oleh : pararya suryadipura fileyang tidak wajib amdal perlu menyusun ukl dan upl dalam rangka...
TRANSCRIPT
Karya Tulis
Oleh :
Pararya Suryadipura
Jurusan Biologi
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam
Universitas Udayana
2016
K A T A P E N G A N T A R
Puji dan syukur dipanjatkan kehadirat Ida Sang Hyang Widhi Wasa/Tuhan Yang
Maha Esa atas tersusunnya Dokumen Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup (UKL)
dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup (UPL) untuk kegiatan Jasa Wisata Tirta
dari PT. Hiro Chan yang kantornya berada di Perum. Taman Jimbaran No. A10/1
Lingkungan Perarudan, Kelurahan Jimbaran, Kecamatan Kuta Selatan, Kabupaten Badung.
Dokumen ini diperlukan sebagai persyaratan dalam memenuhi peraturan perijinan
kegiatan penyedia jasa pariwisata dan juga dalam melaksanakan Peraturan Pemerintah No.
27 Tahun 1999 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan, dinyatakan bahwa kegiatan
yang tidak wajib AMDAL perlu menyusun UKL dan UPL dalam rangka mencegah dan
mengantisipasi terjadinya pencemaran dan atau kerusakan lingkungan sebagai perwujudan
pembangunan yang berwawasan lingkungan. Dokumen ini disusun berdasarkan pedoman
teknis penyusunan UKL dan UPL sesuai dengan Keputusan Menteri Negara Lingkungan
Hidup No. 86 Tahun 2002 tentang Pedoman Umum UKL-UPL, disamping itu dokumen ini
juga merupakan pegangan bagi pemrakarsa dalam melakukan upaya pengelolaan dan juga
menjadi pegangan bagi instansi teknis terkait didalam melakukan pemantauan lingkungan
atas kegiatan pembangunan dan operasional kegiatan Jasa Wisata Tirta dari PT. Hiro
Chan
Kami berharap semoga dokumen UKL-UPL ini dapat memenuhi harapan dan
persyaratan sebagaimana dimaksud sehingga tujuan pembangunan yang berwawasan
lingkungan dapat terwujud serta dapat menjadi pedoman pengelolaan dan pemantauan
lingkungan.
Denpasar, November 2015 Penulis
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ii Daftar Isi iv vi BAB I PENDAHULUAN I-1 1.1. Latar Belakang I-1 1.2. Tujuan dan Kegunaan UKL-UPL I-4 1.3 Peraturan Perundangan I-4 BAB II DESKRIPSI RENCANA KEGIATAN II-1 2.1. Gambaran Umum Rencana Kegiatan II-2 2.1.1. Tanah/Gedung/Lokasi II-2 2.1.2. Rencana Penggunaan Lahan dan Luas Area Bangunan II-3 2.1.3. Fasilitas dan Utilitas II-3 2.2. Tahapan Rencana Kegiatan II-4 2.2.1. Tahap Prakonstruksi II-4 2.2.2. Tahap Konstruksi II-7 2.2.3. Tahap Operasional II-5 BAB III KOMPONEN LINGKUNGAN
III-1 3.1. Geofisik Kimia III-1 3.1.1. Iklim Mikro III-1 3.1.2. Geologi III-3 3.1.3. Hidrologi III-3 3.3. Flora dan Fauna III-5 3.3.1. Flora dan Fauna darat III-5 3.3.2. Flora dan Fauna Laut III-6 3.4. Sosial Ekonomi dan Budaya III-10 BAB IV. DAMPAK YANG AKAN TERJADI IV-1 4.1. Tahap Prakonstruksi IV-1 4.1.1. Penetapan Batas Lahan IV-1 4.2. Tahap Konstruksi IV-2 4.2.1. PenerimaanTenaga Kerja dan Peluang Berusaha IV-2 4.2.2. Mobilisasi Alat dan Material IV-2 4.2.3. Penyiapan Lahan (Land Clearing) IV-3 4.2.4. Konstruksi Fisik Bangunan IV-3 4.3. Tahap Operasional IV-4 4.3.1. Peluang Kerja dan Kesempatan Berusaha IV-4 4.3.2. Penanganan Limbah Cair dan Sampah IV-4 4.3.3. Adanya Pencemaran Lingkungan Perairan IV-5 4.3.3. Dampak Kesehatan dan Keselamatan Kerja IV-5 4.3.4. Keamanan dan Ketertiban IV-6 BAB V UPAYA PENGELOLAAN LINGKUNGAN V-1 5.1. Tahap Prakonstruksi V-1 5.1.1. Penetapan Batas Lahan V-1 5.2. Tahap Konstruksi V-2 5.2.1. PenerimaanTenaga Kerja dan Peluang Berusaha V-2 5.2.2. Mobilisasi Alat dan Material V-3 5.2.3. Konstruksi Fisik Bangunan V-4 5.2.4. Konstruksi Fasilitas dan Utilitas V-5 5.3. Tahap Operasional V-6
5.3.1. Peluang Kerja dan Kesempatan Berusaha V-6 5.3.2. Penanganan Limbah Cair dan Sampah V-7 5.3.3. Adanya Pencemaran Lingkungan Perairan V-9 5.3.4. Dampak Kesehatan dan Keselamatan Kerja V-10 5.3.5. Keamanan dan Ketertiban V-11 Matrik Upaya Pengelolaan Lingkungan V-13 BAB VI UPAYA PEMANTAUAN LINGKUNGAN VI-1 6.1. Tahap Prakonstruksi VI-1 6.1.1. Penetapan Batas Lahan VI-1 6.2. Tahap Konstruksi VI-2 6.2.1. PenerimaanTenaga Kerja dan Peluang Berusaha VI-2 6.2.2. Mobilisasi Alat dan Material VI-3 6.2.3. Konstruksi Fisik Bangunan VI-3 6.2.4. Konstruksi Fasilitas dan Utilitas VI-4 6.3. Tahap Operasional VI-5 6.3.1. Peluang Kerja dan Kesempatan Berusaha VI-5 6.3.2. Penanganan Limbah Cair dan Sampah VI-6 6.3.3. Adanya Pencemaran Lingkungan Perairan VI-6 6.3.4. Dampak Kesehatan dan Keselamatan Kerja VI-7 6.3.5. Keamanan dan Ketertiban VI-8 Matrik Upaya Pemantauan Lingkungan VI-9 BAB VII PELAPORAN VII-1 7.1. Instansi yang Dilapori VII-1 7.2. Frekuensi Pelaporan VII-1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pesatnya perkembangan pariwisata di Kabupaten Badung, khususnya di Kecamatan
Kuta membawa berbagai konsekuensi tersendiri. Kuta yang merupakan kawasan wisata
yang telah mempunyai nama di tingkat internasional sehingga pembangunan sarana dan
prasarana penunjang pariwisata sangat berkembang.
Sejalan dengan meningkatnya kontribusi sektor pariwisata terhadap pendapatan asli
daerah di Bali, maka peranan sektor pariwisata dapat menjadi tulang punggung dan
penopang pemasukan devisa nasional, mampu menjadi salah satu sektor unggulan yang
akan menjadi lokomotif pertumbuhan ekonomi nasional disamping sektor perdagangan
ekspor. Indikasi bahwa pariwisata dapat menjadi tulang punggung perekonomian dapat
dilihat dari semakin meningkatnya investasi baik oleh investor dalam negeri (PMDN)
maupun investor luar negeri (PMA). Namun sebagian besar alokasi investasi dilakukan
pada sektor penyediaan sarana pariwisata seperti : hotel, restaurant, bar, shoping-mall dan
sebagainya.
Salah satu daya tarik wisata di Bali adalah wisata bahari, hal ini disebabkan di Bali
mempunyai banyak lokasi-lokasi wisata selam dengan pemandangan gugusan terumbu
karang (coral reef) yang mempesona seperti Nusda Penida, Nusa Lembongan, Plau
Menjangan, Tulamben dan sepanjang Pantai Bali Utara. Salah satu investor luar negeri
(PMA yang berasal dari Jepang saat ini juga tertarik menanamkan modalnya dalam bidang
pariwisata khususnya bidang jasa wisata tirta (selam)yang bernaung dibawah PT. HIRO
CHAN
Pembangunan yang berwawasan lingkungan dan berkelanjutan sangat diperlukan
untuk mengelola sumber daya secara bijaksana, oleh karena itu setiap usaha atau kegiatan
yang menimbulkan dampak terhadap lingkungan hidup perlu dikaji agar dapat diambil
langkah-langkah pengendalian sedini mungkin terhadap dampak yang akan timbul.
Di Bali yang masyarakatnya dominan beragama Hindu, hal-hal yang berkaitan
dengan pembangunan berwawasan lingkungan selalu berpedoman pada falsafah “TRI
HITA KARANA” yang menggambarkan dan menjabarkan hubungan timbal balik manusia
baik antara manusia dengan Tuhannya, manusia dengan alam sekitarnya dan manusia
dengan manusianya itu sendiri. Oleh karena itu maka tatanan masyarakat di Bali pada
umumnya telah mempunyai kepekaan yang tinggi terhadap pelestarian lingkungan, baik itu
lingkungan fisik maupun lingkungan sosial budaya.
Dalam hubungannya dengan usaha pelestarian lingkungan dan upaya menekan
timbulnya dampak penting terhadap pencemaran lingkungan oleh kegiatan penunjang di
bidang pariwisata, maka dipandang perlu PT. Hiro Chan sebagai pemrakarsa kegiatan ini
menyusun dokumen Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup (UKL) dan Upaya Pemantauan
Lingkungan Hidup (UPL).
Berdasarkan UU No. 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup,
Peraturan Pemerintah Nomor 27 tahun 1999 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan
(AMDAL), telah menetapkan bahwa rencana kegiatan atau usaha yang tidak mempunyai
dampak penting atau secara teknologi dapat dikelola dampak pentingnya, diwajibkan untuk
melakukan upaya pengelolaan lingkungan (UKL) dan upaya pemantauan lingkungan (UPL).
UKL dan UPL ini juga diatur melalui Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 86 tahun
2002 tentang Pedoman Pelaksanaan Upaya Pengelolaan Hidup dan Upaya Pemantauan
Lingkungan Hidup. Kegiatan ini perlu dilengkapi dengan UKL dan UPL dalam rangka
mencegah terjadinya pencemaran dan atau kerusakan lingkungan serta upaya-upaya yang
harus dilakukan untuk mengelola dan memantau kemungkinan dampak yang terjadi.
Melalui pengkajian UKL-UPL ini akan dapat diprakirakan jenis dampak yang akan
terjadi dan selanjutnya dicarikan jalan pemecahannya sedini mungkin dan dampak
positifnya dapat dikembangkan seluas-luasnya untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat
banyak.
1.2 Tujuan dan Kegunaan UKL-UPL
Tujuan UKL-UPL :
1. Memberikan informasi mengenai usaha atau kegiatan yang dilaksanakan yang
berpotensi menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan.
2. Memperkirakan dampak yang mungkin terjadi dan mengupayakan pengelolaannya
sehingga pencemaran dan perusakan lingkungan dapat diantisipasi sedini mungkin.
3. Melaksanakan pemantauan terhadap dampak yang mungkin terjadi secara kontinyu
sehingga dapat dipergunakan sebagai bahan penyempurnaan UKL dan UPL ini.
Kegunaan UKL-UPL :
1. Membantu pihak pengambil keputusan dan instansi terkait dalam
mempertimbangkan proses perijinan.
2. Merupakan pedoman bagi pemrakarsa dalam pelaksanaan kegiatannya.
3. Untuk mencegah terjadinya tuduhan oleh pihak lain tentang adanya pencemaran dan
perusakan lingkungan yang tidak dilakukan atau tidak dikelola oleh pemrakarsa.
1.3. Peraturan Perundang-undangan
Peraturan- peraturan yang mendasari penyusunan UKL-UPL ini adalah :
1. Undang-Undang RI No. 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumberdaya Alam Hayati dan
Ekosistemnya
2. Undang undang No. 9 Tahun 1990 tentang Kepariwisataan
3. Undang-Undang RI No. 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup
4. Peraturan Pemerintah NO. 67 Tahun 1996 tentang Penyelenggaraan Kepariwisataan
5. Peraturan Pemerintah No. 27 Tahun 1999 tentang Analisis Mengenai Dampak
Lingkungan
6. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup no 17 Tahun 2001 tentang Jenis Usaha
atau Kegiatan yang wajib dilengkapi AMDAL.
7. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 86 Tahun 2002 tentang Pedoman
Umum UKL-UPL
8. Peraturan Daerah Propinsi Bali No. 3 tahun 2005 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
Propinsi Bali
9. Peraturan Daerah Provinsi Bali No. 4 tahun 2005 tentang Pengendalian Pencemaran dan
Kerusakan Lingkungan Hidup
10. Keputusan Gubernur Propinsi Bali No. 515 Tahun 2000 tentang Baku Mutu Lingkungan.
11. Keputusan Bupati Badung No. 1016 tahun 2003 tentang Jenis Usaha atau Kegiatan yang
wajib dilengkapi dengan Upaya Pengelolaan Lingkungan (UKL) dan Upaya Pemantauan
Lingkungan (UPL) di Kabupaten Badung
BAB II DESKRIPSI RENCANA KEGIATAN
Usaha Wisata tirta (selam) khusus selam dari PT. Hiro Chan direncanakan mulai pada
tahun 2006 ini (sekitar Juni-Juli). Berdasarkan hal itu maka penyusunan dokumen Upaya
Pengelolaan Lingkungan dan Upaya Pemantauan Lingkungan akan menguraikan kegiatan-
kegiatan pada tahap prakonstruksi dan operasional saja, mengingat gedung operasionalnya
telah ada.
2. 1. Gambaran Umum Rencana Kegiatan
PT. Hiro Chan merupakan perseroan yang didirikan dengan status PMA dan
bergerak dibidang jasa wisata tirta (selam)khusus penyelaman (diving). Adapun data-data
umum perusahaan adalah sebagai berikut :
Data Umum
1. Nama Perusahaan : PT. HIRO CHAN
Alamat Lengkap : Taman Jimbaran Blok A-10/01, Lingkungan Perarudan,
Kelurahan Jimbaran, Kecamatan Kuta Selatan,
Kabupaten Badung
Telepon/Fax : 0361-7421928
E-mail : -
2. Penanggung Jawab
N a m a : NERIAI HIROYASU
Jabatan : Direktur
Alamat Lengkap : Taman Jimbaran Blok A-10/01, Lingkungan Perarudan,
Kelurahan Jimbaran, Kecamatan Kuta Selatan,
Kabupaten Badung
Telepon/Fax : 0361-7421928
E-mail : -
3. Bidang Usaha
Jenis Usaha : Wisata tirta (selam)khusus Selam
Nama proyek : Wisata tirta (selam)PT. HIRO CHAN
Alamat Lengkap : Taman Jimbaran Blok A-10/01, Lingkungan Perarudan,
Kelurahan Jimbaran, Kecamatan Kuta Selatan,
Kabupaten Badung
2.1.1. Tanah GedungLokasi
Lokasi Penyelaman
Lokasi kegiatan wisata tirta khusus selam dari PT. Hiro Chan tersebar di seluruh wilayah
Provinsi Bali seperti Pantai Sanur (Denpasar), Sepanjang Pantai Benoa, Nusa Dua ,
Sawangan, Kutuh, Ungasan (Badung), Pulau Nusa Lembongan dan Nusa Penida
(Klungkung), Pantai Tulamben, Kubu, Tianyar (Karangasem), sepanjang pantai Buleleng
dan Pulau Menjangan (Buleleng) Kawasan Taman Nasional Bali Barat (Buleleng-Jembrana)
Lokasi Kantor
Lokasi pusat rencana kegiatan terletak Taman Jimbaran Blok A-10/01, Lingkungan
Perarudan, Kelurahan Jimbaran, Kecamatan Kuta Selatan, Kabupaten Badung. Lokasi ini
berada pada lahan datar dengan batas-batas lokasi kegiatan sebagai berikut:
Sebelah Utara : Nengah Brata
Sebelah Timur : Satria
Sebelah Selatan :Jalan
Sebelah Barat : Lahan (tidak diketahui pemiliknya, surat pernyataan
terlampir)
a. Luas Areal bangunan
Lokasi kegiatan Usaha Wisata tirta (selam)PT. Hiro Chan pada Perumahan Taman
Jimbaran menempati luas areal lahan keseluruhan 250 m2. Fisik gedung berlantai dua
dengan luas 152 m2.
b. Status Hak Tanah
Status tanah yang diusahakan oleh PT. Hiro Chan ini adalah sewa dari Indira Bakti
dan penyewanya adalah NERIAI HIROYASU. Surat Perjanjian Sewa Menyewa telah dibuat
oleh kedua belah pihak dan dibubuhi meterai.
2.4. Jenis Perijinan yang dimiliki
No Jenis Perijinan Dikeluarkan
Oleh
Nomor Keterangan
1 Surat Persetujuan Penanaman Modal Asing
Badan Koordinasi Penanaman Modal RI
815/I/PMA/2004 Tgl. 12-11-2004
2 Surat Persetujuan Perluasan Penanaman Modal Asing
Badan Koordinasi Penanaman Modal RI
339/II/PMA/2005 Tgl. 21-11-2005
3 PT. HIRO CHAN Notaris I Nyoman Gede Mudita, SH
24/2004 Tgl. 24-11-2004
4 Pernyataan Keputusan Rapat Umum Luar Biasa Para Pemegang Saham PT. Hiro Chan
Notaris Eddy Nyoman Winarta, SH
8/2005 Tgl. 7-11-2005
5 Surat Keterangan Terdaftar
Kantor DJP Bali, NTB, NTT
946/WPJ.17/Kp.0103/2004
6 Tanda Daftar Perusahaan
Kantor Perindag Kab. Badung
220816303408 Tgl. 18-1-2005
7 Surat Ijin Tempat Usaha
Bupati badung 48/2005 Tgl. 3 -2-2005
2.5. Kesesuaian Lokasi dengan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)
Berdasarkan Peraturan Daerah Propinsi Bali No. 3 tahun 2005 tentang Rencana Tata
Ruang Wilayah Propinsi Bali, maka lokasi kegiatan kantor untuk usaha wisata tirta khusus
selam di Lingkungan Perarudan, Kelurahan Jimbaran, Kecamatan Kuta Selatan
diperuntukkan kawasan akomodasi wisata. Disamping itu lokasi penyelaman
yang tersebar di wilayah Provinsi Bali juga telah sesuai peruntukannya untuk wisata tirta.
2.6. Jarak Rencana Kegiatan dengan kegiatan lain
Kantor Kelurahan Jimbaran : 2,5 km
Kantor Polsek Kuta Selatan : 1,5 km
Kantor Camat Kuta Seletan : 1 km
Pemadam Kebakaran : 5 km
2.7. Rencana Produktivitas/Aktivitas Usaha
Usaha Wisata tirta (selam)ini akan melakukan kegiatan wisata tirta (selam) berupa
penyelaman. Penyelaman dilakukan di lokasi selam (dive site) yang ada di wilayah Provinsi
Bali seperti : Pulau Menjangan, Pulau Nusa Penida, Pulau Nusa Lembongan, Pantai
Tulamben, Pantai di sepanjang Bali Utara (Buleleng), Sanur dan sekitarnya serta tempat-
tempat lainnya yang masih ada di Wilayah Bali. PT. Hiro Chan ini memiliki 3 (tiga) orang
operator selam (dive master) yang didukung oleh sarana dan prasarana kelengkapan
penyelaman sebagai berikut :
No Jenis Sarana dan Prasarana Jumlah
1 Sertificat Dive Master (Dive Guide) 3 buah
2 BCD (Jacket) 20 set
3 Regulator 20 set
4 Wet Suite 20 buah
5 Masker 20 buah
6 Snorkel 20 buah
7 Fin 20 buah
8 Tabung 20 buah
9 Kompressor 1 buah
a. Sumber Energi Listrik
Sumber tenaga listrik yang dipergunakan untuk operasional kantor adalah bersumber dari PLN dengan daya 2.300 watt.
b. Pemakaian Air
Dalam tahap operasional, memanfaatkan air yang bersumber dari jaringan pipa
PDAM. Jumlah air yang dibutuhkan nantinya adalah rata-rata 2 m3 dalam sehari.
c. Pengelolaan Sampah, Limbah Padat dan Cair
Pengelolaan limbah dapat dibedakan menjadi dua, yaitu pengelolaan limbah padat dan pengelolaan limbah cair dengan perincian sebagai berikut :
a. limbah padat yang dihasilkan hanyalah berasal dari kegiatan kantor dan diangkut
setiap hari oleh penyedia jasa angkutan sampah yang ada di lingkungan perumahan
tersebut
b. Pengelolaan Limbah Cair
Pengelolaan limbah cair yang berasal dari kamar mandi dan WC dibuatkan
penampungan berupa septic tank, dan apabila penuh akan disedot oleh mobil jasa
kuras WC.
2.8. Pola Usaha : Penanaman Modal Asing
2.9. Penyerapan Tenaga Kerja Jumlah tenaga kerja yang diperlukan untuk pelaksanaan pekerjaan ini sekitar 10 orang,
baik yang bekerja di kantor, sopir maupun operator selam. Tenaga kerja yang terserap
dalam pekerjaan ini lebih mengutamakan tenaga kerja lokal, dan sekitar Kabupaten
Badung dengan kualifikasi yang sesuai dengan kebutuhan.
2.10. Modal
Modal yang diinvestasikan untuk kegiatan usaha ini adalah merupakan modal dasar
perseroan yaitu sebesar Rp. 906.500,000,- (sembilan ratus enam juta lima ratus ribu
rupiah)
2.11. Rencana Pembangunan
Tahapan pembangunan dan Operasional Usaha Wisata tirta (selam) PT. Hiro Chan di
Lingkungan Perarudan, Kelurahan Jimbaran, Kecamatan Kuta Selatan, Kabupaten Badung
dibagi dalam 3 tahap kegiatan yaitu :
a. Tahap Prakonstruksi
b. Tahap Konstruksi
c. Tahap Operasional.
Adapun jenis kegiatan yang akan dilakukan pada masing-masing tahapan kegiatan adalah
sebagai berikut.
A. Tahap Prakonstruksi
1. Pengurusan ijin.
Aturan perijinan untuk pembangunan ini berupa Ijin Usaha Wisata tirta (selam)
(Selam)
B. Tahap Konstruksi
Untuk kegiatan PT. Hiro Chan pada tahap konstruksi tidak ada kegiatan berhubung
bangunan fisik yang digunakan untuk pusat opersional kegiatan wisata tirta khusus selam
ini telah ada bangunan. Bangunan ini didapatlkan melalui sewa (akte sewa menyewa
terlampir)
C. Tahap Operasional
Setelah selesai pengurusan perijinan maka kegiatan yang dilakukan pemrakarsa adalah
:
1. Penerimaan karyawan
2. Persiapan Penyelaman
3. Kegiatan Kantor
4. Pemberdayaan Masyarakat sekitar lokasi penyelaman
5. Persaingan Usaha Wisata Tirta (Selam)
6. Kegiatan dan Perilaku Penyelaman
7. Kegiatan Pasca Penyelaman
8. Upaya Konservasi dari Pengusaha Wisata tirta (selam)
BAB III KOMPONEN LINGKUNGAN
Dalam hubungannya dengan usaha pelestarian lingkungan dan upaya meminimalkan
dampak negatif dan mengoptimalkan dampak posistif dari kegiatan Wisata Tirta PT. Hiro
Chan, makia dipandang perlu mengemukakkan kondisi awal atau rona lingkungan sekitar
tapak proyek dan kondisi dive site yang ada . Berikut ini adalah uraian rona lingkungan
yang ada disekitar Taman Jimbaran, Lingkungan Perarudan, Kelurahan Jimbaran dan kondisi
terumbu karang yang ada pada dive site-dive site yang sering didatangi.
3.1 Kondisi Lingkungan Alam Sekitar Lokasi
1. Tipe iklim.
Berdasarkan klasifikasi iklim Schmidt dan Ferguson daerah ini termasuk beriklim
antara D dengan bulan basah 7 bulan, bulan kering 5 bulan.
2. Suhu dan kelembaban udara
Suhu udara pada lokasi dan sekitarnya rata-rata 26 0C, suhu maksimum 31,8 0C,
Suhu udara minimum 24,0 0C. Dengan kelembaban udara 77 % -80 % (Stasiun
Klimatologi Ngurah Rai, Tuban, 2001).
3. Curah hujan
Curah hujan pada wilayah ini rata-rata 1936 mm, dengan hari hujan sekitar 130
hari. Bulan terbasah adalah Januari (414 mm) dengan bulan basah 5 bulan
(Nopember-Maret). Sedangkan bulan terkering jatuh pada Agustus dengan bulah
kering 7 bulan (April-Oktober) (Stasiun Klimatologi Ngurah Rai, Tuban, 2001).
4. Arah dan Kecepatan angin.
Kecepatan angin berkisar antara 3 – 6 knots. Pada musin hujan, arah angin datang
dari Barat Laut atau Selatan, musim kemarau arah angin datang dari Tenggara atau
Selatan. (Stasiun Klimatologi Ngurah Rai, Tuban, 2001)
5. Topografi
Topografi daerah kegiatan ini yang termasuk wilayah Jimbaran berupa topografi daratan alluvial, sehingga mempunyai kemiringan antara 0-3 % dan sebagian kecil dengan kemiringan sampai 8 %, kemiringan lereng makro didominasi ke arah barat dan selatan. Elevasi atau ketinggian permukaan lahan berkisar antara 8 – 12 m dpl.
6. Hidrologi
Kondis air tanah dapat diketahui melalui pembahasan yang berkaitan dengan jenis dan penyebaran aqifer, aliran air tanah, imbuhan air (recharge), intrusi air laut dan pengambilan air tanah. Secara geologi dapat diketahui bahwa daerah Jimbaran dan sekitarnya dibentuk oleh beberapa kelompok batuan (formasi) yang masing-masing kelompok merupakan bagian sistem dan aqifer yang membentuk daerah ini. Formasi yang dominan adalah formasi Palasari dengan ciri aqifer yang relatif tebal. Formasi ini dibentuk oleh batu pasir, konglomerat dan setempat batu gamping. Hasil pemboran di Denpasar dansekitarnya banyak dijumpai formasi tersebut dan banyak dikembangkan untuk keperluan penyediaan air bersih (P2AT Bali, 1993).
7. Flora dan Fauna
Hasil pengamatan lapangan tipe vegetasi di sekitar rencana lokasi kegiatan merupakan dataran rendah. Jenis tumbuhan atau tanaman yang ada di sekitar lokasi kegiatan sangat jarang karena sudah padat dengan bangunan, yang ada hanya berupa tanaman hias maupun perindang jalan seperti palem, angsana, cemara kipas, bambu pagar, mangga, waru, jepun, kembang kertas, gamal dan lainnya serta tidak ditemukan adanya tanaman langka atau yang dilindungi undang-undang. Untuk Fauna yang ada adalah berbagai jenis burung, reptil, dan sebagainya.
Kondisi terumbu karang di Bali scara umum menurut Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Bali (2003) adalah sebagai berikut :
o Kota Denpasar, luas terumbu karangnya adalah 205 ha, dengan 9 titik
pengamatan ( 6 titik ada di Pulau Serangan) didapatkan bahwa kondisi
karangnya buruk sampai baik dengan luas penutupan berkisar antara 27,9 %
sampai 65,8 %.
o Kabupaten Badung, luas terumbu karangnya adalah 1,066 ha, dengan 7 titik
pengamatan didapatkan bahwa kondisi karangnya sebagian besar (5 lokasi)
tergolong baik 55,7-65,1% dan hanya 2 lokasi yang kondisinya buruk (40,6-
49,9%)
o Kabupaten Klungkung, terumbu karang yang ada seluruhnya terdapat di
Kepulauan Nusa Penida dengan luas 1.263 ha. Kondisi terumbu karang di
Kecamatan Nusa Penida umumnya dalam status sedang sampai baik dengan
luas penutupan karang berkisar antara 27,9 – 64,4 %.
o Kabupaten Karangasem, sebaran terumbu karang di Kabupaten Karangasem
dapat ditemukan pada kawasan pantai Tianyar, Tulamben, Jemeluk, Gili
Selang, Gili Biaha, Gili Batutiga, Gili Tepekong, Candi dasa dan Padangbai
dengan luas 538 ha. Adapun kondisi karangnya pada tahun 2000 tergolong
buruk dengan luas penutupan 6,9 – 14,4 %.
o Kabupaten Buleleng, terumbu karang di Kabupaten Buleleng menyebar
hamper di sepanjang pantai mulai dari Kecamatan Tejakula sampai dengan
Kecamatan Gerokgak dengan luas 3.664 ha. Adapun kondisi terumbu
karangnya adalah umumnya berada dalam status buruk sampai sedang.
Penutupan karang hidup rata-rata adalah 10,5 – 48,1 % dan penutupan karang
terbaik terdapat di sekitar Pulau Menjangan yaitu 31,4-64,8 %
8. Ekonomi, Sosial dan Budaya
Penduduk Kelurahan Jimbaran secara umum memeluk Agama Hindu. Dalam pelaksanaan keagamaan bagi masyarakat di desa ini ditunjang dengan sarana peribadatan.
Pusat-pusat pertumbuhan ekonomi yang ada di Kelurahan Jimbaran merupakan motor penggerak perekonomian. Pada pusat-pusat ini telah tersebur dan beroperasi beberapa kelembagaan perekonomian seperti bank, koperasi simpan pinjam, toko, warung, pasar umum, restauran dan sebagainya dan secara terperinci adalah : pasar umum 1 buah, kelompok pertokoan 15 buah, koperasi simpan pinjam 14 buah, bank pemerintah 1 buah, bank swasta 2 buah.
Warisan sosial budaya yang dapat kita saksikan sampai sekarang ini adalah berupa pura (tempat ibadah bagi umat Hindu), warisan lain berupa seni arsitektur Bali yang sampai kini menjadi cerminan budaya masyarakat Bali yang tertuang dalam setiap pembangunan hotel maupun bangunan lainnya harus bernuansa seni arsitektur Bali. Selain itu, kegiatan upacara adat dan agama yang khas dengan segala keunikannya yang mencerminkan konsep upacara panca yadnya. Khusus untuk Kelurahan Jimbaran telah berkembang seni tradisional berupa sekehe (perkumpulan) angklung, sekehe gender, sekehe wayang, sekehe legong, dan sebagainya.
BAB IV DAMPAK-DAMPAK YANG AKAN TERJADI
Bab ini merupakan penjelasan mengenai identifikasi dan prakiraan dampak yang
akan terjadi akibat adanya rencana kegiatan usaha Wisata tirta (selam) PT. Hiro Chan di
Lingkungan Perarudan, Kelurahan Jimbaran, Kecamatan Kuta Selatan, Kabupaten Badung.
Kajian identifikasi dan prakiraan dampak dilakukan dengan menelaah hubungan sebab
akibat atau interaksi antara komponen kegiatan yang potensial menimbulkan dampak
dengan komponen lingkungan yang berpeluang terkena dampak.
Mengingat usaha ini hanya mengurus perijinan dan pengoperasian usaha wisata
tirta, maka yang akan dibahas dalam hal ini adalah hanya tahap Prakonstruksi dan ahap
Operasional. Berikut ini adalah uraian secara rinci dari prakiraan dampak yang akan terjadi
untuk masing-masing tahap kegiatan Usaha Wisata tirta (selam) PT. Hiro Chan.
4.1. Tahap Prakonstruksi
4.1.1. Pengurusan ijin.
a. Sumber Dampak
Pengurusan perijinan merupakan salah satu syarat legalitas yang harus dipenuhi
dalam rencana Usaha Wisata tirta (selam)PT. Hiro Chan ini
b. Jenis Dampak
Terjadinya keresahan pihak pemerintah dan masyarakat setempat sehingga
menimbulkan protes dan keberatan dalam bentuk penghentian kegiatan fisik maupun
pembatalan perijinan
c. Sifat dan Tolok Ukur Dampak
Sifat dampak adalah negatif dan penting oleh karena itu harus ada kesepakatan
antara pihak pemerintah baik (dinas maupun adat) setempat dengan pihak
pemrakarsa dalam mengurus perijinan yang diperlukan. Perijinan harus sudah
disetujui sebelum operasional kegiatan ini dimulai. Tolok ukur dampak berupa protes
dan gugatan maupun keresahan pihak pemerintah.
4.2. Tahap Operasional
4.2.1. Persiapan Penyelaman
a. Sumber Dampak
Adanya ketidak mengertian calon penyelam terhadap prosedur penyelaman, dan
belum mengetahui kondisi wilayah tempat penyelaman
b. Jenis Dampak
Hal tersebut akan menimbulkan bahaya bagi wisatawan apabila nantinya melakukan
penyelaman
c. Sifat dan Tolok Ukur Dampak
Sifat dampak adalah negatif dan cukup penting, dengan tolok ukurnya adalah adanya
kecelakaan dalam penyelaman, kerusakan fisik terumbu karang, pengambilan hewan
atau tumbuhan di laut
4.2.2. Kegiatan Kantor
a. Sumber Dampak
Adanya kegiatan kantor, pengisian tabung dari kompresor, pencucian tabung dan
akan menghasilkan sejumlah limbah cair dan sampah, keluar masuknya armada
pengangkut wisatawan yang akan menyelam.
b. Jenis Dampak
Adapun jenis dampak yang timbul dari kegiatan tersebut adalah adanya sejumlah
limbah dan sampah, kebisingan, peningkatan volume lalu lintas
c. Sifat dan Tolok Ukur Dampak
Sifat dampak adalah negatif dengan tolok ukurnya adalah adanya limbah dan
sampah yang tidak tertampung, suara bising, gangguan lalu lintas
4.2.3. Pemberdayaan Masyarakat sekitar lokasi penyelaman
a. Sumber Dampak
Sumber dampaknya adalah adanya kegiatan penyelaman yang mengasilkan sejumlah
keuntungan bagi perusahaan yang bergerak pada usaha wisata selam yang berkantor
jauh dari lokasi penyelaman tersebut.
b. Jenis Dampak
Jenis dampak adalah adanya kecemburuan sosial masyarakat disekitar wilayah tempat
penyelaman (dive site) yang bisa mengakibatkan kerusakan fisik sarana dan
prasarana penyelaman.
c. Sifat dan Tolok Ukur Dampak
Sifat dampak adalah negatif dengan tolok ukurnya adalah adanya gangguan terhadap
para wisatawan yang akan menyelam oleh masyarakat sekitar lokasi penyelaman
4.2.4. Persaingan Usaha Wisata Tirta
a. Sumber Dampak
Adanya persaingan bisnis yang tidak sehat baik dalam promosi kepada wisarawan
maupun pelaksanaan penyelaman seperti memberikan paket paket program diluar
ketentuan yang berlaku.
b. Jenis Dampak
Adanya silang sengketa antara prusahaan satu dengan yang lainnya, disamping itu
juga adanya persepsi masyarakat yang ada di lokasi penyelaman karena adanya
pemberian kontribusi dan atau pemanfaatan yang berbeda
c. Sifat dan Tolok Ukur Dampak
Sifat dampak adalah negatif dengan tolok ukurnya adalah adanya gangguan fisik
maupun non fisik terhadap usaha wisata tirta (selam)yang ada.
4.3.5. Kegiatan dan Prilaku Penyelaman
a. Sumber Dampak
Sumber dampaknya adalah adanya pelanggaran terhadap usaha-usaha konservasi
plasma nutfah yang ada di lokasi penyelaman seperti pengambilan biota laut yang
dijumpai, pemberian pakan pada ikan-ikan dengan tujuan agar ikan mendekat,
menjejakkan kaki pada terumbu karang, pemberian racun/bius untuk menangkap ikan
atau biota lainnya, penjangkaran perahu dan sebagainya
b. Jenis Dampak
Jenis dampak yang ditimbulkannya adalah adanya kerusakan area wisata selam
khususnya terumbu karang, adanya perubahan prilaku biota terutama jenis-jenis
ikan, adanya penurunan keanekaragaman jenis biota laut.
c. Sifat dan Tolok Ukur Dampak
Sifat dampak adalah negatif dengan tolok ukurnya frekuensi terjadinya pelanggaran-
pelanggaran terhadap keberadaan dan kelestarian biota yang ada di lokasi
penyelaman
4.3.6. Kegiatan Pasca Penyelaman
a. Sumber Dampak
Usai penyelaman maka para penyelam akan melakukan pembersihan diri dan
peralatan selam yang digunakan.
b. Jenis dampak
Jenis dampak yang terjadi adalah adanya sejumlah limbah dan atau sampah akibat
pencucian peralatan dan pembersihan diri para penyelam.
c. Sifat dan Tolok Ukur Dampak
Sifat dampak adalah negatif dengan tolok ukur adalah adanya limbah dan sampah yang berceceran disekitar lokasi penyelaman
4.3.7. Upaya Konservasi dari Pengusaha Wisata tirta (selam)
a. Sumber Dampak
Kegiatan penyelaman yang telah dilakukan akan dapat menyebabkan terjadinya
kerusakan lingkungan tempat penyelaman khususnya terumbu karang baik itu
disengaja maupun tidak sengaja, termasuk membuang sampah sembarangan di
darat maupun di perairan
b. Jenis dampak
Jenis dampak yang terjadi adalah adanya penurunan kualitas lingkungan seperti
kerusakan terumbu karang, adanya sampah yang berceceran baik di perairan
maupun di darat
c. Sifat dan Tolok Ukur Dampak
Sifat dampak adalah negatif dengan tolok ukurnya adalah adanya terumbu karang yang rusak, volume sampah
BAB V
UPAYA PENGELOLAAN LINGKUNGAN
Berbagai kemungkinan dampak negatif maupun positif yang timbul akibat kegiatan
pembangunan dan operasional USAHA WISATA TIRTA (SELAM) PT. HIRO CHAN ini
berdasarkan hasil kajian prakiraan dampak yang akan terjadi seperti yang telah diuraikan
pada Bab. IV., selanjutnya diikuti dengan beberapa upaya pengelolaan yang dapat dan perlu
dilakukan untuk meminimalkan dampak negatif dan memaksimalkan dampak positif yang
akan terjadi, dengan uraian sebagai berikut :
5.1. Tahap Prakonstruksi
5.1.1. Pengurusan ijin.
d. Sumber Dampak
Pengurusan perijinan merupakan salah satu syarat legalitas yang harus dipenuhi
dalam rencana Usaha Wisata tirta (selam)PT. Hiro Chan ini.
e. Jenis Dampak
Terjadinya keresahan pihak pemerintah dan masyarakat setempat sehingga
menimbulkan protes dan keberatan dalam bentuk penghentian kegiatan fisik maupun
pembatalan perijinan
f. Sifat dan Tolok Ukur Dampak
Sifat dampak adalah negatif dan penting oleh karena itu harus ada kesepakatan
antara pihak pemerintah baik (dinas maupun adat) setempat dengan pihak
pemrakarsa dalam mengurus perijinan yang diperlukan. Perijinan harus sudah
disetujui sebelum operasional kegiatan ini dimulai. Tolok ukur dampak berupa protes
dan gugatan maupun keresahan pihak pemerintah.
g. Upaya Pengelolaan Lingkungan
Upaya Penglolaan
Untuk mencegah terjadinya lamanya atau terhambatnya pengurusan perijinan pada
berbagai instansi atau lembaga, maka upaya yang dilakukan adalah dengan mengikuti
proses dan aturan yang berlaku secara cermat
Waktu Pelaksanaan
Pengelolaan ini dilakukan pada saat mengurus aspek legalitas perijinan
Pelaksana Pengelolaan
Pemrakarsa /Manajemen USAHA WISATA TIRTA (SELAM)PT. HIRO CHAN adalah
yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan pengurusan perijinan yang
dipersyaratkan
5.2. Tahap Operasional
5.2.1. Persiapan Penyelaman
d. Sumber Dampak
Adanya ketidak mengertian calon penyelam terhadap prosedur penyelaman, dan
belum mengetahui kondisi wilayah tempat penyelaman
b. Jenis Dampak
Hal tersebut akan menimbulkan bahaya bagi wisatawan apabila nantinya melakukan
penyelaman
c. Sifat dan Tolok Ukur Dampak
Sifat dampak adalah negatif dan cukup penting, dengan tolok ukurnya adalah adanya
kecelakaan dalam penyelaman, kerusakan fisik terumbu karang, pengambilan hewan
atau tumbuhan di laut
d. Upaya Pengelolaan Lingkungan
Upaya Pengelolaan
Dalam pendaftaran untuk kegiatan penyelaman dipersyaratkan agar wisatawan
telah bisa berenang dan bias menyelam. Disamping itu juga harus mengecek
kesehatan wisatawan
Para dive master harus selalu memberikan pengarahan kepada para wisatawan
yang akan menyelam tentang karakteristik tempat menyelam, cara pemasangan
peralatan selam, peraturan penyelaman dan upaya menangani keadaan yang
berbahaya di dalam laut, dan upaya konservasi biota laut
Melakukan pengecekan terhadap peralatan selam seperti kapasitas dan isi
tabung, regulator, selang dan sebagainya
Waktu Pelaksanaan
Pelaksanaan dilakukan saat dan atau setiap akan mengantar wisatawan untuk
menyelam
Pelaksana Pengelolaan
Pelaksananya adalah pihak Manajemen atau dive master USAHA WISATA TIRTA
(SELAM) PT. HIRO CHAN
5.2.2. Kegiatan Kantor
d. Sumber Dampak
Adanya kegiatan kantor, pengisian tabung dari kompresor, pencucian tabung dan
akan menghasilkan sejumlah limbah cair dan sampah, keluar masuknya armada
pengangkut wisatawan yang akan menyelam.
e. Jenis Dampak
Adapun jenis dampak yang timbul dari kegiatan tersebut adalah adanya sejumlah
limbah dan sampah, kebisingan, peningkatan volume lalu lintas
f. Sifat dan Tolok Ukur Dampak
Sifat dampak adalah negatif dengan tolok ukurnya adalah adanya limbah dan
sampah yang tidak tertampung, suara bising, gangguan lalu lintas
g. Upaya Pengelolaan Lingkungan
Upaya Pengelolaan
Limbah MCK dan pencucian tabung ditampung dalam septic-tank, apabila
penuh maka akan dilakukan pengurasan dengan memanfaatkan jasa kuras
septic-tank yang ada, sedangkan sampah yang ada akan diangkut setiap hari
oleh petugas jasa angkutan sampah
Untuk menghindari kebisingan dalam pengisian tabung, maka kegiatan
dilakukan dalam ruangan khusus yang kedap suara dan tidak dilakukan pada
malam hari
Pangaturan lalu lintas dan parkir diatur oleh Waker/SATPAM yang ada
Waktu Pengelolaan
Pengelolaan dilakukan setiap hari selama masa operasional
Pelaksanaan Pengelolaan
Pelaksana pengelolaan ini adalah pihak Manajemen PT. Hiro Chan
5.2.3. Pemberdayaan Masyarakat sekitar lokasi penyelaman
d. Sumber Dampak
Sumber dampaknya adalah adanya kegiatan penyelaman yang mengasilkan sejumlah
keuntungan bagi perusahaan yang bergerak pada usaha wisata selam yang berkantor
jauh dari lokasi penyelaman tersebut.
e. Jenis Dampak
Jenis dampak adalah adanya kecemburuan sosial masyarakat disekitar wilayah tempat
penyelaman (dive site) yang bisa mengakibatkan kerusakan fisik sarana dan
prasarana penyelaman.
f. Sifat dan Tolok Ukur Dampak
Sifat dampak adalah negatif dengan tolok ukurnya adalah adanya gangguan terhadap
para wisatawan yang akan menyelam oleh masyarakat sekitar lokasi penyelaman
d. Upaya Pengelolaan Lingkungan
Upaya Pengelolaan
Perusahaan memberikan kontribusi kepada wilayah tempat penyelaman
tersebut secara periodik
Memanfaatkan tenaga masyarakat lokal untuk mengangkut tabung dan
peralatan selam ke dan dari perahu
Memanfaatkan perahu masyarakat untuk mengangkut wisatawan untuk
menyelam
Memanfaatkan potensi wilayah tempat menyelam sepertri untuk makan dan
minum, membeli souvenir
Memberikan pengarahan (sosialisasi) pada para nelayan di lokasi penyelaman
tentang arti penting konservasi kawasan terumbu karang secara periodik.
Waktu Pelaksanaan
Pelaksanaan dilakukan saat dan atau setiap melakukan kegiatan penyelaman
Pelaksana Pengelolaan
Pelaksananya adalah pihak Manajemen atau dive master atau pemandu yang
menyertai wisatawan dari USAHA WISATA TIRTA (SELAM) PT. HIRO CHAN
5.3.4. Persaingan Usaha Wisata Tirta
a. Sumber Dampak
Adanya persaingan bisnis yang tidak sehat baik dalam promosi kepada wisarawan
maupun pelaksanaan penyelaman seperti memberikan paket paket program diluar
ketentuan yang berlaku.
e. Jenis Dampak
Adanya silang sengketa antara perusahaan satu dengan yang lainnya, disamping itu
juga adanya persepsi masyarakat yang ada di lokasi penyelaman karena adanya
pemberian kontribusi dan atau pemanfaatan yang berbeda
f. Sifat dan Tolok Ukur Dampak
Sifat dampak adalah negatif dengan tolok ukurnya adalah adanya gangguan fisik
maupun non fisik terhadap usaha wisata tirta (selam)yang ada.
d. Upaya Pengelolaan Lingkungan
Upaya Pengelolaan
Semua pengusaha yang bergerak dalam usaha wisata tirta (selam)diwajibkan
menjadi anggota GAHAWISRI, termasuk PT. HIRO CHAN
Mengikuti Anggaran dasar dan Anggaran Rumah Tangga GAHAWISRI sebagai
induk organisasinya
Waktu Pelaksanaan
Pelaksanaan pembinaan dilakukan secara periodik, setiap enam bulan misalnya
Pelaksana Pengelolaan
Pelaksananya adalah pihak Manajemen dari USAHA WISATA TIRTA (SELAM) PT.
HIRO CHAN dan penngusaha lainnya yang sejenis
5.3.5. Kegiatan dan Prilaku Penyelaman
d. Sumber Dampak
Sumber dampaknya adalah adanya pelanggaran terhadap usaha-usaha konservasi
plasma nutfah yang ada di lokasi penyelaman seperti pengambilan biota laut yang
dijumpai, pemberian pakan pada ikan-ikan dengan tujuan agar ikan mendekat,
menjejakkan kaki pada terumbu karang, pemberian racun/bius untuk menangkap ikan
atau biota lainnya, penjangkaran perahu dan sebagainya
e. Jenis Dampak
Jenis dampak yang ditimbulkannya adalah adanya kerusakan area wisata
selam/terumbu karang, adanya perubahan prilaku biota terutama jenis-jenis ikan,
adanya penurunan keanekaragaman jenis biota laut.
f. Sifat dan Tolok Ukur Dampak
Sifat dampak adalah negatif dengan tolok ukurnya frekuensi terjadinya pelanggaran-
pelanggaran terhadap keberadaan dan kelestarian biota yang ada di lokasi
penyelaman
e. Upaya Pengelolaan Lingkungan
Upaya Pengelolaan
Mengumumkan dan atau mengingatkan pada para wisatawan yang akan
menyelam agar selalu melakukan hal-hal yang diperbolehkan dan mentaati
peraturan yang berlaku
Dilarang menjejakkan kaki pada karang dan memberikan makanan kepada biota
yang dijumpai (ikan, misalnya) karena bias menyebabkan perubahan prilaku.
Ikut menjaga dan memelihara lokasi penyelaman dengan tidak membuang
sampah, tidak mengambil biota, tidak menginjak terumbu karang
Laporkan atau catat bila menemukan jenis-jenis biota yang baru atau yang langka
Pihak perusahaan selam agar menyediakan informasi atau buku-buku yang berisi
jenis - jenis ikan yang ada di laut
Dalam melakukan penyelaman harus selalu berpasangan minimal dua orang
(buddy)
Untuk menghindari kerusakan terumbu karang karena penjangkaran perahu maka
kegiatan penjangkaran dilakukan dengan memasang mooring bouy (jangkar
terapung)
Waktu Pelaksanaan
Pelaksanaan dilakukan saat dan atau setiap ada kegiatan wisatawan yang menyelam
Pelaksana Pengelolaan
Pelaksananya adalah pihak Manajemen atau pemandu selam (dive master) dari
USAHA WISATA TIRTA (SELAM) PT. HIRO CHAN
5.3.6. Kegiatan Pasca Penyelaman
a. Sumber Dampak
Usai penyelaman maka para penyelam akan melakukan pembersihan diri dan
peralatan selam yang digunakan.
b. Jenis dampak
Jenis dampak yang terjadi adalah adanya sejumlah limbah dan atau sampah akibat
pencucian peralatan dan pembersihan diri para penyelam.
c. Sifat dan Tolok Ukur Dampak
Sifat dampak adalah negatif dengan tolok ukur adalah adanya limbah dan
sampah yang berceceran disekitar lokasi penyelaman
d. Upaya Pengelolaan Lingkungan
Upaya Pengelolaan
Mencuci peralatan selam pada tempat yang telah disediakan
Membuat septic tank penampung limbah WC sesuai persyaratan pembentukannya,
dan juga membuat septic tank untuk limbah pencucian peralatan selam dan
limbah kamar mandi
Membuat bak-bak penampungan sampah
Apabila sarana tersebut diatas tidak ada maka pengelola wisata tirta
(selam)mengusulkan pada induk persatuannya yaitu GAHAWISRI untuk
mengusahakan pembangunan tempat pencucian peralatan selam dan kamar mandi
dan WC
Pengelolaan Kamar mandi, WC dan tempat pencucian kepada desa setempat
Waktu Pelaksanaan
Pelaksanaan dilakukan saat dan atau setiap ada kegiatan wisatawan yang menyelam
Pelaksana Pengelolaan
Pelaksananya adalah pihak Manajemen USAHA WISATA TIRTA (SELAM) PT. HIRO
CHAN dan perusahaan yang sejenis dibawah koordinasi GAHAWISRI
5.3.7. Upaya Konservasi dari Pengusaha Wisata tirta (selam)
a. Sumber Dampak
Kegiatan penyelaman yang telah dilakukan akan dapat menyebabkan terjadinya
kerusakan lingkungan tempat penyelaman khususnya terumbu karang baik itu
disengaja maupun tidak sengaja, termasuk membuang sampah sembarangan di
darat maupun di perairan
b. Jenis dampak
Jenis dampak yang terjadi adalah adanya penurunan kualitas lingkungan seperti
kerusakan terumbu karang, adanya sampah yang berceceran baik di perairan
maupun di darat
c. Sifat dan Tolok Ukur Dampat
Sifat dampak adalah negatif dengan tolok ukurnya adalah adanya terumbu karang
yang rusak, volume sampah
d. Upaya Pengelolaan Lingkungan
Upaya Pengelolaan
Perusahaan menyisihkan dana untuk upaya konservasi yang dikelola melalui induk
organisasinya (GAHAWISRI)
Melakukan monitoring terumbu karang (reef check) secara bersama-sama yang
melibatkan berbagai komponen instansi, masyarakat, mahasiswa, maupun LSM
Melakukan kegiatan konservasi seperti upaya restorasi/transplantasi karang pada
area yang rusak secara bersama-sama melalui induk organisasinya (GAHAWISRI)
Melakukan upaya pembersihan sampah di perairan tempat menyelam secara
bersama-sama melalui induk organisasinya (GAHAWISRI) yang juga melibatkan
masyarakat setempat dan LSM-LSM yang peduli lingkungan dilakukan secara
periodik
Melaporkan dan atau mencatat bila menemukan jenis-jenis biota yang baru atau
yang langka kepada pihak BAPEDALDA Propinsi atau instansi terkait lainnya secara
periodik
Pemasangan rambu-rambu pada lokasi penyelaman dan melakukan upaya
pemasangan mooring bouy bersama-sama melalui induk organisasi (GAHAWISRI)
Waktu Pelaksanaan
Pelaksanaan dilakukan saat tertentu secara periodik yang dikoordinasi oleh instansi
terkait baik pemerintah maupun swasta
Pelaksana Pengelolaan
Pelaksananya adalah pihak Manajemen dari USAHA WISATA TIRTA (SELAM) PT.
HIRO CHAN
MATRIK UPAYA PENGELOLAAN LINGKUNGAN (UKL) USAHA WISATA TIRTA (SELAM) PT. HIRO CHAN LINGKUNGAN PERARUDAN, KELURAHAN JIMBARAN,
KECAMATAN KUTA SELATAN
No Dampak Upaya Pengelolaan Lingkungan Sumber Jenis Indikator Upaya Pelaksana Waktu
Tahap Prakonstruksi
Pengurusan perijinan 1 Pengurusan
ijin mrp
syarat legalitas yg harus
dipenuhi dlm rencana Usaha
Wisata tirta
(selam) PT. Hiro Chan ini.
Adanya hamba-tan dalam pengurusan per-ijinan
Kelanca ran proses pengurusan perijinan oleh pemra karsa
Untuk mencegah lama nya/ terhambatnya pengurusan perijinan pd berbagai instansi atau lembaga, maka upaya yang dilakukan adalah dgn mengikuti proses & aturan yg berlaku secara cermat
Pemra karsa/ Manaje- men USAHA WISATA TIRTA (SELAM) PT. HIRO CHAN
Sekali saat mengurus aspek legalitas perijinan
Tahap Operasional 1 Persiapan Penyelaman Adanya
ketidak
mengertian calon
penyelam terhadap
prosedur
penyelaman, dan belum
mengetahui kondisi wilayah
tempat
penyelaman
Hal
tersebut
akan menim-
bulkan bahaya
bagi
wisata wan
apabila nantinya
melaku
kan penyelam
an
adanya
kecelaka
an dalam penyela
man, kerusakan
fisik
terumbu karang,
pengambilan hewan
atau
tumbuhan di laut
Dalam pendaftaran
utk kegiatan penyela-
man dipersyaratkan
agar wisatawan telah bisa berenang dan
bisa menyelam Disamping itu juga hrs
mengecek kesehatan
wisatawan Para dive master
harus selalu memberi
kan pengarahan kpd para wisatawan yg
akan menyelam ttg karakteristik tempat
menyelam, cara pema-
sangan peralatan selam, peraturan pe-
nyelaman dan upaya menangani keadaan
yg berbahaya di dalam
laut, upaya konser- vasi biota laut
Melakukan pengece-
kan thd peralatan selam spt kapasitas
dan isi tabung,
regulator, selang dsb.
Manaje
men atau
dive master
USAHA WISATA
TIRTA
(SELAM) PT. HIRO
CHAN
Saat
dan
atau setiap
akan mengan
tar
wiasatawan
untuk menye
lam
Lanjutan Matrik………… No Dampak Upaya Pengelolaan Lingkungan Sumber Jenis Indikator Upaya Pelaksana Waktu 2 Pemberdayaan Masyarakat sekitar lokasi penyelaman adanya
kegiatan pe nyelaman
yg meng
hasilkan se jumlah ke-
untungan bagi perusa
haan yang berkantor
jauh dari
lokasi penyela
man tersebut.
adanya ke
cemburuan sosial masya
rakat diseki-
tar wilayah tempat penye
laman (dive site).
Adanya
gangguan terhadap
para
wisatawan yang akan
menyelam oleh
masyarakat sekitar lokasi
penyelaman
Perusahaan memberikan kon
tribusi kepada wilayah tem-
pat penyelaman tersebut secara periodik
Memanfaatkan tenaga
masyarakat lokal utk meng-angkut tabung dan peralatan
selam ke dan dari perahu
Memanfaatkan perahu ma-
syarakat untuk mengangkut wisatawan untuk menyelam
Memanfaatkan potensi wila-
yah tempat menyelam sepertri untuk makan dan
minum, membeli souvenir
Memberikan pengarahan
(sosialisasi) pada para nelayan di lokasi
penyelaman tentang arti penting konservasi kawasan
terumbu karang secara
periodik.
Manaje men/dive master atau pemandu yang menyer tai wisa tawan dari USAHA WISATA TIRTA (SELAM) PT. HIRO CHAN
Dilakukan saat dan atau setiap melaku kan kegiatan penyela man
3 Persaingan Usaha Wisata Tirta
Adanya
persaingan bisnis yg
tidak sehat
baik dalam promosi
kpd wisata- wan mau-
pun pelak-sanaan pe-
nyelaman
spt mem-berikan
paket paket
program
diluar ketentuan
yang berlaku.
Adanya
silang sengketa
antara
perusahaan satu dengan
yang lainnya, disamping itu
juga adanya persepsi
masyarakat
yang ada di lokasi
penyelaman karena
adanya
pemberian kontribusi
dan atau pemanfaatan
yang berbeda
adanya
gangguan fisik maupun
non fisik
terhadap usaha wisata
tirta (selam) yang ada.
Semua pengusaha yang
bergerak dalam usaha
wisata tirta (selam) diwajibkan menjadi anggota
GAHA-WISRI, termasuk PT.
HIRO CHAN Mengikuti Anggaran dasar
dan Anggaran Rumah
Tangga GAHAWISRI sebagai induk organisasinya
Manaje
men dari USAHA
WISATA
TIRTA (SELAM )
PT. HIRO CHAN
dan penngu
saha
lainnya yang
sejenis
Pelaksa naan pembina an dila-kukan secara periodik
Lanjutan Matrik ………….. No Dampak Upaya Pengelolaan Lingkungan Sumber Jenis Indikator Upaya Pelaksana Waktu
Tahap Operasional 4 Kegiatan dan Prilaku Penyelaman adanya pelang
garan thd
usaha konser-
vasi plasma nutfah yg ada
di lokasi pe-nyelaman spt
pengambilan biota laut yg di
jumpai, pem-
berian pakan pd ikan-ikan
dgn tuju-an agar ikan
mendekat,
menjejakkan kaki pd terum
bu karang, pemberian
racun/bius utk menangkap
ikan atau biota
lainnya, me-nyelam
sendiri-sendiri dsb
adanya kerusakan
area wisata
selam, adanya
perubahan prilaku
biota terutama
jenis-jenis
ikan, adanya
penurunan keaneka
ragaman
jenis biota laut.
frekuensi terjadi-
nya
pelang garan-
pelang garan thd
keberadaan dan
kelestari
an biota yg ada di
lokasi penyelam
an
Mengingatkan para wisata-
wan yg akan menyelam agar selalu melakukan hal-
hal yg diperbolehkan &
mentaati peraturan yg ada Dilarang menjejakkan kaki
pd karang dan memberikan
makanan kpd biota (ikan) krn dpt menyebabkan peru
bahan prilaku. Ikut menjaga& memelihara
lokasi penyelaman dgn tdk
membuang sampah, tdk
mengambil biota, tdk menginjak terumbu karang
Laporkan atau catat bila
menemukan jenis biota yg baru atau yang langka
Menyediakan informasi
atau buku yg berisi jenis
ikan yang ada di laut Kegiatan penyelaman hrs
selalu berpasangan minimal
dua orang (buddy) Utk menghindari kerusakan
terumbu karang maka
kegiatan penjangkaran dilakukan dgn memasang
mooring bouy
Manaje men atau pemandu selam (dive master) dari USAHA WISATA TIRTA (SELAM) PT. HIRO CHAN
saat dan atau
setiap
ada kegiatan
wisata wan yang
menye lam
5 Kegiatan Pasca Penyelaman Usai penyela-
man maka
para penyelam akan melaku-
kan pembersih
an diri dan peralatan
selam yang digunakan
adanya sejumlah
limbah dan atau
sampah
akibat pencucian
peralatan dan
pembersi
han diri para
penyelam.
limbah dan sampah yg ber-ceceran disekitar lokasi penyelaman
Mencuci peralatan selam pd
tempat yg telah disediakan Membuat septic tank penam
pung limbah WC sesuai
peruntukannya, & juga mem-buat septic tank utk limbah
pencucian perala tan selam &
limbah KM Membuat bak-bak penam-
pungan sampah
Apabila sarana tsb diatas tdk
ada maka pengelola wisata selam mengusulkan GAHA
WISRI utk mengusahakan
pembangunan tempat tsb diatas
Pengelolaan Kamar mandi,
WC dan tempat pencucian diserahkan kpd desa
setempat
Manaje men
USAHA WISATA
TIRTA
(SELAM) PT. HIRO
CHAN & perusaha
an yg
sejenis di koordi
nasi GAHAWIS
RI
dilakukan saat dan
atau setiap
ada
kegiatan wisata
wan yang menye
lam
Lanjutan Matrik ...........
No Dampak Upaya Pengelolaan Lingkungan Sumber Jenis Indikator Upaya Pelaksana Waktu
Tahap Operasional 6 Upaya Konservasi dari Pengusaha Wisata tirta (selam) Kegiatan pe-
nyelaman yg
telah dilaku-kan dapat me
nyebabkan terjadinya
kerusakan lingkungan
tempat
penyelaman khususnya
terumbu karang baik itu
disengaja
maupun tidak sengaja, ter-
masuk membu ang sampah
sembarangan
di darat mau-pun di per-
airan
adanya
penurunan
kualitas lingkungan
seperti kerusakan
terumbu karang,
adanya
sampah yang
berceceran baik di
perairan
maupun di darat
tolok
ukurnya
adalah adanya
terumbu karang
yang rusak,
volume
sampah
Perusahaan menyisihkan
dana utk upaya konservasi
yg dikelola melalui induk
organisasinya (GAHAWISRI)
Melakukan monitoring te-
rumbu karang (reef check) secara bersama-sama yang
melibatkan berbagai kompo nen instansi, masyarakat,
mahasiswa, maupun LSM
Melakukan kegiatan konser
vasi seperti upaya resto-rasi, transplantasi karang
pd area yg rusak scr ber-sama-sama melalui induk
organisasinya(GAHAWISRI)
Melakukan upaya pember-
sihan sampah di perairan tempat menyelam secara
bersama-sama melalui induk organisasinya
(GAHAWISRI) yang juga melibatkan masyarakat
setempat dan LSM-LSM
yang peduli lingkungan dilakukan secara periodik
Melaporkan dan atau
mencatat bila menemukan jenis-jenis biota yang baru
atau yang langka kepada
pihak BAPEDALDA Propinsi atau instansi terkait lainnya
secara periodik Pemasangan rambu-rambu
pada lokasi penyelaman &
melakukan upaya pemasa-
ngan mooring bouy ber sama-sama melalui induk
organisasi (GAHAWISRI)
Manajem
en dari
USAHA WISATA
TIRTA (SELAM)
PT. HIRO CHAN
saat
tertentu
secara periodik
yg dikoor dinasi
oleh instansi
terkait
baik pemerin
tah maupun
swasta
BAB VI UPAYA PEMANTAUAN LINGKUNGAN
Dalam rangka mengefektifkan pengelolaan lingkungan akibat kegiatan kegiatan
pembangunan dan operasional USAHA WISATA TIRTA (SELAM)PT. HIRO CHAN ini
seperti yang telah dikaji dalam upaya pengelolaan lingkungan pada Bab V., maka perlu
diikuti dengan pemantauan lingkungan secara intensif. Hal ini dilakukan disamping itu
memantau kegiatan pengelolaan juga dilakukan untuk mengevaluasi kesesuaian kegiatan
yang dilakukan tersebut.
Sesuai dengan kajian upaya pengelolaan lingkungan, maka upaya pemantauan
lingkungan akan dilakukan baik pada tahap prakonstruksi, konstruksi maupun tahap
operasi. Uraian upaya pemantauan lingkungan meliputi : (a) jenis dampak yang akan
dipantau, (c) tolok ukur dampak, (c) lokasi pematauan, (d) waktu pemantauan, (e)
cara/metode pemantauan dan (f) Instansi Pengawas dan Pemantau. Adapun uraian secara
terperinci mengenai upaya pemantauan lingkungan yang dilakukan adalah sebagai berikut :
6.1. Tahap Prakonstruksi
6.1.1. Pengurusan ijin.
h. Jenis Dampak
Terjadinya keresahan pihak pemerintah dan masyarakat setempat sehingga
menimbulkan protes dan keberatan dalam bentuk penghentian kegiatan fisik maupun
pembatalan perijinan
i. Tolok Ukur Dampak
Tolok ukur dampak berupa protes dan gugatan maupun keresahan pihak masyarakat,
aparat keluran dan pemerintah.
j. Cara Pemantauan
Pemantauan dilakukan dengan cara melihat langsung kelengkapan yang ada di
Kantor PT Hiro Chan
k. Lokasi Pemantauan
Lokasi pemantauan adalah pada Kantor PT. Hiro Chan
l. Waktu Pemantauan
Pemantauan dilakukan sekali saat pengurusanperijinan
m. Instansi Pengawas dan Pemantau
Pemantauanya adalah Lurah Jimbaran, BPN Kab. Badung, Diparda Provinsi Bali dan
Kabupaten Badung, serta Gahawisri
6.2. Tahap Operasional
6.2.1. Persiapan Penyelaman
a. Jenis Dampak
Tidak melakukan persiapan penyelaman akan menimbulkan bahaya bagi wisatawan
apabila nantinya melakukan penyelaman
b. Tolok Ukur Dampak
Tolok ukurnya adalah adanya kecelakaan dalam penyelaman, kerusakan fisik terumbu
karang, pengambilan hewan atau tumbuhan di laut
c. Cara Pemantauan
Pemantauan dilakukan saat pemandu selam membawa wisatawan yang akan
melakukan penyelaman
d. Lokasi Pemantauan
Lokasi tempat pemantauan adalah pada lokasi tujuan penyelaman
e. Waktu Pemantauan
Pemantauan dilakukan setiap enam bulan sekali atau kalau ada laporan dari masyarakat
f. Instansi Pengawas dan Pemantau
Kegiatan in dipantau oleh Bapedal Provinsi Bali, Gahawisri, Diparda Propinsi dan Diparda
Kabupaten/Kota tempat lokasi penyelaman tersebut berada
6.2.2. Kegiatan Kantor
h. Jenis Dampak
Adapun jenis dampak yang timbul dari kegiatan tersebut adalah adanya sejumlah
limbah dan sampah, kebisingan, peningkatan volume lalu lintas
i. Tolok Ukur Dampak
Tolok ukurnya adalah adanya limbah dan sampah yang tidak tertampung, suara
bising, gangguan lalu lintas
j. Cara Pemantauan
Pemantauan dilakukan dengan melihat langsung di kantor operasional PT. Hiro Chan
d. Lokasi Pemantauan
Pemantauan dilakukan pada lokasi kantor PT. Hiro Chan
e. Waktu Pemantauan
Pemantauan dilakukan secara periodik setiap enam bulan sekali atau kalau ada
keluhan dari masyarakat
f. Instansi Pengawas dan Pemantau
Pemantaunya adalah Bapedal Kabupaten Badung, Dinas Pariwisata Kabupaten
Badung, Dinas Kesehatan Kabupaten Badung, Polsek Kuta Selatan, Dinas
Pergubungan Kabupaten Badung, Camat Kuta Selatan dan Kelurahan Jimbaran.
6.2.3. Pemberdayaan Masyarakat sekitar lokasi penyelaman
g. Jenis Dampak
Jenis dampak adalah adanya kecemburuan sosial masyarakat disekitar wilayah tempat
penyelaman (dive site) yang bisa mengakibatkan kerusakan fisik sarana dan
prasarana penyelaman.
h. Tolok Ukur Dampak
Tolok ukurnya adalah adanya gangguan terhadap para wisatawan yang akan
menyelam oleh masyarakat sekitar lokasi penyelaman
c. Cara Pemantauan
Pemantauan dilakukan dengan wawancara langsung dengan masyarakat sekitar lokasi
penyelaman (dive site) dan Manajemen PT. Hiro Chan
d. Lokasi Pemantauan
Pemantauan dilakukan pada masyarakat yang ada di lokasi pennyelaman dan Kantor
PT. Hiro Chan
e. Waktu Pemantauan
Waktu pemantauan adalah setiap enam bulan sekali atau kalau ada
laporan/keluhan dari komponen masyarakat
f. Instansi Pengawas dan Pemantau
Pemantaunya adalah Bapedal Provinsi dan Kabupaten/Kota (Dinas LH,
DKPLH), Kepala Desa, Camat setempat
6.3.4. Persaingan Usaha Wisata Tirta
g. Jenis Dampak
Adanya silang sengketa antara perusahaan satu dengan yang lainnya, disamping itu
juga adanya persepsi masyarakat yang ada di lokasi penyelaman karena adanya
pemberian kontribusi dan atau pemanfaatan yang berbeda
h. Tolok Ukur Dampak
Tolok ukurnya adalah adanya gangguan fisik maupun non fisik terhadap usaha
wisata tirta (selam)yang ada.
c. Cara Pemantauan
Pemantauan dilakukan dengan wawancara langsung dengan masyarakat sekitar lokasi
penyelaman (dive site) dan Manajemen PT. Hiro Chan
d. Lokasi Pemantauan
Pemantauan dilakukan pada masyarakat yang ada di lokasi pennyelaman dan Kantor
PT. Hiro Chan
e. Waktu Pemantauan
Waktu pemantauan adalah setiap enam buloan sekali atau kalau ada laporan/keluhan
dari komponen masyarakat
f. Instansi Pengawas dan Pemantau
Pemantaunya adalah Diparda Prov.,Kabupaten/ Kota, Gahawisri, Kepala Desa, Camat
setempat
6.3.5. Kegiatan dan Prilaku Penyelaman
g. Jenis Dampak
Jenis dampak yang ditimbulkannya adalah adanya kerusakan area wisata
selam/terumbu karang, adanya perubahan prilaku biota terutama jenis-jenis ikan,
adanya penurunan keanekaragaman jenis biota laut.
h. Tolok Ukur Dampak
Tolok ukurnya frekuensi terjadinya pelanggaran-pelanggaran terhadap keberadaan
dan kelestarian biota yang ada di lokasi penyelaman
c. Cara Pemantauan
Pemantauan dilakukan dengan cara melihat dengan melakukan penyelaman
langsung pada lokasi penyelaman yang ada
d. Lokasi Pemantauan
Pemantauan dilakukan pada lokasi/obyek wisata selam setempat
e. Waktu Pemantauan
Dilakukan setiap enam bulan sekali atau kalau ada keluhan atau laporan dari
komponen masyarakat
f. Instansi Pengawas dan Pemantau
Bapedalda Provinsi, Kabupaten atau Kota tempat melakukan penyelaman, Gahawisri,
Diparda Provinsi, Kabupaten/Kota, BKSDA Provinsi Bali , Pol Air Polda Bali, Dinas
Perhubungan Prov/Kab/Kota
6.3.6. Kegiatan Pasca Penyelaman
a. Jenis dampak
Jenis dampak yang terjadi adalah adanya sejumlah limbah dan atau sampah akibat
pencucian peralatan dan pembersihan diri para penyelam.
b. Tolok Ukur Dampak
Tolok ukur adalah adanya limbah dan sampah yang berceceran disekitar lokasi penyelaman
c. Cara Pemantauan
Pemantauan dilakukan dengan melihat langsung dilokasi penyelaman, wawancara
dengan masyarakat sekitarnya
d. Lokasi Pemantauan
Lokasi pemantauan adalah pada tempat-tempat penyelaman yang ada
e. Waktu Pemantauan
Pemantauan dilakukan secara periodik setiap enam bulan sekali atau kalau ada
laporan/keluhan dari komponen masyarakat
f. Instansi Pengawas dan Pemantau
Instansi yang memantau adalah Lurah/Kepala Desa setempat, Bapedalda Provinsi
Bali/Kabupaten/Dinas LH/DKPLH di masing-masing lokasi.
6.3.7. Upaya Konservasi dari Pengusaha Wisata tirta (selam)
a. Jenis dampak
Jenis dampak yang terjadi adalah adanya penurunan kualitas lingkungan seperti
kerusakan terumbu karang, adanya sampah yang berceceran baik di perairan
maupun di darat
b. Tolok Ukur Dampat
Tolok ukurnya adalah adanya terumbu karang yang rusak, berkurangnya
keragaman jenis yang ada ,volume sampah
c. Cara Pemantauan
Pemantauan dilakukan dengan mengamati langsung kondisi di laut (melalui
penyelaman) dan di darat dengan mengkuantifikasi dan mengkualifikasi keadaan
yang ada.
d. Lokasi Pemantauan
Lokasi pemantauan adalah pada tempat-tempat penyelaman yang ada
e. Waktu Pemantauan
Pemantauan dilakukan secara periodik setiap enam bulan sekali atau kalau ada
laporan/keluhan dari komponen masyarakat
f. Instansi Pengawas dan Pemantau
Instansi yang memantau adalah Lurah/Kepala Desa setempat, BKSDA Bali,
Bapedalda Provinsi Bali/Kabupaten/Dinas LH/DKPLH di masing-masing lokasi.
Diparda serta Dinas Perikanan Prov., Kab/Kota
MATRIK UPAYA PEMANTAUAN LINGKUNGAN (UPL) USAHA WISATA TIRTA (SELAM) PT. HIRO CHAN CHAN LINGKUNGAN PERARUDAN, KELURAHAN JIMBARAN, KECAMATAN KUTA SELATAN
No Dampak Upaya Pemantauan Lingkungan
Sumber Jenis Tolok Ukur Cara Lokasi Waktu Instansi Penga
was
Tahap Prakonstruksi
1 Penguru san
Perijinan
keresahan pihak pemerintah dan
masyarakat se-
tempat shg menimbulkan
protes dan keberatan
protes dan gugatan
maupun
keresahan pihak
masyarakat, aparat keluran
dan
pemerintah.
melihat langsung
kelengkapan
yang ada di Kantor PT
Hiro Chan
Kantor PT. Hiro
Chan
sekali saat
pengurus
anperijinan
Lurah Jimbaran,
BPN Kab.
Badung, Diparda
Prov. Bali & Kab.
Badung
serta Gahawisri
Tahap Operasional
1 Persiapan
penyelaman
Tidak melaku-
kan persiapan penyelaman
akan menimbul
kan bahaya bagi wisatawan
apabila nantinya melakukan
penyelaman
adanya kece-
lakaan dlm penyelaman,
kerusakan fisik
terumbu karang, pengam
bilan hewan/ tumbuhan di
laut
dilakukan
saat peman- du selam
membawa
wisatawan yg akan melaku-
kan penyela-man
pada
lokasi tujuan
penyelam
an
setiap
enam bulan
sekali
atau kalau ada
laporan dari
masyara kat
Bapedal
Prov. Bali,
Gahawisri
,Diparda Prov. &
Diparda Kab/Kota
tempat penyela
man
2 Kegiatan kantor
adanya se- jumlah limbah &
sampah, kebisi
ngan, peningka- tan volume lalu
lintas
adanya limbah & sampah yang
tdk tertampung,
suara bising, gangguan lalu
lintas
melihat lang-sung di
kantor
operasional PT. Hiro Chan
pada lokasi
kantor
PT. Hiro Chan
secara periodik
setiap
enam bulan
sekali atau
kalau ada
keluhan dari
masya rakat
Bapedal Kab.,
Diparda
Kab., Diskes
Kab., dan Dishub
Kab.
Badung, Polsek
dan , Camat
Kuta
Selatan, Kelura
han Jimbaran
Lanjutan Matrik ……………
No Dampak Upaya Pemantauan Lingkungan
Sumber Jenis Tolok Ukur Cara Lokasi Waktu Instansi
Penga was
Tahap Operasional 3 Pemberda
yaan
masyara kat sekitar
lokasi penyela
man
adanya kecem buruan sosial
masyarakat disekitar
wilayah tempat
penyelaman
(dive site).
adanya ganggu- an terhadap
para wisatawan yang akan
menyelam oleh masyarakat
sekitar lokasi
penyelaman
wawancara langsung
dengan masyarakat
sekitar lokasi penyelaman
(dive site)
dan Manaje-men PT. Hiro
Chan
Dilaku kan
pada masyara
kat yg ada di
lokasi
penyela man &
Kantor PT. Hiro
Chan
setiap enam
bulan sekali atau
kalau ada laporan
dari
masyara kat
Bapedalda Provinsi &
Kab/Kota (Dinas LH,
DKPLH), Kepala
Desa,
Camat setempat
4 Persaing an Usaha Wisata Tirta
Adanya silang sengketa antara per-usahaan satu dg yg lainnya, disamping itu juga adanya persepsi masyarakat yg ada di lokasi penyelaman karena adanya pemberian kontribusi &/ pemanfaatan yang berbeda
adanya gang guan fisik mau-pun non fisik terhadap usaha wisata tirta (selam)yang ada.
wawancara
langsung dg
masyarakat sekitar lokasi
penyelaman (dive site)
dan Manaje- men PT. Hiro
Chan
pada masya rakat yg ada di lokasi pennye laman & Kantor PT. Hiro Chan
setiap enam bulan sekali/ kalau ada laporan/keluhan dari komponen masya rakat
Diparda Prov.,Kabupaten/ Kota, Gahawisri, Kepala Desa, Camat setempat
5 Prilaku Penyelaman
adanya kerusakan area wisata selam, adanya perubahan prilaku biota terutama jenis-jenis ikan, adanya penurunan keanekaragaman jenis biota laut.
frekuensi terjadinya pelanggaran-pelanggaran terhadap keberadaan dan kelestarian biota yang ada di lokasi penyelaman
melihat dengan melakukan penyelaman langsung pada lokasi penyelaman yang ada
Dilaku kan pada lokasi/ obyek wisata selam setem- pat
setiap enam bulan sekali atau kalau ada laporan dari masya rakat
Bapedalda Provinsi, Kab/Kota Gahawisri, BKSDA Bali, Pol Air Polda Bali, Dinas Perhubu ngan Prov/Kab/Kota
Lanjutan Matrik ……………
No Dampak Upaya Pemantauan Lingkungan
Sumber Jenis Tolok Ukur Cara Lokasi Waktu Instansi
Penga was
Tahap Operasional 6 Kegiatan
Pasca Penyelaman
adanya sejum lah limbah dan
atau sampah akibat pencu-
cian peralatan
dan pember-sihan diri para
penyelam.
adanya limbah dan sampah
yang berceceran disekitar lokasi
penyelaman
melihat langsung
dilokasi penyelaman
,wawancara
dengan masyarakat
sekitarnya
Pada tempat-tempat penyelaman yang ada
secara periodik
setiap enam
bulan
sekali atau
kalau ada laporan/
keluhan
dari kompo
nen masya-
rakat
Lurah/ Kades
setempat, Bapedalda
Provinsi
Bali/Kabupaten/Dinas
LH/ DKPLH di masing-
masing
lokasi.
7 Parisipasi Pengusa ha Wisata tirta (selam) dalam Upaya Konser vasi
adanya penu-
runan kualitas lingkungan spt
kerusakan
terumbu ka-rang, sampah
yang ber-ceceran baik di
perairan
maupun di darat
adanya terumbu karang yang rusak, berkurangnya keragaman jenis yang ada volume sampah
mengamati
langsung kondisi di
laut melalui
penyelaman dan di darat
dengan mengkuanti
fikasi dan
mengkualifikasi
keadaan yang ada.
pada
tempat-tempat
penyelam
an yang ada
secara
periodik setiap
enam
bulan sekali
atau kalau ada
laporan/k
eluhan dari
kompo nen
masya rakat
Lurah/Kades
setempat, BKSDA Bali,
Bapedalda
Provinsi Bali/Kabupa
ten/Dinas LH/ DKPLH
di masing-
masing lokasi.
Diparda serta Dinas
Perika nan Prov.,
Kab/Kota
BAB VII
PELAPORAN
Hasil pelaksanaan Upaya Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan (UKL-UPL) dilaporkan kepada instansi-instansi terkait sebagai berikut :
7.1. Instansi yang dilapori
a Bapedal Provinsi Bali
b Bapedal atau Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten/Kota di Provinsi Bali
c Dinas Pariwisata Provinsi Bali, Kota dan Kabupaten se Bali
d Dinas Perhubungan Provinsi Bali, Kab/Kota se Bali
e Dinas Perikanan Provinsi Bali, Kab/Kota se Bali
f Balai Konservasi Sumber Daya Alam Provinsi Bali
g Dinas Kesehatan kabupaten Badung
h Kepolisian Perairan Polda Bali
i Kecamatan di lokasi penyelaman (dive site)
j Posek Kuta Selatan
k Kelurahan/ Kepala Desa di lokasi penyelaman (dive site)
7.2. Materi Laporan
Materi laporan yang dimaksud adalah laporan mengenai pemantauan
lingkungan yang berisikan hal-hal sebagai berikut :
a. Pelaksanaan pemantauan lingkungan
b. Waktu dan frekuensi pemantauan
c. Metode dan peralatan yang dipergunakan dalam pelaksanaan pemantauan
d. Hasil analisis atau kajian seperti : sanitasi lingkungan, kualitas air limbah,
gangguan lalu lintas, gangguan kamtibmas, keresahan masyarakat dan
kesehatan dan keselamatan kerja
7.2. Frekuensi Waktu Pelaporan
Pelaporan terhadap kegiatan pemantauan lingkungan dilaksanakan mulai tahap
konstruksi, selama masa opersional cottage. Waktu pelaporan dilakukan setiap 6
(enam) bulan sekali sudah diterima oleh instansi yang dilapori atau yang dituju.
DAFTAR PUSTAKA
12. Undang-Undang RI No. 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup
13. Peraturan Pemerintah No. 27 Tahun 1999 tentang Analisis Mengenai Dampak
Lingkungan
14. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 86 Tahun 2002 tentang Pedoman
Umum UKL-UPL
15. Keputusan Menteri Pariwisata Pos dan Telekomunikasi No. KM.95/UM.001/MPT-94
tentang Pedoman Teknis Penyusunan UKL-UPL bidang usaha Penyediaan Akomodasi
dan Usaha Penyediaan Makan dan Minum
16. Keputusan Gubernur Propinsi Bali No. 515 Tahun 2000 tentang Baku Mutu Lingkungan
17. Keputusan Bupati Badung No. 1018 tahun 2003 tentang Mekanisme Pelaksanaan Analisis
Mengenai Dampak Lingkungan Hidup (AMDAL) dan Upaya Pengelolaan Lingkungan
(UKL), Upaya Pemantauan Lingkungan (UPL) dalam perizinan di Kabupaten Badung.
18. Fandeli, C. 2000. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan, Prinsip dasar dan
Pemapanannya dalam pembangunan. Edisi-2. Penerbit Liberty. Yogyakarta
19. vanSteenis, C.G.G.J. 1997. Flora untuk sekolah di Indonesia. Cetakan ke-7. PT. Pradnya
Paramita. Jakarta.
20. Peraturan daerah Provinsi Bali No. 3 tahun 2005 tentang RTRW Provinsi Bali
21. Peraturan Daerah Provinsi Bali No. 4 tahun 2005 tentang Pengendalian Pencemaran dan
Kerusakan Lingkungan Hidup
22. Bapedal Daerah Provinsi Bali, 2003. Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Bali
Tahun 2003