otda-negatif

27
MAKALAH ADMINISTRASI PEMBANGUNAN Kontra Pemberlakuan Otonomi Daerah di Indonesia Dosen Pengasuh : Dr. H. A.Tarmizi Yussa, MA Oleh : KELAS ANA A SEMESTER VI PROGRAM STUDI ADMINISTRASI NEGARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS ISLAM RIAU 1

Upload: herdiamanu

Post on 24-Nov-2015

37 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Kpd: IV ANA A, B, D FISIP UIR

TRANSCRIPT

MAKALAHADMINISTRASI PEMBANGUNANKontra Pemberlakuan Otonomi Daerah di IndonesiaDosen Pengasuh : Dr. H. A.Tarmizi Yussa, MA

Oleh :KELAS ANA A SEMESTER VI

PROGRAM STUDI ADMINISTRASI NEGARAFAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS ISLAM RIAUPEKANBARU2014

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar BelakangGerakan reformasi yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 lalu begitu antusiasnya sehingga mampu menggulingkan pemerintahan Orde Baru. Gerakan reformasi ini lahir karena pada masa pemerintahan Orde Baru dianggap sudah tidak sesuai dengan harapan masyarakat, ditambah dengan krisis ekonomi yang parah. Akar dari kekacauan tersebut ialah karena pada masa Orde Baru yang dianggap melaksanakan pemerintahan yang cenderung sentralistik, otoriter dan korup. Namun demikian dengan jatuhnya rezim orde baru, semakin bertambah besar pula tuntutan masyarakat baik ditingkat elite pusat maupun di daerah untuk memberlakukan otonomi daerah. Otonomi daerah sebenarnya bukanlah merupakan hal yang baru. Penyelenggaraan otonomi daerah sebenarnya sudah diatur dalam UUD 1945. Oleh karena itu, sejak bergulirnya gerakan reformasi maka lahirlah Undang-Undang No 22 Tahun 1999 dan dan Nomor 25 Tahun 1999 yang telah direvisi menjadi mengesahkan UU Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah dan UU Nomor 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Pemerintah Pusat dan Daerah. Sejalan dengan diberlakunya undang-undang otonomi tersebut memberikan kewenangan penyelenggaraan pemerintah daerah yang lebih luas, nyata dan bertanggungjawab. Dengan adanya otonomi daerah ini diharapkan pemerintah mampu menjawab tuntutan dari masyarakat. Langkah-langkah yang harus dilakukan pemerintah mewujudkan otonomi daerah yang luas dan bertanggungjawab di era reformasi dan desentralisasi pemerintah dalam melakukan penataan kewenangan, organisasi perangkat daerah, penataan relokasi personil, sebagai tindak lanjut UU Nomor 22 Tahun 1999 dan UU Nomor 25 Tahun 1999 serta Peraturan Pemerintah Nomor 84 Tahun 2000.Sesungguhnya, perjalanan reformasi pemerintah yang terjadi di Indonesia telah menyebabkan pergeseran-pergeseran paradigma penyelenggaraan pemerintah dalam rangka mendirikan daerah dan pemberdayaan masyarakat. Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang pemerintah daerah telah mengubah paradigma sentralisasi pemerintah kearah desentralisasi dengan pemberian otonomi daerah yang nyata, luas dan bertanggungjawab kepada daerah.Perubahan paradigma diatas sekaligus juga merupakan kesempatan yang paling penting bagi pemerintah daerah untuk membuktikan kesanggupannya dalam melaksanakan urusan-urusan pemerintah lokal, sesuai dengan keinginan dan kebutuhan masyarakat lokal. Hal ini perlu diantisipasi agar kinerja pemerintah daerah dapat meningkatkan secara signifikan dalam mengurus rumah tangga dan pelayanan kepada masyarakat melalui peningkatan perangkat daerah dan DPRD.Otonomi daerah itu sendiri dapat diartikan kebebasan untuk memelihara dan memajukan keputusan khusus se-daerah dengan keuangan sendiri menentukan hukum sendiri dan kepemerintahan sendiri (J. Wayong, 1975).Dengan adanya otonomi daerah ini, maka ada penyerahan wewenang yang disebut dengan istilah desentralisasi. Desentralisasi adalah penyerahan wewenang pemerintah pusat kepada daerah otonom dalam kerangka NKRI. Dasar pemikiran yang melatar belakanginya adalah keinginan untuk memindahkan pengambilan keputusan untuk lebih dekat dengan mereka yang merasakan langsung pengaruh program dan pelayanan yang dirancang dan dilaksanakan oleh pemerintah. Hal ini akan meningkatkan relevansi antara pelayanan umum dengan kebutuhan dan kondisi masyarakat lokal, sekaligus tetap mengejar tujuan yang ingin dicapai oleh pemerintah ditingkat daerah dan nasional, dari segi sosial dan ekonomi.Namun dewasa kini nilai-nilai luhur yang terkandung dalam Otonomi Daerah tampaknya sudah menjadi tidak sesuai lagi dengan semestinya. Yakni otonomi daerah itu sendiri kini menjadi sebuah harapan atau ancaman bagi pemerintah itu sendiri. Dikatakan sebagai harapan karena dengan adanya otonomi daerah maka daerah bisa lebih mengembangkan pembangunan di daerahnya. Sementara itu dikatakan sebagai ancaman karena dengan adanya wewenang yang diberikan oleh pemerintah pusat kepada pemerintah daerah memberikan peluang lahirnya raja-raja kecil serta memupuk KKN di daerah. Sehingga dengan adanya harapan dan ancaman dari pelaksanaan otonomi daerah ini menjadi gejolak bagi pemerintah yang nantinya menjadi pemicu akan tetap dilaksanakan atau akhirnya memicu penghapusan otonomi daerah itu sendiri. Dalam makalah ini akan dijelaskan lebih lanjut tentang kelemahan dan kekurangan otonomi daerah yang nantinya akan menjadi bahan pertimbangan sebagai pemberlakuan otonomi daerah atau sebagai penghapusan otonomi daerah.

B. Masalah1. Apa yang dimaksud otonomi daerah?2. Bagaimana dampak positif pelaksanaan otonomi daerah?3. Bagaimana dampak negatif pelaksanaan otonomi daerah?

C. Tujuan1. Mendeskripsikan definisi otonomi daerah!2. Menjelaskan dampak positif pelaksanaan otonomi daerah!3. Menjelaskan dampak negatif pelaksanaan otonomi daerah!

D. ManfaatManfaat yang diperoleh dari pembahasan makalah ini adalah :1. Agar kita mengetahui pengertian, tujuan, manfaat, dan pelaksanaan otonomi daerah.2. Kita dapat mengetahui permasalahan apa yang terjadi dalam pelaksanaan otonomi daerah.3. Melatih kita untuk belajar

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Otonomi DaerahMenurut undang undang pasal 1 ayat 5 dan 6 Nomor 23 Tahun 2004 Otonomi daerah yaitu hak dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintah dan kepentingan masyarakatnya sesuai dengan peraturan perundangundangan. Daerah Otonom merupakan kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batas-batas wilayah yang berwenang mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat dalam system Negara Kesatuan Republik Indonesia. Benyamin Hoesein (1993) bahwa otonomi daerah adalah pemerintahan oleh dan untuk rakyat di bagian wilayah nasional suatu Negara secara informal berada di luar pemerintah pusat. Sedangkan Philip Mahwood (1983) mengemukakan bahwa otonomi daerah adalah suatu pemerintah daerah yang mempunyai kewenangan sendiri yang keberadaannya terpisah dengan otoritas yang diserahkan oleh pemerintah guna mengalokasikan sumber sumber material yang substansial tentang fungsi-fungsi yang berbeda.Dengan otonomi daerah tersebut, menurut Mariun (1979) bahwa dengan kebebasan yang dimiliki pemerintah daerah memungkinkan untuk membuat inisiatif sendiri, mengelola dan mengoptimalkan sumber daya daerah. Adanya kebebasan untuk berinisiatif merupakan suatu dasar pemberian otonomi daerah, Otonomi daerah sebagai wujud pelaksanaan UndangUndang Dasar Nomor 18 Tahun 19945 pasal 1 yang berbunyi: Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah Provinsi dibagi atas Kabupaten dan Kota, yang tiaptiap Provinsi, Kabupaten dan Kota itu mempunyai pemerintahan daerah, yang diatur dengan undang undang. Sedangkan pasal 2 menyatakan bahwa pemerintah daerah provinsi, daerah kabupaten, kota, mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas pembantuan.Adapun asas-asas untuk menyelenggarakan Otonimi daerah pada dasarnya ada 4 (empat), yaitu :1. Sentralisasi yaitu sistem pemerintahan di mana segala kekuasaan dipusatkan di pemerintah pusat.2. Desentralisasi yaitu penyerahan wewenang pemerintahan oleh pemerintah kepada daerah otonom untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dalam system Negara Kesatuan Republik Indonesia.3. Dekonsentrasi yaitu pelimpahan wewenang pemerintahan oleh pemerintah kepada gubernur sebagai wakil pemerintah dan/atau kepada instansi vertikal di wilayah tertentu. 4. Tugas Pembantuan yaitu penugasan dari pemerintah kepada daerah dan/atau desa, dari pemerintah propinsi kepada kabupaten/kota dan/atau desa, dari pemerintah kabupaten/kota kepada desa untuk melaksanakan tugas tertentu.

B. Prinsip-prinsip Pemberian Otonomi Daerah Prinsip-prinsip pemberian Otonomi Daerah yang dijadikan pedoman dalam UU No.22 Tahun 1999 adalah;1. Penyelenggaraan otonomi Daerah dilaksanakan dengan memperhatikan aspek demokrasi, keadilan, pemeratan, serta potensi dan keanekaragaman Daerah.2. Pelaksanaan Otonomi Daerah didasarkan pada Otonomi luas, nyata, dan bertanggung jawab.3. Pelaksanaan Otonomi Daerah yang luas dan utuh diletakan pada Daerah Kabupaten dan Daerah Kota, sedang Otonomi Daerah Propinsi merupakan Otonomi yang terbatas.4. Pelaksanaan Otonomi Daerah harus sesuai dengan konstitusi Negara sehingga tetap terjamin hubungan yang serasi antara pusat dan Daerah serta antar-Daerah.5. Pelaksanaan Otonomi Daerah harus lebih meningkatkan kemandirian Daerah Otonom,dan karenanya dalam Daerah Kabupaten dan Daerah kota tidak ada lagi Wilayah Administrasi.Demikian pula kawasan-kawasan khusus yang dibina oleh pemerintah atau pihak lain,seperi badan otorita,kawasan pelabuhan,kawasan perumahan,kawasan industry,kawasan perkebunan,kawasan pertambangan,kawasan kehutanan,kawsan perkotaan baru,kawasan pariwisata,dan semacamnya berlaku ketentuan peraturan Daerah Otonom.6. Pelaksanaan Otonomi Daerah harus lebih meningkatkan peranan dan fungsi badan legislative Daerah,baik sebagai fungsi legislasi,fungsi pengawasan maupun fungsi anggaran atas penyelenggaraan Pemerintahan Daerah.7. Pelaksanaan asas dekonsentrasi diletakan pada Daerah Propinsi dalam kedudukannya sebagai Wilayah Adminstrasi untuk melaksanakan kewenangan pemerintah tertentu yang dilimpahkan kepada Gubernur sebagai wakil Persiden.8. Pelaksanaan asas tugas pembantuan dimungkinkan,tidak hanya dari pemerintah kepada Daerah,tetapi juga dari Pemerintah dan daerah kepada Desa yang disertai dengan pembiayaan,sarana dan prasarana,serta sumber daya manusia dengan kewajiban melaporkan pelaksanaan dan mempertanggung jawabkan kepada yang menugaskan.

C. Azas-azas Pelaksanaan Otonomi DaerahPengalaman penyelenggaraan otonomi daerah dimasa lampau menganut prinsip otonomi nyata dan bertanggung jawab, namun dengan penekanan pada otonomi yang lebih merupakan kewajiban dari pada hak. Maka dalam UU No 22 1999 pemberian kewenangan otonomi pada daerah kabupaten dan daerah kota didasarkan pada asas desentralisasi saja dalam wujud otonomi yang luas, nyata, dan bertanggung jawab.1. Otonomi Luas, yaitu kekuasaan daerah untuk menyelenggarakan pemerintah yang mencakup kewenangan semua bidang, kecuali kewenangan dibidang politik luar negeri, pertahanan keamanan, peradilan, moneter dan fiskal, agama, serta kewenangan dibidang lainnya (yang ditetapkan dengan peraturan pemerintah No. 25 tahun 2000). Disamping itu keleluasaan otonomi mencakup pula kewenangan yang utuh dan bulat dalam penyelenggaraan mulai dari perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, pengendalian, dan evaluasi.2. Otonomi Nyata, yaitu Keleluasaan daerah untuk menyelenggarakan pemerintahan dibidang tertentu yang secara nyata ada diperlukan untuk tumbuh dan berkembangnya suatu daerah.3. otonomi yang bertanggungjawab adalah berupa perwujudan pertangungjawaban sebagai konsekuensi pemberian hak dan kewenangan kepada daerah dalam wujud tugas dan kewajiban yang harus dipikul oleh daerah dalam mencapai tujuan pemberian otonomi, berupa peningkatan pelayanan dan kesejahteraan masyarakat yang semakin baik, pengembangan kehidupan yang demokratis, keadilan dan pemerataan, serta pemeliharaan hubungan yang serasi, antara pusat dan daerah serta antar-daerah dalam rangka menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

D. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pelaksanaan Otonomi DaerahMenurut Josef Riwu Kaho (1998:60) factor yang mempengaruhi pelaksanaan otonomi daerah adalah:1. Manusia pelaksananya harus baik,2. Keuangan harus cukup dan baik,3. Peralatannya harus cukup dan baik,4. Organisasi dan manajemennya harus baik. Gambaran untuk keempat factor diatas yaitu: faktor pertama yaitu manusia pelaksananya harus baik adalah factor yang esensial dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah. Pengertian baik di sini meliputi:a. mentalitasnya/moralnya baik dalam arti jujur, mempunyai rasa tanggung jawab yang besar terhadap perkerjaannya,b. memiliki kemampuan yang tinggi untuk melaksanakan tugas-tugasnya. Pentingnya factor ini, karena manusia merupakan subyek dalam setiap aktifitas pemerintahan. Manusialah yang merupakan pelaku dan penggerak proses mekanisme dalam system pemerintahan. Oleh sebab itu mekanisme pemerintahan berjalan dengan sebaik-baiknya, yakni sesuai dengan tujuan yang diharapkan, maka manusia sebagai subyek atau pelakunya baik pula.Faktor kedua adalah keuangan yang baik. Istilah keuangan disini mengandung arti setiap hak yang berhubungan dengan masalah uang, antara lain berupa sumber pendapatan, jumlah uang yang cukup, dan pengelolaan keuangan yang sesuai dengan tujuan dan peraturan yang berlaku.Faktor keuangan penting karena dalam setiap kegiatan pemerintahan, karena hamper tidak ada kegiatan pemerintahan tidak membutuhkan biaya. Makin besar jumlah uang yang tersedia, maka semakin besar pula kemungkinan pekerjaan atau kegiatan yang dilaksanakan. Demikian juga semakin baik pengelolaanya semakinberdayaguna pemakaian uang tersebut.Demikian juga bagi suatu pemerintah daerah, keuangan merupakan masalah penting baginya dalam mengatur dan mengurus rumah tangga daerah.

Pentingnya pengelolaan keuangan daerah yaitu sebagai berikut:a. Bahwa pengendalian keuangan mempunyai pengaruh yang begitu besar pada hari kemudian penduduk sedaerah, sehingga kebijaksanaan yang ditempuh pada melakukan kegiatan itu dapat menyebabkan kemakmuran atau kelemahan, kejayaan atau kejatuhan penduduk Daerah itu.b. Kepandaian mengendalikan daerah tidak akan memberikan hasil yang memuaskan dan abadi, tanpa cara pengendalian keuangan yang baik, terlebih lagi tanpa kemampuan yang berorientasi pada masa depan dengan penuh kebijaksanaan, yang harus diarahkan pada melindungi dan memperbesar harta daerah, dengan mana semua kepentingan masyarakat se-daerah sangat erat berhubungan.c. Bahwa anggaran adalah alat utama pada pengendalian keuangan daerah, sehingga rencana anggaran yang diperhadapkan kepada Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) haruslah tepat dalam bentuk dan susunannya dengan memuat rancangan yang dibuat berdasarkan keahlian dengan pandangan kemuka yang bijaksana.d. Berdasarkan uraian diatas, maka untuk menciptakan suatu pemerintah Daerah yang baik dan dapat melaksanakan tugas otonominya dengan baik, maka factor keuangan ini diperlukan. Faktor ketiga peralatan yang cukup dan baik pengertian peralatan dan disini adalah setiap benda atau alat yang dapat dipergunakan untuk melancarkan pekerjaan atau kegiatan Pemerintah Daerah. Peralatan yang baik dalam hal ini jelas diperlukan bagi terciptanya suasana Pemerintah Daerah yang baik pula seperti alat-alat kantor, alat-alat komunikasi dan transportasi, dan sebagainya. Apalagi dalam organisasi pemerintahan yang serab kompleks di abat teknologi modern seperti sekarang ini, alat-alat yang serba praktis dan efisien sangat dibutuhkan sekali. Namun dilain pihak, peralatan yang baik tersebut tergantung pula pada kondisi keuangan yang dimiliki serta kecakapan manusia atau aparat yang menggunakannya.Faktor keempat adalah organisasi dan manajemen yang baik. Organisasi yang dimaksudkan adalah organisasi dalam arti struktur yaitu susunan yang terdiri dari satuan-satuan organisasi beserta segenap pejabat, kekuasaan, tugasnya dan hubungannya satu sama lain, dalam rangka mencapai suatu tujuan tertentu.Sedangkan yang dimaksud denagn manajemen adalah proses manusia yang menggerakan tindakan dalam usaha kerjasama, sehingga tujuan yang telah ditentukan benar-benar tercapai.Baik tidaknya manajemen Pemerintahan Daerah tergantung benar pada pemimpin daerah itu sendiri. Khususnya tergantung pada kepala daerah sebagai manajer daerah yang bersangkutan (Manullag,dalam Josef Riwu;1995;63).Dari pernyataan diatas ditarik kesimpulan bahwa agar otonomi daerah dapat dilaksanakan dengan baik, maka diperlukan organisasi dan manajemen pemerintah daerah yang baik pula. Manajemen Pemerintah daerah yang baik tergantung pada kepala daerah beserta staffnya dalam menggerakan peralatan seefisien dan seefektif mungkin untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan dalam Undang-undang.E. Keuntungan Dari Sistem Otonomi DaerahSekelompok orang ada yang mengatakan bahwa pemerintah daerah akan lebih efektif bekerja dibandingkan pemerintah pusat, sedangkan sebagian lagi ada yang mengatakan bahwa pemerintah pusat bekerja lebih efisien dari pada pemerintah daerah dalam menyediakan barang-barang publik. Namun sebenarnya akan lebih tepat bila ada sebagian pekerjaan yang lebih efisien bila dilaksanakan oleh pemerintah pusat dan ada kegiatan lebih efisien bila dilaksanakan oleh pemerintah daerah. Oleh karena itu kita harus hati-hati dalam menentukan kegiatan macam apa sebaiknya diserahkan kepada pemerintah pusat dan kegiatan apa pula yang seyogyanya diserahkan kepada pemerintah daerah.Adapun keuntungan dari system otonomi daerah adalah bahwa pemerintah daerah akan lebih tanggap terhadap kebutuhan masyarakatnya sendiri. Proses politik dalam masyarakat yang lebih sempit akan lebih cepat dan efisien dari pada dalam masyarakat luas. Dengan pemerintah yang lebih dekat dengan masyarakatnya akan lebih sedikit kekurangan atau kesalahan yang akan dibuat dalam mekanisme pengambialan keputusan.

F. Kerugian Sistem Otonomi DaerahDalam hal-hal tertentu pemerintah daerah akan kurang efektif dan efisien dalam mengatasi permasalahan yang ada. Misalnya pemerintah daerah diminta untuk menyediakan barang publik nasional seperti pertahanan dan keamanan nasional, masalah pemerataan penghasilan dan pemecahan masalah ekonomi makro, tentu hasilnya tidak akan memuaskan.a. Dalam hal pertahanan dan keamanan apabila hal ini diserahkan kepada pemerintah daerah, tentu setiap daerah akan bertanggung jawab terhadap daerahnya masing-masing dan menghadapi serangan dari luar. Apabila kita menjumlahkan semua usaha pertahanan masing-masing daerah tersebut pasti akan kurang memadai. Tentunya masing-masing daerah akan mementingkan dirinya sendiri tanpa memperhatikan keselamatan daerah lainnya.b. Dalam hal redistribusi pendapatan, pemerintah daerah juga tidak akan efisien dalam mengusahakannya. Redistribusi pendapatan biasanya ditempuh dengan menggunakan pajak pada kelompok kaya dengan memberikan subsidi kepada kelompok berpenghasilan rendah. Apabila ini dilaksanakan oleh daerah seperti kabupaten kutai yang kaya itu, maka apa yang akan terjadi. Kelompok kaya itu mungkin pindah mana daerah yang perpajakn dan pungutan tidak terlalu tinggi, dan orang-orang kelompok penghasilan rendah akan pindah kekabupaten Kutai dengan maksud untuk mendapat subsidi atau bantuan social. Akibatnya pendapaan perkapita akan turun, dan program kesejahteraan social tidak dapat dilaksanakan lagi. Oleh sebab itu program redistribusi harus dilaksanakan oleh pemerintah pusat.

G. Contoh Kasus

PT Freeport McMoran IndonesiaAktivitas pertambangan PT Freeport McMoran Indonesia (Freeport) di Papua yang dimulai sejak tahun 1967 hingga saat ini telah berlangsung selama 42 tahun. Selama ini, kegiatan bisnis dan ekonomi Freeport di Papua, telah mencetak keuntungan finansial yang sangat besar bagi perusahaan asing tersebut, namun belum memberikan manfaat optimal bagi negara, Papua, dan masyarakat lokal di sekitar wilayah pertambangan.Dari tahun ke tahun Freeport terus mereguk keuntungan dari tambang emas, perak, dan tembaga terbesar di dunia. Para petinggi Freeport terus mendapatkan fasilitas, tunjangan dan keuntungan yang besarnya mencapai 1 juta kali lipat pendapatan tahunan penduduk Timika, Papua. Keuntungan Freeport tak serta merta melahirkan kesejahteraan bagi warga sekitar. Kondisi wilayah Timika bagai api dalam sekam, tidak ada kondisi stabil yang menjamin masa depan penduduk Papua.Penandatanganan Kontrak Karya (KK) I pertambangan antara pemerintah Indonesia dengan Freeport pada 1967, menjadi landasan bagi perusahaan ini mulai melakukan aktivitas pertambangan. Tak hanya itu, KK ini juga menjadi dasar penyusunan UU Pertambangan Nomor 11/1967, yang disahkan pada Desember 1967 atau delapan bulan berselang setelah penandatanganan KK.Pada Maret 1973, Freeport memulai pertambangan terbuka di Ertsberg, kawasan yang selesai ditambang pada tahun 1980-an dan menyisakan lubang sedalam 360 meter. Pada tahun 1988, Freeport mulai mengeruk cadangan raksasa lainnya, Grasberg, yang masih berlangsung saat ini. Dari eksploitasi kedua wilayah ini, sekitar 7,3 juta ton tembaga dan 724, 7 juta ton emas telah mereka keruk. Pada bulan Juli 2005, lubang tambang Grasberg telah mencapai diameter 2,4 kilometer pada daerah seluas 499 ha dengan kedalaman 800m. Diperkirakan terdapat 18 juta ton cadangan tembaga, dan 1.430 ton cadangan emas yang tersisa hingga rencana penutupan tambang pada 2041.Aktivitas Freeport yang berlangsung dalam kurun waktu lama ini telah menimbulkan berbagai masalah, terutama dalam hal penerimaan negara yang tidak optimal, peran negara/BUMN untuk ikut mengelola tambang yang sangat minim dan dampak lingkungan yang sangat signifikan, berupa rusaknya bentang alam pegunungan Grasberg dan Erstberg. Kerusakan lingkungan telah mengubah bentang alam seluas 166 km persegi di daerah aliran sungai Ajkwa.Dari contoh kasus diatas kekuatan hukum yang mengatur tentang pengelolaan lingkung hidup, yaitu Undang-undang No. 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Pasal 3 Perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup bertujuan:a. melindungi wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia dari pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup;b. menjamin keselamatan, kesehatan, dan kehidupan manusia; c. menjamin kelangsungan kehidupan makhluk hidup dan kelestarian ekosistem;d. menjaga kelestarian fungsi lingkungan hidup; e. mencapai keserasian, keselarasan, dan keseimbangan lingkungan hidup;f. menjamin terpenuhinya keadilan generasi masa kini dan generasi masa depan; g. menjamin pemenuhan dan perlindungan hak atas lingkungan hidup sebagai bagian dari hak asasi manusia;h. mengendalikan pemanfaatan sumber daya alam secara bijaksana; i. mewujudkan pembangunan berkelanjutan; danj. mengantisipasi isu lingkungan global.

BAB III

PENUTUP

A. KesimpulanOtonomi Daerah merupakan hak dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintah dan kepentingan masyarakatnya sesuai dengan peraturan perundangundangan.Ada beberapa factor yang mempengaruhi pelaksanaan otonomi daerah adalah:1. Manusia pelaksananya harus baik,2. Keuangan harus cukup dan baik,3. Peralatannya harus cukup dan baik,4. Organisasi dan manajemennya harus baik.Penyelenggaraan otonomi daerah bertujuan memberikan kesempatan kepada pemerintah daerah agar mandiri dan mampu mengelola kekayaan yang ada didaerah, baik kekayaan alam maupun kekayaaan yang lainnya. Selain tiu penyelenggaran otonomi daerah diharapkan memberikan pemeratan bagi seluruh warga negara. Dimana, selama ini penyelenggaran yang sentralistik dianggap tidak memberikan kesempatan kepada daerah yang memiliki potensi ditambah lagi dengan penyelenggaran pemerintah secara sentralistik dianggap tidak efektif karena pemerintah pusat tidak mengetahui permasalahan yang ada didaerah, dan hanya pemerintahan daerah yang lebih tah kondisi masyarakatnya.Sehingga dengan adanya penyelenggaraan otonomi daerah dapat menciptakan komunikasi serta menjalin kerjasama antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah dengan baik. Apabila terjalinya hubungan yang baik antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah maka tercitalah kerja sama yang baik dalam mengelola negara dan daerah untuk kepentingan bersama.

B. SaranPelaksanan Pembangunan Daerah Otonom harus sesuai dengan perencanaan pembangunan. Karena apabila tidak sesuai dengan perencanan maka tujuan pembangunan tersebut tidak tepat sasaran maksudnya yaitu akan terjadinya diskriminasi atau tindakan tindakan yang menyebabkan terjadinya kegagalan dalam pembangunan daerah.Disamping itu perlunya menegakan peraturan secara tegas, agar terhindar dari tindakan-tindakan yang tidak diinginkan. Seperti merajalelanya kasus korupsi yang dilakukan pejabat daerah. Sehingga, dapat merusak citra tentang pelaksanaan dan tujuan otonomi daerah.

12