oleh : program studi diploma iii perpajakan … fileyang sebenarnya kehidupan, kalau mereka...
TRANSCRIPT
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user i
EVALUASI KESIAPAN PEMERINTAH KOTA SURAKARTA
DALAM PEMUNGUTAN BPHTB
TUGAS AKHIR
Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan
mencapai derajat Ahli Madya Program Studi Diploma III Perpajakan
Oleh :
Kharisma Aulina Nurjannah
F3408107
PROGRAM STUDI DIPLOMA III PERPAJAKAN
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user ii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user iii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user iv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user v
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user vi
HALAMAN MOTTO
“Yang paling benar dari semua kebenaran adalah kematian, yang paling menipu dari semua penipu adalah dunia,
yang paling beruntung diantara orang yang beruntung adalah orang yang
berdakwah” (Abdurrohman)
“Dan tiadalah kehidupan dunia ini melainkan senda
gurau dan main-main. Dan sesungguhnya akhirat itulah yang sebenarnya kehidupan, kalau mereka mengetahui”
(QS Al Ankabuut 64)
“Air mata boleh mengalir, hati boleh sedih, tetapi lisan hanya boleh mengucapkan apa yang
membuat Alloh ridho” (Muhammad oleh Abdul Mun’im Muhammad Umar)
“Tidak ada satupun manusia di dunia ini yang dapat membuat semua orang bahagia, namun
meminimalisir kekecewaan adalah hal yang terbaik “
(Penulis)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user vii
HALAMAN PERSEMBAHAN Penulis mempersembahkan karya sederhana ini kepada
Alloh SWT Tuhan semesta alam
Mama dan Papaku tercinta
Adikku Tersayang
Semua sahabat dan teman-temanku
Seseorang yang selalu memotivasi dan menginspirasi
Almamater
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user viii
KATA PENGANTAR
Bismillah,
Puja serta puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan Rahmat serta Hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
Tugas Akhir dengan judul “EVALUASI KESIAPAN PEMERINTAH KOTA
SURAKARTA DALAM PEMUNGUTAN BPHTB”
Tugas Akhir ini disusun dengan maksud untuk memenuhi persyaratan
dalam mencapai derajat Ahli Madya pada Program Diploma III Perpajakan
Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Dalam penulisan Tugas Akhir ini, penulis memperoleh bantuan,
dorongan, keterlibatan dari beberapa pihak baik materiil maupun spiritual, dan
akhirnya penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini dengan baik. Untuk itu
dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Allah SWT atas segala kemudahan dan nikmat yang diberikan kepada penulis,
sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini.
2. Bapak Prof. Dr. Bambang Sutopo, M.Com., Ak. Selaku Dekan Fakultas
Ekonomi Universitas Sebelas Maret.
3. Bapak Drs. Santoso Tri Hananto, M.Si., Ak. Selaku Ketua Program Diploma
III Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user ix
4. Bapak Sri Suranta, S.E., M.Si., Ak., BKP selaku Ketua Program Studi
Perpajakan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret.
5. Bapak Suyanto, S.E., Ak. Selaku Dosen Pembimbing yang telah memberikan
pengarahan sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini.
6. Bapak Ahmad Ridwan, S.E. selaku Pembimbing Akademik
7. Seluruh dosen dan staff pengajaran Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas
Maret.
8. Kepala DPPKA Kota Surakarta yang telah berkenan memberikan kesempatan
kepada penulis untuk melakukan magang kerja dan penelitian.
9. Kepada pegawai DPPKA dan staffnya, Ibu Maya, Bapak Effendi, Bapak
Widi, dan lain-lain yang tidak dapat penulis sebut satu persatu, terima kasih
telah membantu penulis untuk mendapatkan bahan-bahan penulisan Tugas
Akhir.
10. Untuk Mama dan Papaku tercinta atas semua doa dan semangat yang
diberikan.
11. Untuk adikku Madenatul Nuraini tersayang
12. Nisa, Harlez, Chika, Keti terima kasih untuk 6 semester yang terbaik ini, 7
Juni 2013 don’t forget it girl!!!
13. Teman-teman magang di DPPKA Alim, Ardhie, Rindang, Litta, Yenny,
Hendri, Amin, Linda, Lia, Erent, Wakit, Ani, Nana, Maria terima kasih untuk
unforgettable magangnya.
14. Teman-teman Pajak 2008 kelas A dan B
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user x
Penulis menyadari sepenuhnya atas kekurangan dalam penulisan Tugas
Akhir ini. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun.
Namun demikian, karya sederhana ini diharapkan dapat bermanfaat bagi penulis
dan pembaca sekalian.
Surakarta, 15 Juni 2011
penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user xi
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL .................................................................................. i
ABSTRAK .................................................................................................. ii
HALAMAN PERSETUJUAN .................................................................. iii
HALAMAN PENGESAHAN .................................................................... iv
MOTTO ...................................................................................................... v
PERSEMBAHAN....................................................................................... vi
KATA PENGANTAR ................................................................................ vii
DAFTAR ISI ............................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR .................................................................................. xii
DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................. xiii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................... 1
A. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN ........................................ 1
B. LATAR BELAKANG MASALAH ................................................ 17
C. RUMUSAN MASALAH ................................................................. 21
D. TUJUAN PENELITIAN ................................................................. 22
E. MANFAAT PENELITIAN ............................................................. 22
F. METODE PENULISAN ................................................................. 23
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user xii
BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN .................................. 25
A. LANDASAN TEORI ....................................................................... 25
B. PEMBAHASAN............................................................................... 34
BAB III TEMUAN ..................................................................................... 40
A. KELEBIHAN................................................................................... 40
B. KELEMAHAN ................................................................................ 41
BAB IV PENUTUP .................................................................................... 42
A. KESIMPULAN ................................................................................ 42
B. SARAN ............................................................................................. 43
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 44
LAMPIRAN
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user xiii
DAFTAR LAMPIRAN
1. Tanda terima kuliah magang kerja
2. Perda No 13 tahun 2010
3. Data pemasukan BPHTB bulan Januari-Maret tahun 2011
4. SSPD-BPHTB
5. Kutipan UU No 28 tahun 2009 mengenai pajak BPHTB
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user xiv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB I PENDAHULUAN
A. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
1. Sejarah dan Perkembangan DPPKA Surakarta
Setelah Proklamasi Kemerdekaan RI, sampai dengan tahun 1946 di Surakarta terjadi
konflik sehubungan dengan adanya pertentangan pendapat antara pro dan kontra Daerah
Istimewa. Hal ini dapat diredam untuk sementara waktu oleh Pemerintah dengan
mengeluarkan Surat Penetapan Pemerintah tanggal 15 Juli 1946 Nomor 16/S-D yang
menetapkan Daerah Surakarta untuk sementara sebagai daerah karesidenan dan dibentuk
baru dengan nama Kota Surakarta.
Peraturan yang telah ada tersebut kemudian disempurnakan dengan dikeluarkannya
Undang–Undang Nomor 16 Tahun 1947 yang menetapkan Kota Surakarta menjadi
Haminte Kota Surakarta. Kota Surakarta pada waktu itu terdiri dari 5 wilayah kecamatan
dan 44 kelurahan, karena 9 kelurahan di wilayah Karanganya belum diserahkan.
Pelaksanaan penyerahaan 9 kelurahan dari Kabupaten Karanganyar itu baru terlaksana
pada tanggal 9 September 1950. Pelaksana teknis pemerintah Haminte Kota Surakarta
terdiri atas jawatan. Jawatan tersebut antara lain jawatan Sekretariat Umum, Keuangan,
Pekerjaan Umum, Sosial, Kesehatan, Perusahaan P.D.& K, Pamong Praja, dan jawatan
Perekonomian Penerimaan Pendapatan Daerah pada waktu itu diurusi oleh Jawatan
Keuangan. Dengan dikeluarkannya keputusan DPRDS Kota Besar Surakarta Nomor 4
Tahun 1956 tentang Perubahan Struktur Pemerintahan, maka Jawatan Umum diganti
menjadi Dinas Pemerintahan Umum yang terbagi dalam urusan-urusan dan setiap urusan-
urusan tersebut terbagi lagi dalam bagian-bagian. Dengan adanya perubahan tersebut
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
dapat disimpulkan bahwa untuk penanganan pajak sebagai pendapatan daerah yang
sebelumnya ditangani oleh Jawatan Keuangan kini ditangani lebih khusus oleh Urusan
Pajak.
Berdasar Surat Keputusan Walikota Kepala Daerah Kota Surakarta tanggal 23
Februari 1970 No.259/X.10/Kp.70 tentang Struktur Organisasi Kotamadya Surakarta
termasuk Dinas Kepentingan Umum diganti menjadi bagian dan bagian itu membawahi
urusan-urusan sehingga dalam Dinas Pemerintahan Umum, Urusan Pajak diganti menjadi
Bagian Pajak. Berdasarkan Surat Keputusan Walikota Kepala Daerah Kotamadya
Surakarta tanggal 30 Juni 1972 No.162/Kep/Kdh.IV/Kp.72 tentang Penghapusan Bagian
Pajak dari Dinas Pemerintahan Umum karena bertalian dengan pembentukan Dinas
Baru. Dinas baru tersebut adalah Dinas Pendapatan Daerah yang kemudian sering
disingkat DIPENDA.
Dinas Pendapatan Daerah dipimpin oleh Kepala Dinas yang berkedudukan langsung
dan bertanggung jawab kepada Walikota. Pada saat itu Dinas Pendapatan Daerah dibagi
menjadi empat seksi, yaitu Seksi Umum, Seksi Pajak Daerah, Seksi Pajak Pusat/Propinsi
yang diserahkan kepada Daerah dan Seksi Doleansi/P3 serta Retribusi dan Leges.
Masing-masing seksi dipimpin oleh Kepala Seksi yang dalam menjalankan tugasnya
langsung di bawah pimpinan dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas Pendapatan
Daerah.
Tugas pokok Dinas Pendapatan Daerah waktu itu adalah sebagai pelaksana Walikota
dibidang perencanaan, penyelenggaraan, dan kegiatan dibidang pengelolaan sektor-sektor
yang merupakan sumber pendapatan daerah. Berdasarkan Undang-Undang Darurat No.
11 Tahun 1957 tentang Pajak Daerah, terdapat 13 macam Pajak Daerah di Kota
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Surakarta yang wewenang pemungutan dan pengelolaannya ada pada DIPENDA. Tetapi
saat itu baru 4 macam Pajak Daerah yang dijalankan dan telah ditetapkan dengan
Peraturan Daerah, yaitu dapat disebutkan sebagai berikut:
a. Pajak Pertunjukan yang diatur dalam Peraturan Daerah No.1 Tahun 1992.
b. Pajak Reklame yang diatur dalam Peraturan Daerah No.11 Tahun 1971.
c. Pajak Anjing yang diatur dalam Peraturan Daerah No. 54 Tahun 1953.
d. Pajak Penjualan Minuman Keras yang diatur dalam Peraturan Daerah No. 12 Tahun
1971.
Disamping itu DIPENDA juga bertugas mengelola Pajak Negara yang diserahkan
kepada daerah, yaitu sebagai berikut:
a. Pajak Potong Burung yang diatur dalam Peraturan Daerah No. 6 Tahun 1959.
b. Pajak Pembangunan I yang diatur dalam Peraturan Daerah No.8 Tahun 1960.
c. Pajak Bangsa Asing yang diatur dalam Peraturan Daerah No. 1 Tahun 1970.
d. Pajak Radio yang diatur dalam Peraturan Daerah No. 5 Tahun 1957.
Terbitnya Surat Keputusan Menteri Dalam Negeri No. KUPD 7/12/41-101 Tahun
1978 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Dinas Pendapatan Daerah
Kabupaten/Kotamadya Daerah Tingkat II makin memperjelas keberadaan Dinas
Pendapatan Daerah disesuaikan dengan Keputusan Menteri Dalam Negeri tanggal 26 Mei
1988 No.473-442 tentang Sistem dan Prosedur Perpajakan, Retribusi Daerah, dan
Pendapatan Daerah lainnya telah mengakibatkan pembagian tugas dan fungsi dilakukan
berdasarkan tahapan kegiatan pemungutan pendapatan daerah yaitu pendataan, pemetaan,
pembukuan dan seterusnya. Sistem dan prosedur tersebut dikenal dengan MAPADA
(Manual Pendapatan Daerah). Sistem ini diterapkan di Kotamadya Surakarta dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
terbitnya Peraturan Daerah No.6 Tahun 1990 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja
Dinas Pendapatan Daerah Tingkat II.
Dengan berjalannya waktu penataan pemerintahaan Kota Surakarta kembali
mengalami perbaikan, dengan pertimbangan-pertimbangan yang matang Peraturan
Daerah No. 6 Tahun 1990 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Dinas Pendapatan
Daerah Tingkat II dirubah menjadi Peraturan Daerah No.6 Tahun 2008 tentang
Organisasi Dan Tata Kerja Perangkat Daerah Kota Surakarta. Dalam peraturan baru ini
nama Dinas Pendapatan Daerah (DIPENDA) berubah menjadi Dinas Pendapatan
Pengelolaan Keuangan dan Aset atau yang sering disebut dengan DPPKA. Peraturan
Daerah No. 6 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah Kota
Surakarta ini berlaku mulai tanggal 1 Januari 2009.
Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset dalam melaksanakan tugas
dipimpin oleh seorang Kepala Dinas yang berkedudukan di bawah dan bertanggung
jawab kepada Walikota melalui Sekretaris Daerah. Saat ini Dinas Pendapatan
Pengelolaan Keuangan dan Aset atau DPPKA dibagi kedalam bidang-bidang yang
dipimpin langsung oleh seorang Kepala Dinas. Masing-masing bagian dipimpin oleh
Kepala Bagian atau biasa disebut Kabag yang dalam menjalankan tugasnya langsung di
bawah pimpinan dan langsung bertanggung jawab kepada Kepala Dinas Pendapatan
Pengelolaan Keuangan dan Aset.
2. Kedudukan, Tugas Pokok, dan Fungsi DPPKA
Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset adalah unsur pelaksana
Pemerintah Daerah di bidang pendapatan, pengelolaan keuangan, dan aset daerah yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
dipimpin langsung oleh Kepala Dinas yang berada di bawah dan bertanggung jawab
kepada Walikota Surakarta.
DPPKA Surakarta mempunyai tugas pokok seperti yang tercantum dalam Peraturan
Daerah No. 6 Tahun 2008 Pasal 34 ayat (2) yaitu menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang pendapatan, pengelolaan keuangan dan aset daerah.
Fungsi DPPKA antara lain dapat disebutkan sebagai berikut:
a. Penyelenggaraan kesekretariatan dinas;
b. Penyusunan rencana program, pengendalian, evaluasi, dan pelaporan;
c. Penyelenggaraan pendaftaran dan pendataan wajib pajak dan wajib retribusi;
d. Pelaksanaan perhitungan, penetapan angsuran pajak dan retribusi;
e. Pengelolaan dan pembukuan penerimaan pajak dan retribusi serta pendapatan lain;
f. Pelaksanaan penagihan atas keterlambatan pajak, retribusi dan pendapatan lain;
g. Penyelenggaraan pengelolaan anggaran, perbendaharaan dan akuntansi;
h. Pengelolaan aset barang daerah;
i. Penyiapan penyusunan, perubahan, dan perhitungan anggaran pendapatan dan belanja
daerah;
j. Penyelenggaraan administrasi keuangan daerah;
k. Penyelenggaraan sosialisasi;
l. Pembinaan jabatan fungsional;
m. Pengelolaan Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD).
3. Struktur Organisasi DPPKA
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Struktur organisasi yang baik perlu diterapkan untuk mempermudah dalam
pengawasan manajemen agar pelaksanaan suatu kegiatan dapat berjalan dengan lancar.
Penetapan struktur organisasi yang jelas sangat diperlukan sesuai dengan bagian masing-
masing. Adapun tujuan disusunnya struktur organisasi adalah sebagai berikut:
a. mempermudah dalam pelaksanaan tugas dan pekerjaan,
b. mempermudah pimpinan dalam mengawasi pekerjaan bawahan,
c. mengkoordinasi kegiatan untuk mencapai tujuan yang diharapkan,
d. menentukan kedudukan seseorang dalam fungsi dan kegiatan sehingga mampu
menjalankan tugas yang dibebankan kepadanya.
Adapun susunan organisasi DPPKA Surakarta menurut Peraturan Daerah Nomor 6
Tahun 2008 adalah sebagai berikut:
a. Kepala.
b. Sekretariat membawahi:
1. Subbagian Perencanaan, Evaluasi dan Pelaporan;
2. Subbagian Keuangan;
3. Subbagian Umum dan Kepegawaian.
c. Bidang Pendaftaran, Pendataan dan Dokumentasi, membawahi:
1. Seksi Pendaftaran dan Pendataan;
2. Seksi Dokumentasi dan Pengolahan Data.
d. Bidang Penetapan, membawahi:
1. Seksi Perhitungan;
2. Seksi Penerbitan Surat Ketetapan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
e. Bidang Penagihan, membawahi:
1. Seksi Penagihan dan Keberatan;
2. Seksi Pengelolaan Penerimaan Sumber Pendapatan Lain.
f. Bidang Anggaran, membawahi:
1. Seksi Anggaran I;
2. Seksi Anggaran II.
g. Bidang Perbendaharaan, membawahi:
1. Seksi Perbendaharaan I;
2. Seksi Perbendaharaan II.
h. Bidang Akuntansi, membawahi:
1. Seksi Akuntansi I;
2. Seksi Akuntansi II.
i. Bidang Asset, membawahi:
1. Seksi Perencanaan Aset;
2. Seksi Pengelolaan Aset.
j. Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD).
k. Kelompok Jabatan Fungsional.
Dalam struktur organisasi yang baru ini Sekretariat dipimpin oleh seorang Sekretaris
yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas. Sedangkan
Kelompok Jabatan Fungsional dipimpin oleh seorang Tenaga Fungsional Senior sebagai
Ketua Kelompok dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas. Subbagian masing-
masing dipimpin oleh seorang Kepala Subbagian yang berada di bawah dan bertanggung
jawab kepada Kepala Dinas yang bersangkutan. Untuk bidang masing-masing dipimpin
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
oleh seorang Kepala Bidang atau Kabid yang berada di bawah dan bertanggung jawab
kepada Kepala Dinas yang bersangkutan.
4. Deskripsi Tugas Jabatan
a. Kepala Dinas
Kepala Dinas mempunyai tugas yang cukup berat yaitu melaksanakan urusan
pemerintahan di bidang pendapatan daerah. Uraian tugas seorang Kepala adalah sebagai
berikut:
1. Menyusun rencana strategis dan program kerja tahunan dinas sesuai dengan Program
Pembangunan Daerah,
2. Membagi tugas kepada bawahan sesuai bidang tugas agar tercipta pemerataan tugas,
3. Memberi petunjuk dan arahan kepada bawahan guna kejelasan pelaksanaan tugas.
b. Sekretariat
Sekretariat yang posisinya dibawahi langsung oleh Kepala Dinas mempunyai tugas
melaksanakan administrasi umum, perijinan, kepegawaian, dan keuangan sesuai dengan
kebijakan teknis yang ditetapkan oleh Kepala Dinas. Sekretariat juga bertugas untuk
melaksanakan penyusunan rencana strategis dan program kerja tahunan Dinas,
mengadakan monitoring dan pengendalian serta evaluasi, dan pelaporan sesuai dengan
kebijakan teknis yang ditetapkan oleh Kepala Dinas. Sekretariat membawahi subbagian-
subbagian sebagai berikut:
1. Subbagian Perencanaan, Evaluasi, dan Pelaporan
Subbagian ini mempunyai tugas untuk mengumpulkan, mengolah, dan menyajikan
data sebagai bahan penyusunan rencana strategis dan program kerja tahunan Dinas.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Selain itu juga bertugas sebagai pelaksana/ melaksanakan monitoring dan
pengendalian, analisa dan evaluasi dan serta menyusun laporan hasil pelaksanaan
rencana strategis dan program kerja tahunan Dinas.
2. Subbagian Keuangan
Subbagian Keuangan mempunyai tugas melaksanakan pengelolaan administrasi
keuangan.
3. Subbagian Umum dan Kepegawaian
Subbagian umum dan kepegawaian mempunyai tugas yang cukup banyak yaitu
melaksanakan urusan surat menyurat, kearsipan, penggandaan, administrasi perijinan,
perjalanan dinas, rumah tangga, pengelolaan barang inventaris, pengaturan
penggunaan kendaraan dinas dan perlengkapannya, hubungan masyarakat, sistem
jaringan dokumentasi, informasi hukum, dan administrasi kepegawaian.
c. Bidang Pendaftaran, Pendataan, dan Dokumentasi
Bidang Pendaftaran, Pendataan, dan Dokumentasi mempunyai tugas yang penting
yaitu menyelenggarakan pembinaan dan bimbingan dibidang pendaftaran dan pendataan
serta dokumentasi dan pengolahan data sesuai dengan kebijakan teknis yang ditetapkan
oleh Kepala Dinas. Bidang Pendaftaran, Pandataan, dan Dokumentasi membawahi seksi-
seksi sebagai berikut:
1. Seksi Pendaftaran dan Pendataan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Seksi ini mempunyai tugas melaksanakan pendaftaran, pendataan dan pemeriksaan di
lapangan terhadap Wajib Pajak Daerah (WPD) dan Wajib Pajak Retribusi Daerah
(WRD).
2. Seksi Dokumentasi dan Pengolahan Data
Tugas dari Seksi Dokumentasi dan Pengolahan Data adalah menghimpun,
mendokumentasi, menganalisa dan mengolah data Wajib Pajak Daerah dan Wajib
Pajak Retribusi Daerah.
d. Bidang Penetapan
Bidang Penetapan bertugas menyelenggarakan pembinaan dan bimbingan dibidang
penghitungan, penerbitan Surat Penetapan Pajak dan Retribusi serta penghitungan
besarnya angsuran bagi pemohon sesuai dengan kebijakan teknis yang ditetapkan oleh
Kepala Dinas.
Bidang Penetapan membawahi seksi-seksi sebagai berikut:
1. Seksi Perhitungan
Seksi Perhitungan mempunyai tugas melaksanakan penghitungan dan penetapan
besarnya pajak dan retribusi.
2. Seksi Penerbitan Surat Ketetapan
Seksi Penerbitan Surat Ketetapan mempunyai tugas menetapkan Surat Ketetapan
Pajak (SKP), Surat Ketetapan Retribusi (SKR), dan surat-surat ketetapan pajak
lainnya.
e. Bidang Penagihan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Bidang Penagihan mempunyai tugas menyelenggarakan pembinaan dan bimbingan
dibidang penagihan dan keberatan serta pengelolaan penerimaan sumber pendapatan lain
sesuai dengan kebijakan teknis yang ditetapkan oleh Kepala Dinas. Bidang Penagihan
membawahi seksi-seksi sebagai berikut:
1. Seksi Penagihan dan Keberatan
Tugas yang dipikul adalah melaksanakan penagihan tunggakan pajak daerah, retribusi
daerah dan sumber pendapatan lainnya serta melayani permohonan keberatan dan
penyelesaiannya.
2. Seksi Pengelolaan Penerimaan Sumber Pendapatan Lain
Seksi ini bertugas mengumpulkan data sumber-sumber penerimaan lain diluar pajak
daerah dan retribusi daerah sesuai dengan ketentuan peraturan perundangan yang
berlaku.
f. Bidang Anggaran
Bidang Anggaran ini bertugas untuk membuat rencana anggaran penerimaan pajak,
retribusi, dan rencana pembelanjaan keperluan instansi serta mengatur pengeluaran-
pengeluaran dana yang telah dianggarkan atau direncanakan.
Bidang Anggaran terdiri dari dua seksi yang merupakan satu kesatuan tim kerja, yaitu
sebagai berikut:
1. Seksi Anggaran I;
2. Seksi Anggaran II.
g. Bidang Perbendaharaan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Bidang Perbendaharaan memegang peranan sebagai pemegang dana dalam instansi,
bidang perbendaharaan dibantu oleh dua kelompok seksi, yaitu:
1. Seksi Perbendaharaan I;
2. Seksi Perbendaharaan II.
h. Bidang Akuntansi
Bidang Akuntansi mempunyai tugas sebagai pencatat segala bentuk kegiatan
pendanaan, yang kemudian dibuat laporan sebagai pertanggung jawaban kepada Kepala
Dinas. Bidang Akuntansi membawahi seksi-seksi sebagai berikut:
1. Seksi Akuntansi I;
2. Seksi Akuntansi II.
i. Bidang Aset
Bidang Aset bertugas untuk mencatat dan mengelola semua aset yang dimiliki oleh
Pemerintah Daerah Kota Surakarta.
Bidang Aset membawahi seksi-seksi sebagai berikut:
1. Seksi Perencanaan Aset Seksi ini mempunyai tugas merencanakan dan
mengembangkan semua aset yang dimiliki Pemerintah Daerah Kota Surakarta
sehingga dapat berguna bagi masyarakat dan pemerintah.
2. Seksi Pengelolaan Aset
Seksi ini bertugas sebagai pelaksana rencana yang telah dibuat oleh Seksi
Perencanaan Aset dan juga sebagai pengelola aset-aset tersebut.
j. Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
UPTD bertugas untuk memungut dan mengelola Pajak Retribusi Daerah Kota
Surakarta.
k. Kelompok Jabatan Fungsional
Kelompok ini mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas Kepala Dinas pada
Cabang Dinas di Kecamatan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
E. Tata Kerja DPPKA
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Dalam melaksanakan tugasnya DPPKA Kotamadya II Surakarta mendapatkan
pembinaan teknis fungsional dan DPPKA Tingkat I Jawa Tengah. Dalam melaksanakan
tugasnya Kepala Dinas menerapkan prinsip-prinsip koordinasi, integrasi, sinkronisasi,
dan simplikasi baik dalam lingkungan DPPKA sesuai dengan bidang tugasnya. Kepala
Sekretariat, Kepala Seksi, Kepala Unit Penyuluhan, dan Kepala Unit Pelaksanaan Teknis
Dinas harus menerapkan prinsip-prinsip koordinasi, integrasi, sinkronisasi, dan
simplikasi sesuai dengan bidang tugasnya masing-masing. Kepala Sekretariat, para
Kepala Seksi, dan Kepala Unit Penyuluhan bertanggung jawab memberikan
bimbingan/pembinaan kepada bawahannya serta melaporkan hasil-hasil pelaksanaan
tugasnya menurut herarkis jabatan masing-masing. Kepala Sekretariat, Kepala Seksi,
Kepala Unit Penyuluhan, dan Kepala Unit Pelaksanaan Teknis Dinas bertanggung jawab
kepada Kepala Dinas.
Para Kepala Seksi pada DPPKA bertanggung jawab kepada Kepala Bagian
Sekretariat/Kepala Bagian yang membidanginya. Kepala Dinas, Kepala Sekretariat, dan
Kepala Seksi di lingkungan DPPKA Kotamadya Dati II Surakarta diangkat dan
diberhentikan oleh Gubernur Kepala Daerah Tingkat II Surakarta. Kepala Urusan, Kepala
Seksi, dan Kepala Unit Penyuluhan di lingkungan DPPKA Kotamadya Daerah Tingkat II
Surakarta diangkat dan diberhentikan oleh Walikotamadya Kepala Daerah Tingkat II
Surakarta.
F. Visi Misi DPPKA
a. Visi DPPKA
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Visi DPPKA adalah mewujudkan peningkatan pendapatan daerah yang optimal untuk
mendukung penyelenggaraan Pemerintah Kotamadya Daerah Tingkat II Surakarta.
b. Misi DPPKA
Misi DPPKA adalah sebagai berikut:
1. Menggali sumber pajak dan retribusi tiada henti.
2. Meningkatkan pendapatan daerah tiada kenal menyerah.
3. Mengutamakan kualitas pelayanan ketertiban.
(DPPKA)
B. LATAR BELAKANG MASALAH
Dengan berlakunya Undang-Undang No 32 tahun 2004 tentang Pemerintah sebagai
pengganti dari UU No 22 tahun 1999 Otonomi Daerah diartikan sebagai hak, wewenang,
dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan
pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-
undangan (Suryono dkk, 2007).
Dalam menjalankan pemerintahan dan pembangunan, saat ini diperlukan strategi
yang baik untuk menunjang pembangunan daerah. Diantaranya mengumpulkan segenap
potensi dari sumber-sumber penerimaan daerah. Berdasarkan Undang-Undang No 25
Tahun 1999 disebutkan bahwa sumber penerimaan daerah antara lain berupa: Pendapatan
Asli Daerah, Pinjaman Daerah, Lain-Lain penerimaan yang sah. Salah satu unsur dalam
pendapatan daerah yang mempunyai prosentase yang besar bagi peningkatan pendapatan
daerah adalah pajak.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Pemerintah membuat kebijaksanaan dengan ditetapkannya Undang-Undang No 34
Tahun 2000 tentang perubahan atas Undang-Undang Republik Indonesia No 18 Tahun
1997 tentang pajak daerah dan retribusi daerah, yang mengandung maksud bahwa pajak
daerah dan retribusi daerah juga merupakan salah satu sumber Pendapatan Asli Daerah
(PAD) dan agar pemerintah daerah dapat mengurusi kepentingan daerahnya dengan
otonomi daerah. Dalam rangka peningkatan PAD, pajak daerah diharapakan menjadi
salah satu sumber pembiayaan penyelenggaraan pemerintah dan pembangunan daerah.
Pajak daerah ditempatkan sebagai salah satu perwujudan kewajiban kenegaraan yang
merupakan sarana peran serta dalam pembiayaan dalam pembangunan daerah yang nyata,
dinamis, dan bertanggungjawab dengan titik berat pada kota/kabupaten. Salah satunya
adalah dengan mengoptimalisasi pendapatan dari sektor pajak (Pratiwi, 2010).
Untuk membiayai pembangunan, pemerintah pada saat ini memerlukan sumber
pembiayaan yang memadai, terutama harus bersumber pada kemampuan dalam negeri
yakni dari sektor pajak. Untuk itu maka pemerintah membuat Undang-Undang Bea
Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (UU BPHTB No.20 Tahun 2000) dengan tujuan
untuk menambah penerimaan negara pada kegiatan pendaftaran tanah yang diatur dalam
Peraturan Pemerintah No.10/1961 yang telah diubah dan disempurnakan dengan
Peraturan Pemerintah No.24/1997. Dipilihnya self assessment dalam pemungutan pajak
dengan pertimbangan karena biaya pemungutan relatif kecil, dan kepada wajib pajak
diberi kewenangan, kepercayaan, serta tanggung jawab untuk menghitung, membayar
dan melaporkan sendiri, besarnya pajak yang harus dibayar ke Kantor Pelayanan Pajak
Bumi dan Bangunan. Dengan tata cara ini maka kegiatan pemungutan diletakkan pada
aktivitas masyarakat sendiri (Sanyoto, 2002).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BPHTB merupakan salah satu unsur dari pajak daerah yang diharapkan memiliki
kontribusi yang besar bagi pendapatan daerah. BPHTB adalah salah satu sumber PAD
yang baru bagi pemerintah kota/kabupaten khususnya Kota Solo. Pemungutan BPHTB
oleh Dinas Pengelolaan, Pendapatan, Keuangan dan Aset Pemerintah Kota Surakarta baru
dilakukan dalam tahun ini, karena sebelumya Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan
Bangunan ini adalah pajak yang dipungut oleh Negara yang menggantikan Ordonaso Bea
Balik Nama Staatsblad 1924 No 291(Mardiasmo,2008). Belum diketahui potensi yang
dimiliki oleh BPHTB ini, karena pengelolaan oleh Pemerintah Kota Solo baru dilakukan
dalam tahun ini.
Pelimpahan pengelolaan Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB)
dari pusat ke pemerintah kota ini diatur dalam Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009
tentang Pendapatan Daerah dan Retribusi Daerah, dan dilakukan mulai 1 Januari 2011.
BPHTB adalah pajak yang dikenakan atas perolehan hak atas tanah dan atau bangunan
yang selanjutnya disebut pajak, atau perbuatan atau peristiwa hukum yang
mengakibatkan diperolehnya hak atas dan atau bangunan oleh orang pribadi atau badan
(Wiryosaputro, 2007).
Awalnya BPHTB adalah pajak daerah yang dikelola oleh propinsi, dan daerah hanya
mendapat pemasukan melalui bagi hasil, setelah keluar Undang-Undang Nomor 28
Tahun 2009 tentang Pendapatan Daerah dan Retribusi Daerah maka pengelolaan BPHTB
diserahkan sepenuhnya kepada Pemerintah Daerah. Mulai dari pemungutan hingga
pengelolaannya.
Karena masih dalam masa transisi, termasuk pembenahan sistem pascaperalihan,
pembayaran di Dinas Pengelolaan Pendapatan Keuangan dan Aset (DPPKA) masih
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
dilayani di satu loket. Masyarakat atau wajib pajak belum bisa melakukan pembayaran
secara online di bank-bank maupun kantor pos seperti sebelumnya ketika masih dipegang
kantor pajak.
Belum semua daerah di Indonesia siap dalam memungut BPHTB secara mandiri.
Sampai November 2010, baru 17 daerah yang siap melakukan penarikan Biaya Perolehan
Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB). Jumlah ini baru mewakili 10% dari 450
kabupaten/kota.
Atas dasar latar belakang yang telah diuraikan di atas, penulis tertarik untuk
mengambil judul “EVALUASI KESIAPAN PEMERINTAH KOTA SURAKARTA
DALAM PEMUNGUTAN BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN
BANGUNAN (BPHTB)”
C. RUMUSAN MASALAH
Dari Gambaran umum objek penelitian di atas, maka untuk memudahkan penyusunan
tugas akhir ini, penulis mencoba merumuskan masalah:
1. Persiapan apa saja yang sudah dilakukan oleh Pemerintah Kota Surakarta?
2. Bagaimanakah prosedur pemungutan BPHTB di Kota Surakarta?
3. Apa sajakah hambatan dalam pemungutan BPHTB oleh Pemerintah Kota Surakarta?
4. Apa sajakah upaya yang dilakukan Pemerintah Kota Surakarta dalam mengatasi
hambatan yang terjadi dalam pemungutan BPHTB?
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
D. TUJUAN PENELITIAN
Berdasarkan latar belakang masalah dan rumusan masalah, maka tujuan yang ingin
dicapai dalam penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui persiapan-persiapan yang sudah dilakukan oleh Pemerintah Kota
Surakarta.
2. Untuk mengetahui prosedur pemungutan BPHTB di Kota Surakarta.
3. Untuk mengetahui hambatan dalam pengelolaan BPHTB di Kota Surakarta.
4. Untuk mengetahui upaya-upaya yang dilakukan Pemerintah Kota Surakarta dalam
mengatasi hambatan dalam pemungutan BPHTB.
E. MANFAAT PENELITIAN
Suatu penelitian akan lebih bernilai jika memberi manfaat bagi beberapa pihak.
Adapun manfaat yang ingin diambil dari penelitian ini adalah:
1. Bagi penulis
Sebagai sarana untuk mengetahui lebih dalam dan mempelajari secara praktek ilmu
mengenai BPHTB yang diperoleh selama di bangku kuliah.
2. Bagi objek penelitian
Penelitian ini diharapkan menjadi masukan bagi Dinas Pengelolaan Pendapatan,
Keuangan, dan Aset Daerah Kota Surakarta agar lebih inovatif dalam pemungutan
BPHTB.
3. Bagi pihak lain
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Penelitian ini diharapkan dapat menginformasikan kepada pembaca mengenai
pembayaran BPHTB dan sebagai bahan masukan untuk mengembangkan kembali
penelitian sejenis di masa yang akan datang.
F. METODE PENULISAN
1. Sumber Data
Menurut Loefland dalam buknya Moleong (2002) menyatakan bahwa sumber data
yang pertama dalam penelitian kualitatif adalah kata-kata dan tindakan yang
selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain.
a. Sumber data berasal dari:
1) Data primer
2) Data sekunder
2. Teknik Pengumpulan Data:
a. Observasi/ pengamatan
Cara pengambilan data dengan menggunakan mata tanpa ada pertolongan alat
standar lain untuk keperluan tersebut (Nazir, 1983).
Penulis mengambil data dengan cara terjun langsung ke lapangan dan mengamati
bagaiman proses pemungutan BPHTB di kawasan Surakarta.
b. Interview/ wawancara
Cara mencari informasi atau keterangan yang diperoleh langsung dari responden
atau informan dengan cara tatap muka dan bercakap-cakap (Nazir, 1983)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Penulis memperoleh informasi mengenai BPHTB dengan jalan langsung bertatap
muka dengan pihak yang terkait.
BAB II ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. LANDASAN TEORI
a. Pengertian Pajak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Pengertian pajak menurut Soemitro dalam bukunya Dasar-dasar Hukum Pajak dan
Pajak Pendapatan (1990) adalah iuran rakyat kepada kas Negara berdasarkan undang-
undang (yang dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal (kontra prestasi),
yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran
umum.
Pajak adalah iuran kepada Negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang
wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan, dengan tidak mendapat prestasi
kembali, yang langsung dapat ditunjuk, dan yang gunanya adalah untuk membiayai
pengeluaran-pengeluaran umum berhubung dengan tugas Negara yang
menyelenggarakan pemerintahan (Brotodiharjo, 1991).
Pajak menurut Prof S.I Djajadiningrat adalah pajak sebagai suatu kewajiban
menyerahkan sebagian daripada kekayaan kepada Negara disebabkan suatu keadaan,
kejadian, dan perbuatan yang memberikan kedudukan tertentu, tetapi bukan sebagai
hukuman. Menurut peraturan-peraturan yang ditetapkan pemerintah serta dipaksakan,
tetapi tidak ada jasa balik dari Negara secara langsung, untuk memlihara kesejahteraan
umum (Munawir, 2003)
A. Fungsi Pajak menurut Suandy dalam bukunya Hukum Pajak (2008):
1. Fungsi Budgeteir/Finansial
Memasukkan uang sebanyak-banyaknya ke kas Negara, dengan tujuan untuk
membiayai pengeluaran-pengeluaran Negara.
2. Fungsi Regulerend/Mengatur
Pajak digunakan sebagai alat untuk baik masyarakat baik dibidang ekonomi,
sosial, maupun politik dengan tujuan tertentu.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
B. Penggolongan Pajak menurut Ilyas dan Burton dalam Hukum Pajak (2010) dibagi
menjadi 3 golongan:
1. Menurut Sifatnya:
a) Pajak Langsung: pajak-pajak yang bebannya harus dipikul sendiri oleh Wajib
Pajak (WP) dan tidak dapat dilimpahkan kepada orang lain serta dikenakan
secata berulang-ulang pada waktu-waktu tertentu, misalnya PPh.
b) Pajak Tidak Langsung: pajak yang bebannya dapat dilimpahkan kepada orang
lain dan hanya dikenakan pada hal-hal tertentu atau peristiwa-peristiwa
tertentu saja, misalnya Pajak Pertambahan Nilai.
2. Menurut Sasaran/Objeknya:
a) Pajak Subjektif: jenis pajak yang dikenakan dengan pertama-tam
memperhatikan keadaan pribadi WP (subjeknya). Setelah diketahui keadaan
subjeknya barulah diperhatikan keadaan objektifnya sesuai gaya pikul, apakah
dapat dikenakan pajak atau tidak, misalnya PPh.
b) Pajak Objektif: jenis pajak yang dikenakan dengan pertama-tama
memperhatikan/ melihat objeknya, baik berupa keadaan perbuatan atau
peristiwa yang menyebabkan timbulnya kewajiban membayar pajak. Setelah
diketahui objeknya, barulah dicari subjeknya yang mempunyai hubungan
hokum dengan objek yang telah diketahui, misalnya Pajak Pertambahan Nilai.
3. Menurut Lembaga Pemungutannya
a) Pajak Pusat: jenis pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat yang dalam
pelaksanaannya dilakukan oleh Departemen Keuangan cq. Direktorat Jenderal
Pajak. Hasil dari pemungutan pajak pusat dikumpulkan dan dimasukkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
sebagai bagian dari penerimaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
(APBN).
b) Pajak Daerah: jenis pajak yang dipungut oleh Pemerintah Daerah yang dalam
pelaksanaannya sehari-hari dilakukan oleh Dinas Pendapatan Daerah
(DIPENDA). Hasil dari pemungutan pajak daerah dikumpulkan dan
dimasukkan sebagai bagian dari penerimaan Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah (APBD).
C. System Pemungutan Pajak menurut wirawan B Ilyas dan Richard Burton dalam
bukunya Hukum Pajak (2010)
1. Official assessment system
Suatu system pemungutan pajak yang member wewenang kepada pemungut pajak
(fiskus) untuk menentukan besarnya pajak yang harus dibayar (pajak yang
terutang) oleh seseorang.
2. Semiself assessment system
Suatu system pemungutan pajak yang member wewenang pada fiskus dan WP
untuk menentukan besarnya pajak seseorang yang terutang.
3. Self assessment system
Suatu system pemungutan pajak yang member wewenang penuh kepada WP
untuk menghitung, memperhitungkan, menyetorkan dan melaporkan sendiri
besarnya utang pajak.
4. Withholding system
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Suatu system pemungutan pajak yang memberi wewenang pada pihak ketiga
untuk memotong/memungut besarnya pajak yang terutang. Pihak ketiga yang
telah ditentukan tersebut selanjutnya menyetorkan dan melaporkannya kepada
fiskus. Pada system ini, fiskus dan WP tidak aktif. Fiskus hanya bertugas
mengawasi saja pelaksanaan pemotongan/pemungutan yang dilakukan oleh pihak
ketiga.
D. Teori yang mendukung pemungutan pajak:
Beberapa teori yang mendukung hak Negara untuk memungut pajak dari rakyatnya
adalah:
1. Teori asuransi
Termasuk dalam tugas Negara untuk melindungi rakyat dan segala
kepentingannya keselamatan dan keamanan jiwa, dan juga harta bendanya.
2. Teori kepentingan
Pembagian beban harus didasarkan atas kepentingan orang masing-masing dalam
tugas-tugas pemerintah, termasuk perlindungan atas jiwa orang-orang itu beserta
harta bendanya.
3. Teori gaya pikul
Teori ini menekankan pada asas keadilan, bahwa pajak harus sama beratnya untuk
setiap orang. Pajak harus dibayar menurut daya pikul seseorang.
4. Teori kewajiban pajak mutlak atau teori bakti
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Teori ini mendasarkan pada paham Organische Staatsleer. Paham ini
mengajarkan bahwa karena sifat suatu Negara, maka timbullah hak mutlak untuk
memungut pajak.
5. Teori asas daya beli
Menurut teori ini, fungsi pemungutan pajak disamakan dengan pompa. Yaitu
mengambil daya beli dari rumah tangga dalam masyarakat untuk rumah tangga
Negara, dan kemudian menyalurkannya kembali ke masyarakat dengan maksud
untuk memelihara hidup masyarakat dan untuk membawanya kearah tertentu.
E. Asas pemungutan pajak:
Terdapat tiga asas pemungutan pajak:
1. Asas domisili (asas tempat tinggal)
Asas ini menyatakan bahwa Negara berhak mengenakan pajak atas seluruh
penghasilan wajib pajak yang bertempat tinggal di wilayahnya, baik penghasilan
yang berasal dari dalam negeri maupun penghasilan yang berasal dari luar negeri.
2. Asas sumber
Asas ini menyatakan bahwa Negara berhak mengenakan pajak atas penghasilan
yang bersumber di wilayahnya tanpa memerhatikan tempat tinggal wajib pajak.
3. Asas kebangsaan
Asas ini menyatakan bahwa pengenaan pajak dihubungkan dengan kebangsaan
suatu Negara (Resmi, 2005)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
b. Pengertian Pajak Daerah
Pajak daerah adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah dan digunakan
untuk membiayai rumah tangga daerah.(Waluyo, dan Ilyas, 2003)
Menurut Undang-Undang No 34 Tahun 2000, Pajak Daerah adalah iuran wajib yang
dilakukan oleh orang pribadi atau badan kepada daerah tanpa imbalan langsung yang
seimbang. Pajak daerah dapat dipaksakan berdasar peraturan perundang-undangan yang
berlaku, yang mana hasilnya dipergunakan untuk membiayai penyelenggaraan
pemerintahan daerah dan pembangunan daerah (Syafiqurrahman, dan Haryani, 2007).
c. Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB)
Pengertian BPHTB menurut Suandy dalam bukunya Hukum Pajak (2008)
a. Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan adalah pajak yang dikenakan atas
perolehan hak atas tanah dan bangunan yang selanjutnya disebut pajak.
b. Perolehan hak atas tanah dan/atau bangunan adalah perbuatan atau peristiwa hukum
yang mengakubatkan diperolehnya hak atas tanah dan/atau bangunan orang pribadi
atau badan.
c. Hak atas tanah adalah hak atas tanah sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang
No 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria dan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
Dasar hukum yang mengatur pengenaan BPHTB adalah UU No 20/2000 tentang
perubahan atas UU No 21/1997 tentang BPHTB.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BPHTB adalah pajak yang dibayar dalam rangka dan merupakan bagian dari biaya
pengeluaran untuk memperoleh hak atas tanah dan/atau bangunan. (Widyastuti, 2010)
Besarnya pokok BPHTB yang terutang:
Tariff x (Dasar Pengenaan BPHTB-Nilai Perolehan Obyek Pajak Tidak Kena
Pajak)
Nilai perolehan obyek pajak tidak kena pajak (NPOPTKP):
a. Besarnya NPOPTKP ditetapkan paling rendah sebesar Rp 60.000.000 untuk setiap
wajib pajak.
b. Besarnya NPOPTKP dalam hal perolehan hak karena waris atau hibah wasiat yang
diterima orang pribadi yang masih dalam hubungan keluarga sedarah dalam garis
keturunan lurus satu derajat ke atas atau satu derajat ke bawah dengan pemberi hibah
wasiat, termasuk suami/istri, NPOPTKP ditetapkan paling rendah Rp 300.000.000
c. NPOPTKP ditetapkan dengan Peraturan Daerah.
Menurut aturan mengenai BPHTB dalam Undang-Undang No 28 Tahun 2009 tentang
Pajak Daerah dan Retribusi Daerah yang menjadi obyek pajak BPHTB adalah perolehan
hak atas tanah dan/atau bangunan.
A. Pemindahan hak atas tanah dan/atau bangunan meliputi:
a. Pemindahan hak karena:
1. Jual beli
2. Tukar menukar
3. Hibah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4. Hibah wasiat
5. Waris
6. Pemasukan dalan perseroan atau badan hukum lainnya
7. Pemisahan hak yang mengakibatkan peralihan
8. Penunjukkan pembeli dalam lelang
9. Pelaksanaan putusan hakim yang mempunyai kekuatan hukum tetap
10. Penggabungan usaha
11. Peleburan usaha
12. Pemekaran usaha
13. Hadiah
b. Pemberian hak baru karena:
1. Kelanjutan pelepasan hak
2. Diluar pelepasan hak
Hak guna atas tanah adalah hak milik, hak guna usaha, hak guna bangunan, hak
pakai, hak milik atas satuan rumah susun dan hak pengelolaan.
B. Obyek pajak yang dikecualikan dalan BPHTB:
1. Perwakilan diplomatik dan konsulat berdasarkan asas perlakuan timbal balik
2. Negara untuk penyelenggaraan pemerintah dan atau unyuk pelaksanaan
pembangunan guna kepentingan umum
3. Badan atau perwakilan lembaga internasional yang ditetapkan dengan Peraturan
Menteri Keuangan dengan syarat tidak menjalankan usaha atau kegiatan lain
diluar fungsi dan tugas badan atau perwakilan organisasi tersebut
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4. Orang pribadi atau badan karena konversi hak atau karene perbuatan hukum lain
dengan tidak adanya perubahan nama
5. Orang pribadi atau badan karena wakaf
6. Orang pribadi atau badan yang digunakan untuk kepentingan ibadah
7. Yang menjadi subjek pajak BPHTB adalah orang pribadi atau badan yang
memperoleh Hak Atas Tanah dan/atau Bangunan. Wajib Pajak BPHTB adalah
orang pribadi atau badan yang yang memperoleh Hak atas Tanah dan/atau
Bangunan.
(Undang-Undang No 28 tahun 2009)
B. PEMBAHASAN
1. Persiapan yang sudah dilakukan oleh Pemerintah Kota Surakarta
BPHTB adalah pajak yang dikenakan terhadap perolehan hak atas tanah dan atau
bangunan yang selanjutnya disebut pajak, atau perbuatan atau peristiwa hukum yang
mengakibatkan diperolehnya hak atas tanah dan atau bangunan oleh orang pribadi atau
badan (Wiryosaputro, 2007)
Awalnya BPHTB adalah pajak daerah yang dikelola oleh propinsi, sedangkan daeran
hanya mendapat pemasukan melalui bagi hasil. Setelah keluar Undang-Undang Nomor
28 tahun 2009 tentang Pendapatan Daerah dan Retribusi Daerah, maka pengelolaan
BPHTB diserahkan sepenuhnya kepada pemerintah daerah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BPHTB sepenuhnya dialihkan ke Kabupaten/ Kota mulai tanggal 1 Januari 2011,
sehingga Undang-Undang No 21 tahun 2007 tentang BPHTB Stdd Undang-Undang
Nomor 20 tahun 2000 (UU BPHTB) berlaku paling lama satu tahun sejak
diberlakukannya Undang-Undang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (PDRD).
Pemerintah Kota Surakarta sudah menyiapakan Perda (Peraturan Daerah) Nomor 13
tahun 2010 sebagai dasar hukum yang menguatkan pelaksanaan pemungutan BPHTB
oleh Pemerintah Kota Surakarta. Selain itu Pemerintah Kota juga sudah menyiapkan
Perwali (Peraturan Walikota) yang berisi mengenai ketentuan lebih lanjut mengenai tata
cara pembayaran, penyetoran, dan tempat pembayaran BPHTB. Namun Perwali sendiri
hingga saat ini masih dalam proses persiapan.
Perwakilan-perwakilan Pemerintah Kota Surakarta juga sudah dikirim untuk
mengikuti diklat yang diadakan di balai perpajakan Jogjakarta. Hal ini dilakukan untuk
menyiapkan personil Pemerintah Kota Surakarta agar dalam pemungutannya tidak
dilakukan secara sembarangan, melainkan sudah ada yang mengerti proses dan cara-cara
pemungutannya. Perwakilan Pemerintah Kota Surakarta tidak hanya mengikuti diklat,
namun juga mengikuti test yang diadakan untuk melengkapi rangkaian kegiatan yang
diadakan balai perpajakan Jogjakarta. Sehingga dengan tes tersebut dapat terlihat
seberapa siap perwakilan tersebut mengaplikasikan apa yang sudah diterima dalam
pelatihan kedalam pemungutan yang diselenggarakan oleh Pemerintah Kota masing-
masing yang dalam hal ini Pemerintah Kota Surakarta.
Pemerintah Kota Surakarta sendiri telah pula menyiapkan hardware dan software
yang digunakan untuk menunjang saat pembayaran dan pelaporan yang dilakukan oleh
masyarakat sebagai wajib pajak (WP). Misalnya mempersiapakan SSPD BPHTB (Surat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Setoran Pajak Daerah Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan) yang digunakan
untuk menyetor BPHTB. Disamping itu, dipersipakan pula software komputer yang
digukan untuk menginput data penyetor pajak BPHTB yang kemudian di akhir tahun
akan digunakan untuk laporan realisasi pendapatan pajak BPHTB dan dijadikan bahan
untuk menetapkan target di tahun berikutnya.
2. Prosedur pemungutan BPHTB di Kota Surakarta
Karena masih dalam masa transisi, termasuk pembenahan sistem pascaperalihan,
pembayaran di Dinas Pengelolaan Pendapatan Keuangan dan Aset (DPPKA) masih
dilayani di satu loket. Masyarakat atau wajib pajak belum bisa melakukan pembayaran
secara online di bank-bank maupun kantor pos seperti sebelumnya ketika masih dipegang
kantor pajak.
Pemungutan BPHTB menggunakan self assesment system yaitu menghitung,
memperhitungkan, menyetorkan dan melaporkan sendiri besarnya utang pajak dan
bersifat real time.
Langkah-langkah yang harus dilakukan wajib pajak adalah menghitung sendiri
besarnya pajak yang akan dibayarkan, dalam hal ini penghitungan didasarkan oleh harga
perolehan pada transaksi yang terjadi. Kemudian wajib pajak menulis hasil penghitungan
kedalam SSPD BPHTB (Surat Setoran Pajak Daerah BPHTB). Selain di CSO,
Pemerintah Kota Surakarta juga sudah bekerja sama dengan Perhimpunan Notaris
Surakarta, sehingga SSPD BPHTB juga dapat diambil di notaris-notaris yang ada di
Surakarta. Hal ini mempermudah masyarakat selaku wajib pajak dalam pengisian SSPD
BPHTB karena dalam pengisian wajib pajak mendapat bantuan dari notaris. Setelah
pengisian SSPD BPHTB dilakukan lalu wajib pajak langsung ke kantor kas daerah di
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
DPPKA untuk membayar pajak BPHTB terutang yang telah dihitung sendiri. Lalu wajib
pajak ke CSO untuk pengecekan berkas-berkas yang diperlukan dalam pembayaran
BPHTB. Dari CSO berkas-berkas dan SSPD BPHTB lalu masuk ke dafda (Pendaftaran
dan Pendataan) untuk di input data. Langkah berikutnya adalah berkas dimasukkan ke
bidang penetapan untuk pengecekan data, pada langkah ini dapat pula dilakukan cek
lapangan jika dirasa perlu. Di bidang penetapan juga dilakukan validasi untuk
menentukan adanya kurang atau lebih bayar dalam perhitungan yang dilakukan oleh
wajib pajak. Apabila telah dilakukan validasi, maka berkas-berkas yang tadi disampaikan
ke penetapan kemudian disampaikan kembali kepada wajib pajak yang kemudian berkas-
berkas SSPD BPHTB menjadi syarat untuk mengurus balik nama ke Badan Pertanahan
Nasional (BPN).
3. Hambatan yang dialami dalam pemungutan BPHTB oleh Pemerintah Kota
Surakarta
Di dalam pemungutan BPHTB ada beberapa kendala yang dialami oleh Pemerintah
Kota Surakarta, salah satunya adalah kurangnya kesadaran wajib pajak dalam
melaporkan data yang sebenarnya. Banyak sekali ditemukan wajib pajak yang
melaporkan pajak BPHTB tidak sesuai dengan kenyataan yang ada. Disamping itu wajib
pajak juga tidak jujur dalam menuliskan nilai perolehan yang ditetapkan. Oleh sebab itu
Pemerintah Kota Surakarta membutuhkan banyak personil untuk mengecek kondisi
lapangan apakah yang dilaporkan oleh wajib pajak sudah benar atau belum. Namun
kondisi ini juga menyebabkan hambatan dalam Pemerintah Kota Surakarta sendiri,
karena personil yang diterjunkan masih kurang. Karena itu pengecekan lapangan masih
belum optimal sehingga berpengaruh pada pendapatan Pemerintah Kota Surakarta yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
kurang maksimal. Selain personil yang kurang, Pemerintah Kota Surakarta juga belum
memiliki peralatan-peralatan yang digunakan untuk pengecekan di lapangan, sehingga
untuk mengecek kebenaran ukuran di lapangan Pemerintah Kota Surakarta masih harus
meminta tolong kepada pihak swasta.
Pemungutan pajak BPHTB oleh Pemerintah Daerah juga belum disertai dengan
sosialisasi yang cukup oleh Pemerintah Pusat, sehingga belum banyak Wajib Pajak yang
mengetahui peralihan pemungutan pajak BPHTB.
4. Upaya yang dilakukan Pemerintah Kota Surakarta dalam mengatasi hambatan
yang terjadi dalam pemungutan BPHTB
Kurangnya kesadaran wajib pajak dalam melaporkan data dan nilai perolehan dapat
diatasi dengan pengechekan langsung yang dilakukan oleh personil dari Pemerintah Kota
Surakarta. Perwakilan dari Pemerintah Kota Surakarta dapat melihat langsung kebenaran
yang dilaporkan oleh wajib pajak. Untuk mengetahui besarnya nilai perolehan saat terjadi
transaksi jual beli Pemerintah Kota Surakarta dapat mencari data dari warga sekitar
tempat obyek pajak tersebut. Disamping itu, Pemerintah Kota Surakarta mulai
menyiapkan personil-personil lapangan yang dibutuhkan untuk memaksimalkan potensi
pendapatan Pemerintah Daerah.
BAB III
TEMUAN
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Pajak BPHTB merupakan pajak yang relative baru bagi Pemerintah Kota Surakarta.
Karena sebelumnya merupakan pajak yang ditarik oleh pajak pusat, sedangkan Pemerintah Kota
Surakarta sendiri hanya memperoleh pendapatan dari bagi hasil. Berdasar analisis dan
pembahasan yang telah dilakukan, penulis menemukan beberapa kelebihan dan kelemahan
antara lain:
A. Kelebihan
1. Pendapatan Pemerintah Kota Surakarta dari sektor pajak BPHTB lebih tinggi, karena
pendapatan dari pajak BPHTB 100% masuk kedalam pendapatan daerah.
2. Mempermudah WP yang akan melakukan balik nama sertifikat tanah, karena
pemungutan pajak dilakukan oleh Pemerintah Daerah sehingga tidak membutuhkan
waktu yang lama dalam pengurusan pajak BPHTB
B. Kelemahan
1. Pengeluaran Pemerintah Kota Surakarta dalam mempersiapkan pemungutan pajak
BPHTB oleh Pemerintah Kota Surakarta lebih besar.
2. Peralatan yang belum memadai menghambat optimalisasi pemugutan pajak BPHTB.
3. Masih ada wajib pajak yang curang dalam melaporkan data di lapangan untuk
perhitungan pajak BPHTB.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4. Masih ada persekongkolan antara wajib pajak dengan notaris untuk menghindari
pembayaran BPHTB.
5. Pembayaran pajak BPHTB baru dilayani di satu kasir yaitu di kas daerah
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Berdasarkan penelitian, analisis, dan pembahasan serta keterangan dari Dinas
Pengelolaan Pendapatan Keuangan dan Aset Kota Surakarta dapat diambil kesimpulan
sebagai berikut:
1. Persiapan-persiapan yang telah dilakukan oleh Pemerintah Kota Surakarta sudah
mulai dijalankan, tetapi masih perlu pembenahan dan penambahan-penambahan
dalam banyak hal.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2. Meskipun pendapatan yang diterima oleh Pemerintah Kota Surakarta lebih tinggi
dibanding saat pemungutan dilakukan oleh Pemerintah Pusat, namun pendapatan
yang diterima masih belum optimal karena data yang dilaporkan tidak benar.
3. Pembayaran pajak BPHTB hanya dilayani di satu kasir, sehingga mempersulit wajib
pajak dalam membayar pajak BPHTB, ditakutkan ketika banyak wajib pajak yang
datang untuk membayar terjadi antrean yang panjang.
B. SARAN
Dengan danya kelemahan-kelemahan, penulis mengajukan saran sebagai berikut:
1. Pemerintah Kota Surakarta mulai memikirkan penambahan personil di bagian
lapangan. Karena banyaknya wajib pajak yang kurang sadar dalam melaporkan data-
data yang sebenarnya kepada fiskus.
2. Melakukan pengadaan peralatan-peralatan yang digunakan untuk pengechekan
lapangan, sehingga pendapatan yang diterima Pemerintah Kota Surakarta lebih
optimal karena tidak menggunakan tenaga dari swasta.
3. Melakukan pengechekan lapangan sesering mungkin, sehingga mengurangi tingkat
kecurangan yang dilakukan oleh wajib pajak.
4. Bekerja sama dengan pihak tertentu sehingga mempermudah pembayaran pajak
BPHTB. Misalnya dengan membuka kasir di UPTD atau bank, sehingga pembayaran
dapat dilakukan di tempat-tempat yang mudah di jangkau.