optimasi asam fumarat dan natrium bikarbonat … fileoptimasi asam fumarat dan natrium bikarbonat
TRANSCRIPT
OPTIMASI ASAM FUMARAT DAN NATRIUM BIKARBONAT
SEBAGAI EKSIPIEN PADA PEMBUATAN GRANUL
EFFERVESCENT EKSTRAK TEH HIJAU (Camellia sinensis L.)
DENGAN METODE GRANULASI BASAH
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)
Program Studi Ilmu Farmasi
Oleh :
Eva Lusiana
NIM : 058114091
FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA 2009
ii
OPTIMASI ASAM FUMARAT DAN NATRIUM BIKARBONAT
SEBAGAI EKSIPIEN PADA PEMBUATAN GRANUL
EFFERVESCENT EKSTRAK TEH HIJAU (Camellia sinensis L.)
DENGAN METODE GRANULASI BASAH
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)
Program Studi Ilmu Farmasi
Oleh :
Eva Lusiana
NIM : 058114091
FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA 2009
Skripsi
OPTIMASI ASAM FUMARAT DAN NATRIUM BIKARBONAT
SEBAGAI EKSIPIEN PADA PEMBUATAN GRANUL EFFERWSCENT
EKSTRAK TEH IIIJAU {Camellia sinensis L.) DENGAF{ METODE
GRANULASI BASAII
Yang diajukan oleh:
Eva Lusiana
NIM:058114091
telah disetujui oleh
(AgathaBudi Susiana Lestari, M.Si., Apt.)
111
Pembimbing
1009
Pengesahan Skripsi Berjudul
OPTIMASI ASAM FUMARAT DAN NATRIUM BIKARBONAT
SEBAGAI EKSIPIEN PADA PEMBUATAI\ GRANAL EFFERWSCENT
EKSTRAK TEH HIJAU (Camellia sinensis L.) DENGAN METODE
GRANTILASI BASAH
Oleh:Eva Lusiana
NIM:058114091Dipertahankan di hadapan Panitia Penguji Skripsi
Fakultas FarmasiUniversitas Sanata Dharma
padatanggal:28 Januari 2009
MengetahuiFakultas Farmasi
(Agatha Budi Susiana Lestari, M.Si., Apt.)
PanitiaPenguji:
1. Agatha Budi Susiana Lestari, M.Si., Apt.
2. Yohanes Dwiatmaka M.Si.
3. Dewi Setyaningsih, M.Sc., Apt.
lv
, M.Si., Apt.)
.4. . . . . . . . . ,
v
Sebab Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang
ada pada-Ku mengenai kamu, demikianlah firman Tuhan,
yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan
kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan yang
penuh harapan.
(Yeremia 29 : 11)
Karya ini kupersembahkan untuk :
Jesus Christ
Keluargaku
Teman-temanku
dan almamaterku
vi
vii
PRAKATA
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa
atas segala berkat, kasih karunia, dan penyertaan-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi berjudul “Optimasi Asam Fumarat dan Natrium Bikarbonat
sebagai Eksipien pada Pembuatan Granul Effervescent Ekstrak Teh Hijau
(Camellia sinensis L.) dengan Metode Granulasi Basah” dengan baik sebagai
salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana Farmasi di Fakultas Farmasi
Program Studi Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Penelitian dan penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai
pihak, untuk itu pada kesempatan ini, penulis secara khusus mengucapkan terima
kasih kepada :
1. Jesus Christ untuk semua berkat, anugerah, dan rencana-Nya yang selalu
indah pada waktunya.
2. Pihak PHK A3 yang telah membiayai penelitian ini.
3. Papi, Mami, serta adik-adikku Teddy dan Denny atas segala doa dan
dukungannya selama ini.
4. Ibu Rita Suhadi, M.Si, Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas
Sanata Dharma Yogyakarta.
5. Ibu Agatha Budi Susiana Lestari, M.Si, Apt., selaku dosen pembimbing yang
telah banyak meluangkan waktu untuk membimbing dan mendampingi
penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
viii
6. Yohanes Dwiatmaka, M.Si. selaku dosen penguji atas kritik dan saran yang
telah diberikan sehingga skripsi ini jadi lebih baik.
7. Dewi Setyaningsih, M.Sc., Apt. selaku dosen penguji atas kritik dan saran
yang telah diberikan sehingga skripsi ini jadi lebih baik.
8. Teman-teman tim effervescent green tea (Aster, Yokhe, Ceci, Erika, Uli, Lia,
Hendra) atas kerja sama dan kebersamaan selama menyelesaikan skripsi ini.
9. Sahabat-sahabatku di Kos Dewi (Nana, Nia, Fetri, Dina, Siska) serta Lisa atas
persahabatan dan semua kenangan indah yang kulalui bersama kalian.
10. Cie Novita, Astrid, Fredy, dan Edmond yang selalu memberi semangat dan
dukungan kepada penulis serta bersedia menjadi tempat untuk berbagi cerita.
11. Lina Chang, Ong, Vanny, Rias, Rio, Omega, Ilon, Alfa dan teman-teman
angkatan 2005 atas kebersamaan, suka dan duka selama kuliah.
12. Pak Musrifin, Mas Agung, Mas Ottok, Mas Iswandi, Mas Kunto, dan Pak
Parlan selaku laboran yang telah banyak membantu selama penelitian.
13. Semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini yang tidak
dapat disebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa dalam penelitian dan penyusunan skripsi ini
masih terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan
adanya kritik dan saran yang membangun. Akhir kata, semoga skripsi ini dapat
bermanfaat bagi masyarakat dan ilmu pengetahuan.
Yogyakarta, 28 Januari 2009
Penulis
ix
x
INTISARI
Salah satu tanaman yang banyak diteliti manfaatnya adalah teh (Camellia sinensis L.). Teh hijau mengandung senyawa epigallocathecin gallate (EGCG) yang diketahui mempunyai efek sebagai antioksidan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek asam fumarat, natrium bikarbonat, atau interaksi keduanya yang dominan dalam menentukan sifat fisik granul effervescent ekstrak teh hijau yang dibuat dengan metode granulasi basah serta mendapatkan area komposisi optimum asam fumarat dan natrium bikarbonat yang menghasilkan sifat fisik granul yang dikehendaki. Sifat fisik granul tersebut meliputi, kecepatan alir, kandungan lembab, waktu larut, dan pH larutan.
Penelitian ini termasuk jenis penelitian eksperimental murni dengan dua faktor yaitu asam fumarat dan natrium bikarbonat. Pengolahan data dilakukan menggunakan desain faktorial untuk menentukan faktor yang dominan. Tingkat signifikansi pengaruh setiap faktor dianalisis secara statistik menggunakan Yate’s treatment dengan taraf kepercayaan 95%.
Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa tidak ada faktor yang dominan dalam menentukan kecepatan alir granul, sedangkan kandungan lembab, waktu larut, dan pH larutan dipengaruhi secara dominan oleh asam fumarat. Berdasarkan contour plot superimposed tidak ditemukan area komposisi optimum asam fumarat dan natrium bikarbonat yang menghasilkan sifat fisik granul yang dikehendaki. Kata kunci: ekstrak teh hijau, asam fumarat, natrium bikarbonat, granul effervescent, granulasi basah, metode desain faktorial
xi
ABSTRACT
One of the most studied plants is tea (Camellia sinensis L.). Green tea contains epigallocathecin gallate (EGCG) that had been known has an antioxidant effect. The aims of this research were to investigate the dominant effect among fumaric acid, sodium bicarbonate, or their interaction in determining physical properties of effervescent granules of green tea extract made with wet granulation method and to find out the optimum composition area of fumaric acid and sodium bicarbonate that resulted desired physical properties of effervescent granules. They were effervescent granules’ flow rate, moisture content, dissolution time, and solution’s pH.
This research was a pure experimental study with two factors, fumaric acid and sodium bicarbonate. Data was processed using factorial design to determine the dominant factor. Significance level of each influence factor was analyzed statistically using Yate’s treatment with 95% level of confidence.
The result showed that there was no dominant factor in determining granules’ flow rate. Moisture content, dissolution time, and solution’s pH determined dominantly by fumaric acid. Based on superimposed contour plot, the optimum composition area of fumaric acid and sodium bicarbonate that resulted desired physical properties of effervescent granules wasn’t found. Key words : green tea extract, fumaric acid, sodium bicarbonate, effervescent granules, wet granulation, factorial design method
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ........................................................................................ ii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................... iii
HALAMAN PENGESAHAN ......................................................................... iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ...................................................................... v
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ............................................ vi
PRAKATA ........................................................................................................ vii
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ........................................................... ix
INTISARI .......................................................................................................... x
ABSTRACT ...................................................................................................... xi
DAFTAR ISI ..................................................................................................... xii
DAFTAR TABEL ............................................................................................. xvi
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ xvii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xviii
BAB I. PENGANTAR ..................................................................................... 1
A. Latar Belakang ................................................................................... 1
1. Permasalahan................................................................................ 3
2. Keaslian penelitian ....................................................................... 3
3. Manfaat penelitian ....................................................................... 4
B. Tujuan Penelitian ............................................................................... 4
1. Tujuan umum ............................................................................... 4
2. Tujuan khusus .............................................................................. 4
BAB II. PENELAAHAN PUSTAKA ............................................................... 6
xiii
A. Teh (Camellia sinensis L.)................................................................... 6
1. Keterangan botani ......................................................................... 6
2. Penggolongan ............................................................................... 6
3. Kandungan kimia ......................................................................... 6
4. Kegunaan ...................................................................................... 8
B. Ekstrak ................................................................................................ 8
C. Granul Effervescent ............................................................................ 9
D. Granulasi Basah .................................................................................. 10
1. Dengan panas ................................................................................ 10
2. Dengan cairan non reaktif ............................................................. 10
3. Dengan cairan reaktif .................................................................... 11
E. Pemerian Bahan .................................................................................. 11
1. Asam fumarat ............................................................................... 11
2. Natrium bikarbonat ...................................................................... 11
3. Laktosa ......................................................................................... 12
4. Aspartam ...................................................................................... 12
5. Polivinilpirolidon (PVP) .............................................................. 13
F. Sifat Fisik Granul Effervescent ........................................................... 13
1. Kecepatan alir ............................................................................... 13
2. Kandungan lembab ....................................................................... 14
3. Waktu larut ................................................................................... 14
4. pH larutan ..................................................................................... 14
G. Desain Faktorial .................................................................................. 14
xiv
H. Landasan Teori ................................................................................... 16
I. Hipotesis ............................................................................................ 18
BAB III. METODE PENELITIAN ....................................................………... 19
A. Jenis dan Rancangan Penelitian ......................................................... 19
B. Variabel Penelitian ........................................................................... 19
C. Definisi Operasional .......................................................................... 19
D. Bahan Penelitian ............................................................................... 21
E. Alat Penelitian .................................................................................. 21
F. Tata Cara Penelitian ......................................................................... 21
1. Pemeriksaan kualitas ekstrak teh hijau ………………………... 21
2. Penentuan dosis ekstrak kering teh hijau ..................................... 22
3. Penentuan level rendah dan level tinggi asam fumarat dan
natrium bikarbonat dalam sediaan granul effervescent ekstrak
teh hijau ........................................................................................ 22
4. Formula granul effervescent ekstrak teh hijau dengan kombinasi
asam fumarat dan natrium bikarbonat …………………………. 24
5. Pembuatan granul effervescent dengan metode granulasi basah .. 24
6. Pemeriksaan sifat fisik granul effervescent …………………….. 25
7. Uji homogenitas campuran …………………………………….. 26
G. Analisis Data ..................................................................................... 26
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN .....................................................… 28
A. Pemeriksaan kualitas ekstrak teh hijau …………………………….. 28
B. Pembuatan granul effervescent ekstrak teh hijau .............................. 30
xv
C. Uji sifat fisik granul ........................................................................... 34
1. Kecepatan alir .............................................................................. 35
2. Kandungan lembab ...................................................................... 38
3. Waktu larut .................................................................................. 40
4. pH larutan .................................................................................... 43
D. Optimasi formula .............................................................................. 46
1. Kecepatan alir .............................................................................. 46
2. Kandungan lembab ...................................................................... 47
3. Waktu larut .................................................................................. 48
4. pH larutan .................................................................................... 49
E. Prediksi kandungan CO2 teoritis ....................................................... 50
F. Prospek hasil penelitian ..................................................................... 51
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN .......................................................... 53
A. Kesimpulan ........................................................................................ 53
B. Saran .................................................................................................. 53
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 54
LAMPIRAN ..................................................................................................... 58
BIOGRAFI PENULIS ..................................................................................... 92
xvi
DAFTAR TABEL
Tabel I. Notasi formula desain faktorial ...................................................... 15
Tabel II. Formula granul effervescent ekstrak teh hijau ............................... 24
Tabel III. Hasil uji sifat fisik granul effervescent........................................... 35
Tabel IV. Hasil perhitungan efek terhadap sifat fisik granul effervescent ..... 35
Tabel V. Hasil perhitungan Yate's treatment pada respon kecepatan alir
granul ............................................................................................. 37
Tabel VI. Hasil perhitungan Yate's treatment pada respon kandungan
lembab granul ................................................................................ 40
Tabel VII. Hasil perhitungan Yate's treatment pada respon waktu larut
granul ............................................................................................. 43
Tabel VIII. Hasil perhitungan Yate's treatment pada respon pH larutan .......... 45
Tabel IX. Hasil perhitungan kadar CO2 total ................................................. 51
xvii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Struktur EGCG (-) epigallocatechin-3-gallate; EGC
(-) epigallocatechin; ECG (-) epicatechin-3-gallate;
dan EC (-) epicatechin ................................................................. 7
Gambar 2. Grafik hubungan pengaruh asam fumarat (a) dan natrium
bikarbonat (b) terhadap kecepatan alir granul ............................. 36
Gambar 3. Grafik hubungan pengaruh asam fumarat (a) dan natrium
bikarbonat (b) terhadap kandungan lembab granul ...................... 39
Gambar 4. Grafik hubungan pengaruh asam fumarat (a) dan natrium
bikarbonat (b) terhadap waktu larut granul .................................. 42
Gambar 5. Grafik hubungan pengaruh asam fumarat (a) dan natrium
bikarbonat (b) terhadap pH larutan .............................................. 44
Gambar 6. Contour plot kecepatan alir granul effervescent.......................... 47
Gambar 7. Contour plot kandungan lembab granul effervescent.................. 48
Gambar 8. Contour plot waktu larut granul effervescent............................... 49
Gambar 9. Contour plot pH larutan effervescent........................................... 50
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Certificate of Anayisis ekstrak teh hijau ..................................... 58
Lampiran 2. Dokumentasi ................................................................................ 59
Lampiran 3. Perhitungan level asam fumarat dan natrium bikarbonat ........... 60
Lampiran 4. Data Penimbangan Formula, Notasi dan Formula Desain
Faktorial ...................................................................................... 62
Lampiran 5. Data kandungan lembab ekstrak, kadar EGCG dalam ekstrak,
uji sifat fisik granul effervescent ekstrak teh hijau, dan uji
homogenitas................................................................................. 63
Lampiran 6. Perhitungan persamaan desain faktorial ...................................... 67
Lampiran 7. Perhitungan Yate’s treatment........................................................ 78
Lampiran 8. Perhitungan prediksi kandungan CO2 teoritis dalam larutan
granul effervescent ...................................................................... 89
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu tanaman yang banyak diteliti manfaatnya adalah teh (Camellia
sinensis L.). Berdasarkan proses pengolahannya, teh diklasifikasikan ke dalam
tiga jenis, yaitu teh fermentasi (teh hitam), teh semi fermentasi (teh oolong), dan
teh tanpa fermentasi (teh hijau). Selain dapat dikonsumsi sebagai minuman, teh
juga dapat digunakan sebagai obat tradisional. Sejumlah penelitian secara
epidemiologi dan farmakologi menyatakan bahwa ekstrak teh hijau mempunyai
pengaruh antioksidan yang kuat. Beberapa penelitian terakhir menyebutkan bahwa
keempat komponen polifenol teh, (-) epigalokatekin galat (EGCG), (-) epikatekin
galat (ECG), (-) epigalokatekin (EGC), dan (-) epikatekin (EC) merupakan
antioksidan yang penting (Rohdiana, 2001). EGCG merupakan konstituen yang
utama dan mempunyai sifat antioksidan tertinggi dalam teh hijau (Chen, Tipoe,
Liong, So, Leung, Tom, Fung, dan Nanji, 2004).
Selama ini teh lebih banyak dikonsumsi dalam bentuk teh tubruk, teh
celup, dan larutan teh. Keterbatasan inilah yang melatarbelakangi perlunya
pengembangan formulasi bentuk sediaan berbahan dasar teh hijau. Pengembangan
formulasi ini diharapkan dapat membuat sediaan teh hijau semakin acceptable di
masyarakat. Acceptable di sini berarti membuat sediaan tersebut menjadi lebih
menarik, lebih diminati, dan lebih mudah diterima di masyarakat. Bentuk sediaan
2
granul effervescent dipilih sebagai pengembangan formulasi dari ekstrak teh hijau
karena memiliki kelebihan dibandingkan dengan bentuk sediaan solid oral
konvensional lain seperti tablet dan kapsul. Sediaan granul effervescent
memungkinkan penyiapan larutan dalam waktu seketika, dapat diberikan pada
pasien yang kesulitan menelan tablet atau kapsul (Swarbrick dan Boylan, 1992),
serta memberikan rasa yang enak dan segar karena terjadi reaksi karbonasi yang
dapat menutupi rasa beberapa obat tertentu (Mohrle, 1989). Jika dibandingkan
dengan bentuk sediaan larutan, keunggulan granul effervescent terletak pada
sensasi segar yang dihasilkan dari reaksi antara sumber asam dan sumber basa.
Selain itu, granul effervescent ini memiliki dosis EGCG yang telah diketahui
dengan pasti sehingga memperkuat fungsinya sebagai antioksidan.
Asam dan basa merupakan komposisi yang penting dalam sediaan
effervescent karena keduanya akan bereaksi dengan adanya air menghasilkan gas
CO2 yang berfungsi membantu kelarutan. Salah satu sumber asam yang banyak
digunakan adalah asam fumarat karena bersifat tidak higroskopis (Swarbrick dan
Boylan, 1992), sedangkan sebagai sumber basa yang utama digunakan natrium
bikarbonat (Mohrle, 1989).
Penelitian ini bertujuan untuk mencari komposisi formula granul
effervescent ekstrak teh yang optimum menggunakan metode desain faktorial
dengan dua faktor yaitu asam fumarat dan natrium bikarbonat, serta dua level
yaitu level rendah dan level tinggi. Metode pembuatan granul yang dipilih adalah
granulasi basah karena metode ini mempunyai kelebihan yaitu dapat
meningkatkan sifat alir dan kohesivitas serbuk, mengurangi debu, serta mencegah
3
segregasi komponen-komponen serbuk (Bandelin, 1989). Area komposisi yang
optimum dapat diperoleh melalui contour plot superimposed. Selain itu, melalui
penelitian ini juga diketahui efek faktor mana di antara asam fumarat, natrium
bikarbonat atau interaksi keduanya yang dominan dalam menentukan sifat fisik
granul yang dihasilkan.
1. Permasalahan
a. Apakah ekstrak teh hijau dapat diformulasikan menjadi sediaan granul
effervescent yang memenuhi persyaratan kualitas?
b. Manakah di antara asam fumarat, natrium bikarbonat, atau interaksi keduanya
yang bersifat dominan dalam mempengaruhi respon sifat fisik granul
effervescent ekstrak teh hijau?
c. Apakah ditemukan area optimum komposisi asam fumarat dan natrium
bikarbonat dalam contour plot superimposed yang menghasilkan sifat fisik
granul effervescent ekstrak teh hijau yang dikehendaki?
2. Keaslian penelitian
Penelitian sejenis pernah dilakukan oleh Puspita (2007) dengan judul
Optimasi Campuran Natrium Sitrat-Asam Fumarat dan Natrium Bikarbonat
Sebagai Eksipien Dalam Pembuatan Granul Effervescent Ekstrak Temulawak
(Curcuma xanthorrhiza Roxb.) Secara Granulasi Basah Dengan Metode Desain
Faktorial, serta oleh Rantiasih (2007) dengan judul Optimasi Campuran Asam
Tartrat-Asam Fumarat Sebagai Eksipien Dalam Pembuatan Granul Effervescent
Ekstrak Temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.) Secara Granulasi Basah
Dengan Metode Desain Faktorial. Sejauh penelusuran pustaka yang dilakukan,
4
penelitian mengenai optimasi asam fumarat dan natrium bikarbonat sebagai
eksipien pada pembuatan granul effervescent ekstrak teh hijau (Camellia sinensis
L.) dengan metode granulasi basah belum pernah dilakukan.
3. Manfaat penelitian
a. Manfaat teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu
pengetahuan, khususnya mengenai penggunaan asam fumarat dan natrium
bikarbonat dalam pembuatan granul effervescent ekstrak teh hijau.
b. Manfaat praktis
Melalui penelitian ini diharapkan dapat menghasilkan sediaan granul
effervescent ekstrak teh hijau yang bermanfaat dan dapat diterima oleh
masyarakat.
B. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum :
Menghasilkan granul effervescent ekstrak teh hijau yang mempunyai sifat fisik
yang dikehendaki.
2. Tujuan khusus :
a. Mengetahui apakah ekstrak teh hijau dapat diformulasikan menjadi sediaan
granul effervescent yang memenuhi persyaratan kualitas
b. Mengetahui manakah di antara asam fumarat, natrium bikarbonat, atau
interaksi keduanya yang bersifat dominan dalam mempengaruhi sifat fisik
granul effervescent ekstrak teh hijau.
5
c. Mengetahui apakah ditemukan area optimum komposisi asam fumarat dan
natrium bikarbonat dalam contour plot superimposed yang menghasilkan sifat
fisik granul effervescent ekstrak teh hijau yang dikehendaki.
6
BAB II
PENELAAHAN PUSTAKA
A. Teh (Camellia sinensis L.)
1. Keterangan botani
Teh (Camellia sinensis L.) termasuk dalam suku Theaceae, dengan
sinonim Camellia bohea Griff., C. sinensis (L.) O.K., C. theifera Dyer., Thea
sinensis L., T. assamica Mast., T. cochinchinensis Lour., T. cantoniensis Lour.,
T. chinensis Sims., T. viridis L. (Dalimartha, 1999).
2. Penggolongan
Secara umum berdasarkan cara/proses pengolahannya, teh dapat
diklasifikasikan menjadi tiga jenis, yaitu teh hijau, teh oolong, dan teh hitam. Teh
hijau dibuat dengan cara menginaktifasi enzim oksidase/fenolase yang ada dalam
pucuk daun teh segar, dengan cara pemanasan atau penguapan menggunakan uap
panas sehingga oksidasi enzimatik terhadap katekin dapat dicegah. Teh hitam
dibuat dengan cara memanfaatkan terjadinya oksidasi enzimatis terhadap
kandungan katekin teh. Sementara, teh oolong dihasilkan melalui proses
pemanasan yang dilakukan segera setelah proses rolling/penggulungan daun,
dengan tujuan untuk menghentikan proses fermentasi. Oleh karena itu, teh
oolong disebut sebagai teh semi-fermentasi (Hartoyo, 2003).
3. Kandungan kimia
Teh hijau mengandung senyawa polifenol, kafein, teofilin, dan
teobromin. Kandungan polifenol total dalam teh hijau adalah sekitar 25-35% dari
7
bobot kering (Shaheen, Hossen, Ahmed, Amran, 2006). Polifenol teh hijau terdiri
dari (-) epigalokatekin galat (EGCG), (-) epigalokatekin, (-) epikatekin galat, dan
(-) epikatekin. EGCG merupakan konstituen yang utama dan mempunyai sifat
antioksidan tertinggi dalam teh hijau (Chen et al, 2004).
HO
OH
O
OR2
OH
OH
R1
OH
OH
OH
O
R1 R2
EC H HEGC OH HECG H galat =EGCG OH galat
Gambar 1. Struktur EGCG (-)epigallocatechin-3-gallate; EGC (-)epigallocatechin; ECG (-)epicatechin-3-gallate; dan EC (-)epicatechin
(Henning, Niu, Lee, Thames,Minutti, Wang, Go, Heber, 2004)
Senyawa polifenol sangat peka terhadap oksidasi udara dalam larutan
netral atau basa. Sekitar 50% fenol akan teroksidasi pada pH 9 - 10 (Singleton dan
Rossi, 1965).
EGCG merupakan senyawa yang tidak higroskopis, larut dalam air dan
memiliki kelarutan tertinggi pada pH 5-7. Penelitian mengenai stabilitas EGCG
dalam larutan dilakukan pada konsentrasi 10mg/ml EGCG pada pH 4-9. Stabilitas
EGCG yang tertinggi adalah pada pH 5 (Kellar, Poshni, He, Penzotti, Bedu-Addo,
8
Payne, 2005). Kelarutan EGCG adalah sebesar 25 mg/ml pada 25oC. LD50 EGCG
untuk penggunaan oral pada tikus adalah sebesar 2170mg/kg (Anonim, 2005a).
4. Kegunaan
Polifenol dalam teh hijau, yang bertindak sebagai antioksidan, dapat
menghambat pertumbuhan sel-sel kanker yang ada. Aktivitas antioksidan ini telah
banyak dibuktikan melalui penelitian in vitro (Henning et al, 2004). Polifenol teh
hijau, terutama EGCG, dapat meningkatkan sistem antioksidan alami dalam tubuh
dan menangkap radikal bebas yang merusak sel dalam tubuh (Anonim, 2005b).
B. Ekstrak
Ekstrak adalah sediaan kering, kental, atau cair dibuat dengan menyari
simplisia nabati atau hewani menurut cara yang cocok, di luar pengaruh cahaya
matahari langsung (Anonim, 1979). Berdasarkan sifat-sifatnya, ekstrak dapat
dikelompokkan menjadi :
1. Ekstrak encer (extractum tenue) : Sediaan ini memiliki konsistensi madu dan
dapat dituang.
2. Ekstrak kental (extractum spissum) : Sediaan ini liat dalam keadaan dingin dan
tidak dapat dituang. Kandungan airnya berjumlah sampai 30%.
3. Ekstrak kering (extractum siccum) : Memiliki konsistensi kering dan mudah
digosokkan. Melalui penguapan cairan pengekstraksi dan pengeringan sisanya
terbentuk suatu produk, yang sebaiknya menunjukkan kandungan lembab
tidak lebih dari 5%.
9
4. Ekstrak cair (extractum fluidum) : Sediaan ini dibuat sedemikian sehingga 1
bagian jamu sesuai dengan 2 bagian (kadang-kadang juga satu bagian) ekstrak
cair (Voigt, 1994).
C. Granul Effervescent
Granul effervescent merupakan granul atau serbuk kasar sampai kasar
sekali dan mengandung unsur obat dalam campuran kering, biasanya terdiri dari
campuran natrium bikarbonat, asam sitrat, dan asam tartrat yang bila ditambahkan
dengan air, asam dan basanya akan bereaksi membebaskan karbondioksida (CO2)
sehingga menghasilkan buih. Granul effervescent sangat cocok untuk produk
dengan rasa yang pahit dan asin karena akan menutupi rasa tersebut (Ansel,
1989). Reaksi effervescent yang terjadi adalah sebagai berikut :
Asam + garam karbonat → CO2 + garam asam + H2O
Saat terjadi reaksi, akan dihasilkan lebih banyak air. Oleh karena itu, sediaan
effervescent harus diformulasikan dengan hati-hati. Semua bahan yang digunakan
harus anhidrat dan dijaga tetap kering (Rau, 2001).
Keuntungan sediaan granul effervescent adalah memungkinkan penyiapan
larutan dalam waktu seketika, serta memberikan rasa yang enak dan segar karena
terjadi reaksi karbonasi yang dapat menutupi rasa beberapa obat tertentu (Mohrle,
1989). Selain itu, sediaan effervescent dapat diberikan pada pasien yang kesulitan
menelan kapsul atau tablet. Kerugian sediaan effervescent adalah tidak stabil
dengan adanya lembab serta lebih mahal jika dibandingkan dengan larutan atau
tablet biasa (Swarbrick dan Boylan, 1992).
10
D. Granulasi Basah
Teknik granulasi basah meliputi pencampuran bahan kering dengan
cairan penggranul untuk menghasilkan massa yang dapat digranul. Massa tersebut
diperkecil ukuran partikelnya sehingga memiliki distribusi ukuran partikel yang
optimum kemudian dikeringkan untuk menghasilkan granul yang kompresibel.
Granulasi basah dapat dilakukan dengan tiga macam cara yaitu dengan
menggunakan panas, menggunakan cairan nonreaktif, dan dengan cairan reaktif
(Mohrle, 1989).
1. Dengan panas
Metode klasik dalam pembuatan granul effervescent meliputi
penghilangan air dari bahan hidrat pada suhu yang rendah untuk membentuk
massa granul. Proses ini sulit dikontrol untuk mencapai hasil yang reprodusibel
(Mohrle, 1989).
2. Dengan cairan nonreaktif
Cairan penggranul yang biasa digunakan adalah etanol dan isopropanol.
Cairan ini ditambahkan pada bahan-bahan yang telah dicampur sebelumnya
sampai cairan terdistribusi merata pada campuran. Bahan pengikat larut alkohol
yang biasa digunakan seperti PVP dapat dilarutkan dalam cairan penggranul
sebelum ditambahkan pada serbuk. Keuntungan dari metode ini adalah tidak
semua bahan dalam formulasi perlu kontak dengan cairan penggranul atau panas
pada proses pengeringan. Sedangkan kerugiannya adalah masih diperlukan
beberapa proses setelah granul dikeringkan (Mohrle, 1989).
3. Dengan cairan reaktif
11
Granulating agent yang paling efektif untuk campuran effervescent adalah
air. Dalam proses ini air digunakan sebagai pengikat. Air selalu ditambahkan
dalam bentuk semprotan halus pada bahan-bahan yang dipilih dalam formulasi
ketika dilakukan pencampuran pada ribbon blender. Bahan-bahan tersebut harus
lebih dapat melepaskan air yang diserap daripada menyerap dan mengikatnya.
Salah satu kerugian dalam proses ini adalah bahwa formula yang mengandung
bahan yang rentan terhadap air dan atau panas dapat terdegradasi dengan proses
ini (Mohrle, 1989).
E. Pemerian Bahan
1. Asam fumarat
Asam fumarat adalah serbuk kristalin berwarna putih, tidak berbau atau
hampir tidak berbau. Kelarutannya dalam air adalah 4,5g/L dan dalam etanol
(100%) 36g/L pada suhu 20oC. Isotermal sorpsi menunjukkan bahwa asam
fumarat adalah senyawa yang tidak higroskopis (Swarbrick dan Boylan, 1992).
2. Natrium bikarbonat
Natrium bikarbonat mengandung tidak kurang dari 99,0% dan tidak lebih
dari 100,5% NaHCO3, dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan. Pemeriannya
berupa serbuk hablur, putih. Stabil di udara kering, tetapi dalam udara lembab
secara perlahan-lahan terurai. Kelarutan : larut dalam air, tidak larut dalam etanol
(Anonim, 1995). Pemanasan pada suhu mulai 50oC akan mengubah bikarbonat
menjadi karbonat (Swarbrick dan Boylan, 1992).
12
3. Laktosa
Laktosa adalah gula yang diperoleh dari susu. Dalam bentuk anhidrat atau
mengandung satu molekul air hidrat. Pemerian berupa serbuk atau masa hablur,
keras, putih atau putih krem. Tidak berbau dan rasa sedikit manis. Stabil di udara,
tetapi mudah menyerap bau. Pada kelembaban ruangan 80% atau lebih dapat
terjadi pertumbuhan mikroba (Rowe, Sheskey, dan Owen, 2006). Kelarutan
mudah (dan pelan-pelan) larut dalam air dan lebih mudah dalam air mendidih;
sangat sukar larut dalam etanol; tidak larut dalam kloroform dan dalam eter
(Anonim, 1995).
4. Aspartam
Aspartam mempunyai tingkat kemanisan kira-kira 200 kali lebih manis
dibandingkan sukrosa serta tidak memiliki aftertaste yang menonjol.
Kemanisannya dapat ditingkatkan dengan natrium bikarbonat, garam glukonat,
dan laktosa (Allen, 2002). Aspartam stabil dalam bentuk kering, tetapi dapat
terhidrolisis dengan adanya lembab membentuk L-aspartil-L-fenilalanin dan 3-
benzil-6-karboksimetil-2,5-diketopiperazin (Rowe et al, 2006). Dalam bentuk
kering, lebih dari 80% aspartam terdekomposisi setelah 4 jam pada suhu 150oC.
Di bawah kondisi penyimpanan normal 25oC, aspartam kering tidak akan
terdekomposisi (Wahlen, 1998).
Dalam bentuk larutan, aspartam akan mudah terdegradasi menjadi
diketopiperazin, meskipun demikian terjadinya dekomposisi dapat diminimalkan
dengan mengkonsumsi minuman tersebut (contoh: teh, kopi) dalam waktu singkat
(Wahlen, 1998).
13
5. Polivinilpirolidon (PVP)
Polivinilpirolidon adalah hasil polimerisasi 1-vinilpirolid-2-on. Dalam
berbagai bentuk bentuk polimer dengan rumus molekul (C6H9NO)n, bobot
molekul berkisar antara 10.000 hingga 700.000. Pemerian berupa serbuk putih
atau putih kekuningan; berbau lemah atau tidak berbau; higroskopik. Kelarutan
mudah larut dalam air, dalam etanol (95%) P dan dalam kloroform P, praktis tidak
larut dalam eter P (Anonim, 1979).
F. Sifat Fisik Granul Effervescent
1. Kecepatan alir
Partikel padat akan tarik menarik satu dengan yang lain, gaya yang timbul
sebagian besar merupakan gaya permukaan. Gaya ini dapat mempengaruhi sifat
alir dari suatu sediaan padat. Banyak metode yang dapat digunakan untuk
mengukur gaya antar partikel, di antaranya sudut geming, penetapan shear
strength, dan pengukuran kecepatan alir hopper (Gordon, Rosanske, dan Fonner,
1990).
Untuk pengukuran dengan hopper dapat dilakukan dengan cara 100gram
serbuk dimasukkan ke dalam corong dengan ukuran yang telah ditentukan. Waktu
yang diperlukan oleh semua partikel untuk mengalir keluar dari corong dicatat
sebagai waktu alir serbuk. Menurut Guyot, apabila waktu yang diperlukan oleh
100g serbuk untuk mengalir lebih dari 10 detik (T > 10 detik) maka dalam
fabrikasi skala industri akan dijumpai kesulitan dalam hal regularitas bentuk
sediaan (Fudholi, 1983).
14
2. Kandungan lembab
Keseimbangan kandungan lembab dapat mempengaruhi aliran dan
karakteristik kompresi serbuk, kekerasan granul dan tablet, serta stabilitas obat
(Wedke, Serajudin, dan Jacobson, 1989). Persyaratan kandungan lembab untuk
granul effervescent antara 0,4%-0,7% (Fausett, Gayser, dan Dash, 2000).
3. Waktu larut
Granul effervescent diharapkan membentuk larutan yang jernih dimana
residu dari bahan-bahan yang tidak larut terbentuk seminimal mungkin (Swarbrick
dan Boylan, 1992). Waktu larut sediaan effervescent adalah 1-2,5 menit (60-150
detik) pada suhu 25oC (Wehling dan Fred, 2004).
4. pH larutan
EGCG memiliki kelarutan yang baik dalam air dan memiliki kelarutan
tertinggi pada pH larutan antara 5-7. Stabilitas EGCG dalam larutan adalah pada
pH 4-9, tetapi stabilitas tertinggi adalah pada pH 5 (Kellar et al, 2005).
Pengukuran pH larutan yang konsisten menunjukkan distribusi bahan yang baik
dalam granul. Variasi pH larutan yang luas menunjukkan granulasi yang tidak
homogen (Mohrle, 1989).
G. Desain Faktorial
Desain faktorial adalah desain optimasi yang dipilih untuk menentukan
pengaruh secara simultan dari beberapa faktor dan interaksinya. Desain faktorial
merupakan aplikasi persamaan regresi yaitu teknik untuk memberikan model
hubungan antara variabel respon dengan satu atau lebih variabel bebas. Model
15
yang diperoleh dari analisis tersebut berupa persamaan matematika (Bolton,
1990).
Tabel 1. Notasi Formula Desain Faktorial
Formula A B Interaksi 1 - - + a + - - b - + - ab + + +
Keterangan :
- = level rendah
+ = level tinggi
Formula 1 = faktor A pada level rendah, faktor B pada level rendah
Formula a = faktor A pada level tinggi, faktor B pada level rendah
Formula b = faktor A pada level rendah, faktor B pada level tinggi
Formula ab = faktor A pada level tinggi, faktor B pada level tinggi
Persamaan umum untuk desain faktorial adalah :
Y = b0 + b1XA + b2XB + b12XAXB (1)
Y = respon hasil atau sifat yang diamati
XA, XB = level faktor A dan B
b0, b1, b2, b12 = koefisien, dapat dihitung dari hasil percobaan
Besarnya efek dapat dihitung dengan mengurangkan rata-rata respon pada
level tinggi dengan rata-rata respon pada level rendah (Bolton, 1990)
Efek faktor A = { } { }2
)1(+−+ baab (2)
Efek faktor B = { } { }2
)1(+−+ abab (3)
Efek faktor interaksi = { } { }2
)1( baab +−+ (4)
16
Interaksi dapat diketahui dari grafik hubungan respon dan level faktor. Jika
kurva menunjukkan garis sejajar, maka dapat dikatakan bahwa tidak ada interaksi
antar eksipien dalam menentukan respon. Jika kurva menunjukkan garis yang
tidak sejajar, maka dapat dikatakan bahwa ada interaksi antar eksipien dalam
menentukan respon (Bolton, 1990).
Kelebihan dari desain faktorial antara lain mempunyai efisiensi yang
tinggi dalam menentukan efek yang utama, dapat memprediksi adanya interaksi,
kesimpulan yang diperoleh dapat diaplikasikan pada rentang kondisi yang lebar
(Bolton, 1990).
H. Landasan Teori
Teh hijau mengandung senyawa polifenol yang sebagian besar berupa
katekin. Katekin terdiri dari epikatekin, epikatekingalat, epigalokatekin, dan
epigalokatekingalat (EGCG). Di antara keempat senyawa tersebut, EGCG
memiliki potensi antioksidan yang tertinggi karena jika dilihat dari strukturnya
EGCG memiliki gugus hidroksil yang paling banyak, dimana gugus hidroksil
dapat menyumbangkan atom hidrogen yang dimilikinya untuk menstabilkan
radikal bebas. EGCG memiliki kelarutan tertinggi pada pH larutan 5-7 serta stabil
pada pH larutan 4-9, dimana stabilitas tertinggi adalah pada pH 5. Sediaan
effervescent yang dihasilkan diharapkan memiliki pH larutan pada kisaran 5-7
sehingga stabilitas EGCG dapat terjaga.
Sebagai pengembangan formulasi sediaan ekstrak teh hijau dipilih bentuk
sediaan granul effervescent karena memiliki kelebihan dibandingkan dengan
17
bentuk sediaan solid oral konvensional lain seperti tablet dan kapsul yaitu
penyiapan larutan dalam waktu yang cepat dan memudahkan orang yang sukar
menelan. Jika dibandingkan dengan bentuk sediaan larutan, keunggulan granul
effervescent terletak pada sensasi segar yang dihasilkan dari reaksi antara sumber
asam dan sumber basa. Selain itu, granul effervescent ini memiliki dosis EGCG
yang telah diketahui dengan pasti sehingga memperkuat fungsinya sebagai
antioksidan.
Sumber asam yang digunakan adalah asam fumarat yang bersifat tidak
higroskopis, sedangkan untuk sumber basa digunakan natrium bikarbonat karena
merupakan sumber karbondioksida utama dalam effervescent. Pada penelitian ini
digunakan level rendah asam fumarat sebesar 15% dan level tinggi asam fumarat
sebesar 25% dari bobot total satu formula, yaitu 4000mg. Dengan demikian, untuk
level rendah dibutuhkan asam fumarat sebanyak 600mg, sedangkan untuk level
tinggi dibutuhkan asam fumarat sebanyak 1000mg. Perhitungan natrium
bikarbonat dilakukan secara stoikiometri dan diperoleh hasil level rendah sebesar
784mg dan level tinggi sebesar 1445mg. Salah satu metode yang dapat digunakan
dalam pembuatan granul effervescent adalah granulasi basah dengan cairan non
reaktif yaitu etanol. Kelebihan metode ini adalah dapat meningkatkan sifat alir,
meminimalkan debu dan mencegah segregasi komponen serbuk.
Untuk menentukan komposisi formula granul effervescent yang optimum
digunakan metode desain faktorial dengan dua faktor dan level. Area komposisi
optimum diperoleh melalui contour plot superimposed. Desain faktorial juga
dapat digunakan untuk mengetahui faktor mana yang dominan dalam menentukan
18
sifat fisik granul yang dikehendaki. Sifat fisik tersebut meliputi kecepatan alir,
kandungan lembab, waktu larut, dan pH larutan.
I. Hipotesis
1. Ekstrak teh hijau dapat diformulasikan menjadi sediaan effervescent yang
memenuhi persyaratan kualitas karena zat aktif EGCG bersifat larut dalam air
2. Efek faktor yang dominan dalam menentukan sifat fisik granul effervescent
dapat ditentukan dengan metode desain faktorial.
3. Terdapat area komposisi optimum asam fumarat dan natrium bikarbonat
dalam contour plot superimposed yang menghasilkan sifat fisik granul
effervescent ekstrak teh hijau yang dikehendaki.
19
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis dan rancangan penelitian
Penelitian ini termasuk jenis penelitian eksperimental murni menggunakan
metode desain faktorial dengan dua faktor dan dua level.
B. Variabel Penelitian
Variabel-variabel dalam penelitian ini yaitu :
1. Variabel bebas
Asam fumarat (level rendah : 600mg dan level tinggi : 1000mg); Natrium
bikarbonat (level rendah : 874mg dan level tinggi : 1445mg).
2. Variabel tergantung
Sifat fisik granul yang meliputi : kecepatan alir, kandungan lembab, waktu
larut, dan pH larutan.
3. Variabel pengacau terkendali
Suhu ruangan (± 18oC), kelembaban ruangan (55%), suhu pengeringan bahan
dan granul (± 40oC), lama dan kecepatan pencampuran serbuk (20 menit,
20rpm), lama dan kecepatan pencampuran granul (1 menit, 20rpm).
C. Definisi Operasional
1. Granul effervescent ekstrak teh hijau merupakan granul yang mengandung
ekstrak teh hijau sebagai unsur obat dengan asam fumarat sebagai sumber
20
asam dan natrium bikarbonat sebagai sumber basa, yang bila ditambahkan
dengan air akan bereaksi membebaskan karbondioksida (CO2) sehingga
menghasilkan buih.
2. Ekstrak teh hijau adalah ekstrak kering dari tanaman teh hijau yang diperoleh
dari PT. Sido Muncul yang mengandung EGCG sebanyak 7,14% pada kondisi
kandungan lembab 3%.
3. Sifat fisik granul effervescent adalah parameter yang menentukan apakah
granul yang dihasilkan memenuhi persyaratan, meliputi kecepatan alir,
kandungan lembab, waktu larut, dan pH larutan.
4. Eksipien adalah bahan-bahan tambahan dalam pembuatan granul effervescent
ekstrak teh hijau yang berupa sumber asam (asam fumarat), sumber basa
(natrium bikarbonat), laktosa, aspartam, dan PVP.
5. Faktor adalah besaran yang memberikan pengaruh terhadap respon. Dalam
penelitian ini digunakan dua faktor yaitu asam fumarat dan natrium
bikarbonat.
6. Level adalah nilai atau tetapan untuk faktor. Level yang digunakan dalam
penelitian ini ada dua macam yaitu level rendah (asam fumarat sebanyak
600mg dan natrium bikarbonat sebanyak 874mg) dan level tinggi (asam
fumarat sebanyak 1000mg dan natrium bikarbonat sebanyak 1445mg).
7. Respon adalah besaran yang dapat dikuantifikasikan dan diamati. Dalam
penelitian ini respon adalah hasil percobaan sifat fisik granul effervescent
(kecepatan alir, kandungan lembab, waktu larut, dan pH larutan).
21
8. Formula optimum granul effervescent adalah komposisi bahan penyusun
granul (asam fumarat dan natrium bikarbonat) yang menghasilkan granul
effervescent yang memenuhi persyaratan sifat fisik yaitu kecepatan alir >10
gram/detik, kandungan lembab 0,4%-0,7%, waktu larut 60-150 detik, dan pH
larutan 5-7.
D. Bahan Penelitian
Ekstrak teh hijau (PT. Sido Muncul), asam fumarat (kualitas farmasetik,
MKR), natrium bikarbonat (kualitas farmasetik, Brataco), aspartam (kualitas
farmasetik, Brataco), PVP K30 (kualitas farmasetik, Bayer), laktosa (kualitas
farmasetik, Brataco), etanol 96% (Brataco).
E. Alat Penelitian
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat-alat gelas
(Pyrex), neraca elektrik (Mettler Toledo GB 3002), pengayak granul (Laboratory
Science, IML), alat pengukur waktu alir, moisture analyzer (Mettler Toledo HG
53), oven (Memmert), lemari pendingin (Refrigerator, Toshiba), dehumidifier
(OASIS D125), Air Conditioner (LG), pH meter, Cube mixer.
F. Tata Cara Penelitian
1. Pemeriksaan kualitas ekstrak teh hijau
a. Pemeriksaan pemerian secara organoleptis
22
Pemeriksaan organoleptis meliputi bentuk, warna, bau dan rasa ekstrak teh
hijau.
b. Uji kandungan lembab ekstrak
Ekstrak ditimbang seberat ± 5gram, dimasukkan ke dalam cawan
alumunium, lalu dipanaskan menggunakan moisture analyzer pada suhu 105oC
selama 15 menit atau sampai bobot konstan, akan didapat persen kandungan
lembab. Kandungan lembab untuk ekstrak kering sebaiknya tidak lebih dari 5%
(Voigt, 1994).
2. Penentuan dosis ekstrak kering teh hijau
Dosis tiap sachet granul effervescent sebagai antioksidan, yaitu
mengandung 35mg epigallocatechin gallate (EGCG) (Sahelian, 2005).
Kandungan EGCG dalam ekstrak kering teh hijau adalah 7,14%.
Untuk mendapatkan 35mg EGCG dibutuhkan 500 mg ekstrak kering teh hijau,
perhitungan:
hijautehingkerekstrakmg500mg2,490100
14,7mg35
%14,7mg35
≈==
3. Penentuan level rendah dan level tinggi asam fumarat dan natrium
bikarbonat dalam sediaan granul effervescent ekstrak teh hijau
Untuk level rendah digunakan asam sebanyak 15% sedangkan untuk
level tinggi sebanyak 25%.
Reaksi :
2 NaHCO3 + C4H4O4 → 2H2O + 2CO2 + Na2C4H2O4 (5)
BM asam fumarat =116 ; BM natrium bikarbonat = 84
23
• Level rendah
Massa C4H4O4 = g6,0g4x10015
= = 600mg
n C4H4O4 = 116
g6,0 = 0,0052 mol
n NaHCO3 = 0,0104 mol
massa NaHCO3 = 0,0104 x 84 = 0,874 g = 874mg
Jadi, level rendah untuk asam fumarat (C4H4O4)= 600mg dan level rendah untuk
natrium bikarbonat (NaHCO3) = 874mg.
• Level tinggi
Massa C4H4O4 = g1g4x10025
= = 1000mg
n C4H4O4 = 116
g1 = 0,0086 mol
n NaHCO3 = 0,0172 mol
massa NaHCO3 = 0,0172 x 84 = 1,445g =1445mg
Jadi, level tinggi untuk asam fumarat (C4H4O4) = 1000mg dan level rendah untuk
natrium bikarbonat (NaHCO3) = 1445mg.
24
4. Formula granul effervescent ekstrak teh hijau dengan kombinasi asam
fumarat dan natrium bikarbonat
Tabel II. Formula granul effervescent ekstrak teh hijau
BAHAN (mg) FORMULA
1 a b ab
Ekstrak teh hijau 500 500 500 500
Asam fumarat 600 1000 600 1000
Natrium bikarbonat 874 874 1445 1445
PVP 3% 24 24 24 24
Laktosa 975 975 975 975
Aspartam 80 80 80 80
5. Pembuatan granul effervescent dengan metode granulasi basah
Granul yang dibuat ada 2 macam yaitu granul asam dan granul basa.
Granul asam terdiri dari campuran ekstrak teh hijau, asam fumarat, laktosa, dan
PVP (dalam etanol 96% dengan konsentrasi 3%) sebagai cairan pengikat. Granul
basa terdiri dari campuran natrium bikarbonat, laktosa, aspartam dan larutan PVP
sebagai pengikat. Sebelum digunakan masing-masing bahan diayak terlebih
dahulu dengan menggunakan ayakan nomer 50, kemudian dikeringkan dengan
menggunakan oven suhu ± 40oC selama 2 hari. Campuran serbuk dihomogenkan
menggunakan cube mixer dengan kecepatan 20rpm selama 20 menit (Nian, 2006)
sebelum diberi larutan PVP. Massa granul basah yang terbentuk dicetak lalu
dikeringkan dalam oven suhu ± 40oC selama 7 hari hingga diperoleh bobot
konstan. Setelah 7 hari granul diayak dengan ayakan 20/30 kemudian dilakukan
pencampuran granul asam dan basa. Campuran granul effervescent yang diperoleh
kemudian diuji sifat fisiknya.
25
6. Pemeriksaan sifat fisik granul effervescent
a. Kecepatan alir
Granul ditimbang sebanyak 100g kemudian dituang pelan-pelan ke dalam
corong berujung tangkai tertutup lewat tepi corong. Tutup pada ujung tangkai
dibuka dan granul dibiarkan mengalir keluar sampai habis. Waktu yang
dibutuhkan granul sampai semua granul mengalir keluar dicatat sebagai waktu alir
granul (Fudholi, 1983). Kemudian dihitung berapa gram jumlah granul yang
mengalir tiap detik.
b. Kandungan lembab
Campuran granul asam dan basa seberat ± 5 gram dimasukkan ke dalam
cawan alumunium, lalu dipanaskan pada suhu 105oC selama 15 menit atau sampai
bobot konstan, akan didapat persen kandungan lembab (Voigt, 1994).
c. Waktu larut
Campuran granul (sesuai bobot granul tiap-tiap formula) dilarutkan ke
dalam gelas yang berisi 200 ml air pada suhu 20-25oC. Catat waktu yang
dibutuhkan granul untuk larut dalam air dengan menggunakan stopwatch.
d. pH larutan
Sejumlah granul sesuai bobot tiap formula yang sudah dilarutkan ke dalam
200 ml air pada suhu 20-25oC, diukur pH larutan dengan menggunakan pH meter
setelah tidak lagi terjadi reaksi effervescent, yang ditandai dengan tidak lagi
terbentuk gas CO2.
26
7. Uji homogenitas campuran
Diambil cuplikan secara acak dari campuran granul asam dan basa,
kemudian dipisahkan antara granul asam (warna coklat) dan basa (warna putih).
Granul yang telah dipisahkan ditimbang masing-masing lalu dibandingkan dengan
jumlah asam dan basa dalam formula
.
G. Analisis Data
Respon untuk semua kombinasi formula yang diperoleh dari pengujian
sifat fisik granul digunakan untuk menghitung persamaan desain faktorial:
Y = b0 + b1(XA) + b2(XB) + b12 (XA)(XB) (6)
Keterangan:
Y = respon hasil percobaan / sifat yang diamati
XA = level faktor A asam fumarat
XB = level faktor B natrium bikarbonat
XAXB = level faktor A (asam fumarat) dikalikan level faktor B (natrium
bikarbonat).
b0 = rata-rata hasil semua percobaan.
b1, b2, b12 = koefisien yang dapat dihitung dari hasil percobaan.
Dari persamaan tersebut dapat dibuat contour plot untuk masing-masing
sifat fisik granul effervescent (kandungan lembab, kecepatan alir, waktu larut, dan
pH larutan) serta contour plot superimposed untuk menentukan daerah komposisi
optimum. Melalui desain faktorial juga dapat dihitung besarnya efek asam
27
fumarat, natrium bikarbonat, atau interaksi keduanya sehingga dapat diketahui
faktor mana yang dominan dalam menentukan sifat fisik granul.
Analisis statistik dilakukan menggunakan Yate’s treatment untuk
mengetahui signifikansi dari setiap faktor dan interaksi dalam mempengaruhi
respon. Penilaian tersebut dilihat berdasarkan F hitung dan F tabel. Apabila nilai F
hitung faktor yang dioptimasi (asam fumarat dan natrium bikarbonat) dan
interaksinya lebih besar daripada nilai F tabel maka faktor dan interaksi tersebut
dianggap berpengaruh secara signifikan terhadap respon. Taraf kepercayaan yang
digunakan untuk uji statistik adalah 95%.
28
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Pemeriksaan kualitas ekstrak teh hijau
Ekstrak teh hijau diperoleh dari PT. Sido Muncul lengkap dengan CoA
(Certificate of Analysis) atau laporan analisis kandungan ekstrak teh hijau.
Pemeriksaan kualitas yang dilakukan meliputi uji pemerian secara organoleptis
dan uji kandungan lembab ekstrak.
1. Uji pemerian secara organoleptis
Pemeriksaan awal yang dilakukan untuk mengidentifikasi ekstrak teh
hijau adalah uji organoleptis. Uji organoleptis terdiri dari pemeriksaan bentuk,
warna, bau, dan rasa dari ekstrak teh hijau yang diuji menggunakan panca indera.
Hasil dari uji organoleptis yang dilakukan adalah sebagai berikut :
Bentuk : serbuk
Warna : coklat kehijauan
Bau : khas
Rasa : sepat
2. Uji kandungan lembab ekstrak
Uji kandungan lembab ekstrak dilakukan untuk mengetahui berapa banyak
kandungan lembab yang terkandung dalam ekstrak karena kandungan lembab
merupakan faktor yang sangat penting dalam pembuatan sediaan effervescent.
Kandungan lembab ekstrak diukur menggunakan moisture analyzer pada suhu
105oC selama 15 menit. Digunakan moisture analyzer karena yang akan diukur
29
adalah kandungan lembab dari ekstrak, sehingga bukan hanya air saja yang
terukur tetapi juga semua lembab yang terkandung dalam ekstrak. Hasil
kandungan lembab rata-rata ekstrak adalah sebesar 4,028% dengan SD 0,128.
Menurut Voigt (1994), kandungan lembab untuk ekstrak kering sebaiknya tidak
lebih dari 5%, sehingga dapat disimpulkan bahwa kandungan lembab ekstrak teh
hijau yang digunakan telah memenuhi persyaratan.
Pada CoA tertulis kadar EGCG sebesar 7,14% pada kondisi loss of mass
3%, sedangkan saat dilakukan pengukuran kandungan lembab ternyata terjadi
peningkatan kandungan lembab ekstrak menjadi 4,028%. Hal ini mengakibatkan
adanya perbedaan kadar EGCG yang seharusnya 7,14% menjadi 7,06%. Akan
tetapi, perbedaan ini dianggap tidak terlalu berpengaruh terhadap efek EGCG
karena granul effervescent yang dibuat hanya berfungsi untuk menjaga kesehatan,
dimana zat aktif yang terkandung di dalamnya tidak bersifat poten.
Selain mengandung polifenol, ekstrak teh hijau juga mengandung kafein.
Pada CoA tertulis kadar kafein yang terkandung dalam ekstrak teh hijau adalah
sebesar 5,60% atau 28mg dalam 500 mg ekstrak. Menurut The American Dietetic
Association, konsumen sebaiknya mengkonsumsi tidak lebih dari 300mg kafein
per hari (Anonim, 2007). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kadar kafein
dalam ekstrak teh hijau tidak melebihi batas yang diijinkan.
30
B. Pembuatan granul effervescent ekstrak teh hijau
Ekstrak teh hijau yang telah melalui pemeriksaan kualitas kemudian
diformulasikan menjadi suatu sediaan granul effervescent. Kelebihan dari bentuk
sediaan ini dibandingkan dengan sediaan oral konvensional lainnya adalah
penyiapan larutan dalam waktu yang cepat serta memberikan rasa yang enak dan
sensasi segar sehingga acceptable bagi konsumen. Pada penelitian ini, zat aktif
yang digunakan adalah epigalocatechin gallate (EGCG). Zat aktif yang dipilih
adalah EGCG karena memiliki potensi antioksidan yang tertinggi. Jika dilihat dari
strukturnya, EGCG memiliki gugus hidroksil yang paling banyak di antara
senyawa polifenol lainnya dalam teh hijau. Gugus hidroksil dapat
menyumbangkan atom hidrogen yang dimilikinya untuk menstabilkan radikal
bebas. Meskipun di dalam tubuh sudah terdapat senyawa yang dapat berfungsi
sebagai antioksidan, namun hal itu dirasa kurang mengingat pada zaman sekarang
ini manusia lebih banyak terpapar oleh radikal bebas yang berasal dari lingkungan
sekitar. Dengan demikian, diperlukan tambahan antioksidan dari luar tubuh yang
dapat membantu menangkap radikal-radikal bebas, salah satunya adalah dengan
menggunakan EGCG. Akan tetapi, perlu diperhatikan juga bahwa penggunaan
antioksidan berlebih dapat memicu terbentuknya prooksidan (Chen, Yang, Shen,
dan Wang, 2002).
Granul effervescent yang dibuat terdiri dari dua macam, yaitu granul asam
dan granul basa. Kedua macam granul tersebut dibuat terpisah karena faktor
keterbatasan ruangan, dimana ruangan yang digunakan dalam penelitian ini
31
memiliki kandungan lembab yang cukup tinggi yaitu sekitar 55%, padahal
menurut Mohrle (1989) pembuatan sediaan effervescent sebaiknya dilakukan pada
kondisi kelembaban ruangan 25% dengan suhu ruangan yang terkendali (25oC
atau kurang) untuk menghindari masalah yang disebabkan oleh kelembaban
atmosfer. Jika granul asam dan basa dicampur berarti terjadi kontak antara
keduanya yang dapat memperbesar kemungkinan terjadi reaksi effervescent dini
apabila ada sedikit lembab dari luar. Hal ini akan mempengaruhi stabilitas granul
effervescent yang dihasilkan. Untuk meminimalkan reaksi effervescent dini
tersebut maka granul asam dan basa dibuat terpisah. Sumber asam dan sumber
basa merupakan komposisi yang sangat penting dalam suatu sediaan effervescent
karena keduanya akan bereaksi dengan adanya air menghasilkan karbondioksida
(CO2). Sumber asam yang digunakan adalah asam fumarat karena bersifat tidak
higroskopis sehingga dapat meminimalisasi penyerapan lembab dari lingkungan,
selain itu asam fumarat menunjukkan sinergisme saat dikombinasikan dengan
antioksidan lain (Rowe et al, 2006), dalam hal ini adalah EGCG. Sebagai sumber
basa digunakan natrium bikarbonat yang merupakan sumber karbondioksida
utama dalam sistem effervescent (Mohrle, 1989).
Reaksi effervescent yang terjadi antara asam fumarat dengan natrium
bikarbonat adalah sebagai berikut :
2 NaHCO3 + C4H4O4 → 2H2O + 2CO2 + Na2C4H2O4
Menurut Wehling dan Fred (2004), jumlah asam dan basa dalam tiap formula
berkisar antara 10-60%, namun yang paling baik adalah antara 25-40%. Dalam
32
penelitian ini dipilih level rendah asam dan basa sebesar 15% serta level tinggi
asam dan basa sebesar 25% dari bobot satu formula. Dalam penelitian ini bobot
satu formula granul effervescent adalah 4000mg. Pemilihan level berdasarkan
pertimbangan bahwa asam fumarat memiliki kelarutan yang rendah dalam air.
Level rendah asam fumarat adalah sebesar 600mg dan level rendah natrium
bikarbonat sebesar 874mg. Di sisi lain, digunakan level tinggi asam fumarat
sebesar 1000mg dan level tinggi natrium bikarbonat sebesar 1445mg.
Granul asam berisi campuran ekstrak teh hijau, asam fumarat, dan laktosa.
Sebagai pengikat digunakan larutan PVP (Polivinilpirolidon) K30. Menurut
Mohrle (1989), PVP merupakan bahan pengikat yang efektif untuk sediaan
effervescent. PVP biasa digunakan sebagai pengikat untuk granulasi basah pada
konsentrasi 0,5-5% (Parikh, 1997). Berdasarkan hasil orientasi, digunakan larutan
PVP dengan konsentrasi 3% karena pada konsentrasi tersebut sudah dihasilkan
granul yang tidak rapuh tetapi juga tidak terlalu keras. Metode yang digunakan
adalah granulasi basah dengan cairan non reaktif sehingga sebelum digunakan,
PVP dilarutkan terlebih dahulu ke dalam etanol 96%. Laktosa digunakan sebagai
bahan pengisi karena memiliki sifat inert, menunjukkan stabilitas yang baik saat
dikombinasikan dengan sebagian besar obat serta relatif murah dibandingkan
bahan pengisi lainnya. Menurut Kellar et al (2005), recovery EGCG tertinggi
diperoleh dengan adanya bahan tambahan laktosa. Selain itu, formulasi
menggunakan laktosa biasanya mudah untuk dikeringkan baik menggunakan tray
atau fluidized bed driers (Peck, Baley, McCurdy, dan Banker, 1989). Ekstrak teh
33
hijau dicampurkan ke dalam granul asam karena EGCG memiliki kestabilan
tertinggi pada pH 5 (Kellar et al, 2005).
Granul basa terdiri dari campuran natrium bikarbonat, laktosa, dan
aspartam dengan PVP sebagai pengikat. Aspartam dicampurkan ke dalam granul
basa karena menurut Allen (2002) kemanisan aspartam akan meningkat jika
bersama dengan natrium bikarbonat. Selain itu, dari hasil orientasi juga diketahui
bahwa jika aspartam dicampurkan pada granul asam maka larutan yang dihasilkan
menjadi tidak jernih (berkabut). Aspartam digunakan sebanyak 2% dari total
formula karena berdasarkan orientasi telah dihasilkan larutan effervescent yang
memiliki kemanisan yang cukup. Batas penggunaan aspartam sebagai pemanis
buatan adalah 50mg/kg BB/hari (Anonim, 2004).
Sebelum dilakukan granulasi, bahan-bahan yang akan digunakan diayak
terlebih dahulu menggunakan ayakan no. 50 untuk menghilangkan partikel-
partikel berukuran besar (menggumpal) yang dapat mempengaruhi homogenitas
saat dilakukan pencampuran. Kemudian bahan dikeringkan selama 2 hari dalam
oven dengan suhu ± 40oC untuk membantu mengurangi kandungan air dalam
bahan. Digunakan suhu pengeringan ± 40oC untuk menjaga supaya natrium
bikarbonat tidak berubah menjadi natrium karbonat, karena natrium bikarbonat
akan mulai terdekomposisi menjadi natrium karbonat pada suhu 50oC (Swarbrick
dan Boylan, 1992). Pencampuran bahan dilakukan menggunakan cube mixer
selama 20 menit dengan kecepatan 20rpm (Nian, 2006) untuk membantu
menghomogenkan serbuk.
34
Massa granul yang telah jadi dicetak kemudian dikeringkan kembali dalam
oven dengan suhu ± 40oC selama tujuh hari hingga bobot konstan, dengan tujuan
untuk mengurangi kandungan lembab yang masih terdapat dalam bahan-bahan
yang dapat memicu terjadinya reaksi effervescent dini. Proses penggranulan
dilakukan di dalam ruang tertutup dengan suhu sekitar 18oC dan kelembaban
ruangan sekitar 55%. Granul kemudian diayak menggunakan ayakan no. 20/30
lalu dilakukan pencampuran antara granul asam dan basa.
Granul yang telah dicampur kemudian diuji homogenitasnya. Pengujian
ini dilakukan untuk mengetahui apakah campuran granul yang dihasilkan telah
homogen. Berdasarkan hasil pengujian diperoleh data CV dari keempat formula
lebih dari 5%, padahal seharusnya CV yang baik adalah kurang dari 5%. Dengan
demikian dapat dikatakan bahwa campuran granul yang dihasilkan tidak
homogen. Hal ini kemungkinan disebabkan lama pencampuran granul yang
kurang optimum sehingga campuran yang dihasilkan belum homogen atau sudah
melewati waktu optimum sehingga terjadi dehomogenisasi.
C. Uji sifat fisik granul
Pengujian sifat fisik granul dilakukan segera setelah dilakukan
pencampuran antara granul asam dan granul basa. Uji sifat fisik granul meliputi
kecepatan alir, kandungan lembab, waktu larut dan pH larutan.
35
Tabel III. Hasil uji sifat fisik granul effervescent
Formula Kecepatan alir (g/dtk)
Kandungan lembab (%)
Waktu larut (dtk)
pH
1 46,016 ± 2,554 2,257 ± 0,168 167,333 ± 7,703 6,084 ± 0,092 a 44,324 ± 1,751 1,814 ± 0,190 131,583 ± 9,307 4,835 ± 0,081 b 46,605 ± 3,629 2,292 ± 0,216 251,500 ± 16,256 6,403 ± 0,031 ab 46,110 ± 2,216 2,215 ± 0,082 163,583 ± 10,655 5,818 ± 0,094
Penentuan faktor dominan dapat dilakukan menggunakan desain
faktorial. Efek yang diperoleh dari hasil perhitungan desain faktorial dapat
digunakan untuk memprediksi faktor mana di antara asam fumarat, natrium
bikarbonat, atau interaksi keduanya yang dominan dalam menentukan sifat fisik
granul effervescent yang dihasilkan. Hasil perhitungan masing-masing efek dapat
dilihat pada tabel IV.
Tabel IV. Hasil perhitungan efek terhadap sifat fisik granul effervescent
Respon Asam fumarat Natrium bikarbonat Interaksi Kecepatan alir │-1,094│ 1,188 0,599
Kandungan lembab │-0,260│ 0,218 0,183 Waktu larut │-61,834│ 58,084 │-26,084│
pH │-0,917│ 0,651 0,332
1. Kecepatan alir
Pengujian kecepatan alir dilakukan dengan metode langsung menggunakan
metode corong. Tujuan pengujian kecepatan alir adalah untuk mengetahui
kemampuan granul untuk mengalir karena hal ini berhubungan dengan
keseragaman bobot saat pengemasan pada skala industri. Menurut Guyot,
sebaiknya waktu yang diperlukan oleh 100g granul untuk mengalir tidak lebih dari
10 detik. Dengan demikian, persyaratan kecepatan alir yang baik adalah lebih dari
36
10g/detik.
Dari hasil pengujian, diketahui bahwa semua formula telah memenuhi
persyaratan kecepatan alir yang baik (>10g/detik). Grafik pengaruh peningkatan
level asam fumarat dan natrium bikarbonat terhadap kecepatan alir granul dapat
dilihat pada gambar 2.
Pengaruh asam fumaratterhadap kecepatan alir
44
44,5
45
45,5
46
46,5
47
600 700 800 900 1000asam fumarat (mg)
kece
pata
n al
ir (g
/dtk
)
level rendah natrium bikarbonatlevel tinggi natrium bikarbonat
Pengaruh natrium bikarbonat terhadap kecepatan alir
44
44,5
45
45,5
46
46,5
47
874 974 1074 1174 1274 1374natrium bikarbonat (mg)
kece
pata
n al
ir (g
/dtk
)
level rendah asam fumaratlevel tinggi asam fumarat
(a) (b)
Gambar 2. Grafik hubungan pengaruh asam fumarat (a) dan natrium bikarbonat (b) terhadap kecepatan alir granul
Pada gambar 2(a) terlihat bahwa semakin banyak asam fumarat yang
digunakan akan berefek menurunkan kecepatan alir granul baik pada penggunaan
natrium bikarbonat level rendah maupun level tinggi. Pada gambar 2(b) dapat
dilihat bahwa semakin banyak natrium bikarbonat yang digunakan akan berefek
meningkatkan respon kecepatan alir granul pada penggunaan asam fumarat level
rendah dan level tinggi. Hasil perhitungan efek menunjukkan bahwa natrium
bikarbonat paling dominan dalam menentukan kecepatan alir granul effervescent.
Nilai efek yang positif menunjukkan bahwa natrium bikarbonat berpengaruh
37
meningkatkan kecepatan alir granul. Hal ini diprediksi disebabkan karena
kerapuhan granul basa lebih kecil dibandingkan dengan granul asam. Semakin
besar kerapuhan maka kecepatan alir akan semakin kecil karena serbuk yang
dihasilkan akibat kerapuhan granul akan menurunkan kecepatan alir (Puspita,
2007). Selain itu, natrium bikarbonat dapat meningkatkan kecepatan alir karena
memiliki sifat free flowing (Mohrle, 1989).
Garis yang tidak sejajar pada grafik hubungan pengaruh asam fumarat dan
natrium bikarbonat terhadap kecepatan alir granul menunjukkan adanya interaksi
antara 2 faktor yang digunakan, yaitu asam fumarat dan natrium bikarbonat.
Tabel V. Hasil perhitungan Yate's treatment pada respon kecepatan alir granul
Source of Variation Degrees of freedom Sum of Squares Mean Squares F
Replicates 11 125,224 11,384 Treatment 3 35,562 11,854
Asam fumarat 1 14,345 14,345 2,643 Natrium bikarbonat 1 16,922 16,922 3,118
Interaksi 1 4,296 4,296 0,792 Experimental error 33 179,095 5,427
Total 47 339,882
Analisis statistik menggunakan Yate’s treatment ditampilkan pada tabel V.
Dari tabel tersebut dapat disimpulkan bahwa faktor yang dioptimasi (asam
fumarat dan natrium bikarbonat) dan interaksi faktor-faktor tersebut memiliki
pengaruh tidak bermakna secara statistik terhadap respon kecepatan alir. Hal
tersebut dikarenakan nilai F hitung semua faktor dan interaksinya lebih kecil
daripada nilai F tabel (yaitu: 4,13). Dengan demikian, meskipun berdasarkan
38
perhitungan efek natrium bikarbonat adalah faktor yang dominan tetapi
berdasarkan Yate’s treatment natrium bikarbonat dianggap tidak dominan karena
tidak memberikan pengaruh yang bermakna terhadap respon.
2. Kandungan lembab
Kandungan lembab merupakan parameter yang sangat penting dari suatu
sediaan effervescent karena kandungan lembab yang tinggi dapat memicu
terjadinya reaksi effervescent dini. Persyaratan kandungan lembab untuk granul
effervescent adalah sebesar 0,4%-0,7% (Fausett et al, 2000). Dari hasil pengujian,
tidak ada formula yang memenuhi persyaratan tersebut. Hal ini disebabkan
ruangan yang digunakan dalam penelitian ini memiliki kelembaban ruangan yang
cukup tinggi yaitu sekitar 55%, padahal menurut Mohrle (1989) pembuatan
sediaan effervescent sebaiknya dilakukan pada kondisi kelembaban ruangan 25%
dengan suhu ruangan yang terkendali (25oC atau kurang) untuk menghindari
masalah yang disebabkan oleh kelembaban atmosfer. Beberapa usaha telah
dilakukan peneliti agar dapat meminimalkan kelembaban ruangan, yaitu dengan
penggunaan dehumidifier, AC bersuhu ±18oC dan pengeringan bahan sebelum
digunakan. Akan tetapi, kelembaban ruangan masih belum dapat memenuhi
persyaratan sehingga hal tersebut menjadi keterbatasan dalam penelitian ini.
Grafik pengaruh peningkatan level asam fumarat dan natrium bikarbonat
terhadap kandungan lembab granul dapat dilihat pada gambar 3.
39
Pengaruh asam fumarat terhadap kandungan lembab
1,71,8
1,92
2,12,2
2,32,4
600 700 800 900 1000asam fumarat (mg)
kand
unga
n le
mba
b (%
)
level rendah natrium bikarbonatlevel tinggi natrium bikarbonat
Pengaruh natrium bikarbonat terhadap kandungan lembab
1,71,81,9
2
2,12,22,32,4
874 974 1074 1174 1274 1374natrium bikarbonat (mg)
kand
unga
n le
mba
b (%
)
level rendah asam fumaratlevel tinggi asam fumarat
(a) (b)
Gambar 3. Grafik hubungan pengaruh asam fumarat (a) dan natrium bikarbonat (b) terhadap kandungan lembab granul
Gambar 3(a) menunjukkan bahwa penambahan jumlah asam fumarat akan
berefek menurunkan kandungan lembab granul baik pada penggunaan natrium
bikarbonat level rendah maupun level tinggi. Gambar 3(b) menunjukkan bahwa
semakin banyak natrium bikarbonat yang digunakan akan meningkatkan
kandungan lembab granul pada penggunaan asam fumarat level rendah dan level
tinggi. Hasil perhitungan efek menunjukkan bahwa asam fumarat paling dominan
dalam menentukan kandungan lembab granul effervescent. Nilai efek yang negatif
menunjukkan bahwa asam fumarat berpengaruh menurunkan kandungan lembab
granul. Menurut Swarbrick dan Boylan (1992), asam fumarat bersifat tidak
higroskopis sehingga dapat mengurangi penyerapan lembab granul.
Garis yang tidak sejajar pada grafik hubungan pengaruh asam fumarat dan
natrium bikarbonat terhadap kandungan lembab granul menunjukkan adanya
interaksi antara 2 faktor yang digunakan, yaitu asam fumarat dan natrium
bikarbonat.
40
Tabel VI. Hasil perhitungan Yate's treatment pada respon kandungan lembab granul
Source of Variation Degrees of freedom
Sum of Squares Mean Squares F
Replicates 11 0,321 0,029 Treatment 3 1,780 0,593
Asam fumarat 1 0,809 0,809 27,448 Natrium bikarbonat 1 0,570 0,570 19,343
Interaksi 1 0,402 0,402 13,629 Experimental error 33 0,972 0,029
Total 47 3,074
Analisis statistik menggunakan Yate’s treatment dapat dilihat pada tabel
VI. Dari tabel tersebut dapat disimpulkan bahwa faktor yang dioptimasi (asam
fumarat dan natrium bikarbonat) dan interaksi faktor-faktor tersebut memiliki
pengaruh bermakna secara statistik terhadap respon kandungan lembab. Hal
tersebut dikarenakan nilai F hitung semua faktor dan interaksinya lebih besar
daripada nilai F tabel (yaitu: 4,13). Berdasarkan Yate’s treatment diketahui bahwa
terjadi interaksi antara faktor yang dioptimasi (asam fumarat dan natrium
bikarbonat) yang berpengaruh secara statistik terhadap respon kandungan lembab.
Berdasarkan Yate’s treatment juga dapat diketahui bahwa masing-masing faktor
(asam fumarat dan natrium bikarbonat) dapat mempengaruhi respon kandungan
lembab secara signifikan baik secara sendiri-sendiri maupun dalam bentuk
interaksinya. Di antara faktor yang dioptimasi, maka asam fumarat bersifat paling
dominan dalam mempengaruhi respon.
3. Waktu larut
Pengujian waktu larut bertujuan untuk mengetahui kemampuan larut
41
granul effervescent ekstrak teh hijau. Menurut Wehling dan Fred (2004),
persyaratan waktu larut sediaan effervescent adalah 1-2,5 menit atau 60-150 detik.
Air akan berpenetrasi ke dalam granul sehingga menyebabkan asam fumarat
bereaksi dengan natrium bikarbonat menghasilkan buih berupa gas CO2 yang
berperan dalam melarutnya granul. Bahan pengikat yang digunakan yaitu PVP
bersifat hidrofilik sehingga membantu proses penetrasi air ke dalam granul. Proses
kelarutan juga dibantu dengan adanya pengadukan. Pengadukan berfungsi untuk
meningkatkan kontak antara granul asam dengan granul basa sehingga
mempermudah terjadinya reaksi effervescent. Dalam penelitian ini pengadukan
dilakukan sebanyak 20 kali dengan asumsi cukup untuk membantu melarutkan
granul.
Berdasarkan hasil pengujian hanya formula Fa yang memenuhi
persyaratan waktu larut granul effervescent (60-150 detik). Hal ini kemungkinan
dipengaruhi oleh adanya interaksi antara kedua faktor yang dioptimasi yaitu asam
fumarat dan natrium bikarbonat sehingga memperlambat waktu larut granul
effervescent.
Grafik pengaruh peningkatan level asam fumarat dan natrium bikarbonat
terhadap waktu larut granul dapat dilihat pada gambar 4.
42
Pengaruh asam fumarat terhadap waktu larut
120140160180200220240260
600 700 800 900 1000asam fumarat (mg)
wak
tu la
rut (
detik
)
level rendah natrium bikarbonatlevel tinggi natrium bikarbonat
Pengaruh natrium bikarbonat terhadap waktu larut
120140160180200220240260
874 974 1074 1174 1274 1374natrium bikarbonat (mg)
wak
tu la
rut (
detik
)
level rendah asam fumaratlevel tinggi asam fumarat
(a) (b)
Gambar 4. Grafik hubungan pengaruh asam fumarat (a) dan natrium bikarbonat (b) terhadap waktu larut granul
Gambar 4(a) menunjukkan bahwa penambahan jumlah asam fumarat
akan berefek menurunkan waktu larut granul baik pada penggunaan natrium
bikarbonat level rendah maupun level tinggi. Gambar 4(b) menunjukkan bahwa
semakin banyak natrium bikarbonat yang digunakan akan meningkatkan waktu
larut granul pada penggunaan asam fumarat level rendah dan level tinggi. Hasil
perhitungan efek menunjukkan bahwa asam fumarat paling dominan dalam
menentukan waktu larut granul effervescent. Nilai efek yang negatif menunjukkan
bahwa asam fumarat berpengaruh menurunkan waku larut granul.
Garis yang tidak sejajar pada grafik hubungan pengaruh asam fumarat
dan natrium bikarbonat terhadap waktu larut granul menunjukkan adanya interaksi
antara 2 faktor yang digunakan, yaitu asam fumarat dan natrium bikarbonat.
43
Tabel VII. Hasil perhitungan Yate's treatment pada respon waktu larut granul
Source of Variation Degrees of freedom
Sum of Squares Mean Squares F
Replicates 11 1253,000 113,909 Treatment 3 94528,500 31509,500
Asam fumarat 1 45880,333 45880,333 335,821 Natrium bikarbonat 1 40484,083 40484,083 296,324
Interaksi 1 8164,083 8164,083 59,757 Experimental error 33 4508,500 136,621
Total 47 100290,000
Analisis statistik menggunakan Yate’s treatment dapat dilihat pada tabel
VII. Dari tabel tersebut dapat disimpulkan bahwa faktor yang dioptimasi (asam
fumarat dan natrium bikarbonat) dan interaksi faktor-faktor tersebut memiliki
pengaruh bermakna secara statistik terhadap respon waktu larut. Hal tersebut
dikarenakan nilai F hitung semua faktor dan interaksinya lebih besar daripada
nilai F tabel (yaitu: 4,13). Berdasarkan Yate’s treatment diketahui bahwa terjadi
interaksi antara faktor yang dioptimasi (asam fumarat dan natrium bikarbonat)
yang berpengaruh secara statistik terhadap respon waktu larut. Berdasarkan Yate’s
treatment juga dapat diketahui bahwa masing-masing faktor (asam fumarat dan
natrium bikarbonat) dapat mempengaruhi respon waktu larut secara signifikan
baik secara sendiri-sendiri maupun dalam bentuk interaksinya. Di antara faktor
yang dioptimasi, maka asam fumarat bersifat paling dominan dalam
mempengaruhi respon.
4. pH larutan
Tujuan pengukuran pH larutan adalah untuk mengetahui kestabilan zat
44
aktif. EGCG memiliki stabilitas tertinggi pada pH 5 dan kelarutan tertinggi pada
pH 5-7 (Kellar et al, 2005). Dari keempat formula hanya formula Fa yang tidak
memenuhi persyaratan karena pH larutan yang dihasilkan kurang dari 5.
Pengukuran pH larutan juga dapat digunakan untuk memprediksi
homogenitas campuran. Walaupun dari hasil uji homogenitas semua formula
memiliki nilai CV lebih dari 5% yang menunjukkan bahwa campuran yang
dihasilkan tidak homogen, namun jika dilihat dari uji pH larutan maka dapat
dikatakan bahwa campuran yang dihasilkan telah homogen karena memiliki CV
kurang dari 5%. Menurut Mohrle (1989), pengukuran pH larutan yang konsisten
menunjukkan distribusi yang merata dalam satu formula sedangkan pH larutan
yang bervariasi mengindikasikan granulasi yang tidak homogen.
Grafik pengaruh peningkatan level asam fumarat dan natrium bikarbonat
terhadap pH larutan dapat dilihat pada gambar 5.
Pengaruh asam fumarat terhadap pH
4
4,5
5
5,5
6
6,5
7
600 700 800 900 1000asam fumarat (mg)
pH
level rendah natrium bikarbonatlevel tinggi natrium bikarbonat
Pengaruh natrium bikarbonat terhadap pH
4
4,5
5
5,5
6
6,5
7
874 974 1074 1174 1274 1374natrium bikarbonat (mg)
pH
level rendah asam fumaratlevel tinggi asam fumarat
(a) (b)
Gambar 5. Grafik hubungan pengaruh asam fumarat (a) dan natrium bikarbonat (b) terhadap pH larutan
45
Gambar 5(a) menunjukkan bahwa penambahan jumlah asam fumarat
akan berefek menurunkan pH larutan baik pada penggunaan natrium bikarbonat
level rendah maupun level tinggi. Gambar 5(b) menunjukkan bahwa semakin
banyak natrium bikarbonat yang digunakan akan meningkatkan pH larutan pada
penggunaan asam fumarat level rendah dan level tinggi. Hasil perhitungan efek
menunjukkan bahwa asam fumarat paling dominan dalam menentukan pH larutan.
Nilai efek yang negatif menunjukkan bahwa asam fumarat berpengaruh
menurunkan pH larutan.
Garis yang tidak sejajar pada grafik hubungan pengaruh asam fumarat
dan natrium bikarbonat terhadap pH larutan menunjukkan adanya interaksi antara
2 faktor yang digunakan, yaitu asam fumarat dan natrium bikarbonat.
Tabel VIII. Hasil perhitungan Yate's treatment pada respon pH larutan
Source of Variation Degrees of freedom
Sum of Squares Mean Squares F
Replicates 11 0,142 0,013 Treatment 3 16,493 5,498
Asam fumarat 1 10,083 10,083 2530,739Natrium bikarbonat 1 5,083 5,083 1275,746
Interaksi 1 1,327 1,327 332,972Experimental error 33 0,131 0,004
Total 47 16,767
Analisis statistik menggunakan Yate’s treatment dapat dilihat pada tabel VIIII.
Dari tabel tersebut dapat disimpulkan bahwa faktor yang dioptimasi (asam
fumarat dan natrium bikarbonat) dan interaksi faktor-faktor tersebut memiliki
pengaruh bermakna secara statistik terhadap respon pH larutan. Hal tersebut
46
dikarenakan nilai F hitung semua faktor dan interaksinya lebih besar daripada
nilai F tabel (yaitu: 4,13). Berdasarkan Yate’s treatment diketahui bahwa terjadi
interaksi antara faktor yang dioptimasi (asam fumarat dan natrium bikarbonat)
yang berpengaruh secara statistik terhadap respon pH larutan. Berdasarkan Yate’s
treatment juga dapat diketahui bahwa masing-masing faktor (asam fumarat dan
natrium bikarbonat) dapat mempengaruhi respon pH larutan secara signifikan baik
secara sendiri-sendiri maupun dalam bentuk interaksinya. Di antara faktor yang
dioptimasi, maka asam fumarat bersifat paling dominan dalam mempengaruhi
respon.
D. Optimasi formula
Optimasi formula granul effervescent bertujuan untuk mencari komposisi
optimum dari asam fumarat dan natrium bikarbonat yang menghasilkan garnul
effervescent ekstrak teh hijau dengan sifat fisik yang dikehendaki. Berdasarkan
hasil pengujian sifat fisik granul dibuat contour plot untuk masing-masing sifat
fisik kemudian dipilih area yang memenuhi persyaratan sifat fisik granul
effervescent.
1. Kecepatan alir
Persamaan desain faktorial untuk kecepatan alir granul effervescent
adalah Y = 50,402 - 8,810.10-3XA - 2,114.10-3XB + 5,241.10-6XAXB. Y merupakan
respon kecepatan alir granul, XA merupakan level asam fumarat, dan XB
merupakan level natrium bikarbonat. Dari persamaan tersebut dapat dibuat
47
contour plot seperti tertera pada gambar 6.
Gambar 6. Contour plot kecepatan alir granul effervescent
Melalui contour plot tersebut dapat ditentukan area komposisi optimum
untuk memperoleh respon kecepatan alir granul effervescent yang dikehendaki
yaitu >10 g/detik. Dari contour plot di atas, semua area memenuhi persyaratan
kecepatan alir sehingga semua area dipilih sebagai area optimum untuk respon
kecepatan alir.
2. Kandungan lembab
Persamaan desain faktorial untuk kandungan lembab granul effervescent
adalah Y = 3,709 - 2,508.10-3XA - 9,002.10-4XB + 1,602.10-6XAXB. Y merupakan
respon kandungan lembab granul, XA merupakan level asam fumarat, dan XB
merupakan level natrium bikarbonat. Dari persamaan tersebut dapat dibuat
contour plot seperti tertera pada gambar 7.
48
874
974
1074
1174
1274
1374
600 700 800 900 1000asam fumarat (mg)
natri
um b
ikar
bona
t (m
g)
1,90% 2,00% 2,10% 2,20%
Gambar 7. Contour plot kandungan lembab granul effervescent
Dari contour plot di atas terlihat bahwa tidak terdapat area komposisi
optimum untuk menghasilkan respon kandungan lembab yang dikehendaki. Hal
ini disebabkan tidak ada formula yang memenuhi persyaratan kandungan lembab
sediaan effervescent, yaitu 0,4-0,7% (Fausett et al, 2000).
3. Waktu larut
Persamaan desain faktorial untuk waktu larut granul effervescent adalah Y
= -27,110 + 0,110XA + 0,284XB + 2,284.10-4XAXB. Y merupakan respon waktu
larut granul, XA merupakan level asam fumarat, dan XB merupakan level natrium
bikarbonat. Dari persamaan tersebut dapat dibuat contour plot seperti tertera pada
gambar 8.
49
Gambar 8. Contour plot waktu larut granul effervescent
Melalui contour plot tersebut dapat ditentukan area komposisi optimum
untuk memperoleh respon waktu larut granul effervescent yang dikehendaki yaitu
60-150 detik. Area yang berwarna hijau merupakan area yang memenuhi
persyaratan.
4. pH larutan
Persamaan desain faktorial untuk pH larutan effervescent adalah Y = 8,995
- 5,663.10-3XA - 1,186.10-3XB + 2,907.10-6XAXB. Y merupakan respon pH larutan,
XA merupakan level asam fumarat, dan XB merupakan level natrium bikarbonat.
Dari persamaan tersebut dapat dibuat contour plot seperti tertera pada gambar 9.
50
Gambar 9. Contour plot pH larutan effervescent
Melalui contour plot tersebut dapat ditentukan area komposisi optimum
untuk memperoleh respon pH larutan effervescent yang dikehendaki yaitu 5-7.
Area yang berwarna kuning merupakan area yang memenuhi persyaratan.
Penentuan formula granul effervescent yang optimum dilakukan dengan
cara menggabungkan semua contour plot area optimum masing-masing sifat fisik
granul menjadi contour plot superimposed. Akan tetapi karena ada salah satu hasil
uji yang tidak memenuhi syarat, yaitu uji kandungan lembab maka tidak dapat
dibuat contour plot superimposed.
E. Prediksi Kandungan CO2 Teoritis
Uji kandungan CO2 merupakan ciri khas dari suatu sediaan effervescent.
Perhitungan kandungan CO2 secara teoritis dapat dilakukan menggunakan
persamaan stoikiometri. Dalam hal ini diasumsikan bahwa gas CO2 yang
51
dihasilkan berasal dari reaksi antara asam dan basa.
Reaksi effervescent yang terjadi antara asam fumarat dengan natrium
bikarbonat adalah sebagai berikut :
2 NaHCO3 + C4H4O4 → 2H2O + 2CO2 + Na2C4H2O4
Tabel IX. Hasil perhitungan kadar CO2 total
Formula F1 Fa Fb Fab Kadar CO2 total
(mg/200ml) 440 440 440 748
Tabel IX menunjukkan perhitungan kadar CO2 dalam larutan effervescent.
Sementara kadar CO2 yang terlarut dalam air adalah antara 289,8mg/200ml hingga
337,6mg/200ml (Anonim, 2008). Kadar tersebut tidak melebihi batas maksimum
kadar CO2 yang diizinkan, yaitu 5000ppm atau 1000mg/200ml (Anonim, 2005c).
Kadar CO2 melebihi 5000ppm dapat menyebabkan kerusakan otak, koma, bahkan
kematian (Anonim, 2005c).
F. Prediksi Prospek Hasil Penelitian
Pada penelitian ini dilakukan optimasi untuk mendapatkan komposisi
optimum asam fumarat dan natrium bikarbonat yang menghasilkan granul
effervescent yang memenuhi sifat fisik yang dikehendaki. Dari segi rasa, granul
effervescent yang dihasilkan telah memiliki rasa yang cukup enak dan segar,
namun lebih baik lagi jika ditambahkan flavoring agent supaya sediaan ini
menjadi lebih acceptable. Untuk penampilan fisiknya sudah cukup menarik
karena larutan effervescent yang dihasilkan berwarna kuning jernih. Hanya saja
52
buih yang dihasilkan dari reaksi asam dan basa cukup banyak dan lama hilang
sehingga dapat mengurangi acceptabilitas sediaan ini. Untuk mengatasinya dapat
ditambahkan antifoaming, seperti polydimethylsiloxane.
Granul effervescent ini telah memenuhi persyaratan uji sifat fisik meliputi
uji kecepatan alir, waktu larut, dan pH larutan. Hanya saja belum dapat memenuhi
persyaratan uji kandungan lembab. Hal ini disebabkan faktor keterbatasan
ruangan yang tidak dapat memenuhi kandungan lembab ruangan yang
dipersyaratkan, yaitu 25%. Dengan demikian, untuk selanjutnya diusahakan
pembuatan granul effervescent ini dilakukan di dalam ruangan khusus dengan
kelembaban ruangan 25% atau bisa juga dengan menggunakan desikator sebagai
tempat untuk menyimpan bahan sehingga meminimalkan penyerapan lembab dari
lingkungan.
53
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Ekstrak teh hijau tidak dapat diformulasikan menjadi sediaan granul
effervescent yang memenuhi persyaratan kualitas karena tidak memenuhi
persyaratan sifat fisik kandungan lembab.
2. Tidak terdapat faktor yang berpengaruh secara bermakna dalam menentukan
kecepatan alir granul. Asam fumarat dominan dalam mempengaruhi
kandungan lembab, waktu larut, dan pH larutan.
3. Tidak ditemukan area komposisi optimum asam fumarat dan natrium
bikarbonat dalam contour plot superimposed yang menghasilkan sifat fisik
granul effervescent ekstrak teh hijau yang dikehendaki.
B. Saran
1. Perlu dikembangkan penelitian mengenai optimasi formula granul effervescent
ekstrak teh hijau menggunakan campuran asam.
2. Perlu dilakukan penelitian serupa dengan kondisi kelembaban ruangan 25%
atau menggunakan desikator sebagai tempat penyimpanan bahan.
3. Perlu dilakukan uji keseragaman kadar EGCG pada granul effervescent yang
dihasilkan.
4. Perlu ditambahkan antifoaming dan flavoring agent.
54
DAFTAR PUSTAKA Allen, L.V., 2002, The Art, Science and Technology of Pharmaceutical
Compounding, 2nd edition, 99-100, American Pharmaceutical Association, Washington D.C.
Anonim, 1979, Farmakope Indonesia, Edisi III, 9, 510, Departemen Kesehatan
Republik Indonesia, Jakarta Anonim, 1995, Farmakope Indonesia, Edisi IV, 488-489, 601, Departemen
Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta Anonim, 2004, Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik
Indonesia nomor : hk.00.05.5.1.4547 tentang Persyaratan Penggunaan Bahan Tambahan Pangan Pemanis Buatan dalam Produk Pangan, http://www.pom.go.id/, diakses tanggal 13 Desember 2008
Anonim , 2005a, Material Safety Data Sheet Epigallocatechin Gallate,
http://www.caymanchem.com/msdss/70935m.pdf , diakses tanggal 14 Desember 2008
Anonim, 2005b, Green Tea, http://www.vitamins-supplement.org/herbal-
supplements/green-tea.php, diakses tanggal 26 Juni 2008 Anonim, 2005c, Carbondioxide, http://dhs.wisconsin.gov/eh/chemFS/pdf/
CarbonDioxide.pdf, diakses tanggal 14 Desember 2008 Anonim, 2007, Caffeine in carbonated beverages,
http://scienceblogs.com/effectmeasure/2007/07/caffeine_in_carbonated_beverage.php, diakses tanggal 13 Januari 2009
Ansel., H. C., 1989, Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, Edisi IV, 212-217, UI
Press, Jakarta Bandelin, F.J., 1989, Compressed Tablets by Wet Granulation, in Lieberman H.
A., Lachman, L., dan Schawtz, J. B., Pharmaceutical Dosage Form : Tablets, Vol. 1, 2nd Edition, 149-150, Warner Lambert Company, New Jersey
Bolton, S., 1990, Pharmaceutical Statistics, Practical and Clinical Application, 2nd
Edition, 308-553, Marcell Dekker, Inc., New York Chen, J., Tipoe, G.L., Liong, E.C., So, H.S.H., Leung, K., Tom, W., Fung,
P.C.W., dan Nanji, A.A., 2004, Green tea polyphenols prevent toxin-induced
55
hepatotoxicity in mice by down-regulating inducible nitric oxide–derived prooxidants, http://www.ajcn.org/cgi/reprint/80/3/742.pdf, diakses tanggal 12 Juni 2008
Chen, L.J., Yang, X.Q., Shen, S.R., Wang, Y.F., 2002, Mechanism of Scavenging
Reactive Oxygen Radicals of Tea Catechins, http://www.journals.zju.edu.cn/agr/2002/200205/020526.pdf, diakses tanggal 12 September 2008
Dalimartha, S., 1999, Atlas Tumbuhan Obat Indonesia, Jilid 1, 150-151, Trubus
Agriwidya, Jakarta Fausett, H., Gayser, C., dan Dash, A. K., 2000, Evaluation of Quick
Disintegrating Calcium Carbonate Tablets, http://www.aapspharmscitech.org/view.asp?art=pt010320, diakses tanggal 26 Juni 2008
Fudholi, A., 1983, Metodologi Formulasi dalam Kompresi Direk, Medika 7, 9,
593 Gordon, Rosanske, dan Fonner, 1990, Granulation Technology, in Lieberman H.
A., Lachman, L., dan Schawtz, J. B., Pharmaceutical Dosage Form : Tablets, Vol. 1, 2nd Edition, 298-307, Warner Lambert Company, New Jersey
Hartoyo, A., 2003, Teh dan Khasiatnya bagi Kesehatan, 11, Penerbit Kanisius,
Yogyakarta Henning, S.M., Yantao, N., Lee, N.H., Thames, G.D., Minutti, R.R., Wang, H.,
Go, V., dan Heber, D., 2004, Bioavailability and antioxidant activity of tea flavanols afterconsumption of green tea, black tea, or a green tea extract supplement, http://www.ajcn.org/cgi/reprint/80/6/1558.pdf, diakses tanggal 25 juni 2008
Kellar, S., Poshni, F., He, L., Penzotti, S., Bedu-Addo, F., dan Payne, K., 2005,
Preformulation Development Studies To Evaluate the Properties of Epigallocatechin Gallate (EGCG), http://www.catalent.com/, diakses tanggal 2 Juli 2008
Mohrle, R., 1989, Effervescent Tablet, in Lieberman H. A., Lachman, L., dan Schawtz, J. B., Pharmaceutical Dosage Form : Tablets, Vol. 1, 2nd Edition, 289, 295-296, Warner Lambert Company, New Jersey
56
Nian, R.B., 2006, Prediksi Formula Tablet Hisap Vitamin C Menggunakan Avicel PH 102 dan Laktosa Sebagai Eksipien dengan Metode Kempa Langsung : Aplikasi Desain Faktorial, Skripsi, 31, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta
Parikh, D.M., 1997, Handbook of Pharmaceutical Granulation Technology, 61,
Marcell Dekker Inc., New York Peck, Baley, McCurdy, dan Banker, 1989, Tablet Formulation and Design, in
Lieberman H. A., Lachman, L., dan Schawtz, J. B., Pharmaceutical Dosage Form : Tablets, Vol. 1, 2nd Edition, 97-98, Warner Lambert Company, New Jersey
Puspita, T.A., 2007, Optimasi Campuran Natrium Sitrat-Asam Fumarat dan
Natrium Bikarbonat Sebagai Eksipien dalam Pembuatan Granul Effervescent Ekstrak Temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.) Secara Granulasi Basah Dengan Metode Desain Faktorial, Skripsi, 1, 62, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta
Rantiasih, M.D.,2007, Optimasi Campuran Asam Tartrat-Asam Fumarat Sebagai
Eksipien Dalam Pembuatan Granul Effervescent Ekstrak Temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.) Secara Granulasi Basah Dengan Metode Desain Faktorial, Skripsi, 1, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta
Rau, A., 2001, Effervescent Technology Primer,
http://lotioncrafter.com/pdf/Effervescent_Technology_Primer.pdf, diakses tanggal 26 Juni 2008
Rohdiana, D., 2001, Aktivitas Daya Tangkap Radikal Polifenol dalam Daun Teh,
Majalah Farmasi Indonesia, 12(1), 53-58 Rowe, R.C., Sheskey, P.J., dan Owen, S.C., 2006, Handbook of Pharmaceutical
Excipients, 5th edition, 293, Pharmaceutical Press, London Sahelian, R., 2005, EGCG and Green Tea Extract,
http://www.physicianformulas.com/, diakses tanggal 2 Juli 2008 Shaheen, S.M., Hossen, M.N., Ahmed, M., dan Amran M.S., 2006, Green Tea in
Health Care: A Natural Medicine, A Natural Drink, http://www.ajcn.org/cgi/reprint/80/6/1558.pdf, diakses 25 Juni 2008
Singleton, V.L., dan Rossi J.A., 1965, Colorimetry of total phenolics with
phosphomolybolic – phosphotungstic acid reagents. Am. J. Enol. Vitic.
57
16, 144-158 Swarbrick, J., dan Boylan, J.C., 1992, Encyclopedia of Pharmaceutical
Technology, Vol 5, 49-65, Marcel Dekker, Inc., New York
Voigt, R., Buku Pelajaran Teknologi Farmasi, Edisi ke-5, 83-85, 579-580, Gadjah
Mada University Press, Yogyakarta Wahlen, J., 1998, Health Effects of the Artificial Sweetener Aspartame, http://tc.engr.wisc.edu/UER/uer98/author2/index.html, diakses tanggal
12 Januari 2009 Wedke, D. A., Serajudin, A. T. M., dan Jacobson, H., 1989, Preformulation
Testing, in Lieberman, H. A., Lachman, L., dan Schawtz, J. B., Pharmaceutical Dosage Form : Tablets, Vol. 1, 2nd Edition, 53-57, E. R. Squibb & Sons, New Jersey
Wehling dan Fred, 2004, Effervescent Composition Including Stevia,
http://www.pharmcast.com/, diakses tanggal 26 Juni 2008
58
LAMPIRAN
Lampiran 1. Certificate of Analysis ekstrak teh hijau
59
Lampiran 2. Dokumentasi
1. Ekstrak kering teh hijau
2. Granul effervescent F1
4. Granul effervescent Fb
3. Granul effervescent Fa
5. Granul effervescent Fab
60
Lampiran 3. Perhitungan level asam fumarat dan natrium bikarbonat
Menurut Wehling and Fred (2004), jumlah komposisi asam berkisar antara
10–60% dari berat granul effervescent, tetapi yang paling baik adalah 25-40%.
Dalam penelitian ini digunakan range 15-25%.
Reaksi antara asam fumarat dan natrium bikarbonat adalah sebagai berikut :
2 NaHCO3 + C4H4O4 → 2H2O + 2CO2 + Na2C4H2O4
BM asam fumarat =116 ; BM natrium bikarbonat = 84
1. Level rendah asam fumarat dan natrium bikarbonat
Massa C4H4O4 = 15% x 4g
= g6,0g4x10015
= = 600mg
mol C4H4O4 = 116
g6,0 = 0,0052 mol
mol NaHCO3 = 2 mol C4H4O4 = 0,0104 mol
Massa NaHCO3 = 0,0104 x 84 = 0,874g = 874mg
Jadi, level rendah untuk asam fumarat (C4H4O4)= 600mg dan level rendah
untuk natrium bikarbonat (NaHCO3) = 874mg.
2. Level tinggi asam fumarat dan natrium bikarbonat
Massa C4H4O4 = 25% x 4g
= g1g4x10025
= = 1000mg
mol C4H4O4 = 116
g1 = 0,0086 mol
61
mol NaHCO3 = 2 mol C4H4O4 = 0,0172 mol
Massa NaHCO3 = 0,0172 x 84 = 1,445 g =1445mg
Jadi, level tinggi untuk asam fumarat (C4H4O4) = 874mg dan level rendah
untuk natrium bikarbonat (NaHCO3) = 1000mg.
62
Lampiran 4. Data Penimbangan Formula, Notasi dan Formula Desain
Faktorial
1. Data penimbangan formula
Bahan (mg) Formula 1 a b ab
Ekstrak teh hijau 500 500 500 500 Asam fumarat 600 1000 600 1000 Natrium bikarbonat 874 874 1445 1445 PVP 3% 24 24, 24 24 Laktosa 975 975 975 975 Aspartam 80 80 80 80
2. Notasi
Level tinggi : +
Level rendah : -
Faktor A : asam fumarat
Faktor B : natrium bikarbonat
Formula Faktor A Faktor B Interaksi 1 - - + a + - - b - + - ab + + +
3. Formula desain faktorial
Formula Faktor A Faktor B 1 600 874 a 1000 874 b 600 1445 ab 1000 1445
63
Lampiran 5. Data kandungan lembab ekstrak, kadar EGCG dalam ekstrak,
uji sifat fisik granul effervescent ekstrak teh hijau, dan uji
homogenitas
1. Kandungan lembab ekstrak
Replikasi Kandungan Lembab (%) 1 4,010 2 3,970 3 4,280 4 3,960 5 4,020 6 3,930
Rata-rata 4,028 SD 0,128
2. Kadar EGCG dalam ekstrak
• Pada kondisi kandungan lembab 3%
Kadar EGCG sebesar 7,14% atau 7,14g dalam 100g ekstrak
Bobot ekstrak kering = 97g → mengandung 7,14g EGCG
Dalam 500mg ekstrak → kadar EGCG = 5 x 7,14g = 35,7g
• Pada kondisi kandungan lembab 4,028%
Bobot ekstrak kering = 95,972g
Kadar EGCG dalam 100g = g14,7x97972,95 = 7,06g
Dalam 500mg ekstrak → kadar EGCG = 5 x 7,06g = 35,3g
64
3. Uji sifat fisik granul
a. Kecepatan alir
Replikasi Kecepatan alir (g/detik) F1 Fa Fb Fab
1 48,310 43,480 43,100 43,480 2 43,290 44,050 41,670 45,250 3 45,450 42,370 44,840 44,050 4 45,450 43,290 46,510 47,850 5 46,300 45,040 42,370 42,550 6 44,050 45,870 43,480 44,640 7 49,260 48,310 49,500 45,660 8 43,100 43,290 52,910 47,170 9 42,920 45,450 45,870 47,850 10 45,040 42,740 49,500 46,300 11 49,020 42,550 50,250 49,260 12 50,000 45,450 49,260 49,260
Rata-rata 46,016 44,324 46,605 46,110 SD 2,554 1,751 3,629 2,216
b. Kandungan lembab
Replikasi Kandungan lembab (%) F1 Fa Fb Fab
1 2,410 2,160 1,720 2,190 2 2,440 1,860 2,360 2,260 3 2,310 2,010 2,500 2,260 4 2,460 1,790 2,370 2,410 5 2,510 2,000 2,140 2,300 6 2,310 1,400 2,080 2,220 7 2,090 1,810 2,380 2,170 8 2,060 1,690 2,330 2,130 9 2,150 1,800 2,440 2,170 10 2,080 1,720 2,400 2,150 11 2,120 1,790 2,370 2,200 12 2,140 1,740 2,410 2,120
Rata-rata 2,257 1,814 2,292 2,215 SD 0,168 0,190 0,216 0,082
65
c. Waktu larut
Replikasi Waktu larut (detik) F1 Fa Fb Fab
1 160 135 220 167 2 173 129 230 160 3 167 136 245 165 4 170 125 236 175 5 158 114 249 179 6 170 137 254 178 7 180 139 264 169 8 156 143 265 148 9 162 130 253 147 10 162 144 272 155 11 174 129 269 160 12 176 118 261 160
Rata-rata 167,333 131,583 251,500 163,583 SD 7,703 9,307 16,256 10,655
d. pH larutan
Replikasi pH larutan F1 Fa Fb Fab
1 6,190 4,960 6,360 5,910 2 6,120 4,930 6,410 5,890 3 6,140 4,860 6,450 5,900 4 6,160 4,920 6,430 5,870 5 6,180 4,820 6,400 5,930 6 6,220 4,720 6,390 5,920 7 5,990 4,910 6,370 5,800 8 6,010 4,810 6,380 5,760 9 5,960 4,800 6,380 5,720 10 6,010 4,720 6,400 5,680 11 6,020 4,770 6,460 5,720 12 6,010 4,800 6,400 5,720
Rata-rata 6,084 4,835 6,403 5,818 SD 0,092 0,081 0,031 0,094 CV 1,512% 1,675% 0,484% 1,616 %
66
4. Uji homogenitas campuran
Replikasi F1 Fa Fb Fab
Asam Basa Asam Basa Asam Basa Asam Basa 1 0,253 0,326 0,354 0,212 0,206 0,371 0,277 0,326 2 0,229 0,362 0,329 0,269 0,215 0,366 0,312 0,305 3 0,342 0,278 0,398 0,215 0,198 0,397 0,256 0,331 4 0,267 0,324 0,362 0,218 0,202 0,360 0,323 0,297 5 0,278 0,316 0,347 0,243 0,219 0,354 0,304 0,310 6 0,284 0,310 0,358 0,226 0,228 0,342 0,315 0,287
Rata-rata 0,276 0,319 0,358 0,231 0,211 0,365 0,298 0,309SD 0,038 0,027 0,023 0,022 0,011 0,019 0,026 0,017CV 13,814 8,511 6,362 9,500 5,367 5,105 8,692 5,443
67
Lampiran 6. Perhitungan persamaan desain faktorial
1. Kecepatan alir
Formula asam basa interaksi respon 1 - - + 46,016 a + - - 44,324 b - + - 46,605
ab + + + 46,110
Efek A = ( ) ( )2
1+−+ baab
= ( ) ( )2
016,46605,46324,44110,46 +−+ = 2187,2− = ⏐-1,094⏐
Efek B = ( ) ( )2
1+−+ abab
= ( ) ( )2
016,46324,4446,60546,110 +−+ = 2375,2 = 1,188
Efek interaksi = ( ) ( )2
1 baab +−+
= ( ) ( )2
46,605324,4446,110016,46 +−+ = 2
197,1 = 0,599
Persamaan umum desain faktorial
Y = b0 + b1XA + b2XB + b12XAXB
Formula 1
46,016 = b0 + 600 b1 + 874 b2 + 524400 b12....................................…………….(1)
Formula a
44,324 = b0 + 1000 b1 + 874 b2 + 874000 b12...................................……………(2)
Formula b
46,605 = b0 + 600 b1 + 1445 b2 + 867000 b12..................................……...……..(3)
68
Formula ab
46,110 = b0 + 1000 b1 + 1445 b2 + 1445000 b12................................……..……(4)
Eliminasi persamaan (1) dan (2)
46,016 = b0 + 600 b1 + 874 b2 + 524400 b12
44,324 = b0 + 1000 b1 + 874 b2 + 874000 b12 _
1,692 = - 400 b1 – 349600 b12 ...........................................................................(5)
Eliminasi persamaan (3) dan (4)
46,605 = b0 + 600 b1 + 1445 b2 + 867000 b12
46,110 = b0 + 1000 b1 + 1445 b2 + 1445000 b12 _
0,495 = - 400 b1 – 578000 b12 ...........................................................................(6)
Eliminasi persamaan (5) dan (6)
1,692 = - 400 b1 – 349600 b12
0,495 = - 400 b1 – 578000 b12 _
1,197 = 228400 b12
b12 = 5,241 x 10-6
Substitusi nilai b12 ke (5)
1,692 = - 400 b1 – 349600 b12
1,692 = - 400 b1 – 349600 (5,241 x 10-6)
1,692 = - 400 b1 – 1,832
400 b1 = - 3,524
b1 = - 8,810 x 10-3
69
Eliminasi (1) dan (3)
46,016 = b0 + 600 b1 + 874 b2 + 524400 b12
46,605 = b0 + 600 b1 + 1445 b2 + 867000 b12 _
- 0,589 = - 571 b2 – 342600 b12 .............................................................................(7)
Substitusi b12 ke persamaan (7)
- 0,589 = - 571 b2 – 342600 b12
- 0,589 = - 571 b2 – 342600 (5,241 x 10-6)
- 0,589 = - 571 b2 – 1,796
571 b2 = - 1,207
b2 = - 2,114 x 10-3
Substitusi b1, b2, b12 ke persamaan (1)
46,016 = b0 + 600 b1 + 874 b2 + 524400 b12
46,016 = b0 + 600 (- 8,810 x 10-3) + 874 (- 2,114 x 10-3) + 524400 (5,241 x 10-6)
46,016 = b0 – 5,286 – 1,848 + 2,748
46,016 = b0 – 4,386
b0 = 50,402
Persamaan umum desain faktorial untuk kecepatan alir :
Y = 50,402 - 8,810 x 10-3 XA - 2,114 x 10-3 XB + 5,241 x 10-6 XAXB
2. Kandungan lembab
Formula asam basa interaksi respon 1 - - + 2,257 a + - - 1,814 b - + - 2,292
ab + + + 2,215
70
Efek A = ( ) ( )2
1+−+ baab
= ( ) ( )2
257,2292,2814,1215,2 +−+ = 2520,0− = ⏐- 0,260⏐
Efek B = ( ) ( )2
1+−+ abab
= ( ) ( )2
257,2814,1292,2215,2 +−+ = 2436,0 = 0,218
Efek interaksi = ( ) ( )2
1 baab +−+
= ( ) ( )2
292,2814,1215,2257,2 +−+ = 2366,0 = 0,183
Persamaan umum desain faktorial
Y = b0 + b1XA + b2XB + b12XAXB
Formula 1
2,257 = b0 + 600 b1 + 874 b2 + 524400 b12 ……………………………………(1)
Formula a
1,814 = b0 + 1000 b1 + 874 b2 + 874000 b12...................................……………(2)
Formula b
2,292 = b0 + 600 b1 + 1445 b2 + 867000 b12..................................……………(3)
Formula ab
2,215 = b0 + 1000 b1 + 1445 b2 + 1445000 b12................................…………..(4)
Eliminasi persamaan (1) dan (2)
2,257 = b0 + 600 b1 + 874 b2 + 524400 b12
1,814 = b0 + 1000 b1 + 874 b2 + 874000 b12 _
0,443 = - 400 b1 – 349600 b12 ............................................................................(5)
71
Eliminasi persamaan (3) dan (4)
2,292 = b0 + 600 b1 + 1445 b2 + 867000 b12
2,215 = b0 + 1000 b1 + 1445 b2 + 1445000 b12 _
0,077 = - 400 b1 – 578000 b12 .............................................................................(6)
Eliminasi persamaan (5) dan (6)
0,443 = - 400 b1 – 349600 b12
0,077 = - 400 b1 – 578000 b12 _
0,366 = 228400 b12
b12 = 1,602 x 10-6
Substitusi nilai b12 ke (5)
1,692 = - 400 b1 – 349600 b12
0,443 = - 400 b1 – 349600 (1,602 x 10-6)
0,443 = - 400 b1 – 0,560
400 b1 = - 1,003
b1 = - 2,508 x 10-3
Eliminasi (1) dan (3)
2,257 = b0 + 600 b1 + 874 b2 + 524400 b12
2,292 = b0 + 600 b1 + 1445 b2 + 867000 b12_
- 0,035 = - 571 b2 – 342600 b12 .............................................................................(7)
Substitusi b12 ke persamaan (7)
- 0,035 = - 571 b2 – 342600 b12
- 0,035 = - 571 b2 – 342600 (1,602 x 10-6)
- 0,035 = - 571 b2 – 0,549
571 b2 = - 0,514
b2 = - 9,002 x 10-3
72
Substitusi b1, b2, b12 ke persamaan (1)
2,257 = b0 + 600 b1 + 874 b2 + 524400 b12
2,257 = b0 + 600 (-2,508 x 10-3) + 874 (-9,002 x 10-3) + 524400 (1,602 x 10-6)
2,257 = b0 – 1,505 – 0,787 + 0,840
2,257 = b0 – 1,452
b0 = 3,709
Persamaan umum desain faktorial untuk kandungan lembab :
Y = 3,709 - 2,508 x 10-3 XA - 9,002 x 10-4 XB + 1,602.10-6 XAXB
3. Waktu larut
Formula asam basa interaksi respon 1 - - + 167,333 a + - - 131,583 b - + - 251,500 ab + + + 163,583
Efek A = ( ) ( )2
1+−+ baab
= ( ) ( )2
333,167500,251583,131583,163 +−+ = 2
667,123−
= ⏐- 61,834⏐
Efek B = ( ) ( )2
1+−+ abab
= ( ) ( )2
333,167583,131500,251583,163 +−+ = 2167,116 = 58,084
73
Efek interaksi = ( ) ( )2
1 baab +−+
= ( ) ( )2
500,251583,131583,163333,167 +−+ = 2167,52−
=⏐- 26,084⏐
Persamaan umum desain faktorial
Y = b0 + b1XA + b2XB + b12XAXB
Formula 1
167,333 = b0 + 600 b1 + 874 b2 + 524400 b12....................................………….(1)
Formula a
131,583 = b0 + 1000 b1 + 874 b2 + 874000 b12...................................…………(2)
Formula b
251,500 = b0 + 600 b1 + 1445 b2 + 867000 b12..................................………….(3)
Formula ab
163,583 = b0 + 1000 b1 + 1445 b2 + 1445000 b12................................………...(4)
Eliminasi persamaan (1) dan (2)
167,333 = b0 + 600 b1 + 874 b2 + 524400 b12
131,583 = b0 + 1000 b1 + 874 b2 + 874000 b12 _
35,750 = - 400 b1 – 349600 b12 ........................................................................(5)
Eliminasi persamaan (3) dan (4)
251,500 = b0 + 600 b1 + 1445 b2 + 867000 b12
163,583 = b0 + 1000 b1 + 1445 b2 + 1445000 b12 _
87,917 = - 400 b1 – 578000 b12 .........................................................................(6)
74
Eliminasi persamaan (5) dan (6)
35,750 = - 400 b1 – 349600 b12
87,917 = - 400 b1 – 578000 b12 _
- 52,167 = 228400 b12
b12 = - 2,284 x 10-4
Substitusi nilai b12 ke (5)
35,750 = - 400 b1 – 349600 b12
35,750 = - 400 b1 – 349600 (- 2,284 x 10-4)
35,750 = - 400 b1 – 79,849
400 b1 = - 44,099
b1 = 0,110
Eliminasi (1) dan (3)
167,333 = b0 + 600 b1 + 874 b2 + 524400 b12
251,500 = b0 + 600 b1 + 1445 b2 + 867000 b12 _
- 84,167 = - 571 b2 – 342600 b12 .........................................................................(7)
Substitusi b12 ke persamaan (7)
- 84,167 = - 571 b2 – 342600 b12
- 84,167 = - 571 b2 – 342600 (- 2,284 x 10-4)
- 84,167 = - 571 b2 + 78,250
571 b2 = 162,417
b2 = 0,284
Substitusi b1, b2, b12 ke persamaan (1)
167,333 = b0 + 600 b1 + 874 b2 + 524400 b12
167,333 = b0 + 600 (0,110) + 874 (0,284) + 524400 (- 2,284 x 10-4)
167,333 = b0 + 66 + 248,216 – 119,773
75
167,333 = b0 + 194,443
b0 = - 27,110
Persamaan umum desain faktorial untuk waktu larut :
Y = - 27,110 + 0,110 XA + 0,284 XB - 2,284 x 10-4 XAXB
4. pH larutan
Formula asam basa interaksi respon 1 - - + 6,084 a + - - 4,835 b - + - 6,403
ab + + + 5,818
Efek A = ( ) ( )2
1+−+ baab
= ( ) ( )2
084,6403,6835,4818,5 +−+ = 2834,1− = ⏐- 0,917⏐
Efek B = ( ) ( )2
1+−+ abab
= ( ) ( )2
084,6835,4403,6818,5 +−+ = 2302,1 = 0,651
Efek interaksi = ( ) ( )2
1 baab +−+
= ( ) ( )2
403,6835,4818,5084,6 +−+ = 2664,0 = 0,332
Persamaan umum desain faktorial
Y = b0 + b1XA + b2XB + b12XAXB
Formula 1
6,084 = b0 + 600 b1 + 874 b2 + 524400 b12 ……………………………………..(1)
Formula a
4,835 = b0 + 1000 b1 + 874 b2 + 874000 b12...................................…………….(2)
76
Formula b
6,403 = b0 + 600 b1 + 1445 b2 + 867000 b12..................................…………….(3)
Formula ab
5,818 = b0 + 1000 b1 + 1445 b2 + 1445000 b12................................…………...(4)
Eliminasi persamaan (1) dan (2)
6,084 = b0 + 600 b1 + 874 b2 + 524400 b12
4,835 = b0 + 1000 b1 + 874 b2 + 874000 b12 _
1,249 = - 400 b1 – 349600 b12 .............................................................................(5)
Eliminasi persamaan (3) dan (4)
6,403 = b0 + 600 b1 + 1445 b2 + 867000 b12
5,818 = b0 + 1000 b1 + 1445 b2 + 1445000 b12 _
0,585 = - 400 b1 – 578000 b12 ............................................................................(6)
Eliminasi persamaan (5) dan (6)
1,249 = - 400 b1 – 349600 b12
0,585 = - 400 b1 – 578000 b12 _
0,664 = 228400 b12
b12 = 2,907 x 10-6
Substitusi nilai b12 ke (5)
1,249 = - 400 b1 – 349600 b12
1,249 = - 400 b1 – 349600 (2,907 x 10-6)
1,249 = - 400 b1 – 1,016
400 b1 = - 2,265
b1 = - 5,663 x 10-3
77
Eliminasi (1) dan (3)
6,084 = b0 + 600 b1 + 874 b2 + 524400 b12
6,403 = b0 + 600 b1 + 1445 b2 + 867000 b12_
- 0,319 = - 571 b2 – 342600 b12 ............................................................................(7)
Substitusi b12 ke persamaan (7)
- 0,319 = - 571 b2 – 342600 b12
- 0,319= - 571 b2 – 342600 (2,907 x 10-6)
- 0,319 = - 571 b2 – 0,996
571 b2 = - 0,677
b2 = - 1,186 x 10-3
Substitusi b1, b2, b12 ke persamaan (1)
6,084 = b0 + 600 b1 + 874 b2 + 524400 b12
6,084 = b0 + 600 (- 5,663 x 10-3) + 874 (-1,186 x 10-3) + 524400 (2,907 x 10-6)
6,084 = b0 – 3,398 – 1,037 + 1,524
6,084 = b0 – 2,911
b0 = 8,995
Persamaan umum desain faktorial untuk pH larutan :
Y = 8,995 -5,663 x 10-3 XA - 1,186 x 10-3 XB + 2,907 x 10-6 XAXB
78
Lampiran 7. Perhitungan Yate’s treatment
Faktor : A. Asam fumarat
B. Natrium Bikarbonat
1. Kecepatan alir
Replikasi a1 a2 b1 b2 b1 b2
1 48,310 43,100 43,480 43,480 2 43,290 41,670 44,050 45,250 3 45,450 44,840 42,370 44,050 4 45,450 46,510 43,290 47,850 5 46,300 42,370 45,040 42,550 6 44,050 43,480 45,870 44,640 7 49,260 49,500 48,310 45,660 8 43,100 52,910 43,290 47,170 9 42,920 45,870 45,450 47,850 10 45,040 49,500 42,740 46,300 11 49,020 50,250 42,550 49,260 12 50,000 49,260 45,450 49,260
2yΣ = total sum of squares 2yΣ = (48,310)2 + (43,100)2 + (43,480)2 + (43,480)2 + (43,290)2 + (41,670)2 +
(44,050)2 + (45,250)2 + (45,450)2 + (44,840)2 + (42,370)2 + (44,050)2 + (45,450)2 + (46,510)2 + (43,290)2 + (47,850)2 + (46,300)2 + (42,370)2 + (45,040)2 + (42,550)2 + (44,050)2 + (43,480)2 + (45,870)2 + (44,640)2 + (49,260)2 + (49,500)2 + (48,310)2 + (45,660)2 + (43,100)2 + (52,910)2 + (43,290)2 + (47,170)2 + (42,920)2 + (45,870)2 + (45,450)2 + (47,850)2 + (45,040)2 + (49,500)2 + (42,740)2 + (46,300)2 + (49,020)2 + (50,250)2 + (42,550)2 + (49,2602 + (50,000)2 + (49,260)2 + (45,450)2 + (49,260)2
_
48)660,2196( 2
= 100867,281-100527,399 = 339,882
79
Ryy = replicate sum of square
Ryy =
( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( )( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( )
( )48
100527,399
4193,970191,080183,580182,090186,470192,730
178,040176,260183,100176,710174,260178,370
2
222222
222222
−
⎟⎟⎟⎟⎟
⎠
⎞
⎜⎜⎜⎜⎜
⎝
⎛
+++++
++++++
= 100652,623-100527,399 = 125,224
Tyy = treatment sum of squares
Tyy = ( ) ( ) ( ) ( ) ( )48
2196,66012
553.320531.890559.260552.190 22222
−⎟⎟⎠
⎞⎜⎜⎝
⎛ +++
= 100562,962– 100527,399 = 35,562
Eyy = experiment all error sum of squares = 339,882– 125,224– 35,562 = 179,095
Ayy = sum of squares associated with the different level of a
= ( ) ( ) ( )48
2196,66024
1085,2101111,450 222
−⎟⎟⎠
⎞⎜⎜⎝
⎛ +
= 100541,744-100527,399 = 14,345
Byy = sum of squares associated with the different level of b
= ( ) ( ) ( )48
2196,66024
1112,5801084,080 222
−⎟⎟⎠
⎞⎜⎜⎝
⎛ +
= 100544,321-100527,399 = 16,922
80
Source of Variation
Degrees of freedom
Sum of Squares Mean Squares F
Replicates 11 125,224 11,384 Treatment 3 35,562 11,854
A 1 14,345 14,345 2,643 B 1 16,922 16,922 3,118
AB 1 4,296 4,296 0,792 Experimental error 33 179,095 5,427
Total 47 339,882
F a = errorerimentalexpforsquaresmean
effectaforsquaresmean
= 427,5345,14 = 2,643
F b = errorerimentalexpforsquaresmean
effectbforsquaresmean
= 427,5
16,922 = 3,118
F ab = errorerimentalexpforsquaresmean
effectabforsquaresmean
= 427,5
4,296 = 0,792
F tabel (1,33) dengan tingkat kepercayaan 95% adalah 4,13
81
2. Kandungan Lembab
Replikasi a1 a2 b1 b2 b1 b2
1 2,410 1,720 2,160 2,190 2 2,440 2,360 1,860 2,260 3 2,310 2,500 2,010 2,260 4 2,460 2,370 1,790 2,410 5 2,510 2,140 2,000 2,300 6 2,310 2,080 1,400 2,220 7 2,090 2,380 1,810 2,170 8 2,060 2,330 1,690 2,130 9 2,150 2,440 1,800 2,170 10 2,080 2,400 1,720 2,150 11 2,120 2,370 1,790 2,200 12 2,140 2,410 1,740 2,120
2yΣ = total sum of squares 2yΣ = (2,410)2 + (1,720)2 + (2,160)2 + (2,190)2 + (2,440)2+ (2,360)2 + (1,860)2
+ (2,260)2 + (2,310)2 + (2,500)2 + (2,010)2 + (2,260)2 + (2,460)2 + (2,370)2
+ (1,790)2 + (2,410)2 + (2,510)2 + (2,140)2 + (2,000)2 + (2,300)2 + (2,310)2
+ (2,080)2 + (1,400)2 + (2,220)2 + (2,090)2 + (2,380)2 + (1,810)2 + (2,170)2
+ (2,060)2 + (2,330)2 + (1,690)2 + (2,130)2 + (2,150)2 + (2,440)2 + (1,800)2
+ (2,170)2 + (2,080)2 + (2,400)2 + (1,720)2 + (2,150)2 + (2,120)2 + (2,370)2
+ (1,790)2 + (2,200)2 + (2,140)2 + (2,410)2 + (1,740)2 + (2,120)2
_ ( )48
102.930 2
= 223,794 - 220,721 = 3,074
Ryy = replicate sum of square
Ryy =
( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( )( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( )
( )48
102,930
48,4108,4808,3508,5608,2108,450
8,0108,9509,0309,0808,9208,480
2
222222
222222
−
⎟⎟⎟⎟⎟
⎠
⎞
⎜⎜⎜⎜⎜
⎝
⎛
+++++
++++++
= 221,042 - 220,721 = 0,321
82
Tyy = treatment sum of squares
Tyy = ( ) ( ) ( ) ( ) ( )48
102.93012
26.58021.77027.50027.080 22222
−⎟⎟⎠
⎞⎜⎜⎝
⎛ +++
= 222,500 - 220,721 = 1,780
Eyy = experiment al error sum of squares
= 3,074 - 0,321 - 1,780 = 0,972 Ayy = sum of squares associated with the different level of a
= ( ) ( ) ( )48
102.93024
48.35054.580 222
−⎟⎟⎠
⎞⎜⎜⎝
⎛ +
= 221.529 - 220.721 = 0.809 Byy = sum of squares associated with the different level of b
= ( ) ( ) ( )48
102.93024
54.08048.850 222
−⎟⎟⎠
⎞⎜⎜⎝
⎛ +
= 221,529 - 220,721 = 0,809
Source of Variation
Degrees of freedom
Sum of Squares Mean Squares F
Replicates 11 0,321 0,029 Treatment 3 1,780 0,593
A 1 0,809 0,809 27,448 B 1 0,570 0,570 19,343
AB 1 0,402 0,402 13,629 Experimental error 33 0,972 0,029
Total 47 3,074
83
F a = errorerimentalexpforsquaresmean
effectaforsquaresmean
= 029,0809,0 = 27,897
F b = errorerimentalexpforsquaresmean
effectbforsquaresmean
= 029,0
0,570 = 19,655
F ab = errorerimentalexpforsquaresmean
effectabforsquaresmean
= 029,0
0,402 = 13,862
F tabel (1,33) dengan tingkat kepercayaan 95% adalah 4,13
3. Waktu Larut
Replikasi a1 a2 b1 b2 b1 b2
1 160 220 135 167 2 173 230 129 160 3 167 245 136 165 4 170 236 125 175 5 158 249 114 179 6 170 254 137 178 7 180 264 139 169 8 156 265 143 148 9 162 253 130 147 10 162 272 144 155 11 174 269 129 160 12 176 261 118 160
84
2yΣ = total sum of squares 2yΣ = (160)2 + (220)2 + (135)2 + (167)2 + (173)2 + (230)2 + (129)2 + (160)2 +
(167)2 + (245)2 + (136)2 + (165)2 + (170)2 + (236)2 + (125)2 + (175)2 +
(158)2 + (249)2 + (114)2 + (179)2 + (170)2 + (254)2 + (137)2 + (178)2 +
(180)2 + (264)2 + (139)2 + (169)2 + (156)2 + (265)2 + (143)2 + (148)2 +
(162)2 + (253)2 + (130)2 + (147)2 + (162)2 + (272)2 + (144)2 + (155)2 +
(174)2 + (269)2 + (129)2 + (160)2 + (176)2 + (261)2 + (118)2 + (160)2 -
_ ( )48
8568 2
= 1629678- 1529388 = 100290
Ryy = replicate sum of square
Ryy =
( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( )( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( )
48
285684
27152732273326922712
2752273927002706271326922682
−++++
+++++++
⎟⎟⎟⎟⎟⎟
⎠
⎞
⎜⎜⎜⎜⎜⎜
⎝
⎛
= 1530641– 1529388 = 1253
Tyy = treatment sum of squares
Tyy = ( ) ( ) ( ) ( ) ( )48
856812
1963157930182008 22222
−⎟⎟⎠
⎞⎜⎜⎝
⎛ +++
= 1623916,500 – 1529388 = 94528,500
Eyy = experiment al error sum of squares
= 100290,000 – 1253,000 – 94528,500 = 4508,500
85
Ayy = sum of squares associated with the different level of a
= ( ) ( ) ( )48
856824
35425026 222
−⎟⎟⎠
⎞⎜⎜⎝
⎛ +
= 1575268,333 – 1529388,000 = 45880,333
Byy = sum of squares associated with the different level of b
= ( ) ( ) ( )48
856824
49813587 222
−⎟⎟⎠
⎞⎜⎜⎝
⎛ +
= 1569872,083 – 1529388,000 = 40484,083
Source of Variation
Degrees of freedom
Sum of Squares Mean Squares F
Replicates 11 1253,000 113,909 Treatment 3 94528,500 31509,500
A 1 45880,333 45880,333 335,821 B 1 40484,083 40484,083 296,324
AB 1 8164,083 8164,083 59,757 Experimental error
33 4508,500 136,621
Total 47 100290,000
F a = errorerimentalexpforsquaresmean
effectaforsquaresmean
= 621,136
333,45880 = 335,822
F b = errorerimentalexpforsquaresmean
effectbforsquaresmean
= 621,136
40484,083 = 296,324
86
F ab = errorerimentalexpforsquaresmean
effectabforsquaresmean
= 621,136
8164,083 = 59,757
F tabel (1,33) dengan tingkat kepercayaan 95% adalah 4,13
4. pH larutan
Replikasi a1 a2 b1 b2 b1 b2
1 6,190 6,360 4,960 5,910 2 6,120 6,410 4,930 5,890 3 6,140 6,450 4,860 5,900 4 6,160 6,430 4,920 5,870 5 6,180 6,400 4,820 5,930 6 6,220 6,390 4,720 5,920 7 5,990 6,370 4,910 5,800 8 6,010 6,380 4,810 5,760 9 5,960 6,380 4,800 5,720 10 6,010 6,400 4,720 5,680 11 6,020 6,460 4,770 5,720 12 6,010 6,400 4,800 5,720
2yΣ = total sum of squares 2yΣ = (6,140)2 + (6,410)2 + (5,430)2 + (6,010)2 + (6,050)2 + (6,670)2 + (5,470)2
+ (6,160)2 + (6,170)2 + (6,500)2 + (5,590)2 + (5,890)2 + (5,970)2 + (6,610)2
+ (5,520)2 + (5,920)2 + (6,090)2 + (6,590)2 + (5,460)2 + (6,370)2 + (5,950)2
+ (6,700)2 + (5,390)2 + (5,980)2 + (6,290)2 + (6,340)2 + (5,180)2 + (6,150)2
+ (6,200)2 + (6,350)2 + (5,590)2 + (5,950)2 + (6,240)2 + (6,370)2 + (5,170)2
+ (6,040)2 + (6,180)2 + (6,310)2 + (6,000)2 + (6,100)2 + (6,170)2 + (6,320)2
+ (5,270)2 + (5,920)2 + (6,180)2 + (6,320)2 + (5,820)2 + (5,760)2
_ ( )48
277,680 2
87
= 1623,146 - 1606,379 = 16,767
Ryy = replicate sum of square
Ryy =
( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( )( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( )
( )48
2277.680
4
222,930222,970222,810222,860222,960223,070
223,250223,330223,380223,350223,350223,420
−
+++++
++++++
⎟⎟⎟⎟⎟⎟
⎠
⎞
⎜⎜⎜⎜⎜⎜
⎝
⎛
= 1606,521 – 1606,379 = 0,142
Tyy = treatment sum of squares
Tyy = ( ) ( ) ( ) ( ) ( )48
277,68012
69,82058,02076,83073,010 22222
−⎟⎟⎠
⎞⎜⎜⎝
⎛ +++
= 1622,872 – 1606,379 = 16,493 Eyy = experiment al error sum of squares
= 16,767 – 0,142 – 16,493 = 0,131 Ayy = sum of squares associated with the different level of a
= ( ) ( ) ( )48
277,68024
127,840149,840 222
−⎟⎟⎠
⎞⎜⎜⎝
⎛ +
= 1616,462 – 1606,379 = 10,083
Byy = sum of squares associated with the different level of b
= ( ) ( )48
277,68024
146,650131,030 222
−⎟⎟⎠
⎞⎜⎜⎝
⎛ +
88
= 1611,462 – 1606,379 = 5,083
Source of Variation
Degrees of freedom
Sum of Squares Mean Squares F
Replicates 11 0,142 0,013 Treatment 3 16,493 5,498
a 1 10,083 10,083 2530,739 b 1 5,083 5,083 1275,746 ab 1 1,327 1,327 332,972
Experimental error
33 0,131 0,004
Total 47 16,767
F a = errorerimentalexpforsquaresmean
effectaforsquaresmean
= 0,131
10,083 = 76,969
F b = errorerimentalexpforsquaresmean
effectbforsquaresmean
= 0.1315.083 = 38,802
F ab = errorerimentalexpforsquaresmean
effectabforsquaresmean
= 0,1311,327 = 10,130
F tabel (1,33) dengan tingkat kepercayaan 95% adalah 4,13
89
Lampiran 8. Perhitungan prediksi kandungan CO2 teoritis dalam larutan
granul effervescent
Persamaan reaksi : 2 NaHCO3 + C4H4O4 → 2H2O + 2CO2 + Na2C4H2O4
BM Asam fumarat =116 ; BM Natrium bikarbonat = 84
Bahan (mg) Formula 1 a b ab
Asam fumarat 600 1000 600 1000 Natrium bikarbonat 874 874 1445 1445
1. Prediksi CO2 teoritis formula F1
n C4H4O4 = 116
g6,0 = 0,005 mol
n NaHCO3 = 84
874,0 g = 0,010 mol
2 NaHCO3 + C4H4O4 → 2H2O + 2CO2 + Na2C4H2O4
Awal 0,010 0,005
Reaksi 0,010 0,005 0,010 0,010 0,005
Sisa - - 0,010 0,010 0,005
Massa CO2 = 0,010 mol x 44 = 0,440gram
Kadar CO2 total dalam 200ml air adalah 440mg/200ml
2. Prediksi CO2 teoritis formula Fa
n C4H4O4 = 1161 g = 0,009 mol
n NaHCO3 = 84
874,0 g = 0,010 mol
90
2 NaHCO3 + C4H4O4 → 2H2O + 2CO2 + Na2C4H2O4
Awal 0,010 0,009
Reaksi 0,010 0,005 0,010 0,010 0,005
Sisa 0,004 0,010 0,010 0,005
Massa CO2 = 0,010 mol x 44 = 0,440 gram
Kadar CO2 total dalam 200ml air adalah 440mg/200ml
3. Prediksi CO2 teoritis formula Fb
n C4H4O4 = 116
g6,0 = 0,005 mol
n NaHCO3 = 84
445,1 g = 0,017 mol
2 NaHCO3 + C4H4O4 → 2H2O + 2CO2 + Na2C4H2O4
Awal 0,017 0,005
Reaksi 0,010 0,005 0,010 0,010 0,005
Sisa 0,007 0,010 0,010 0,005
Massa CO2 = 0,010 mol x 44 = 0,440 gram
Kadar CO2 total dalam 200ml air adalah 440mg/200ml
4. Prediksi CO2 teoritis formula Fab
n C4H4O4 = 1161 g = 0,009 mol
n NaHCO3 = 84
445,1 g = 0,017 mol
91
2 NaHCO3 + C4H4O4 → 2H2O + 2CO2 + Na2C4H2O4
Awal 0,017 0,009
Reaksi 0,017 0,0085 0,017 0,017 0,0085
Sisa 0,0005 0,017 0,017 0,0085
Massa CO2 = 0,017 mol x 44 = 0,748 gram
Kadar CO2 total dalam 200ml air adalah 748mg/200ml.
92
BIOGRAFI PENULIS
Penulis bernama lengkap Eva Lusiana, dilahirkan di Surakarta pada tanggal 29
Oktober 1987. Penulis terlahir dari pasangan Suryanto Ciptoraharjo dan Yap Yen
Chen sebagai anak pertama dari tiga bersaudara. Penulis menempuh pendidikan di
TK Kristen Widya Wacana I Surakarta pada tahun 1991-1993, SD Kristen Widya
Wacana II Surakarta pada tahun 1993-1999, SLTP Pangudi Luhur Bintang Laut
Surakarta pada tahun 1999-2002, dan SMA Regina Pacis Surakarta pada tahun
2002-2005. Kemudian penulis melanjutkan pendidikan di Fakultas Farmasi
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta pada tahun 2005. Penulis pernah
mengikuti PKM (Program Kreativitas Mahasiswa) berjudul Studi tentang
Pemahaman Obat Tradisional Kelompok Fitofarmaka, Obat Herbal Terstandar,
Jamu, dan Obat Tradisional Non Registrasi pada tahun 2008. Penulis pernah aktif
dalam kegiatan kemahasiswaan antara lain Pharmacy Event Cup 2006, Pharmacy
Performance 2007, Pelantikan Apoteker Baru Angkatan XII, dan Dies Natalis XII
Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma. Penulis juga pernah memiliki
pengalaman bekerja sebagai asisten Praktikum Biokimia (2008) dan Praktikum
Kimia Dasar (2008).