantuan kaum
ulama dalam masalah keagamaan. Pendapat mereka hanya merupakan nasihat
kepada hakim Thai-Budhis, dalam artian yang bebas untuk mengukuhkan atau
menolaknya. Vonis akhirnya tetap berada di tangan hakim tersebut.
Selain itu, pengaturan stuktural Qadhi dan putusan-putusannya yang
disetujui dan dijatuhkan oleh hakim Thai mempunyai implikasi keagamaan dan
110
Istilah Datok Qadhi merupakan gelar kehormatan bagi seorang ulama yang berperan sebagai penasihat mengenai hukum warisan dan perkawinan di pengadilan biasa.
politik yang meresahkan seluruh komunitas, karena eksistensinya memberi kesan
bahwa komunitas Melayu Muslim menerima dengan baik kekuasaan Thai dan
mengabsahkannya. Karena dalam kenyataannya bahwa penyelenggaraan
peradilan Muslim dilimpahkan kepada pihak penguasa, tampaknya membenarkan
pemberian legitimasi itu. Hal ini sangat penting, karena akan mempengaruhi
perkembangan politik di kemudian hari.
Implikasi keagamaan di atas memberi gambaran bahwa putusan yang
diberikan oleh sekelompok kecil ulama dan disetujui oleh hakim Thai-Budhis itu
cenderung untuk dipandang sebagai preseden bagi kasus-kasus yang diajukan
kepada pengadilan di kemudian hari. Dengan eksistensinya itu sendiri, Datok
Qadhi mengakui asas ketergantungan yudisial kepada kekuasaan politik yang
menjadi landasan dan yang atas namanya ia melakukan tugas yudisialnya.
Pendapat mayoritas yang diharuskan oleh pengadilan Thai cenderung untuk
mematikan asas hukum Islam yang klasik mengenai perbedaan faham (ikhtilaf),
yang telah memasukkan dinamisme ke dalam pelaksanaan syariah selama
berabad-abad. Yang dianggap sebagai pendapat mayoritas segelintir ulama
mungkin sekali hanya pendapat minoritas apabila golongan ulama yang lebih luas
juga diberi kesempatan untuk membahas persoalannya. Asas konsensus (ijma’)
dalam evolusi syariah adalah jauh lebih kompleks dari pada sekedar memastikan
opini mayoritas di antara enam hakim yang duduk di pengadilan sebagai mana
yang ditentukan oleh gubenur Thai.
Menurut Asy-Syafi’i, yang mazhabnya dianut oleh masyarakat Melayu
Muslim, tidak ada satu pun kelompok ulama yang dapat mengaku punya otoritas
untuk memberikan pendapat mengenai persoalan-persoalan detil. Ia lebih
mengakui komunitas secara keseluruhan (jama’at annas) sebagai sumber
pendapat hukum. Pada tingkat oprasionalnya konsep itu memerlukan musyawarah
sebanyak mungkin cendikiawan (awamm ahl’il) dan dalam jangka waktu yang
lama agar supaya pendapat-pendapat hukum melebur ke dalam consensus umat
muslim secara keseluruhan dan dapat digunakan untuk meniadakan pendat-
pendapat yang menyimpang.
Oleh sebab itu, pendapat mayoritas di pengadilan tersebut, dalam kacamata
para ulama dan komunitas umumnya tidak dapat dianggap sah. Mereka menyadari
bahwa pengadilan agama itu sendiri merupakan perpanjangan pengadilan biasa
Thai, tidak memungkinkannya untuk mempertahankan norma-normanya sendiri
dan bekerja sesuai dengan asas-asas Islam yang sesungguhnya. Salah satu
tuntutan yang dikemukakan dalam pemberontakan para ulama adalah agar
pengadilan agama itu dipisahkan sepenuhnya dari pengadilan propinsi yang biasa.
Penjelasan di atas cukup jelas bahwa kehilangan pemerintahan sendiri
mempunyai makna yang khusus bagi masyarakat Melayu Muslim. Karena bagi
mereka, masyarakat dan struktur kekuasaannya terjalin erat antara satu dengan
lainnya dalam rangka menjamin semua urusan kemasyarakatan dan ide-ide
keagamaan. Santilana, seorang sarjana hukum, sebagaimana yang dikutip oleh
Surin Pitsuwan mengatakan sebagai berikut:
Ta’at kepada syariah merupakan suatu kewajiban sosial dan perintah agama; barang siapa melanggar syariah tidak hanya melanggar tata tartib hukum tetapi juga berbuat dosa, karena tidak ada hak di mana Allah tidak mempunyai hak bagi-Nya.111
Kutipan di atas, dengan kata lain hilang pemerintahan sendiri dan
digantikannya hukum agama oleh hukum perdata, berarti suatu kewajiban agama
tidak dapat dipenuhi. Oleh karenanya, merupakan suatu keharusan bagi
masyarakat Melayu Muslim bahkan bagi setiap komunitas Muslim lainnya dalam
rangka mempertahankan kekuasaan politik.
Munculnya hasrat untuk memerintah diri sendiri di kalangan Melayu Muslim
Patani semenjak daerah itu menjadi sebuah negara yang dikenal dengan “Patani
Darrussalam”, bahkan sudah berabad-abad semenjak lahirnya agama itu.
Barangkali sudah diakui oleh para ilmuan secara umum. Islam, seperti juga
dengan komunitas lain di dunia; yakni menuntut hak untuk memegang kekuasaan
politik, karena kehendak Allah harus diwujudkan di dunia oleh suatu sistem
politik. Kekuasaan politik dalam Islam, harus didefinisikan sesuai dengan
pengetahuan, dalam artian ajaran Suci yang terkandung dalam syariah yang
mencakup segala-galanya. Yang ril dan yang politis harus dibentuk menurut citra
yang ideal dan yang Ilahi.
Berhubungan dengan di atas, antara asas-asas Ilahi dan perbuatan masnusia
serta persatuan antara yang kudus dan yang duniawi mengandung implikasi
bahwa tidak dapat ditarik garis pemisah antara urusan agama dan kegiatan politik.
111 Surin Pitsuwan, Islam di Muang Thai, h. 49-50
Setiap perbuatan politik menjadi suatu ibadah keagamaan dalam arti bahwa ia
didasarkan atas asas Suci tentang keadilan dan bertujuan merealisasikan kehendak
Tuhan di bumi ini; dan sebaliknya, setiap fungsi keagamaan tidak dapat
dipisahkan dari konteks politiknya. Karena tujuan agama bagi seorang Muslim
pada tingkat paling tinggi adalah untuk tunduk kepada kehendak Allah SWT.
seperti yang dimanifestasikan dalam hukum syariah. Maka untuk mewujudkan
tujuan itu harus berpartisipasi dalam suatu sistem politik yang berusaha
menyesuaikan diri kepada hukum tersebut. Karena, hukum itu yang diilhamkan
oleh Allah, kedudukannya lebih tinggi dari segalanya. Sementara negara berada
pada posisi sebagai pelaksanaannya.
Dalam konteks masyarakat Melayu Muslim di Patani, tekanan untuk
menyesuaikan diri kepada perintah syariah sangat kuat. Kaum ulama lebih
merasakan tekanan tersebut dibandingkan dengan yang lain, karena mereka
adalah penjaga agama serta tumpuan masyarakat. Bagi mereka, penerapan hukum
Allah merupakan suatu kewajiban yang mendesak, ketika para pemimpin lainnya
dalam komunitas meninggalkan perannya, sehingga tugas para ulama menjadi
semakin mendesak lagi.
Sebagaimana yang kita diketahui bahwa kepemimpinan dalam pergerakan
kemerdekaan Melayu Muslim Patani di antara lain adalah; kaum bangsawan, para
elit politik dan ulama. Ketika negara Thai berada di bawah sistem demokrasi
konstitusional, bahkan dalam periode monarki absolut, para pemimpin itu pernah
mengajukan tuntutan mereka kepada Majlis Pemesyuaratan Rakyat (MPR).
Namun, tuntutan mereka tidak mendapat solusi yang lebih baik. Sebab, tidak
mendapat dukungan dari para anggota parlemen lainnya. Partisipasi para elit
politik mendapat tekanan cukup besar dari komunitas Melayu Muslim. Mereka
diklaim sebagai kaum loyalis. Pada periode ketika terbentuk sistem demokrasi,
mereka mengalami kekecewaan terhadap pemerintah pusat, sehingga ada yang
memundurkan diri dan menjadi pemimpin sebuah pergerakan kemerdekaan.
Semenjak itu kaum ulama mengambil peran sebagai pemimpin komunitas,
bahkan dalam pergerakan massal menuntut keadilan. Walaupun, belakangan ini
ada di kalangan elit politik itu, di antara lain pernah menjabat sebagai wakil
menteri dalam negeri, menteri kesehatan, menteri luar negeri dan lainnya. Pada
umumnya mereka berpendidikan umum.112
Jika dilihat dari sisi ideologis, muncul kelompok yang berpendidikan
keilmuan umum113 dan ilmu agama sangat mempengaruhi perkembangan
keorganisasian dalam pergerakan, karena muncul pergerakan yang lebih
terkordinasi melalui organisasi yang lebih modern. Sikap politik di atas,
merupakan cerminan dari pemikiran yang muncul dari masyarakat dalam melihat
problematika yang ada. Secara umum sikap itu dapat dikategorikan sebagai
“separatis” dan “loyalis”. Yang disebut pertama adalah orang yang berpendidikan
112
Observasi di empat propinsi selatan Thailand.
113
Ada di kalangan mereka yang memanfaatkan pendidikan modern yang dirancang oleh pemerintah, dan banyak yang melanjutkan pendidikan di luar negeri, seperti di Timur Tengah, Malaysia dan Indonesia. Usaha melanjutkan pendidikan itu biasanya karena tidak mau ikut program pemerintah.
mengangap bahwa Muslim Patani tidak akan dapat menjaga diri mereka sebagai
suatu komunitas etnis, serta tidak dapat meningkatkan kemajuan selama berada di
bawah control pemerintahan Bangkok. Pendirian ini berlandasan pada tujuan
akhir mereka, yaitu otonomi atau memisahkan diri dari pemerintahan. Kelompok
kedua, lebih menerima berada di bawah pemerintahan Thai dari pada melakukan
gerakan separatis. Menurutnya, masyarakat Melayu Muslim harus memanfaatkan
kesempatan yang diberikan pemerintah, bekerjasama dalam memecahkan
problem ekonomi, administrasi dan pendidikan.114 Di kalangan loyalis, muncul
kalangan terpelajar yang memberi arti bergesernya orientasi perjuangan mereka
yang tidak lagi berangkat dari Islam atau etnik. Tuntutan yang utama adalah agar
pemerintah memperlakukan sebagai warganegara Thai, bukan sebagai
warganegara kelas dua.
Tidak semua dapat dikategorikan sebagai loyalis seperti kelompok di atas,
karena yang dapat dimasukan ke dalamnya adalah kelompok yang cenderung
kepada fundamentalis, akibat dari munculnya perasaan terancam yang makin
mendalam oleh serangan dari luar solidaritas etnis sebagai orang Melayu Muslim,
bukan saja membangkitkan solidaritas sebagai suatu komunitas agama, melainkan
agama juga menjadi karakteristik mereka sebagai suatu etnis.
Gerakan fundamentalis itu muncul, di antaranya dalam gerakan dakwah dan
tarekat. Selain itu, muncul kelompok militan yang mengakui tidak berafiliasi
114 W. K Che Man, Melayu Muslim Selatan Thailand, dalam siri kajian: Minoriti Muslim di
Thailand, (Selangor: L. Mindan, Bandar Baru, 1998), h. 20
dengan pergerakan lain, mereka semata terinspirasi oleh ajaran Al-Qur’an untuk
berperang di jalan Allah. Oleh sebab itu, sebagai kelompok yang tidak
berorientasi ideologi, tujuan mereka adalah mempertahankan agama Islam.
Peristiwa pembunuhan dan penculikan sering terjadi, terutama terhadap
masyarakat Thai-Budhis dan aktivis muslim menjadi hal yang sudah biasa, seakan
agama membenarkan semua itu. Kesucian, kebenaran dan norma agama yang
sebenarnya menjadi bagian dari tujuan pergerakan seiring bergesernya tujuan
politik pragmatis dengan ditunjang oleh pemahaman yang dipaksakan. Namun,
yang tampak jelas adalah masyarakat Melayu Muslim Patani sekarang berminat
terhadap penggunaan bahasa Thai dalam kehidupan sehari-hari, akibatnya
menyingkirkan bahasa Melayu menjadi tidak populer dan bahkan kurang
dipahami oleh generasi sekarang.
Sekian banyak penjelasan di atas, baik dalam aspek penggunaan bahasa dan
pendidikan memberi gambaran secara umum bagi masyarakat Melayu Muslim
sekarang, ternyata semakin menyurut identitas Melayu sebagai suatu etnik dan
kultural. Meski pada sisi lain masyarakat Melayu Patani mendapat beberapa
keuntungan lain. Di antaranya, kesempatan unutuk meneruskan pendidikan ke
jenjang yang lebih tinggi dan terbuka. Hal inilah sedang berlangsung, karena
situasi dan kondisi sangat mendukung terbinanya asimilasi atau integrasi
masyarakat Melayu ke dalam masyarakat Thai.
Namun, segalanya tidak berarti berjalan dengan mulus. Beberapa faktor
penyebab bisa berasal dari kurangnya terbuka pihak pemerintah Thai atau dari
sebagian masyarakat yang terus memerkuat cita-cita ke dalam pergerakan.
Terbukti, misalnya dapat dilihat dari sikap atau ucapan dari sebagian masyarakat
itu sendiri, meski diucapkan dalam bahasa yang implisit dan samar-samar sering
mengisyaratkan sebagai masyarakat yang sedang dijajah. Sikap itu merupakan
kelanjutan dari perasaan yang sudah terpendam sejak lama dan sekarang hanya
pada kalangan tertentu saja.
Perubahan atau variasi dari sikap politik Melayu Muslim terhadap pemerintah
berlangsung sempai sekarang, sesuai perubahan zaman dan situasi politik yang
diciptakan oleh pemerintah pusat sendiri. Secara sederhana dapat dikatakan
bahwa nasib politik masyarakat Patani sangat berkaitan dengan perkembangan
zaman dan evolusi negara Thailand. Karena itu, munculnya kecenderungan dalam
pergerakan Melayu Muslim yang lebih mengarah kepada kekerasan.
Gambaran kekerasan politik yang terjadi selama ini adalah refleksi dari
kebijakan politik yang dilakukan pemerintah dan apa bila tanggapan kekerasan itu
muncul dari masyarakat, pemerintah lebih memperketat pengawasannya.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah mengkaji dan meneliti dari beberapa organisasi yang penulis
kemukakan dalam tulisan di atas. Maka penulis menarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Masyarakat melayu muslim, adalah penduduk yang menenpati wilayah
perbatasan Thailand bagian selatan sekarang ini, yang dahulunya masyarakat
di daerah tersebut adalah penganut Hindu, Budha dan animisme. Kemudian
setelah Islam masuk dan berkembang disana, maka Isam banyak merubah
unsur animisme dalam kehidupan masyarakat sehari-hari, sehingga menjadi
ciri khas di wilayah tersebut. Pada sisi lain, sebutan melayu muslim memiliki
unsur politis, yakni membedakan dengan kaummayoritas di negara Thailand.
2. Masing-masing organisasi perjuangan melayu Patani mempunyai prinsip
perjuangan yang berbeda. Secara garis besar dapat di simpulkan bahwa;
Pemerintah Thai merupakan penjajah. Perjuangan mereka merupakan perang
suci atau jihad fisabilillah. Dan perjuangan mereka untuk kemerdekaan Patani
Darussalam.
3. Dan penyebab tuntutan kemerdekaan masyarakat Patani antara lain adalah;
- Karena dahulu Patani merupakan sebuah Negara Islam yang berdaulat
dan merdeka.
- Tuntutan sejarah, yakni adanya sebua realitas dalam kehidupan sehari-
hari yang tidak bisa dipungkiri, seperti sejarah perbedaan bahasa, suku
bangsa, adat-istiadat dan sebagainya. Masyarakat Patani menyadari
bahwa mereka bukan orang Thai.
- Yang terpenting adalah tuntutan syariat yang menghantui kaum pemimpin
dan para ulama di Patani. Faktor tersebut paling menonjol sekali karena
pada umumnya penduduk Patani cenderung mempelajari Agama Islam
daripada pendidikan Umum. Misalnya bagi umat islam yang eklusif,
mereka merasa berdosa selama berada di bawah kekuasaan Non Islam.
4. Sehingga solusi dari hal tersebut, maka diperlukan reformasi pada bidang
pendidikan agama maupun pendidikan umum, yang semestinya lebih terbuka
dan di sesuaikan dengan perubahan zaman. Selain dari itu penggunaan bahasa
Thai dan Melayu diberbagai sekolah harus diterapkan.
B. Saran-saran
1. Perlunya meningkatkan prestasi serta SDM masyarakat Melayu Muslim
Patani, baik bidang agama maupun bidang keilmuan lainnya.
2. Dan bagi kaum intelektual dan separatis khususnya, perlu ditingkatkan
lagi jalur informasi dengan dunia internasional.
3. Kepada politikus dan para cendikiawan Muslim Patani harus berusaha
semaksimal mungkin agar pemerintah pusat menangani permasalahan
yang terjadi di Patani.
4. Perlu ditingkatkan lagi taraf pendidikan, baik pendidikan umum maupun
agama demi membangkitkan kesadaran politik dan perkembangan zaman.
DAFTAR PUSTAKA
A. Teeuw & D. K., Wyatt, Hikayat Patani: The Story of Patani, Martinus: The Hasgue, 1970
Abdullah, Shaghir, Sejarah Ringkas Syeikh Daud bin Abdullah al-Fatani, Akademi Islam: University Malaya, 1991
Abdullah, Taufik, (ed) Siddiqe Sharon, Tradisi dan Kebangkitan Islam di Asia Tenggara, Jakarta: LP3ES, 1989, Cet. I
Abdulsyani, Sosiologi ‘Skematika Teori dan Terapan, Jakarta: Bumi Aksara, 1994
Anuar, Nik, Mahmud, Nik, Sejarah Perjuangan Melayu Patani, Malaysia: Universiti Kebangsaan Malaysia, 1999
Azra, Azyumardi, Prof., Dr., MA, Jaringan ulama Timur Tengah & Kepulauan Nusantara, Bandung: Mizan, 1990
_______, Pedoman Penulisan Skripsi, Tesis, dan Disertasi, Jakarta: UIN Press, 2002
Barisan Bersatu Kemerdekaan Patani (BERSATU), Hidup Mati Bangsa Patani, Hak Cipta Majlis Permesyuaratan Rakyat Melayu Patani (MPRMP), (The Patani Malay Consultative Congress). Cet, 1, 1997
Bangnara, A, Patani Dahulu dan Sekarang, Penyelidikan Angkatan Al-Fathoni, Bangkok: 1977
Bashah, Abdul Halim, Raja Campa Dinasti Jembal dalam Patani Besar, Kelantan: Pustaka Reka, 1994
Bougas, A. Wayne, Patani Selama Pemerintahan Raja Hijau, 1584-1616, Patani: 1988
Chitmuad, Sawwani, Wattanatham Islam, Kebudayaan Islam, Bangkok: Senga Ru’chi’ra’ Amphorn, 1992, Cet. III
_______, Etknic Group: Thai Muslim, Bangkok: Senga Rucira Amphorn, 1988
Fathy Al-Fathoni, Ahmad, Pengantar Sejarah Patani, Alor Star: Pustaka Darussalam, 1994
Gotischack, Lous, Mengerti Sejarah, Jakarta: UI Press, 1986
Hall, D.G.E., Sejarah Asia Tenggara, Surabaya: Usaha Nasional, 1988
Hasjmy, A, Sejarah Masuk dan Berkembangnya Islam di Indonesia, Bandung: al Ma’rif, 1993
Hussein Tan Sri Ismail, (ed), Dunia Melayu dan Dunia Indocina, Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka, 1995
Ishak H. Abdullah, Dr., Islam di Nusantara, Khususnya di Tanah Melayu, Malaysia: Al-Rahmaniyah, 1990, Cet, I
Loman, Abdullah, Masjid Wadil Husein, Pattani: Mittrapaap, 1989
Lutfi, Isma’il, Dr., Islam Sassana Heang Santiphap, Pattani: Majlis al-Ilmi, 2004
Leenanon, Harn, Political Ideologi, Bangkok: Samnakpim Seusan, 1984
Madakakul, Seni, Sejarah Patani, Bangkok: Majlis Agama Islam Bangkok, 1996
Malulin, Caran, et.al, Look Muslim, Bangkok: University, 1996
Malulin, Imron, Dr., Analisis Konflik antara Muslim Patani dengan Pemerintah Thai, Bangkok: Islamic Akademy, 1995
Muhammad, H. Syamsul, Ulama Pembawa Islam di Indonesia dan Sekitarnya, Jakarta: Lentera Basritama, 1999
Muthahhari, Murtadha, Masyarakat dan Sejarah, Bandung: Mizan, 1995
Nik Mahmud, Nik Anuar, Sejarah Perjuangan Melayu Patani, Malaysia: University Kebangsaan Malaysia, 1999
Omar, Ahmad Capakia, Dr., Politik Thai dan Masyarakat Islam di Selatan Thailand, Malaysia: Pustaka Darussalam, 2002
Phanchupeat, Cak, Political Institution, Bangkok: 2003
Phollawan, Kumphon, Sithi Manu’chon Nai Sangkom Thai, (hak asasi manusia di negara Thai) Bangkok, 1996
Phongsaphij, Ommara, Watthana’tham Sasena Le’ Chad Phan: Wikhra’ Sangkhom Thai Neumanut Witthaya, Bangkok: Chulalongkorn University, 1994
Pitsuwan, Surin, Islam di Muang Thai: Nasionalisme Masyarakat Patani, Jakarta: LP3ES, 1989
_______, Islam and Malay Nationalism: a Case Study of the Malay Muslim of Southern Thailand, Bangkok: Thammasat University, 1985
PATRIOT, Sejarah Perjuangan Kemerdekaan Kebangsaan Melayu Patani, Bandung: LP4, 1983
Riza Sihbudi, (ed), Problematika Minoritas Muslim di Asia Tenggara, Jakarta: PPW-LIPI, 2000
Sasono, Adi, et.al, Solusi Islam atas Problematika Umat, Jakarta: Gema Insani Press, 1998
Syukri, Ibrahim, Sejarah Kerajaan Melayu Patani, Kelantan: Majelis Agama Islam, 1958
Tim Penyusun kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, ed, 2 cet-7, Jakarta: Balai Pustaka, 1996
Watnanikorn, Anand, Pra’wat Muang Langkasuka Muang Patani, Sejarah Kerajaan Langkasuka dan Patani, Bangkok: Saeng Tian, 1983
Yuanzhi, Kong, Muslim Tionghoa Cheng Ho, Jakarta: Populer Obor, 2000
Zamberi, A. Malek, Mohd., Patani Dalam Tamadun Melayu, Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka, 1994
__________, Umat Islam Patani: Sejarah dan Politik , Malaysia: HIZBI, 1993
MAJALAH DAN SURAT KABAR Dailay News, Bangkok, 19 Juni 1980 Isma’il Lutfi, Islamic Guidance Post, ‘Edisi khusus’, Thailand: 2003, Oktober-
September, edisi ke-235 Islamia, Kerancuan Orientalis dalam Kajian Islam, Jakarta: Khairul Bayan, vol. III,
No. 1, 2006 Nasir Ramli, Nasib Umat Islam Patani, Panji Masyarakat, No. 685, 1991
Lampiran: 4
Dengan Nama Allah Yang Maha Pemurah Lagi Maha Penyayang PRAKATA
KAMI para pemimpin dan pejuang Barisan Bersatu Kemerdekaan Patani (BERSATU) dan Komiti Perundingan Rakyat Melayu Patani (KPRMP) mengambil kesempatan sempena pembentukan Majlis Permesyuaratan Rakyat Melayu Patani (MPRMP) pada 8 dan 9 Safar 1418 (14 dan 15 Jun 1997) untuk menyampaikan seruan jihad kepada seluruh umat Islam dan semua pendukung Kebebasan dan penentangan penjajahan. Naskah ini menyentuh tentang kemunculan bangsa Melayu Islam Patani, sejarah kegemilangan dan kejatuhan kerajaannya, dan perjuangan pembebasan menentang penjajahan dan proses rejim Thai. Bagi kami, berjihad menentang penjajah kafir merupakan kewajiban setiap orang Islam. Ia tidak dapat dikompromi oleh mana-mana pihak. Kejayaan atau kegagalan perjuangan yang sedang digerakkan oleh bangsa Melayu Islam Patani kini juga akan memberi kesan kepada umat Islam umumnya dan bangsa Melayu khususnya. Percayalah, tidak keadaan yang lebih menyedihkan dari pada negara yang dijajah, bangsa yang dihina, dan agama yang diancam. Dalam keadaan sedemikian, kami merayu pertolongan dan kerjasama dari semua pihak. Mudah-mudahan pengorbanan dan jasa baik yang disumbangkan kepada kami akan diberi balasan yang setimpal di dunia dan di akhirat. Sesungguhnya, tidak ada daya yang lebih kuat dari pada semangat jihad menentang penjajah asing. Jihad untuk agama bangsa, dan negara merupakan perjuangan yang tidak pernah mengenal erti kekalahan dalam sejarah tamadun manusia. Semoga Allah terus mempertingkatkan semangat dan aktiviti jihad kami. Wassalam Dr. Mahdi Daud Presiden BERSATU dan Presiden MPRMP Patani 10 Safar 1418 H.
Lampiran: 5
Dengan Nama Allah Yang Maha Pemurah Lagi Maha Penyayang
IKRAR SIDANG PEJUANG-PEJUANG PATANI 31 hb. Ogos 1989
MUQDDIMAH
BAHAWA kami peminpin-pemimpin dan pejuang-pejuang pembebasan Patani dengan penuh semangat jihad dan perpaduan berikrar untuk meneruskan perjuangan kami sehingga mencapai kemerdekaan; MENYEDARI bahawa perjuangan ini adalah perjuangan hak asasi yang suci dan mulia yang memerlukan penggemblengan tenaga dan kerjasama seluruh rakyat; BAHAWA penyatuan tujuan dan penyelarasan tindakan telah dicapai dan dimeteraikan di kalangan pejuang-pejuang dengan penuh rasa tanggung jawab; MENYEDARI hakikat sejarah bahawa Patani pernah menjadi sebuah negara Islam yang merdeka dan berdaulat di Nusantara DAN sebagai menyahut kebangkitan rakyat demi mengembalikan hak dan kedaulatan negara Patani. DENGAN ini kami mengisytiharkan bahawa:
1. Perjuangan pembebasan Patani ialah perjuangan untuk mencapai kemerdekaan mutlak dami mewujudkan sebuah negara Melayu Islam yang berdaulat;
2. Perjuangan kami adalah perjuangan jihad bersenjata yang diwajibkan oleh Islam dan didukung oleh rakyat Melayu Patani;
3. Kami menentang segala dasar polisi penjajah Thai yang senantiasa berusaha untuk menghapuskan akidah bangsa, bahasa, dan kebudayaan Melayu Patani;
4. Kami menentang segala bentuk penindasan, kezaliman dan pencabulan hak-hak asasi manusia sama ada dalam bentuk pembunuhan, penahanan tanpa perbicaraan, penganiayaan dan diskriminasi;
5. Kami menentang segala bentuk kerjasama oleh mana-mana pihak dengan penjajah Thai dalam mengambil faedah dan menikmati sumber-sumber ekonomi dari kekayaan bumi Patani;
6. Kami akan bertindak tegas terhadap mana-mana pihak yang bekerjasama dengan penjajah Thai yang dianggap mengkhianati perjuangan rakyat Patani;
7. Kami menggesa semua umat Islam membantu perjuangan suci kami; 8. Kami menyeru negara-negara dan pertubuhan-pertubuhan yang cintakan
kebebasan, keadilan, dan kedamaian supaya memberi sokongan moral dan material terhadap perjuangan rakyat Patani;
9. Kami akan bekerjasama dengan mana-mana gerakan pembebasan dan pencinta kedamaian di seluruh dunia terutamanya dengan gerakan-gerakan Islam.
Pengisytiharan ini adalah hasil daripada persidangan di atas yang dianjurkan
oleh pihak-pihak yang berkenaan dan dihadiri oleh pemimpin pertubuhan-pertubuhan pembebasan di bawah ini:
Barisan Nasional Pembebasan Patani (BIPP) Barisan Revolusi Nasional-Kongres (BRN-Kongres) Gerakan Mujahidin Patani (GMP) Patani United Liberation Organization (PULO) Semoga Allah memberi pertolongan perjuangan kami.
Lampiran: 6
PERLEMBAGAAN NEGARA MELAYU ISLAM PATANI
BAB SATU RAKYAT, NEGARA, DAN FALSAFAH
Perkara 1 Bangsa: Melayu Islam Patani, satu bangsa yang bebas merdeka dan ianya sebahagian dari pada Bangsa Melayu Nusantara Raya dan umat Islam sedunia Perkara 2 Nama negara: Negara Melayu Islam Patani Perkara 3 Falsafah negara: Melayu, Islam, Berperlembagaan
BAB DUA DASAR-DASAR ASASI NEGARA
Perkara 4 Dasar negara:
i. Kepercayaan kepada Allah Subhanahu wa ta’ala ii. Islam sebagai al-Din wa al-Daulah iii. Kedaulatan undang-undang iv. Ketuanan Melayu Islam Patani v. Keadilan dan kemakmuran
BAB TIGA
AGAMA, BAHASA, BENDERA, LOGO, BUNGA, LAGU, DAN IBU NEGARA Perkara 5
i. Agama Rasmi negara: Islam Ahli al-Sunnah wa al-Jamaah bermazhab Syafie
ii. Kebebasan Beragama: Dijamin oleh undang-undang Perkara 6 Bahasa Rasmi negara: Bahasa Melayu tulisan jawi, manakala bahasa Arab sebagai bahasa istimewa Perkara 7 Bendera negara: Merah, putih, hitam, hijau, dan kalimah Allahu-akbar berwarna putih Perkara 8 Logo negara: Allahu-akbar, dua pucuk meriam, dua tangkai padi (14 biji padi pada setiap tangkai). Enam helai daun padi dan perkataan Melayu, Islam, Berperlembagaan Perkara 9 Bunga negara: Bunga kenanga Perkara 10
Lagu negara: Patani Tanahairku Perkara 11 Ibu negara: Kuala Bekah
BAB EMPAT MATLAMAT NEGARA
Perkara 12 Matlamat negara:
i. Memerdeka dan mempertahankan kedaulatan; negara ii. Menjalankan pemerintahan Islam iii. Melaksanakan keadilan, kemakmuran, dan keamanan iv. Membangunkan negara dan bangsa yang berilmu beriman, dan beramal v. Mendapatkan keredaan Allah sebagai “Baldatun Taiyibatun wa Rabbun
Ghafur BAB LIMA
WARGANEGARA Perkara 13 Warganegara:
i. Melayu Islam Patani ii. Penduduk asal Patani yang Islam dan bukan Islam tertakluk kepada
undang-undang BAB ENAM
DASAR LUAR NEGARA Perkara 14 Dasar Luar negara: Bebas, damai, adil, dan saling hormat-menghormati
BAB TUJUH WILAYAH KEDAULATAN NEGARA
Perkara 15 Wilayah Kedaulatan negara: Wilayah-wilayah Patani Raya
BAB LAPAN HAK-HAK KEBEBASAN DAN KEWAJIPAN RAKYAT
Perkara 16 Hak-hak Kebebasan dan Kewajipan Rakyat:
i. Kebebasan rakyat dijamin oleh undang-undang ii. Kewajipan rakyat kepada negara tertakluk kepada undnag-undang
BAB SEMBILAN
UNDANG-UNDANG DAN PENTADBIRAN NEGARA
Perkara 17 Sumber Undang-undang Negara:
i. Al-Quran al-Karim ii. Al-Hadis al-Nabawi iii. Al-Ijmak iv. Al-Qias v. Maslahah umum vi. Dalil-dalil muktabar yang boleh dijadikan sumber hukun
Perkara 18 Keterbatalan Undang-undang: Undang-undang yang bertentangan dengan Syariah Islam terbatal dengan sendirinya Perkara 19 Pengagihan Kuasa Pentadbiran negara:
i. Kekuasaan perundangan ii. Kekuasaan perlaksanaan iii. Kekuasaan kehakiman
BAB SEPULUH KEKUASAAN PERUNDANGAN
Perkara 20 Kekuasaan Perundangan:
i. Majlis Ulama ii. Majlis Syura
Perkara 21 Ahli Majlis Ulama: Terdiri dari pada warganegara yang dipilih oleh Majlis Syura Perkara 22 Tanggung jawab Majlis Ulama: Mempastikan undang-undang negara menurut ketetapan undang-undang Perkara 23 Tempoh Jawatan Majlis Ulama: Diadakan secara berpanggal menurut ketetapan undang-undang Perkara 24 Pengesahan Undang-undang: Undang-undang yang diluluskan oleh Majlis Syura memerlukan pengesahan Majlis Ulama Perkara 25 Pindaan Undang-undang Undang-undang tidak boleh dipinda kecuali dengan persetujuan 2/3 (dua per tiga) dari pada ahli Majlis Syura
BAB SEBELAS MAJLIS SYURA
Perkara 26 Ahli Majlis Syura: Terdiri daripada mereka yang dipilih oleh warganegara yang layak mengundi Perkara 27 Tanggung jawab Majlis Syura: Merangka undang-undang, mengawasi presiden dalam pemerintah dan menluluskan belanjawan negara Perkara 28 Tempoh Jawatan Majlis Syura: Diadakan secara berpenggal menurut ketetapan undang-undang Perkara 29 Pemilihan Presiden dan Timbalan Presiden: Presiden dan Timbalan Presiden dipilih oleh ahli Majlis Syura; Perkara 30 Kebebasa Ahli Majlis Syura: Bebas untuk menerima dan membuat cadangan serta mengeluarkan pendapat dalam urusan pemerintahan negara Perkara 31 Hak Membuat Usul: Ahli Majlis Syura berhak mengundi tidak percaya kepada Presiden atau Majlis Pelaksanaan
BAB DUA BELAS MAJLIS PELAKSANAAN
Perkara 32 Ahli Majlis Pelaksanaan: Terdiri dari pada ahli Majlis Syura dan Majlis Ulama yang dilantik oleh Presiden Perkara 33 Pengangkatan Sumpah: Presiden, Timbalan Presiden, menteri-menteri, dan lain-lain jawatan perlu mengangkat sumpah memegang jawatan mereka dengan sighah yang ditentukan oleh Majlis Ulama Perkara 34 Tanggung jawab Majlis Pelaksanaan: Melaksanakan dan mengawasi perlaksanaan undang-undang akta-akta, peraturan-peraturan, belanjawan, dan urusan kenegaraan Perkara 35 Tanggung jawab Jemaah Menteri: Bertanggung jawab secara individu ke atas pentadbiran kementerian masing-masing dan bertanggung jawab secara bersama terhadap Majlis Syura Perkara 36 Kuasa dan Tugas Menteri: Ditentukan oleh peruntukan undang-undang
BAB TIGA BELAS
MAJLIS KEHAKIMAN Perkara 37 Tanggung jawab Majlis Kehakiman: Melaksanakan keadilan mengikuti hukum syariah dan undang-undang Perkara 38 Kelayakan Ahli Majlis Kehakiman: Lelaki dan perempuan Islam, baligh, berakal, adil, bijak, dan arif tentang hukum syariah dan undnag-undang Perkara 39 Susunan dan Pentadbiran Majlis Kehakiman: Ditentukan oleh hukum syariah dan peruntuk undang-undang
BAB EMPAT BELAS DASAR PENDIDIKAN NEGARA
Perkara 40 Asas Pendidikan negara:
i. Menanam roh tauhid, syariah dan akhlak ii. Menanam roh jihad iii. Menanam roh kemerdekaan
BAB LIMA BELAS
DASA-DASAR EKONOMI NEGARA Perkara 41 Dasar Ekonimi negara: Dasar ekonomi negara berasas kepada prinsip dan sistem ekonomi Islam, terletak kepada syariah dan undang-undang
BAB ENAM BELAS DASAR PERTAHANAN NEGARA
Perkara 42 Dasar Pertahanan negara: Angkatan bersenjata yang dibina atas akidah Islam dan yang mampu mempertahankan marwah dan kedaulatan negara serta mampu menyebarkan dakwah Islam
BAB KETUJUH BELAS SURUHANJAYA PILIHANRAYA
Perkara 43 Suruhanjara Pilihanraya negara: Dibentuk di bawah satu komiti tetap dan bebas untuk melaksanakan tugas-tugas urusan pilihanraya
BAB LAPAN BELAS
HUKUM-HUKUM UMUM Perkara 44 Taqwim Rasmi negara: Taqwim hijrah Perkara 45 Pemindaan Perlembagaan: Perlembagaan tidak boleh dipinda, kecuali dengan melaui proses yang ditetapkan oleh undang-undang Perkara 46 Tempoh Jawatan Presiden: Presiden menjawat selama 5 (lima) tahun Perkara 47 Pewartaan Undang-undang: Syariah dan undang-undang perlu ditawarkan sebelum dikuat-kuasakan Perkara 48 Baca Ikrar: Bacaan ikrar kepada ahli Majlis Syura diketahui oleh Yang Di Pertua Majlis Syura
PERNYATAAN BERSAMA PENGESAHAN RANG PERLEMBAGAAN NEGARA MELAYU ISLAM PATANI
Bahawa sesungguhnya rang Perlembagaan negara Melayu Islam Patani telah dibentang dan bibahaskan dalam sidang Komiti Perundingan Rakyat Melayu Patani pada 28 dan 29 Muharam 1417 (15 dan 16 Jun 1996) diikuti dengan bacaan kedua pada 5 dan 6 Rabii al-Awal 1417 (20 dan 21 Julai 1996) serta bacaan ketiga pada 2 dan 3 Jamadu al-Ula 1417 (14 dan 15 September 1996) dengan mengambil persetujuan mengesahkannya secara syura dan menandatangani pernyataan ini oleh pengurusi dan ketua-ketua parti seperti yang berikut:
1. Pengurusi Komiti Dr. Mahdi Daud
2. Barisan Revolusi Nasional (BRN) Ibn Qasim
3. Barisan Islam Pembebasan Patani (BIPP) Badri Hamdan
4. Gerakan Ulama Patani Abn Auf
5. Barisan Revolusi Nasional-Kongres (BRN-Kongres) Nusa Jalil Abdul Rahman
6. Patani United Liberation Organization (PULO) Hashim Abdul Rahman
7. Gerakan Mujahidin Patani (GMP) Sadi Hakiki
8. Patani United Liberation Organization 88 (PULO ‘88) Muhammad ibn Muhammad
9. Pegerusi Sidang Wahyu al-Din Muhammad
10. Setiausaha Komiti Abu Bushra
Lampiran: 7
MAJLIS PEMESYUARATAN RAKYAT MELAYU PATANI
BAB SATU NAMA, MATLAMAT, DAN STATUS
Perkara 1 Nama: Majlis Pemesyuwaratan Rakyat Melayu Patani Perkara 2 Matlamat:
Membentukkan Pusat Mesyuarat Umat Melayu Islam Patani atau Parlemen atau Majlis Syura selaras dengan tuntutan Perlembagaan negara Melayu Islam Patani Perkara 3 Status: Majlis Tertinggi Pembuat Dasar Negara
BAB DUA DASAR-DASAR ASASI NEGARA
Perkara 4 Dasar-dasar:
i. Mewujudkadkan kesatuan fikiran dan pelaksanaan untuk kemerdekan negara
ii. Mewujudkan stuktur negara yang berpaksikan Islam iii. Membentuk dasar-dasar negara iv. Menjadi asas kepada penubuhan sebuah Majlis Syura atau Parlemen
negara Melayu Islam Patani yang merdeka dan berdaulat
BAB TIGA STRUKTUR MAJLIS PEMESYUARATAN
Perkara 6 Dewan Majlis Permesyuaratan:
1. Dewan Ulama; Keanggotaannya tidak melebihi 3 orang dari setiap sebuah parti atau gerakan yang disahkan oleh Dewan Syura
2. Dewan Syura; Keanggotaannya tidak melebihi 10 orang wakil dari setiap parti atau gerakan
Carta Struktur Majlis Permesyuaratan Dewan Ulama Dewan Syura Ketua Setiausaha Urusetia Majlis Permesyuaratan Pengarah Dewan Ulama Pengarah Dewan Syura Perkara 7 Amanah dan tanggung jawab Dewan Ulama:
1. Mentafsir dan menjelaskan hukum-hukum Islam dan mengeluarkan fatwa-fatwa
2. Mengesah, menolak atau membatalkan keputusan Dewan Syura dengan hujah yang jelas dan nyata berasaskan syariah Islam atau amalan-amalan atau dalil-dalil yang sahih dalam tempoh sebulan
3. Mengesahkan perlantikan Presiden dan Timbalan Presiden
4. Memberi nasihat kepada Presiden dan Timbalannya dalam aspek-aspek Islam yang menjuruskan kepada proses perlaksanaan “Islam sebagai al-Din wa al-Daulah”
Perkara 8 Amanah dan tanggung jawab Dewan Syura
1. Menggubal dan meluluskan undang-undang, akta-akta, dan peraturan-peraturan
2. Mengemukakan rang undang-undang, akta-akta, dan peraturan-peraturan yang diluluskan ke Dewan Ulama untuk disahkan dan ditandatangani oleh Presiden dalam tempoh 3 (tiga) minggu
3. Melulus atau menolak kuasa-kuasa darurat atau kuasa-kuasa perlu yang diminta Presiden
4. Melulus badan-badan berkanun, agensi-agensi, dan institusi-institusi 5. Membahas dan meluluskan dasar-dasar kewangan dan belanjaan negara 6. Memilih dan melucutkan jawatan Yang Di-Pertua Dewan Syura dan naib-
naibnya 7. Memilih dan melucutkan jawatan ahli-ahli Majlis Dewan Ulama 8. Memilih dan melucutkan jawatan Presiden dan Timbalannya 9. Mengesahkan perlantikan anggota-anggota Majlis Perlaksanaan 10. Melaksanakan dan sumpah jawatan serta menyimpan rahasia 11. Berhak membahas usul undi tidak percaya dalam sidang khasnya
Perkara 9 Amanah dan tanggung jawab yang Di Pertua dan Timbalan-timbalan:
1. Bertanggung jawab memimpin persidangan Dewan Syura dan Dewan Ulama menurut peruntukan peraturan-peraturan dan prosedur-prosedur dewan-dewan
2. Mempastikan kelician perjalanan persidangan dan pentadbiran Jabatan Urusetia
3. Menegur, melarang dan menghukum ahli-ahli dewan yang tidak patuh kepada peraturan-peraturan, prosedur-prosedur, dan tata tertib persidangan
4. Mengemukakan semua resolusi, keputusan, rang undang-undang, akta-akta, dan peraturan-peraturan yang telah diluluskan oleh sidang dalam tempoh 3 (tiga) minggu
5. Menyimpan rahasia keputusan persidangan, kecuali kenyataan umum yang tidak mempunyai implikasi politik
Perkara 11 Amanah dan tanggung jawab Setiausaha Urusetia:
1. Memestikan pentadbiran Majlis Permesyuaratan berada dalam tahap terbaik 2. Bersedia pada bila-bila masa untuk menguruskan persidangan Majlis 3. Menyedia dan menyiapkan semua kertas persidangan Majlis 4. Mencatat butir-butir persidangan, membuat minit mesyuarat, dan menghantar
warkah notis persidangan kepada semua ahli Majlis 5. Menyimpan semua dokumen, fail persidangan, dan rahasia negara
6. Merahasiakan semua keputusan dan resolusi persidangan dewan-dewan, kecuali yang dibenarkan oleh peraturan dan undang-undang
7. Mengambil dan melantik kakitangan Jabatan Urusetia dengan persetujuan dari Yang Di-Pertua Majlis
Perkara 12 Majlis Perlaksanaan Permesyuaratan: Majlis Perlaksanaan permesyuaratan terdiri dari pada:
1. Seorang Presiden dan seorang Timbalan Presiden 2. Beberapa orang jemaah kepimpinan yang bertaraf eksekutif yang dilantik oleh
Presiden Perkara 13 Amanah dan tanggung jawab Presiden:
1. Mempunyai hak dan kewajiban amanah kepimpinan tertinggi dalam semua aspek perlaksanaan pentadbiran negara
2. Melaksanakan dasar-dasar, keputusan, dan resolusi yang telah diputus dan disahkan
3. Membentuk jemaah kepimpinan diperingkat pusat dan melantik perwakilan luar negeri serta mengesahkan perlantikan gubenur wilayah
4. Merombak dan melucutkan jawatan jemaah kepimpinan pusat dan perwakilam luar negara
5. Mengadakan perhubungan diplomatik dengan negara luar, memateraikan perjanjian persefahaman, dan kerjasama pelbagai hal sama ada dengan kerajaan atau pertubuhan antara bangsa dan sebagainya
6. Menerima perwakilan luar negeri 7. Mengisytiharkan kuasa-kuasa darurat, perang dan damai dengan persetujuan
dan pengesahan Majlis 8. Mengurniakan pangkat kebesaran, tanda-tanda kehormatan, dan gelaran
negara 9. Menganugerahkan pengampunan terhadap kesalahan tertentu menurut
undang-undang dengan pengesahan Dewan Ulama Perkara 14 Amanah dan tanggung jawab Timbalan Presiden:
1. Memangku tugas Presiden sekiranya Presiden berkeuzuran atau berada di luar negara
2. Membantu Presiden dalam semua hal kepimpinan 3. Memangku jawatan Presiden sekiranya Presiden meninggal dunia selama
tidak melebihi 90 (sembilan puluh) hari
BAB EMPAT SYARAT-SYARAT KELAYAKAN
Perkara 15 Syarat-syarat kelayakan ahli Majlis Permesyuaratan:
1. Lelaki dan perempuan muslim, berbangsa Melayu, warganegara Patani dan berumur tidak kurang dari pada 25 (dua puluh lima) tahun
2. Berakhlak mulia, berilmu, dan beramal salih serta beriltizam dengan ajaran Islam, adil serta menurut undang-undang, memahami hukum-hukum Syariah Islamiah, dan perlembagaan negara
3. Mempunyai kesihatan yang baik serta berkemampuan menjalankan tugasnya Perkara 16 Syarat-syarat kelayakan Presiden dan Timbalan Presiden: Di samping syarat-syarat di atas (perkara 15), syarat tambahan khusus kepada Presiden dan Timbalan Presiden adalah seperti yang berikut:
1. Lelaki berumur 40 (empat puluh) tahun ke atas 2. Mempunyai latar belakang yang cemerlang dalam perjuangan, jihad, dakwah,
dan perkhidmatan kepada masyarakat dan negara 3. Mengangkat sumpah memegang jawatan dengan sighah yang ditentukan oleh
Dewan Ulama
BAB LIMA PEMBUBARAN MAJLIS PEMESYUARATAN
Perkara 17 Pembubaran Dewan Ulama atau Dewan Syura atau kedua-duanya boleh dilakukan melalui proses yang berikut:
1. Pembubaran Dewan Syura dengan permintaan Presiden serta persetujuan Dewan Ulama
2. Pembubaran Dewan Ulama oleh Presiden dengan persetujuan 2/3 (dua per tiga) ahli Dewan Syura
3. Pembubaran Dewan Syura oleh Presiden karena sebab-sebab pilihanraya, darurat atau perubahan Majlis Permesyuaratan kepada status Parlemen Negara Melayu Islam Patani dengan persetujuan 2/3 (dua per tiga) ahli Majlis Permesyuaratan Rakyat Melayu Patani.
CACATAN Bahawa sesungguhnya rang penubuhan Majlis Permesyuaratan Rakyat Melayu Patani ini dibentang dan dibahaskan untuk bacaan pertama dalam sidang Komiti Perundingan Rakyat Melayu Patani pada 12 Rejab 1417 (23 November 1996). Syaban 1417 (4 Januari 1997). Setelah bacaan ketiga pada 21 Syawal 1417 (1 Mac 1997) pengesahan secara syura dibuat serta ditandatangani oleh pengerusi dan semua ketua parti.
LEMBANG NEGARA MELAYU ISLAM PATANI
LOGO NEGARA MELAYU ISLAM PATANI
BENDERA NEGARA MELAYU ISLAM PATANI
HURAIAN LAMBANG NEGARA Lambang Negara: Lambang negara ialah tanda yang mengenalkan sesebuah negara. Negara Melayu Islam Patani mempunyai lambang negaranya seperti yang dipaparkan di atas. Ia merupakan satu bulatan luar berwarna emas dan satu lagi bulatan dalam yang berwarna perak. Dalam bulatan luar sebelah atas ditulis nama negara dengan huruf jawi, iaitu negara Melayu Islam Patani. Di sebelah bawah dalam bulatan luar terdapat nama negara dengan huruf rumi. Dalam bulatan dalam di sebelah atas ditulis perkataan Allahu-akbar berwarna merah dalam khat dewan, sementara di bawahnya terletak dua pucuk meriam berwarna biru. Setiap pucuk meriam bertayar hitam dan batang penariknya berwarna hitam. Di sebelah kanan dan kiri Allahu-akbar dihiasi dengan tangkai padi dan tiga helai daunnya berwarna hijau. Umpi setiap tangkai padi terletak di hujung reben yang berbentuk satu pertiga bulatan dan mempunyai warna merah, putih, hitam, hijau, dan kuning. Reben bahagian yang berwarna hijau dan berbirai kuning, ditulis perkataan Melayu, Islam, berperlembagaan dalam bentuk khat kufi berwarna putih.
PENGERTIAN LAMBANG NEGARA
Bulatan: Bulatan melambangkan kesempurnaan, kemajuan, dan kepatuhan. Ini bermaksud bahawa pemimpin dan rakyat Melayu Islam Patani mempunyai azam untuk mewujudkan sebuah masyarakat yang sempurna dan maju. Di samping itu, mereka berhasrat untuk membendung bangsa Melayu Patani supaya senantiasa mematuhi ajaran Islam dan mengikuti nilai-nilai murni budaya Melayu. Allahu-akbar: Kalimah Allahu-akbar berarti Allah Yang Maha Agung, iaitu Tuhan yang menciptakan sekalian alam; Tuhan yang melaksanakan segala kuasa; dan Tuhan yang menentukan semua keadaan. Oleh yang demikian, Allahu-akbar melambangkan kekuatan, kebesaran, dan ketinggian, dan sudut duniawi mahupun ukhrawi. Kepada Allah jua menjadi tumpuan dan matlamat negara Melayu Islam Patani. Tangkai Padi: Tangkai pada melambangkan bahawa padi adalah makanan asas bagi rakyat Patani. Bilangan sebanyak empat belas biji dalam setangkai padi mencerminkan bilangan wilayah dan kawasan yang bernaung di bawah kerajaan Patani pada suatu masa dahulu.
Daun Padi: Tiga helai daun padi di sebelah kanan membawa pengertian perkataan iman, Islam, dan ihsan; sementara tiga helai daun padi di sebelah kiri membawa pengertian perkataan aqidah, syariah, dan akhlak. Pengertian-pengertian perkataan tersebut menjadi garisan asas bagi mewujudkan sebuah negara yang bertamadun dan sebuah masyarakat yang bertaqwa. Meriam: Dua pucuk meriam melambangkan sejarah kegemilangan Patani pada satu zaman yang lalu, terutamanya pencapaian dari segi teknologi senjata dan kekuatan tentara. Sepucuk yang di sebelah kanan melambangkan meriam yang diberi nama Seri Patani dan sepucuk yang di sebelah kiri melambangkan meriam yang diberi nama Seri Negara. Kedua-dua pucuk meriam tersebut dianggap sebagai meriam yang terbesar dan terbaik pernah dicipta di Patani. Reben: Reben yang berwarna merah, putih, hitam, dan hijau melambangkan bendera Negara Melayu Islam Patani. Perkataan “Melayu” mencerminkan falsafah negara, yaitu Negara Melayu Islam Patani adalah sebuah negara kepunyaan penduduk yang berbangsa Melayu, berbahasa Melayu, dan berbudaya Melayu. Islam: Perkataan “Islam” mencerminkan falsafah negara, iaitu Negara Melayu Islam Patani ialah sebuah negara yang dibina di atas lunas-lunas Islam yang mana Negara Melayu Islam Patani bersedia mempertahankan dan mempertingkatkan kemuliaan dan keagungan Islam. Hanya kerana Islam sahajalah menjadi tumpuan kewujudan negara. Ini bererti bahawa hanya mereka yang beragama Islam sahaja yang berhak memiliki Negara Melayu Islam Patani. Berperlembagaan: Perkataan “berperlembagaan” mencerminkan falsafah negara, iaitu Negara Melayu Islam Patani adalah sebuah negara yang menjadikan perlembagaan sebagai garis panduan dalam pembentukan segala struktur dan sistem negara.
HURAIAN BENDERA NEGARA Bentuk, Ukuran, dan Warna Bendera
Bendera Negara Melayu Islam Patani, seperti yang dipamirkan di atas, berbentuk segi empat bujur yang mana bendera biasa berukuran seperti berikut: panjang keseluruhan 72 inci dan lebar leseluruhan 36 inci. Bahagian panjang bendera dibahagikan kepada dua bahagian, iaitu bahagian kenannya 48 inci (dua pertiga) dan bahagian kirinya 24 inci (satu pertiga). Bahagian lebar bendera, di sebelah kanannya dibahagikan kepada tiga bahagian, setiap bahagian lebarnya 12 inci (satu pertiga), sementara di sebelah kirinya tidak mempunyai sebarang pembahagian, iaitu lebar
kekal 36 inci. Setiap bahagian di sebelah kanan bendera diwarnakan dengan warna merah di bahagian atas, putih di bahagian tengah, dan hitam di bahagian bawah. Di sebelah kiri bendera, diwarnakan dengan warna hijau dan di tengahnya dengan kalimat Allahu-akbar berwarna putih.
PENGERTIAN BENDERA NEGARA Bendera: Negara bendera negara ialah panji-panji yang berbentuk segi empat bujur yang dikibarkan sebagai identity dan tanda kedaulatan sesebuah negara. Bendera Negara Melayu Islam Patani mempunyai empat warna. Keseluruhan bentuk segi empat bendera adalah hasil percantuman empat helai segi empat kecil. Bentuk segi empat itu sendiri membawa pengertian kejujuran dan kemenangan. Warna Merah: Warna merah merupakan warna yang selalu dikaitkan dengan warna darah. Warna merah melambangkan keberanian, kemenangan, dan keutuhan. Warna Putih: Warna putih adalah warna yang dibandingkan dengan warna susu. Warna putih mencerminkan kesucian, kebebasan, dan keamanan. Warna Hitam: Warna hitam merupakan warna yang dikaitkan dengan warna Kaabah. Warna hitam melambangkan kesyukuran, kesabaran, dan keteguhan. Warna Hijau: Warna hijau adalah warna yang biasanya dikaitkan dengan warna batu zamrud. Warna hijau mencerminkan kesuburan, kesenangan, dan kemajuan. Warna Kuning: Warna kuning merupakan warna yang dikaitkan dengan warna belerang. Warna kuning melambangkan kesenian, kematangan, dan kemuliaan. Warna Biru: Warna biru adalah warna yang dikaitkan dengan warna langit dan laut. Warna biru mencerminkan kecekalan, kemahiran, dan kejujuran. Allahu-akbar: Sila lihat pengertian kalimah Allahu-akbar di atas
HURAIAN BUNGA NEGARA Bunga Negara:
Bunga negara dipilih menjadi bunga kebangsaan Negara Melayu Islam Patani karena ia adalah sejenis bunga yang mempunyai sifat-sifat istimewa termasuk; bau harum, warna hijau kekuningan yang melambangkan kesuburan dan kemuliaan, rupa cantik, ukuran sederhana, dan menjadi kegemaran ramai. Selain itu, pokok kenanga besar, tinggi, tegak, dan sesuai dengan iklim bumi Patani. Manakala bunganya kembang menunduk mencerminkan tingkah laku yang lemah lembut dan tawaduk. Bunga kenanga berperanan penting dalam upacara-upacara budaya Melayu semenjak turun-menurun lagi. Ia selalu digunakan untuk menghias sanggul-sanggul wanita Melayu Islam Patani.