otitis media
DESCRIPTION
vTRANSCRIPT
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Anatomi Telinga Bagian Tengah
1.2 Fisiologi Telinga Bagian Tengah
BAB 2. KELAINAN TELINGA TENGAH
2.1 Gangguan fungsi tuba
2.1.1 Tuba terbuka abnormal
2.2.1 Myoklonus Palatal
2.2.2 Palatoskizis
2.2.3 Obstruksi tuba
2.3.1 Barotrauma
BAB 3. OTITIS MEDIA
3.1 Otitis Media Supuratif
3.1.1 Otitis Media Supuratif Akut
3.1.1.1 Patologi
3.1.1.2 Stadium OMA
3.1.1.3 Gejala klinik OMA
3.1.1.4 Terapi
3.1.1.5 Komplikasi
3.1.1.6 Miringotomi
3.1.2 Otitis media Supuratif Kronik
3.1.2.1 Perjalanan penyakit
3.1.2.2 Jenis OMSK
3.1.2.3 Gejala klinis
3.1.2.4 Terapi OMSK
3.1.2.5 Komplikasi
3.2 Otitis Media non Supuratif
3.2.1 Otitis Media serosa akut
3.2.1.1 Penyebab
3.2.1.2 Gejala dan tanda
3.2.1.3 Pengobatan
3.2.2 Otitis Media serosa kronik
3.2.2.1 Gejala dan tanda
3.2.2.2 Pengobatan
BAB 1PENDAHULUAN
Otitis media atau penyakit telinga tengah merupakan penyakit kedua tersering pada
anak- anak setelah infeksi saluran pernapasan atas. Penyakit ini sering ditemukan
dalam bentu kronik atau lambat yang menyebabkan kehilangan pendengaran dan
pengeluaran sekret
Anatomi telinga
1. Telinga Luar : daun telinga
liang telinga
Membran timpani
2. Telinga Tengah : Tuba Eustachius
Cavum Timpani
Mastoid
3. Telinga Dalam : Kokhlear / Rumah Siput
Vestibular / kanalis Semilunaris
Telinga bagian tengah terdiri dari :
a. Tuba Eustachius
Adalah saluran yang menghubungkan rongga telinga tengah dengan
nasofaring
Tuba eustachius terdiri dari tulang rawan pada 1/3 ke arah nasofaring dan 2/3
terdiri dari tulang
Fungsi tuba eustachius :
1. Drainage sekret yang berasal dari antrum mastoid bersama – sama cavum
tymphani masuk ke nasofaring
2. Ventilasi : mengatur tekanan udara antara cavum tymphani dengan udara
luar ( 1 atm). Adanya fungsi ventilasi ini dapat dibuktikan dengan perasat
valsava dan persata toynbee
Pada anak – anak , fungsi tuba eustachius belumlah sempurna, diamter tuba
masih relatif lebih besar daripada dewasa dan kedudukannya lebih horizontal
sehingga mudah terjadi refluks dari nasofaring ke kavum timphani. Akibatnya
bila terjadi rhinitis pada anak mudah menjadi komplikasi menjadi Otitis Media
Akut (OMA). Tuba biasanya dalam keadaan tertutup dan baru terbuka apabila
O2 diperlukan masuk ke telinga tengah atau pada saat mengunyah , menelan
dan menguap.
b. Cavum tympani
Berbentuk kubus, merupakan rongga/ ruangan yang mempunyai 6 dinding,
yaitu :
1. Superior : Basis cranii
2. Inferior : Bulbus Jugularis
3. Posterior : Aditus ad antrum, kanalis semilnaris pars vertikalis
4. Anterior : Tuba Eustachius
5. Medial : Promontorium, foramen ovale, foramen rotundum
6. Lateral : Membran timpani
c. Tulang mastoid
Tulang mastoid terbentuk melalui proses pneumatisasi rongga mastoid
berhubungan dengan aditus ad antrum dan dibawahnya berjalan n. fascialis
Fisiologi Telinga
Fungsi telinga tengah adalah sebagai penghantar getaran suara ke telinga bagian
dalam yaitu :
Suara ditangkap oleh daunj telinga dan alirkan melalui liang telinga untuk
menggetrkan membran timphani, dan getaran tersebut diulajutkan ke tulang
maleus,lalu ke inkus dan ke stapes sehingga menimbulakn suatu gelombang di
membrana basilaris dan organ corti dengan menggerkkan perilimfe dan endolimfe
sehingga terjadi potensial aksi pada serabut – serabut saraf pendengaran , disini
gelombang suara mekanis diubah menjadi energi elektrokimia lalu ditransmisikan ke
saraf cranialis VIII dan meneruskannya ke pusat saraf sensorik pendengaran di otak
(area 39 – 40) melalu saraf pusat yang ada di lobus temporalis
BAB 2
KELAINAN TELINGA TENGAH
2.1 GANGGUAN FUNGSI TUBA EUSTACHIUS
Tuba eustachius adalah saluran yang menghubungkan rongga telinga tengah
dengan nasofaring. Fungsi tuba ini adalah untuk ventilasi, drainase sekret dan
menghalangi masuknya sekret dari nasofaring ke telinga tengah. Ventilasi berguna
untuk menjaga agar tekanan udara dalam telinga tengah selalu sama dengan tekanan
udara luar.Adanya fungsi ventilasi tuba ini dapat dibuktikan dengan melakukan
perasat valsava dan perasat toynbee
Perasat Valsava dilakukan dengan cara meniupkan dengan keras dari hidung
sambil hidung dipencet sambil mulut ditutup. Bila tuba terbuka maka terasa udara
masuk kedalam rongga telinga tengah yang menekan membran timpani kearah lateral.
Perasat ini tidak boleh dilakukan apabila ada infeksi pada jalan napas atas.
Perasat Tonybee dilakukan dengan cara menelan ludah sambil hidung dipencet
serta mulut ditutup. Bila tuba terbuka maka akan terasa membran timpani tertarik
kemedial. Perasat ini lebih fisiologis.
Tuba Eustachius terdiri dari tulang rawan pada dua pertiga kearah nasofaring
dan sepertiganya terdiri dari tulang. Pada anak, tuba lebih pendek, lebih lebar dan
kedudukannya lebih horizontal dari tuba orang dewasa. Panjang tuba orang dewasa
37,5 mm dan pada anak dibawah 9 bulan adalah 17,5 mm.
Tuba biasanya dalam keadaan tertutup dan baru terbuka apabila oksigen
diperlukan masuk kedalam telinga tengah atau pada saat mengunyah, menelan, dan
menguap. Pembukaan tuba dibantu oleh otot tensor veli palatini apabila perbedaan
tekanan berbeda antara 20-40 mmHg. Gangguan fungsi tuba dapat terjadi oleh
beberapa hal, seperti tuba terbuka abnormal, myoklonus palatal, palatoskisis, dan
obstruksi tuba.
2.1.1 TUBA TERBUKA ABNORMAL
Tuba terbuka abnormal ialah tuba terus menerus terbuka, sehingga udara
masuk ke telinga tengah pada waktu respirasi. Keadaan ini dapat disebabkan oleh
hilangnya jaringan lemak disekitar mulut tuba sebagai akibat turunnya berat badan
yang hebat, penyakit kronis tertentu seperti rinitis atrofi dan faringitis, gangguan
fungsi otot seperti myasthenia gravis, penggunaan obat anti hamil pada wanita dan
penggunaan estrogen pada pria.
Keluhan pasien biasanya berupa rasa penuh dalam telinga atau autofoni (gema
suara sendiri terdengar lebih keras). Keluhan ini kadang-kadang sangat mengganggu,
sehingga pasien mengalami stress berat.
Pada peneriksaan klinis dapat dilihat membran timpani yang atrofi, tipis dan
bergerak pada respirasi ( a telltale diagnostic sign).
Pengobatan pada keadaan ini kadang-kadang cukup dengan memberikan obat
penenang saja. Bila tidak berhasil dapat dipertimbangkan untuk memasang pipa
ventilasi (Grommet).
2.2.1 MYOKLONUS PALATAL
Myoklonus palatal ialah kontraksi ritmik dari otot-otot palatum yang terjadi
secara periodik. Hal ini menimbulkan bunyi “klik” dalam telinga pasien dan kadang-
kadang dapat terdengar oleh pemeriksa. Keadaan ini jarang terjadi dan penyebab yang
pasti belum diketahui. Biasanya tidak memerlukan pengobatan.
2.2.2 PALATOSKISIS (SUMBING LANGIT-LANGIT)
Pada palatoskisis terjadi gangguan otot tensor veli palatini dalam membuka
tuba hal ini menyebabkan kemungkinan terjadinya kelainan ditelinga tengah pada
anak dengan palatoskisis, lebih besar dibandingkan dengan anak normal. Oleh karena
itu dianjurkan untuk melakukan koreksi palatoskisis sedini mungkin.
2.2.3 OBSTRUKSI TUBA
Obstruksi tuba dapat terjadi oleh berbagai kondisi, seperti peradangan di
nasofaring, peradangan adenoid atau tumor nasofaring. Gejala klinik awal yang
timbul pada penyumbatan tuba oleh tumor adalah terbentuknya cairan pada telinga
tengah (otitis media serosa). Oleh karena itu setiap pasien dewasa dengan otitis media
serosa kronik unilateral harus dipikirkan kemungkinan adanya ca nasofaring.
Sumbatan mulut tuba di nasofaring juga dapat tejadi oleh tampon posterior hidung
(Bellocq tampon) atau oleh sikatriks yang terjadi akibat trauma operasi
(adenoidektomi).
2.3.1 BAROTRAUMA (AEROTITIS)
Barotrauma adalah keadaan dengan terjadinya perubahan tekanan yang tiba-
tiba diluar telinga tengah sewaktu pesawat terbang atau menyelam, yang
menyebabkan tuba gagal untuk membuka. Apabila perbedaan tekanan melebihi 90
cmHg, maka otot yang normal aktivitasnya tidak mampu membuka tuba. Pada saat ini
terjadi tekanan negatif dirongga telinga tengah, sehingga cairan keluar dari pembuluh
darah kapiler mukosa dan kadang-kadang disertai dengan ruptur pembuluh darah,
sehingga cairan ditelinga tengah dan rongga mastoid bercampur darah.
Keluhan pasien berupa kurang dengar, rasa nyeri dalam telinga, autofoni,
perasaan ada air dalam telinga dan kadang-kadang tinitus atau vertigo. Pengobatan
biasanya cukup dengan cara konservatif saja, yaitu dengan memberikan dekongestan
lokal atau dengan melakukan perasat valsava selama tidak terdapat infeksi dijalan
napas atas. Apabila cairan atau cairan yang bercampur darah menetap ditelinga tengah
sampai beberapa minggu, maka dianjurkan untuk tindakan miringotomi dan bila perlu
memasang pipa ventilasi (Grommet).
Usaha preventif terhadap barotrauma dapat dilakukan dengan selalu
mengunyah permen karet atau melakukan perasat valsava, terutama sewaktu pesawat
terbang mulai turun untuk mendarat.
BAB 3
OTITIS MEDIA
Otitis media adalah peradangan sebagian atau seluruh mukosa telinga tengah , tuba
eustachius , antrum mastoid, dan sel mastoid.
Otitis media terbagi atas otitis media supuratif dan non supuratif (= otitis media serosa
= otitis media sekretoria = otitis media musinosa = otitis media efusi)
Masing – masing golongan mempunyai bentuk akut dan kronis , yaitu otitis media
supuratif akut (Otitis Media Akut= OMA) dan Otitis Media Supuratif Kronis
(OMSK). Begitu pula otitis media serosa terbagi menjadi otitis media serosa akut
(barotrauma = aerotitis ) dan otitis media serosa kronis . Selain itu terdapat juga otitis
media spesifik, seperti otitis media tuberkulosa atau otitis media sifilitika. Otitis
media adhesiva.
Skema pembagian otitis media
Otitis media supuratif akut(OMA)
Otitis MediaSupuratif
Otitis MediaSupuratif kronis (OMSK)
Otitis Media
Otitis Media serosa akut(Barotrauma)
Otitis MediaNon supuratif
Otitis Media serosa kronis(Bila sekret kental/mukoid glue ear)
Patogenesis terjadi otitis mediaOMA – OME – OMSK / OMP
Sembuh / normal
f. tuba tetapterganggu
Gangguan tuba Tekanan Efusi OME Negatif telinga Infeksi (-)Tengah
Etiologi :Perubahan tekanan udara tiba-tibaAlergiInfeksiSumbatan : Sekret
Tampon Tumor
OMA
Sembuh OME OMSK/OMP
3.1 OTITIS MEDIA SUPURATIF
Telinga tengah biasanya steril meskipun terdapat mikroba di nasofaring dan faring.
Secara fisiologik terdapat mekanisme pencegahan masuknya mikroba ke dalam
telinga tengah oleh silia mukosa dan tuba eustachius, enzim dan antibodi.
Otitis media terjadi karena faktor pertahanan tubuh ini terganggu. Sumbatan tuba
eustachius merupakan faktor penyebab utama dari otitis media. Karena fungsinya
terganggu, pencegahan muasi hormon ke dalam telinga tengah dan terjadi peradangan.
Pencetus lain adalah infeksi saluran nafas atas.
Otitis media supuratif terbagi 2 :
1. OM Supuratif Akut (OMA)
2. OM. Supuratif Kronis (OMSK)
Penyebab keduanya adalah bakteri golongan coconus.
3.1.1 OTITIS MEDIA SUPURATIF AKUT
Otitis media akut terjadi karena factor pertahanan ini terganggu. Sumbatan tuba
eustachius meriupakan p[enyebab utama dari otitis media. Karena fungsi tuba
terganggu, pencegahan invasi kuman ke dalam telinga tengah juga terganggu,
sehingga kuman masuk ke telinga tengah dan terjadi peradangan.
Pencetus OMA ialah infeksi saluuran napas atas.
Pada anak, makin sering anak terserang infeksi saluran napas atas maka makin besar
kemungkinan terjadinya OMA. Pada bayi, terjadinya OMA dipermudah oleh karena
tuba eustachiusnya pendek, lebar, dan agak horizontal letaknya.
3.1.1.1 Patologi
Kuman penyebab utama adalah sterptococus hemoliticfus, staphilococus aureus,
pneumococus. kadang ditemukan haemofillus influenza, e.coli, sterptococus
anhaemoliticus, proteus vulgaris, dan pseudomonas aeruginosa.
H. Influenza sering ditemukan pada anak yang berusia di bawah 5 tahun
3.1.1.2 Stadium OMA
Perubahan nukosa telinga tengah sebagai akibat infejsi dapat dibagi atas 5 stadium :
1. Stadium Oklusi Tuba Eustachius
Adanya gambaran retraksi membran timpani akibat terjadinya tekanan negatif
di dalam telinga tengah, karena adanya absorpsi udara.
Kadang membran timpani terlihat normal atau berwarmna keruh pucat.
Efusi mungkin telah terjadi , tapi tidak dapat dideteksi
Stadium ini sulit dibedakan dengan otitis media serosa yang disebabkan oleh
virus atau alergi
2. Stadium Hiperemis
Tampak pembuluh darah melebar di membran timpani sehingga membran
timpani tampak hipermeis serta edema.
Sekret yang terbentuk mungkin masih bersifat eksudat yang serosa sehingga
suikar dilihat
3. Stadium Supurasi
Edema yang hebat pada mukosa telinga tenagh dan hancurnya sel epitel
superficial, serta terbentuknya eksudat yang purulen di kavum timpani yang
menyebakan membran timpani menonjol (bulging) ke arah telinga luar
Pasien tampak sangat sakit, dan suhu meningkat, serta rasa nyeri di telinga
bertambah hebat.
Bila tidak dilakukan insisi (miringotomi) pada stadium ini, kemungkinan besar
membran timpani akan ruptur dan keluar nanah ke liang telinga luar. Dann
bila ruptur, maka lubang tempat ruptur ( perforasi ) tidak akan menutup
kembali
4. Stadium Perforasi
Karena beberapa sebab seperti terlambatnya pemberian antibiotika atau
virulensi kuman yang tinggi, maka dapat terjadi ruptur membran timpani
5. Stadium Resolusi
3.1.1.3 Gejala Klinik OMA
Gejala tergantung pada stadium penyakit dan umur pasien.
Pada anak yang sudah dapat berbicara keluhan utamanya adalah rasa nyeri didalam
telinga dan panas yang tinggi, biasanya terdapat riwayat batuk pilek sebelumnya,.
Pada anak yang sulebih besar/ pada dewasa, disamping rasa nyeri juga terdapat
gangguan pendengaran berupa rasa penuh di telinga atau rasa kurang dengar.
Pada bayi dan anak kecil, gejala khas OMA adalah suhu tubuh tinggi dapat sampai
39,5 C (pada stadium supurasi), anak gelisah dan sukar tidur, tiba – tiba anak menjerit
waktu tidur, diare, kejang, dan kadang – kadang anak memegang telinga yang sakit.
Bila terjadi ruptur membran timpani, maka sekret mengalir ke liang telinga , suhu
tubuh turun anak tertidur tenang
3.1.1.4 Terapi
Pengobatan OMA tergntung stadium penyakitnya.
Pada stadium oklusi, penggobatan terutama bertujuan untuk membuka kembali tuba
eustachius, sehingga tekanan negatif pada telinga tengah hilang, sehingga diberikan
obat tetes hidung HCl efedrin 0,5 % dalam larutan fisiologik untuk anak <12 tahun,
atau HCl efedrin 1 % dalam larutan fisiologik untuk anak > 12 tahun dan pada orang
dewasa.
Sumber infeksi harus diobati
Antibiotik diberikan jika penyebabnya kuman, bukan oleh virus atau alergi
Stadium Presupurasi adalah antibiotika, obat tetes hidung dan analgetika. Bila
membran timpani sudah terlihat hiperemis difus, sebaiknya dilakukan miringotomi.
Antibiotik yang dianjurkan ialah golongan penisilin (ampicillin)..
Antibiotik yang dianjurkan ialah dari golongan penisilin atau ampicilin. Terapi awal
diberikan penicillin intramuscular agar didapatkan konsentrasi yang adekuat di dalam
darah, sehingga tidak terjadi mastoiditis yang terselubung,. Gangguan pendengaran
sebagai gejala sisa dan kkekambuhan. Pemberian antibiotika dianjurkan minimal 7
hari . Bila pasien alergi terhadap penisilin, maka diberikan eritromisin.
Pada anak, ampisilin diberikan dengan dosis 50 – 100 mg/kgBB per hari, dibagi
dalam 4 dosis, atau amoksisilin 40 mb/kgBB dibagi dalam 3 dosis, atau eritromisin 40
mg/kgBB/hari
Pada stadium supurasi disamping diberikan antibiotik, idealnya harus disertai
dengan miringotomi, bila membran timpani masih utuh.
Dengan miringotomi gejal – gejala klinis lebih cepat hilang dan ruptur dapat
dihindari.
Pada stadium perforasi sering terlihat sekret banyak keluar dan kadang terlihat
keluarnya sekret secara berdenyut (pulsasi). Pengobatan yang diberikan adalah obat
cuci telinga H2O2 3% selama 3 – 5 bhari serta antibiotik yang adekuat. Biasanya
sekret akan hilang dan perforasi dapat menutup kembali dalam waktu 7 – 10 hari
Pada stadium resolusi, maka membran timpani berangsur normal kembali, sekret
tidak ada lagi dan perforasi membran timpani menutup.
Bila tidak terjadi resolusi biasanya akan tampak sekret mengalir di liang telinga luar
melalui perforasi membran timpani. Keadaan ini dapat disebabkan karena
berlanjutnya edema mukosa teling tengah. Pada keadaan demikian, antibiotika dapat
dilajutkan sampai 3 minggu. Bila 3 minggu setrelah pengobatan sekret masih tetap
banyak, kemungkinan telah terjadi mastoiditis.
Bila OMA berlanjut dengan keluarnya sekret dari telinga tenagh lebih dari 3 minggu,
mka keadaan ini disebut OMS subakut.
Bila perforasi menetap dan sekret tetap keluar lebih dari satu setengah bulan atau dua
bulan, maka keadaan ini disebut OMSK
3.1.1.5 Komplikasi
Sebelum adanya antibiotika, , OMA dapat menimbulkan yaitu abses subperiosteal
sampai komplikasi yang berat (meningitis dan abses otak)
3.1.1.6 MIRINGOTOMI
Miringotomi adalah tindakan insisi pada pars lensa membran timpani , agar terjadi
drainase sekret dari telinga tengah ke liang telinga luar.
Istilah ini sering dikacaukan dengan parasintesis, dimana parasintesis adalah pungksi
membran timpani untuk mendapatkan sekret guna pemeriksaan mikrobiologik
(dengan semprit atau jarum khusus)
Miringotomi merupakan tindakan pembedahan kecil yang dilakukan dengan syarat
tindakan terseebut harus secara a-vue(dilaihat langsung), anak harus tenang dan dapat
dikuasai, sehingga membran timpani dapat terlihat dengan baik.
Lokasi miringotomi adalah di kuadran postero-inferior
Untuk tindakan ini memerlukan lampu kepala dengan sinar yang cukup terang,
memakai corong telinga yang sesuai dwengan besar liang telinga, dan pisau
parasintesis yang digunakan berukuran kecil dan steril
Komplikasi miringotomi
Pendarahan akibat trauma pada liang telinga luar
Dislokasi tulang pendengaran
Trauma pada fenestra rotundum
Trauma pada n. fasialis
Trauma pada bulbus jugulare
Mengingat kemungkinan komplikasi itu, maka dianjurkan untuk emlakukan
miringotomi dengajn narkose umum dan memakai mikroskop
Tindakan miringotomi dengan memakai mikroskop, selain aman, dapat juga untuk
menghisap sekret dari telinga tengah sebanyak – bayanknya. Hany dengan cara ihi
biayanya lebih mahal
Bila terapi yang diberikan sudah adekuat, sbetulnya miringotomi tidak perlu
dilakukan , kecuali bila jelas tampak adanya nanah di telinga tengah.
Komplikasi parasentesis kurang lebih sama dengan komplkasi miringotomi
3.1.2 OTITIS MEDIA SUPURATIF KRONIK
Dulu disebut otitis media perforata atau dalam sebutan sehari – hari adalah congek.
otitis media supuratif kronis adalah infeksi kronis di telinga tengah dengan perforasi
membran timpani dan sekret yang keluar dari telinga tengah terus – menerus atau
hilang timbul. Sekret mungkin encer atau kental, bening atau berupa nanah.
3.1.2.1 Perjalanan Penyakit
Otitis media akut dengan perforasi membran timpani menjadi otitis media supuratif
kronis apabila prosesnya sudah lebih dari 2 bulan. Bila proses infeksi kurang dari 2
bulan disebut otitis media supuratif sub akut.
Beberapa faktor yang menyebabkan OMA menjadi OMSK adalah :
1. Terapi yang terlambat diberikan.
2. Terapi yang tidak adekuat.
3. Virulensi kuman yang tinggi.
4. Daya tahan tubuh pasien rendah (kurang gizi).
5. Higiene buruk.
Letak perforasi di membran timpani penting untuk menentukan tipe OMSK. Perforasi
membrana timpani dapat ditemukan di daerah sentral, marginal atau atik.
3.1.2.2 Jenis OMSK
OMSK dibagi atas 2 jenis yaitu : 1. OMSK tipe “Benigna” (tipe aman), 2. OMSK tipe
“Maligna” (tipe bahaya). Berdasarkan aktivitas sekret yang keluar dikenal juga
OMSK aktif dan OMSK tenang, OMSK aktif adalah OMSK dengan sekret yang
keluar dari capung cavum timpani secara aktif, sedangkan OMSK tenang adalah yang
keadaan cavum timpani terlihat basah / kering.
Proses peradangan pada OMSK tipe benigna terbatas pada mukosa saja, dan biasanya
tidak mengenai tulang, perforasi terletak di sentral, umumnya tipe benigna jarang
menimbulkan komplikasi yang berbahaya, juga tidak terdapat kolestaetom
Yang dimaksud OMSK tipe maligna adalah OMSK yang disertai oleh kolestaetom,
jenis ini dikenal dengan OMSK tipe bahaya atau OMSK tipe tulang, perforasi terletak
di marginal atau atik, kadang –kadang terdapat juga koleteatom pada OMSK dengan
perforasi sub total, sebagian besar komplikasinya berbahaya dan fatal.
3.1.2.3 Gejala Klinis
Mengingat OMSK tipe maligna seringkali menimbulkan komplikasi yang berhahaya,
maka perlu ditegakkan diagnosis dini. Walaupun diagnosis pasti baru dapat
ditegakkan di kamar operasi, namun beberapa tanda klinik dapat menjadi pedoman
akan adanya OMSK tipe maligna, yaitu :
1. Perforasi pada marginal atau pada atik, tanda ini biasanya tanda dini dari
OMSK tipe maligna, sedangkan kasus yang sudah lanjut dapat terlihat.
2. Abses atau fistel retro – auriguler (belakang telinga).
3. Polip atau jaringan granulasi di liang telinga luar yang berasal dari telinga
tengah.
4. Sekret berbentuk nanah dan berbau khas (aroma kolesteatom).
5. Terlihat bayangan kolesteatom pada poto rontgen mastoid.
3.1.2.4 Terapi OMSK
Terapi OMSK tidak jarang memerlukan waktu lama serta harus berulang –
ulang. Sekret yang keluar tidak cepat kering atau selalu kambuh lagi.
Keadaan ini antara lain disebabkan oleh satu atau beberapa keadaan, yaitu :
1. Adanya perforasi membran timpani yang permanen.
2. Terdapat sumber infeksi di faring, nasofaring, hidung dan sinus paranasal.
3. Sudah terbentuk jaringan patologik yang irreversible dalam rongga mastoid.
4. Gizi dan higiene yang kurang
Prinsip terapi OMSK tipe benigna adalah konservatif atau dengan
medikamentosa. Bila sekret yang keluar terus – menerus, maka diberikan obat
pencuci telinga, berupa larutan H202 3 % selama 3 – 5 hari. Setelah sekret berkurang,
maka terapi dilanjutkan dengan memberikan obat tetes telinga yang mengandung AB
dan kortikosteorid. Obat tetes telinga sebaiknya jangan diberikan secara terus
menerus lebih dari 1 atau 2 Minggu atau pada OMSK yang sudah terkena obat tetes
sebanyak yang bersifat ototoksik. Secara oral diberikan AB dari golongan ampisilin,
atau eritromisin. Pada infeksi yang dicurigai penyebabnya telah resisten terhadap
ampisilin dapat diberikan ampisilin as. Klavulanat.
Bila sekret telah kering, terapi perforasi masih ada setelah di observasi selama
2 bulan, maka idealnya dilakukan miringoplasti atau timpanoplasti. Operasi ini
bertujuan menghentikan infeksi secara permanen, memperbaiki membran timpani
yang perforasi, mencegah terjadinya perforasi atau perusakan pendengaran yang lebih
berat, serta memperbaiki pendengaran.
Bila terdapat sumber infeksi yang menyebabkan sekret tetap ada, atau terjadi
infeksi berulang, maka sumber infeksi itu harus diobati lebih dahulu, mungkin juga
perlu dilakukan pembedahan, misalnya adenoidektomi atau tonsilektomi.
Prinsip OMSK tipe maligna yaitu pembedahan mastoidektomi. Terapi
konservatif dengan medikamentosa hanya merupakan terapi sementara sebelum
dilakukan pembedahan. Bila terdapat abses sub periosteal retroaurikuler, maka
dilakukan insisi abses, sebaiknya dilakukan tersendiri sebelum dilakukan
mastoidektomi.
Rongga telinga tengah dan rongga mastoid berhubungan langsung melalui aditus ad
antrum, oleh karenanya infeksi kronis telinga tengah yang sudah berlangsung lama
biasanya disertai infeksi kronis dari rongga mastoid yang dikenal dengan mastoiditis.
Beberapa ahli menggolongkan mastoiditis ke dalam komplikasi OMSK.
Ada beberapa jenis pembedahan atau tehnik operasi yang dapat dilakukan
pada OMSK dengan mastoiditis kronis, baik tipe benigna atau maligna antara lain :
1. Mastoidektomi sederhana.
2. Mastoidektomi radikal.
3. Mastoidektomi radikal dengan modifikasi.
4. Miringoplasti.
5. Timpanoplasti.
6. Pendekatan ganda timpanoplasti.
Jenis operasi mastoid yang dilakukan tergantung pada luasnya infeksi atau
kolesteatom, sarana yang tersedia, serta pengalaman operator. Kadang dilakukan
kombinasi dari jenis operasi itu sesuai dengan luasnya infeksi atau kerusakan.
3.1.2.5 Komplikasi
Komplikasi otitis media terjadi bila sawar (barier) pertahanan telinga tengah
yang normal dilewati, sehingga memungkinkan infeksi menjalar ke struktur
sekitarnya. Pertahanan pertama ialah mukosa cavum timpani yang menyerupai
mukosa saluran nafas yang mampu melokalisasi dan mengatasai infeksi.
Bila sawar ini runtuh, masih ada sawar yang kedua, yaitu dinding tulang
cavum timpani dan sel mastoid. Bila sawar ini masih runtuh, maka struktur lunak di
sekitarnya akan terkena. Runtuhnya periosteum akan menyebabkan terjadinya abses
sub periosteal, suatu komplikasi yang relatif tidak berbahaya.
Tetapi bila infeksi mengarah ke dalam, ke tulang temporal dan ke arah kranial
relatif berbahaya. Pada kebanyakan kasus, bila sawar tulang terlampaui, suatu dinding
pertahanan ketiga yaitu jaringan granulasi akan terbentuk. Pada kasus akut atau suatu
eksaserbasi akut, penyebaran biasanya melalui osteotromboflebitis (hematogen).
Pada kasus ini, terutama yang kronis penyebaran biasanya melalui erosi tulang. Cara
penyebaran yang lainnya ialah melalui jalan yang sudah ada misalnya fenestra
rotundum, meatus akustikus interna, duktus perilimfatik atau duktus endolimfatik.
3.2 OTITIS MEDIA NON SUPURATIF3.2 OTITIS MEDIA NON SUPURATIF
Nama lainnya adalah otitis media musinosa , otitis media efusi, otitis media
sekretoria, otitis media mucoid (glue ear).
Otitis media serosa adalah keadaan terdapatnya sekret yang non purulen di telinga
tengah , sedangkan membran timpani terlihat utuh. Adanya cairan di telinga tengah
dengan membran timpani yang utuh tanpa adanya tanda – tanda infeksi disebut otitis
media dengan efusi. Apabila efusi tersebut encer disebut otitis media serosa dan
apabila kental seperti lem disebut otitis media mukoid (glue ear).
Ottis media efusi terbatas pada keadaan timpani utuh tanpa ada tanda radang . Bila
efusi tersebut berbentuk pus, membran timpani utuh dan disertai tanda – tanda radang
maka disebut otitis media akut
Otitis media serosa terjadi terutama akibat adanya transudat atau plasma yang
mengalir dari pembuluh darah ke telinga tengah yang sebagian besar terjadi akibat
adanya tekanan hidrostatik, sedangkan pada otitis media mukoid, cairan yang ada di
telinga tengah timbul akibat sekresi aktif dari kelenjar dan kista yang terdapat di
dalam mukosa telinga tengah, tuba eustachius, dan rongga mastoid. Faktor yang
berperan utama adalah terganggunya fungsi tuba eustachius. Faktor lainnya adalah
adenoid hipertropi , adenoiditis, sumbing palatum, tumor di nasofaring, barotrauma,
sinusitis, rhinitis, defisiensi imunologik atau metabolik. Keadaan alergi sering
berperan sebagai faktor tambahan dalam timbulnya cairan dalam telinga tengah.
Pada dasarnya otitis media serosa dibagi atas dua jenis, yaitu :
3.2.1 Otitis media serosa akut (Barotrauma)
Adalah keadaan terbentuknya sekret di telinga tengah secara tiba – tiba yang
disebabkan oleh gangguan fungsi tuba.
Otitis media serosa akut lebih sering terjadi pada orang dewasa
3.2.1.1 Keadaan akut ini dapat disebabkan oleh :
sumbatan tuba, misalnya pada barotrauma
virus, biasanya infeksi virus saluran napas atas
alergi pada jalan napas atas
idiopatik
3.2.1.2 Gejala dan tanda:
Gejala yang menonjol adalah pendengaran berkurang
Telinga terasa tersumbat
Suara sendiri terdengar lebih nyaring atau berbeda pada telinga yang sakit
(diplacusis binauralis)
Kadang terasa ada cairan yang bergerak pada telinga saat posisi kepala
berubah.
Terdapat sedikit nyeri pada telinga saat awal tuba terganggu dimana timbul
tekanan negatif pada telinga tengah (misalnya pada barotrauma). Setelah
sekret terbentuk, tekanan ini pelan – pelan menghilang.
Nyeri tidak ada jika penyebabnya virus atau alergi
Kadang terdapat vertigo, tinitus, pusing
Pada otoskop, membran timpani terlihat retraksi. Kadang terlihat gelembung
udara atau permukaan cairan pada cavum timpani
Tuli konduktif dapat terdeteksi dengan garpu tala
3.2.1.3 Pengobatan :
Medika mentosa
Yaitu : obat vasokostriktor lokal(tetes hidung), antihistamin
Pembedahan
Dilakukan jika dalam 1 atau 2 minggu gejala masih menetap.
Dilakukan miringotomi, serta pemasangan pipa ventilasi( grommet tube)
3.2.2 Otitis media serosa kronik (glue ear)
Adalah keadaan terbentuknya sekret di telinga tengah secara bertahap tanpa rasa
nyeri dengan gejala – gejala pada telinga yang berlangsung lama.
Bila sekret kental seperti lem maka disebut glue ear
Otitis media serosa kronik sering terjadi pada anak – anak.
Otitis media serosa unilateral pada orang dewasa tanpa penyebab yang jelas harus
dipikirkan kemungkinan karsinoma nasofaring.
Otitis media serosa kronik dapat terjadi sebagai gejala sisa dari otitis media akut
yang tidak sembuh sempurna , infeksi virus, keadaan alergi, atau gangguan
mekanis pada tuba.
3.2.2.1 Gejala dan tanda :
Tuli lebih menonjol daripada otitis media serosa akut, yaitu 40- 50 dB
Membran timpani terlihat utuh, retraksi,suram, kuning kemerahan atau keabu-
abuan
3.2.2.2 Pengobatan :
Jika masih baru, bisa diberikan dekongestan tetes hidung serta kombinasi anti
histamin – dekongestan per oral.Pengobatan dilakukan selama 3 bulan.
Jika pengobatan medikamentosa tidak berhasil,maka dilakukan pengeluarkan
sekret dengan miringotomi dan memasang pipa ventilasi (grommet tube)
Atasi/obati faktor penyebab, seperti alergi, pembesaran adenoid atau
tonsil,infeksi hidung atau sinus
DAFTAR PUSTAKA
1. Boeis : Penyakit Telinga Tengah dan Mastoid; Buku Ajar Penyakit THT, Edisi 6, Cetakan III, 1997; 88 – 112.
2. Hendarto H dan Entjep. H : Telinga, Buku Ajar Ilmu Penyakit Telinga Hidung Tenggorokan; Edisi Kedua, FKUI, 1995; 1 – 6.
3. Zainul A. Jafar : Kelainan Telinga Tengah, Buku Ajar Ilmu Penyakit Telinga Hidung Tenggorokan; Edisi Ketiga, FKUI, 1997; 54 – 60.
4. Helmi : Komplikasi OMSK dan Mastoiditis, Buku Ajar THT; Edisi Empat, FKUI, 2000; 62 – 65.