osteomilitis, original
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit infeksi adalah salah satu penyakit yang masih sering terjadi di
dunia, salah satu penyakit infeksi yang mengenai tulang adalah osteomyelitis.
Osteomyelitis umumnya disebabkan oleh bakteri, namun jamur dan virus juga
bias menjadi penyebab. Osteomyelitis dapat mengenai tulang- tulang panjang,
vertebra, tulang pelvic, tulang tengkorak dan mandbiula.
Banyak mitos yang berkembang tentang penyakit ini, seperti diyakini
bahwa infeksi akan berlanjut menyebar pada tulang dan akhirnya seluruh
tubuh, padahal hal yang sebenarnya adalah osteomyelitis tidak menyebar ke
bagian lain tubuh karena jaringan lain tersebut punya aliran darah yang baik
dan terproteksi oleh system imun tubuh. Kecuali apabila terdapat sendi buatan
di bagian tubuh yang lain. Dalam keadaan ini, benda asing tersebut menjadi
pathogen. Secara umum, terapi infeksi tulang bukanlah kasus yang emergensi.
Tubuh memiliki mekanisme pertahanan yang mempertahankan agar infeksi
tetap terlokalisasi di daerah yang terinfeksi.
Sekitar 60% anggota keluarga yang ada riwayat penyakit ini akan
terkena serangan gout dan hampir 47,4% di antara mereka adalah pria. Di
Amerika, insiden ini primer meningkat sangat pesat pada 1977-1978 (20,2
/100.000) dan pada 1995-1996 (45,9/100.000). Survei kesehatan nasional
melaporkan jumlah penderita gout pada 1992 sebesar 2 juta kasus dan pada
1996 pada pria meningkat lebih dari 4,6% sedangkan pada wanita 2%. Pada
Suku Maoris, New Zealand, prevalensi gout dilaporkan 5%, tertinggi pada
kelompok usia 65 tahun atau lebih.
Hasil penelitian Faktor Risiko Arthritis Gout pada Pasien Rawat Jalan
di Rumah Sakit Dr. Wahidin Sudirohusodo, Makassar, oleh Buraerah, Hakim,
Abdullah, dan Maupe Program Pascasarjana Fakultas Kesehatan Masyarakat
1
Universitas Hasanuddin, yangmembahas tentang editorial Medika No. 7
Tahun ke XXXVI, Juli 2010. Penelitian tersebut mendeteksi beberapa faktor
risiko yang dapat dikendalikan sebagai upaya promosi dan pencegahan
penyakit. Faktor risiko tersebut meliputi obesitas (OR=2,60); hipertensi
(OR=2,30); dan kebiasaan makan daging (OR=5,25). Kebiasaan makan
daging merupakan faktor risiko yang paling kuat. Selain itu, ditemukan faktor
risiko yang tidak dapat dikendalikan yang berguna untuk menentukan prioritas
sasaran program pencegahan, meliputi jenis kelamin laki-laki (OR = 4,04) dan
riwayat gout dalam keluarga (OR = 3,7).
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan umum
Mahasiswa dapat memahami asuhan keperawatan pada klien
dengan gangguan sistem muskuloskeletal yaitu Osteomyelitis
2. Tujuan khusus :
Mahasiswa dapat menjelaskan :
a) Definisi penyakit Osteomyelitis
b) Etiologi penyakit Osteomyelitis
c) Manifestasi klinik Osteomyelitis
d) Patofisiologi penyakit Osteomyelitis
e) komplikasi penyakit Osteomyelitis
f) Pemeriksaan diagnostik penyakit Osteomyelitis
g) Penatalaksanaan penyakit Osteomyelitis
h) Asuhan keperawatan yang harus diberikan pada klien
dengan Osteomyelitis.
2
C. Metode Penulisan
Dalam menyusun makalah ini, penulis mengunakan metode
deskriptif yaitu dengan mengumpulkan data-data yang diambil dari sumber
buku perpustakaan, media informasi, serta konsultasi dengan dosen
pembimbing.
D. Sistematika penulisan
Dalam penyusunan makalah ini, penulis membagi dalam tiga bab,
yaitu :
BAB I: latar belakang penulisan,tujuan penulisan, metode
penulisan, sistematika penulisan.
BAB II Tinjauan Teoritis:
a) Konsep dasar medic
Definisi, anatomi fisiologi sistem muskuloskeletal, etiologi,
klasifikasi,Komplikasi, patofisiologi,manifestasi klinis,
pemeriksaan diagnostik,evaluasi diagnostik, pencegahan,
penatalaksanaan.
b) Konsep dasar Keperawatan
Pengkajian, intervensi, implementasi, sampai pada penegakan
diagnosa
BAB III Konsep Dasar Keperawatan: Kesimpulan dan saran
3
BAB II
Tinjauan Teoritis
A. Definisi
Osteomielitis adalah infeksi tulang. Infeksi tulang lebih sulit disembuhkan
daripada infeksi jaringan lunak karena terbatasnya asupan darah, respons
jaringan terhadap inflamasi, tingginya tekanan jaringan dan pembentukan
involukrum (pembentukan tulang baru di sekeliling jaringan tulang mati).
Osteomeilitis dapat menjadi masalah kronis yang akan mempengaruhi kualitas
hidup atau mengakibatkan kehilangan ekstremitas. Beberapa ahli memberikan
defenisi terhadap osteomyelitis sebagai berkut :
a. Osteomyelitis adalah infeksi Bone marrow pada tulang-tulang panjang
yang disebabkan oleh staphylococcus aureus dan kadang-kadang
Haemophylus influensae (Depkes RI, 1995).
b. Osteomyelitis adalah infeksi tulang (Carpenito, 1990).
c. Osteomyelitis adalah suatu infeksi yang disebarkan oleh darah yang
disebabkan oleh staphylococcus (Henderson, 1997)
d. Osteomyelitis adalah influenza Bone Marow pada tulang-tulang panjang
yang disebabkan oleh staphyilococcus Aureus dan kadang-kadang
haemophylus influenzae, infeksi yang hampir selalu disebabkan oleh
staphylococcus aureus. Tetapi juga Haemophylus influenzae, streplococcus
dan organisme lain dapat juga menyebabkannya osteomyelitis adalah
infeksi lain.
B. Anatomi Fisiologi
Tulang belakang atau vertebra adalah tulang tak beraturan yang membentuk
punggung yang mudah digerakkan. Terdapat 33 tulang punggung pada
manusia. 5 diantaranya bergabung membentuk bagian sacral, dan 4 tulang
membentuk tulang ekor. Tiga bagian diatasnya terdiri dari 24 tulang yang
dibagi menjadi 7 tulang cervical (leher), 12 tulang thorax (thoraks atau dada)
4
dan, 5 tulang lumbal . Banyaknya tulang belakang dapat saja terjadi
ketidaknormalan. Bagian terjarang terjadi ketidaknormalan adalah bagian leher.
C. Etiologi
Infeksi bisa disebabkan oleh penyebaran hematogen (melalui darah) dari
fokus infeksi di tempat lain (mis. Tonsil yang terinfeksi, lepuh, gigi terinfeksi,
infeksi saluran nafas atas). Osteomielitis akibat penyebaran hematogen
biasanya terjadi ditempat di mana terdapat trauma dimana terdapat resistensi
rendah kemungkinan akibat trauma subklinis (tak jelas).
Osteomielitis dapat berhubungan dengan penyebaran infeksi jaringan lunak
(mis. Ulkus dekubitus yang terinfeksi atau ulkus vaskuler) atau kontaminasi
langsung tulang (mis, fraktur ulkus vaskuler) atau kontaminasi langsung tulang
5
(mis. Fraktur terbuka, cedera traumatik seperti luka tembak, pembedahan
tulang.
Pasien yang beresiko tinggi mengalami osteomielitis adalah mereka yang
nutrisinya buruk, lansia, kegemukan atau penderita diabetes. Selain itu, pasien
yang menderita artritis reumatoid, telah di rawat lama dirumah sakit, mendapat
terapi kortikosteroid jangka panjang, menjalani pembedahan sendi sebelum
operasi sekarang atau sedang mengalami sepsis rentan, begitu pula yang
menjalani pembedahan ortopedi lama, mengalami infeksi luka mengeluarkan
pus, mengalami nekrosis insisi marginal atau dehisensi luka, atau memerlukan
evakuasi hematoma pascaoperasi.
D. Klasifikasi
Menurut kejadiannya osteomyelitis ada 2 yaitu :
1. Osteomyelitis Primer Kuman-kuman mencapai tulang secara langsung
melalui luka.
2. Osteomyelitis Sekunder Adalah kuman-kuman mencapai tulang melalui
aliran darah dari suatu focus primer ditempat lain (misalnya infeksi saluran
nafas, genitourinaria furunkel).
Sedangkan osteomyelitis menurut perlangsungannya dibedakan atas :
a. Steomyelitis akut
Nyeri daerah lesi
Demam, menggigil, malaise, pembesaran kelenjar limfe regional
Sering ada riwayat infeksi sebelumnya atau ada luka
Pembengkakan lokal
Kemerahan
Suhu raba hangat
Gangguan fungsi
Lab = anemia, leukositosis
b. Osteomyelitis kronis
Ada luka, bernanah, berbau busuk, nyeri
Gejala-gejala umum tidak ada
6
Gangguan fungsi kadang-kadang kontraktur
Lab = LED meningkat
Osteomyelitis menurut penyebabnya adalah osteomyelitis biogenik yang paling
sering :
a. Staphylococcus (orang dewasa)
b. Streplococcus (anak-anak)
c. Pneumococcus dan Gonococcus
E. Komplikasi
Komplikasi yang sering terjadi adalah berlangsungnya infeksi dengan
eksaserbasi yang terus menerus akan menyebabkan amioloidiosis, anemia,
penurunan kelemahan. Selain itu juga dapat terjadi abses tulang, meregangnya
implant prosethic, selolitis pada jaringan lunak sekitar, abses otak pada
osteomyelitis di daerah cranium dan kematian.
F. Patofisiologi
Staphylococcus aurens merupakan penyebab 70% sampai 80% infeksi
tulang. Organisme patogenik lainnya sering dujumpai pada osteomielitis
meliputi Proteus, Pseudomonas dan Ecerichia coli. Terdapat peningkatan
insiden infeksi resisten penisilin, nosokomial, gram negatif dan anaerobik.
Awitan osteomielitis setelah pembedahan ortopedi dapat terjadi dalam 3
bulan pertama (akut fulminan stadium I) dan sering berhubungan dengan
penumpukan hematoma atau infeksi superfisial. Infeksi awitan lambat (stadium
2) terjadi antara 4 sampai 24 bulan setelah pembedahan. Osteomielitis awitan
lama (stadium 3) biasanya akibat penyebaran hematogen dan terjadi 2 tahun
atau lebih setelah pembedahan.
Respons inisial terhadap infeksi adalah salah satu dari inflamasi,
peningkatan Vaskularisas dan edema. Setelah 2 atau 3 hari, trombosis pada
pembuluh darah terjadi pada tempat tersebut, mengakibatkan iskemia dengan
nekrosis tulang sehubungan dengan peningkatan dan dapat menyebar ke
7
jaringan lunak atau sendi di sekitarnya, kecuali bila proses infeksi dapat
dikontrol awal, kemudian akan terbentuk abses tulang.
Pada perjalanan alamiahnya, abses dapat keluar spontan; namun yang lebih
sering harus dilakukan insisi dan drainase oleh ahli bedah. Abses yang
terbentuk dalam dindingnya terbentuk daerah jaringan mati, namun seperti
pada rongga abses pada umumnya, jaringan tulang mati (sequestrum) tidak
mudah mencair dan mengalir keluar. Rongga tidak dapat mengempis dan
menyembuh, seperti yang terjadi pada jaringan lunak. Terjadi pertumbuhan
tulang baru (involukrum) dan mengelilingi sequestrum. Jadi meskipun tampak
terjadi proses penyembuhan, namun sequestrum infeksius kronis yang tetap
rentan mengeluarkan abses kambuhan sepanjang hidup pasien. Dinamakan
osteomielitis tipe kronik.
G. Manifestasi Klinis
Jika infeksi dibawah oleh darah, biasanya awitannya mendadak, sering
terjadi dengan manifestasi klinis septikemia (mis. Menggigil, demam tinggi,
denyut nadi cepat dan malaise umum). Gejala sismetik pada awalnya dapat
menutupi gejala lokal secara lengkap. Setelah infeksi menyebar dari rongga
sumsum ke korteks tulang, akan mengenai periosteum dan jaringan lunak,
dengan bagian yang terinfeksi menjadi nyeri, bengkak dan sangat nyeri tekan.
Pasien menggambarkan nyeri konstan berdenyut yang semakin memberat
dengan gerakan dan berhubungan dengan tekanan pus yang terkumpul.
Bila osteomielitis terjadi akibat penyebaran dari infeksi di sekitarnya atau
kontaminasi langsung, tidak akan ada gejala septikemia. Daerah infeksi
membengkak, hangat, nyeri dan nyeri tekan.
Pasien dengan osteomielitis kronik ditandai dengan pus yang selalu
mengalir keluar dari sinus atau mengalami periode berulang nyeri, inflamasi,
pembengkakan dan pengeluaran pus. Infeksi derajat rendah dapat menjadi pada
jaringan parut akibat kurangnya asupan darah.
8
H. Pemeriksaan Diagnostik
1. Darah
Sel darah putih meningkat sampai 30.000 L gr/dl disertai peningkatan laju
endapan darah.
2. Titer antibody – anti staphylococcus, pemeriksaan kultur darah untuk
bakteri (50% positif) dan diikuti dengan uji sensitivitas.
3. Biopsi tulang.
4. Ultra sound
Pemeriksaan ini dapat memperlihatkan adanya efusi pada sendi.
5. Radiologis
Pemeriksaan photo polos dalam 10 hari pertama tidak ditemukan kelainan
radiologik, setelah dua minggu akan terlihat berupa refraksi tulang yang
bersifat difus.
6. Sinar X
Akan terlihat kavitas ireguler, peningkatan periosteum, sequestra atau
pembentukan tulang.
I. Evaluasi Diagnostik
Pada osteomielitis akut, pemeriksaan sinar – x awal hanya menunjukkan
pembengkakan jaringan lunak. Pada sekitar 2 minggu terdapat daerah
dekalsifikasi ireguler, nekrosis tulang baru. Pemindaian tulang dan MRI dapat
membantu diagnosis definitif awal. Pemeriksaan darah memperlihatkan
peningkatan leukosit dan peningkatan laju endap darah. Kultur darah dan kultur
abses diperlukan untuk menentukan jenis antibiotika yang sesuai.
Pada osteomielitis kronik, besar, kavitas iregular, peningkatan periosteum,
sequestra atau pembentukan tulang padat terlihat pada sinar – x. pemindaian
tulang dapat dilakukan untuk mengidentifikasi area infeksi. Laju sedimentasi
dan jumlah sel darah putih biasanya normal. Anemia, dikaitkan dengan infeksi
9
kronik. Abses ini dibiakkan untuk menentukan organisme infektif dan terapi
antibiotik yang tepat.
J. Pencegahan
Sasaran utamanya adalah Pencegahan osteomielitis. Penanganan infeksi
lokal dapat menurunkan angka penyebaran hematogen. Penanganan infeksi
jaringan lunak pada mengontrol erosi tulang. Pemilihan pasien dengan teliti
dan perhatian terhadap lingkungan operasi dan teknik pembedahan dapat
menurunkan insiden osteomielitis pascaoperasi.
Antibiotika profilaksis, diberikan untuk mencapai kadar jaringan yang
memadai saat pembedahan dan selama 24 jam sampai 48 jam setelah operasi
akan sangat membantu. Teknik perawatan luka pascaoperasi aseptik akan
menurunkan insiden infeksi superfisial dan potensial terjadinya osteomielitis.
K. Penatalaksanaan
Daerah yang terkana harus diimobilisasi untuk mengurangi
ketidaknyamanan dan mencegah terjadinya fraktur. Dapat dilakukan rendaman
salin hangat selama 20 menit beberapa kali per hari untuk meningkatkan aliran
daerah.
Sasaran awal terapi adalah mengontrol dan menghentikan proses infeksi,
Kultur darah dan swab dan kultur abses dilakukan untuk mengidentifikasi
organisme dan memilih antibiotika yang terbaik. Kadang, infeksi disebabkan
oleh lebih dari satu patogen.
Begitu spesimen kultur telah diperoleh, dimulai pemberian terapi
antibiotika intravena, dengan asumsi bahwa dengan infeksi staphylococcus
yang peka terhadap penisilin semi sintetik atau sefalosporin. Tujuannya adalah
mengentrol infeksi sebelum aliran darah ke daerah tersebut menurun akibat
terjadinya trombosis. Pemberian dosis antibiotika terus menerus sesuai waktu
sangat penting untuk mencapai kadar antibiotika dalam darah yang terus
menerus tinggi. Antibiotika yang paling sensitif terhadap organisme penyebab
10
yang diberikan bila telah diketahui biakan dan sensitivitasnya. Bila infeksi
tampak telah terkontrol, antibiotika dapat diberikan per oral dan dilanjutkan
sampai 3 bulan. Untuk meningkatkan absorpsi antibiotika oral, jangan diminum
bersama makanan.
Bila pasien tidak menunjukkan respons terhadap terapi antibiotika, tulang
yang terkena harus dilakukan pembedahan, jaringan purulen dan nekrotik
diangkat dan daerah itu diiringi secara langsung dengan larutan salin fisiologis
steril. Tetapi antibitika dianjurkan.
Pada osteomielitis kronik, antibiotika merupakan ajuvan terhadap
debridemen bedah. Dilakukan sequestrektomi (pengangkatan involukrum
secukupnya supaya ahli bedah dapat mengangkat sequestrum). Kadang harus
dilakukan pengangkatan tulang untuk memajankan rongga yang dalam menjadi
cekungan yang dangkal (saucerization). Semua tulang dan kartilago yang
terinfeksi dan mati diangkat supaya dapat terjadi penyembuhan yang
permanen.
Luka dapat ditutup rapat untuk menutup rongga mati (dead space) atau
dipasang tampon agar dapat diisi oleh jaringan granulasi atau dilakukan
grafting dikemudian hari. Dapat dipasang drainase berpengisap untuk
mengontrol hematoma dan mebuang debris. Dapat diberikan irigasi larutan
salin normal selama 7 sampai 8 hari. Dapat terjadi infeksi samping dengan
pemberian irigasi ini.
Rongga yang didebridemen dapat diisi dengan graft tulang kanselus untuk
merangsang penyembuhan. Pada defek yang sangat besar, rongga dapat diisi
dengan transfer tulang berpembuluh darah atau flup otot (dimana suatu otot
diambil dari jaringan sekitarnya namun dengan pembuluh darah yang utuh).
Teknik bedah mikro ini akan meningkatkan asupan darah; perbaikan asupan
darah kemudian akan memungkinkan penyembuhan tulang dan eradikasi
infeksi. Prosedur bedah ini dapat dilakukan secara bertahap untuk
menyakinkan penyembuhan. Debridemen bedah dapat melemahkan tulang,
kemudian memerlukan stabilisasi atau penyokong dengan fiksasi interna atau
alat penyokong eksterna untuk mencegah terjadinya patah tulang.
11
BAB III
Konsep Dasar Keperawatan
A. Pengkajian
1. Pasien yang datang dengan awitan gejala akut (mis. Nyeri lokal,
pembengkakan, eritema, demam) atau kambuhan keluarnya pus dari sinus
disertai nyeri, pembengkakan dan demam sedang.
2. kaji adanya faktor risiko (mis. Lansia, diabetes, terapi kortikosteroid jangka
panjang) dan cedera, infeksi atau bedah ortopedi sebelumnya.
3. Pasien selalu menghindar dari tekanan didaerah tersebut dan melakukan
gerakan perlindungan.
4. Pada osteomielitis akut, pasien akan mengalami kelemahan umum akibat
reaksi sistemik infeksi.
5. Pemeriksaan fisik memperlihatkan adanya daerah inflamasi, pembengkakan
nyata, hangat yang nyeri tekan. Cairan purulen dapat terlihat. Pasien akan
mengalami kelemahan umum akibat reaksi sistemik infeksi.
6. Pasien akan mengalami peningkatan suhu tubuh.
7. Pada osteomielitis kronik, peningkatan suhu mungkin minimal, yang terjadi
pada sore dan malam hari.
B. Diagnosis Keperawatan
Berdasarkan pada data pengkajian, diagnosa keperawatan pasien dengan
osteomielitis dapat meliputi yang berikut :
1. Nyeri berhubungan dengan inflamasi dan pembengkakan
2. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri, alat imobilisasi dan
keterbatasan beban berat badan
3. Risiko terhadap penyebaran infeksi, pembentukan abses tulang
4. Kurang pengetahuan mengenai program pengobatan
12
C. Implementasi
Sasaran, sasaran pasien meliputi :
1. peredaan nyeri,
2. perbaikan mobilitas fisik dalam batas-batas terapeutik,
3. kontrol dan eradikasi infeksi dan
4. pemahaman mengenai program pengobatan.
D. Intervensi Keperawatan
1. Peredaan nyeri
1) imobilisasikan bagian yang terkena dengan bidai untuk mengurangi nyeri
dan spasme otot.
2) Sendi diatas dan dibawah bagian yang terkena harus dibuat sedemikian
sehingga masih dapat digerakkan sesuai rentangnya namun dengan lembut.
Lukanya sendiri kadang terasa sangat nyeri dan harus ditangani dengan
hati-hati dan perlahan.
3) Tinggikan bagian yang terkena untuk mengurangi pembengkakan dan
ketidaknyamanan yang ditimbulkannya.
4) Pantau Status neurovaskuler ekstremitas yang terkena.
5) Lakukan Teknik manajemen nyeri seperti massage, distraksi, relaksasi,
hipnotik untuk mengurangi persepsi nyeri dan kolaborasi dengan medis
untuk pemberian analgetik.
2. Perbaikan Mibilitas Fisik.
1) Program pengobatan dengan membatasi aktivitas.
2) Liindungi tulang dengan alat imobilisasi dan hindarkan stres pada tulang
karena Tulang menjadi lemah akibat proses infeksi.
3) Berikan pemahaman tentang rasional pembatasan aktivitas.
13
4) Partisipasi aktif dalam kehidupan sehari-hari dalam batas fisik tetap
dianjurkan untuk mempertahankan rasa sehat secara umum.
3. Mengontrol Proses Infeksi.
1) Pantau respons pasien terhadap terapi antibiotika.
2) Observasi tempat pemasangan infus tentang adanya i flebitis atau infiltrasi.
3) Bila diperlukan pembedahan, harus dilakukan upaya untuk meyakinkan
adanya peredaran darah Yang mewadai (pengisapan luka untak mencegah
penumpukan cairan, peninggian daerah untuk memperbaiki aliran balik
vena, menghindari tekanan pada daerah Yang di-graft) untuk
mempertahankan imobilitas Yang dibutuhkan, dan untuk memenuhi
pembatasan beban berat badan.
4) Pantau kesehatann urnum dan nutrisi pasien.
5) Berikan diet protein seirnbang, vitamin C dan vitamin D dipilih untak
meyakinkan adanya keseimbangan nitrogen dan merangsang penyembuhan.
4. Pendidikan Pasien dan Pertimbangan Perawatan di Rumah
1) Pasien harus dalam keadaan stabil secara medis dan telah termotivasi, dan
keluarga harus mendukung. Lingkungan rumah harus bersifat kondusif
terhadap promosi kesehatan dan sesuai dengan program terapeutik.
2) Pasien dan keluarganya harus memahami benar protokol antibiotika.
3) Ajarkan cara teknik balutan secara steril dan teknik kompres hangat. Pendi-
dikan pasien sebelum pemulangan dari rurnah sakit dan supervisi serta
dukungan Yang memadai dari perawatan di rumah sangat penting dalam
keberhasilan penatalaksanaan osteomielitis di rumah.
4) Pantau dengan cermat mengenai bertambahnya daerah nyeri atau
peningkatan suhu Yang mendadak. Pasien diminta. untuk melakukan obser-
vasi dan melaporkan bila terjadi peningkatan suhu, keluarnya pus, bau, dan
bertambahnya inflamasi.
14
E.Evaluasi
Hasil yang Diharapkan
1. Mengalami peredaan nyeri
a. Melaporkan berkurangnya nyeri
b. Tidak mengalami nyeri tekan di tempat terjadinya Infeksi
c. Tidak mengalarni ketidaknyamanan bila bergerak
2. Peningkatan mobilitas isik
a. Berpartisipasi-dalam aktivitas perawatan~diri
b. Mempertahankan fungsi penuh ekstremitas Yang sehat
c. Memperlihatkan penggunaan alat imobilisasi dan alat bantu dengan aman
3. Tiadanya infeksi
a. Memakai antibiotika sesuai resep
b. Suhu badan normal
c. Tiadanya pembengkakan
d. Tiadanya pus
e. Angka leukosit dan laju endap darah kembali non-nal
f. Biakan darah negatif
4. Mematuhi rencana terapeutik
a. Memakai antibiotika sesuai resep
b. Melindungi tulang yang lemah
c. Memperlihatkan perawatan luka yang benar
d. Melaporkan bila ada masalah segera
e. Makan diet seimbang dengan tinggi protein dan vitamin
C dan D
f. Mematuhi perjanjian untuk tindak lanjut
g. Melaporkan peningkatan kekuatan
15
h. Tidak melaporkan peningkatan suhu badan atau kambuhan nyeri,
pembengkakan, atau gejala lain di tempat terrsebut.
BAB IV
PENUTUP
F. Kesimpulan
Osteomyelitis merupakan infeksi tulang ataupun sum-sum tulang,
biasanya disebabkan oleh bakteri piogenik atau mikbrobakteri. Osteomyelitis
mengenai semua usia tetapi umumnya mengenai anak-anak dan orang tua.
Osteomyelitis umumnya disebabkan oleh bakteri, diantaranya dari species
staphylococcus dan stertococcus. Selain bakteri , jamur dan virus juga dapat
menginfeksi langsung melalui fraktur terbuka. Tibia bagian distal, femur
bagian distal, humerus, radius dan ulna bagian proksimal dan distal, vertebra,
maksila, dan mandibula merupakan tulang yang paling beresiko terkena
osteomyelitis karena merupakan tulang yang banyakvaskularisasinya.
Berdasarkan lama infeksi, osteomyelitis terbagi menjadi 3, yaitu :
osteomyelitis akut, sub akut, dan krons. Gambaran klinis terlihat daerah diatas
tulang bias mengalami luka dan membengkak, dan pergerakan akan
menimbulkan nyeri. Osteomyelitis menahun sering menyebabkan nyeri tulang,
infeksi jaringan lunak diatas tulang yang berulang dan pengeluaran nanah yang
menetap atau hilang timbul dari kulit. Pengeluaran nanah terjadi jika nanah
dari tulang yang terinfeksi menembus permukaan kulit dan suatu saluran
(saluran sinus) terbentuk dari tulang menuju kulit.
Osteomyelitis didiagnosis banding dengan osteosarkoma dan Ewing
sarcoma sebab memiliki gambaran radiologic yang mirip. Gambaran
radiologic osteomyelitis baru terlihat setelah 10-14 hari setelah infeksi, yang
akan memperlihatkan reaksi periosteal, skleoris, sekwestrum dan involikrum.
16
G. Saran
Makalah sangat jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu saya sebagai
pemakalah mengharapkan kritikan dan saran dari dosen pembimbing dan
teman-teman sesame mahasiswa. Selain itu penyakit osteomyelitis sangat
berbahaya dan kita sebagai host harus bias menerapakan pola hidup sehat agar
kesehatan kita tetap terjaga.
17
18