optimasi ekstraksi enzimatis minyak buah merah...
TRANSCRIPT
2
PENDAHULUAN
Pola makan masyarakat Papua yang banyak mengkonsumsi daging beresiko
terhadap timbulnya Penyakit Jantung Koroner (PJK) yang fatal. Apalagi dengan fasilitas
kesehatan di Papua yang umumnya belum cukup memadai dalam pengobatan maupun
penanganan darurat.
PJK juga merupakan salah satu penyebab utama kematian di Amerika Serikat,
sedangkan di Indonesia, PJK menjadi masalah penyakit tidak menular ketiga terbesar
baik pada pria maupun wanita. PJK terjadi karena adanya penyempitan pembuluh darah
kecil yang memasok darah dan oksigen ke jantung oleh bahan lemak dan zat-zat lainnya
sehingga membentuk plak pada dinding arteri. Hal ini dapat menyebabkan nyeri dada
(angina stabil), sesak napas, serangan jantung, dan gejala lain, terutama ketika sedang
beraktivitas (Yusri, 2011).
Salah satu bahan yang dipercaya mampu mencegah penumpukan kolesterol
adalah ekstrak Buah Merah (Pandanus conoideus Lam.). Komposisi kimia Buah Merah
antara lain, total karotenoid 12.000 ppm, total tokoferol 11.000 ppm, beta karoten 700
ppm, asam oleat 58%, asam linoleat 8,8%, asam linolenat 7,8%, dan dekanoat 2,0%
(Anonim, 2010). Tingginya kandungan asam lemak tak jenuh serta efek antioksidan
yang tinggi dapat menurunkan kadar kolesterol yang merupakan penyebab utama PJK.
Hal ini terjadi karena asam lemak tak jenuh dapat menurunkan kadar kolesterol LDL
(Low Density Lipoprotein), sedangkan antioksidan berperan sebagai penangkal radikal
bebas dalam tubuh. Dengan turunnya kadar kolesterol, diharapkan resiko terkena PJK
pun rendah dan angka kematian akibat PJK pun dapat berkurang.
Selama ini, masyarakat membuat minyak Buah Merah dengan cara pemanasan
pada suhu tinggi, padahal, dengan adanya kandungan asam lemak tak jenuh, minyak
Buah Merah tidak dapat diambil dengan metoda pemanasan, karena pemanasan dapat
merusak kandungan asam lemak tak jenuh serta zat-zat aktif lainnya. Oleh sebab itu,
perlu adanya terobosan baru untuk membuat minyak Buah Merah dan salah satu cara
ekstraksi tanpa pemanasan adalah menggunakan enzim, misalnya enzim papain.
Papain dapat memecah protein pada ikatan lipoprotein sehingga minyak Buah
Merah akan keluar dengan sendirinya. Dengan demikian, kandungan asam lemak tak
jenuh serta zat aktif lainnya dalam minyak Buah Merah dapat dijaga kualitasnya. Oleh
sebab itu, penelitian ini bertujuan 1) optimasi metoda ekstraksi minyak Buah Merah
3
secara enzimatik, 2) menentukan angka iod minyak Buah Merah hasil ekstraksi
enzimatis, 3) mengidentifikasi komponen asam lemak tak jenuh dengan Gas
Chromatography/Mass Spectrometry (GC/MS), 4) menentukan penggunaan dosis yang
berpengaruh terhadap penurunan kadar kolesterol total, trigliserida, dan LDL serta
peningkatan kadar HDL dalam darah secara in vivo, dan 5) menentukan penggunaan
dosis yang berpengaruh terhadap penurunan Atherogenic Index (AI) dan Coronary Risk
Index (CRI).
METODE
Bahan
Sampel yang digunakan adalah Buah Merah (P. conoideus) berasal dari
Wamena, dan minyak Buah Merah yang diperoleh dari Nabire, Buah Pepaya muda
diambil dari perumahan di Kemiri 2, Salatiga, lemak sapi yang diperoleh dari Pasar
Raya Salatiga, larutan pemutih pakaian, dan minyak kelapa sawit, sedangkan bahan-
bahan kimia yang digunakan antara lain pelarut n-Heksana (derajat teknis), etanol 96%
(derajat teknis), Iod (PA, E-Merck, Germany), asam asetat (PA, E-Merck, Germany),
larutan metilen klorida (PA, E-Merck, Germany), KI (Kimia Farma, Indonesia),
Natrium Tiosulfat (PA, E-Merck, Germany), Carboxil Metyl Celulose (CMC) (derajat
teknis), reagen pereaksi kolesterol DiaSys, reagen pereaksi trigliserida DiaSys, dan
larutan pengendap dan standar HDL DiaSys.
Piranti
Piranti yang digunakan antara lain timbangan digital (Mettler H80), Evaporator
(Buchi Rotavapor R114, Switzerland), kertas saring, oven 550C (WTC Binder),
inkubator 350C (WTC Binder), lemari Pendingin dengan suhu -4
0C (Panasonic NR-B20
KN), seperengkat alat sentrifugal (Swing Type Centrifuge Model C-40 N, Tomy Seiko
CO., LTD, Tokyo, Japan), pH meter (Hanna HI 9812), pipet mikro, alat suntik 1 cc,
spektrofotometer (Optizen 2120 UV ), dan peralatan gelas (kaca) lainnya.
4
Metode
Optimasi Ekstraksi Minyak Buah Merah (Imama (2003))
Ekstraksi Papain
Buah pepaya muda digores dengan pisau yang terbuat dari bambu, dengan
kedalaman ± 1 cm dengan jarak antargoresan ± 2 cm. Getah buah pepaya ditampung
dalam wadah plastik kemudian ditambah etanol 96% dengan perbandingan 4:3. Larutan
disimpan dalam lemari pendingin (suhu -4oC) selama 2 jam. Endapan yang terbentuk
disaring dan dioven pada suhu 550C selama 8 jam. Endapan berupa serbuk papain
berwarna putih kekuningan.
Optimasi Waktu Inkubasi Ekstraksi Minyak Buah Merah
Buah merah ditimbang sebanyak 5 gram dan ditambah papain 1 mg (kadar
papain 0,2 mg/g). Campuran diinkubasi pada temperatur 35oC, dengan waktu yang
divariasikan, yaitu 5 menit, 15 menit, 30 menit, 60 menit, dan 24 jam. Setelah inkubasi,
campuran ditambah pelarut n-heksana dan disentrifugasi selama 1 jam. Minyak yang
sudah terlarut dalam n-heksana dipisahkan lalu n-heksana diuapkan. Minyak yang
diperoleh ditimbang dan dihitung rendemennya.
Optimasi Kadar Papain Ekstraksi Minyak Buah Merah
Buah merah ditimbang sebanyak 5 gram dan ditambah papain dengan kadar
yang divariasikan, yaitu 0; 0,2; 1; 2; 4; 6; 8; 10; dan 12 mg/g. Campuran diinkubasi
pada temperatur 35oC, dengan waktu yang diperoleh dari langkah 2. Setelah inkubasi,
campuran ditambah pelarut n-heksana dan disentrifugasi selama 1 jam. Minyak yang
sudah terlarut dalam n-heksana dipisahkan lalu n-heksana diuapkan. Minyak yang
diperoleh ditimbang dan dihitung rendemennya.
Rendemen (% yield) perolehan minyak Buah Merah dihitung dengan
menggunakan rumus:
Uji Kuantitatif Asam Lemak Tak Jenuh
Untuk uji kuantitatif asam lemak tak jenuh, dilakukan pengujian dan penentuan
angka iod.
5
Pembuatan larutan wijs (SNI 7381, 2008)
Ditimbang iod sebanyak 1,3 gram lalu dilarutkan dalam asam asetat pekat dalam
labu ukur 100 ml. Larutan dipindahkan dalam beaker glass kemudian ditimbang.
Setelah itu, larutan dialiri gas klor, sehingga massa larutan bertambah 0,36 gram dan
warnanya berubah dari coklat tua menjadi coklat kekuningan. Larutan wijs disimpan
dalam tempat gelap pada suhu 250C.
Pengujian angka iod (SNI 01-5009.12, 2001 Termodifikasi)
Minyak Buah Merah ditimbang ± 1 gram, lalu ditambahkan 20 ml larutan
metilen klorida dan 25 ml larutan wijs. Larutan dikocok hingga homogen dan disimpan
ditempat gelap ± 30 menit (t= 250C ± 50
0C). Setelah 30 menit, larutan ditambahkan 25
ml larutan Kalium Iodida 10% dan diencerkan dengan akuades 100 ml. Larutan
ditambahkan 1-2 ml indikator kanji lalu dititrasi menggunakan Larutan tiosulfat 0,5 M
standar hingga warna biru tepat hilang. Pengujian angka iod dilakukan secara triplo lalu
dihitung angka iod dengan rumus:
bilangan Iod =
Keterangan :
V1 = volume titrasi contoh uji (ml).
V2 = volume titrasi blangko (ml).
M = molaritas Na2S2O3 yang terstandardisasi.
W = bobot contoh uji (gram).
12,69 = bobot setara bilangan iod.
Identifikasi Komponen Asam Lemak Tak Jenuh dengan GC/MS
Untuk identifikasi komponen asam lemak tak jenuh dengan GC/MS, sampel uji
dikerjakan di Fakultas MIPA, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Uji In Vivo Antikolesterol (Dachriyanus, dkk., 2007 Termodifikasi)
Preparasi hewan percobaan
Hewan percobaan yang digunakan adalah 24 ekor Mencit Galur Swiss dengan
umur dua hingga tiga bulan dengan bobot 20-30 gram. Hewan percobaan
dikelompokkan menjadi 6 kelompok dengan masing-masing kelompok terdiri dari 4
6
ekor mencit. Mencit diaklitimasi selama 7 hari. Hewan dianggap sehat apabila
perubahan bobot badan tidak lebih dari 10% serta memperlihatkan perilaku normal.
Perencanaan dosis
Dosis ekstrak minyak buah Merah yang biasa dipakai manusia adalah 2 x 1
sendok makan per hari atau sekitar 2 x 5 ml/hari = 10 ml/hari (9225 mg/hari). Dosis
pemakaian untuk mencit dapat dihitung dengan mengalikan dosis pemakaian pada
manusia tersebut dengan faktor konversi manusia ke mencit, yaitu 0,0026, sehingga
dosis pemakaian untuk mencit dengan berat badan 20 gram (Lampiran 1). Dengan
demikian, dosis yang digunakan yaitu 599,625 (setengah dosis normal), 1199,25 (dosis
normal), dan 2398,5 (dua kali dosis normal) mg/kg BB.
Pembuatan sediaan uji (minyak buah Merah)
Konsentrasi sedian uji dibuat dan dihitung dengan rumus:
Senyawa uji ditimbang berdasarkan konsentrasi masing-masing dosis, kemudian
diemulsikan dengan Carboxil Metyl Celulose (CMC) 1% dalam air suling.
Perlakuan hewan percobaan
Sebelum diberi suspensi uji, mencit diberi Makanan Diet Lemak Tinggi (MDLT)
yang terdiri dari campuran lemak sapi dan minyak kelapa sawit dengan perbandingan
5:1, kecuali kontrol negatif. Cara pembuatan MDLT diawali dengan penimbangan
lemak sapi sesuai dengan yang dibutuhkan kemudian dicampur dengan minyak kelapa
sawit dengan bantuan pemanasan. MDLT diberikan secara oral selama 7 hari untuk
meningkatkan kadar kolesterol. Setelah 7 hari, mencit diberi perlakuan sesuai dengan
kelompoknya selama 14 hari.
Perlakuan enam kelompok mencit sebagai berikut: kelompok I (kontrol negatif)
diberikan CMC 1% BB, kelompok II (kontrol positif) diberikan MDLT 2% BB,
kelompok III (pembanding) diinduksi dengan MDLT 2 % BB dan minyak Buah Merah
pasaran dengan dosis 1199,25 mg/kgBB, dosis 156 mg/kg BB, kelompok IV, V, dan V
diberikan MDLT 2% BB dan minyak buah Merah dengan dosis 599,625, 1199,25, dan
2398,5 mg/kg BB.
7
Pengukuran Kadar Kolesterol Total, Kadar Trigliserida, Kadar HDL (High Density
Lipoprotein), dan Kadar LDL (Low Density Lipoprotein)
Setelah perlakuan pada mencit selama 14 hari, pada hari ke-15 dilakukan
pengukuran untuk setiap parameter uji pada masing-masing kelompok. Darah mencit
diambil pada jantung dengan alat suntik (cardiac puncture), lalu ditampung dalam
tabung sentrifus. Setelah itu, dilakukan pengukuran untuk setiap parameter uji, yaitu
kadar kolesterol total, kadar trigliserida, kadar HDL, dan kadar LDL.
a. Pengukuran Kadar Kolesterol Total
Darah yang ditampung didiamkan selama 15 menit lalu disentrifus selama 20
menit dengan kecepatan 3000 rpm. Setelah serum terpisah, dipipet dengan pipet
mikro sebanyak 10 µl lalu dimasukkan dalam tabung reaksi. Serum ditambah dengan
larutan pereaksi kolesterol sebanyak 1 ml lalu dikocok hingga homogen.
Absorbansinya diukur pada panjang gelombang 500 nm terhadap blanko (pereaksi
kolesterol 1 ml ditambah akuades 10 µl). Kadar kolesterol total dihitung dengan
menggunakan rumus:
di mana: C = kadar kolesterol total (mg/dl)
A = serapan
Cst= kadar kolesterol standar (200 mg/dl)
b. Pengukuran Kadar Trigliserida
Darah yang ditampung didiamkan selama 15 menit lalu disentrifus selama 20
menit dengan kecepatan 3000 rpm. Setelah serum terpisah, dipipet dengan pipet
mikro sebanyak 10 µl lalu dimasukkan dalam tabung reaksi. Serum ditambah dengan
larutan pereaksi trigliserida sebanyak 1 ml lalu dikocok hingga homogen.
Absorbansinya diukur pada panjang gelombang 500 nm terhadap blanko (pereaksi
trigliserida 1 ml ditambah akuades 10 µl). Kadar trigliserida dihitung dengan
menggunakan rumus:
di mana: C = kadar trigliserida (mg/dl)
A = serapan
Cst= kadar trigliserida standar (200 mg/dl)
8
c. Pengukuran Kadar HDL (High Density Lipoprotein)
Darah yang ditampung, didiamkan selama 15 menit lalu disentrifus selama 20
menit dengan kecepatan 3000 rpm. Setelah serum terpisah, dipipet dengan pipet
mikro sebanyak 0,02 ml dimasukkan dalam tabung reaksi lalu ditambah dengan 0,5
ml larutan pengedap. Campuran dikocok lalu dibiarkan selama 10 menit pada suhu
kamar. Setelah itu, campuran disentrifus selama 20 menit dengan kecepatan 4500
rpm. 0,01 ml supernatan diambil, dimasukkan dalam tabung reaksi, lalu ditambah
dengan pereaksi kolesterol sebanyak 1 ml. Campuran dikocok hingga homogen lalu
dibiarkan selama 20 menit pada suhu kamar. Absorbansinya diukur pada panjang
gelombang 500 nm terhadap blanko (pereaksi kolesterol 1 ml ditambah akuades 10
µl). Kadar HDL dihitung dengan menggunakan rumus:
di mana: C = kadar HDL (mg/dl)
A = serapan
Cst= kadar kolesterol standar (200 mg/dl)
d. Pengukuran Kadar LDL (Low Density Lipoprotein)
Kadar LDL dapat dihitung dengan menggunakan rumus:
Penentuan Atherogenic Index (AI) dan Coronary Risk Index (CRI) (Adeneye dan
Olagunju, 2009)
Penentuan AI dan CRI menggunakan rumus:
dan CRI =
Analisis Data
Data dianalisis menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 6
perlakuan dan 4 kali ulangan. Sebagai perlakuan adalah kelompok kontrol negatif
(diberikan CMC 1% bb), kelompok kontrol positif (diberikan MDLT 2% bb), kelompok
pembanding (diinduksi dengan MDLT 2 % bb dan minyak Buah Merah yang diperoleh
dari pasaran dengan dosis 1199,25 mg/kgbb), dan kelompok yang diberikan MDLT 2%
9
bb dan minyak Buah Merah dengan dosis 599,625, 1199,25, dan 2398,5 mg/kgbb.
Sebagai ulangan adalah waktu analisis. Untuk membandingkan purata antar perlakuan
digunakan Uji Beda Nyata Jujur (BNJ) dengan tingkat kebermaknaan 5%.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Optimasi Ekstraksi Minyak Buah Merah
Optimasi waktu inkubasi yang dilakukan dalam ekstraksi minyak Buah Merah
disajikan dalam Gambar 1.
Gambar 1. Optimasi Waktu Inkubasi Ekstraksi Minyak Buah Merah
Dari Gambar 1 terlihat bahwa waktu optimum untuk ekstraksi minyak Buah
Merah adalah 60 menit, sedangkan kadar ekstrak papain optimum yang diperoleh
adalah 6 mg/g. Optimasi kadar ekstrak papain dapat dilihat pada Gambar 2.
Gambar 2. Optimasi Kadar Ekstrak Papain Ekstraksi Minyak Buah Merah
10
Hasil ini berbeda dengan hasil penelitian Imama (2003) dan Garbawati (2006).
Menurut Imama (2003), proses penambahan enzim dikontrol oleh pH, kadar enzim, dan
temperatur. Papain merupakan enzim yang stabil, tahan terhadap perubahan pH dan
suhu yang besar, memiliki pH optimum 5-7 dan suhu optimum 350C. Dari penelitiannya
dengan menggunakan sampel daging ikan bandeng, diperoleh waktu inkubasi optimum
15 menit, kadar papain optimum 0,1 mg/g, dan tanpa penambahan buffer, sedangkan
pada penelitian Garbawati (2006), diperoleh kondisi optimum untuk mengekstrak
minyak kelapa dari 100 ml santan adalah jumlah enzim 1,20 gram, pH santan 5,9, suhu
inkubasi 550C, dan waktu inkubasi 20 jam. Berbeda dengan penelitian keduanya, waktu
dan kadar papain optimum yang diperoleh dari penelitian ini adalah 60 menit dan 6
mg/g dengan suhu inkubasi 350C dan pH 4,4. Perbedaan ini terjadi karena aktivitas
enzim dipengaruhi oleh konsentrasi substrat, jumlah enzim, pH, waktu kontak, dan suhu
(Zusfahair dan Handayani, 2008).
Buah Merah mengandung air, protein, dan lemak yang merupakan jenis emulsi
dan protein sebagai emulgatornya. Sebagai emulgator, protein akan membungkus
butiran-butiran minyak sehingga minyak tidak dapat bersatu, begitu juga dengan air
(Hairi, 2010). Oleh sebab itu, metode ekstraksi minyak Buah Merah menggunakan
enzim papain karena papain merupakan enzim proteolitik dan juga tergolong ke dalam
endopeptidase, di mana papain dapat memecah protein pada tempat-tempat tertentu
dalam molekul protein dan biasanya tidak mempengaruhi gugus yang terletak di ujung
molekul (Sumarlin dkk., 2011). Hal inilah yang menyebabkan protein terdegeradasi,
sehingga minyak dapat terpisah (Hairi, 2010).
Uji Kuantitatif Asam Lemak Tak Jenuh
Uji kuantitatif asam lemak tak jenuh yang digunakan adalah uji bilangan iod
dengan menggunakan metode Wijs. Bilangan iod menunjukkan banyaknya molekul iod
yang dapat mengadisi ikatan rangkap pada minyak, dinyatakan dalam gram iod per 100
gram contoh minyak. Bilangan ini sangat penting dalam menentukan kualitas minyak
berdasarkan banyaknya ikatan rangkap dalam asam lemaknya. Semakin besar bilangan
iod, maka semakin banyak ikatan rangkap yang ada dalam asam lemak suatu minyak
(Gustiani, 2008). Hasil uji bialangan iod dapat dilihat pada Tabel 1.
11
Tabel 1. Hasil Uji Bilangan Iod
Minyak Buah Merah Hasil Ekstraksi Bilangan Iod
Enzimatis 3,33
Pemanasan (Pasaran) 0,8674
Pada Tabel 1, bilangan iod minyak Buah Merah hasil ekstraksi enzimatis adalah
3,33, sedangkan minyak Buah Merah yang diperoleh dari pasaran, hasil ekstraksi
dengan pemanasan, memiliki bilangan iod sebesar 0,8674 per 1 gram sampel. Dengan
demikian, sampel minyak Buah Merah hasil ekstraksi enzimatis memiliki bilangan iod
sekitar 300 gram iod/100 gram. Bilangan ini lebih besar dibandingkan bilangan iod
sampel minyak Buah Merah yang didapatkan dari pasaran, yaitu sekitar 90 gram
iod/100 gram sampel. Dengan demikian, kandungan ikatan rangkap yang terdapat
dalam minyak Buah Merah hasil ektraksi enzimatis lebih banyak dibanding kandungan
ikatan rangkap pada minyak Buah Merah yang beredar di pasaran. Hal ini menunjukkan
metode ekstraksi enzimatis dapat mempertahankan kualitas minyak Buah Merah.
Identifikasi Komponen Asam Lemak Tak Jenuh dengan GC/MS
Untuk mengetahui kandungan asam lemak tak jenuh pada minyak Buah Merah
hasil ektraksi enzimatis, dilakukan identifikasi dengan GC/MS. Hasil identifikasi asam
lemak dengan GC/MS dapat dilihat pada Gambar 3 berikut.
Gambar 3 Hasil identifikasi Asam Lemak dengan GC/MS
Gambar 3 menunjukkan bahwa minyak Buah Merah hasil ekstraksi enzimatis
tersusun dari 9 komponen yang ditampilkan sebagai 9 puncak. Selanjutnya, dilakukan
12
identifikasi setiap komponen dengan membandingkan spektrum massa puncak dengan
pola spektra yang terdapat pada pustaka Wiley 229.LIB. berdasarkan indeks
kemiripannya.
Puncak kelima dengan kadar 67,14% setelah diidentifikasi ternyata serupa dengan
spektra metil 9-oktadekenoat, seperti yang disajikan pada Gambar 4 berikut.
(a)
(b)
Gambar 4. (a) Spektrum Massa Puncak kelima Minyak Buah Merah; (b)
Spektrum Pustaka Wiley 229.LIB.
Berdasarkan gambar di atas, dapat dipastikan bahwa puncak kelima adalah
senyawa metil 9-oktadekenoat dengan struktur seperti yang ditampilkan pada Gambar
5 di bawah ini.
Gambar 5. Metil 9-Oktadekenoat
Selanjutnya, dengan cara yang sama dilakukan identifikasi untuk setiap puncak.
Hasil identifikasi asam lemak penyusun sampel minyak Buah Merah dapat dilihat pada
Tabel 2 berikut ini.
13
Tabel 2. Perbandingan Spektra Massa Asam Lemak Penyusun Sampel Minyak
Buah Merah
Peak
no.
Waktu Retensi
(menit)
BM/Rumus
Molekul
Nama Senyawa Area%
1 17,638 256/
C16H32O2
metil ester, asam
pentadekanoat
0,21
2 18,523 268/ C17H32O2 metil ester, asam 9-
heksadekenoat
1,69
3 18,845 270/ C16H34O2 metil ester, asam
heksadekanoat
27,82
4 19,408 284/ C18H36O2 etil ester, asam
heksadekanoat
0,18
5 20,623 296/ C19H36O2 metil 9-oktadekenoat 67,14
6 20,876 298/ C19H38O2 metil ester, asam
oktadekanoat
1,83
7 21,180 310/ C20H38O2 asam 9-oktadekenoat 0,71
8 22,348 Tidak teridentifikasi 0,21
9 22,435 312/ C19H36O3 10-Okso-metil ester,
asam oktadekanoat
0,20
Berdasarkan hasil perbandingan spektra sampel dan pustaka basis data dapat
disimpulkan bahwa asam lemak penyusun minyak Buah Merah didominasi oleh asam
lemak tak jenuh dengan persentase daerah, yaitu metil ester asam 9-heksadekenoat atau
yang lebih dikenal dengan metil palmitat (1,69%), metil 9-oktadekenoat atau metil oleat
(67,14%), dan asam 9-oktadekenoat atau etil ester asam oleat (0,71%), sedangkan
sisanya merupakan asam lemak jenuh dengan persentase daerah, yaitu metil ester asam
pentadekanoat (0,21%), metil ester asam heksadekanoat atau metil palmitat (27,82%),
etil ester asam heksadekanoat atau etil ester asam palmitat (0,18%), metil ester asam
oktadekanoat atau metil ester asam stearat (1,83%), dan 10-Okso-metil ester, asam
oktadekanoat (0,20%). Dengan adanya asam lemak tak jenuh dalam jumlah banyak
menyebabkan titik leleh minyak menjadi lebih rendah, sehingga cenderung mencair
pada suhu rendah (Gustiani, 2008).
14
Uji In Vivo Antikolesterol
Hasil pengukuran kadar kolesterol total darah mencit yang diperoleh dari
penelitian tersaji dalam Tabel 3 dan Gambar 6 di bawah ini.
Tabel 3. Rataan Kadar Kolesterol Darah Mencit
Perlakuan
KN KP MPDN ME1/2DN MEDN ME2DN
Xp ± SE 4,4321 ±
1,3837
6,6495 ±
0,9414
7,7580 ±
1,2382
12,1308 ±
2,2302
15,3409 ±
1,2010
27,9646 ±
0,9414
W =
4,014 (a) (a) (a) (b) (b) (c)
Keterangan: • W = BNJ 5%.
• KN = kontrol negatif (hanya diberi CMC 1%); KP= kontrol positif (hanya diberi
MDLT); MPDN = pembanding (diberi minyak Buah Merah Pasaran dengan dosis
1199,25 mg/kgbb); ME1/2DN, MEDN, dan ME2DN = diberi minyak Buah Merah hasil
ekstraksi enzimatis dengan dosis 599,625, 1199,25, dan 2398,5 mg/kgbb. Keterangan
ini juga berlaku untuk Gambar 6-Gambar 10.
• Angka yang diikuti huruf yang sama menunjukkan antar perlakuan tidak berbeda secara
bermakna, sedangkan angka-angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda menunjukkan
antar perlakuan berbeda bermakna. Keterangan ini juga berlaku untuk Tabel 4 - Tabel
7.
Gambar 6. Kadar Kolesterol Total Darah Mencit
Tabel 3 dan Gambar 6 memperlihatkan bahwa rataan kadar kolesterol darah
mencit berkisar antara 4,4321 ± 1,3837 mg/dl hingga 27,9646 ± 0,9414 mg/dl. Minyak
Buah Merah hasil ekstraksi enzimatik berefek terhadap penurunan kadar kolesterol total
darah mencit cukup dengan dosis 599,625 mg/kgbb (kelompok perlakuan ME1/2DN).
Efek penurunan ini tidak berbeda dengan efek penurunan kadar kolesterol total darah
mencit yang diberikan minyak Buah Merah yang diperoleh dari pasaran dengan dosis
1199,25 mg/kgbb (kelompok perlakuan MPDN). Akan tetapi, nilai ini terlihat berbeda
15
dengan efek penurunan kadar kolesterol total darah mencit yang diberikan minyak Buah
Merah hasil ekstraksi enzimatis dengan dosis 1199,25 (kelompok perlakuan MEDN)
dan 2398,5 mg/kgbb (kelompok perlakuan ME2DN).
Selain menurunkan kadar kolesterol total, minyak Buah Merah juga menurunkan
kadar trigliserida dan LDL darah mencit. Perbedaan penurunan kadar trigliserida begitu
terlihat seiring dengan peningkatan dosis yang diberikan. Hasil pengukuran kadar
trigliserida terdapat pada Tabel 4 dan Gambar 7.
Tabel 4. Rataan Kadar Trigliserida Darah Mencit
Perlakuan
KN KP MPDN ME1/2DN MEDN ME2DN
Xp ± SE 5,8965 ±
2,7650
7,8825 ±
3,0253
10,9430
± 2,2193
15,4961 ±
2,4334
21,8475 ±
1,7194
38,6576 ±
3,9977
W =
3,76 (a) (ab) (b) (c) (d) (e)
Gambar 7. Kadar Trigliserida Darah Mencit
Tabel 4 dan Gambar 7 menunjukkan bahwa rataan kadar trigliserida darah
mencit berkisar antara 5,8965 ± 3,0253 mg/dl hingga 38,6576 ± 3,9977 mg/dl.
Pemberian minyak Buah Merah dengan dosis 599,625 mg/kgbb (kelompok perlakuan
ME1/2DN) lebih efektif terhadap penurunan kadar trigliserida darah mencit dibanding
pemberian minyak Buah Merah yang diperoleh dari pasaran (kelompok perlakuan
MPDN). Demikian pula, efek penurunan kadar trigliserida darah mencit yang diberikan
dosis 1199,255 mg/kgbb (kelompok perlakuan MEDN) berbeda dengan efek penurunan
16
kadar trigliserida darah mencit yang diberikan dosis 2398,5 mg/kgbb (kelompok
perlakuan ME2DN).
Hasil pengukuran kadar LDL disajikan dalam Tabel 5 dan Gambar 8 berikut.
Tabel 5. Rataan Kadar LDL Darah Mencit
Perlakuan
KN KP MPDN ME1/2DN MEDN ME2DN
Xp ± SE 0,4157 ±
0,5932
1,1544 ±
1,1675
2,5155 ±
1,7098
5,2503 ±
1,9681
7,7854 ±
1,0715
18,0978 ±
5,3682
W =
3,172 (a) (a) (ab) (bc) (c) (d)
Gambar 8. Kadar LDL Darah Mencit
Berdasarkan tabel dan gambar tersebut, rataan kadar LDL berkisar antara 0,4157
± 0,5932 mg/dl sampai 18,0978 ± 5,3682 mg/dl. Dosis 1199,25 mg/kgbb (kelompok
perlakuan MEDN) dapat menurunkan kadar LDL yang tidak berbeda dengan dosis
2398,5 mg/kgbb (kelompok perlakuan ME2DN), sedangkan untuk dosis pemberian
minyak Buah Merah 599,625 mg/kgbb (kelompok perlakuan ME1/2DN) tidak berbeda
dengan dosis pemberian minyak Buah Merah yang diperoleh dari pasaran, yaitu
1199,25 mg/kgbb (kelompok perlakuan MPDN).
Selain dapat menurunkan kadar kolesterol total, trigliserida, dan LDL darah
mencit, minyak Buah Merah juga meningkatkan kadar HDL darah mencit. Hal ini
dibuktikan dengan meningkatnya kadar HDL darah mencit seiring dengan peningkatan
dosis minyak Buah Merah yang diberikan seperti Tabel 6 dan Gambar 9.
17
Tabel 6. Rataan Kadar HDL Darah Mencit
Perlakuan
KN KP MPDN ME1/2DN MEDN ME2DN
Xp ± SE 0,3401 ±
1,0823
2,2087 ±
0,9445
3,1860 ±
1,2568
3,7813 ±
1,4007
4,4150 ±
0,6390
5,0545 ±
1,3392
W =
1,10 (a) (a) (bc) (cd) (de) (e)
Gambar 9. Kadar HDL Darah Mencit
Tabel 6 dan Gambar 9, menunjukkan bahwa rataan kadar HDL berkisar antara
0,3401 ± 1,0823 mg/dl hingga 5,0545 ± 1,3392 mg/dl dan dosis yang paling efektif
meningkatkan kadar HDL adalah dosis 2398,5 mg/kgbb (kelompok perlakuan
ME2DN), namun dengan dosis 599,625 mg/kgbb (kelompok perlakuan ME1/2DN)
sudah dapat meningkatkan kadar HDL darah mencit. Hal ini disebabkan oleh
kandungan asam lemak tak jenuh dalam minyak Buah Merah, karena asam lemak tak
jenuh berfungsi untuk menurunkan kadar LDL dan meningkatkan kadar HDL yang pada
akhirnya akan menyebabkan peningkatan metabolisme kolesterol dalam empedu
sehingga dapat dikeluarkan dari tubuh (Juheini, 2002).
Penelitian ini sebanding dengan penelitian Harini dkk. (2009) yang menggunakan
Virgin Coconut Oil (VCO) sebagai sampel. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa
pemberian VCO dengan dosis 1 dan 1,3 ml/270g bb pada tikus putih
hiperkolesterolemik mengakibatkan penurunan kadar kolesterol total dan LDL, serta
peningkatan HDL yang tidak berbeda dengan pemberian obat paten Simvastatin sebagai
obat penurun kolesterol.
18
Selanjutnya dari hasil yang diperoleh, dilakukan perhitungan AI dan CRI. AI
merupakan indikator untuk mengetahui resiko aterosklerosis yang merupakan salah satu
penyebab utama penyakit jantung koroner (Pratiwi, 2008). Hasil yang diperoleh
ditampilkan pada Tabel 7 dan Gambar 9 berikut ini.
Tabel 7. Rataan nilai AI dan CRI
Perlakuan
KN KP MPDN ME1/2DN MEDN ME2DN
AI Xp ±
SE
0 ±
0
0,0881 ±
0,1425
0,2607 ±
0,2400
1,4540 ±
0,7953
2,5838 ±
1,2407
9,5252 ±
1,9530
W =
1,518 (a) (a) (a) (ab) (b) (c)
CRI Xp ±
SE
0 ±
0
1,3306 ±
0,2082
1,7624 ±
0,2628
3,3139 ±
1,0901
5,0225 ±
1,8229
13,7247
± 1,4486
W =
1,536 (a) (ab) (b) (c) (d) (e)
(a) (b)
Gambar 10. Pengaruh Pemberian Minyak Buah Merah terhadap Atherogenic
Index (a) dan Coronary Risk Index (b)
Berdasarkan Tabel 7 dan Gambar 10, rataan nilai AI berkisar antara 0 hingga
9,5252, sedangkan nilai rataan CRI berkisar antara 0 hingga 13,7247 dan terlihat tidak
ada perbedaan nilai AI antara kontrol negatif dengan kelompok yang diberi minyak
Buah Merah hasil ekstraksi enzimatis. Dengan kata lain, dengan dosis 599,625 mg/kgbb
(kelompok perlakuan ME1/2DN) sudah dapat memperkecil resiko aterogenesis,
sedangkan untuk CRI, dosis yang efektif menurunkan resiko terserang PJK adalah
1199,25 mg/dl (kelompok perlakuan MEDN). Selain itu juga, terlihat adanya perbedaan
19
antara kelompok kontrol dan kelompok yang diberi perlakuan, di mana perbedaan
indeks aterogenik ini sangat berarti karena setiap point penurunan indeks aterogenik
memiliki makna penurunan resiko aterosklorosis. Begitu juga dengan CRI. Kedua nilai
ini sangat tergantung pada kadar HDL. Semakin tinggi kadar HDL, semakin rendah
nilai indeks AI dan CRI (Suryani, 2008).
KESIMPULAN
1. Waktu inkubasi dan kadar ekstrak papain optimum yang diperlukan untuk
mengekstrak minyak Buah Merah secara enzimatik adalah 60 menit dan 6 mg/g.
2. Metode enzimatik dapat mempertahankan kualitas minyak Buah Merah yang
dibuktikan dengan tingginya angka iod minyak Buah Merah hasil ekstraksi
enzimatik, yaitu 3,33/gram sampel.
3. Berdasarkan identifikasi komponen asam lemak dengan GC/MS, senyawa yang
paling dominan adalah metil-9-oktadekenoat yang merupakan senyawa asam lemak
tak jenuh.
4. Dosis optimum pemberian minyak Buah Merah hasil ekstraksi enzimatis yang
dapat menurunkan kadar kolesterol total, trigliserida, dan LDL, serta meningkatkan
kadar HDL darah mencit adalah 1199,25 mg/kgbb mencit.
5. Dosis optimum pemberian minyak Buah Merah hasil ekstraksi enzimatis yang
dapat menurunkan nilai AI dan CRI adalah 1199,25 mg/kgbb mencit.
SARAN
1. Perlu dilakukan purifikasi ekstrak papain untuk mengekstrak minyak Buah Merah.
2. Metode ekstraksi minyak Buah Merah perlu diperbaharui, yaitu dengan melakukan
metode pemancingan dengan menggunakan minyak Buah Merah itu sendiri, karena
penggunaan pelarut heksana berbahaya bagi manusia.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2010. Buah Merah Buah Khas Papua.
http://papuabarat.litbang.deptan.go.id/ind/index.php?option=com_content&vie
w=article&id=1:buah-merah-buah-khas-papua&catid=4:info-aktual&Itemid=5.
Diakses Rabu, 29 Februari 2012
20
Adeneye, A. A. and J. A. Olagunju. 2009. Preliminary Hypoglycemic and
Hypolipidemic Activities of The Aqueous Seed Extract of Carica Papaya Linn.
in Wistar Rats. Biology and Medicine, Vol. 1 (1): 1-10, hal. 3
Dachriyanus, D. O. Katrin, R. Oktaria, O. Ernas, Suhatri, dan M. Husni Mukhtar. 2007.
Uji Efek A-Mangostin terhadap Kadar Kolesterol Total, Trigliserida,
Kolesterol HDL, dan Kolesterol LDL Darah Mencit Putih Jantan serta
Penentuan Lethal Dosis 50 (LD50). J. Sains Tek. Far., 12(2) 2007, hal. 2-4
Garbawati, E. B., 2006. Ekstraksi Minyak Kelapa secara Enzimatik Menggunakan
Ekstrak Kasar, hal. 1
Gustiani, S. H., 2008. Studi Ekstraksi dan Analisis Minyak Biji Lengkeng. Skripsi
Universitas Indonesia. Jakarta, hal. 16-17
Hairi, M., 2010. Pengaruh Umur Buah Nanas dan Konsentrasi Ekstrak Kasar Enzim
Bromelin pada Pembuatan Virgin Coconut Oil dari Buah Kelapa Typical
(Cocos nucifera L.). Skripsi Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim.
Malang, hal. 30
Harini, M. dan O. Astirin. 2009. Kadar Kolesterol Darah Tikus Putih (Rattus
norvegicus) Hiperkolesterolemik Setelah Perlakuan VCO. ISSN: 0216-6887,
hal. 7
Imama, N., 2003. Pengambilan minyak ikan bandeng (Chanos-chanos) menggunakan
n-heksana dengan bantuan papain. http://eprints.undip.ac.id/30919/. Diakses
Rabu, 29 Februari 2012
Juheini. 2002. Pemanfaatan Herba Seledri (Apium graveolens L.) untuk Menurunkan
Kolesterol dan Lipid dalam Darah Tikus Putih yang Diberi Diit Tinggi
Kolesterol dan Lemak. Makara, Sains, Vol. 6, No. 2, hal. 4
Pratiwi, S., 2008. Profil Kolesterol dan Trigliserida Darah Tikus Putih yang Diberi
Pakan Daging yang Difermentasi Lactobacillus plantarum 1B1. Skripsi Institut
Pertanian Bogor, hal. 52
SNI 01-5009.12. 2001. Gondorukem.
http://www.dephut.go.id/Halaman/STANDARDISASI_&_LINGKUNGAN_K
EHUTANAN/SNI/Gondorukem.htm. Diakses Rabu, 29 Februari 2012
SNI 7381. 2008. Minyak kelapa Virgin (VCO). http://bbihp.kemenperin.go.id. Diakses
Rabu, 29 Februari 2012
Sumarlin, La Ode, Siti Nurbayti, dan Syifa Fauziah. 2011. Penghambatan Enzim
Pemecah Protein (Papain) oleh Ekstrak Rokok, Minuman Beralkohol dan Kopi
secara In Vitro. ISSN: 1978-8193, hal. 2
Yusri. 2011. Penyakit Jantung Koroner. http://www.kesehatan123.com/910/penyakit-
jantung-koroner/. Diakses Rabu, 29 Februari 2012
Zusfahair dan S. N. Handayani. 2008. Pemanfaatan Kulit Batang Ubi Kayu sebagai
Sumber Enzim Peroksidase Untuk Penurunan Kadar Fenol. Seminar Nasional
Aplikasi Sains dan Teknologi 2008-IST AKPRIND Yogyakarta, hal. 2