otak, neuroplastisitas dan hidup kita _ rumah filsafat

Upload: ainsa-sulaiman

Post on 06-Jul-2018

237 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

  • 8/17/2019 Otak, Neuroplastisitas Dan Hidup Kita _ Rumah Filsafat

    1/15

    4/23/2016 Otak, Neuroplastisitas dan Hidup Kita | Rumah Filsafat

    https://rumahfilsafat.com/2015/11/12/otak-neuroplastisitas-dan-hidup-kita/ 1/15

    RUMAH FILSAFAT

    BERANDA BIODATA PENULIS KARYA-KARYA KAMI MENGAPA PERLU BELAJAR FILSAFAT?

    MORALITAS ITU BERBAHAYA

    pic.pilpix.com

    November 12, 2015 by Reza A.A Wattimena

    OTAK, NEUROPLASTISITAS DAN

    HIDUP KITA

    Oleh Reza A.A Wattimena 

    Peneliti Doktoral di Munich, Jerman

    Kita hidup di dunia yang tak selalu sesuai

    dengan keinginan kita. Ketika keinginan

    dan harapan kita rontok di depan mata,

    kita mengalami krisis hidup. Ketika krisis

    berulang kali terjadi, kita pun lalu merasa

    putus asa. Kita mengira, bahwa hidup ini

    tidak bermakna, dan tidak layak untuk

    dijalani.

    Padahal, jika dipikirkan lebih dalam,

    hidup adalah kemungkinan tanpa batas.

    Orang bisa melakukan apapun, selama ia memiliki komitmen untuk bekerja

    dan berpikir, guna mewujudkan harapan serta keinginannya. Salah satu

    kemampuan penting untuk mencapai cara berpikir ini sudah selalu terletak

    di otak kita sendiri. Rasa putus asa dan patah arang sebenarnya tidak perlu

    terjadi.

    https://rezaantonius.files.wordpress.com/2015/11/smoked-out-brain.jpghttps://rumahfilsafat.com/karya-fakultas-filsafat-unika-widya-mandala-surabaya/https://rumahfilsafat.com/mengapa-kita-perlu-belajar-filsafat1/https://rumahfilsafat.com/author/rezaantonius/https://rumahfilsafat.com/2015/11/12/otak-neuroplastisitas-dan-hidup-kita/https://rezaantonius.files.wordpress.com/2015/11/smoked-out-brain.jpghttps://rumahfilsafat.com/moralitas-itu-berbahaya/https://rumahfilsafat.com/mengapa-kita-perlu-belajar-filsafat1/https://rumahfilsafat.com/karya-fakultas-filsafat-unika-widya-mandala-surabaya/https://rumahfilsafat.com/biodata/https://rumahfilsafat.com/https://rumahfilsafat.com/

  • 8/17/2019 Otak, Neuroplastisitas Dan Hidup Kita _ Rumah Filsafat

    2/15

    4/23/2016 Otak, Neuroplastisitas dan Hidup Kita | Rumah Filsafat

    https://rumahfilsafat.com/2015/11/12/otak-neuroplastisitas-dan-hidup-kita/ 2/15

    Penelitian-penelitian terbaru dengan otak dan kesadaran yang

    dikembangkan di dalam filsafat dan neurosains (Begley, Davidson,

    Schwartz, Hüther) menunjukkan satu hal, bahwa perubahan di dalam diri

    manusia itu adalah sesuatu yang mungkin. Ini bukan hanya sekedar

    perubahan cara berpikir, tetapi juga termasuk perubahan struktur biologis

    otak manusia itu sendiri. Di dalam berbagai wacana ilmiah, hal ini dikenal

    sebagai neuroplastisitas (Neuroplastizität ), yakni kemampuan otak untuk

    terus berubah, sepanjang hidup manusia. Otak bukanlah mesin biologis tak

    bernyawa, melainkan sebuah sistem biologis yang bisa terus berubah dan

    berkembang.

    Neuroplastisitas

    Neuroplastisitas adalah kemampuan otak manusia untuk mengubah

    beragam jaringan saraf dan sel yang ada di dalamnya. Ini bisa terjadi

    sepanjang hidup manusia. Dulu, para ilmuwan dan filsuf mengira, bahwa

    otak hanya bisa berubah, ketika orang masih berusia muda. Orang dewasa

    sudah memiliki pola jaringan otak yang tetap dan tak akan bisa diubah,

    apalagi jika ia sudah berusia senja.

    Setelah melalui beragam penelitian yang panjang dan berulang, pandangan

    ini pun dipatahkan. Dengan melakukan beberapa tindakan tertentu, atau

    mengubah pola hidup secara keseluruhan, struktur otak seseorang bisa

    berubah. Bahkan, orang-orang yang telah mengalami luka di otaknya,misalnya telah mengalami stroke atau memiliki semacam penyakit di

    otaknya, juga bisa mengubah struktur otaknya. Ia tidak hanya bisa menjadi

    sembuh, tetapi juga bisa meningkatkan kinerja otaknya.

    Dengan latihan yang sistematis, otak bisa menjadi sehat kembali, walaupun

    ia telah mengalami luka sebelumnya. Struktur otak kita, dan fungsi sertakinerjanya, amat tergantung dari bagaimana kita menggunakan otak kita di

    dalam berpikir. Jika kita bermalas-malasan sepanjang hari, maka jaringan Ikuti

     

    http://void%280%29/

  • 8/17/2019 Otak, Neuroplastisitas Dan Hidup Kita _ Rumah Filsafat

    3/15

    4/23/2016 Otak, Neuroplastisitas dan Hidup Kita | Rumah Filsafat

    https://rumahfilsafat.com/2015/11/12/otak-neuroplastisitas-dan-hidup-kita/ 3/15

    sel saraf di otak juga akan membentuk pola hubungan tertentu. Sebaliknya,

    ika kita rajin belajar sesuatu yang baru, jaringan saraf di otak kita akan

    menebal, dan kinerja serta kesehatannya pun juga akan membaik.

    Mengapa Ini Penting?

    Hasil penelitian ini amat penting untuk hidup manusia, karena memberi kita

    harapan nyata, bahwa hidup kita bisa berubah. Krisis tidak selamanya

    bertahan. Luka dan sakit bisa disembuhkan, asal kita mau bekerja keras.

    Nasihat-nasihat semacam ini sekarang bukan sekedar himbauan belaka,

    tetapi didukung oleh ratusan hasil penelitian yang dilakukan oleh berbagai

    ilmuwan bermutu di seluruh dunia.

    Pola pikir kita menentukan struktur otak kita, sekaligus kesehatannya. Jika

    kita rutin berpikir tentang hal-hal yang menyakitkan kita, maka otak kita

    akan terbentuk dengan mengikuti pola negatif semacam ini. Otak kita akan

    membentuk jaringan saraf dengan pola ini, dan ini akan juga

    mempengaruhi kepribadian secara mutu hidup kita secara keseluruhan.

    Kebiasaan kita akan membentuk otak kita, dan keduanya akan

    mempengaruhi mutu hidup kita.

    Ketika orang mengalami depresi, ia hidup dengan satu pola pikir, bahwa

    hidupnya dipenuhi penderitaan, dan semuanya terasa tidak bermakna.

    Dengan pola pikir semacam ini, ia tidak dapat bekerja, berkonsentrasi danuga tidak dapat mempertahankan hubungan sosial dengan teman maupun

    keluarganya. Jika cara berpikir semacam ini dipertahankan, maka struktur

    otak dan kesadarannya pun akan mengambil pola ini.

    Di dalam wacana ilmiah, ini disebut sebagai pikiran sirkuler ( zirkuläres

    Denken), atau pikiran berulang. Artinya, pikiran kita mengulang pola yangsama terus menerus, sehingga ia membentuk struktur otak dan kepribadian

    kita secara umum. Namun, ini bukanlah keadaan yang tetap. Ia dapat

    ut uma

    Filsafat”

    Kirimkan setiap pos baru ke Kotak

    Masuk Anda.

    Bergabunglah dengan 1.661

    pengikut lainnya

    Masukkan alamat email Anda

    Daftarkan saya

    Buat situs dengan WordPress.com

    https://id.wordpress.com/?ref=lof

  • 8/17/2019 Otak, Neuroplastisitas Dan Hidup Kita _ Rumah Filsafat

    4/15

    4/23/2016 Otak, Neuroplastisitas dan Hidup Kita | Rumah Filsafat

    https://rumahfilsafat.com/2015/11/12/otak-neuroplastisitas-dan-hidup-kita/ 4/15

    diubah, asal orang mau belajar untuk membentuk pola berpikir baru yang

    nantinya akan mempengaruhi struktur otak serta kepribadiannya.

    Mengubah pola pikir tentu bukan proses yang mudah. Dibutuhkan usaha

    serta movitasi yang kuat. Dukungan dari lingkungan sekitar pun juga amat

    penting. Namun, proses ini tentu amat layak diperjuangkan, karena ini

    dapat meningkatkan mutu hidup kita, dan juga bisa membantu orang lain

    yang terjebak pada pola pikir yang mengundang penderitaan. Ada dua

    metode yang kiranya bisa diterapkan.

    Beberapa Metode

    Metode pertama untuk mengubah pola pikir kita adalah dengan hidup

    dalam kesadaran ( Achtsamkeit ). Ini berarti, kita hidup saat demi saat

    dengan kepenuhan serta kesadaran. Ketika kita makan, kita sepenuhnya

    makan. Ketika kita berjalan, kita sepenuhnya berjalan. Dimana tubuh kita

    berada, disitu pikiran kita berada.

    Metode kedua adalah apa yang di dalam filsafat Timur disebut sebagai

    meditasi. Meditasi berarti melihat kenyataan apa adanya, tanpa ditambahi

    dengan analisis, konsep dan penilaian dari kita. Meditasi juga berarti

    mencerap kenyataan disini dan saat ini apa adanya. Ketika kita hidup

    dalam pola meditatif ini, otak kita akan tenang, jernih dan sehat, sehingga

    bisa digunakan untuk apapun.

    Inti dari kedua metode ini sebenarnya sama, yakni kembali ke saat ini (das

    ewige Jetzt ). Sekarang adalah satu-satunya waktu yang kita punya. Disini

    adalah satu-satunya tempat yang bisa kita tempati. Dengan hidup

    sepenuhnya disini dan saat ini, orang bisa membentuk pola berpikir baru

    yang menciptakan kesehatan dan kejernihan bagi struktur otaknya,sekaligus meningkatkan mutu hidupnya secara keseluruhan.

  • 8/17/2019 Otak, Neuroplastisitas Dan Hidup Kita _ Rumah Filsafat

    5/15

    4/23/2016 Otak, Neuroplastisitas dan Hidup Kita | Rumah Filsafat

    https://rumahfilsafat.com/2015/11/12/otak-neuroplastisitas-dan-hidup-kita/ 5/15

    Ketinggalan

    Ini sebenarnya bukan ide baru. Filsafat Timur yang berkembang di India,

    Cina, Jepang, Korea, Srilangka, Thailand dan kemudian menyebar ke

    Indonesia sudah mengetahui dan menerapkan hal ini selama berabad-

    abad. Fokus utama filsafat Timur adalah memahami hakekat pikiran

    manusia, yang juga berarti cara kerja otaknya, dan mendorongnya untuk

    mencapai hidup yang penuh dan bahagia. Dari tradisi semacam ini, Yoga

    dan Zen berkembang, serta menyebar ke seluruh dunia sekarang ini.

    Tentang kaitan antara otak, kesadaran, pikiran dan kebahagiaan manusia,

    filsafat Timur juga jauh melampaui ilmu pengetahuan dan filsafat Barat. Hal

    yang sama juga terjadi di bidang kesehatan mental. Para Yogi, Ajahn dan

    Zen Master di berbagai negara Asia telah berhasil menemukan cara untuk

    membangun hidup yang bermutu dan sehat, sehingga lalu tidak hanya bisa

    menolong orang lain, tetapi juga semua mahluk yang ada di alam semesta.

    Penelitian terbaru terkait dengan otak dan neuroplastisitas hanya

    menegaskan ulang apa yang telah diketahui dan diterapkan oleh para

    master di dalam filsafat Timur selama ribuan tahun.

    Lepas dari pada itu, kita bisa yakin akan satu hal, bahwa keadaan hidup

    kita sekarang ini bukanlah titik final. Semua bisa diubah, asal kita memiliki

    motivasi dan berusaha. Ada beragam metode yang bisa membantu.

    Namun, semuanya kembali ke satu dorongan dasar semua mahluk hidup:mencapai kebahagiaan. Selamat mencoba!

  • 8/17/2019 Otak, Neuroplastisitas Dan Hidup Kita _ Rumah Filsafat

    6/15

    4/23/2016 Otak, Neuroplastisitas dan Hidup Kita | Rumah Filsafat

    https://rumahfilsafat.com/2015/11/12/otak-neuroplastisitas-dan-hidup-kita/ 6/15

    DEMOKRASI, SEBUAH REFLEKSI PARIS…

    17 THOUGHTS ON “OTAK, NEUROPLASTISITAS DAN HIDUP KITA”

    Bagikan ini:

    Twitter Surat elektronik Cetak Facebook   95   Google LinkedIn   1

    This entry was tagged filsafat, kesadaran, neuroplastisitas, neurosains, otak, pikiran. Bookmark the

    permalink.

       

     Suka

    4 blogger   menyukai ini.

    Terkait

    Mempersoalkan Status

    Neurosains

    Otak, Pikiran, dan Kebebasan

    Kita

    Ilmu Pengetahuan dan

    Tantangan Global

    https://rumahfilsafat.com/2015/04/19/ilmu-pengetahuan-dan-tantangan-global/https://rumahfilsafat.com/2011/12/03/otak-pikiran-dan-kebebasan-kita/https://rumahfilsafat.com/2012/07/07/mempersoalkan-status-neurosains/http://en.gravatar.com/agisagistiahttp://en.gravatar.com/mulyaaiberhttp://en.gravatar.com/phellow1http://en.gravatar.com/muhammadkadrizamadhttps://wordpress.com/about-these-ads/https://googleads.g.doubleclick.net/aclk?sa=L&ai=BEro9WAQbV8-tENKmvAT8zYD4DuCtxoQIAAAAEAEgADgAWMCBzs2_AmDp0uODjA6CARdjYS1wdWItMzQ0MzkxODMwNzgwMjY3NrIBEXJ1bWFoZmlsc2FmYXQuY29tugEJZ2ZwX2ltYWdlyAEC2gFKaHR0cHM6Ly9ydW1haGZpbHNhZmF0LmNvbS8yMDE1LzExLzEyL290YWstbmV1cm9wbGFzdGlzaXRhcy1kYW4taGlkdXAta2l0YS_AAgLgAgDqAhMvOTI0MDc5Mi9ob3VzZV9tcmVj-ALw0R6QA_QImAOsAqgDAcgDmQTQBJBO4AQB0gUFEODtzlGQBgGgBhTYBwHgBwo&num=0&cid=CAASEuRomxSrecJEK6vgOIF0xM79fg&sig=AOD64_0Y-94J7OiR4u9QhRDnHUo21PbrxQ&client=ca-pub-3443918307802676&adurl=https://wordpress.com/create%3Futm_campaign%3Dhouseads%26utm_source%3Dcreate-website_unforgettable_mrec_enhttps://rumahfilsafat.com/2015/11/12/otak-neuroplastisitas-dan-hidup-kita/https://rumahfilsafat.com/tag/pikiran/https://rumahfilsafat.com/tag/otak/https://rumahfilsafat.com/tag/neurosains/https://rumahfilsafat.com/tag/neuroplastisitas/https://rumahfilsafat.com/tag/kesadaran/https://rumahfilsafat.com/tag/filsafat/https://rumahfilsafat.com/2015/11/12/otak-neuroplastisitas-dan-hidup-kita/?share=linkedin&nb=1https://rumahfilsafat.com/2015/11/12/otak-neuroplastisitas-dan-hidup-kita/?share=google-plus-1&nb=1https://rumahfilsafat.com/2015/11/12/otak-neuroplastisitas-dan-hidup-kita/?share=facebook&nb=1https://rumahfilsafat.com/2015/11/12/otak-neuroplastisitas-dan-hidup-kita/?share=email&nb=1https://rumahfilsafat.com/2015/11/12/otak-neuroplastisitas-dan-hidup-kita/?share=twitter&nb=1https://rumahfilsafat.com/2015/11/14/paris/https://rumahfilsafat.com/2015/11/08/demokrasi-sebuah-refleksi/

  • 8/17/2019 Otak, Neuroplastisitas Dan Hidup Kita _ Rumah Filsafat

    7/15

    4/23/2016 Otak, Neuroplastisitas dan Hidup Kita | Rumah Filsafat

    https://rumahfilsafat.com/2015/11/12/otak-neuroplastisitas-dan-hidup-kita/ 7/15

    Phellow  berkata:

    November 13, 2015 pukul 10.16

    Bang Reza apa bila kita telah menyadarkan seorang yg lupa akan jati dirinya (org yg berkelakuan

    buruk/sorg mantan pemakai narkoba yg sudah kehilangan kesadaran) apakah setelah kita

    menyadarkan dia apakah dia masih akan tetap melakukan kelakuan buruk’a diwaktu dulu..?

    Balas

    Reza A.A Wattimena  berkata:November 14, 2015 pukul 10.16

    Sebaiknya memang fokus dulu untuk membangun kesadaran diri sendiri, baru berusaha

    membantu orang. Kalau tidak, kita bisa merusak orang lain, kalau kita sendiri belum sadar. ok?

    Balas

    Ione Part II  berkata:

    November 17, 2015 pukul 10.16

    Perlu di garis bawahi jika suda mencapai tingkat kesadaran (Achtsamkeit) tertinggi,

    terlintas dari hati mengetahui kenyataan jawaban dari analisis.

    Reza A.A Wattimena  berkata:

    November 20, 2015 pukul 10.16

    maksudnya?

    http://rumahfilsafat.com/https://www.facebook.com/app_scoped_user_id/1656232614648172/https://rumahfilsafat.com/2015/11/12/otak-neuroplastisitas-dan-hidup-kita/?replytocom=4771#respondhttp://rumahfilsafat.com/https://rumahfilsafat.com/2015/11/12/otak-neuroplastisitas-dan-hidup-kita/?replytocom=4763#respondhttp://ionenet.wordpress.com/https://rumahfilsafat.com/2015/11/12/otak-neuroplastisitas-dan-hidup-kita/?like_comment=4786&_wpnonce=64b40afcc8https://rumahfilsafat.com/2015/11/12/otak-neuroplastisitas-dan-hidup-kita/?like_comment=4778&_wpnonce=057324c1e8https://rumahfilsafat.com/2015/11/12/otak-neuroplastisitas-dan-hidup-kita/?like_comment=4771&_wpnonce=451f4ddcd4https://rumahfilsafat.com/2015/11/12/otak-neuroplastisitas-dan-hidup-kita/?like_comment=4763&_wpnonce=7e59a00d55

  • 8/17/2019 Otak, Neuroplastisitas Dan Hidup Kita _ Rumah Filsafat

    8/15

    4/23/2016 Otak, Neuroplastisitas dan Hidup Kita | Rumah Filsafat

    https://rumahfilsafat.com/2015/11/12/otak-neuroplastisitas-dan-hidup-kita/ 8/15

    Phellow  berkata:

    November 30, 2015 pukul 10.16

    maksud pertanyaan saya jika kita sudah mencapa pada tingkat kesadaran tertinggi

    ataupun sampai pada dasar kesadaran (saya), ketika saya sudah membuka kesadaran

    seseorang yg sudah mengalami depresi atopun gangguan syaraf akibat pengaruh narkoba

    apabila kesadaran itu terbuka apakah lambat laun kesadaran itu akan meningkan (kembali

    hidup normal) thx

    Reza A.A Wattimena  berkata:Desember 2, 2015 pukul 10.16

    Itu amat tergantung dari beragam faktor. Tidak ada rumus pasti. Yang pasti adalah, mulai

    mengembangkan kesadaranmu sendiri dulu, baru membantu orang lain.

    muhammad kadri zamad  berkata:

    November 14, 2015 pukul 10.16

    Metodenya, menurut saya, masih abstrak pak. Kalo dijabarkan secara rinci lagi, mungkin jadi lebih

     joss.

    Balas

    Reza A.A Wattimena  berkata:

    November 14, 2015 pukul 10.16

    Metodenya untuk mengubah struktur otak: membangun kebiasaan baru, belajar hal-hal barudan meditas. Bagaimana?

    http://rumahfilsafat.com/https://rumahfilsafat.com/2015/11/12/otak-neuroplastisitas-dan-hidup-kita/?replytocom=4767#respondhttp://muhkadriz.wordpress.com/http://rumahfilsafat.com/http://ionenet.wordpress.com/https://rumahfilsafat.com/2015/11/12/otak-neuroplastisitas-dan-hidup-kita/?like_comment=4768&_wpnonce=6a3e1142ddhttps://rumahfilsafat.com/2015/11/12/otak-neuroplastisitas-dan-hidup-kita/?like_comment=4767&_wpnonce=b5c56f7b3dhttps://rumahfilsafat.com/2015/11/12/otak-neuroplastisitas-dan-hidup-kita/?like_comment=4806&_wpnonce=0119159487https://rumahfilsafat.com/2015/11/12/otak-neuroplastisitas-dan-hidup-kita/?like_comment=4798&_wpnonce=f4b40f54fe

  • 8/17/2019 Otak, Neuroplastisitas Dan Hidup Kita _ Rumah Filsafat

    9/15

    4/23/2016 Otak, Neuroplastisitas dan Hidup Kita | Rumah Filsafat

    https://rumahfilsafat.com/2015/11/12/otak-neuroplastisitas-dan-hidup-kita/ 9/15

    Balas

    aroyo  berkata:

    November 15, 2015 pukul 10.16

    betul juga kalo dipikir-pikir…

    Balas

    Reza A.A Wattimena  berkata:November 20, 2015 pukul 10.16

    Berpikir memang menarik

    Balas

    chrisarah23  berkata:

    November 20, 2015 pukul 10.16

    Berpikir memang sangat menarik, tetapi berpikir juga berbahaya bukan?

    Reza A.A Wattimena  berkata:

    November 25, 2015 pukul 10.16

    Benar. Sendok berguna, tetapi bisa berbahaya, jika kita menelannya bukan? Berpikir amat

    penting. Namun ia menjadi berbahaya, ketika mendominasi kehidupan kita dan merusak

    kejernihan hidup kita. Maka dari itu, kita perlu belajar mencerap dari saat ke saat.

    http://rumahfilsafat.com/https://rumahfilsafat.com/2015/11/12/otak-neuroplastisitas-dan-hidup-kita/?replytocom=4789#respondhttp://rumahfilsafat.com/https://rumahfilsafat.com/2015/11/12/otak-neuroplastisitas-dan-hidup-kita/?replytocom=4775#respondhttp://jaroyoi.wordpress.com/https://rumahfilsafat.com/2015/11/12/otak-neuroplastisitas-dan-hidup-kita/?replytocom=4768#respondhttps://rumahfilsafat.com/2015/11/12/otak-neuroplastisitas-dan-hidup-kita/?like_comment=4796&_wpnonce=78acde086bhttps://rumahfilsafat.com/2015/11/12/otak-neuroplastisitas-dan-hidup-kita/?like_comment=4790&_wpnonce=6d564c6fe4https://rumahfilsafat.com/2015/11/12/otak-neuroplastisitas-dan-hidup-kita/?like_comment=4789&_wpnonce=d11c421c54https://rumahfilsafat.com/2015/11/12/otak-neuroplastisitas-dan-hidup-kita/?like_comment=4775&_wpnonce=7dba345061

  • 8/17/2019 Otak, Neuroplastisitas Dan Hidup Kita _ Rumah Filsafat

    10/15

    4/23/2016 Otak, Neuroplastisitas dan Hidup Kita | Rumah Filsafat

    https://rumahfilsafat.com/2015/11/12/otak-neuroplastisitas-dan-hidup-kita/ 10/15

    Arev Rohman Muhammad  berkata:

    Desember 1, 2015 pukul 10.16

    menikmati proses,

    Balas

    Eduardho Rinaldy  berkata:

    Januari 19, 2016 pukul 10.16

    Salam kenal Pak reza,

    Artikel ini bagus, bermakna dan bernilai tinggi terhadap pemikiran yg luas.

    Tpi, ada sesuatu kekeliruan pd pemikiran saya. Setiap org pasti menginginkan suatu kesuksesan.

    Bagaimana cara menggapainya ? Apalgi sudah diimbangi dgn pola pikir yg matang dn masukan –

    masukan pendapat dri luar dn dlam tpi tetap mngalami kegagalan yg berulang – ulang. Bagaimna

    pndapat dn pencerahan dari pak reza sendiri ?

    Dan satu hal terlintas d pikiran saya, tntang kalimat “Kalau dia bisa, Knapa saya tdk”. Apakah kalimat

    ini sesuai utk motivasi ? Sedangkan kita sbagai manusia tdk terlepas dari takdir. Dalam filsafat,

    bagaimana pola pikir kita tntang takdir ?

    Terimakasih Pak reza.

    Balas

    Reza A.A Wattimena  berkata:

    Januari 20, 2016 pukul 10.16

    Takdir dan sukses adalah konsep-konsep ciptaan pikiran kita. Tanyakan, apa yang ada di balik

    segala bentuk konsep dan pikiran ini? Akrabkan diri anda dengan ini, lalu semuanya menjadi

     jelas. Kesadaran murni yang ada di balik segala konsep dan pikiran ini adalah jati diri sejati

    anda. Jika anda akrab dengannya, dan hidup dengannya, maka anda sukses. Inilah arti sukses

    yang sesungguhnya.

    Balas

    https://rumahfilsafat.com/2015/11/12/otak-neuroplastisitas-dan-hidup-kita/?replytocom=4923#respondhttp://rumahfilsafat.com/https://rumahfilsafat.com/2015/11/12/otak-neuroplastisitas-dan-hidup-kita/?replytocom=4920#respondhttps://rumahfilsafat.com/2015/11/12/otak-neuroplastisitas-dan-hidup-kita/?replytocom=4799#respondhttps://www.facebook.com/app_scoped_user_id/10205386643567681/https://rumahfilsafat.com/2015/11/12/otak-neuroplastisitas-dan-hidup-kita/?like_comment=4923&_wpnonce=e8bb011a6dhttps://rumahfilsafat.com/2015/11/12/otak-neuroplastisitas-dan-hidup-kita/?like_comment=4920&_wpnonce=bd34994bechttps://rumahfilsafat.com/2015/11/12/otak-neuroplastisitas-dan-hidup-kita/?like_comment=4799&_wpnonce=054aa742a0

  • 8/17/2019 Otak, Neuroplastisitas Dan Hidup Kita _ Rumah Filsafat

    11/15

    4/23/2016 Otak, Neuroplastisitas dan Hidup Kita | Rumah Filsafat

    https://rumahfilsafat.com/2015/11/12/otak-neuroplastisitas-dan-hidup-kita/ 11/15

    Eduardho Rinaldy  berkata:

    Januari 27, 2016 pukul 10.16

    Terimakasih jawabannya pak.

    Ini sautu pencerahan yg penting buat saya, salam kenal pak.

    Balas

    Reza A.A Wattimena  berkata:

    Februari 2, 2016 pukul 10.16

    Salam kenal. Semoga terbantu.

    Balas

    BERIKAN BALASAN

    IKUTI RUMAH

    FILSAFAT

    Enter your email

    address to follow this

    blog and receive

    notifications of new

    posts by email.

    Ketikkan komentar di sini...

    https://rumahfilsafat.com/2015/11/12/otak-neuroplastisitas-dan-hidup-kita/?replytocom=4970#respondhttp://rumahfilsafat.com/https://rumahfilsafat.com/2015/11/12/otak-neuroplastisitas-dan-hidup-kita/?replytocom=4954#respondhttps://rumahfilsafat.com/2015/11/12/otak-neuroplastisitas-dan-hidup-kita/?like_comment=4970&_wpnonce=790b56431chttps://rumahfilsafat.com/2015/11/12/otak-neuroplastisitas-dan-hidup-kita/?like_comment=4954&_wpnonce=6b00280c3b

  • 8/17/2019 Otak, Neuroplastisitas Dan Hidup Kita _ Rumah Filsafat

    12/15

    4/23/2016 Otak, Neuroplastisitas dan Hidup Kita | Rumah Filsafat

    https://rumahfilsafat.com/2015/11/12/otak-neuroplastisitas-dan-hidup-kita/ 12/15

    Bergabunglah dengan

    1.661 pengikut lainnya

    Masukkan alamat email

    Follow

    Cari …

    TULISAN LAMA

    Pilih Bulan

    TULISAN-TULISAN

    TERAKHIR

    Supir Taksi, Globalisasi

    dan Pencarian Identitas

    yang Sejati

    Pikiran dan Pencerahan

    Mencipta Masyarakat

    Terbuka

    Dunia Macam Apa?

    Mengurai Epistemologi

    Koruptor

    Supir Taksi, Globalisasi

    dan Rekonsiliasi?

    Tentang Prioritas

    Jalan Hidup Zen

    Ketika Tersesat

    Kota dan Ilusinya

    Aku Berpikir, Maka

    Aku… Menderita

    Buku Filsafat Terbaru:

    Tentang Manusia

    Paradoks Kejernihan

    Menggoyang Akal,

    Menggapai Intuisi

    https://rumahfilsafat.com/2016/02/13/menggoyang-akal-menggapai-intuisi/https://rumahfilsafat.com/2016/02/13/paradoks-kejernihan/https://rumahfilsafat.com/2016/02/15/buku-filsafat-terbaru-tentang-manusia/https://rumahfilsafat.com/2016/02/20/3895/https://rumahfilsafat.com/2016/02/27/kota-dan-ilusinya/https://rumahfilsafat.com/2016/03/06/ketika-tersesat/https://rumahfilsafat.com/2016/03/11/jalan-hidup-zen/https://rumahfilsafat.com/2016/03/20/tentang-prioritas/https://rumahfilsafat.com/2016/03/24/supir-taksi-globalisasi-dan-rekonsiliasi/https://rumahfilsafat.com/2016/03/31/mengurai-epistemologi-koruptor/https://rumahfilsafat.com/2016/04/07/dunia-macam-apa/https://rumahfilsafat.com/2016/04/14/mencipta-masyarakat-terbuka/https://rumahfilsafat.com/2016/04/19/pikiran-dan-pencerahan/https://rumahfilsafat.com/2016/04/21/supir-taksi-globalisasi-dan-pencarian-identitas-yang-sejati/

  • 8/17/2019 Otak, Neuroplastisitas Dan Hidup Kita _ Rumah Filsafat

    13/15

    4/23/2016 Otak, Neuroplastisitas dan Hidup Kita | Rumah Filsafat

    https://rumahfilsafat.com/2015/11/12/otak-neuroplastisitas-dan-hidup-kita/ 13/15

    Mengapa Kita “Tidak

    Perlu” Belajar Filsafat?

    Rumah

    Filsafat dan

    Kemandirian Berpikir

    Penderitaan dan

    Peradaban

    Karya Filsafat: Zwischen

    kollektivem Gedächtnis,

    Anerkennung

    und Versöhnung

    Pencerahan

    Paradoks Perdamaian

    Berpikir itu Bermimpi

    Filsafat Manajemen

    Bisnis

    Antara Hidup,

    Kejernihan

    dan Keputusan

    Kematian dan

    Kesalahpahaman

    Rainer Forst dan Hak

    atas Justifikasi

    Kamu adalah

    Pengungsi…

    Adu Domba

    Mendidik Dendam

    Paris…

    Otak, Neuroplastisitas

    dan Hidup Kita

    Demokrasi, Sebuah

    Refleksi

    Buku Filsafat Terbaru:

    Bahagia, Kenapa Tidak?

    Dua Sayap Pendidikan

    Kita Sudah Lelah

    Apa Yang Terpenting?

    Kebohongan, Mediadan Propaganda

    Pendidikan dan

    Kemajuan Ekonomi

    https://rumahfilsafat.com/2015/10/01/pendidikan-dan-kemajuan-ekonomi/https://rumahfilsafat.com/2015/10/08/kebohongan-media-dan-propaganda/https://rumahfilsafat.com/2015/10/17/apa-yang-terpenting/https://rumahfilsafat.com/2015/10/24/kita-sudah-lelah/https://rumahfilsafat.com/2015/10/30/3579/https://rumahfilsafat.com/2015/11/04/buku-filsafat-terbaru-bahagia-kenapa-tidak/https://rumahfilsafat.com/2015/11/08/demokrasi-sebuah-refleksi/https://rumahfilsafat.com/2015/11/12/otak-neuroplastisitas-dan-hidup-kita/https://rumahfilsafat.com/2015/11/14/paris/https://rumahfilsafat.com/2015/11/21/mendidik-dendam/https://rumahfilsafat.com/2015/11/28/logika-adu-domba-dan-sikap-kritis-kita/https://rumahfilsafat.com/2015/11/30/kamu-adalah-pengungsi/https://rumahfilsafat.com/2015/12/05/rainer-forst-dan-hak-atas-justifikasi/https://rumahfilsafat.com/2015/12/12/kematian-dan-kesalahpahaman/https://rumahfilsafat.com/2015/12/19/antara-hidup-kejernihan-dan-keputusan/https://rumahfilsafat.com/2015/12/26/filsafat-manajemen-bisnis/https://rumahfilsafat.com/2015/12/27/berpikir-itu-bermimpi/https://rumahfilsafat.com/2016/01/03/paradoks-perdamaian/https://rumahfilsafat.com/2016/01/10/pencerahan/https://rumahfilsafat.com/2016/01/14/karya-filsafat-zwischen-kollektivem-gedachtnis-anerkennung-und-versohnung/https://rumahfilsafat.com/2016/01/16/penderitaan-dan-peradaban/https://rumahfilsafat.com/2016/01/23/filsafat-dan-kemandirian-berpikir/https://rumahfilsafat.com/2016/01/29/rumah/https://rumahfilsafat.com/2016/02/06/mengapa-kita-tidak-perlu-belajar-filsafat-2/

  • 8/17/2019 Otak, Neuroplastisitas Dan Hidup Kita _ Rumah Filsafat

    14/15

    4/23/2016 Otak, Neuroplastisitas dan Hidup Kita | Rumah Filsafat

    https://rumahfilsafat.com/2015/11/12/otak-neuroplastisitas-dan-hidup-kita/ 14/15

    Hubungan yang

    Memisahkan

    Kejahatan dari Kebaikan

    Melampaui Dogmatisme

    Tiga Buku

    Filsafat Terbaru

    Taoisme dan Zen: Dasar

    Filsafat Timur

    Teknologi, Ekonomi

    dan Ekologi

    Penjajahan

    “Mainstream”

    Zen: Substansi Manusia

    dan Alam Semesta

    Filsafat Politik sebagai

    Filsafat Kesadaran

    Mengapa Indonesia

    “Miskin”?

    Akar dari

    Segala Kecanduan

    Zen dalam Lukisan,

    Puisi dan Bela Diri

    Sekali Lagi: Tentang

    Pikiran Manusia

    Omong Kosong

    Ciri dan Gerak

    Pikiran Manusia

    Rasa Takut

    Satu Paket?

    Agama, Alam dan AlatZen dan Keadaan

    Alamiah Manusia

    Zen dan Filsafat

    Kenyataan dan

    Moralitas

    Zen: Antara

    Kekosongan

    dan KebebasanDekonstruksi dan

    Kebenaran

    Filsafat sebagai

    https://rumahfilsafat.com/2015/05/20/filsafat-sebagai-terapi-depresi/https://rumahfilsafat.com/2015/05/26/dekonstruksi-dan-kebenaran/https://rumahfilsafat.com/2015/05/28/zen-antara-kekosongan-dan-kebebasan/https://rumahfilsafat.com/2015/06/06/kenyataan-dan-moralitas/https://rumahfilsafat.com/2015/06/09/zen-dan-filsafat/https://rumahfilsafat.com/2015/06/22/zen-dan-keadaan-alamiah-manusia/https://rumahfilsafat.com/2015/06/25/agama-alam-dan-alat/https://rumahfilsafat.com/2015/06/27/satu-paket-sengsara-membawa-nikmat-dan-sebaliknya/https://rumahfilsafat.com/2015/06/28/rasa-takut/https://rumahfilsafat.com/2015/07/18/ciri-dan-gerak-pikiran-manusia/https://rumahfilsafat.com/2015/07/25/omong-kosong/https://rumahfilsafat.com/2015/08/01/sekali-lagi-tentang-pikiran-manusia/https://rumahfilsafat.com/2015/08/07/zen-dalam-lukisan-puisi-dan-bela-diri/https://rumahfilsafat.com/2015/08/08/akar-dari-segala-kecanduan/https://rumahfilsafat.com/2015/08/16/mengapa-indonesia-miskin/https://rumahfilsafat.com/2015/08/22/filsafat-politik-sebagai-filsafat-kesadaran/https://rumahfilsafat.com/2015/08/27/zen-substansi-manusia-dan-alam-semesta/https://rumahfilsafat.com/2015/08/30/penjajahan-mainstream/https://rumahfilsafat.com/2015/09/05/teknologi-ekonomi-dan-ekologi/https://rumahfilsafat.com/2015/09/06/taoisme-dan-zen-dasar-filsafat-timur/https://rumahfilsafat.com/2015/09/11/tiga-buku-filsafat-terbaru/https://rumahfilsafat.com/2015/09/12/melampaui-dogmatisme/https://rumahfilsafat.com/2015/09/20/kejahatan-dari-kebaikan/https://rumahfilsafat.com/2015/09/26/hubungan-yang-memisahkan/

  • 8/17/2019 Otak, Neuroplastisitas Dan Hidup Kita _ Rumah Filsafat

    15/15

    4/23/2016 Otak, Neuroplastisitas dan Hidup Kita | Rumah Filsafat

    Terapi Depresi

    Media, Citra dan Realita

    Tentang Keputusan

    Apa yang

    Sesungguhnya Ada

    Menyamaratakan

    Ilmu Pengetahuan dan

    Tantangan Global

    Tetralema

    Kebebasan

    Berpendapat, dan

    Kebebasan

    dari Pendapat

    Buku Baru: Matamatika,

    Taktik Menemukan

    Karakter

    dalam Matematika

    Blog di WordPress.com. Tema Untitled.

    https://wordpress.com/themes/untitled/https://id.wordpress.com/?ref=footer_bloghttps://rumahfilsafat.com/2015/04/01/buku-baru-matamatika-taktik-menemukan-karakter-dalam-matematika/https://rumahfilsafat.com/2015/04/04/kebebasan-berpendapat-dan-kebebasan-dari-pendapat/https://rumahfilsafat.com/2015/04/12/tetralema/https://rumahfilsafat.com/2015/04/19/ilmu-pengetahuan-dan-tantangan-global/https://rumahfilsafat.com/2015/04/27/menyamaratakan/https://rumahfilsafat.com/2015/05/02/apa-yang-sesungguhnya-ada/https://rumahfilsafat.com/2015/05/12/tentang-keputusan/https://rumahfilsafat.com/2015/05/14/media-citra-dan-realita/https://rumahfilsafat.com/2015/05/20/filsafat-sebagai-terapi-depresi/