optimasi komposisi propilen glikol dan sorbitol …library.usd.ac.id/data pdf/f....
TRANSCRIPT
OPTIMASI KOMPOSISI PROPILEN GLIKOL DAN SORBITOL
SEBAGAI HUMECTANT DALAM FORMULA KRIM ANTI HAIR LOSS
EKSTRAK SAW PALMETTO (Serenoa repens):
APLIKASI DESAIN FAKTORIAL
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)
Program Studi Ilmu Farmasi
Oleh : Marlinna
NIM : 038114122
FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA 2007
OPTIMASI KOMPOSISI PROPILEN GLIKOL DAN SORBITOL
SEBAGAI HUMECTANT DALAM FORMULA KRIM ANTI HAIR LOSS
EKSTRAK SAW PALMETTO (Serenoa repens):
APLIKASI DESAIN FAKTORIAL
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)
Program Studi Ilmu Farmasi
Oleh : Marlinna
NIM : 038114122
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2007
ii
iii
iv
iv
v
Take time to be friendly
It is the road of happiness Take time to laugh
It is the music of the soul Take time to think
It is the source of power Take time to read
It is the foundation of wisdom Take time to dream
It is what the future is made of Take time to be quiet
It is the opportunity to seek God Take time to pray
It is greatest power on earth
“I can do ALL THINGS through CHRIST who STRENGTHENS me”
Philippians 4 : 13
Kupersembahkan karya sederhana ini untuk
My Lord Jesus Christ who loves me very much
Papa (Alm), Mama dan Kukuh untuk segalanya yang terbaik
Ci Nofie dan Oh Willy yang tidak pernah lelah mendukungku
Adikku Afen yang kusayangi
Chemistry dan PMK Apostolos yang kucintai dan kubanggakan
Almamaterku yang selalu kuhormati
PRAKATA
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas anugerah dan penyertaan-
Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsinya yang berjudul “Optimasi
Komposisi Propilen Glikol dan Sorbitol sebagai Humectant dalam Formula Krim
Anti Hair Loss Ekstrak Saw Palmetto (Serenoa repens): Aplikasi Desain
Faktorial”. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Farmasi (S.Farm.) pada Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta.
Selama perkuliahan, penelitian dan penyusunan skripsi, penulis telah
banyak mendapat bantuan, sarana, dukungan, nasehat, bimbingan, saran dan kritik
dari berbagai pihak. Oleh karenanya pada kesempatan ini penulis ingin
menyampaikan ucapan terimakasih kepada :
1. Rita Suhadi, M.Si., Apt. selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sanata
Dharma.
2. Ign. Y. Kristio Budiasmoro, M.Si. selaku dosen Pembimbing Akademik yang
telah memberikan pengarahan dan masukan baik selama kuliah maupun dalam
penyusunan skripsi ini.
3. Sri Hartati Yuliani, M.Si., Apt. selaku dosen Pembimbing Skripsi yang telah
bersedia mendampingi, memberikan bimbingan, nasehat, saran dan kritik
mulai dari penyusunan proposal hingga skripsi ini dapat terselesaikan.
4. Rini Dwiastuti, S.Farm., Apt. selaku dosen penguji yang telah bersedia
meluangkan waktu dan tenaga untuk memberikan bimbingan, masukan,
nasehat dan kritik bagi skripsi ini.
vi
5. Erna Tri Wulandari, M.Si., Apt. selaku dosen penguji atas kesediannya
memberikan masukan, nasehat, kritik dan saran bagi skripsi ini.
6. PT. Nufarindo Semarang yang telah bersedia memberikan bahan baku
penelitian yaitu ekstrak saw palmetto.
7. Clara Diana Setyawati S.Farm., Apt. atas bantuan dan kerjasamanya sehinga
penelitian ini bisa dilaksanakan.
8. Pak Mus, Mas Agung, Mas Is, Mas Ottok, Mas Andre dan Mas Yuwono
selaku laboran dan karyawan yang telah membantu selama penelitian.
9. Ratna, Erma dan Yenny dan teman-teman seperjuanganku yang tidak pernah
berhenti memberikanku semangat, bantuan dan masukan dari awal
penyusunan skripsi hingga skripsi ini dapat terselesaikan.
10. Teman-teman Chemistry, teman-teman angkatan 2003, PMK Apostolos,
teman-teman kost dan semua sahabat-sahabatku atas doa, bantuan, dukungan,
kebersamaan dan persahabatan yang terjalin selama ini.
11. Pinto Hatmoko, Sigit Pamungkas, Adityo P.D, Feri D.S, Novia Melita,
Rikhard A.T, Agus Wisudawan, Willy Hartanto, Ranti, Livie, Jeffry, Nugraha
A.H, Gallaeh R.E, Anny, Anggara E.N, Ariyanto, Surya D.A, Beatrix
Marendeng, Stefan, Febri Isdariyanto, Oline, Citra P.S, Yacob Adi Nugroho,
Pramuditya A.Y, Nana K, Welinda, Diah Regziana, Hengky, Irwan F yang
telah bersedia untuk menjadi responden subjective assessment.
12. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu
penulis.
vii
Akhir kata, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih mempunyai
banyak kekurangan karena keterbatasan kemampuan dan pengalaman penulis.
Oleh karena itu segala kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan demi
kesempurnaan skripsi ini dari pembaca semuanya. Semoga skripsi ini berguna
untuk kemajuan dan perkembangan ilmu pengetahuan.
Yogyakarta, 8 Januari 2007
Penulis
viii
ixix
INTISARI
Penelitian mengenai Optimasi Komposisi Propilen Glikol dan Sorbitol sebagai Humectant dalam Formula Krim Anti Hair Loss Ekstrak Saw Palmetto (Serenoa repens): Aplikasi Desain Faktorial bertujuan untuk mengetahui formula dengan komposisi propilen glikol dan sorbitol yang optimum dalam krim anti hair loss ekstrak saw palmetto. Selain itu penelitian ini juga dilakukan untuk melihat ada tidaknya pengaruh propilen glikol, sorbitol atau interaksinya terhadap sifat fisik krim.
Metode optimasi yang digunakan dalam penelitian ini yaitu desain faktorial yang termasuk dalam rancangan eksperimental murni bersifat eksploratif dengan variabel ganda. Optimasi menggunakan desain faktorial memerlukan 4 formula dengan level rendah dan level tinggi, dimana dalam tiap formula terdapat komposisi propilen glikol dan sorbitol yang berbeda. Optimasi dilakukan dengan parameter sifat fisik krim yang diuji meliputi: daya sebar, viskositas dan stabilitas krim. Sedangkan untuk mengetahui keamanannya dilakukan uji iritasi primer menggunakan metode Draize.
Dari penelitian ini diketahui bahwa interaksi antara propilen glikol dan sorbitol merupakan faktor dominan yang menentukan daya sebar krim, sorbitol merupakan faktor dominan yang menentukan viskositas krim dan propilen glikol merupakan faktor dominan yang menentukan perubahan viskositas krim. Selain itu dari penelitian ini juga ditemukan komposisi optimum propilen glikol dan sorbitol dalam formula krim anti hair loss ekstrak saw palmetto. Berdasarkan uji Draize formula krim anti hair loss ekstrak saw palmetto bersifat kurang merangsang. Kata kunci: krim anti hair loss, saw palmetto, propilen glikol, sorbitol, desain
faktorial
x
ABSTRACT
The research about optimization of propylene glycol and sorbitol composition as humectants in anti hair loss cream formula of saw palmetto (Serenoa repens) extract: factorial designs application was aimed for determine the optimal composition of propylene glycol and sorbitol in anti hair loss cream formula and also to know the effect of propylene glycol, sorbitol or their interaction to the physical properties of cream.
The method have been used for optimization in this research was factorial designs that include the exploratively pure experimental with double variable. The Optimization using factorial designs needs four formula with low and high level which in each formula consist propylene glycol and sorbitol in different composition. The parameters of phisycal properties of cream that used to optimization include spreadibility, viscosity and stability of cream. While to determine the safety of saw palmetto extract cream was done the primary irritation test with Draize method.
The result that the interaction propylene glycol and sorbitol was dominant factor in determining spreadability, sorbitol was dominant factor in determining viscosity and propylene glycol was dominant factor in determining alteration of viscosity. Also from this research could find optimum composition propylene glycol and sorbitol in anti hair loss cream formula of saw palmetto extract. Based on Draize test, anti hair loss cream formula of saw palmetto extract given mildly effect.
Key word: anti hair loss cream, saw palmetto, propylene glycol, sorbitol, factorial
designs
xi
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL................................................................................. ii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING....................................... iii
HALAMAN PENGESAHAN................................................................... iv
HALAMAN PERSEMBAHAN............................................................... v
PRAKATA................................................................................................ vi
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA................................................... ix
INTISARI.................................................................................................. x
ABSTRACT................................................................................................ xi
DAFTAR ISI............................................................................................. xii
DAFTAR TABEL..................................................................................... xvi
DAFTAR GAMBAR................................................................................ xvii
DAFTAR LAMPIRAN............................................................................. xviii
BAB I. PENDAHULUAN....................................................................... 1-6
A. Latar Belakang.................................................................................... 1
B. Perumusan Masalah............................................................................ 4
C. Keaslian Penelitian.............................................................................. 5
D. Manfaat Penelitian.............................................................................. 5
xii
E. Tujuan Penelitian................................................................................ 6
BAB II. PENELAAHAN PUSTAKA.................................................... 7-22
A. Rambut................................................................................................ 7
B. Androgenetic Alopecia........................................................................ 11
C. Ekstrak Saw Palmetto......................................................................... 12
D. Vanishing Krim................................................................................... 13
E. Humectant........................................................................................... 14
F. Metode Desain Faktorial..................................................................... 17
G. Uji Iritasi Primer................................................................................. 20
H. Landasan Teori.................................................................................... 21
I. Hipotesis.............................................................................................. 22
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN............................................ 23-31
A. Jenis Rancangan Penelitian................................................................. 23
B. Variabel Penelitian.............................................................................. 23
1. Variabel Bebas.............................................................................. 23
2. Variabel Tergantung..................................................................... 23
3. Variabel Pengacau Terkendali...................................................... 23
4. Variabel Pengacau Tak Terkendali............................................... 23
C. Definisi Operasional........................................................................... 24
xiii
D. Alat dan Bahan.................................................................................... 25
E. Tata Cara Penelitian............................................................................ 25
1. Optimasi Formula dan Pembuatan Krim...................................... 25
a. Formula................................................................................... 25
b. Cara kerja pembuatan formula................................................ 27
2. Uji Sifat Fisik Krim Saw Palmetto............................................... 28
a. Uji daya sebar......................................................................... 28
b. Uji viskositas........................................................................... 28
3. Uji Iritasi Primer........................................................................... 28
4. Subjective Assesment.................................................................... 30
F. Analisis Data dan Optimasi................................................................ 30
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN............................................... 32-48
A. Pembuatan Krim................................................................................. 32
B. Sifat Fisik Krim................................................................................... 33
1. Daya Sebar ................................................................................... 37
2. Viskositas ..................................................................................... 38
3. Perubahan Viskositas ................................................................... 40
C. Uji Iritasi Primer................................................................................. 42
D. Optimasi Formula............................................................................... 43
xiv
1. Contour Plot Daya Sebar ............................................................. 44
2. Contour Plot Viskositas .............................................................. 45
3. Contour Plot Perubahan Viskositas ............................................. 46
4. Contour Plot Super Imposed....................................................... 48
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN................................................. 49
A. Kesimpulan......................................................................................... 49
B. Saran.................................................................................................... 49
DAFTAR PUSTAKA............................................................................... 50
LAMPIRAN.............................................................................................. 53
BIOGRAFI PENULIS.............................................................................. 83
xv
DAFTAR TABEL
Halaman
I. Rancangan percobaan desain faktorial dengan dua faktor dan
dua level ........................................................................................ 18
II. Desain penelitian .......................................................................... 27
III. Bahan dalam tiap formula ............................................................ 27
IV. Evaluasi reaksi kulit..................................................................... 29
V. Kriteria iritasi……………………………………………………. 30
VI. Data pengukuran sifat fisik krim.................................................... 35
VII. Efek propilen glikol, efek sorbitol atau efek interaksi propilen
glikol dan sorbitol dalam menentukan sifat fisik krim..................
37
VII. Hasil pengukuran indeks iritasi primer krim dan sifat
iritannya......................................................................................... 42
xvi
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1. Struktur propilen glikol ................................................................. 15
2. Struktur sorbitol ............................................................................. 16
3. Hubungan pengaruh propilen glikol (a) dan sorbitol (b) terhadap
daya sebar krim ekstrak saw palmetto............................................
37
4. Hubungan pengaruh propilen glikol (a) dan sorbitol (b) terhadap
viskositas krim ekstrak saw palmetto.............................................
38
5. Hubungan pengaruh propilen glikol (a) dan sorbitol (b) terhadap
perubahan viskositas krim ekstrak saw palmetto ..........................
40
Contour plot daya sebar krim anti hair loss ekstrak saw
palmetto..........................................................................................
6.
44
Contour plot viskositas krim anti hair loss ekstrak saw
palmetto..........................................................................................
7.
45
Contour plot perubahan viskositas krim anti hair loss ekstrak
saw palmetto...................................................................................
8.
46
Contour plot super imposed daya sebar, viskositas dan perubahan
viskositas krim anti hair loss ekstrak saw palmetto........................
10.
48
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1. Foto saw palmetto........................................................................... 53-54
a. Pohon saw palmetto..................................................................... 53
b. Bunga saw palmetto.................................................................... 53
c. Buah saw pametto....................................................................... 54
2. Foto ekstrak kering saw palmetto..................................................... 54
3. COA (Certificate of Analysis) ekstrak saw palmetto........................ 55
4. Perhitungan konsentrasi ekstrak saw palmetto.................................. 58
5. Foto krim ekstrak saw palmetto.......................................................... 59
Data uji sifat fisik krim anti hair loss ekstrak saw palmetto.............. 6. 61
7. Foto uji iritasi primer.......................................................................... 63
8. Data uji iritasi primer.......................................................................... 64
9. Perhitungan persamaan uji daya sebar............................................... 66
10. Perhitungan persamaan uji viskositas................................................. 69
11. Perhitungan persamaan uji perubahan viskositas............................... 72
12. Perhitungan evaluasi uji iritasi primer............................................... 75
13. Kuisioner subjective assesment......................................................... 78
14. Perhitungan subjective assesment.................................................... 79
xviii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Rambut mempunyai peranan yang penting dalam sejarah kehidupan
manusia. Rambut tidak hanya berfungsi sebagai pelindung kepala dari panas,
dingin, atau sebab-sebab lain yang dapat melukai kepala tetapi juga berpengaruh
pada segi estetika. Rambut yang sehat akan cenderung memberikan kesan positif
pada seseorang misalnya tampak lebih cantik, tampan, muda atau percaya diri
(Trancik, 2000). Oleh karena itu banyak orang baik pria maupun wanita tidak
segan-segan melakukan perawatan rambut untuk menjaga kesehatan rambutnya.
Orang dewasa rata-rata mempunyai 90 ribu sampai 150 ribu helai rambut
di kepala. Walaupun ada rambut yang rontok setiap harinya namun masih
dianggap normal bila banyaknya rambut yang rontok kurang dari 50-100 helai
rambut per hari (Trancik, 2000). Beberapa penyebab kerontokan rambut antara
lain: stress, obat-obatan, kondisi tubuh tertentu, perawatan rambut yang tidak
tepat dan pengaruh genetik atau hormonal.
Androgenetic alopecia (AGA) merupakan salah satu tipe kerontokan
rambut yang disebabkan oleh pengaruh hormonal. Kerontokan rambut ini terjadi
karena adanya enzim 5-AR (5-alpha-reductase) yang mengubah testosterone
menjadi DHT (dihydroxytestosteron). Ada dua tipe enzim 5-AR yaitu tipe I dan
tipe II yang terdapat di berbagai jaringan tubuh. Enzim 5-AR tipe I terdapat di
newborn scalp, kulit dan hati sedangkan enzim 5-AR tipe II terdapat di kulit
xix1
2
kelamin, hati dan prostat. Dihydrotestosteron yang terbentuk akibat aksi enzim
5-AR apabila berikatan dengan reseptor di folikel rambut maka akan
menyebabkan kerontokan rambut dan pada akhirnya dapat terjadi kebotakan
(Prager, Bicketi, French dan Marcovidi, 2002).
Saat ini saw palmetto banyak digunakan untuk mengobati Benign
Prostate Hyperplasia (BPH), yaitu pembesaran kelenjar prostat yang disebabkan
terakumulasinya DHT (dihydrotestosteron) di kelenjar prostat. Penelitian lebih
lanjut menyebutkan bahwa saw palmetto secara per oral memberikan respon
positif untuk mengobati androgenetic alopecia (Prager et al., 2002). Saw palmetto
mencegah terjadinya androgenetic alopecia dengan mekanisme kerja yaitu
menghambat enzim 5-AR, menghambat pengikatan DHT dengan reseptor di
folikel rambut, serta meningkatkan metabolisme dan ekskresi DHT (Anonim,
2005).
Dalam penelitian ini ekstrak saw palmetto dibuat dalam bentuk sediaan
topikal dengan tujuan untuk mendapatkan efek penghambatan ikatan DHT dengan
reseptor pada kulit kepala secara langsung. Bentuk sediaan topikal yang dipilih
yaitu sediaan cair semi padat karena bentuk sediaan tersebut mempunyai
viskositas tertentu yang mudah diaplikasikan ke kulit, selain itu bentuk sediaan
cair semi padat juga memiliki waktu kontak yang lebih lama. Vanishing krim
yang merupakan emulsi bertipe M/A dipilih sebagai basis sediaan topikal karena
mudah dibuat, harganya murah, tidak berminyak, penampilan menarik, warna
krim putih, cenderung stabil dalam rentang temperatur yang luas dan fase
minyaknya tidak mudah tengik (Jellineck, 1970).
xx
3
Humectant merupakan bahan penahan lembab yang sering ditambahkan
dalam krim yang berfungsi menjaga kelembaban krim baik saat krim dalam
kemasan maupun saat dioleskan. Humectant mempunyai peranan penting menjaga
kadar air dalam sediaan, dimana air tersebut dapat menjadi absorption enhancer
yang dapat melembabkan kulit sehingga dapat mempermudah obat penetrasi ke
dalam kulit (Allen, 2002).
Pada krim anti hair loss yang dibuat dalam penelitian ini, humectant
yang digunakan yaitu propilen glikol dan sorbitol. Pemilihan kedua humectant
tersebut dikarenakan keduanya merupakan humectant yang paling luas
penggunaannya dalam berbagai sediaan cair semi padat.
Keberadaan propilen glikol dan sorbitol sebagai humectant dalam
formula krim memiliki presentase yang cukup besar yaitu 5-20% (Martin,
Swarbrick, Cammarata, 1993), besarnya presentase humectant tersebut dalam
formula dapat memberikan pengaruh yang cukup besar terhadap sifat fisik krim.
Penggunaan komposisi propilen glikol dan sorbitol sebagai humectant
dalam krim perlu dioptimasi mengingat adanya perbedaan sifat fisika dan kimia
kedua humectant tersebut yang dapat mempengaruhi sifat fisik krim yang
dihasilkan. Optimasi humectant dalam formula krim anti hair loss ekstrak saw
palmetto meliputi sifat fisik krim yang terdiri dari optimasi daya sebar, viskositas
dan stabilitas krim.
Suatu sediaan layak untuk digunakan oleh masyarakat apabila memenuhi
syarat keamanan. Oleh karena itu selain optimasi, dalam penelitian ini juga
dilakukan uji iritasi primer sebagai uji awal untuk mengetahui tingkat
xxi
4
keamanannya. Diharapkan melalui optimasi komposisi propilen glikol dan
sorbitol diperoleh sediaan yang aman, stabil dalam penyimpanan dan memiliki
sifat fisik yang baik sehingga dapat diterima oleh masyarakat.
Desain faktorial merupakan metode rasional untuk menyimpulkan dan
mengevaluasi secara obyektif efek dari faktor-faktor yang berpengaruh terhadap
kualitas produk. Desain faktorial digunakan dalam penelitian di mana efek dari
faktor atau kondisi yang berbeda dalam penelitian akan diketahui. Desain faktorial
merupakan desain yang dipilih untuk mendeterminasi efek-efek secara simultan
dari beberapa faktor dan interaksinya. Dengan demikian, metode ini merupakan
metode yang sesuai untuk menentukan formula yang optimum dalam krim,
dimana sebagai faktor yang akan dideterminasi dalam penelitian yaitu dua
humectant yang digunakan dalam berbagai konsentrasi. Dengan metode ini akan
dapat dilihat efek konsentrasi tiap-tiap humectant dan dapat pula terlihat
bagaimana hasil interaksi kedua humectant tersebut (Bolton, 1990).
B. Perumusan Masalah
1. Manakah diantara propilen glikol, sorbitol dan interaksinya yang paling
dominan / berpengaruh terhadap sifat fisik krim?
2. Dapatkah ditemukan area komposisi optimum propilen glikol dan sorbitol
pada countour plot super imposed yang diprediksi sebagai formula optimum
krim anti hair loss ekstrak saw palmetto?
3. Apakah formula krim anti hair loss ekstrak saw palmetto memberikan efek
iritasi primer?
xxii
5
C. Keaslian Penelitian
Sejauh pengetahuan penulis, penelitian mengenai Optimasi Komposisi
Propilen Glikol dan Sorbitol sebagai Humectant dalam Formula Krim Anti Hair
Loss Ekstrak Saw palmetto (Serenoa repens): Aplikasi Desain Faktorial belum
pernah dilakukan.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Menambah khasanah ilmu pengetahuan dan acuan bentuk sediaan topikal
anti hair loss khususnya untuk androgenetic alopecia dari bahan alami ekstrak
saw palmetto dengan humectant propilen glikol dan sorbitol.
2. Manfaat Metodologis
Menambah informasi ilmu pengetahuan kefarmasian mengenai upaya
pengembangan dan aplikasi metode desain faktorial dalam menemukan komposisi
optimum propilen glikol dan sorbitol dalam formula krim anti hair loss ekstrak
saw palmetto.
3. Manfaat Praktis
Hasil dari penelitian ini diharapkan memberikan alternatif sediaan anti
hair loss untuk androgenetic alopecia dengan sifat fisik yang sesuai, aman dan
dapat diterima masyarakat.
xxiii
6
E. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Penelitian ini secara umum bertujuan untuk mendapatkan formula
dengan komposisi propilen glikol dan sorbitol sebagai humectant yang optimum
dalam krim anti hair loss untuk androgenetic alopecia yang berasal dari bahan
alami yaitu ekstrak saw palmetto.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui manakah diantara propilen glikol, sorbitol dan interaksinya yang
lebih dominan/ berpengaruh terhadap sifat fisik krim.
b. Menemukan area komposisi optimum propilen glikol dan sorbitol pada
countour plot super imposed yang diprediksi sebagai formula optimum krim
anti hair loss untuk androgenetic alopecia.
c. Mengetahui apakah krim anti hair loss ekstrak saw palmetto tidak
memberikan efek iritasi primer atau sebaliknya memberikan efek iritasi
primer.
xxiv
BAB II
PENELAAHAN PUSTAKA
A. Rambut
1. Definisi
Rambut adalah keratin yang tumbuh keluar dari folikel rambut di kulit
kepala. Rambut di kulit kepala tumbuh dengan kecepatan 0,37 sampai 0,44
mm/hari dan normalnya rambut di kulit kepala pada orang dewasa rontok
sebanyak 50-100 rambut/hari. Rambut tumbuh dari invaginasi tubular pada
epidermis yang disebut folikel dan folikel rambut beserta kelenjar sebacea yang
disebut sebagai unit sebacea (Graham-Brown dan Burns, 2002).
2. Fungsi
Fungsi utama rambut adalah sebagai perlindungan, walaupun
perlindungan ini terbatas. Rambut melindungi kulit kepala dari luka dan cahaya
matahari (Basoeki, 1988). Selain melindungi tubuh dari rangsangan fisik seperti
panas, dingin, udara kering, kelembaban, rambut juga melindungi tubuh dari
rangsangan kimia seperti zat kimia dan keringat. Khusus untuk rambut di kepala
juga berfungsi sebagai estetika. Rambut pada telinga dan hidung berfungsi
melindungi telinga dan hidung dari serangga dan debu. Alis dan bulu mata
melindungi mata dari benda asing. Di samping itu, plexus akar rambut berfungsi
sebagai panca indera karena adanya saraf yang mengelilingi dasar dari folikel
rambut (Basoeki, 1988).
xxv7
8
3. Jenis
Ada empat tipe rambut yaitu:
a Rambut lanugo yang halus dan lembut terdapat sewaktu dalam kandungan dan
menghilang pada waktu usia janin mencapai bulan kedelapan.
b Rambut velus yang tipis dan halus menutupi sebagian besar tubuh kecuali
pada tempat-tempat di mana rambut terminal tumbuh (Graham-Brown dan
Burns, 2002). Rambut velus pendek, halus (< 0,3 mm diameternya), lembut,
biasanya tidak berpigmen.
c Rambut intermediet adalah rambut dalam perubahan distribusi antara rambut
velus dan rambut terminal, seperti rambut di lengan dan kaki (Martini et al.,
1995).
d Rambut terminal yang tebal dan berpigmen, terdapat pada kulit kepala, alis,
dan bulu mata yang tumbuh sebelum pubertas-sesudah pubertas, di bawah
pengaruh androgen (Graham-Brown dan Burns, 2002). Rambut terminal tebal,
(>0,3 mm diameternya), berpigmen gelap dan mempunyai medula (Trancik,
2000).
4. Struktur
Setiap rambut terdiri dari sebuah batang dan sebuah akar. Batang rambut
adalah bagian permukaan, sebagian besar menjorok ke atas permukaan kulit.
Batang rambut kasar terdiri dari tiga bagian utama :
a. Medula tersusun oleh barisan sel-sel polihedral yang berisi granula eleidin
dan rongga udara.
xxvi
9
b. Bagian kortex membentuk bagian terbesar batang dan terdiri dari sel-sel
elongata yang berisi granula pigmen pada rambut hitam, tetapi pada rambut
putih sebagian besar berisi udara
c. Kutikula adalah lapisan terluar, terdiri dari sebuah lapisan sel tunggal tipis,
pipih, seperti sisik yang merupakan bagian terbesar yang terkeratinkan.
Akar rambut adalah bagian yang terletak di bawah permukaan yang
menembus dermis, juga lapisan subcutaneous, seperti bagian batang rambut juga
berisi medula, kortex, dan kutikula. Akar rambut dibungkus oleh folikuli rambut,
yang dibuat dari selubung akar eksternal dan internal (Basoeki, 1988).
5. Folikel Rambut
Folikel rambut adalah pertumbuhan epitel dalam dari kulit yang berakhir
sebagai bulbus dengan lekukan papilla jaringan ikat. Papilla mempunyai
pembuluh darah yang membawa makanan ke rambut yang sedang dibentuk.
Bagian bulbus mengandung kelompokan sel-sel yang disebut matriks germinal,
yang menghasilkan rambut dalam suatu proses yang digunakan stratum
germinativum untuk menghasilkan stratum corneum.
Kerapatan folikel menurun seiring bertambahnya usia (1135/cm2 pada
saat lahir, 485/cm2 2 pada usia tahun dan 435/cm pada usia 80 tahun). Folikel
rambut dihasilkan oleh sel-sel stratum germinativum yang berada di dalam dermis
dan hipodermis. Folikel rambut dibatasi oleh sel-sel epidermis dan di atas
dasarnya terdapat papilla tempat dasar rambut tumbuh (Nangsari, 1995).
xxvii
10
6. Fase Pertumbuhan dan Pergantian Rambut
Folikel rambut mempunyai fase siklis pertumbuhan rambut yang terdiri
dari 3 fase, yaitu:
a. Fase anagen. Fase anagen merupakan fase pertumbuhan rambut. Fase ini
berlangsung selama 2 – 8 tahun, folikel mencapai panjang yang maksimum
dan terjadi proliferasi matriks sel. Rambut pada fase anagen biasanya
tangkainya tebal dan memberikan segmen pada medula yang jelas.
b. Fase katagen. Fase katagen merupakan fase transisi singkat. Pada fase ini
terjadi degenerasi papila dermis dan berlangsung selama beberapa hari sampai
2 minggu. Rambut akan berhenti tumbuh, diikuti dengan kerusakan bulbus
yang menyebabkan terpisahnya helai rambut dari dinding folikel rambut.
c. Fase telogen. Fase telogen merupakan fase istirahat. Pada fase ini, folikel
istirahat meskipun rambut masih ada di dalamnya. Matriks tidak aktif lagi
kemudian atrofi mengalami penandukan. Papila mengecil dan atrofi
menghilang. Akar rambut akan lepas dari matriks dan lambat laun bergerak ke
permukaan, akhirnya rambut menjadi rontok. Untuk rambut kepala masa
istirahat adalah 100 hari atau tiga sampai empat bulan (Harahap, 1990).
Lama masing-masing fase siklis tergantung pada usia individu dan lokasi
folikel tumbuh. Setiap saat kira-kira 85% dari rambut kepala pada fase anagen,
1% pada katagen, dan 14% pada telogen (Graham-Brown, Burns, 2002).
7. Permasalahan Pada Rambut
Macam-macam penyebab alopecia (kerontokan rambut) yaitu:
xxviii
11
a. Keadaan psikis, ketegangan syaraf yang berlangsung lama, terlalu banyak
pikiran atau syok mental.
b. Penyakit umum, misal: kurang makan, zat kapur, vitamin, dan kurang darah,
kelenjar-kelenjar dalam tubuh tidak bekerja dengan baik, penyakit infeksi
seperti tifus, sipilis.
c. Penyakit kulit kepala, misalnya tinea.
d. Penyakit rambut misalnya penyakit mutiara.
e. Keadaan mekanik, memakai topi terus menerus, terutama topi berat seperti
helm.
f. Keadaan khemis, misalnya pengaruh obat, bahan kimia yang dimakan atau
diminum penderita.
g. Faktor keturunan
h. Umur yang semakin bertambah akan menyebabkan kerontokan (Srilestari,
Budiman, Hudori cit Panggabean E., 2000).
B. Androgenetic Alopecia
Androgenetic alopecia (AGA) merupakan jenis kerontokan rambut yang
sering terjadi pada manusia. Androgenetic alopecia disebabkan sensitivitas folikel
rambut di kulit kepala terhadap DHT (dihydrotestosteron). Produksi DHT
dikatalisis oleh 5-AR (5-Alpha-Reduktase) dimana 5-AR adalah enzim yang
terikat di membran yang mengkatalisis perubahan ireversibel testosteron menjadi
dihydrotestosteron. Terdapat dua tipe enzim 5-AR yaitu tipe I dan tipe II yang
terdapat di berbagai jaringan tubuh. Enzim 5-AR tipe I terdapat di new born scalp,
xxix
12
kulit dan hati sedangkan enzim 5-AR tipe II terdapat di kulit kelamin, hati dan
prostat. Pengikatan DHT yang terbentuk dengan reseptor di kulit kepala akan
memicu percepatan fase pertumbuhan rambut (anagen) dan memperlama fase
istirahat (telogen) sehingga lama kelamaan muncul rambut velus dan pada
akhirnya terjadi kebotakan (Trancik, 2000).
C. Ekstrak Saw Palmetto
Ekstrak saw palmetto disebut juga Serenoa repens. Saw palmetto
merupakan famili Arecaceae (Palmae) yang berasal dari pedalaman asli Amerika
Serikat. Deskripsi saw palmetto yaitu berupa tumbuhan palma, sangat pendek,
dekat tanah atau merayap dengan serat yang membentuk koloni. Daunnya
berjatuhan, terbagi-bagi dengan bagian kaku berwarna hijau atau hijau kebiruan,
hijau kekuningan; mempunyai duri kecil dengan bunga putih. Buahnya
menyerupai bentuk pear yang panjangnya mencapai 2,5 cm (Peris, Stubing,
Vanaclocha, 1995).
Ekstrak saw palmetto mengandung beberapa jenis asam lemak, meliputi
kaprat, kaprilat, kaproat, laurat, oleat, dan asam palmitat serta sejumlah besar
fitosterol (beta-sitosterol, sikloartenol, lupeol, lupenone, dan 24-metil
sikloartenol) (Simonis, 2000).
Ekstrak saw palmetto sebagai anti androgenetic alopecia bekerja dengan
cara menginhibisi enzim 5-AR sehingga mengurangi pengubahan testosterone
menjadi DHT yang aktif. Selain itu ekstrak saw palmetto juga dapat menghambat
xxx
13
pengikatan DHT dengan reseptor di berbagai jaringan khususnya di folikel
rambut, serta meningkatkan metabolisme dan ekskresi DHT (Anonim, 2005).
D. Vanishing Krim
Krim merupakan sediaan tak tembus cahaya, padatan yang lunak atau
cairan kental yang dimaksudkan untuk pemakaian luar. Krim mengandung bahan
obat yang terlarut atau tesuspensi dalam basis vanishing krim atau basis larut air
dan dalam tipe emulsi air dalam minyak (w/o) atau minyak dalam air (o/w)
(Allen, 2002).
Vanishing krim adalah suatu emulsi dari asam stearat dimana emulsi
tersebut selalu bertipe M/A (Young, 1972). Dalam krim tersebut asam stearat
merupakan unsur utama fase minyak sedangkan emulgatornya yaitu alkali stearat
yang merupakan hasil dari reaksi suatu basa yang terlarut dalam fase cair dengan
sebagian asam stearat (Jellineck, 1970). Alkali stearat yang terbentuk bertipe
anionik (Sagarin, 1957).
Dalam formulasi hand lotion, sabun asam lemak yang sering digunakan
yaitu triethanolamin stearat, digunakan dalam rentang 0,5-3%. Sabun asam lemak
mempunyai sifat hidrofilik yang kuat dan cenderung akan memproduksi emulsi
M/A. Garam amine dari asam lemak pada umumnya menghasilkan krim putih
(Jellineck, 1970).
Untuk perlindungan terhadap dekomposisi bahan oleh mikroorganisme,
pada krim sering ditambahkan nipagin 0,12%–0,18% sebagai pengawet
(preservative) (Anief, 2000).
xxxi
14
Beberapa keuntungan penggunaan krim asam stearat antara lain : mudah
dibuat, harganya murah, cenderung stabil dalam rentang temperatur yang luas,
fase minyaknya tidak mudah tengik, sistem emulsinya kuat dan penampilannya
menarik karena krim yang dihasilkan berwarna putih (Jellineck, 1970).
E. Humectant
Humectant adalah bahan yang berfungsi untuk mengontrol perubahan
kelembaban antara sediaan dan udara baik dalam kemasan maupun saat dioleskan
di kulit sehingga meminimalisasi kekeringan pada krim (Sagarin, 1957).
Humectant juga berfungsi untuk memperbaiki daya sebar krim dan menjaga
konsistensi krim (Young, 1972).
Humectant merupakan bahan bersifat higroskopik yang mempunyai sifat
mengabsorpsi uap air dari udara lembab sampai mencapai suatu derajat
kelembaban tertentu. Terdapat banyak bahan yang mempunyai sifat sebagai
humectant namun yang terlihat digunakan secara luas untuk hand creams dan
lotion, yaitu gliserol, propilen glikol dan sorbitol. Ketiga senyawa organik
tersebut mirip karena semuanya merupakan polihidrat alkohol dan humectant
organik (Sagarin, 1957). Tetapi walaupun memiliki kemiripan, ketiganya berbeda
dalam hal berat molekul, viskositas, volatilitas dan higroskopisitasnya. Propilen
glikol mempunyai berat molekul dan viskositas terendah, namun mempunyai
volatilitas yang paling tinggi. Sedangkan sorbitol mempunyai berat molekul dan
viskositas paling tinggi, selain itu bersifat non volatil (Sagarin, 1957). Dari
kesemuanya gliserol paling higroskopik dan sorbitol sirup mempunyai sifat
xxxii
15
higroskopik terendah pada keadaan equilibrium (Sagarin, 1957). Propilen glikol
lebih bersifat higroskopis dibandingkan dengan sorbitol (Barel, Paye, Mailbach,
2001).
Gliserol, propilen glikol dan sorbitol sudah digunakan dalam hand
creams, lotion maupun kosmetik-kosmetik yang lain selama bertahun-tahun tanpa
menimbulkan adanya iritasi maupun sensitisasi. (Sagarin, 1957).
1. Propilen glikol
OH
CH CH CH OH 3 2
Gambar 1 Rumus molekul propilen glikol BM 76,9
Propilen glikol mengandung tidak kurang dari 99,5% C H O3 8 2. Pemerian
propilen glikol yaitu cairan kental, jernih, tidak berwarna; rasa khas; praktis tidak
berbau, menyerap air pada udara lembab. Propilen glikol dapat bercampur
dengan air, dengan aseton, dan dengan kloroform; larut dalam eter dan dalam
beberapa minyak essensial; tetapi tidak dapat bercampur dengan minyak lemak
(Anonim, 1995).
Propilen glikol digunakan secara luas dalam kosmetik dan industri
farmasi sebagai pelarut dan pembawa untuk bahan-bahan yang larut dan tidak
larut dalam air. Propilen glikol sering digunakan dalam makanan sebagai
antifreeze dan emulgator. Propilen glikol juga digunakan sebagai penghambat
fermentasi dan pertumbuhan mikroorganisme (Barel, Paye, Mailbach, 2001).
xxxiii
16
Propilen glikol dianggap sebagai bahan yang tidak berbahaya untuk
produk kosmetik dan aman digunakan dalam produk kosmetik sampai 50%.
(Barel, Paye, Mailbach, 2001).
Propilen glikol digunakan secara luas sebagai pelarut, pengekstrak dan
preservative. Propilen glikol merupakan pelarut umum yang lebih baik daripada
gliserin dan dapat terlarut dalam berbagai bahan seperti kortikosteroid, fenol,
obat-obat sulfa, barbiturat, vitamin (A dan D), sebagian alkaloid dan banyak lokal
anestesi (Boylan, 1986).
Propilen glikol memiliki daya antiseptik yang mirip dengan etanol dan
melawan pertumbuhan mikroorganisme mirip dengan gliserin namun sedikit
kurang efektif dibandingkan etanol (Boylan, 1986).
2. Sorbitol (hexahydrohexane)
Gambar 2 Rumus molekul sorbitol BM 182,17
Sorbitol mengandung tidak kurang dari 91,0% dan tidak lebih dari
100,5% C H6 14O6, dihitung terhadap zat anhidrat. Dapat mengandung sejumlah
kecil alkohol polihidrik yang lain. Sorbitol sangat mudah larut dalam air; sukar
larut dalam etanol, dalam metanol dan dalam asam asetat (Anonim, 1995).
xxxiv
17
Sorbitol digunakan sebagai bahan pemanis, humectant dan sebagai diluen
pada tablet dan kapsul. Sorbitol merupakan bahan kimia yang relatif inert dan
kompatibel dengan sebagian besar eksipien. Sorbitol tidak membuat inflamasi,
tidak korosif, dan tidak volatil. Pada konsentrasi tinggi sorbitol merupakan
penstabil untuk vitamin dan antibiotik yang labil (Boylan, 1986).
F. Metode Desain Faktorial
Desain faktorial digunakan dalam penelitian di mana efek dari faktor atau
kondisi yang berbeda dalam penelitian akan ditentukan. Desain faktorial
merupakan desain yang dipilih untuk mendeterminasi efek-efek secara simultan
dari beberapa faktor dan interaksinya (Bolton, 1990).
Desain faktorial merupakan aplikasi persamaan regresi untuk
memberikan model hubungan antara variabel respon dengan satu atau lebih
variabel bebas. Model yang diperoleh dari analisis tersebut berupa persamaan
matematika (Bolton, 1990).
Desain faktorial dua level berarti ada dua faktor (misal A dan B) yang
masing-masing faktor diuji pada dua level yang berbeda, yaitu level rendah dan
level tinggi. Dengan desain faktorial dapat dirancang suatu percobaan untuk
mengetahui faktor yang dominan berpengaruh secara signifikan terhadap suatu
respon. Efek dan interaksi dapat ditentukan dengan pasti melalui hasil dari
rancangan desain faktorial. Rancangan percobaan desain faktorial dengan dua
faktor dan dua level :
xxxv
18
Tabel I. Rancangan percobaan desain faktorial dengan dua faktor dan dua level
Formula A (faktor I) B (faktor II) (1) - - a + - b - + ab + +
Keterangan:
(-) = level rendah
(+) = level tinggi
Formula (1) = faktor I level rendah, faktor II level rendah
Formula (a) = faktor I level tinggi, faktor II level rendah
Formula (b) = faktor I level rendah, faktor II level tinggi
Formula (ab) = faktor I level tinggi, faktor II level tinggi (Bolton, 1990).
Rancangan faktorial yang paling sederhana ialah menggunakan dua
faktor dan masing-masing faktor menggunakan dua kategori. Rancangan yang
demikian itu biasanya digambarkan sebagai rancangan faktorial 2 x 2. Pada desain
faktorial ada dua variabel eksperimental yang diselidiki secara serempak.
Informasi yang dapat diperoleh dari rancangan penelitian ini adalah efek utama
dari masing-masing variabel bebas, simple effect dan efek interaksi antara kedua
variabel bebas (Suryabrata, 1998).
Besarnya efek masing–masing faktor maupun interaksinya dapat
ditentukan dengan menghitung selisih antara rata-rata respon pada level tinggi dan
rata-rata respon pada level rendah. Konsep perhitungan efek menurut Bolton
(1990) sebagai berikut :
xxxvi
19
2))()1(( baba −+− .........................................................(1) Efek faktor I =
2))()1(( aabb −+− .........................................................(2) Efek faktor II =
2))1()(( −−− ababEfek faktor interaksi = .........................................................(3)
Optimasi campuran dua bahan (berarti ada dua faktor) dengan desain
faktorial (dua level dua faktor) dilakukan berdasarkan rumus:
+ bY = b0 1X + b X + b1 2 2 12 X X ……………………………………............(4) 1 2
Dengan:
Y = respon hasil atau sifat yang diamati
, X = level bagian A, level bagian B X1 2
, bb0 1, b , b = koefisien, dapat dihitung dari hasil percobaan 2 12
bo = rata-rata hasil semua percobaan
, bb1 2, b = koefisien yang dihitung dari hasil percobaan 12
Pada desain faktorial dua level dan dua faktor diperlukan empat
percobaan (2n = 4, dengan 2 menunjukkan level dan n menunjukkan jumlah
faktor). Penamaan formula untuk jumlah percobaan sama dengan 4 adalah
formula (1), formula a, formula b, dan formula ab (Bolton, 1990). Respon yang
ingin diukur harus dapat dikuantitatifkan.
Desain faktorial memiliki beberapa keuntungan. Metode ini memiliki
efisiensi yang maksimum untuk memperkirakan efek yang dominan dalam
menentukan respon jika tidak ada interaksi yang terjadi. Jika terjadi interaksi
desain faktorial memungkinkan untuk mengungkapkan dan mengidentifikasi
xxxvii
20
interaksi. Kesimpulan dapat diaplikasikan pada rentang kondisi yang lebar, karena
efek dari faktor ditentukan melalui variasi level dari faktor-faktor lain. Fungsi
maksimal tergantung pada data, karena semua efek utama dan interaksinya
ditentukan berdasarkan data. Desain faktorial bersifat orthogonal; semua efek dan
interaksi yang ditentukan tidak tergantung pada efek dari faktor lain (Bolton,
1990).
G. Uji Iritasi Primer
Iritasi adalah suatu reaksi kulit terhadap zat kimia misalnya alkali kuat,
asam kuat, pelarut, dan deterjen. Beratnya bermacam-macam, dari hiperemia,
edema, dan vesikulasi sampai pemborokan. Iritasi primer terjadi di tempat kontak
dan umumnya pada sentuhan pertama, karenanya berbeda dengan sensitisasi (Lu,
1995). Iritasi primer yang paling sering dimodifikasi dideskripsikan oleh John
Draize dan teman-temannya pada tahun 1944 (Hayes, 2001).
Tujuan dilakukannya uji Draize yaitu untuk mengidentifikasi bahan-
bahan kimia yang merupakan bahan yang sangat berbahaya, bukan untuk
membandingkan produk (Hayes, 2001). Ada beberapa uji iritasi kulit yang
dimodifikasi berdasarkan prosedur Draize. Modifikasi dilakukan pada spesies
hewan yang digunakan, jumlah bahan uji yang dipakai, pengolesan berulang dan
jenis pemeriksaan, misalnya histologi. Untuk sebagian besar efek pada kulit,
hewan uji pilihan adalah kelinci albino, meskipun marmot albino, mencit putih,
dan hewan lainnya digunakan (Lu, 1995).
xxxviii
21
H. Landasan Teori
Sediaan topikal anti hair loss yang paling cocok untuk penggunaan
ekstrak saw palmetto pada kulit kepala adalah sediaan cair semi padat. Hal ini
selain dikarenakan sediaan cair semi padat mempunyai viskositas tertentu, sediaan
cair semi padat juga mudah diaplikasikan secara merata di kulit dan memiliki
waktu kontak yang lebih lama. Dalam penelitian ini dipilih bentuk sediaan krim
berbasis vanishing krim karena memberikan banyak keuntungan.
Propilen glikol dan sorbitol sebagai humectant sangat cocok digunakan
untuk sediaan topikal karena sifatnya yang aman dan menguntungkan. Pada
pembuatan krim anti hair loss ekstrak saw palmetto, propilen glikol
dikombinasikan dengan sorbitol dimana keduanya selain berfungsi sebagai
humectant atau penahan lembab juga berfungsi untuk mengontrol daya sebar serta
konsistensi krim. Walaupun keduanya merupakan polihidrat alkohol namun
secara teori keduanya memiliki karakteristik yang berbeda dalam hal berat
molekul, viskositas, higroskopisitas dan volatilitasnya. Diantara propilen glikol,
sorbitol dan gliserol, propilen glikol mempunyai berat molekul dan viskositas
terendah, namun mempunyai volatilitas yang paling tinggi. Sedangkan sorbitol
mempunyai berat molekul dan viskositas paling tinggi, selain itu bersifat non
volatil. Propilen glikol lebih bersifat higroskopis dibandingkan dengan sorbitol.
Perbedaan komposisi propilen glikol dan sorbitol yang digunakan dalam formula
krim akan mempengaruhi sifat fisik krim yang dihasilkan. Sorbitol mempunyai
viskositas yang lebih tinggi daripada propilen glikol maka dimungkinkan sorbitol
menjadi faktor dominan viskositas sehingga krim yang dihasilkan akan semakin
xxxix
22
kental dengan semakin meningkatnya sorbitol yang digunakan. Sedangkan
propilen glikol memiliki higroskopositas yang lebih tinggi daripada sorbitol maka
dimungkinkan propilen glikol dapat menjadi faktor dominan perubahan viskositas
dimana semakin banyak propilen glikol yang digunakan maka krim yang
dihasilkan dalam penyimpanannya akan semakin encer.
I. Hipotesis
Pada penelitian Optimasi Komposisi Propilen Glikol dan Sorbitol sebagai
Humectant dalam Formula Krim Anti Hair Loss Ekstrak Saw Palmetto diduga
terdapat efek dominan dan interaksi dari propilen glikol dan sorbitol yang
berperan dalam menentukan daya sebar, viskositas dan stabilitas krim.
xl
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Rancangan Penelitian
Penelitian ini merupakan rancangan eksperimental murni dengan variabel
eksperimental ganda dan bersifat eksploratif, yaitu mencari komposisi humectant
(propilen glikol dan sorbitol) dalam formula krim anti hair loss ekstrak saw
palmetto yang optimum dengan parameter sifat fisik krim meliputi daya sebar,
viskositas dan stabilitas krim.
B. Variabel Penelitian
1. Variabel Bebas dalam penelitian ini adalah jumlah dan jenis humectant yang
digunakan (propilen glikol dan sorbitol).
2. Variabel Tergantung dalam penelitian ini adalah sifat fisik krim meliputi
daya sebar, viskositas, perubahan viskositas dan keamanan (iritasi primer)
krim anti hair loss ekstrak saw palmetto.
3. Variabel Pengacau Terkendali dalam penelitian ini adalah pembacaan
viscometer, alat percobaan, wadah penyimpanan, intensitas cahaya
penyimpanan, dan kelinci albino.
4. Variabel Pengacau Tak Terkendali dalam penelitian ini meliputi lama
pengadukan, intensitas (kekuatan) pengadukan, suhu ruang pada
penyimpanan, kelembaban ruangan, luka pada punggung kelinci saat
melakukan uji iritasi primer.
xli23
24
C. Definisi Operasional
1. Ekstrak saw palmetto adalah ekstrak etanol buah saw palmetto yang
dikeringkan dengan bahan pengering yaitu laktosa (30 %) dan silika (30 %).
2. Krim anti hair loss adalah sediaan semi padat yang dibuat dari sistem
vanishing krim dengan propilen glikol dan sorbitol sebagai humectant dan
ekstrak saw palmetto sebagai bahan aktif sesuai dengan formula yang telah
ditentukan dan dibuat sesuai prosedur pembuatan krim pada penelitian ini.
3. Sistem vanishing krim adalah komponen penyusun krim (selain ekstrak saw
palmetto) yang terdiri dari fase minyak (asam stearat, propilen glikol, TEA,
cetyl alkohol), emulgator (trietanolamin stearat) dan fase air (aquades,
sorbitol, nipagin).
4. Sifat fisik krim adalah parameter yang digunakan untuk mengetahui kualitas
fisik krim dalam penelitian ini, meliputi daya sebar, viskositas, dan perubahan
viskositas selama penyimpanan.
5. Perubahan viskositas adalah selisih viskositas setelah 1 bulan penyimpanan
dengan viskositas segera setelah krim dibuat dibagi viskositas krim segera
setelah dibuat dikalikan 100 %. Rumus untuk perubahan viskositas adalah
sebagaiberikut
100% xdibuat setelah segera krim sviskosista
dibuatsetelah segera krim s viskosita-bulan 1setelah krim viskositas .....(5)
6. Daya sebar optimal adalah diameter penyebaran krim sebesar ≥ 3 cm dan ≤ 5
cm pada pengukuran massa krim 1 gram, diberi beban 150 gram (beserta
horizontal plate penutup) dan diukur setelah didiamkan selama 1 menit.
xlii
25
7. Viskositas optimal adalah viskositas yang mendukung kemudahan krim
diisikan ke dalam wadah dan dikeluarkan saat digunakan serta spreadability
yang baik. Viskositas yang optimal dalam penelitian ini adalah 200-300 d.Pas.
8. Perubahan viskositas yang optimal adalah selisih viskositas krim setelah
disimpan 1 bulan pada suhu kamar dibandingkan dengan viskositas awal
segera setelah krim dibuat dibagi viskositas awal segera setelah krim dibuat
dikalikan 100 % memberikan hasil kurang dari 10%.
D. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah glasswares (PYREX-
GERMANY), timbangan analitik, mortir, stamper, horizontal double plate,
viscometer seri VT 04 (RION-JAPAN), silet, gunting, dan kandang kelinci.
Sedangkan bahan yang digunakan adalah ekstrak saw palmetto dan bahan-bahan
penyusun basis krim yang berkualitas farmasetis meliputi asam stearat, cetyl
alkohol, triethanolamin, propilen glikol, sorbitol, nipagin, parfum dan aquades.
E. Tata Cara Penelitian
1. Optimasi Formula dan Pembuatan Krim
a Formula
Eksipien yang dipilih sebagai basis sediaan krim mengacu pada formula
vanishing krim dalam Practical Cosmetics Science (Young, 1972) dengan
perincian formula sebagai berikut :
xliii
26
A. Asam stearat 12,0 gram
Cetyl Alkohol 0,5 gram
Sorbitol syrup 5,0 gram
Isopropyl myristate
or propilen glycol 3,0 gram
Triethanolamin 1,0 gram
B. Glycerine one to five drops
Distilled water 78,2 gram
Preservative (Nipagin M) one microspatula-full
C. Perfume three or four drops
Komposisi formula baru setelah modifikasi (untuk 100 gram) sebagai berikut:
A. Asam stearat 10,16 gram
Cetyl Alkohol 0,5 gram
Triethanolamin 1,2 gram
Propilen glycol (6-12) gram
B. Sorbitol (2-8) gram
Nipagin 0,15 gram
Aquadest 60,0 gram
C. Ekstrak saw palmetto 15,385 gram
D. Perfume 0,36 gram
Dari formula di atas dibuat komposisi propilen glikol dan sorbitol level
rendah dan level tinggi seperti pada tabel II.
xliv
27
Tabel II. Desain penelitian Formula Propilen glikol (g) Sorbitol (g)
(1) 6 2 a 12 2 b 6 8 ab 12 8
Dari desain penelitian di atas diperoleh komposisi setiap bahan pada
masing-masing formula sebagai berikut:
Tabel III. Bahan dalam tiap formula Bahan (1) a b ab
a. Asam stearat 10,16 10,16 10,16 10,16 Cetyl alcohol 0,5 0,5 0,5 0,5 Triethanolamin 1,2 1,2 1,2 1,2 Propilen glikol 6 12 6 12 b. Sorbitol 2 2 8 8 Aquadest 60 60 60 60 Nipagin 0,15 0,15 0,15 0,15 c. Saw palmetto 15,385 15,385 15,385 15,385 d.Parfum 0,36 0,36 0,36 0,36
Total 95,755 101,755 101,755 107,755
b. Cara Kerja Pembuatan Formula
Campur asam stearat, cetyl alkohol, triethanolamin dan propilen glikol
(fase A) dalam satu cawan porselen. Campur sorbitol, nipagin dan aquadest (fase
B) dalam satu cawan porselen yang berbeda dengan fase A. Panaskan masing-
masing fase di atas waterbath sampai suhu ± 75OC. Campur kedua fase dalam
mortir yang telah dihangatkan sebelumnya, aduk pelan dengan stamper sampai
terbentuk krim yang berwarna putih. Setelah dingin, masukkan ekstrak saw
palmetto (fase C) sedikit demi sedikit dalam basis krim sambil terus di aduk
hingga homogen. Teteskan parfum (fase D) 40 tetes ke dalam krim saw palmetto.
xlv
28
2. Uji Sifat Fisik Krim Ekstrak Saw Palmetto
a. Uji daya sebar
Uji daya sebar sediaan krim anti hair loss ekstrak saw palmetto
dilakukan langsung setelah pembuatan krim dengan batas waktu pengukuran dua
hari setelah krim dibuat. Krim seberat 1 g ditimbang dan diletakkan di tengah
horizontal plate. Di atas krim diletakkan horizontal plate yang lain dan pemberat
sehingga berat horizontal plate penutup dan pemberat 125 g, didiamkan selama 1
menit dan catat diameter penyebarannya dari bebagai sisi kemudian dihitung
diameter rata-ratanya. Replikasi pengukuran diameter dilakukan sebanyak 6 kali.
b. Uji viskositas
Pengukuran viskositas dilakukan dengan menggunakan alat Viscometer
seri VT 04. Pengukuran dilakukan dengan memasukkan krim ke dalam wadah dan
dipasang pada portable viscotester. Viskositas krim diketahui dengan mengamati
gerakan jarum penunjuk viskositas. Untuk tiap formula dilakukan pengulangan
pengukuran sebanyak 6 kali dengan pendiaman selama 15 menit setiap
pengukuran. Pengukuran viskositas dilakukan dua kali, yaitu (1) segera setelah
krim selesai dibuat dan (2) setelah disimpan selama 1 bulan (Instruction Manual
Viscotester VT-04E).
3. Uji iritasi primer
Punggung kelinci masing-masing dicukur dengan ukuran 2,5 X 2,5 cm.
Timbang 0,5 gram krim ekstrak saw palmetto. Hewan dikurung dalam kandang
dengan ukuran terbatas agar tidak banyak bergerak selama uji iritasi primer.
Oleskan formula krim pada punggung kelinci yang telah dicukur kemudian tutup
xlvi
29
dengan kassa dan lekatkan dengan plester. Seluruh badan hewan dibungkus
dengan kain kassa selama 4 jam periode pejanan. Kemudian lepas semua kain
yang membungkus, biarkan punggung kelinci terbuka. Amati reaksi yang timbul
setelah 1 jam, 24 jam, 48 jam, 72 jam dan 1 minggu. Reaksi yang timbul
dievaluasikan berdasarkan skor dalam tabel IV. Dari evaluasi skor dapat dihitung
indeks iritasi primer untuk tiap hewan uji berdasarkan persamaan (6). Kemudian
dihitung indeks iritasi untuk tiap formula dari persamaan (7). Berdasarkan indeks
iritasi tiap formula dapat diketahui kriteria iritasi untuk tiap formula pada tabel V.
Tabel IV. Evaluasi reaksi kulit
(1) Eritrema dan Pembentukan Kerak Skor
Tanpa eritrema 0 Eritrema sangat sedikit (hampir tidak tampak) 1 Eritrema berbatas jelas 2 Eritrema moderat sampai berat 3 Eritrema berat (merah bit) sampai sedikit membentuk kerak (luka dalam)
4
Total skor eritrema yang mungkin 4
(2) Pembentukan edema Skor Tanpa edema 0 Edema sangat sedikit (hampir tidak tampak) 1 Edema sedikit (tepi daerah berbatas jelas) 2 Edema moderat (tepi naik kira-kira 1 mm) 3 Edema berat (naik lebih dari 1 mm dan meluas ke luar daerah pajanan)
4
Total skor edema yang mungkin 4 Rumus perhitungan indeks iritasi primer untuk tiap hewan uji
Skor epidema 24jam+ 48jam+72jam + Skor oedema 24jam+48jam+72jam
Rumus perhitungan indeks iritasi untuk tiap formula
3 3
Jumlah indeks iritasi primer tiap hewan uji Banyak hewan uji
….(6)
……………………….............(7)
xlvii
30
Tabel V. Kriteria iritasi Indeks Iritasi Kriteria Iritasi Senyawa Kimia
0 Tidak mengiritasi < 2 Kurang merangsang 2-5 Iritan Moderat >5 Iritan Berat
(Hayes, 2001)
4. Subjective Assesment
Sebanyak 29 responden mencoba krim dari tiap formula yang dibuat.
Kemudian responden mengisi kuisioner yang berisi pertanyaan-pertanyaan untuk
memberikan penilaian terhadap masing-masing formula yang dibuat. Pertanyaan
tersebut antara lain terkait dengan : penampilan, bau, viskositas, kehalusan, daya
sebar, kelengketan, efek lembab, sensasi dingin, efek ke rambut, dan kenyamanan
krim ekstrak saw palmetto.
Hasil untuk tiap jawaban kuisioner dari semua responden diberi skor
kemudian dirata-rata sehingga dapat diketahui gambaran penerimaan masyarakat
terhadap tiap formula krim yang dibuat.
F. Analisis Data dan Optimasi
Data daya sebar, viskositas dan perubahan viskositas yang terkumpul di
rata-rata untuk tiap formula. Kemudian respon rata-rata dari tiap uji dianalisis
dengan perhitungan efek menurut desain faktorial dan grafik hubungan untuk
mengetahui besarnya efek dari propilen glikol, sorbitol dan interaksinya.
Selanjutnya dilakukan analisis statistik varian dua arah (desain faktorial) untuk
menentukan komposisi antara propilen glikol dengan sorbitol dalam formula krim
anti hair loss yang optimal dengan membuat contour plot untuk masing-masing
xlviii
31
uji sifat fisik. Formula yang optimal diperoleh dari penggabungan contour plot
masing-masing parameter sifat fisik krim yang dikenal dengan contour plot super
imposed.
xlix
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Pembuatan Krim
Krim yang dibuat merupakan vanishing krim yaitu krim berbasis emulsi
bertipe M/A. Bahan-bahan yang digunakan terdiri dari fase internal (medium
terdispersi) dan fase eksternal (medium pendispersi). Dalam krim anti hair loss
ekstrak saw palmetto ini sebagai fase internal yaitu asam stearat, cetyl alkohol,
propilen glikol dan triethanolamin. Sedangkan sebagai fase eksternal yaitu
sorbitol, aquades dan nipagin.
Untuk dapat mendispersikan kedua fase tersebut diperlukan adanya suatu
emulgator. Dalam hal ini digunakan sabun asam lemak yaitu triethanolamin
stearat sebagai emulgator. Triethanolamin stearat diperoleh dengan mereaksikan
sebagian asam stearat dengan triethanolamin pada saat pencampuran kedua fase.
Emulgator tersebut akan mengurangi tegangan permukaan antara kedua fase,
sehingga keduanya dapat bercampur. Penggunaan Triethanolamin stearat sebagai
emulgator menguntungkan karena akan menghasilkan krim yang lunak dan
berbutir halus ( Jellineck, 1970).
Masing-masing fase dalam pembuatannya dipanaskan hingga ± 75oC.
Pada suhu tersebut partikel-partikel kedua fase akan meregang sehingga
mempermudah proses pencampuran kedua fase. Pengadukan dilakukan dalam
mortir yang telah dihangatkan sebelumnya untuk menghindari perubahan suhu
yang mendadak. Perubahan suhu yang mendadak dapat menyebabkan bahan-
l32
33
bahan dengan titik lebur tinggi menjadi mudah memadat sehingga krim menjadi
tidak halus.
Selama pencampuran kedua fase, pengadukan tidak boleh terlalu cepat
karena dapat mengakibatkan terjadinya foaming yang dapat mempengaruhi
penerimaannya oleh masyarakat. Pengadukan sebaiknya dilakukan dengan pelan
namun konstan dan cukup kuat.
Ekstrak saw palmetto yang digunakan sebagai bahan aktif dalam krim
anti hair loss ini berupa serbuk dan mengandung sebagian besar senyawa
fitosterol yang tidak tahan panas. Oleh karena itu ekstrak saw palmetto tidak
ditambahkan saat pembentukan basis krim tetapi ditambahkan sedikit demi sedikit
setelah basis krim terbentuk dan suhunya ± 35oC. Untuk mengurangi bau yang
tidak enak dari saw palmetto ditambahkan parfum secukupnya.
B. Sifat Fisik Krim
Sifat fisik krim merupakan hal yang sangat penting untuk
dipertimbangkan dalam pembuatan krim terutama terkait dengan acceptability
masyarakat. Masyarakat menyukai krim yang mudah menyebar saat dioleskan,
viskositas yang cukup dan stabil dalam penyimpanannya. Selain itu mengingat
krim ini akan digunakan dengan tujuan zat aktif dapat terabsorpsi hingga hair
folicle maka selain terkait acceptability masyarakat, sifat fisik juga
dipertimbangkan agar dapat memberikan efek farmakologis yang optimal. Sifat
fisik yang tidak sesuai dapat menyebabkan proses absorpsi menjadi tidak optimal.
li
34
Pada penelitian ini sifat fisik krim yang diuji yaitu daya sebar, viskositas
dan stabilitas krim. Pengujian daya sebar dalam penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui mudah tidaknya krim menyebar saat dioleskan. Pengujian viskositas
bertujuan untuk mengetahui profil kekentalan dari krim yang dibuat. Sedangkan
stabilitas krim bertujuan untuk mengetahui profil kestabilan dari krim yang
dibuat. Stabilitas fisik krim dapat diketahui dari besarnya persentase perubahan
viskositas yang terjadi setelah krim disimpan selama satu bulan. Setelah
penyimpanan selama satu bulan viskositas krim dapat meningkat atau menurun
dibandingkan dengan viskositas awal segera setelah krim dibuat, selisih viskositas
tersebut yang dimaksud dengan perubahan viskositas. Semakin kecil nilai
perubahan viskositas, krim semakin stabil. Sebaliknya semakin besar presentase
perubahan viskositas maka krim semakin tidak stabil.
Uji daya sebar dilakukan dengan menimbang 1 gram krim, diletakkan di
tengah horizontal plate, kemudian ditimpa dengan beban sebesar 125 gram
(termasuk horizontal plate penutup). Setelah itu didiamkan selama 1 menit dan
diukur diameternya dari berbagai sisi. Rata-rata diameter yang diperoleh dianggap
mewakili daya sebar dari krim yang dibuat. Pemberian beban pada uji daya sebar
ini dapat dianalogkan sebagai tekanan yang diberikan pada saat krim
diaplikasikan ke kulit. Daya sebar yang baik menjamin pemerataan dan
kemudahan dioleskan saat krim diaplikasikan pada kulit.
Uji viskositas dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui profil rheologi
dan konsistensi krim. Uji ini dilakukan dengan menimbang krim seberat 110
gram, kemudian rotor pada viscometer dimasukkan dalam massa krim sampai
lii
35
tenggelam. Daerah sekitar rotor diusahakan penuh dengan massa krim. Adanya
rongga di sekitar rotor dapat mempengaruhi hasil pengukuran viskositas.
Viscometer dinyalakan kemudian dibaca viskositasnya sesuai skala yang
digunakan dengan satuan viskositas yang diperoleh yaitu d.Pas.
Pengukuran viskositas dilakukan sebanyak dua kali yaitu viskositas
segera setelah krim dibuat dan viskositas setelah krim disimpan selama satu bulan.
Pengukuran viskositas setelah 1 bulan penyimpanan bertujuan untuk mengetahui
besarnya perubahan viskositas krim yang menggambarkan perubahan stabilitas
dari krim yang dibuat.
Berubahnya viskositas krim setelah disimpan selama satu bulan dapat
dipengaruhi oleh beberapa faktor misalnya kelembaban, penguapan air dari
sediaan, adanya kerja dari mikroorganisme, dsb. Dalam penelitian ini hal yang
membedakan tiap formula yaitu yaitu komposisi humectant, maka perbedaan
komposisi humectant yang digunakan merupakan faktor yang mempengaruhi
perbedaan perubahan viskositas tiap formula yang dibuat. Semakin tinggi sifat
higroskopis humectant yang digunakan maka viskositas krim pada
penyimpanannya akan cenderung makin menurun (makin encer).
Berikut tabel pengukuran sifat fisik krim dari berbagai komposisi formula.
Tabel VI. Data pengukuran sifat fisik krim Formula Daya Sebar Viskositas Perubahan
(cm) (dPas) Viskositas (%) (1) 4,00 ± 0,19 200 ± 11,86 -11,48 a 3,62 ± 0,26 227,08 ± 9,41 -19,74 b 2,96 ± 0,07 284,16 ± 5,40 -6,16 ab 3,91 ± 0,1 232,70 ± 11,19 -18,07
liii
36
Dari data sifat fisik krim yang diperoleh terlihat bahwa masing-masing
formula memberikan respon yang berbeda-beda baik untuk daya sebar, viskositas
maupun stabilitasnya. Hal ini dikarenakan perbedaan level propilen glikol dan
level sorbitol yang digunakan untuk tiap formula.
Untuk uji daya sebar, formula (1) mempunyai daya sebar terbesar
sebaliknya formula b mempunyai daya sebar terkecil. Sedangkan pada uji
viskositas formula b memiliki viskositas terbesar sebaliknya formula (1) memiliki
daya sebar terkecil. Daya sebar berbanding terbalik dengan viskositas pada
sediaan cair semi padat, dimana semakin besar daya sebar sediaan semi padat
maka viskositasnya akan semakin kecil, sebaliknya semakin kecil daya sebar
sediaan semi padat maka semakin besar viskositasnya (Garg, Aggarwal, Garg, and
Singla, 2002).
Uji perubahan viskositas untuk keempat formula krim memberikan hasil
lebih dari 5 %. Formula krim yang paling stabil dibandingkan formula krim yang
lain yaitu formula b dimana perubahan viskositasnya paling kecil yaitu |-6,16| %.
Perubahan viskositas dari semua formula bernilai negatif, artinya setelah disimpan
selama satu bulan viskositas krim menurun dibandingkan viskositas awal.
Untuk mengetahui faktor dominan antara propilen glikol, sorbitol atau
interaksi antara propilen glikol dan sorbitol terhadap daya sebar, viskositas dan
perubahan viskositas dari krim, dapat dihitung nilai efek menggunakan desain
faktorial seperti tertera pada tabel VII.
liv
37
Tabel VII. Efek propilen glikol, efek sorbitol atau efek interaksi propilen glikol dan sorbitol dalam menentukan sifat fisik krim
Perubahan viskositas Daya sebar Viskositas Efek (cm) (d.Pas) (%)
0,29 10,09 |-12,19| Propilen glikol 44,90 |-0,37| |-3,50| Sorbitol
Interaksi 0,66 1,82 |-39,27| 1. Daya Sebar
LEVEL RENDAH
SORBITOL
LEVEL TINGGI SORBITOL
0
1
2
3
4
5
5 6 7 8 9 10 11 12 13
PROPILENGLIKOL (g)
DA
YA S
EBA
R (c
m)
LEVEL RENDAH
PROPILENGLIKOL
LEVEL TINGGI PROPILENGLIK
OL
0
1
2
3
4
5
1 2 3 4 5 6 7 8 9
SORBITOL (g)
DA
YA S
EBA
R (c
m)
Gambar 3a Gambar 3b Gambar 3. Hubungan pengaruh propilen glikol (a) dan sorbitol (b) terhadap
daya sebar krim ekstrak saw palmetto
Faktor dominan yang menentukan daya sebar krim yaitu interaksi dari
propilen glikol dan sorbitol. Interaksi propilen glikol dan sorbitol mempunyai
nilai perhitungan efek yang paling besar dibandingkan nilai perhitungan efek
untuk propilen glikol dan nilai mutlak perhitungan efek pada sorbitol (Tabel VII).
Dari perhitungan menggunakan desain faktorial diketahui bahwa efek interaksi
dari propilen glikol dan sorbitol mempunyai nilai terbesar yaitu 0,66. Sedangkan
di urutan kedua yaitu sorbitol dengan nilai perhitungan efek |-0,37| dan di urutan
ketiga yaitu propilen glikol dengan nilai perhitungan efek 0,29.
Peningkatan level propilen glikol (semakin banyak propilen glikol
digunakan), akan menaikkan daya sebar krim pada level tinggi sorbitol dan
lv
38
menurunkan daya sebar krim pada level rendah sorbitol (Gambar 3a). Begitu pula
peningkatan level sorbitol (semakin banyak sorbitol digunakan) diketahui
menaikkan daya sebar pada level tinggi propilen glikol dan menurunkan daya
sebar krim pada level rendah propilen glikol (Gambar 3b).
Pada grafik terlihat adanya dua garis level yang berpotongan yaitu level
tinggi dan level rendah. Hal itu menunjukkan terjadinya interaksi antara propilen
glikol dan sorbitol dalam krim. Interaksi tersebut yang paling berpengaruh
terhadap daya sebar krim.
Propilen glikol dan sorbitol memiliki sifat fisika dan kimia yang berbeda.
Sorbitol memiliki viskositas yang lebih tinggi dibandingkan propilen glikol
sedangkan propilen glikol memiliki sifat higroskopis yang lebih tinggi
dibandingkan dengan sorbitol (Sagarin, 1957). Kedua sifat dari humectant
tersebut dapat berinteraksi menghasilkan krim dengan daya sebar tertentu.
2. Viskositas
LEVEL RENDAH PROPILENGLIK
OL
LEVEL TINGGI PROPILENGLIK
OL
100
130
160
190
220
250
280
310
1 2 3 4 5 6 7 8 9SORBITOL(g)
VISK
OSI
TAS
(dPa
s)
LEVEL RENDAH
SORBITOL
LEVEL TINGGI SORBITOL
100
130
160
190
220
250
280
310
5 6 7 8 9 10 11 12 13PROPILENGLIKOL (g)
VISK
OSI
TAS
(dPa
s)
Gambar 4a Gambar 4b Gambar 4. Hubungan pengaruh propilen glikol (a) dan sorbitol (b) terhadap
viskositas krim ekstrak saw palmetto
Semakin banyak propilen glikol yang digunakan, akan menaikkan
viskositas krim pada level rendah sorbitol dan menurunkan viskositas krim pada
lvi
39
level tinggi sorbitol (Gambar 4a). Semakin banyak sorbitol digunakan akan
menaikkan viskositas pada level rendah propilen glikol. Sedangkan pada level
tinggi propilen glikol dengan semakin banyak sorbitol yang digunakan tidak
menyebabkan perubahan viskositas yang signifikan (Gambar 4b).
Grafik yang menunjukkan adanya dua garis yang tidak sejajar pada garis
level yaitu level tinggi dan level rendah menunjukkan adanya interaksi antara
propilen glikol dan sorbitol dalam krim.
Sorbitol merupakan faktor dominan yang menentukan viskositas krim.
Hal ini dapat dilihat dari perhitungan harga mutlak nilai efek pada desain faktorial
yang tertera pada tabel VII. Dari perhitungan diketahui bahwa efek sorbitol
mempunyai nilai terbesar yaitu 44,90. Sedangkan di urutan kedua yaitu interaksi
antara propilen glikol dan sorbitol dengan nilai perhitungan efek |-39,27| dan di
urutan ketiga yaitu propilen glikol dengan nilai perhitungan efek |-12,19|. Sorbitol
sebagai faktor dominan menaikkan viskositas krim, hal ini dapat dilihat dari nilai
perhitungan efek yang bernilai positif sedangkan efek dari interaksi dan propilen
glikol bernilai negatif yang berarti menurunkan viskositas krim.
Sorbitol sebagai faktor dominan yang menentukan viskositas krim
mempunyai viskositas lebih tinggi dibandingkan dengan propilen glikol. Dengan
semakin meningkatnya jumlah sorbitol yang digunakan maka krim yang
dihasilkan akan mempunyai viskositas yang semakin tinggi. Hal ini didukung oleh
data viskositas dimana formula (1) dan formula b dengan jumlah propilen glikol
yang sama dihasilkan krim dengan viskositas yang lebih tinggi pada formula b, ini
dikarenakan penggunaan sorbitol pada formula b lebih banyak dibandingkan
lvii
40
dengan formula (1). Demikian juga pada formula a dan formula ab pada jumlah
propilen glikol yang sama dihasilkan krim dengan viskositas yang lebih besar
pada formula ab karena digunakan sorbitol yang lebih banyak.
3. Perubahan Viskositas
LEVEL RENDAH SORBITOL
LEVEL TINGGI SORBITOL
0
5
10
15
20
25
5 6 7 8 9 10 11 12 13
PROPILENGLIKOL(g)
PERU
BAH
ANVI
SKO
SITA
S (%
)
LEVEL RENDAH
PROPILENGLIKOL
LEVEL TINGGI PROPILENGLIK
OL
0
5
10
15
20
25
1 2 3 4 5 6 7 8 9SORBITOL (g)
PER
UB
AH
AN
VIS
KO
SIT
AS
(%)
Gambar 5a Gambar 5b Gambar 5. Hubungan pengaruh propilen glikol (a) dan sorbitol (b) terhadap
perubahan viskositas krim
Peningkatan level propilen glikol (semakin banyak propilen glikol
digunakan) pada level rendah sorbitol maupun pada level tinggi sorbitol akan
meningkatkan perubahan viskositas (Gambar 5a). Peningkatan level sorbitol
(semakin banyak sorbitol digunakan) pada level rendah propilen glikol dan pada
level tinggi propilen glikol akan menurunkan perubahan viskositas (Gambar 5b).
Pada grafik terlihat adanya dua garis yang tidak sejajar yaitu garis level
tinggi dan level rendah, hal tersebut menunjukkan adanya interaksi antara
propilen glikol dan sorbitol yang dapat mempengaruhi perubahan viskositas krim.
Propilen glikol merupakan faktor dominan yang menentukan perubahan
viskositas krim jika dibandingkan dengan sorbitol dan interaksi keduanya. Hal ini
dapat dilihat dari perhitungan harga mutlak nilai efek dengan desain faktorial
lviii
41
yang tertera pada tabel VII. Dari perhitungan diketahui bahwa efek propilen glikol
mempunyai nilai terbesar yaitu 10,09. Sedangkan di urutan kedua yaitu sorbitol
dengan nilai perhitungan efek |-3,50| dan di urutan ketiga yaitu interaksi propilen
glikol dan sorbitol dengan nilai perhitungan efek 1,82. Propilen glikol sebagai
faktor dominan bernilai positif berarti menaikkan perubahan viskositas.
Propilen glikol sebagai faktor dominan mempunyai sifat higroskopis
yang lebih tinggi dibanding dengan sorbitol. Peningkatan jumlah propilen glikol
yang digunakan akan menghasilkan krim dengan perubahan viskositas yang
semakin tinggi dan semakin encer. Hal tersebut didukung adanya data perubahan
viskositas dimana pada formula (1) dan formula a dengan jumlah sorbitol yang
sama dihasilkan krim dengan perubahan viskositas yang lebih tinggi pada formula
a, ini dikarenakan penggunaan propilen glikol pada formula a lebih banyak
dibandingkan dengan formula (1). Demikian juga pada formula b dan formula ab
pada jumlah sorbitol yang sama dihasilkan krim dengan perubahan viskositas
yang lebih besar pada formula ab karena digunakan propilen glikol yang lebih
banyak. Semakin banyak propilen glikol yang digunakan akan menyebabkan
perubahan viskositas krim yang dihasilkan semakin tinggi. Berdasarkan
perhitungan perubahan viskositas pada tabel VI diperoleh nilai negatif untuk
perubahan viskositas dari keempat formula hal ini berarti semakin banyak
penggunaan propilen glikol akan dihasilkan krim yang semakin encer pada
penyimpanannya.
lix
42
C. Uji Iritasi Primer
Uji iritasi primer dilakukan untuk mengetahui efek akut dari sediaan krim
anti hair loss ekstrak saw palmetto yang dibuat. Uji iritasi primer ini
menggunakan metode Draize, caranya dengan mengoleskan 0,5 g krim anti hair
loss ekstrak saw palmetto yang telah dibuat pada punggung kelinci yang telah
dicukur. Pengamatan dilakukan pada 1 jam, 24 jam, 48 jam, 72 jam dan 1 minggu
setelah tempelan pajanan dibuang.
Krim yang dibuat mengandung berbagai macam komposisi bahan yang
dapat dikenali tubuh sebagai bahan asing yang sifatnya mengiritasi sehingga
tubuh membentuk antibodi. Pembentukan antibodi merupakan reaksi terhadap
iritan yang ditandai dengan munculnya eritema dan edema. Seperti halnya pada
manusia, kelinci juga memiliki kecepatan pembentukan antibodi yang berbeda.
Pengamatan 1 mingggu bertujuan untuk mengamati kemungkinan munculnya
iritasi setelah pemakaian krim pada kelinci dengan kecepatan pembentukan
antibodi yang lebih lambat. Krim dikatakan aman bila tidak menimbulkan iritasi
ketika diaplikasikan pada kulit.
Syarat suatu sediaan layak digunakan masyarakat yaitu memenuhi syarat
aman. Oleh karenanya uji iritasi primer perlu dilakukan sebagai uji pendahuluan
atau uji awal untuk mengetahui keamanan dari formula yang dibuat.
Tabel VIII. Hasil pengukuran indeks iritasi primer krim dan sifat iritannya Formula Indeks iritasi primer Sifat
(1) 0,78 Kurang merangsang a 0,56 Kurang merangsang b 0,67 Kurang merangsang ab 0,89 Kurang merangsang
lx
43
Dari hasil pengamatan selama 1 minggu terhadap hewan uji kelinci
albino yang digunakan, maka berdasarkan uji Draize formula (1), a, b, dan ab
bersifat kurang merangsang. Hal ini berarti kemungkinannya sangat kecil krim
anti hair loss saw palmetto apabila digunakan menimbulkan iritasi. Jikalau ada
iritasi hanya mungkin terjadi pada kulit dengan tingkat sensitifitas yang tinggi.
Dengan kriteria iritasi kurang merangsang suatu formula tetap dapat
dikembangkan lebih lanjut namun perlu dilakukan uji keamanan tahap selanjutnya
antara lain uji pemejanan berulang, sub kronis maupun uji kronis.
Data skor untuk uji iritasi primer tidak dapat dihitung dengan desain
faktorial seperti halnya untuk uji daya sebar, viskositas maupun perubahan
viskositas. Hal ini dikarenakan pengamatan untuk uji iritasi primer bersifat
subjektif. Parameter yang digunakan untuk uji iritasi primer yaitu eritema (warna
merah) dan edema tidak mempunyai suatu standar atau ketentuan yang pasti
sedangkan parameter untuk uji daya sebar, viskositas dan perubahan viskositas
yaitu skala kuantitatif berupa angka yang sifatnya obyektif.
D. Optimasi Formula
Optimasi formula dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan
komposisi propilen glikol dan sorbitol yang optimum dalam sediaan krim anti
hair loss ekstrak saw palmetto. Optimasi yang dilakukan meliputi daya sebar,
viskositas dan stabilitas krim yang merupakan parameter sifat fisik krim. Daya
sebar dan viskositas mempunyai rentang optimum tertentu. Sedangkan untuk
perubahan viskositas semakin kecil nilainya semakin baik.
lxi
Diharapkan dengan optimasi komposisi diperoleh komposisi propilen
glikol dan sorbitol dalam krim dengan spreadibility yang baik, viskositas yang
cukup, stabil dalam penyimpanan dan aman dalam penggunaannya sehingga
memenuhi acceptability masyarakat.
1. Contour Plot Daya Sebar
Gambar 6
Contour plot daya sebar krim anti hair loss ekstrak saw palmetto
Berdasarkan perhitungan desain faktorial diperoleh persamaan daya
sebar yaitu Y = 5,1715 - 0,1377.X1 - 0,3962.X2 + 0,0371.X1.X2. Dengan
persamaan ini maka dapat dibuat grafik contour plot daya sebar seperti pada
gambar 6. Pada contour plot dapat ditemukan area optimum komposisi propilen
glikol dan sorbitol yang memberikan daya sebar yang baik yaitu pada diameter 3 -
5 cm.
Dipilihnya parameter daya sebar yang baik yaitu 3-5 cm untuk sediaan
ini mengacu pada penelitian Arvouet-Grand et al. Dalam penelitian Arvouet-
Grand et al. sediaan daya sebar dikelompokkan menjadi semistiff (dengan
44
lxii
45
diameter penyebaran ≤ 5 cm) dan semifluid (dengan diameter penyebaran > 5 cm
dan < 7 cm). Krim anti hair loss yang dibuat pada aplikasinya akan dioleskan di
kulit kepala, karena itu daya sebar yang baik yaitu daya sebar yang masuk dalam
kelompok semi stiff yaitu krim yang memiliki daya sebar ≤ 5 cm karena dianggap
dengan daya sebar ≤ 5 cm krim sudah dapat menyebar dengan baik bila dioleskan
dan dapat melekat lebih lama. Selain itu dilakukan pembatasan untuk daya sebar
minimum yang baik yaitu ≥ 3 cm karena daya sebar yang <3 dianggap terlalu
rendah dan dapat menyebabkan tidak meratanya krim saat dioleskan.
2. Contour Plot Viskositas
Gambar 7 Contour plot viskositas krim anti hair loss ekstrak saw plametto
Dari perhitungan desain faktorial diperoleh persamaan untuk viskositas
krim yaitu Y = 118,6806 + 8,8773.X + 27,1181.X - 2,1817.X1 2 1.X2. Dari
persamaan dapat dibuat contour plot viskositas seperti pada gambar 7. Pada
contour plot dapat ditemukan area optimum komposisi propilen glikol dan
sorbitol yang memberikan viskositas yang baik yaitu pada rentang viskositas 200-
300d.Pas.
lxiii
46
Viskositas yang dianggap baik untuk sediaan ini yaitu viskositas 200-
300d.Pas karena memberikan konsistensi yang cukup tinggi, memberikan daya
sebar yang baik dan dapat diterima oleh masyarakat berdasarkan subjective
assesment. Konsistensi yang cukup tinggi ini akan memungkinkan sediaan untuk
melekat lebih lama di kulit kepala.
Pada gambar 7 dapat diketahui bahwa semakin banyak penggunaan
sorbitol maka viskositas krim akan semakin meningkat karena sorbitol
mempunyai karakteristik viskositas yang lebih tinggi dan dominan dibandingkan
propilen glikol.
3. Contour Plot Perubahan Viskositas
Gambar 8 Contour plot perubahan viskositas krim anti hair loss ekstrak saw palmetto
Perubahan viskositas merupakan parameter yang digunakan untuk
melihat profil kestabilan krim. Semakin kecil nilai perubahan viskositas maka
krim semakin stabil. Pada penelitian ini dipilih perubahan viskositas kurang dari
10 % sebagai krim yang cukup stabil.
lxiv
47
Dari perhitungan perubahan viskositas dengan desain faktorial diperoleh
persamaan perubahan viskositas yaitu Y= 6,2035 + 1,1749.X - 1,4941.X1 2 +
0,1012.X1.X2. Dari persamaan yang diperoleh dapat dibuat grafik contour plot
perubahan viskositas seperti pada gambar 8. Dari grafik contour plot dapat
ditemukan area optimum untuk komposisi propilen glikol dan sorbitol yang
mempunyai perubahan viskositas baik yaitu kurang dari 10%. Batasan ini dipilih
berdasarkan pada rentang viskositas optimum 200-300 d.Pas. Perubahan
viskositas pada rentang viskositas optimum sebesar 50% masih dapat diterima
oleh masyarakat berdasarkan subjective assesment. Oleh karena itu diasumsikan
perubahan viskositas sebesar 10 % juga masih dapat diterima oleh masyarakat.
Pada grafik dapat dilihat bahwa semakin banyak propilen glikol
digunakan maka perubahan viskositas semakin besar. Sedangkan semakin besar
sorbitol yang digunakan perubahan viskositas semakin kecil. Hal ini berkaitan
dengan sifat propilen glikol yang memiliki higroskopisitas tinggi. Propilen glikol
lebih higroskopis dibandingkan dengan sorbitol. Pada penyimpanan yang
memungkinkan sediaan kontak dengan udara, propilen glikol akan menarik air
dari udara ke dalam sediaan oleh karenanya sediaan menjadi makin encer dalam
penyimpanannya.
lxv
48
4. Contour Plot Super Imposed
Gambar 8 Contour plot super imposed daya sebar, viskositas, dan perubahan
viskositas krim anti hairloss ekstrak saw palmetto
Dari contour plot super imposed dapat diperoleh daerah dengan
komposisi propilen glikol dan sorbitol yang optimum dimana pada daerah tersebut
komposisi sorbitol dan propilen glikol akan memberikan daya sebar yang baik,
viskositas yang sesuai dan cukup stabil dalam penyimpanannya.
Perbedaan seberapa komposisi propilen glikol dan sorbitol yang
digunakan akan mempengaruhi sifat fisik krim. Krim yang baik dan memenuhi
acceptability masyarakat memerlukan komposisi yang optimum dari propilen
glikol dan sorbitol. Propilen glikol diperlukan agar krim yang dibuat tidak terlalu
viscous sedangkan sorbitol diperlukan untuk mengontrol perubahan viskositas
yang cukup besar dari propilen glikol.
lxvi
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Interaksi antara propilen glikol dan sorbitol paling dominan dalam
menentukan daya sebar krim, sorbitol paling dominan dalam menentukan
viskositas krim dan propilen glikol paling dominan dalam menentukan
perubahan viskositas krim.
2. Dapat ditemukan daerah optimum pada contour plot super imposed yang
merupakan komposisi optimum propilen glikol dan sorbitol dalam formula
krim anti hair loss ekstrak saw palmetto.
3. Formula krim anti hair loss ekstrak saw palmetto berdasarkan uji Draize
bersifat kurang merangsang.
B. Saran
1. Perlu dilakukan optimasi proses pembuatan formula krim anti hair loss
ekstrak saw palmetto antara lain kecepatan pengadukan dan lama pengadukan.
2. Perlu dilakukan uji farmakologis terhadap daya anti hair loss dari ekstrak saw
palmetto secara topikal pada manusia.
3. Perlu dilakukan optimasi dalam bentuk sediaan topikal lain untuk formula
yang menggunakan ekstrak saw palmetto bentuk cair.
4. Perlu dilakukan uji pemejanan berulang untuk krim ekstrak saw palmetto yang
dibuat.
lxvii49
DAFTAR PUSTAKA Allen, L.V., Jr, 2002, The Art, Science, and Technology of Pharmaceutical
Compounding, 2nd Ed., 277, 284, 285, 287, 288, American Pharmaceutical, Assosiation, Washinton, D.C
Anief, M., 2000, Ilmu Meracik Obat Teori dan Praktek, 72, Gadjah Mada
University Press, Yogyakarta Anonim, 1995, Farmakope Indonesia, Edisi IV, 712, 756, Departemen Kesehatan
Republik Indonesia, Jakarta Anonim, 2005, Herbsupinfo, www.herbsupinfo.com. Diakses tanggal 21
Desember 2005, pukul 15.35 Barel, O.A., Paye, M., Mailbach, H.I., 2001, Handbook of Science and Tecnology,
350, 354-356, Marcel Dekker, Inc., New York Basoeki, S., 1988, Anatomi dan Fisiologi Manusia, 20-23, Depdikbud Dirjen
Dikti Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan Lembaga Kependidikan, Jakarta
Bolton, S., 1990, Pharmaceutical Statistic Practical and Clinical Application, 3rd
Ed., 308-317, 328, 329 Marcel Dekker Inc., New York Boylan, J.C., 1986, Handbook of Pharmaceutical Excipient, 241-242, 284-288,
American Pharmaceutical Association and The Pharmaceutical Society of Great Britain, Washington
Garg, A., Aggarwal, D., Garg, S. and Singla, A.K., 2002, Spreading of Semisolid
Formulation: An Update, 84-102, www.pharmtech.com. Diakses tanggal 22 April 2006
Goodman, D.S., 2002, Topical Preparation for the Treatment of Hair Loss
Background of The Invention,1-8, www.freepatentsonline.com. Diakses tanggal 9 Maret 2006, pukul 20.15
Graham-Brown, R., Burns. T., 2002, Dermatologi, Edisi 8, 4-6, Penerbit
Erlangga, Jakarta Harahap, M., 1990, Penyakit Kulit, 298-319, PT Gramedia, Jakarta
thHayes, A.W., 2001, Principles and Methods of Toxicology, 4 Ed., 1063-1064 Taylor & Francis, United States of America
lxviii50
51
Jellineck, J.S., 1970, Formulation and Function of Cosmetic, 153-156, John Wiley and Sons, Inc., New York
Lu, F.C., 1995, Toksikologi Dasar; Asas Organ dan Sasaran dan Penilaian
Resiko, Edisi 2, 242-244, 250-251, Universitas Indonesia Press, Jakarta Martin, A., Swarbrick, J., Cammarata, A., 1993, Farmasi Fisik Dasar-Dasar
Kimia Fisik Dalam Ilmu Farmasetik, Edisi 2, 1176-1177, Universitas Indonesia Press, Jakarta
Martini, F.H., Timmons, M.J., Ober, W.C., Garrison, C.W., Welch, K., and
Hutchings, R.T., 1995, Human Anatomy, 2nd Ed., 96-99, Prentice-Hall International, Inc., New Jersey
Nangsari, 1995, Pengantar Fisiologi Manusia, 168-171, Depdikbud,
Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan, Jakarta Peris, J.B., Stubing, G., Vanaclocha, 1995, Saw Palmetto, www.hipernatural.com.
Diakses tanggal 21 Desember, pukul 15.30 Prager, N., Bicketi, K., French, N., dan Marcovidi, G., 2002 A Randomized,
Double Blind, Placebo-Controled Trial to Determine the Effectiveness of Botanically Derived Inhibitors of 5AR in Treatment of Androgenetic Alopecia, The Journal of Alternative and Complimentary Medicine Research on Paradigm, Practise and Policy, Vol 8, Clinical Research and Development Network, Aurora, CO; Atlanta
Sagarin, E., 1957, Cosmetics Science and Technology, 162-165, 726, 727, 1135,
1143, Interscience Publishers, Inc., New York Sawaya, M.E., 2005, Novel Agent for the treatment of Alopecia,
www.hairlosstalk.com/download/sawaya1/pdf. Diakses tanggal 21 Desember 2005, pukul 15.33
Simonis, B., 2000, Androgenetic Alopecia dan Anti-Androgen,
www.immortalhair.com. Diakses tanggal 21 Desember 2005, pukul 15.32 Srilestari, A., Budiman, Y., Hudori cit Panggabean, Erni, 2000, Efek Percepatan
Pertumbuhan Rambut Kelinci Sari Daun Pacar Air (Impatiens balsaminal) Daun Legundi (Vitex trifolial) Serta Skrining Fitokimianya, Skripsi, 13, Fak. Farmasi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta
Suryabrata,1998 , Metode Penelitian, 50-54, PT Grafindo Persada, Jakarta Trancik, R.J., 2000, Hair Growth Enhancer, in, Elsner, P., Mailbach H.I, (Eds.),
Cosmeuticals, 57-60, Marcel Dekker Incorporation, New York
lxix
52
Young, A., 1972, Practical Cosmetic Science, 38-40, Mills and Boon Limited, London.
lxx
LAMPIRAN
Lampiran 1. Foto saw palmetto
A. Pohon saw palmetto
B. Bunga saw palmetto
lxxi53
54
C. Buah saw palmetto
Lampiran 2. Foto ekstrak kering saw palmetto
lxxii
lxxiii
lxxiv
lxxiv
lxxv
58
Lampiran 4. Perhitungan konsentrasi ekstrak saw palmetto
Ekstrak Saw Palmetto dalam sediaan topikal umumnya berada pada
konsentrasi dimana konsentrasi fitosterol dalam total sediaan antara 0,01% dan
0,5% (Goodman, 2002). Kandungan fitosterol dalam ekstrak kering Saw Palmetto
yang digunakan dalam penelitian ini menurut COA (Certificate Of Analysis)
adalah 0,065%. Sehingga untuk membuat sediaan krim anti hair loss ekstrak Saw
Palmetto kandungan fitosterol 0,01% sebanyak 100 g , dibutuhkan serbuk ekstrak
sebanyak:
g,gx%,%, 38515100
0650010
=
lxxvi
59
Lampiran 5. Foto krim ekstrak saw palmetto
A. Formula (1)
B. Formula a
C. Formula b
lxxvii
60
D. Formula ab
lxxviii
61
Lampiran 6. Data uji sifat fisik krim anti hair loss saw palmetto
A. Uji daya sebar
Replikasi Formula (1) Formula a Formula b Formula ab 1 3,825 3,725 3,025 3,875 2 3,8375 3,475 3,025 3,8375 3 4,15 3,85 2,95 3,8125 4 4,275 3,55 2,875 3,86875 5 4,05 3,2 2,9875 4,01875 6 3,85 3,9 2,875 4,05 X 3,997916667 3,616666667 2,95625 3,910416667
SD 0,189805273 0,26251984 0,068806794 0,099110628
B. Uji viskositas
1. Formula (1)
Perubahan viskositas
Viskositas setelah disimpan 1 bulan
(dPas)
Replikasi Viskositas segera setelah dibuat
(dPas) (%) 1 187,5 193,5 2 206,25 175 3 200 218,75 4 187,5 156,25 5 218,75 156,25 6 200 162,5 X 200 177,0416667 -11,47916665
SD 11,85854123 24,86232927
2. Formula a
Perubahan viskositas
Viskositas setelah disimpan 1 bulan
(dPas)
Replikasi Viskositas segera setelah dibuat
(dPas) (%) 1 237,5 187,5 2 225 200 3 237,5 187,5 4 225 187,5 5 212,5 162,5 6 225 168,5 X 227,0833333 182,25 -19,74311925
SD 9,40965816 13,97766075
lxxix
62
3. Formula b
Perubahan viskositas
Viskositas setelah disimpan 1 bulan
(dPas)
Replikasi Viskositas segera setelah dibuat
(dPas) (%) 1 280 287,5 2 287,5 275 3 275 275 4 287,5 275 5 287,5 262,5 6 287,5 225 X 284,1666667 266,6666667 -6,158357771
SD 5,40061725 21,88987589
4. Formula ab
Perubahan viskositas
Viskositas setelah disimpan 1 bulan
(dPas)
Replikasi Viskositas segera setelah dibuat
(dPas) (%) 1 250 212,5 2 218,75 237,5 3 237,5 137,5 4 225 181,5 5 237,5 175 6 227,5 200 X 232,7083333 190,6666667 -18,06624885
SD 11,19198002 34,389921
lxxx
63
Lampiran 7. Foto uji iritasi primer
lxxxi
64
Lampiran 8. Data uji iritasi primer
a. Formula (1)
Skor evaluasi reaksi iritasi kulit dalam interval observasi Kelinci 1 jam 24 jam 48 jam 72 jam 1 minggu
I Eritema 0 0 0 0 0 Oedema 0 0 0 0 0
II Eritema 0 0 0 0 0 Oedema 0 0 0 0 0
III Eritema 0 0 2 1 0 Oedema 0 0 2 2 0
b. Formula a
Skor evaluasi reaksi iritasi kulit dalam interval observasi Kelinci 1 jam 24 jam 48 jam 72 jam 1 minggu
I Eritema 0 0 0 0 0 Oedema 0 0 0 0 0
II Eritema 0 0 0 0 0 Oedema 0 0 0 0 0
III Eritema 0 0 1 1 0 Oedema 0 0 2 1 1
c. Formula b
Skor evaluasi reaksi iritasi kulit dalam interval observasi Kelinci 1 jam 24 jam 48 jam 72 jam 1 minggu
I Eritema 0 0 0 0 0 Oedema 0 0 0 0 0
II Eritema 0 0 0 0 0 Oedema 0 0 0 0 0
III Eritema 0 0 1 1 0 Oedema 0 0 2 2 0
lxxxii
65
d. Formula ab
Skor evaluasi reaksi iritasi kulit dalam interval observasi Kelinci 1 jam 24 jam 48 jam 72 jam 1 minggu
I Eritema 0 0 0 0 0 Oedema 0 0 0 0 0
II Eritema 0 0 0 0 0 Oedema 0 0 0 0 0
III Eritema 0 0 3 2 1 Oedema 0 0 2 1 1
e. Kontrol negatif
Skor evaluasi reaksi iritasi kulit dalam interval observasi Kelinci 1 jam 24 jam 48 jam 72 jam 1 minggu
I Eritema 0 0 0 0 0 Oedema 0 0 0 0 0
II Eritema 0 0 0 0 0 Oedema 0 0 0 0 0
III Eritema 0 0 2 1 0 Oedema 0 0 2 3 1
lxxxiii
66
Lampiran 9. Perhitungan persamaan uji daya sebar
Formula Faktor A Faktor B Interaksi Respons (cm)
(1) - - + 3,997916667 a + - - 3,616666667 b - + - 2,95625 ab + + + 3,910416667
Efek faktor A = ((a-(1)) + (ab-b)) / 2
=2
)95625,2910416667,3()997916667,3616666667,3( −+−
= 0,286458333
Efek faktor B = ((b-(1)) + (ab-a)) / 2
=2
)616666667,3910416667,3()997916667,395625,2( −+−
= -0,373958333
Efek interaksi = ((ab-b) - (a-1)) / 2
=2
)997916667,3616666667,3()95625,2910416667,3( −−−
= 0,667708333
Persamaan Umum
+ b .X + bY = b0 1 1 2.X2 + b1.2.X .X1 2
Formula-(1)
3,997916667 = b0 + 6b1 + 2b2 + 12b1.2………………………...........................(1)
Formula-a
3,616666667 = b0 + 12b1 + 2b2 + 24b1.2………………………….....................(2)
Formula-b
lxxxiv
67
2,95625= b0 + 6b1 + 8b2 + 48b1.2………………………....................................(3)
Formula-ab
3,910416667 = b0 + 12b1 + 8b2 + 96b1.2…………………………......................(4)
Eliminasi persamaan (1) dan (2)
(1) 3,997916667 = b0 + 6b + 2b + 12b1 2 1.2
(2) 3,616666667 = b0 + 12b1 + 2b2 + 24b1.2 -
0,38125 = -6b1 – 12 b1.2……………………………………........................(5)
Eliminasi persamaan (3) dan (4)
+ 6b + 8b + 48b(3) 2,95625 = b0 1 2 1.2
(4) 3,910416667= b0 + 12b1 + 8b2 + 96b1.2-
-0,954166667 = -6b1 – 48b1.2…………………………...............................(6)
Eliminasi persamaan (5) dan (6)
(5) 0,38125 = -6b1 – 12 b1.2
(6)-0,954166667 = -6b1 – 48b1.2-
1,335416667 = 36b1.2
b1.2 = 0,037094907
Substitusi nilai b1.2 yang diperoleh ke persamaan (5)
– 12 b(5) 0,38125 = -6b1 1.2
0,38125 = -6b1 – 12 (0,037094907)
b = - 0,13773148 1
Substitusi nilai b1 dan b1,2 ke persamaan (1) dan (3)
(1) 3,997916667 =b0 + 6b + 2b + 12b1 2 1.2
3,997916667= b0 + 6(-0,13773148) + 2b2 + 12(0,037094907)
lxxxv
68
(7) 4,379166663 = b0 + 2b2...................................................................................................................... ..
(3) 2,95625 = b0 + 6b + 8b + 48b1 2 1.2
2,95625 = b + 6(-0,13773148)+ 8b + 48(0,037094907) 0 2
(8) 2,002083344 = b0 + 8b2........................................................................................................................
Eliminasi persamaan (7) dan (8);
(7) 4,379166663 = b0 + 2b2
(8) 2,002083344 = b0 + 8b2 -
2,377083319 = -6 b2
b = -0,396180553 2
Substitusi nilai b ke persamaan (7) 2
(7) 4,379166663 = b0 + 2b2
4,379166663 = b0 + 2(-0,396180553)
b = 5,171527769 0
Jadi persamaan desain faktorial untuk daya sebar adalah:
+ b .X + bY = b0 1 1 2.X2 + b1.2.X .X1 2
Y = 5,171527769 - 0,13773148.X - 0,396180553.X1 2 + 0,037094907.X .X1 2
lxxxvi
69
Lampiran 10. Perhitungan persamaan uji perubahan viskositas
Formula Faktor A Faktor B Interaksi Respons (dPas)(1) - - + 200 a + - - 227,0833333 b - + - 284,1666667 ab + + + 232,7083333
Efek faktor A = ((a-(1)) + (ab-b)) / 2
2)1666667,2847083333,232()2000833333,227( −+− =
= -12,18750005
Efek faktor B = ((b-(1)) + (ab-a)) / 2
)2
0833333,2277083333,232()2001666667,284( −+− =
= 44,89583335
Efek interaksi = ((ab-b) - (a-1)) / 2
= )2
2000833333,227()1666667,2847083333,232( −−−
= -39,27083335
Persamaan Umum
+ b .X + bY = b0 1 1 2.X2 + b1.2.X1.X2
Formula-(1)
200 = b0 + 6b + 2b +6.2.b1 2 1.2
200 = b0 + 6b1 + 2b2 + 12 b1.2……………………….....................................(1)
Formula-a
227,0833333 = b0 + 12b + 2b + 12.2.b1 2 1.2
227,0833333 = b0 + 12b1 + 2b2 + 24b1.2…........……………........................(2)
lxxxvii
70
Formula-b
284,1666667 = b0 + 6b + 8b1 2 + 6.8.b1.2
284,1666667 = b0 + 6b1 +8b2 + 48.b1.2………………..................................(3)
Formula-ab
232,7083333 = b0 + 12b1 + 8b2 + 12.8.b1.2
……………...................................(4) 232,7083333 = b0 + 12b1 + 8b2 + 96b1..2
Eliminasi persamaan 1 dan 2;
(1) 200 = b0 + 6b + 2b + 12 b1 2 1.2
(2) 227,0833333 = b0 + 12b + 2b + 24b1 2 1.2 -
-27,0833333 = -6b1 – 12b1.2………………………............................................................................(5)
Eliminasi persamaan 3 dan 4;
(3) 284,1666667 = b0 + 6b +8b + 48.b1 2 1.2
(4) 232,7083333 = b 0 + 12b1 + 8b2 + 96b - 1..2
51,4583334 = -6b1 - 48 b1.2…………………………..........................................................…..….(6)
Eliminasi persamaan 5 dan 6;
(5) -27,0833333 = -6b1 – 12b1.2
(6) 51,4583334 = -6b - 48 b1 1.2 -
-78,5416667 = 36b1.2
b1,2 = -2,181712964
Substitusi b12 ke persamaan 5
(5) -27,0833333 = -6b1 – 12b1.2
-27,0833333 = -6b1 – 12(-2,181712964)
b = 8,877314811 1
lxxxviii
71
Substitusi b1 dan b1,2 ke persamaan 1 dan 3
(1) 200 = b0 + 6b + 2b1 2 + 12 b1.2
200 = b0 + 6(8,877314811) + 2b + 12(-2,181712964) 2
…………………………………………...................(7) 172,9166667= b0 + 2b2
(3) 284,1666667 = b0 + 6b +8b + 48.b1 2 1.2
284,1666667 = b0 + 6(8,877314811) +8b2 + 48(-2,181712964)
……………………………………......………........(8) 335,6250001= b0 + 8b2
Eliminasi persamaan 7 dan 8
(7) 172,9166667= b0 + 2b2
(8) 335,6250001= b0 + 8b - 2
-162,7083334= -6b2
b2 =27,11805557
Substitusi nilai b2 ke persamaan 7
(7) 172,9166667= b0 + 2b2
172,9166667= b0 + 2(27,11805557)
b0 = 118,6805556
Jadi persamaan desain faktorial untuk uji viskositas segera setelah dibuat adalah:
Y =118,6805556 + 8,877314811.X + 27,11805557.X1 2 -2,181712964.X1.X2
lxxxix
72
Lampiran 11. Perhitungan persamaan uji stabilitas
Formula Faktor A Faktor B Interaksi Respons (%) (1) - - + 11,47916665 a + - - 19,74311925 b - + - 6,158357771 ab + + + 18,06624885
Efek faktor A = ((a-(1)) + (ab-b)) / 2
2)158357771,606624885,18()47916665,1174311925,19( −+− =
= 10,08592184
Efek faktor B = ((b-(1)) + (ab-a)) / 2
)2
74311925,1906624885,18()47916665,11158357771,6( −+− =
= -3,49883964
Efek interaksi = ((ab-b) - (a-1)) / 2
= )2
47916665,1174311925,19()158357771,606624885,18( −−−
= 1,82196924
Persamaan Umum
+ b .X + bY = b0 1 1 2.X2 + b1.2.X1.X2
Formula-(1)
11,47916665 = b0 + 6b + 2b1 2 +6.2.b1.2
11,47916665 = b0 + 6b1 + 2b2 + 12 b1.2………………………......................(1)
Formula-a
19,74311925 = b0 + 12b + 2b + 12.2.b1 2 1.2
19,74311925 = b0 + 12b1 + 2b2 + 24b1.2……………….................................(2)
xc
73
Formula-b
6,158357771= b0 + 6b + 8b1 2 + 6.8.b1.2
6,158357771= b0 + 6b1 +8b2 + 48.b1.2………………...................................(3)
Formula-ab
18,06624885 = b0 + 12b1 + 8b2 + 12.8.b1.2
………………................................(4) 18,06624885 = b0 + 12b1 + 8b2 + 96b1..2
Eliminasi persamaan 1 dan 2;
(1) 11,47916665 = b0 + 6b + 2b + 12 b1 2 1.2
(2) 19,74311925 = b0 + 12b + 2b + 24b1 2 1.2 -
-8,2639526= -6b1 – 12b1.2……………………………….........................................................................(5)
Eliminasi persamaan 3 dan 4;
(3) 6,158357771= b0 + 6b +8b + 48.b1 2 1.2
(4) 18,06624885 = b 0 + 12b1 + 8b2 + 96b - 1..2
-11,90789108 = -6b1 - 48 b1.2…………………………..........................................................……....(6)
Eliminasi persamaan 5 dan 6;
(5) -8,2639526 = -6b1 – 12b1.2
(6) -11,90789108 = -6b - 48 b1 1.2-
3,64393848 = 36b1.2
b1,2 = 0,101220513
Substitusi b12 ke persamaan 5
(5) -8,2639526 = -6b1 – 12b1.2
-8,2639526 = -6b1 – 12(0,101220513)
b = 1,174884407 1
xci
74
dan bSubstitusi b1 1,2 ke persamaan 1 dan 3
(1) 11,47916665 = b0 + 6b + 2b + 12 b1 2 1.2
11,47916665 = b0 + 6(1,174884407) + 2b2 + 12 (0,101220513)
……………………………...……………................(7) 3,215214052= b0 + 2b2
(3) 6,158357771= b0 + 6b +8b + 48.b1 2 1.2
6,158357771= b0 + 6(1,174884407) +8b2 + 48 (0,101220513)
………..……………………………………..........(8) -5,749533295 = b0 + 8b2
Eliminasi persamaan 7 dan 8
(7) 3,215214052= b0 + 2b2
(8) -5,749533295 = b0 + 8b - 2
8,964747347 = -6b2
b2 = -1,494124558
Substitusi nilai b2 ke persamaan (7)
(7) 3,215214052 = b0 + 2b2
3,215214052 = b0 + 2(-1,494124558)
b0 = 6,203463168
Jadi persamaan desain faktorial untuk uji stabilitas krim setelah disimpan selama
1 bulan adalah:
Y = 6,203463168 + 1,174884407.X -1,494124558.X1 2 + 0,101220513.X1.X2
xcii
75
Lampiran 12. Perhitungan evaluasi uji iritasi primer
1. Formula (1)
⎟⎠⎞
⎜⎝⎛ +++⎟
⎠⎞
⎜⎝⎛ ++
30
30
30
30
30
30Kelinci I =
= 0 + 0
= 0
⎟⎠⎞
⎜⎝⎛ +++⎟
⎠⎞
⎜⎝⎛ ++
30
30
30
30
30
30 Kelinci II =
= 0 + 0
= 0
⎟⎠⎞
⎜⎝⎛ +++⎟
⎠⎞
⎜⎝⎛ ++
32
32
30
31
32
30Kelinci III =
= 1 + 1,3333333
= 2,3333333
Rata-rata = 33333333,200 ++
= 0,7777778
Formula (1) bersifat kurang merangsang
2. Formula a
⎟⎠⎞
⎜⎝⎛ +++⎟
⎠⎞
⎜⎝⎛ ++
30
30
30
30
30
30 Kelinci I =
= 0 + 0
= 0
⎟⎠⎞
⎜⎝⎛ +++⎟
⎠⎞
⎜⎝⎛ ++
30
30
30
30
30
30Kelinci II =
xciii
76
= 0 + 0
= 0
⎟⎠⎞
⎜⎝⎛ +++⎟
⎠⎞
⎜⎝⎛ ++
31
32
30
31
31
30Kelinci III =
= 0,6666667 + 1
= 1,6666667
Rata-rata = 36666667,100 ++
= 0,5555556
Formula a bersifat kurang merangsang
3. Formula b
⎟⎠⎞
⎜⎝⎛ +++⎟
⎠⎞
⎜⎝⎛ ++
30
30
30
30
30
30 Kelinci I =
= 0 + 0
= 0
⎟⎠⎞
⎜⎝⎛ +++⎟
⎠⎞
⎜⎝⎛ ++
30
30
30
30
30
30Kelinci II =
= 0 + 0
= 0
⎟⎠⎞
⎜⎝⎛ +++⎟
⎠⎞
⎜⎝⎛ ++
32
32
30
31
31
30Kelinci III =
= 0,6666667 + 1,3333333
= 2
Rata-rata = 3
200 ++
xciv
77
= 0,6666667
Formula b bersifat kurang merangsang
4. Formula ab
⎟⎠⎞
⎜⎝⎛ +++⎟
⎠⎞
⎜⎝⎛ ++
30
30
30
30
30
30Kelinci I =
= 0 + 0
= 0
⎟⎠⎞
⎜⎝⎛ +++⎟
⎠⎞
⎜⎝⎛ ++
30
30
30
30
30
30Kelinci II =
= 0 + 0
= 0
⎟⎠⎞
⎜⎝⎛ +++⎟
⎠⎞
⎜⎝⎛ ++
31
32
30
32
33
30Kelinci III =
= 1,6666667+ 1
= 2,6666667
Rata-rata = 36666667,200 ++
= 0,8888889
Formula ab bersifat kurang merangsang
xcv
xcvi
Lampiran 13. Kuisioner subjective assesment
SUBJECTIVE ASSESMENT
KRIM ANTI HAIR LOSS SAW PALMETTO
DENGAN HUMECTANT PROPILENGLIKOL - SORBITOL
Nama : ……………………………. Umur :…………………………….. Hari, tanggal :…………………………….. Kemasan No. :.............................................. Berilah tanda centang (√) pada salah satu kolom yang anda anggap paling sesuai dengan pertanyaan di bawah ini!
No. Pertanyaan Ya Sedang Tidak
1. Menurut anda apakah krim ini memiliki penampakan yang baik?
2. Apakah krim ini memiliki bau yang enak?
3. Apakah kekentalan krim ini sudah sesuai untuk digunakan di kulit kepala?
4. Haluskah krim ini menurut anda?
5. Apakah krim ini mudah dioleskan di kulit kepala?
6. Apakah krim ini setelah dioleskan di kulit kepala terasa lengket?
7. Apakah kulit kepala anda terasa kering setelah dioleskan krim ini?
8. Apakah anda merasakan sensasi dingin di kulit kepala?
9. Apakah rambut anda menjadi lepek?
10. Secara umum cukup nyamankah krim ini untuk digunakan di kulit kepala selama beberapa jam?
78
Lampiran 14. Perhitungan Subjective Assesment
Rekapitulasi Skor Subjective Assesment Formula (1)
Skor responden ke- No Kriteria Penilaian 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 Χ
1 Penampilan 2 1 2 1 2 3 2 1 1 2 1 2 1 2 1 1 1 1 2 2 2 3 2 3 2 3 2 1 2 1,76
2 Bau 2 2 1 3 3 3 3 3 2 2 1 1 1 2 2 1 2 2 1 2 2 2 2 1 1 1 1 1 1 1,76
3 Viskositas 3 3 3 1 3 3 2 3 3 3 3 2 2 2 2 3 2 1 1 2 1 3 2 3 3 2 2 3 3 2,38 4 Kehalusan 3 3 3 1 3 2 2 1 2 2 3 2 2 2 2 3 3 3 3 3 2 2 3 3 3 2 3 3 3 2,48
5 Daya sebar 3 3 2 1 3 2 2 3 3 3 1 3 2 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 2 2,66
6 Kelengketan 3 3 3 1 2 2 1 1 1 3 3 3 1 1 2 2 2 3 3 1 2 2 3 2 1 1 1 3 1 1,97
7 Efek lembab 3 3 3 3 2 3 2 3 3 3 1 3 2 3 3 3 2 3 3 2 3 2 3 3 1 2 3 3 3 2,62
8 Sensasi dingin
1 1 3 3 3 2 1 2 1 1 1 3 2 1 3 1 1 2 1 1 1 2 3 2 1 1 2 3 1 1,72
9 Efek ke rambut
2 3 3 1 3 2 1 1 1 3 3 1 1 1 1 1 2 3 3 1 1 1 1 2 1 2 1 1 1 1,66
10 Kenyamanan 2 2 2 1 2 1 2 2 2 3 3 3 2 1 2 2 2 2 1 1 3 3 3 2 2 2 2 2 1 2
∑ skor 24 24 25 16 26 23 18 20 19 25 20 23 16 18 21 20 20 23 21 18 19 23 25 24 18 19 20 23 18 21,01
Rekapitulasi Skor Subjective Assesment Formula a
Skor responden ke- No Kriteria Penilaian 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 Χ
1 Penampilan 2 1 2 1 3 3 2 1 1 3 1 2 3 3 2 1 1 3 1 2 3 3 2 3 2 2 2 2 2 2,03 2 Bau 2 2 2 3 3 3 3 3 2 3 1 2 1 2 2 1 2 2 1 2 1 2 2 1 2 1 1 1 1 1,86 3 Viskositas 3 3 3 1 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 3 3 3 3 2 2 3 3 3 3 1 2 2 3 1 2,59 4 Kehalusan 3 3 3 1 3 2 3 2 2 3 2 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 2 1 3 1 2,55 5 Daya sebar 3 3 1 1 3 3 3 3 3 3 2 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2,76 6 Kelengketan 3 3 3 1 3 1 2 1 1 1 3 3 1 1 1 2 2 3 3 1 3 2 3 2 1 1 2 3 1 1,97 7 Efek lembab 3 3 3 3 2 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 2 3 2 1 3 3 3 1 2,69 8 Sensasi
dingin 3 1 1 3 2 1 2 3 1 1 3 3 2 2 3 1 1 1 1 1 2 2 3 3 3 1 1 3 1 1,90
9 Efek ke rambut
2 3 3 1 3 2 2 1 1 3 3 1 1 1 1 1 2 3 3 1 3 1 1 2 1 2 2 1 1 1,79
10 Kenyamanan 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 3 3 2 1 2 2 2 2 1 1 3 3 3 3 1 2 2 3 1 2,03 ∑ skor 26 24 23 16 27 23 24 22 19 25 24 26 19 21 23 20 22 26 21 18 27 23 26 25 18 19 19 25 12 22,17
Rekapitulasi Skor Subjective Assesment Formula b
Skor responden ke- No Kriteria Penilaian 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 Χ
1 Penampilan 2 1 2 1 3 3 2 2 1 3 1 2 2 3 2 1 1 2 1 2 3 2 2 3 2 2 2 1 2 1,93 2 Bau 2 2 1 3 3 3 3 2 2 2 1 1 1 2 2 1 2 1 2 2 3 2 2 1 3 1 1 1 1 1,83 3 Viskositas 3 3 3 1 3 3 2 3 2 3 3 2 1 2 3 3 2 2 3 2 2 2 3 3 3 2 2 3 3 2,48 4 Kehalusan 3 3 3 2 3 2 2 2 2 3 1 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 2 1 3 3 2,55 5 Daya sebar 3 1 1 2 3 2 2 3 2 3 1 3 2 3 3 3 3 2 3 3 2 2 3 3 3 3 3 3 3 2,52 6 Kelengketan 3 1 3 1 3 1 1 1 1 3 3 3 1 1 1 2 2 3 2 1 3 2 3 2 3 1 3 3 2 2,03 7 Efek lembab 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 1 3 2 3 2 3 2 3 3 2 3 2 3 3 1 3 3 3 3 2,66 8 Sensasi
dingin 3 3 1 3 2 1 2 3 1 1 3 2 2 2 3 1 1 1 1 1 1 2 3 3 2 1 2 2 3 1,93
9 Efek ke rambut
2 3 3 1 3 2 1 1 1 3 3 1 1 1 1 1 3 2 3 1 1 1 1 2 1 2 1 1 1 1,66
10 Kenyamanan 2 2 2 2 2 1 1 3 2 3 3 3 2 1 2 2 2 2 1 1 3 3 3 3 1 2 2 2 2 2,07 ∑ skor 26 22 22 19 28 21 18 23 17 27 20 22 16 21 22 20 21 21 22 18 24 20 26 26 22 19 20 22 23 21,66
Rekapitulasi Skor Subjective Assesment Formula ab
Skor responden ke- No Kriteria Penilaian 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 Χ
1 Penampilan 2 2 2 1 2 3 2 3 1 1 1 2 3 3 1 1 1 2 1 2 3 2 2 3 2 2 2 1 2 1,90 2 Bau 2 2 1 3 3 3 3 2 2 2 1 1 1 2 2 1 2 2 2 2 1 2 2 1 1 1 1 1 2 1,76 3 Viskositas 3 3 3 1 2 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 1 2 3 3 3 2 2 3 2 2,66 4 Kehalusan 3 3 3 1 3 3 2 3 2 3 2 3 3 3 2 3 3 3 3 3 1 2 3 2 3 2 1 3 2 2,52 5 Daya sebar 3 3 2 2 2 3 3 3 2 3 1 3 3 2 3 3 3 3 3 3 1 2 3 3 3 3 3 2 3 2,62 6 Kelengketan 3 3 1 1 2 3 1 1 1 3 3 3 1 1 1 2 3 3 3 2 1 2 1 1 1 1 1 2 1 1,79 7 Efek lembab 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 1 3 3 3 2 3 2 3 3 3 3 2 3 3 2 3 3 3 3 2,76 8 Sensasi
dingin 1 1 3 3 2 1 2 3 1 1 1 3 2 2 3 1 1 1 1 2 1 2 1 1 1 1 1 1 3 1,62
9 Efek ke rambut
2 3 3 1 3 3 1 1 1 3 3 1 1 1 1 1 2 3 3 2 1 1 1 2 1 2 1 1 1 1,72
10 Kenyamanan 2 2 3 1 2 3 2 3 2 3 3 3 2 1 2 2 2 2 1 2 1 3 3 3 1 2 2 2 2 2,14 ∑ skor 24 25 24 17 24 28 21 25 17 25 19 25 22 21 20 20 22 25 23 24 14 20 22 22 18 19 17 19 21 21,52
BIOGRAFI PENULIS
Penulis skripsi yang berjudul “Optimasi Komposisi Propilen Glikol dan
Sorbitol sebagai Humectant dalam Formula Krim Anti Hair Loss Ekstrak Saw
Palmetto (Serenoa repens): Aplikasi Desain Faktorial” ini bernama lengkap
Marlinna, lahir di Wonosobo pada tanggal 16 Maret 1985, merupakan anak kedua
dari 3 bersaudara, lahir dari pasangan Slamet (alm) dan Fitriana Meylian. Penulis
pernah menempuh pendidikan di SD Kristen II Wonosobo hingga selesai pada
tahun 1997 kemudian melanjutkan pendidikan di SLTP Negeri I Wonosobo dan
lulus tahun 2000. Pendidikan dilanjutkan di SMU Negeri I Wonosobo hingga
tamat pada tahun 2003 dan kemudian penulis melanjutkan studinya di Fakultas
Farmasi Universitas Sanata Dharma. Selama kuliah penulis pernah beberapa kali
menjadi asisten praktikum diantaranya Praktikum Farmasetika Dasar (2005),
Praktikum Spektroskopi (2006) dan Praktikum Formulasi Teknologi Sediaan Cair
Semi Padat pada tahun (2006).
83