osce nim 2010

59
1. Komunikasi Efektif Dokter-Pasien 1.A. Sikap Profesional Dokter - Menyilakan masuk dan mengucapkan salam - Memanggil dan menyapa pasie dengan namanya - Menciptakan suasana yang nyaman - Dokter memperkenalkan diri dan menjelaskan tugas atau perannya - Mempersilahkan pasien untuk duduk - Menilai suasana hati lawan bicara - Memperhatikan sikap non-verbal pasien - Menanyakan identitas pribadi pasien dengan sopan - Menatap mata pasien secara profesional yang lebih terkait dengan makna menunjukkan perhatian dan kesungguhan mendengerkan - Dokter menghargai pasien dan memperhatikan keluhan yang disampaikannya tanpa melakukan interupsi yang tidak perlu - Dokter dapat berbagi pengalaman dan perasaan dengan pasien 1.B. Menggali Informasi - Menggunakan pertanyaan open ended untuk memancing pasien untuk mengutarakan permasalahannya - Menggunakan pertanyaan close ended untuk menggali atau mengeksplorasi informasi yang terdapat pada anamnesis riwayat penyakit sekarang menggunakan Macleod Clinical Examination - Menggunakan pertanyaan close ended untuk menggali atau mengeksplorasi informasi yang terdapat pada anamnesis riwayat penyakit keluarga, riwayat pribadi, riwayat sosial ekonomi dan riwayat gizi

Upload: shafrizal62

Post on 14-Dec-2015

270 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

jhcjhcjgcugc

TRANSCRIPT

1. Komunikasi Efektif Dokter-Pasien

1.A. Sikap Profesional Dokter- Menyilakan masuk dan mengucapkan salam- Memanggil dan menyapa pasie dengan namanya- Menciptakan suasana yang nyaman- Dokter memperkenalkan diri dan menjelaskan tugas atau perannya- Mempersilahkan pasien untuk duduk- Menilai suasana hati lawan bicara- Memperhatikan sikap non-verbal pasien- Menanyakan identitas pribadi pasien dengan sopan- Menatap mata pasien secara profesional yang lebih terkait dengan makna menunjukkan perhatian dan kesungguhan mendengerkan- Dokter menghargai pasien dan memperhatikan keluhan yang disampaikannya tanpa melakukan interupsi yang tidak perlu- Dokter dapat berbagi pengalaman dan perasaan dengan pasien

1.B. Menggali Informasi- Menggunakan pertanyaan open ended untuk memancing pasien untuk mengutarakan permasalahannya- Menggunakan pertanyaan close ended untuk menggali atau mengeksplorasi informasi yang terdapat pada anamnesis riwayat penyakit sekarang menggunakan Macleod Clinical Examination- Menggunakan pertanyaan close ended untuk menggali atau mengeksplorasi informasi yang terdapat pada anamnesis riwayat penyakit keluarga, riwayat pribadi, riwayat sosial ekonomi dan riwayat gizi

1.C. Penyampaian Informasi- Dokter menjelaskan tujuan dari anamnesis dan pemeriksaan fisik yang akan dilakukan. Bila mungkin terdapat rasa ketidaknyamanan misalnya saat pemeriksaan fisik, pasien harus diberi tahu- Dokter menerangkan kondisi penyakit pasien saat ini dan sebagai kemungkinan diagnosis- Dokter menerangkan berbagai tindakan medis yang akan dilakukan untuk menentukan diagnosis, termasuk manfaat, resiko, serta kemungkinan efek samping, dan komplikasi- Dokter menerangkan hasil dan interpretasi dari tindakan medis yang telah dilakukan untuk menegakkan diagnosis- Dokter memberitahu diagnosis penyakit pasien secara jelas dengan menggunakan istilah medis yang benar- Dokter menerangkan berbagai pilihan tindakan medis untuk tujuan terapi (termasuk kekurangan dan kelebihan masing-masing cara)- Dokter menjelaskan prognosis penyakit pasien

2. Pemeriksaan Fisik Dasar

2.A. Pemeriksaan Keadaan Umum Pasien- Amatilah bagaimana ekspresi wajah, sikap badan, cara berbicara dan gaya berjalan pasien- Tentukan keadaan umum pasien ke dalam tiga kriteria yaitu tampak sakit ringan, sakit sedang, atau sakit berat

2.B. Pemeriksaan Tingkat Kesadaran

2.B.1. Respon Membuka Mata- Perhatikan mata pasien, apakah mata terbuka spontan atau tertutup? Jika mata pasien terbuka spontan, berikan nilai 4- Bila mata pasien tertutup, mintalah pasien membuka matanya. Apakah pasien membuka mata setelah diperintah? Jika pasien membuka matanya setelah diperintah, berilah nilai 3- Bila mata pasien masih tertutup, lakukan penekanan pada kuku jari pasien. Apakah pasien membuka mata setelah diberi rangsang nyeri? Jika pasien membuka matanya setelah diberi rangsang nyeri, berikan nilai 2- Jika mata pasien tetap tertutup, berikan nilai 1.

2.B.2. Respon Mototrik- Perintahkan pasien untuk menggerakkan anggota tubuhnya, misalnya mengangkat lengan kanannya ke atas. Apakah pasien menggerakkan lengan kanannya bila diperintah? Jika ya, berikan nilai 6- Jika pasien tidak mengangkat lengan kanannya ke atas, berikan rangsang nyeri dengan mencubit kulit dada diatas sternum. Apakah pasien menggerakkan lengannya ke dada untuk menepis tangan pemeriksa? Jika ya, berikan nilai 5- Apakah pasien menggeser tubuhnya ketika kulit dadanya dicubuit? Jika ya, berikan nilai 4- Perhatikan siku kedua lengan pasien. Apakah kedua siku menekuk (fleksi) ketika kulit dadanya dicubit? Jika ya, berikan nilai 3- Perhatikan siku kedua lengan pasien. Apakah pasien meluruskan kedua sikunya ketika dicubit kulit dadanya? Jika ya, berikan nilai 2- Jika anggota tubuh pasien tetap tidak bergerak walaupun sudah diberi rangsang nyeri, berikan nilai 1.

2.B.3. Respon Verbal

- Berikan pertanyaan, misalnya data-data pribadi pasien, dimana pasien saat ini (tempat) atau kapan pasien mengalami kecelakaan (waktu). Apakah pasien dapat menjawab dengan lancara tanpa ada diorientasi? Jika ya, berikan nilai 5- Apakah pasien dapat menjawab pertanyaan akan tetapi terdapat disorientasi waktu, tempat, dan personal? Jika ya, berikan nilai 4- Apakah pasien tidak dapat menjawab pertanyaan dan hanya mengucapkan kata-kata yang tidak sesuai dengan yang ditanyakan (bicara kacau) ? Jika ya, berikan nilai 3- Apakah pasien hanya mengerang ketika diberi pertanyaan? Jika ya, berikan nilai 2- Jika pasien tetap tidak memberikan respon verbal, berikan nilai 1- Jumlahkanlah nilai dari respon membuka mata, respon motorik dan respon verbal (E+M+V)- Tentukan tingkat kesadaran pasien berdasarkan jumlah nilai respon (Instruktur memberikan simulasi kasus)

2.C. Pemeriksaa Indeks Massa Tubuh (IMT)- Ukurlah berat badan pasien- Ukurlah tinggi badan pasien- Hitunglah indeks massa tubuh dengan cara membagi berat badan (dalam satuan kilogram), dengan kuadrat tinggi badan (dalam satuan meter)- Tentukan habitus dan bentuk tubuh berdasarkan nilai IMT yang didapatkan.

2.D. Pemeriksaan Tekanan Darah- Persilahkan pasien duduk- Jelaskan Prosedur pemeriksaan tekanan darah yang akan dilakukan kepada

pasien- Periksalah terlebih dahulu lengan pasien yang akan dipasangi bladder cuff (manset). Lengan tidak boleh tertutup pakaian, tidak terdapat fistula intravena post dialisis, tidak ada parut operasi, dan tidak ada tanda-tanda pembengkakan kelenjar getah bening- Periksalah pulsasi dengan mempalpasi arteri brakialis pada lengan bawah penderita- Letakkan lengan yang akan diperiksa tekanan darahnya sedemikian rupa, sehingga daerah fossa antekubiti tingginya sejajar dengan posisi jantung penderita (sejajar dengan sela iga ke-4)- Pasanglah bladder cuff pada pertengahan lengan atas pasien sebelah medial, tepat di atas arteri brakialis. Bagian bawah cuff berada 2,5cm diatas fossa ante cubiti. Pastikan lilitan cuff tidak terlalu ketat atau longgar- Posisikan lengan pasien sedikit fleksi pada sikunya- Sebelum cuff dipompa, bukalah kunci tekanan manometer, kemudian katup pompa dikunci- Hadapkanlah manometer ke arah pemeriks- Tentukan tinggi tekanan yang akan dipompa dengan cara :a. perkirakan tekanan darah sistolik dengan cara palpasi arteri radialis, rabalah arteri radialis dengan jari kedua dan ketiga kirib. pompa cuff dengan cepat sehingga rabaan pulsasi arteri radialis menghilangc. saat yang bersamaan, bacalah skala yang ditunjukkan manometer, kemudian tambahkan 30mmHgd. nilai yang didapatkan, dipergunakan untuk menentukan target tekanan cuff saat pemeriksan, sehingga dapat mencegah ketidaknyamanan pasien karena tekanan cuff yang terlalu tinggi- Buka kunci katup pompa, kempiskanlah cuff secara cepat dan sempurna, tunggulah selama 15-30 detik- Pakailah stetoskop dengan ujung-ujung mengarah sesuai posisi anatomi liang telinga- Letakkanlah diafragma stetoskop di atas arteri brakialis, pastikan seluruh diafragma stetoskop menempel pada permukaan lengan- Turunkan tekanan secara perlahan-lahan sekitar 2-3mmHg per detik- Dengarkanlah secara seksama. Catatlah angka skala pada manometer dimana suara korotkoff terdengar pertama kali, yang dinyatakan sebagai tekanan sistolik

- Turunkan terus tekanan cuff perlahan sampai suara korotkoff semakin melemah hingga hilang sama sekali. Catatlah angka skala pada manometer dimana suara korotkoff tidak terdengar lagi, yang dinyatakan sebagai tekanan diastolik- Turunkan terus menerus cuff secara perlahan hingga skala pada manometer

menunjukkan angka 0- Catatlah kedua angka tekanan tadi. Tekanan dinyatakan dengan nilai tekanan sistolik per diastolik- Ulangi pemeriksaan setelah pasien diistirahatkan selama 2 menit. Ambillah nilai rata-rata dari 2 pemeriksaan ini. Bila pemeriksaan pertama dan kedua berbeda lebih dari 5 mmHg, ulangi lagi pemeriksaan- Lakukan pemeriksaan tekanan darah pada lengan lainnya.

2.E. Pemeriksaan Denyut Nadi- Persilahkan pasien untuk duduk- Jelaskan prosedur pemeriksaan denyut nadi yang akan dilakukan kepada pasien- Rabalah arteri radialis kanan dengan ujung jari tangan kanan kedua, ketiga dan keempat pemeriksa, serta ibu jari pemeriksa memegang pergelangan tangan dari bawah- Carilah tempat pulsasi yang maksimal- Tekanlah sedikit bagian perifer arteri radialis dengan jari manis, sementara jari telunjuk dan tengah merasakan pulsasi arteri- Hitunglah frekuensi denyut nadi arteri radialis dalam 1 menit. Selamat melakukan perhitungan, perhatikan juga irama nadi (reguler atau ireguler) dan volume nadi (normal, menguat, melemah)

2.F. Pemeriksaan Pernafasan (cara inspeksi)- Persilahkan pasien untuk duduk- Usahakan agar penderita tidak mengetahui bahwa pemeriksa akan menghitung frekuensi nafasnya. Caranya adalah dengan mengalihkan perhatian pasien dengan berpura-pura menghitung denyut nadi pasien

- Frekuensi pernafasan dihitung dengan cara mengamati pergerakan dinding toraks (inspeksi) , selama 1 menit- Pada saat menghitung frekuensi pernafasan, perhatikan juga bagaimana jenis dan irama pernafasan pasien.

2.G. Pemeriksaan Temperatur Tubuh (temperatur aksila)- Pasien dalam keadaan duduk atau berbaring- Turunkan air raksa sehingga menunjukkan angka < 35 derajat celcius- Bersihkan ujung termometer air raksa (dilapisi besi) pada fossa aksilaris- Biarkan selama 5-10 menit. Bacalah hasil yang ditunjukkan oleh posisi air raksa pada termometer.

3. Teknik & Penggolongan Anamnesis- Dokter menyilakan pasien masuk, dan mengucapkan salam (sambil berdiri, mengajukan tangan, dan tersenyum ramah)- Dokter memperkenalkan dirinya, dan menjelaskan tugas, atau perannya kepada pasien dan keluarganya

- Dokter menanyakan nama, umur, jenis kelamin, alamat, agama, suku bangsa, status perkawinan, dan pekerjaan pasien. Anamnesis Pribadi- Dokter menanyakan keluhan pasien yang membuat dirinya datang berobat, dan sudah berapa lama keluhan dirasakan. Keluhan Utama- Dokter menggali informasi lebih dalam mengenai keluhan utama yang diutarakan pasien yang meliputi :a. Bagaimana mula terjadinya keluhan (gunakan pertanyaan terbuka)b. Pada bagian tubuh mana keluhan dirasakan pasienc. Sudah berapa lama keluhan dirasakan pasiend. Bagaimana sifat dari keluhan yang dirasakan pasiene. Apakah keluhan menyebar ke bagian tubuh lainnyaf. Adakah waktu-waktu tertentu dimana keluhan lebih sering terjadi.(metide OLDCART) Anamnesis Riwayat Penyakit Sekarang- Dokter menanyakan apakah masih ada keluhan-keluhan lain (tambahan) yang dirasakan pasien selain keluhan utama tersebut. Keluhan Tambahan- Dokter menanyakan penyakit yang pernah diderita pasien (yang mungkin berkaitan dengan penyakit yang dialaminya saat ini). Anamnesis Riwayat Penyakit Terdahulu- Dokter menanyakan ada tidaknya kebiasaan merokok pada pasien. Tanyakanlah sudah berapa lama merokok, berapa batang atau bungkus yang dihabiskan setiap hari, dan apakah pasien telah berhenti merokok, atau masih merokok sampai sekarang. Contoh Anamnesis Riwayat Pribadi- Dokter menanyakan ada tidaknya kebiasaan minum alkohol, atau minum jamu gendong pada pasien. Contoh Anamnesis Riwayat Pribadi- Dokter menanyakan ada tidaknya anggota keluarga pasien yang menderita penyakit yang sama dengan pasien. Contoh Anamnesis Penyakit Keluarga- Dokter menanyakan keadaan perumahan, dan lingkungan sekitar tempat tinggal pasien. Anamnesis Riwayat Sosial Ekonomi- Dokter menanyakan pernah tidaknya terjadi wabah penyakit tertentu di lingkungan sekitar tempat tinggal pasien. Anamnesis Riwayat Sosial Ekonomi- Dokter menanyakan bahan makanan dan porsinya serta frekuensi makanan yang dimakan pasien sehari-hari. Anamnesis Gizi- Dokter menanyakan kepada pasien, apakah pasien merasa berat badannya tetapm bertambah, atau berkurang. Anamnesis Gizi.

4. Metode Pemeriksaan Fisik Diagnostik

4.A. Teknik Pemeriksaan Inspeksi

4.A.1. Inspeksi Umum- Perhatikan dengan seksama cara dan gaya berjalan pasien- Perhatikan dengan seksama gerakan tangan dan kepala pasien- Perhatikan dengan seksama cara pasien berbicara

- Perhatikan dengan seksama sikap pasien ketika duduk, atau berbaring

4.A.2. Inspeksi Lokal- Amati dengan seksama bagian tubuh pasien yang menjadi keluhannya- Perhatikan ada tidaknya kelainan, seperti perubahan warna kulit, pembengkakan, luka, atau adanya massa abnormal- Amatilah bagian tubuh pasien lainnya secara sistematis, dimulai dari kepala hingga ekstremitas bawah- Bila ada bagian tubuh yang tertutup pembalut, lepaskan pembalut untuk mengamati organ tubuh yang ditutupinya

4.B. Teknik Pemeriksaan Palpasi (akan dibahas lebih lanjut pada blok-blok sistem organ)

4.C. Teknik Pemeriksaan Perkusi

4.C.1. Suara Sonor- Persiapkan jari II tangan kiri sebagai fleksimeter, letakkan jari tersebut pada salah satu sela iga pada daerah dada bagian depan pasien- Persiapkan jari III tangan kanan sebagai fleksor, ketokkan dengan perlahan jari fleksor beberapa kali pada falang ke-2 jari fleksimeter, dengan pergelangan tangan kanan sebagai poros.

4.C.2. Suara Timpani- Persiapkan jari II tangan kiri sebagai fleksimeter, letakkan jari tersebut pada daerah perut (sekitar pusat) pasien- Persiapkan jari III tangan kanan sebagai fleksor, ketokkan dengan perlahan jari fleksor beberapa kali pada falang ke-2 jari fleksimeter, dengan pergelangan tangan kanan sebagai poros.

4.C.3. Suara Beda- Persiapkan satu jari II tangan kiri sebagai fleksimeter, letakkan jari tersebut pada daerah paha pasien- Persiapkan jari III tangan kanan sebagai fleksor, ketokkan dengan perlahan jari fleksor beberapa kali pada falang ke-2 jari fleksimeter, dengan pergelangan tangan kanan sebagai poros.

4.D. Teknik Pemeriksaan Auskultasi

- Persiapkan stetoskop. Bila katup stetoskop dalam keadaan terbuka, kuncilah katup stetoskop terlebih dahulu dengan cara memutar pangkal stetoskop searah jarm jam, untuk pemeriksaan auskultasi dengan permukaan diafragma stetoskop- Persiapkan stetoskop. Bila katup stetoskop dalam keadaan terkunci, bukalah katup stetoskop terlebih dahulu dengan cara memutar pangkal stetoskop berlawanan arah jarum jam, untuk pemeriksaan auskultasi dengan permukaan Bell stetoskop- Pasanglah stetoskop di telinga, dengan ujung-ujungnya searah dengan anatomi liang telinga- Letakkan stetoskop permukaan diafragma stetoskop pada lapangan perifer paru, dengarkanlah suara nafas vesikuler (lihat video)- Letakkan stetoskop permukaan diafragma stetoskop di sekitar manubrium sterni, dengarkanlah suara nafas bronkial (lihat video)- Letakkan diafragma stetoskop pada salah satu titik katup jantung, dan rabalah arteri karotis, atau radialis pasien. Bunyi jantung yang terdengar bersamaan dengan denyut arteri sistemik adalah bunyi jantung I- Bunyi jantung II. Bunyi jantung II adalah bunyi jantung yang terdengar setelah bunyi jantung I, dan tidak terdengar bersamaan dengan denyut arteri sistemik.

5. Proseduur Asepsis dan Antisepsis

5.A. Prosedur Mencuci Tangan- Lepaskan semua perhiasan yang dipakai- Gulung lengan baju sampai dengan lebih dari 2 inci diatas siku- Basahi dengan air, tangan dan lengan sampai ke siku- Gunakan sikat yang telah diberi zat antiseptik (savlon)- Posisikan kedua lengan, dimana posisi kedua tangan lebih tinggi dari kedua siku

- Di bawah air mengalir, bersihkan bagian bawah kuku dengan teliti (kuku harus pendek dan bebas dari cat kuku)- Sikat telapak tangan, kemudian secara berurutan sikat setiap jari, antara jari, dan punggung tangan dengan arah penyikatan dari atas ke bawah- Lakukan penyikatan seluruh tangan selama kurang lebih 2 menit- Sikat pergelangan tangan sampai dengan siku selama kira-kira 30 detik- Jangan menyikat kembali bagian yang sudah disikat- Sikat telapak tangan yang belum disikat, kemudian lakukan penyikatan seluruh tangan dengan cara yang sama dengan penyikatan tangan lain sebelumnya, selama kira-kira 2 menit- Sikat pergelangan tangan sampai dengan siku selama kira-kira 30 detik- Letakkan sikat kembali pada tempatnya- Cara membasuh dilakukan di bawah air mengalir dengan urutan, dari telapak tangan, jari-jari, punggung tangan, pergelangan tangan, hingga ke siku. Biarkan air menetes dari siku- Ulangilah untuk tangan yang lain. Jangan membasuh bagian yang sudah dibasuh- Matikan aliran air dengan menggunakan siku.

5.B. Prosedur Mengeringkan Tangan- Gunakanlah handuk steril- Ambil handuk, buka dan letakkan handuk pada kedua telapak tangan- Keringkan secara berurutan dari telapak tangan kiri dan kanan lalu pergelangan kiri dan kanan, lengan kiri dan kanan kemudian siku kiri dan kanan- Bagian handuk yang sudah dipakai tidak boleh bersentuhan dengan bagian tangan yang sudah kering- Buanglah handuk pada tempat yang disediakan

5.C. Prosedur Memakai Sarung Tangan- Buka bungkus kertas dengan hati-hati agar sarung tangan tidak terkontaminasi- Angkat tepi sarung tangan yang terlipat (yang nantinya akan kontak dengan kulit operator) dengan tangan kiri- Perlu diingat, jangan sampai bagian sarung tangan yang akan kontak dengan tubuh pasien, tersentuh dengan tangan- Masukkanlah jari-jari tangan kanan ke dalam sarung tangan, lalu tariklah tepi pangka lipatan sarung tangan kanan, dengan tetap mempertahankan lipatan sarung tangan kanan (menariknya agak diungkit)- Sisipkanlah jari-jari tangan kanan yang telah memakai sarung tangan di bawah

lipatan sarung tangan kiri, kemudian masukkanlah jari-jari tangan kiri- Setelah jari-jari tangan kiri masuk, tarik pada lipatan sarung tangan kedua (kiri) dengan menggunakan jari-jari tangan yang sudah memakai sarung tangan sampai sarung tangan terpakai- Sisipkan jari-jari tangan kedua (kiri) pada lipatan sarung tangan kanan, lalu tarik lipatan hingga sarung tangan terpakai.

5.D. Prosedur Melepaskan Sarung Tangan- Pegang sarung tangan pada permukaan palmar dengan baik, kemudian lepaskan dengan cara menarik sarung tangan ke arah distal- Jangan sampai menyentuh baju dan kulit tangan, dan lakukan dengan cara yang sama pada tangan yang lain.

5.E. Persiapan Pasien Bedah- Pasien mandi terlebih dahulu sebelum operasi (jika mampu)- Cukurlah rambut atau bulu-bulu pada daerah operaso- Cucilah daerah operasi dengan sabun antiseptik, basulah dengan air kemudian dikeringkan- Bersihkan daerah operasi secara sirkuler dari tengah ke tepi (sentripetal) dengan menggunakan korentang yang menjepit kasa steril yang sudah diberi betadine, sebanyak dua kali- Gunakanlah kasa yang baru setiap akana membersihkan daerah operasi dengan betadine- Cucilah daerah operasi secara sirkuler dari tengah ke tepi (sentripetal) dengan menggunakan korentang yang menjepit kasa steril yang sudah diberi alkohol 70%, sebanyak dua kali- Gunakanlah kasa yang baru setiap akan membersihkan daerah operasi dengan alkohol 70%

5.F. Pemasangan Duk/Kain Steril- Tentukan letak bagian yang akan dioperasi- Letakkanlah duk sedemikian rupa, sehingga lubang duk tepat berada di atas daerah operasi- Letakkan duk steril yang lain pada meja alat, untuk dapat meletakkan alat operasi yang sudah steril.

6. Cara Pemberian Obat Melalui Suntikan

6.A. Persiapan- Pastikan pemeriksaan dilakukan pada ruangan yang tertutup sehingga dapat menjamin kerahasiaan pasien- Mintalah seorang perawat untuk mendampingi dokter selama berlangsungnya tindakan medis, yang dapat bertindak sebagai saksi untuk menghindari perlakuan yang tidak benar ditinjau dari pihak dokter maupun pasien.

6.B. Persiapan Penyuntikan- Dokter menyapa dan memberi salam kepada pasien- Dokter mempersilahkan pasien duduk di ruang konsultasi

- Dokter terlebih dahulu memberitahukan pada pasien, prosedur, maksud dan tujuan penyuntikan secara lisan dengan bahasa yang dimengerti oleh pasien, keemudian mintalah persetujuan pasien (informed consent)- Dokter mempersiapkan alat dan bahan penyuntikan- Mintalah perawat untuk mengatur pakaian pasien, sehingga bagian tubuh yang akan dilakukan penyuntikan dapat dilihat dan bagian tubuh yang tidak dilakukan penyuntikan harus ditutup dengan kain (duk steril) bersih- Mintalah perawat untuk mempersiapkan sediaan injeksi- Dokter mencuci tangan dan mengenakan sarung tangan steril.

6.C. Pelaksanaan Penyuntikan

6.C.1. Sutnikan Intrakutan (Regio Volar Lengan Bawah)- Pasien dipersilahkan berbaring, atau duduk di kamar injeksi- Bersihkan daerah volar lengan bawah dengan gerakan melingkar keluar (sentripetal) dengan cairan antiseptik, kemudian dengan kapas alkohol 70%- Reganglah kaulit hingga kencang dengan tangan kiri- Masukkan jarum dengan lubangnya menghadap keatas sehingga membentuk sudut kurang lebih 10-15 derajat dengan permukaan kulit (bayang-bayang jarum di bawah kulit harus terlihat)- Suntikkan obat secara perlahan sampai terbentuk gelembung, atau vesikel- Tarik dan keluarkan jarum dari kulit secara perlahan- Jangan gosok atau dihapus dengan kapas alkohol pada daerah bekas suntikan- Setelah jangka waktu yang ditentukan, lihat dan catat reaksi yang terjadi pada

daerah suntikan.

6.C.2. Suntikan Subkutan (Reio Lateral Lengan Atas)- Pasien dipersilahkan berbaring atau duduk di kamar injeksi- Bersihkan daerah lateral lengan atas dengan gerakan melingkar keluar (sentripetal) dengan cairan antiseptik kemudian dengan kapas alkohol 70%- Cubitlah kulit sedikit dengan tangan kiri- Masukkan jarum dengan lubangnya menghadap ke atas sehingga membentuk sudut kurang lebih 45 derajat, atau 90 derajat dengan permukaan kulit- Lepaskanlah kulit- Aspirasilah jarum suntik sedikit, bila ada darah posisikan jarum suntik hingga aspirasi tidak masuk ke pembuluh darah- Bila tidak ada darah pada saat aspirasi, suntikkanlah obat secara perlahan- Tarik dan keluarkan jarum dari kulit dengan cepat- Dengan lembut gosok, atau hapuslah dengan kapas alkohol daerah bekas suntikan (kecuali bila ada kontraindikasi)- Bila perlu, tutup dengan kapas alkohol pada daerah penyuntikan, dan rekatkan plester.

6.C.3.A. Suntikan Intramuskular (Regio Deltoid)- Pasien dipersilahkan duduk di kamar injeksi- Bersihkan daerah deltoid (sentripetal) dengan cairan antiseptik kemudian dengan kapas alkohol 70%- Cubitlah kulit hingga otot terasa tercubit dengan tangan kiri- Masukkan jarum pada daerah deltoid, membentuk sudut kurang lebih 90 derajat dengan permukaan kulit, sedikit membentuk sudut dengan akromion- Lepaskanlah kulit- Aspirasilah jarum suntik, pastikan tidak ada darah yang teraspirasi- Suntikkan obat secara perlahan- Tarik dan keluarkan jarum dari kulit dengan cepat- Dengan lembut gosok, atau hapuskah dengan kapas alkohol daerah bekas suntikan (kecuali bila ada kontraindikasi)- Bila perlu, tutup dengan kapas alkohol pada daerah penyuntikan dan rekatkan plester.

6.C.3.B. Suntikan Intramuskular (Regio Dorsogluteal)- Pasien dipersilahkan berbaring dengan posisi pronasi di kamar injeksi- Buatlah garis imajiner, antara trokanter mayor femur di lateral bawah, dengna spina iliaka posterior superior (SIPS) di medial atas

- Lateral pertengahan garis imajiner ini adalah lokasi penyuntikan (daerah aman)- Bersihkan lokasi penyuntikan dengan cairan antiseptik, kemudian dengan kapas alkohol 70%- Cubitlah kulit hingga otot terasa tercubit dengan tangan kiri- Masukkan jarum pada daerah aman. Sehingga jarumnya membentuk sudut 90 derajat dengan permukaan kulit- Lepaskanlah kulit- Aspirasilah jarum suntik, pastikan tidak ada darah yang teraspirasi- Suntikkan obat secara perlahan- Tarik dan keluarkan jarum dari kulit dengan cepat- Dengan lembut gosok, atau hapuskah dengan kapas alkohol daerah bekas suntikan (kecuali bila ada kontraindikasi)- Bila perlu, tutup dengan kapas alkohol pada daerah penyuntikan dan rekatkan plester.

6.C.3.C. Suntikan Intramuskular (Regio Vastus Lateralis)- Pasien dipersilahkan duduk atau berbaring supinasi di kamar injeksi- Tentukan lokasi injeksi yaitu 1/3 tengah bagian sisi anterolateral garis imajiner antara trokanter mayor femur, dengan kondilus lateralis femur- Bersihkan daerah vastus lateralis (sentrifugal) dengan cairan antiseptik kemudian dengan kapas alkohol 70%- Cubitlah kulit, hingga otot terasa tercubit dengan tangan kiri- Masukkan jarum pada lokasi injeksi, dengan lubang jarum menghadap ke atas, membentuk sudut kurang lebih 45 derajat terhadap permukaan kulit regio femoralis (diarahkan ke lutut)- Lepaskanlah kulit- Aspirasilah jarum suntik, pastikan tidak ada darah yang teraspirasi- Suntikkan obat secara perlahan- Tarik dan keluarkan jarum dari kulit dengan cepat- Dengan lembut gosok, atau hapuskah dengan kapas alkohol daerah bekas suntikan (kecuali bila ada kontraindikasi)- Bila perlu, tutup dengan kapas alkohol pada daerah penyuntikan dan rekatkan plester.

6.D. Setelah Penyuntikan- Dampingi dan bantu pasien untuk mengenakan kembali pakaiannya

- Evaluasi Keadaan pasien selama beberapa saat, untuk melihat tanda ada tidaknya efek samping yang ditimbulkan- Rendam spuit bekas pakai dengan larutan chloride 0,5%, potong jarumnya, dan masukkan ke dalam tempat sampah medis infeksius- Masukkan peralatan lainnya (termasuk kapas, kassa steril) ke dalam larutan chloride 0,5%- Rendam kedua tangan ke dalam larutan Chloride 0,5% selama beberapa menit, kemudian lepaskanlah kedua sarung tangan- Cuci tangan secara simple hand washing, melalui 5 tahap pencucian : kuku jari-jari tangan, telapak tangan, setiap jari, sela-sela jari, dan punggung tangan- Basuhlah kedua tangan dengan air mengalir hingga bersih, dan keringkan kedua tangan dengan handuk yang bersih- Persilahkan pasien kembali ke meja periksa, untuk melengkapi data pada catatan medik pasien, meliputi :a. Isi tanggal dan waktu pengobatanb. Dosis dan cara penyuntikanc. Respons khusus yang mungkin timbul setelah dilakukan penyuntikand. Nama dan tanda tangan dokter.

7. Anamnesis Penyakit Sistem Imunologi7.A. Lupus Eritematosus Sistemik (SLE/LES)- Dokter mengucapkan salam dan mempersilahkan pasien untuk duduk- Dokter memperkenalkan dirinya kepada pasien dan keluarganya- Dokter menanyakan nama, usia, agama, status pernikahan, suku bangsa, alamat, dan pekerjaan pasien. Anamnesis Pribadi- Dokter meminta pasien menceritakan, bagaimana mula terjadinya nyeri persendian yang dialami pasien. Keluhan Utama- Dokter meminta pasien menjelaskan bagaimana sifat dari nyeri sendi yang dirasakan pasien, apakah bersifat hilang timbul, dan dapat hilang sendiri walaupun tidak diobati atau apakah berlangsung terus menerus.- Dokter menanyakan apakah keluhan nyeri pada persendian disertai denan timbulnya kekakuan pada sendi dan daerah sekitar sendi pada saat pasien bangun dari tidurnya di pagi hari, sekitar 30-60 menit. OLDCART- Dokter menanyakan ada tidaknya keluhan lain yang dirasakan pasien. Keluhan Tambahan- Dokter menanyakan apakah pasien pernah mengalami keluhan seperti ini sebelumnya. Bila ada, apakah ada yang mencetuskan timbulnya nyeri. Anamnesis Riwayat Penyakit Terdahulu- Dokter menannyakan ada tidaknya riwayat merokok pada pasien. Bila ada, sudah berapa lama merokok, berapa batang atau bungkus rokok yang dihabiskan setiap hari serta apakah pasiem masih merokok atau sudah berhenti

merokok. Anamnesis Riwayat Penyakit Pribadi- Dokter menanyakan ada tidaknya anggota keluarga dekat pasien yang sedarah secara garis keturunan vertikal seperti nenek, ibu, atau secara garis keturunan horizontal seperti kembar, yang juga menderita penyakit dengan keluhan seperti yang dialami pasien. Anamnesis Riwayat Penyakit Keluarga- Dokter menanyakan apakah pasien sudah pernah berobat sebelumnya untuk mengobati penyakitnya. Anamnesis Riwayat Pengobatan- Dokter menanyakan apakah nyeri sendinya hilang setelah makan obat. Anamnesis Riwayat Pengobatan- Dokter menanyakan pernah atau tidaknya pasien memakai obat-obatan seperti isoniazid (INH), hidralazin, prokainamid, minosiklin, klorpromazin, metildopa, atau fenitoin. Anamnesis Riwayat Pengobatan- Dokter menanyakan kondisi tempat tinggal pasien apakah memungkinkan dirinya terpapar dengan debu, asap rokok, dan pajanan sinar mataharii. Anamnesis Riwayat Sosial Ekonomi- Dokter menanyakan mengenai kebiasaan makan pasien sehari-hari. Anamnesis Gizi- Dokter menanyakan apakah pasien merasa berat badannya mengalami penurunan. Anamnesis Gizi.7.B. HIV-AIDS Tanpa Komplikasi- Dokter mengucapkan salam dan mempersilahkan pasien untuk duduk- Dokter memperkenalkan dirinya kepada pasien dan keluarganya- Dokter menanyakan nama, usia, agama, status pernikahan, suku bangsa, alamat, dan pekerjaan pasien. Anamnesis Pribadi- Dokter menanyakan keluhan pasien yang membuat dirinya datang berobat, dan sudah berapa lama keluhan dirasakan. Keluhan Utama- Dokter meminta pasien menceritakan, bagaimana mula terjadinya batuk yang dialami pasien. OLDCART- Dokter meminta pasien menjelaskan bagaimana sifat dari batuk berdahak yang dirasakan pasien, apakah bersifat hilang timbul, dan dapat hilang sendiri walaupun tidak diobati atau apakah berlangsung terus menerus. OLDCART- Dokter menanyakan keluhan lain yang mungkin belum diceritakan pasien. Keluhan Utama Tambahan- Dokter menanyakan ada tidaknya riwayat terpapar dengan benda atau cairan infeksius. Anamnesis Riwayat Terpapar- Dokter menanyakan apakah pasien pernah mengalami keluhan seperti ini sebelumnya. Bila ada, apakah ada yang mencetuskan timbulnya batuk. Anamnesis Riwayat Penyakit Terdahulu

- Dokter menannyakan ada tidaknya riwayat merokok pada pasien. Bila ada, sudah berapa lama merokok, berapa batang atau bungkus rokok yang dihabiskan setiap hari serta apakah pasiem masih merokok atau sudah berhenti merokok. Anamnesis Riwayat Penyakit Pribadi

- Dokter menanyakan ada tidaknya anggota keluarga dekat pasien yang sedarah secara garis keturunan vertikal seperti nenek, ibu, atau secara garis keturunan horizontal seperti kembar, yang juga menderita penyakit dengan keluhan seperti yang dialami pasien. Anamnesis Riwayat Penyakit Keluarga- Dokter menanyakan apakah pasien sudah pernah berobat sebelumnya untuk mengobati penyakitnya. Anamnesis Riwayat Pengobatan- Dokter menanyakan kondisi tempat tinggal pasien apakah memungkinkan dirinya terpapar dengan debu, asap rokok, dan pajanan sinar mataharii. Anamnesis Riwayat Sosial Ekonomi- Dokter menanyakan mengenai kebiasaan makan pasien sehari-hari. Anamnesis Gizi- Dokter menanyakan apakah pasien merasa berat badannya mengalami penurunan. Anamnesis Gizi.

8. Prosedur Pemberian Imunisasi Dasar

8.A. Persiapan Pra Imunisasi- Pastikan pemeriksaan dilakukan pada ruangan yang tertutup sehingga dapat menjamin kerahasiaan pasien (terutama pada pasien dewasa)- Mintalah seorang perawat untuk mendampingi dokter selama berlangsungnya imunisasi, yang dapat bertindak sebagai saksi untuk menghindari perlakuan yang tidak benar ditinjau dari pihak dokter maupun pasien- Bacalah terlebih dahulu dengan teliti informasi tentang vaksin, dan prosedur imunisasi dasar yang akan dilakukan, sebelum bertemu dengan pasien, atau orang tuanya- Dokter menyapa dan memberi salam kepada orang tua pasien- Dokter mempersilahkan pasien dan orang tuanya duduk di ruang konsultasi- Dokter terlebih dahulu memberitahukan kepada pasien, prosedur, tujuan imunisasi, resiko imunisasi, dan resiko bila tidak diimunisasi, secara lisan dengan bahasa yang dimengerti oleh pasien, kemudian mintalah persetujuan pasien (informed consent)- Lakukan tanya jawab dengan orang tua, atau pengasuh pasien sebelum melakukan imunisasi- Bila pasien setuju, periksalah data identitas pasien yang akan diimunisasi- Periksa apakah kontraindikasi terhadap vaksin yang akan diberikan.

8.B. Persiapan Alat & Bahan Imunisasi- Periksa vaksin yang akan diberikan, dan pastikan bahwa vaksin tersebut telah disimpan dengan baik- Periksa tanggal kadaluarsa, dan periksa vaksin yang akan diberikan, apakah tampak tanda-tanda perubahan. Bila ada, catatlah tanda-tanda perubahan yang terjadi, seperti perubahan warna yang menunjukkan adanya kerusakan- Pastikan vaksin yang akan diberikan telah sesuai jadwal, dan periksa juga vaksin lain yang dapat ditawarkan kepada pasien, untuk mengejar vaksinasi yang tertinggal (catch-up vaccination), bila diperlukan- Mintalah perawat untuk mengatur pakaian pasien, sehingga bagian tubuh yang akan diinjeksi terlihat jelas- Pada pasien bayi, atau anak-anak kecil, mintalah orang tua, atau pengasuhnya untuk membantu menenangkan, atau memegangi pasien, agar imunisasi dapat dilakukan dengan baik- Mintalah perawat untuk mempersiapkan vaksin, dan pastikan spuit dan jarum telah sesuai dengan jenis imunisasi, dan keadaan pasien- Periksalah juga alat-alat yang digunakan untuk melakukan penatalaksanaan secepatnya bila terjadi reaksi ikutan yang tidak diharapkan- Dokter mencuci tangan dan mengenakan sarung tangan steril

8.C. Teknik Pemberian Imunisasi Dasar

8.C.1. Imunisasi BCG (Regio Deltoideus)- Aturlah posisi pasien agar berada dalam posisi duduk- Gunakanlah jarum ukuran 25-27, dengan panjang 10mm- Bersihkan daerah deltoideus dengan gerakan melingkar keluar (sentripetal) menggunakan cairan antiseptik, kemudian dengan kapas alkohol 70%- Reganglah kulit hingga kencang dengan tangan kiri

- Masukkan jarum dengan lubangnya menghadap ke atas pada insersio muskulus deltoideus kanan sehingga membentuk sudut kurang lebih 10-15 derajat dengan permukaan kulit dengan jarum mengarah ke pundak (bayang-bayang jarum di bawah kulit harus terlihat untuk memastikan suntikan tidak terlalu dalam) Suntikkan vaksin secara perlahan sampai terbentuk gelembung, atau vesikel, dengan dosis penyuntikan 0.05ml untuk bayi di bawah satu tahun, dan 0,1ml untuk anak- Tarik dan keluarkan jarum dari kulit secara perlahan- Daerah lokasi penyuntikan jangan digosok atau dihapus dengan kapas alkohol8.C.2. Imunisasi DTP (Regio Vastus Lateralis)- Aturlah posisi pasien untuk duduk, atau berbaring supinasi- Gunakanlah jarum suntik ukuran 23, dengan panjang 25mm- Tentukan lokasi injeksi yaitu 1/3 tengah bagian sisi anterolateral garis imajiner antara trokanter mayor femur, dengan kondilus lateralis femur- Bersihkan daerah vastus lateralis dengan gerakan melingkar keluar (sentripetal) dengan cairan antiseptik, kemudian dengan kapas alkohol 70%- Cubitlah kulit, hingga otot terasa tercubit dengan tangan kiri- Masukkan jarum pada lokasi injeksi, dengan lubang jarum menghadap ke atas, membentuk sudut kurang lebih 45 derajat terhadap permukaan kulit regio femoralis (diarahkan ke lutut)- Lepaskanlah kulit- Aspirasilah jarum suntik, pastikan tidak ada darah yang teraspirasi- Suntikkan vaksin DTP secara perlahan-lahan, dengan dosis 0,5ml baik untuk imunisasi dasar, maupun ulangan- Letakkan kapas alkohol pada daerah bekas suntikan, kemudian tarik dan keluarkan jarum dari kulit dengan cepat- Tekan dengan lembut daerah bekas suntikan dengan kapas alkohol.

8.C.3. Imunisasi Campak (Regio Vastus Lateralis)- Aturlah posisi pasien untuk duduk, atau berbaring supinasi- Gunakanlah jarum suntik ukuran 23, dengan panjang 25mm- Tentukan lokasi injeksi yaitu 1/3 tengah bagian sisi anterolateral garis imajiner antara trokanter mayor femur, dengan kondilus lateralis femur- Bersihkan daerah vastus lateralis dengan gerakan melingkar keluar (sentripetal) dengan cairan antiseptik, kemudian dengan kapas alkohol 70%- Cubitlah kulit sedikit dengan tangan kiri (suntikan dilakukan secara subkutan)- Masukkan jarum pada lokasi injeksi, dengan lubang jarum menghadap ke atas, membentuk sudut kurang lebih 45 derajat terhadap permukaan kulit regio femoralis (diarahkan ke lutut)- Lepaskanlah kulit- Aspirasilah jarum suntik, pastikan tidak ada darah yang teraspirasi

- Suntikkan vaksin campak secara perlahan-lahan, dengan dosis 0,5ml- Letakkan kapas alkohol pada daerah bekas suntikan, kemudian tarik dan keluarkan jarum dari kulit dengan cepat- Tekan dengan lembut daerah bekas suntikan dengan kapas alkohol.

8.C.4. Imunisasi Hepatitis B ( Regio Deltoideus)- Aturlah posisi pasien agar berada dalam posisi duduk- Gunakanlah jarum suntik ukuran 23, dengan panjang 25mm- Bersihkan daerah deltoideus kanan dengan gerakan melingkar keluar (sentripetal) menggunakan cairan antiseptik, kemudian dengan kapas alkohol 70%- Cubitlah kulit, hingga otot terasa tercubit dengan tangan kiri.- Masukkan jarum pada lokasi injeksi, dengan lubang jarum menghadap ke atas, membentuk sudut kurang lebih 60 derajat terhadap permukaan kulit regio deltoideus- Lepaskanlah kulit- Aspirasilah jarum suntik, pastikan tidak ada darah yang teraspirasi- Suntikkan vaksin campak secara perlahan-lahan, dengan dosis 0,5ml, baik untuk imunisasi dasar, maupun ulangan- Letakkan kapas alkohol pada daerah bekas suntikan, kemudian tarik dan keluarkan jarum dari kulit dengan cepat- Tekan dengan lembut daerah bekas suntikan dengan kapas alkohol.

8.C.5. Imunisasi Polio (Vaksin OPV)- Aturlah posisi pasien agar berada dalam posisi duduk- Mintalah pasien (anak) untuk menengadahkan muka, dan membuka mulutnya- Teteskan vaksin polio OPV sebanyak 2 tetes (0,1ml) langsung ke mulut anak

9. Prosedur Injeksi Intravena

9.A. Persiapan Pasien- Dokter menjelaskan prosedur injeksi intravena yang akan dilakukan secara lisan dengan bahasa yang dimengerti pasien, serta alasan dilakukannya, kemudian mintalah persetujuan tindakan medis kepada pasien- Dokter menanyakan apakah pasien pernah mengalami reaksi alergi sebelumnya terhadap suntikan dan apa nama obat yang diberikan tersebut (apabila pasien dapat mengingatnya)- Bila pasien setuju dan tidak pernah mengalami reaksi alergi sebelumnya, mintalah pasien untuk duduk, atau berbaring dengan posisi supinasi

9.B. Persiapan Alat dan Bahan- Periksalah nama dan tanggal kadaluarsa dari obat dan pelarut obat yang akan diberikan- Masukkan obat ke dalam suntik sesuai dengan dosis

9.C. Teknik Injeksi- Dokter mencuci tangan, dan menggunakan sarung tangan steril- Pasanglah tourniquet di bagian proksimal (4-6 inci) daerah suntikan- Bersihkan daerah tubuh yang akan diinjeksi dengan gerakan melingkar keluar (sentripetal), menggunakan cairan antiseptik (alkohol 70%)- Mintalah pasien untuk menggenggam jari-jari tangannya agar vena yang akan dipungsi terlihat jelas- Tahan kulit di dekat pembuluh vena dengan sudut kurang lebih 30-40 derajat terhadap permukaan kulit, dan kemudian arahkan jarum ke dalam vena- Pastikan lubang jarum menghadap ke atas- Kurangi sudut jarum sedikit, dan gunakan tangan dominan untuk menarik penghisap- Aspirasi sedikit, jika dijumpai darah masukkan obat dengan kecepatan yang tepat, sambil meregangkan tourniquet, dan kepalan tangan dibuka perlahan-lahan- Letakkan kapas alkohol di atas jarum, kemudian tarik dan keluarkan jarum dengan cepat- Tekan bekas suntikan dengan menggunakan kapas alkohol selama kurang lebih 5 menit, atau minta pasien untuk melipat tanggannya- Pasang plester jika perlu.

10. Prosedur Pungsi Vena

10.A. Persiapan Pasien- Dokter menjelaskan prosedur pungsi vena yang akan dilakukan secara lisan dengan bahasa yang dimengerti pasien, kemudian mintalah persetujuan tindakan medis kepada pasien- Bila pasien setuju, mintalah pasien untuk berbaring dengan posisi supinasi.10.B. Persiapan Alat dan Bahan- Persiapkan alat dan bahan yang akan digunakan seperti sarung tangan, tourniquet, kapas alkohol 70% dan suntik.

10.C. Teknik Injeksi- Dokter mencuci tangan, dan menggunakan sarung tangan steril- Pasanglah tourniquet di bagian proksimal (4-6 inci) daerah suntikan- Identifikasi vena superfisialis yang sesuai (vena mediana cubiti), yang tampak dengan mata dan dapat dipalpasi- Bersihkan daerah tubuh yang akan dipungsi dengan gerakan melingkar keluar (sentripetal), menggunakan cairan antiseptik (alkohol 70%)- Mintalah pasien untuk menggenggam jari-jari tangannya agar vena yang akan dipungsi terlihat jelas- Tahan kulit di dekat pembuluh vena dengan jari tangan yang non dominan- Masukkan jarum, dengan lubang jarum menghadap ke atas, menembus kulit di samping pembuluh vena- Gunakan tangan non dominan untuk menahan spuit dan tangan dominan untuk menarik darah yang dibutuhkan- Lepaskanlah tourniquet- Letakkan kapas alkohol di atas jarum, kemudian tarik dan keluarkan jarum dengan cepat- Tekan bekas suntikan dengan menggunakan kapas alkohol selama kurang lebih 30 detik, atau minta pasien untuk melipat tangannya- Pasanglah plester jika perlu.

11. Kanulasi Vena

11.A. Persiapan Pasien- Jelaskan prosedur kanulasi vena yang akan dilakukan secara lisan dengan bahasa yang dimengerti pasien, serta alasannya dilakukannya tindakan ini agar pasien tidak takut dan kooperatif, kemudian mintalah persetujuan tindakan medis kepada pasien- Bila pasien setuju, mintalah pasien untuk berbaring dengan posisi supinasi.

11.B. Persiapan Alat dan Bahan- Pastikan seluruh alat telah tersedia, terutama abocath sesuai dengan ukuran, infus line yang telah tersambung dengan cairan infus yang akan diberikan serta plester yang telah digunting sesuai ukuran.

11.C. Teknik Kanulasi Vena- Gunakan vena-vena distal pada lengan atas dan tungkai yang berukuran cukup besar (vena dorsalis superfisialis)- Pasang tourniquet yang rata dan lunak dengan jarak 4-6 inci proksimal lokasi kanulasi vena. Pembendungan dengan tourniquet jangan terlalu keras dan jangan sampai mengganggu aliran darah vena- Dokter mencuci tangan, dan menggunakan sarung tangan steril- Bersihkan kulit dengan gerakan melingkar dari pusat keluar (sentripetal) dengan larutan antiseptik seperti providone iodine atau alkohol 70%- Bendunglah aliran darah dengan cara meminta pasien mengepal jari-jari tangannya- Fiksasilah vena dengan meletakkan ibu jari di atas vena, dan regangkan kulit melawan arah penusukan jarum kanulasi- Pegang tabung bening kateter, tempatkan bevel jarum dengan lubang menghadap ke atas- Tusuk kulit di samping vena, lalu arahan jarum untuk menembus sisi samping vena membentuk sudut 5-30derjat terhadap permukaan kulit, sampai terlihat airan darah yang masuk mengisi tabung bening kateter- Rendahkan jarum sampai hamir sejajar dengan permukaan kulit- Secara perlahan, doronglah kateter ke dalam vena kira-kira 2-3 mm untuk memastikan kanul plastik (kateter) telah berada di dalam vena- Tarik jarum sedikit kira-kira 5-10mm ke arah luar. Tahan kanul agar tidak bergerak sewaktu penarikan jarum- Dorong kanul masuk sampai ke pangkalnya ke dalam vena sambil menahan jarum. Bila kanul masuk ke dalam pembuluh vena, swaktu mendorong akan terasa mulus

- Tekan daerah proksimal kanulasi untuk mencegah darah menetes keluar- Lepaskan tourniquet dan tariklah jarum keluar- Sambungkan kanul dengan ujung selang infus, bila kanul (kateter) masuk ke vena, tetesan infus akan terlihat lancar dan tidak terjadi pembengkakan (ekstravasasi)- Pasang balutan steril untuk menutupi tempat masuk kanul pada daerah yang dianulasi, yang sebelumnya telah diberi cairan antiseptik seperti providone iodine- Fiksasi kateter dengan plester. Caranya kateter difiksasi dengna plester, membentuk simpul yag menyilang melalui bagian bawah kanul kateter. Agar fiksasi lebih kuat dapat diberi plester dengan arah melintang di atas fiksasi pertama- Gulung selang intravena ke dekat kanul untuk mecegah kekusutan atau tertarik. Lalu fiksasi selang dan balutan steril dengan plester.

12. Simpul-Simpul Bedah Dasar

12.A. Ikatan Instrumen- Ujung benang yang pendek dapat ditarik hingga cukup pendek, kemudian buatlah ikal (loop) dari ujung benang yang panjang di sekeliling instrumen- Benang dililitkan, dengan posisi instrumen berada di depan benang- Pegang ujung benang yang pendek dengan instrumen yang telah dililit benang- Tariklah ujung benang yang pendek melalui ikal (loop), dengan ujung benang yang pendek ke arah anda, sedangkan ujung benang yang panjang menjauhi anda- Eratkan benang dengan tarikan sehingga simpul pertama terbentuk- Mulailah membuat ikatan kedua dengan melilitkan lagi ujung benang yang panjang pada instrumen, tetapi kali ini dilakukan dengan arah yang berlawanan. Posisi instrumen di belakang ujung benang yang panjang- Setelah terbentuk ikal (loop_ di sekitar instrumen, peganglah ujung benang yang pendek dengan instrumen, dan tarik ujung benang itu melewati ikal (loop) tersebut- Setelah ujung benang yang pendek ditarik melalui ikal (loop), aturlah ujung benang tersebut pada tempatnya, tariklah ujung benang yang pendek sehingga menjauhi anda, sedangkan ujung benang yang panjang mengarah pada anda- Ikatan (simpul) instrumen telah dibentuk.

13. Teknik Penjahitan Kulit dan Subkutan I

13.A. Teknik Jahitan Terputus- Operator mencuci tangan dan menggunakan sarung tangan steril- Tepi luka ditarik dengan pinset, ditentukan pertautannya untuk mendapatkan jahitan yang tepat dan rapi- Jarum jahit yang telah dipasang benang dijepit dengan needle holder kira-kira 1/3 dari pangkalnya- Tusukkan jarum kira-kira 3-4mm dari tepi luka- Sewaktu jarum ditusukkan ke kulit, pinset menahan kulit dengan sedikit dorongan ke arah satu titik temu- Setelah jarum menembus kulit, jepitan needle holder dibuka, jepit jarum dengan pinset, kemudian jepitan needle holder dipindahkan mendekati pangkal jarum sambil mendorong jarum- Sambil menahan kulit, jarum ditarik keluar- Lakukan dengan cara yang sama pada tepi luka yang sebelah lagi- Setelah jarum dicabut keluar dari kulit, benang ditarik dan ujungnya disisakan sedikit (kira-kira 1-2cm)- Kemudian buatlah ikal (loop) dari ujung benang yang panjang di sekeliling instrumen. Benang dililitkan dengan posisi instrumen berada di depan benang- Pegang ujung benang yang pendek dengan instrumen yang telah dililit benang - Tariklah ujung benang melalui ikal (loop), dengan ujung benang yang pendek ke arah anda dan ujung benang yang panjang menjauhi anda- Eratkan benang dengan tarikan sehingga simpul pertama terbentuk- Mulailah membuat ikatan (simpul) kedua dengan melilitkan lagi ujung benang yang panjang dengan instrumen, tetapi kali ini dilakukan dengan arah yang berlawanan. Posisi instrumen di belakang ujung benang yang panjang- Setelah terbentuk ikal (loop) di sekitar instrumen, peganglah ujung benang yang pendek dengan instrumen, dan tarik benang itu melewati ikal (loop) tersebut- Setelah ujung benang yang pendek ditarik melalui ikal (loop), aturlah ujung benang tersebut pada tempatnya- Tariklah ujung benang yang pendek sehingga menjauhi anda dan ujung benang yang panjang mengarah pada anda- Eratkan benang dengan tarikan sehingga simpul kedua terbentuk- Gunting pada ujung-uung benang, pengguntingan jangan terlalu pendek atau terlalu panjang.

13.B. Teknik Jahitan Kontinu- Operator mencuci tangan dan menggunakan sarung tangan steril- Tepi luka ditarik dengan pinset, ditentukan pertautannya untuk mendapatkan jahitan yang tepat dan rapi- Jarum jahit yang telah dipasang benang dijepit dengan needle holder kira-kira

1/3 dari pangkalnya- Buatlah sebuah simpul bedah pada ujung proksimal luka, seperti pada teknik jahitan terputus, guntinglah ujung benang yang pendek saja. Hati-hati menggunting ujung benang jangan sampai terlalu pendek- Arahkan dan tegangkan ujung benang yang panjang menjauhi operator- Tusukkan jarum pada kulit sebelah samping, sejajar dengan simpul jahitan terputus yang dibuat tadi, kemudian arahkan dan tusukkan jarum ke tepi luka yang sebelah lagi- Setelah jarum menembus kulit, jepitan needle holder dipindahkan mendekati pangkal jarum sambil mendorong jarum- Sambil menahan kulit, jarum ditarik keluar sehingga jahitan terbentuk- Arahkan dan tegangkan ujung benang yang panjang menjauhi operator- Tusukkan jarum pada kulit sebelah samping, sejajar dengan jahitan yang dibuat tadi, kemudian arahkan dan tusukkan jarum ke tepi luka yang sebelah lagi- Jaga agar jarak antara jahitan satu dengan yang lain tetap sama- Setelah jarum menembus kulit, jepitan needle holder dipindahkan mendekati pangkal jarum sambil mendorong jarum- Sambil menahan kulit, jarum ditarik keluar sehingga jahitan terbentuk- Pada saat akan menyimpul jahitan, benang ditarik longgar sehingga terbentuk jahitan yang longgar- lilitkan ujung benang yang panjang dengan posisi needle holder berada di depan benang- Jepit benang pada jahitan yang longgar tadi dengan needle holder- Tarik benang pada jahitan yang longgar tadi denga needle holder ke arah anda sedangkan ujung benang yang panjang ditarik menjauhi anda- Lilitkan ujung benang yang panjang dengan posisi neelde holder berada di belakang benang- Jepit benang pada jahitan yang longgar, dengan needle holder- Tarik benang pada jahitan yang longgar tadi dengan needle holder menjauhi anda sedangkan ujung benang yang panjang ditarik ke arah anda sehingga simpul terbentuk- Pada jahitan kontinu dengan benang catgut, dilakukan penyimpulan jahitan sebanyak tiga kali agar jahitan tidak mudah terlepas.

14. Teknik Penjahian Kulit dan Subkutan II

14.A. Teknik Jahitan Subkutikuler- Operator mencuci tangan dan menggunakan sarung tangan steril- Tepi luka ditarik dengan pinset, ditentukan pertautannya untuk mendapatkan

jahitan yang tepat dan rapi- jarum jahit yang dipasang benang dijepit dengan needle holder kira-kira 1/3 dari pangkal jarum- Jepitlah kulit dan jaringan subkutis dengan pinset sebagai pedoman penusukan jarum- Tusukkan jarum pada jaringan subkutis sejajar dengan kulit- Setelah jarum menembus jaringan subkutis, jepitan needle holder dibuka, jepit jarum dengan pinset, kemudian jepitan needle holder dipindahkan mendekati pangkal jarum sambil mendorong jarum- Tarik jarum keluar sejajar dengan kulit- Buatlah simpul bedah pada ujung proksimal luka, seperti pada teknik jahitan terputus. Guntinglah ujung benang yang pendek pada pangkalnya- Jepitlah kulit dan jaringan subkutis dengan pinset sebagai pedoman penusukan jarum- Tusukkan jarum pada jaringan subkutis sejajar kulit pada tempat dimana simpul bedah dibuat- Setelah jarum menembus jaringan subkutis, jepitan needle holder dibuka, jepit jarum dengan pinset, kemudian jepitan needle holder dipindahkan mendekati pangkal jarum sambil mendorong jarum- Tarik jarum keluar sejajar dengan kulit- Tusukkan jarum pada jaringan subkutis tepi luka yang lain, buatlah jahitan subkutikuler lainnya seperti teknik yang telah diuraikan di atas- Setelah jahitan selesai, buatlah simpul dengan cara menusukkan jarum pada jaringan subkutis pada tempat keluarnya benang pada jahitan terakhir, dengan arah sejajar jahitan sebelumnya- Tarik jarum keluar sejajar dengan kulit- Kemudian arahkan dan tegangkan benang ke arah anda- Putar arah jarum sehingga menghadap keluar- Tusukkan jarum pada jaringan subkutis pada tempat keluarnya benang pada jahitan terakhir lalu tarik jarum keluar- Putar arah jarum ke arah semula lalu tusukkan jarum pada tempat keluarnya benang pada jahitan terakhir dengan arah sejajar dengan jahitan yang telah dibuat sebelumnya- Tarik jarum keluar sejajar dengan kulit, kemudian guntinglah benang pada pangkalnya.

14.B. Teknik Jahitan Matras Vertikal- Operator mencuci tangan dan menggunakan sarung tangan steril- Tepi luka ditarik dengan pinset, ditentukan pertautannya untuk mendapatkan jahitan yang tepat dan rapi- Jarum jahit yang telah dipasang benang dijepit dengan needle holder kira-kira

1/3 dari pangkalnya- Tusukkan jarum kira-kira 3-4mm dari tepi luka- Sewaktu jarum ditusukkan ke kulit, pinset menahan kulit dengan sedikit dorongan ke arah satu titik temu- Setelah jarum menembus kulit, jepitan needle holder dibuka, jepit jarum dengan pinset, kemudian jepitan needle holder dipindahkan mendekati pangkal jarum sambil mendorong jarum- Sambil menahan kulit, jarum ditarik keluar- Lakukan dengan cara yang sama pada tepi luka yang sebelah lagi- Setelah jarum dicabut keluar dari kulit, putar jarum 180 derajat terhadap arah penusukan jarum yang pertama- Tariklah benang dengan ujung disisakan sedikit (kira-kira 1-2cm)- Tusukkan jarum yang telah diputar arahnya pada kulit, kira-kira beberapa milimeter dari tepi luka (sebelah proksimal tempat keluarnya jarum)- Sewaktu jarum ditusukkan ke kulit, pinset menahan kulit dengan sedikit dorongan ke arah satu titik temu- Setelah jarum menembus kulit, jepitan needle holder dibuka, jepit jarum dengan pinset, kemudian jepitan needle holder dipindahkan mendekati pangkal jarum sambil mendorong jarum- Sambil menahan kulit, jarum ditarik keluar- Tusukkan jarum kembali ke arah tepi luka dimana jarum pertama kali ditusukka, kira-kira beberapa milimeter dari tepi luka (sebelah distal dari tempat penusukan jarum yang pertama kali) - Kemudian buatlah ikal (loop) dari ujung benang yang panjang di sekeliling instrumen. Benang dililitkan dengan posisi instrumen berada di depan benang- Pegang ujung benang yang pendek dengan instrumen yang telah dililit benang - Tariklah ujung benang melalui ikal (loop), dengan ujung benang yang pendek ke arah anda dan ujung benang yang panjang menjauhi anda- Eratkan benang dengan tarikan sehingga simpul pertama terbentuk- Mulailah membuat ikatan (simpul) kedua dengan melilitkan lagi ujung benang yang panjang dengan instrumen, tetapi kali ini dilakukan dengan arah yang berlawanan. Posisi instrumen di belakang ujung benang yang panjang

- Setelah terbentuk ikal (loop) di sekitar instrumen, peganglah ujung benang yang pendek dengan instrumen, dan tarik benang itu melewati ikal (loop) tersebut- Setelah ujung benang yang pendek ditarik melalui ikal (loop), aturlah ujung benang tersebut pada tempatnya- Tariklah ujung benang yang pendek sehingga menjauhi anda dan ujung benang yang panjang mengarah pada anda- Eratkan benang dengan tarikan sehingga simpul kedua terbentuk- Gunting pada ujung-uung benang, pengguntingan jangan terlalu pendek atau

terlalu panjang.

14.C. Teknik Jahitan Matras Horizontal- Operator mencuci tangan dan menggunakan sarung tangan steril- Tepi luka ditarik dengan pinset, ditentukan pertautannya untuk mendapatkan jahitan yang tepat dan rapi- Jarum jahit yang telah dipasang benang dijepit dengan needle holder kira-kira 1/3 dari pangkalnya- Tusukkan jarum kira-kira 3-4mm dari tepi luka- Sewaktu jarum ditusukkan ke kulit, pinset menahan kulit dengan sedikit dorongan ke arah satu titik temu- Setelah jarum menembus kulit, jepitan needle holder dibuka, jepit jarum dengan pinset, kemudian jepitan needle holder dipindahkan mendekati pangkal jarum sambil mendorong jarum- Sambil menahan kulit, jarum ditarik keluar- Lakukan dengan cara yang sama pada tepi luka yang sebelah lagi- Setelah jarum dicabut keluar dari kulit, putar jarum 180 derajat terhadap arah penusukan jarum yang pertama- Tariklah benang dengan ujung disisakan sedikit (kira-kira 1-2cm)- Tusukkan jarum yang telah diputar arahnya pada kulit, dengan arah horizontal (sebelah kanan, atau kiri), kira-kira beberapa mm dari tempat keluarnya jarum yang pertama- Sewaktu jarum ditusukkan ke kulit, pinset menahan kulit dengan sedikit dorongan ke arah satu titik temu- Setelah jarum menembus kulit, jepitan needle holder dibuka, jepit jarum dengan pinset, kemudian jepitan needle holder dipindahkan mendekati pangkal jarum sambil mendorong jarum- Sambil menahan kulit, jarum ditarik keluar- Tusukkan jarum kembali ke arah tepi luka dimana jarum pertama kali ditusukkan, kira-kira beberapa mm dengan arah horizontal (sebelah kanan, atau kiri), dari tempat penusukan jarum pertama kali

- Kemudian buatlah ikal (loop) dari ujung benang yang panjang di sekeliling instrumen. Benang dililitkan dengan posisi instrumen berada di depan benang- Pegang ujung benang yang pendek dengan instrumen yang telah dililit benang - Tariklah ujung benang melalui ikal (loop), dengan ujung benang yang pendek ke arah anda dan ujung benang yang panjang menjauhi anda- Eratkan benang dengan tarikan sehingga simpul pertama terbentuk- Mulailah membuat ikatan (simpul) kedua dengan melilitkan lagi ujung benang yang panjang dengan instrumen, tetapi kali ini dilakukan dengan arah yang berlawanan. Posisi instrumen di belakang ujung benang yang panjang

- Setelah terbentuk ikal (loop) di sekitar instrumen, peganglah ujung benang yang pendek dengan instrumen, dan tarik benang itu melewati ikal (loop) tersebut- Setelah ujung benang yang pendek ditarik melalui ikal (loop), aturlah ujung benang tersebut pada tempatnya- Tariklah ujung benang yang pendek sehingga menjauhi anda dan ujung benang yang panjang mengarah pada anda- Eratkan benang dengan tarikan sehingga simpul kedua terbentuk- Gunting pada ujung-uung benang, pengguntingan jangan terlalu pendek atau terlalu panjang.

15. Perawatan Luka

15.A. Persiapan- Pastikan perawatan luka dilakukan pada ruangan yang nyaman dan tertutup untuk menjaga privasi pasien- Dokter menyapa dan memberi salam kepada pasien- Dokter mempersilahkan pasien duduk di ruang konsultasi- Dokter terlebih dahulu memberitahukan tentang prosedur, maksud dan tujuan perawatan luka secara lisan dengan bahasa yang mudah dimengerti, kemudian mintalah persetujuan pasien (informed consent)- Dokter mempersiapkan alat dan bahan berupa :a. Set steril yang terdiri atas :

Kasa dengan berbagai ukuranWadah untuk larutanSepasang pinset (chirurgis dan anatomis)GuntingDukb. Larutan NaCl 0,9%c. Iodine Providone 10%d. Alkohol 70%e. Larutan H2O2 3% (perhidrol)f. Tulle (jaring-jaring yang berisi vaselin, dan antimikroba)g. Salep antimikrobah. Hipafixi. Tempat sampahj. Selimut penutup- Mintalah pasien untuk berbaring di tempat tidur dan atur agar mendapatkan posisi yang menyenangkan- Mintalah perawat untuk mengatur pakaian pasien, sehingga bagian tubuh yang akan dilakukan perawatan luka dapat dilihat dan bagian tubuh yang tidak dilakukan perawatan luka harus ditutup dengan selimut penutup- Letakkan tempat sampah pada daerah yang mudah dijangkau, dapat dipasang di sisi samping tempat tidur atau meja alat.

15.B. Cara Membuka Balutan (Verband)- Dokter mencuci tangan dan mengeringkannya dengan handuk steril- Dokter mengenakan sarung tangan steril dan masker- Tempatkan alat dan bahan pada meja alat kemudian bukalah set steril- Jika menggunakan plester untuk merekatkan balutan pada luka, angkat ujung tepi plester dengan menggunakan pinset anatomis dengan cara menariknya dari kulit secara hati-hati ke arah luka- Jika menggunakan kasa gulung atau elastic bandage untuk immobilisasi dan merekatkan bantalan balutan pada luka, potong terlebih dahulu balutan gulung tersebut dengan gunting kasa- Gunakan tangan atau dengan bantuan pinset untuk mengangkat lapisan kasa balutan satu persatu secara hati-hati- Jika kasa melengket dengan luka, basahi terlebih dahulu dengan alkohol 70%

kemudian gunakan pinset anatomis untuk mengangkat kasa tersebut- Pastikan membuka balutan tersebut tidak merusak jahitan atau drainas- Jika kasa dililitkan dengan drainase maka gunakan 2 buah pinset, yang satu untuk memegang drainase dan yang satu lagi untuk mengangkat kasa- Buang bahan bekas balutan ke tempat sampah medis- Buka sarung tangan dan masker, buang ke tempat sampah medis- Cuci tangan dan keringkan dengan handuk steril- Catatlah keadaan luka, keadaan balutan sebelumnya, banyaknya jahitan, jenis dan isi drainase.

15.C. Cara Membersihkan Luka Terkontaminasi atau Kotor- Dokter mencuci tangan dan mengeringkannya dengan handuk steril- Dokter mengenakan sarung tangan steril dan masker- Tempatkan alat dan bahan pada meja alat memudian buka set steril- Lakukan desinfeksi disekitar luka dengan iodine providone 10% kemudian dengan alkohol 70% tetapi jangan mengenai luka tersebut- Luka dikelilingi duk steril- Untuk mencegah nyeri saat membersihkan luka lakukan anastesi infiltrasi (lidocain 0,5% dengan atau tanpa adrenalin) di sekitar luka- Bersihkan luka dengan menggunakan kasa yang dibasahi larutan NaCl 0,9% dengan cara menekan dan sedikit menggosok luka dari tengah ke tepi luka, jangan sampai merusak jaringan dan menimbulkan perdarahan- Jika kotoran pada luka susah dibersihkan, cuci luka dengan larutan H2O2 3%

sekitar 3-5 detik sedikit digosok-gosok dengan kasa kemudian bilas dengan larutan NaCl 0,9%- Membersihkan kotoran tersebut dapat dilakukan 2-10 kali sampai bersih namun tidak boleh sampai merusak jaringan, dan menimbulkan perdarahan- Setiap membersihkan luka dilakukan dengan menggunakan kasa steril yang baru dan dibasahi dengan sedikit larutan NaCl 0,9%- Ligasi pembuluh darah jika terjadi perdarahan dengan plain cat gut 0-4 atau 0-5- Jika perlu dijahit, rapikan dahulu tepi luka dengan cara wound incision (debridement) agar mudah dijahit dengan membuat luka tumpul menjadi tajam, syaratnya waktu kontaminasi < 6-8jam dan jarak antara tepi luka yang akan dirapatkan sekitar < 2-3 cm- Luka yang memerlukan jahitan dilakukan penjahitan luka lapis demi lapis pada setiap lapisan jaringan dan jangan menimbulkan deadspace- Sebelum dibalut, luka dibersihkan kembali dan sedikit ditekan dengan kasa yang dibasahi larutan NaCl 0,9% agar eksudat luka terserap, dilakukan searah simpul jahitan- Bersihkan kembali area di sekitar luka dengan iodine providone 10% kemudian dengan alkohol 70% tetapi jangan mengenai luka tersebut- Buang bahan bekas pembersihan luka ke tempat sampah medis.

15.D. Cara Membersihkan Luka Post Operasi- Dokter mencuci tangan dan mengeringkannya dengan handuk steril- Dokter mengenakan sarung tangan steril dan masker- Tempatkan alat dan bahan pada meja alat memudian buka set steril- Lakukan desinfeksi disekitar luka dengan iodine providone 10% kemudian dengan alkohol 70% tetapi jangan mengenai luka tersebut- Luka dikelilingi duk steril- Untuk mencegah nyeri saat membersihkan luka dapat dilakukan anastesi topikal atau spray pada luka- Bersihkan luka dengan menggunakan kasa yang dibasahi larutan NaCl 0,9% dengan cara menekan dan sedikit menggosok luka dari tengah ke tepi luka, jangan sampai merusak jaringan dan menimbulkan perdarahan- Bersihkan kembali area di sekitar luka dengan iodine providone 10% kemudian dengan alkohol 70% tetapi jangan mengenai luka tersebut

- Buang bahan bekas pembersihan luka ke tempat sampah medis.

15.E. Cara Membersihkan dan Angkat Drainase- Tindakan ini dilakukan bersamaan dengan prosedur pembersihan luka- Daerah drainase dibersihkan dengan kasa yang dibasahi larutan NaCl 0,9% dari luka menuju drainase karena prinsip pembersihan luka dari daerah yang bersih menuju daerah yang kemungkinan terkontaminasi- Pastikan drainase tidak bergeser sehingga diperlukan fiksasi saat membersihkan daerah drainase dengan menggunakan 2 buah pinset, yang satu untuk memegang drainase dan yang satu lagi memegang kasa yang dibasahi larutan NaCl 0,9%- Jika drainase tidak produktif sekret maka drainase dapat diangkat dengan cara membebaskannya dengan jaringan sekitarnya dan menariknya secara perlahan-lahan menjauhi luka- Bersihkan kembali daerah luka yang telah diangkat drainasenya- Setiap membersihkan luka dilakukan dengan menggunakan kasa steril yang baru dan dibasahi dengan sedikit larutan NaCl 0,9%- Bersihkan kembali area di sekitar luka dengan iodine providone 10% kemudian dengan alkohol 70% tetapi jangan mengenai luka tersebut- Buang bahan bekas pembersihan luka ke tempat sampah medis.

15.F. Cara Memperbaiki dan Angkat Jahitan- Tindakan ini dilakukan bersamaan dengan prosedur pembersihan luka- Perhatikan keadaan jahitan, jikat tepi luka jahitan kurang rapat maka dapat dilakukan penjahitan kembali dengan teknik simple suture- Jika tepi luka sudah menyatu dapat dilakukan angkat jahitan dengan menggunakan gunting pengait dan dibantu dengan pinset anatomis- Jika tepi luka belum menyatu dengan kuat, angkat jahitan dilakukan sampai luka benar-benar menyatu sehingga angkat jahitan terkadang dilakukan beberapa kali- Jahitan yang longgar dapat diangkat dan diganti dengan jahitan yang baru- Bersihkan kembali daerah luka jahitan dengan kasa yang dibasahi larutan NaCl 0,9% dengan cara sedikit menekan-nekan pada daerah luka- Setiap membersihkan luka dilakukan dengan menggunakan kasa steril yang baru dan dibasahi dengan sedikit larutan NaCl 0,9%

- Bersihkan kembali area di sekitar luka dengan iodine providone 10% kemudian dengan alkohol 70% tetapi jangan mengenai luka tersebut- Buang bahan bekas pembersihan luka ke tempat sampah medis.

15.G. Cara Memasang Balutan (Verband)- Tindakan ini dilakukan setelah luka dipastikan bersih- Luka ditutup dengan tulle dan ukuran tulle disesuaikan dengan luka- Luka ditutup dengan kasa yang dibasahi NaCl 0,9% atau larutan Metrodinazol 500mg dalam 100ml pelarut dan ukuran kasa disesuaikan dengan ukuran luka- Kasa yang dipasang melekat pada luka tadi dibalut lagi dengan kasa kering steril sekitar 3-5 lapisan- Fiksasi balutan dengan menggunakan hipafix dan sesuaikan ukurannya dengan ukuran kasa pembalut- Buang bahan bekas balutan luka ke tempat sampah medis- Buka sarung tangan dan masker, buang ke tempat sampah medis- Cuci tangan dan keringkan dengan handuk steril- Catatlah keadaan luka, keadaan balutan sebelumnya, banyaknya jahitan, jumlah jahitan yang diangkat, jenis dan isi drainase, lokasi dan ukuran luka.

16. Pembalutan

16.A. Bahu- Menutupi luka dengan kasa- Buatlah beberapa putaran ebrbentuk spiral terbalik di sekitar lengan bagian atas sampai perban berada setinggi mungkin pada aksila, ke atas bahu, mengelilingi daerah dada (lewat bagian bawah ketiak sebelahnya), dan selanjutnya kembali ke posisi semula- Ulangi gerakan kedua ini sampai diperoleh balutan yang adekuat.

16.B. Tangan- Luka ditutup dengan kasa berbentuk segi empat. Kasa ini difiksasi dengan membuat beberapa putaran mengelilingi tangan memakai perban kasa yang lebarnya 2 inci- Selaput di antara jari-jari tangan dibalut dengan perban rekuren yang dipertahankan pada telapak tangan da punggung tangan. Perban rekuren difiksasi dengan membuat beberapa putaran mengelilingi tangan, dan balutan

diselesaikan dengan membentuk angka delapan pada tangan dan pergelangan tangan, melintas secara diagonal di pergelangan tangan pada permukaan telapak tangan. Cara ini dapat diulangi lagi sesuai dengan kebutuhan untuk memperoleh balutan yang diharapkan- Untuk mempertahankan balutan, dengan kembali ke pergelangan tangan membentuk angka delapan dimana perban diikat, atau ujungnya dapat difiksasi dengan plester perekat- Lakukan balutan saling menyilang memakai plester perekat untuk mempertahankan balutan agar tetap pada tempatnya.

16.C. Jari Tangan- Digunakan kassa yang lebarnya 3 inci- Bagi kasa balutan menjadi dua dan kemudian kedua ujung cabang tersebut saling ditumpang tindih sehingga diperoleh bentuk yang lebih baik di sekitar jari- Kasa dan perban gulung difiksasi pada pangkal jari dengan membuat beberapa putaran ke atas pada bagian anterior dari ujung jari dan kembali ke dorsal dengan balutan sirkuler- Ulangi gerakan ini beberapa kali sampai jari itu tertutup dengan baik. Perban kemudian difiksasi, dan seluruh jari ditutup dengan balutan sirkuler juga.