osteomyelitis

6
OSTEOMYELITIS GAMBAR MAKROSKOPIK

Upload: lestariirawanhadi

Post on 26-Jul-2015

223 views

Category:

Documents


6 download

TRANSCRIPT

Page 1: Osteomyelitis

OSTEOMYELITIS

GAMBAR MAKROSKOPIK

Page 2: Osteomyelitis

1.1 LATAR BELAKANG

Osteomyelitis adalah infeksi (inflamasi akut) yang biasanya menyerang metafisis tulang panjang akibat dari infeksi organisme piogenik dan banyak terdapat pada anak-anak. Bakteri mencapai tulang dapat secara langsung (perkontinuitatum) atau dari aliran darah (hematogen). Secara klinis dapat dibagi atasosteomielitis akut, serta osteomielitis subakut dan kronik. Osteomielitis akut biasanya menyerang anak-anak sampai usiapubertas. (Anggota PAPDI 2009)

1.2 ETIOLOGI

Etiologi osteomielitis yang paling umum baik osteomielitis hematogen dan osteomielitis inokulasi langsung adalah Stafilococcus aureus. (Helmi,Noor,2012)

1.3 EPIDEMIOLOGI

Osteomielitis adalah infeksi pada tulang yang banyak terdapat pada anak-anak.. Osteomielitis akut biasanya menyerang anak-anak sampai usai pubertas. Pada anak, yang biasanya terkena adalah metafisis tulang panjang. Pada orang dewasa, osteomielitis hematogen biasanya mengenai korpus vertebra yang tetap cukup vaskular dan osteomielitis tuberkulosa akibat infeksi mikobakteri pada tulang telah lama menjadi masalah di negara yang sedang berkembang. Osteomielitis terutama sering terjadi pada pria dengan predileksi pada distal femur. (Anggota PAPDI, 2009)

1.4 PATOGENESIS

Patofisiologi bergantung pada tingkat kerusakan jaringan lunak dan penurunan suplai darah, ketidakstabilan fragmen fraktur, serta inokulasi flora bakteri pada sistem kekebalan tubuh. Infeksi umumnya menyebar dari fokus intramedula utama melalui kanal haversian dari korteks ke ruang subperiosteal, membentuk abses subperiosteal. Jika ini pecah, infeksi meluas ke jaringan lunak di atasnya. Peradangan metafiseal menyebabkan eksudasi, peningkatan tekanan intraoseous, statis pembuluh darah, trombosis, nekrosis tulang, dan resorpsi tulang. Terkadang infeksi meluas ke sendi yang berdekatan. Tulang panjang tubular memiliki pertumbuhan yang paling cepat dan metafisis terbesar karena merupakan area yang paling umum untuk mengalami infeksi bakteri. Trauma lokal dapat mengurangi resistensi dan mempengaruhi individu untuk osteomielitis. Proses selanjutnya terjadi hiperemi dan edema di daerah metafisis disertai pembentukan pus. Terbentuknya pus dalam tulang dimana jaringan tulang tidak dapat berekspansi akan menyebabkan tekanan dalam tulang bertambah. Peninggian tekanan dalam tulang mengakibatkan terganggunya sirkulasi dan timbul trombosis pada pembuluh darah tulang dan akhirnya menyebabkan nekrosis tulang. Disamping proses yang disebutkan di atas, pembentukan tulang baru yang ekstensif terjadi pada bagian dalam periosteum sepanjang diafisis sehingga terbentuk suatu jaringan skuestrum. Apabila pus menembus tulang, maka terjadi pengaliran pus (disharge) keluar melalui lubang yang disebut kloaka atau melalui sinus pada jaringan lunak dan kulit. Pada

Page 3: Osteomyelitis

tahap selanjutnya penyakit akan berkembang menjadi ostomielitis kronis. Pada daerah tulang kanselosa, infeksi dapat terlokalisasi serta diliputi oleh jaringan fibrosa yang membentuk abses tulang kronis. Hematogenous osteomielitis akut ditandai dengan infeksi akut pada tulang disebabkan oleh perkembangbiakan bakteri dalam tulang dari sumber yang jauh. Osteomielitis inokulasi terjadi akibat adanya kontak langsung antara jaringan dan bakteri pada kondisi trauma atau operasi. Osteomielitis kronis merupakan kondisi yang terus-menerus atau berulang, terlepas dari penyebab awal dan/atau mekanisme terjadinya kondisi osteomielitis. (Helmi,Noor,2012)

1.5 TANDA DAN GEJALA

Sering didapatkan adanya keluhan meliputi nyeri lokal, adanya kerusakan jaringan lunak dengan disertai keluarnya pus dari kloaka, deformitas pada tungkai, sampai hambatan mobilitas fisik. Sering didapatkan adanya malaise, demam, dan kelemahan fisik respons dari peningkatan laju metabolisme, serta penurunan asupan nutrisi menyebabkan klien terlihat kurus akibat ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan. (Helmi,Noor,2012)

1.6 PEMERIKSAAN

a. Pemeriksaan Fisika. Look : Tungkai bawah didapatkan adanya luka kronis dengan

terbentuknya kloaka disertai adanya pus dan bau yang khas.b. Feel : Adanya keluhan nyeri tekan (tenderness)c. Move : Gangguan pergerakan pada kaki, kadang didapatkan gangguan

pergerakan sendi kaki.b. Pengkajian Diagnostik

a. Pemeriksaan darah rutin : didapatkan adanya peningkatan kadar leukosit, LED, dan protein C-reaktif

b. Pemeriksaan kulturc. Pemeriksaan x-ray : didapatkan adanya skuestrum pada tulang tibia dan

fibula atau destruksi tulang akibat adanya nekrosis dari tulang yang mengalami osteomielitis. (Helmi,Noor,2012)

1.7 PENATALAKSANAAN

A. Medika Mentosa1. Analgesik untuk menghilangkan nyeri. 2. Pemberian cairan intravena dan jika perlu transfusi darah. 3. Pemberian antibiotik secepatnya sesuai dengan penyebab utama yaitu Stafilococcus

aureus sambil menunggu hasil biakan kuman.

B. Non Medika Mentosa1. Drainase bedah. Apabila setelah 24 jam pengobatan lokal dan sistemik antibiotik

gagal (tidak ada perbaikan keadaaan umum), maka dapat dipertimbangkan drainase

Page 4: Osteomyelitis

bedah (chirurgis). Pada drainase bedah pus sub-periosteal dievakuasi untuk mengurangi tekanan intraoseus, di samping itu pus digunakan sebagai bahan untuk biakan kuman. Drainase dilakukan selama beberapa hari dengan menggunakan cairan NaCl dan dengan antibiotik.

2. Istirahat lokal dengan bidai atau traksi. (Helmi,Noor,2012)

1.8 PROGNOSIS

Dengan perawatan, outcome untuk osteomyelitis akut biasanya baik. Prognosis jelek untuk osteomyelitis kronik, meskipun dilakukan pembedahan. Amputasi mungkin diperlukan, khususnya pada kondisi dengan diabetes atau kondisi sirkulasi darah yang jelek.

Prognosis untuk infeksi ortopedi prothesa bergantung pada:1. Kesehatan pasien2. Tipe infeksi3. Apakah prothesa terinfeksi dapat dihapus secara aman

(Robbins, 2007)

DAFTAR PUSTAKA

Anggota PAPDI 2009, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I & III, Internal Publshing,

Jakarta.

Robbins, Cotran, Kumar 2007, Buku Ajar patologi Edisi 7, EGC, Jakarta.

Helmi, Noor, 2012, Buku Ajar Gangguan Muskuloskeletal, Salemba Medika, Jakarta.