p e l e s t a r i a n cagar budaya - ditjen kebudayaan · masa gaya memiliki arti khusus memiliki...
TRANSCRIPT
OLEH
KEPALA BPCB GORONTALO
ZAKARIA KASIMIN
DISAMPAIKAN DALAM WORKSHOP DOKUMENTASI CAGAR BUDAYA
SELASA, 21 DESEMBER 2016
P E L E S T A R I A N CAGAR BUDAYA
VISI Terwujudnya Pelestarian berupa Pelindungan, Pengembangan,
dan Pemanfaatan Cagar Budaya Dalam Rangka Memperkukuh
Karakter Jati Diri Bangsa
MISI Meningkatkan pengelolaan yang meliputi perlindungan,
pengembangan, dan pemanfaatan Cagar Budaya/Situs.
Meningkatkan pendokumentasian dan peningkatan mutu
informasi tentang cagar budaya kepada masyarakat.
Meningkatkan sumber daya manusia yang berkualitas
BALAI PELESTARIAN CAGAR BUDAYA (BPCB)
GORONTALO WILAYAH KERJA: PROVINSI SULAWESI UTARA, SULAWESI TENGAH, DAN GORONTALO
TUGAS DAN FUNGSI
TUGAS : Balai Pelestarian Cagar Budaya Gorontalo mempunyai tugas melaksanakan pelindungan,
pengembangan, dan pemanfaatan serta fasilitasi pelestarian cagar budaya di Provinsi Gorontalo,
Sulawesi Utara dan Sulawesi Tengah
FUNGSI:
Dalam melaksanakan tugasnya, Balai Pelestarian Cagar Budaya Gorontalo menyelenggarakan
fungsi berupa:
a. Pelaksanaan penyelamatan dan pengamanan cagar budaya;
b. Pelaksanaan zonasi cagar budaya;
c. Pelaksanaan pemeliharaan dan pemugaran cagar budaya;
d. Pelaksanaan pengembangan cagar budaya;
e. Pelaksanaan pemanfaatan cagar budaya;
f. Pelaksanaan dokumentasi dan publikasi cagar budaya;
g. Pelaksanaan kemitraan di bidang pelestarian cagar budaya;
h. Fasilitasi pelaksanaan pelestarian dan pengembangan tenaga teknis di bidang pelestarian dan pengembangan tenaga teknis di bidang pelestarian cagar budaya; dan
i. Pelaksanaan urusan ketatausahaan Balai Pelestarian Cagar Budaya.
1. EDWARD B. TAYLOR
Kebudayaan merupakan keseluruhan yang kompleks, yang didalamnya terkandung
pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan kemampuan-
kemampuan lain yang didapat oleh seseorang sebagai anggota masyarakat.
2. M. JACOBS DAN B.J. STERN
Kebudayaan mencakup keseluruhan yang meliputi bentuk teknologi sosial, ideologi, religi,
dan kesenian serta benda, yang kesemuanya merupakan warisan sosial.
3. KOENTJARANINGRAT
Kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan, dan hasil karya manusia dalam
rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan relajar.
4. DR. K. KUPPER
Kebudayaan merupakan sistem gagasan yang menjadi pedoman dan pengarah bagi manusia
dalam bersikap dan berperilaku, baik secara individu maupun kelompok.
5. WILLIAM H. HAVILAND
Kebudayaan adalah seperangkat peraturan dan norma yang dimiliki bersama oleh para
anggota masyarakat, yang jika dilaksanakan oleh para anggotanya akan melahirkan perilaku
yang dipandang layak dan dapat di terima oleh semua masyarakat.
6. KI HAJAR DEWANTARA
Kebudayaan berarti buah budi manusia adalah hasil perjuangan manusia terhadap dua
pengaruh kuat, yakni zaman dan alam yang merupakan bukti kejayaan hidup manusia untuk
mengatasi berbagai rintangan dan kesukaran didalam hidup dan penghidupannya guna
mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang pada lahirnya bersifat tertib dan damai.
DEFINISI KEBUDAYAAN
7. FRANCIS MERILL
Pola-pola perilaku yang dihasilkan oleh interaksi sosial
Semua perilaku dan semua produk yang dihasilkan oleh sesorang sebagai anggota
suatu masyarakat yang ditemukan melalui interaksi simbolis.
8. BOUNDED ET.AL
Kebudayaan adalah sesuatu yang terbentuk oleh pengembangan dan transmisi dari
kepercayaan manusia melalui simbol-simbol tertentu, misalnya simbol bahasa
sebagai rangkaian simbol yang digunakan untuk mengalihkan keyakinan budaya
diantara para anggota suatu masyarakat. Pesan-pesan tentang kebudayaan yang di
harapkan dapat di temukan di dalam media, pemerintahan, intitusi agama, sistem
pendidikan dan semacam itu.
9. MITCHELL (DICTIONARY OF SORIBLOGY)
Kebudayaan adalah sebagian perulangan keseluruhan tindakan atau aktivitas
manusia dan produk yang dihasilkan manusia yang telah memasyarakat secara
sosial dan bukan sekedar dialihkan secara genetikal.
10. ROBERT H LOWIE
Kebudayaan adalah segala sesuatu yang diperoleh individu dari masyarakat,
mencakup kepercayaan, adat istiadat, norma-norma artistic, kebiasaan makan,
keahlian yang di peroleh bukan dari kreatifitasnya sendiri melainkan merupakan
warisan masa lampau yang di dapat melalui pendidikan formal atau informal.
11. ARKEOLOG R. SEOKMONO
Kebudayaan adalah seluruh hasil usaha manusia, baik berupa benda ataupun hanya
berupa buah pikiran dan dalam penghidupan.
WUJUD KEBUDAYAAN
IDE, GAGASAN, KONSEP
PERILAKU
BENDA
BUDAYA TAK
BENDA
(INTANGIBLE
CULTURAL
ASPECT)
BUDAYA
BENDA
(TANGIBLE
CULTURAL
ASPCETS)
UNSUR KEBUDAYAAN KEBUDAYAAN
INDONESIA (KOENTJARANINGRAT)
1. Sistem Religi.
2. Sistem Organisasi Masyarakat
3. Sitem Pengetahuan
4. Sistem Mata Pencaharian Hidup dan
Sistem – Sistem Ekonomi
5. Sistem Teknologi dan Peralatan
6. Bahasa
7. Kesenian
STRUKTUR UU NO.11 TAHUN 2010 TENTANG CAGAR BUDAYA
(13 BAB DAN 120 PASAL)
BAB I : Memuat Ketentuan Umum tentang pengertian prinsip, dan batasan BAB II : Memuat Azas, Tujuan, dan Lingkup BAB III : Memuat Kriteria Cagar budaya BAB IV : Memuat tentang Pemilikan dan Penguasaan BAB V : Memuat Tentang Penemuan dan Pencarian BAB VI : Memuat tentang Register Nasional yang mencakup ; Pendaftaran,
Pengkajian, Penetapan, Pencatatan, Pemeringkatan, dan Penghapusan BAB VII : Memuat Pelestarian Cagar Budaya yang mencakup; Aspek
Perlindungan, Aspek Pengembangan, dan Aspek Pemanfaatan BAB VIII : Memuat Tugas dan Wewenang Pemerintah BAB IX : Memuat Sumber Pendanaan BAB X : Memuat Aspek Pengawasan dan Penyidikan BAB XI : Memuat Ketentuan Pidana BAB XII : Ketentuan Peralihan BAB XIII : Memuat Ketentuan Penutup
CAGAR BUDAYA:
Cagar Budaya adalah warisan budaya bersifat kebendaan berupa Benda Cagar Budaya,
Bangunan Cagar Budaya, Struktur Cagar Budaya, Situs Cagar Budaya, dan Kawasan Cagar
Budaya di darat dan/atau di air yang perlu dilestarikan keberadaannya karena memiliki nilai
penting bagi sejarah, ilmu pengetahuan, pendidikan, agama, dan/atau kebudayaan melalui
proses penetapan.
KLASIFIKASI CAGAR BUDAYA
• Benda Cagar Budaya • Bangunan Cagar Budaya • Struktur Cagar Budaya • Situs Cagar Budaya • Kawasan Cagar Budaya di darat dan/atau di air
KRITERIA CAGAR BUDAYA
• Berusia 50 Tahun atau lebih • Mewakili masa gaya paling singkat berusia 50 tahun • Memiliki arti khusus bagi sejarah, ilmu pengetahuan, pendidikan, agama, dan/atau
kebudayaan • Memiliki nilai budaya bagi penguatan kepribadian bangsa
Pasal 5
Benda, bangunan, atau struktur dapat diusulkan sebagai
Benda Cagar Budaya, Bangunan Cagar Budaya, atau
Struktur Cagar Budaya apabila memenuhi kriteria:
a. berusia 50 (lima puluh) tahun atau lebih;
b. mewakili masa gaya paling singkat berusia 50 (lima
puluh) tahun;
c. memiliki arti khusus bagi sejarah, ilmu pengetahuan,
pendidikan, agama, dan/atau kebudayaan; dan
d. memiliki nilai budaya bagi penguatan kepribadian
bangsa.
+50 -50
50 thn
Lama / Past Culture Baru / Present Culture
Pasal 5
Usia objek
Masa gaya
Memiliki arti khusus
Memiliki nilai budaya
Pasal 11
Benda, bangunan, struktur, lokasi, atau satuan ruang
geografis yang atas dasar penelitian memiliki arti khusus
bagi masyarakat atau bangsa Indonesia, tetapi tidak
memenuhi kriteria Cagar Budaya sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 5 sampai dengan Pasal 10 dapat diusulkan
sebagai Cagar Budaya.
Pasal 11 dan 36
Arti khusus bagi bangsa
Indonesia
Kajian Penelitian
Undang-undang juga membolehkan penetapan
objek atau ruang yang belum berusia 50 tahun
sebagai cagar budaya, asalkan memiliki arti
khusus bagi bangsa Indonesia
Penjelasan Pasal
Yang dimaksud dengan “arti khusus bagi masyarakat” adalah memiliki nilai
penting bagi masyarakat kebudayaan tertentu.
Yang dimaksud dengan “arti khusus bagi bangsa” adalah memiliki nilai
penting bagi negara dan rakyat Indonesia yang menjadi simbol pemersatu,
kebanggaan jati diri bangsa, atau yang merupakan peristiwa luar biasa
berskala nasional atau dunia.
KRITERIA
BENDA CAGAR BUDAYA
BENDA ALAM (EKOFAK)
BENDA BUATAN (ARTEFAK)
adalah benda alam dan/atau benda buatan manusia,
baik bergerak maupun tidak bergerak, berupa kesatuan atau kelompok,
atau bagian-bagiannya, atau sisa-sisanya
yang memiliki hubungan erat dengan kebudayaan dan sejarah perkembangan manusia
Pollen / biji tumbuhan
Sisa hasil buruan Kjokkenmodinger
Benda Tidak Bergerak : Makam, bangunan benteng, masjid, dll
menhir
Benda Bergerak : Arca, Keris, alat-alat batu, dll
TERBUAT DARI BENDA ALAM
TERBUAT DARI BENDA BUATAN adalah susunan binaan,
yang terbuat dari benda alam atau benda buatan manusia
Untuk memenuhi kebutuhan ruang
Berdinding atau tidak berdinding, beratap
Pundan berundak
BANGUNAN CAGAR BUDAYA
STRUKTUR CAGAR BUDAYA
TERBUAT DARI BENDA BUATAN
TERBUAT DARI BENDA ALAM
adalah susunan binaan, yang terbuat dari benda alam atau benda buatan manusia
Untuk memenuhi kebutuhan ruang kegiatan
Yang menyatu dengan alam, Sarana, dan prasarana
Untuk menampung kebutuhan manusia
gua
SITUS CAGAR BUDAYA
BENDA CAGAR BUDAYA BANGUNAN CAGAR BUDAYA STRUKTUR CAGAR BUDAYA
DI DARAT DI AIR
adalah lokasi yang berada di darat dan/atau air,
yang mengandung Benda Cagar Budaya, Bangunan Cagar Budaya,
dan/atau Struktur Cagar Budaya
Sebagai hasil kegiatan manusia Atau bukti kejadian pada masa lampau
PENDAFTARAN DAN PENETAPAN
Hak dan Kewajiban
Pelestarian Pengelolaan
Larangan dan Pidana
CAGAR BUDAYA
POPULASI TINGGALAN PURBAKALA
LOGIKA UNDANG-UNDANG
Non Cagar Budaya
Apa yang dilestarikan
Siapa yang melestarikan
Konsekuensi
Cara melakukan pelestarian
PENEMUAN
PENETAPAN CAGAR BUDAYA
PENGHAPUSAN
PEMILIKAN/ PENGUASAN
PENDAFTARAN
Tim Ahli REGISTER NASONAL
SK CAGAR BUDAYA
SURAT PEMILIKAN
PEMERINGKATAN
PENCARIAN
ARSITEKTUR UNDANG-UNDANG
LARANGAN
PENGAWASAN DAN PENYIDIKAN
PIDANA
PELINDUNGAN
PENGEMBANGAN
PEMANFAATAN
KEWENANGAN
PENDANAAN
Hak dan Kewajiban
2
3
4
5 1
Pendaftaran dan Penetapan
Hak dan Kewajiban
Pelestarian
Pengelolaan
Larangan dan Pidana
PASAL 53
1) Pelestarian Cagar Budaya dilakukan berdasarkan hasil studi kelayakan yang
dapat dipertanggungjawabkan secara akademis, teknis, dan administratif.
2) Kegiatan Pelestarian Cagar Budaya harus dilaksanakan atau dikoordinasikan
oleh Tenaga Ahli Pelestarian dengan memperhatikan etika pelestarian.
3) Tata cara Pelestarian Cagar Budaya harus mempertimbangkan kemungkinan
dilakukannya pengembalian kondisi awal seperti sebelum kegiatan
pelestarian.
4) Pelestarian Cagar Budaya harus didukung oleh kegiatan pendokumentasian
sebelum dilakukan kegiatan yang dapat menyebabkan terjadinya perubahan
keasliannya.
PASAL 54
Setiap orang berhak memperoleh dukungan teknis dan/atau kepakaran dari
Pemerintah atau Pemerintah Daerah atas upaya Pelestarian Cagar Budaya
yang dimiliki dan/atau yang dikuasai.
PASAL 55
Setiap orang dilarang dengan sengaja mencegah, menghalang-halangi, atau
menggagalkan upaya Pelestarian Cagar Budaya.
PEMANFAATAN (Pf)
PENGEMBANGAN (Pb)
PELINDUNGAN (Pl)
PEMUGARAN
PEMELIHARAAN
PENYELAMATAN
PENGAMANAN
ZONASI
REVITALISASI
ADAPTASI
PENELITIAN
AKADEMIS
EKOLOGIS
IDEOLOGIS
P E L E S T A R I A N
Berawal dan berakhir di sini
EKONOMIS
PENDAFTARAN PENETAPAN SURAT KETERANGAN
OBJEK SURAT KETERANGAN
PEMILIKAN
1. PERLINDUNGAN ( pasal 56)
- Paragraf 1: PENYELAMATAN (pasal 57-60)
- Paragraf 2: PENGAMANAN (pasal 61-71)
- Paragraf 3: ZONASI (pasal 72-74)
- Paragraf 4: PEMELIHARAAN (pasal 75, 76)
- Paragraf 5: PEMUGARAN (pasal 77)
2. PENGEMBANGAN (pasal 78)
- Paragraf 1: PENELITIAN (pasal 79)
- Paragraf 2: REVITALISASI (pasal 80-82)
- Paragraf 3: ADAPTASI (pasal 83-84)
3. PEMANFAATAN (pasal 85-94)
PENGKAJIAN TIM
AHLI CAGAR
BUDAYA
PENETAPAN
CAGAR BUDAYA
BUKAN CAGAR
BUDAYA
REGISTRASI
- NASIONAL
- DAERAH
PEMERINGKATAN
:
-NASIONAL
-PROVINSI
-KAB/KOTA
PENERBITAN SURAT
KETERANGAN STATUS
CAGAR BUDAYA
PEMBERIAN TANDA
TERIMA BUKTI
KEPEMILIKAN &
KEASLIAN CAGAR
BUDAYA
PENGHAPUSAN CAGAR
BUDAYA
PENEMUAN
PENCARIAN
PEMILIKAN/
PENGUASAAN
PENDAFTARAN
LANGSUNG/
MELALUI
INTERNET
PEMERIKSAAN
OLEH PETUGAS
PENDAFTAR
PEMBUATAN
BERITA ACARA
OLEH PETUGAS
PENDAFTAR
PENGISIAN
DATABASE
PENDAFTARAN
TIDAK MEMENUHI
KRITERIA
PELESTARIAN CAGAR
BUDAYA
Perlindungan, Pengembangan,
dan Pemanfaatan
Dasar Acuan:
Undang-undang No 11 Tahun 2010 Tentang Cagar
Budaya
ALUR PENDAFTARAN CAGAR BUDAYA
Pasal 31
(1) Hasil pendaftaran diserahkan kepada Tim Ahli Cagar
Budaya untuk dikaji kelayakannya sebagai Cagar
Budaya atau bukan Cagar Budaya.
(2) Pengkajian sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
bertujuan melakukan identifikasi dan klasifikasi
terhadap benda, bangunan, struktur, lokasi, dan satuan
ruang geografis yang diusulkan untuk ditetapkan
sebagai Cagar Budaya.
(3) Tim Ahli Cagar Budaya sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) ditetapkan dengan:
a. Keputusan Menteri untuk tingkat nasional;
b. Keputusan Gubernur untuk tingkat provinsi; dan
c. Keputusan Bupati/Wali Kota untuk tingkat
kabupaten/kota.
(4) Dalam melakukan kajian, Tim Ahli Cagar Budaya dapat
dibantu oleh unit pelaksana teknis atau satuan kerja
perangkat daerah yang bertanggung jawab di bidang
Cagar Budaya.
(5) Selama proses pengkajian, benda, bangunan, struktur,
atau lokasi hasil penemuan atau yang didaftarkan,
dilindungi dan diperlakukan sebagai Cagar Budaya.
Hasil Pendaftaran
Tim Ahli Cagar Budaya
Layak
Tidak layak
Tidak memenuhi batas
usia dan tidak memiliki
nilai yang signifikan
Diklasifikasi menurut jenis
dan kriteria lain
Didaftar
Rekomendasi
Dietapkan: Menteri,
Gubernur, Bupati, atau
Walikota
Cagar Budaya
Dibantu
UPT, SKPD,
dan Tim
Populasi
Register Nasional
Terjadi
perubahan
Pasal 32
Pengkajian terhadap koleksi museum yang didaftarkan
dilakukan oleh Kurator dan selanjutnya diserahkan kepada
Tim Ahli Cagar Budaya.
Melakukan kajian
PEMILIKAN DAN PENGUASAAN
Baik pemilik maupun
penguasa tidak lepas dari
kewajiban:
1. Melindungi Cagar
Budaya serta
mendaftarkan, dan
2. Melaporkan Cagar
Budaya kepada
Pemerintah/Pemerintah
Daerah
Hak terpenuh terhadap
Cagar Budaya dengan
tetap memperhatikan
fungsi sosialnya
(kepentingan
masyarakat umum)
Pemberian hak atau
kewenangan untuk
mengurus mengelola
(atas nama pemilik)
Cagar Budaya
sebagaimana diatur
dalam peraturan
perundang-undangan
Pemerintah
(berkewajiban)
Masyarakat
(peran serta)
Pemilikan
Penguasaaan
Pasal 12
(1) Setiap orang dapat memiliki dan/atau menguasai
Benda Cagar Budaya, Bangunan Cagar Budaya,
Struktur Cagar Budaya, dan/atau Situs Cagar
Budaya dengan tetap memperhatikan fungsi
sosialnya sepanjang tidak bertentangan dengan
ketentuan Undang-Undang ini.
(2) Setiap orang dapat memiliki dan/atau menguasai
Cagar Budaya apabila jumlah dan jenis Benda
Cagar Budaya, Bangunan Cagar Budaya,
Struktur Cagar Budaya, dan/atau Situs Cagar
Budaya tersebut telah memenuhi kebutuhan
negara.
(3) Kepemilikan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dan ayat (2) dapat diperoleh melalui
pewarisan, hibah, tukar-menukar, hadiah,
pembelian, dan/atau putusan atau penetapan
pengadilan, kecuali yang dikuasai oleh Negara.
(4) Pemilik Benda Cagar Budaya, Bangunan Cagar
Budaya, Struktur Cagar Budaya, dan/atau Situs
Cagar Budaya yang tidak ada ahli warisnya atau
tidak menyerahkannya kepada orang lain
berdasarkan wasiat, hibah, atau hadiah setelah
pemiliknya meninggal, kepemilikannya diambil
alih oleh negara sesuai dengan ketentuan
peraturan
PEMILIKAN
CAGAR
BUDAYA
Wajib memenuhi fungsi sosial
Jumlah dan jenisnya memenuhi kebutuhan negara
Warisan, hibah,
tukar menukar,
hadiah,
pembelian,
keputusan atau
penetapan
pengadilan
Tidak ada
pewaris atau
diserahkan
orang lain
Memperhatikan
kepentingan umum untuk
kepentingan ilmu
pengetahuan, teknologi,
pendidikan, pariwisata,
agama, sejarah, dan
kebudayaan
Negara sudah cukup memiliki cagar budaya di museum
atau di situs tempat ditemukannya.
Negara
PEMERINTAH
- IDENTITAS DAERAH
- PENGEMBANGAN PARIWISATA
AKADEMIK / PENDIDIKAN
- PENGAJARAN SEJARAH
- PENGAJARAN MULOK
MASYARAKAT
- PEMANFAATAN SOSIAL
- PEMBERDAYAAN EKONOMI
PEMANFAATAN CAGAR BUDAYA
Cagar Budaya tertentu dapat dimanfaatkan untuk kepentingan agama, sosial,pendidikan, ilmu pengetahuan, teknologi, kebudayaan dan pariwisata (PASAL 85)
TUGAS DAN WEWENANG PEMERINTAH
DALAM PELESTARIAN CAGAR BUDAYA
• Melakukan pelindungan, pengembangan, dan pemanfaatan cagar budaya (PASAL 95 AYAT (1))
• Memfasilitasi pengelolaan kawasan cagar budaya (PASAL 97 AYAT (1));
• Mengalokasikan pendanaan pelestarian cagar budaya (anggaran untuk perlindungan, pengembangan, pemanfaatan, dan kompensasi cagar budaya) (PASAL 98 AYAT (1),(3));
• Menyediakan dana cadangan untuk penyelamatan cagar budaya dalam keadaaan darurat dan penemuan yang telah ditetapkan sebagai cagar budaya (PASAL 98 AYAT (4));
• Bertanggungjawab terhadap pengawasan pelestarian cagar budaya sesuai dengan kewenangannya;
Pasal 96 --- WEWENANG
(1) Pemerintah dan Pemerintah Daerah sesuai dengan tingkatannya mempunyai wewenang:
a. menetapkan etika pelestarian Cagar Budaya;
b. mengoordinasikan pelestarian Cagar Budaya secara lintas sektor dan wilayah;
c. menghimpun data Cagar Budaya;
d. menetapkan peringkat Cagar Budaya;
e. menetapkan dan mencabut status Cagar Budaya;
f. membuat peraturan pengelolaan Cagar Budaya;
g. menyelenggarakan kerja sama pelestarian Cagar Budaya;
h. melakukan penyidikan kasus pelanggaran hukum;
i. mengelola Kawasan Cagar Budaya;
j. mendirikan dan membubarkan unit pelaksana teknis bidang pelestarian, penelitian, dan museum;
k. mengembangkan kebijakan sumber daya manusia di bidang kepurbakalaan;
l. memberikan penghargaan kepada setiap orang yang telah melakukan Pelestarian Cagar Budaya;
m. memindahkan dan/atau menyimpan Cagar Budaya untuk kepentingan pengamanan;
n. melakukan pengelompokan Cagar Budaya berdasarkan kepentingannya menjadi peringkat nasional,
peringkat provinsi, dan peringkat kabupaten/kota;
o. menetapkan batas situs dan kawasan; dan
p. menghentikan proses pemanfaatan ruang atau proses pembangunan yang dapat menyebabkan rusak,
hilang, atau musnahnya Cagar Budaya, baik seluruh maupun bagian-bagiannya.
KEWENANGAN PEMERINTAH DAN PEMERINTAH DAERAH
Pasal 96 --- Wewenang (lanjutan)
(2) Selain wewenang sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Pemerintah berwenang:
a. menyusun dan menetapkan Rencana Induk Pelestarian Cagar Budaya;
b. melakukan pelestarian Cagar Budaya yang ada di daerah perbatasan dengan negara tetangga
atau yang berada di luar negeri;
c. menetapkan Benda Cagar Budaya, Bangunan Cagar Budaya, Struktur Cagar Budaya, Situs
Cagar Budaya, dan/atau Kawasan Cagar Budaya sebagai Cagar Budaya Nasional;
d. mengusulkan Cagar Budaya Nasional sebagai warisan dunia atau Cagar Budaya bersifat
internasional; dan
e. menetapkan norma, standar, prosedur, dan kriteria Pelestarian Cagar Budaya.
KEWENANGAN
PEMERINTAH
Menyusun dan Menetapkan
pelestarian nasional
Pelestarian di daerah perbatasan
Menetapkan Cagar Budaya
Nasional Mengusulkan sebagai
Warisan Budaya Dunia
(Pasal 96)
Menetapkan norma,
prosedur, dan kriteria
Menghapus cagar budaya dari
Register Nasional (Pasal 50)
KEWAJIBAN PEMILIK ATAU YANG MENGUASAI CAGAR BUDAYA:
• Dalam melakukan penyelamatan wajib menjaga dan merawat cagar
budaya dari pencurian, pelapukan, atau kerusakan baru (PASAL 59
AYAT (3));
• Wajib melakukan pengamanan (PASAL 61 AYAT (2));
• Wajib memelihara cagar budaya yang dimiliki dan/atau yang
dikuasainya
• Memperoleh dukungan teknis (PASAL 54);
• Melakukan penyelamatan dalam keadaan darurat (PASAL 57)
• Berperan serta melakukan perlindungan cagar budaya (PASAL 56);
• Masyarakat dapat berperan serta melakukan pengamanan cagar budaya (PASAL 63);
• Masyarakat berperan serta dalam pengawasan pelestarian cagar budaya (PASAL 99 AYAT (2))
• Melakukan pengembangan cagar budaya setelah memperoleh izin pemerintah atau pemerintah daerah dan izin pemilik dan/atau yang menguasai cagar budaya (PASAL 78 AYAT (2) HURUF A,B);
• Memanfaatkan cagar budaya untuk kepentingan agama, sosial, pendidikan, ilmu pengetahuan, teknologi, kebudayaan dan pariwisata (PASAL 85 AYAT (1));
• Pemanfaatan dengan perbanyakan dengan seizin Menteri, Gubernur, atau Bupati/Walikota sesuai dengan tingkatannya (PASAL 89);
HAK SETIAP ORANG DALAM PELESTARIAN CAGAR BUDAYA
KEJAHATAN TERHADAP CAGAR BUDAYA • Sengaja mencegah, menghalang-halangi, atau menggagalkan upaya pelestarian cagar budaya
(PASAL 55);
• Merusak cagar budaya, baik seluruh maupun bagian-bagiannya, dari kesatuan,kelompok,
dan/atau dari letak asal (PASAL 66 AYAT (1));
• Mencuri cagar budaya, baik seluruh maupun bagian-bagiannya, dari kesatuan, kelompok,
dan/atau dari letak asal (PASAL 66 AYAT (2));
• Memindahkan cagar budaya, baik peringkat nasional, provinsi, atau kabupaten/kota, baik seluruh maupun bagian-bagiannya, kecuali dengan izin Menteri, Gubernur, atau Bupati/Walikota sesuai dengan tingkatannya (PASAL 67 AYAT (1));
• Memisahkan cagar budaya, baik peringkat nasional, provinsi, atau kabupaten/kota, baik seluruh maupun bagian-bagiannya, kecuali dengan izin Menteri, Gubernur, atau Bupati/Walikota sesuai dengan tingkatannya (PASAL 67 AYAT (2));
• Membawa cagar budaya keluar wilayah Negara Republik Indonesia, kecuali dengan izin Menteri (PASAL 68 AYAT (2))
• Membawa cagar budaya keluar wilayah provinsi atau kabupaten/kota, kecuali dengan izin Gubernur atau Bupati/Walikota (PASAL 69 AYAT (2));
• Melakukan pemugaran bangunan cagar budaya dan struktur cagar budaya tanpa izin dari Pemerintah atau Pemerintah Daerah sesuai kewenangannnya (PASAL 77, AYAT (5));
• Mengubah fungsi ruang situs cagar budaya dan/atau kawasan cagar budaya peringkat nasional, provinsi, atau kabupaten/kota, kecuali dengan izin Menteri, Gubernur, atau Bupati/Walikota sesuai dengan tingkatannya (PASAL 81 AYAT (1);
• Mendokumentasikan cagar budaya baik seluruh maupun bagian-bagiannya untuk kepentingan komersial tanpa seizin pemilik dan/atau yang menguasainya (PASAL 92);
• Memanfaatkan cagar budaya, baik peringkat nasional, provinsi, atau kabupaten/kota, baik seluruh maupun bagian-bagiannya, dengan cara perbanyakan kecuali dengan izin Menteri, Gubernur, atau Bupati/Walikota sesuai dengan tingkatannya (PASAL 93 AYAT (1));
PELANGGARAN TERHADAP CAGAR BUDAYA
BAB IX
PENDANAAN Pasal 98
1) Pendanaan Pelestarian Cagar Budaya menjadi tanggung jawab bersama
antara Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan masyarakat.
2) Pendanaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berasal dari:
a. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara;
b. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah;
c. hasil pemanfaatan Cagar Budaya; dan/atau
d. sumber lain yang sah dan tidak mengikat sesuai dengan peraturan
perundang-undangan.
3) Pemerintah dan Pemerintah Daerah mengalokasikan anggaran untuk
Pelindungan, Pengembangan, Pemanfaatan, dan Kompensasi Cagar Budaya
dengan memperhatikan prinsip proporsional.
4) Pemerintah dan Pemerintah Daerah menyediakan dana cadangan untuk
penyelamatan Cagar Budaya dalam keadaan darurat dan penemuan yang
telah ditetapkan sebagai Cagar Budaya.
BAB XI
KETENTUAN PIDANA (Pasal 101-115)
PASAL 101
Setiap orang yang tanpa izin mengalihkan kepemilikan Cagar Budaya sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 17 ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling singkat 3
(tiga) bulan dan paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling sedikit Rp
400.000.000,00 (empat ratus juta rupiah) dan paling banyak Rp. 1.500.000.000,00
(satu miliar lima ratus juta rupiah).
Setiap orang yang dengan sengaja tidak melaporkan temuan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 23 ayat (1), dipidana dengan pidana penjara paling lama 5
(lima) tahun dan/atau denda paling banyak Rp. 500.000.000,00 (lima ratus juta
rupiah).
Setiap orang yang dengan sengaja merusak Cagar Budaya sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 66 ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling singkat 1 (satu)
tahun dan paling lama 15 (lima belas) tahun dan/atau denda paling sedikit
Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) dan paling banyak Rp. 5.000.000.000,00
(lima miliar rupiah).
PASAL 102
PASAL 105
Ps. 14 WNA/Badan Hukum asing menguas ai cagar budaya
Ps. 17 mengalihkan cagar budaya tanpa izin
Ps. 21 memusnahkan cagar budaya hasil penyitaan
Ps. 55 mencegah, menghalangi, menggagalkan pelestarian cagar budaya
Ps. 66 merusak dan mencuri cagar budaya
Ps. 67 memindahkan dan memisahkan cagar budaya tanpa izin
Ps.68 membawa cagar budaya kel uar wilayah R.I. tanpa izin
Ps..69 membawa cagar budaya ke luar provinsi, kab/kota tanpa izin
Ps. 77 memugar cagar budaya tanpa izin
Ps. 81 mengubah fungsi ruang situs dan atau kawasan tanpa izin
Ps. 92. Mendokumentasikan cagar budaya untuk kepentingan komersial tanpa izin Ps. 93. Memanfaatkan dengan cara perbanyakan tanpa izin
Ps.101 Sanksi pidana untuk pengalihan kepemilikan cagar budaya
Ps.102 Sanksi pidana untuk sengaja tidak melaporkan temuan
Ps.103 Sanksi pidana untuk melakukan pencarian tanpa izin
Ps.104 Sanksi pidana untuk dengan sengaja mencegah, menghalang-halangi,
atau menggagalkan upaya pelestarian cagar budaya
Ps.105 Sanksi pidana untuk sengaja merusak cagar budaya
Ps.106 Sanksi pidana untuk pencuri cagar budaya dan penadahnya
Ps.107 Sanksi pidana untuk pemindahan cagar budaya tanpa izin
Ps.108 Sanksi pidana untuk memisahkan cagar budaya tanpa izin
Ps.109 Sanksi pidana untuk membawa cagar budaya tanpa izin ke luar negara
Republik Indonesia dan antar daerah tanpa izin
Ps.110 Sanksi pidana untuk mengubah fungsi ruang situs cagar udaya dan/atau
kawasan cagar budaya
Ps.111 Sanksi pidana untuk mendokumentasikan cagar budaya tanpa izin
pemilik dan/yang menguasainya
Ps.112 Sanksi pidana untuk sengaja mememanfaatkan cagar budaya dengan cara
perbanyakan
Ps.113 Sanksi pidana untuk Badan Usaha berbadan hukum dan/atau badan usaha
bukan berbadan hukum
Ps.114 Sanksi pidana untuk pejabat yang karena jabatannya melakukan pidana
terkait pelestarian cagar budaya Ps.115 Tambahan sanksi pidana untuk pelanggaran pasal 101 sampai 114
SANKSI PIDANA
PELESTARIAN CAGAR BUDAYA
LARANGAN
BANGSA YANG BESAR ADALAH BANGSA YANG
MENGHARGAI WARISAN BUDAYA MASA LALU.
PELESTARIANNYA MERUPAKAN TANGGUNG JAWAB
KITA BERSAMA. PELESTARIAN CAGAR BUDAYA
MERUPAKAN INSPIRASI BAGI PERJUANGAN KITA DAN
MENJAUHKAN TERJADINYA KETERASINGAN
SEJARAH, YANG AKIBATKAN KEMISKINAN BUDAYA