p. ii (ikatan kimia)
TRANSCRIPT
PERCOBAAN II
IKATAN KIMIA
A. Tujuan percobaan
Membedakan senyawa yang:
1. Mempunyai ikatan elektrovalen dan ikatan kovalen
2. Reaksinya membentuk kompleks dan bukan kompleks
B. Dasar Teori
Teori awal tentang ikatan kimia, dikemukakan oleh Gilbert Newton
Lewis, pada tahun 1916 yang saat itu adalah seorang professor di University
of California di Berkeley. Lewis mengamati bahwa gas lembaran helium
hanya memilliki dua elektron di sekeliling intinya dan gas lembran helium
sepuluh elektron (Kasmiati, 1990).
Lewis berpendapat bahwa atom-atom dari kedua jenis gas itu seharusnya
memiliki susunan elektron yang sangat stabil karena unsur-unsur tersebut
tidak bergabung dengan atom lainnya. Selain itu Lewis juga mengemukakan
bahwa atom-atom lain dapat bereaksi sedemikian rupa untuk mencapai
susunan stabil seperti itu (Kasmiati, 1990).
Di alam, unsur cenderung berikatan dengan unsur lain sehingga jarang
ditemukan unsur dalam bentuk tunggal. Suatu persenyawaan atau molekul, di
bentuk dari gabungan atom-atom pembentuknya. Gabungan atom-atom
tersebut diikat oleh suatu daya yang dinamakan ikatan kimia. Ikatan kimia
ditentukan oleh elektron pada kulit terluar dari suatu atom (Kasmiati, 1990)
Ikatan kimia tersusun atas atom-atom, gaya tarik menarik antar atom
dalam satu molekul yang menyebabkan terbentuknya ikatan kimia. Bila
terjadi interaksi antara 2 atom, maka akan terjadi perubahan susunan elektron
dalam kedua atom itu. Perubahan ini akan mengakibatkan tarikan antara
kedua atom hingga bergabung. Tidak semua atom dapat berikatan satu sama
lain. Atom-atom gas mulia sangat sukar berikatan dengan atom lain karena
susunan elektron dalam gas mulia sangat stabil. Atom-atom saling berikatan
agar masing-masing mencapai susunan elektron yang stabil (Kusuma, 1999).
Atom-atom yang belum stabil akan berusaha mencapai kondisi stabil.
Dalam usaha mencapai keadaan stabil itulah atom-atom yang tidak stabil ini
mudah atau bisa bereaksi dengan atom-atom unsur lain, dengan cara :
1. Mengadakan transfer dan penangkapan elektron antara atom-atom yang
bersenyawa ( ikatan ion atau elektrovalen).
2. Mengadakan persekutuan atau penggunaan bersama elektron antara
atom-atom dari unsur yang bersenyawa (ikatan antar atom atau kovalen).
(Polling, 1992)
Ikatan kimia dapat terbentuk bila satu unsur dengan unsur lain saling
memberi atau menerima elektron dan menggunakan pasangan elektron
bersama-sama untuk berikatan membentuk senyawa. Dalam ikatan kimia,
hanya elektron terluar yang terlibat (Taufiq, 2006).
Sifat suatu zat seperti titik cair, titik didih daya hantar listrik ditentukan
oleh jenis ikatan kiminya. Senyawa ion umumnya merupakan sat padat
dengan titik cair tinggi, cairan atau larutannya dapat menghantarkan listrik
(Hidayat, 1992).
Ada beberapa macam ikatan kimia yaitu:
1. Ikatan ion atau ikatan elektrovalen
Ikatan ion biasanya terbentuk antara unsur logam dan nonlogam.
Ikatan ion adalah ikatan karena adanya gaya tarik-menarik elektrostatik
antara ion positif dan ion negatif. Ion-ion tersebut terbentuk karena suatu
serah terima elektron. Setiap ion positif akan terikat dengan sebanyak
mungkin ion negatif dan sebaliknya. (Hidayat, 1992).
Salah satu contoh senyawa yang memiliki ikatan ion yang dapat
kita jumpai sehari-hari adalah NaCl. Natrium adalah unsur yang sangat
selektif dalam air dan klorin adalah unsur yang sangat beracun. Atom
natrium sangat reaktif karena konfigurasinya 2 8 1, sehingga hanya
mempunyai suatu elektron pada kulit terluarnya. Ketika satu elektron itu
dilepas, natrium menjadi bermuatan positif (hardjono, 2001).
Senyawa ion adalah senyawa yang terbentuk karena gabungan ion
positif dan ion negatif melalui ikatan ion. Ikatan ion sendiri adalah
ikatan kimia yang terbentuk antara ion positif dan ion negatif di dalam
senyawa ion (Polling, 1992).
Senyawa ion memiliki sifat-sifat sebagai berikut:
a. Umumnya berwujud padat pada temperatur ruang dan titik lelehnya
tinggi. Hal ini disebabkan adanya gaya elektrostatik yang kuat
mengikat ion-ion sehingga dibutuhkan energi yang besar untuk
memisahkan ion-ion tersebut dan melelehkannya.
b. Umumnya keras.
c. Umumnya tidak dapat menghantarkan listrik ketika wujudnya
padat. Karena ion-ionnya tidak bebas bergerak. Senyawa ion dapat
menghantarkan listrik juga dalam bentuk lelehan atau larutan.
d. Sebagian besar larut dalam air. Hal ini disebabkan oleh molekul air
yang mampu berikatan, baik dengan ion positif maupun negatif.
e. Rumus kimia senyawa ion
(Harold, 2003)
Contohnya rumus kimia MgCl2 terjadi karena adanya
penggabungan satu ion Mg2+ dengan dua ion Cl-, yang menghasilkan
muatan yang seimbang. Banyaknya muatan yang terdapat dalam suatu
ion adalah valensi.Mg2+ memiliki valensi 2 dan dapat berikatan dengna
dua ion Cl- (Harold Hart,2003).
2. Ikatan kovalen
Pasangan elektron yang dibentuk saling tarik menarik yang ditarik
oleh kedua inti atom yang berikatan dan dengan begitu atom-atom
tersebut saling terikat ikatan ini disebut ikatan kovalen. Selain melalui
transfer elektron, unsur-unsur dapat berikatan melalui penggunaan
bersama elektron pada kulit terluarnya. Penggunaan bersama elektron ini
terjadi antara unsur nonlogam yaitu antara unsur-unsur yang mempunyai
afinitas elektron sama besar, sehingga tidak memungkinkan terjadinya
serah terima elektron (Hidayat, 1992).
a. Pembentukan ikatan kovalen
Ikatan kovalen terbentuk antar unsur nonlogam. Lewis
mengemukakan bahwa serah terima elektron tidak mungkin terjadi
dalam senyawa yang terbentuk oleh unsur yang sama. Oleh karena
itu dalam ikatan kovalen bukanlah serah terima elektron, melainkan
penggunaan bersama pasang elektron oleh kedua atom.
(Hardjono, 2001)
Contonya ikatan kovalen yang paling sederhana adalah
molekul H2. Untuk mencapai konfigurasi gas mulia (He), masing-
masing atom H menyumbangkan 1 elektronnya untuk dipakai
bersama (Hardjono, 2001).
b. Ikatan kovalen tunggal
Atom yang memerlukan satu elektron lagi untuk mencapai
konfigurasi elektron menyerupai gas mulia atau oktet. Setiap atom
menyumbangkan satu elektronnya untuk digunakan bersama
pasangan elektron serupa kedua atomnya dapat mencapai
kestabilan octet (Kamianti, 1990)
c. Ikatan kovalen rangkap dua
Pasangan elektron yang digunakan bersama lebih dari satu
misalnya molekul O2 juga terbentuk dari ikatan kovalen, ini berarti
tiap atom oksigen akan menyumbangkan dua elektron untuk
digunakan bersama (Kamianti,1990)
d. Ikatan kovalen rangkap tiga
Salah satu contoh senyawa yang memiliki ikatan kovalen
rangkap tiga adalah nitrogen N2. Tiap atom nitrogen akan
menyumbangkan tiga elektron untuk digunakan bersama dan
begitupun seterusnya (Kamianti,1990)
e. Sifat –sifat senyawa kovalen
Senyawa kovalen sederhana berwujud gas, cair atau padat
dengan titik leleh dan titik didih yang rendah. Rendahnya tititk
didihnya tersebut disebabkan oleh gaya tarik intermolekular yang
rendah yang terdapat pada molekul-molekul sederhana. Senyawa
kovalen yang kompleks memiliki titik leleh yang lebih tinggi dari
pada senyawa kovalen sederhana karena struktur sederhana terikat
kuat oleh ikatan kovalen dalam molekul tersebut (Dogra, 1984).
Umumnya, senyawa kovalen yang lelehnya atau dilarutkan
dalam air tidak dapat menghantarkan listrik. Hal ini disebabkan
senyawa kovalen tidak mengandung ion. Namun beberapa molekul
dalam larutan bereaksi dengan air dan membentuk ion-ion (Dogra,
1984).
Umumnya, senyawa kovalen tidak dapat larut dalam air.
Namun, air adalah pelarut yang dapat melarutkan beberapa
senyawa kovalen tertentu labih baik dibandingkan pelarut lainnya.
(Dogra, 1984)
3. Perbandingan ikatan ion dalam ikatan kovalen terdiri dari perbandingan
sifat fisik senyawa ion dan senyawa kovalen yaitu terdiri dari:
a. Daya hantar listrik
Suatu zat dapat menghantarkan arus listrik jika terdapat ion
atau elektron yang bebas bergerak. Dalam senyawa ion, ion-ion
terikat kuat oleh gaya elektrostatik dalam suatu struktur kisi
raksasa. Pada titik leleh ion mendapatkan tenaga yang cukup untuk
mengatasi daya tarik dan bergetar bebas. Oleh karena itu, dalam
bentuk lelehan, senyawa ion dapat membantu mengatasi gaya tarik
antar ion. Oleh karena itu senyawa ion dilarutkan dalam air dapat
menghantarkan listrik.
Senyawa kovalen merupakan penghantar listrik yang buruk,
meskipun dalam bentuk lelehannya. Hal ini terjadi karena senyawa
kovalen tidak mengandung ion, tetapi tersusun atas molekul-
molekul yang tidak bisa mengalirkan arus.
b. Titik didih dan titik leleh
Titik didih dan titik leleh senyawa ion lebih tinggi daripada
titik didih dan titik leleh senyawa kovalen. Hal ini disebabkan oleh
adanya gaya elektrostatik yang kuat antara ion-ion yang bermuatan
pada senyawa ion.
c. Kelarutan
Air merupakan senyawa kovalen ionik. Ketika senyawa ion
dilarutkan dalam air, ion-ion positif akan meningkat sisi negatif
dari molekul air (oksigen), sedangkan ion-ion negatif akan
meningkat sisi positif dari molekul air (hidrogen). Sebagian besar
senyawa kovalen tidak dapat larut dalam air. Namun, senyawa
tersebut dapat larut dalam pelarut nonpolar.
(Harold, 2003)
4. Ikatan Koordinasi
Ikatan koordinasi dapat terbentuk apabila suatu senyawa atau
ion logam menerima pasangan elektron dari senyawa atau ion lainnya
yang memberi pasangan elektron. Contoh pemberian pasangan elektron
adalah NH3, H2O, ion halogen, ion CN-, dan contoh penerimaan
pasangan elektron adalah BF3 dan logam yang mempunyai orbital atau
subkulit d dari ion logam transisi. Ikatan koordinasi dapat memberikan
warna yang khas dalam larutan (Hardjono, 2001)
Ikatan yang terjadi antara Cu2+ dan H2O disebut ikatan koordinasi,
atau yang dikenal degan ikatan kovalen koordinasi, Ikatan kovalen
koordinasi adalah ikatan kovalen, dimana pasangan elektron yang dipakai
bersama berasal dari salah satu atom. Contoh lainnya adalah ikatan antara
boron triklorida, BCl3 dengan amonia, NH3 , yang membentuk senyawa
NH3BCl3. (Hardjono, 2001)
5. Ikatan logam
Elektron-elektron yang berada pada tingkat energi terluar atom
logam bergerak dengan bebas pada seluruh strukturnya. Ketika
kehilangan elektronnya, atom-atom logam berubah menjadi ion positif.
Akibatya, terdapat muatan positif ditengah atom yang dikelilingi electron
yang bergerak. Elektron yang bermuatan negatif menarik semua ion
logam positif dan mengikatnya dengan gaya elektrostatik. Ikatan ini
dinamakan ikatan logam (Hidayat, 1992)
Pada umumnya, logam memiliki titik leleh dan titik didih yang
tinggi akibatnya, ada gaya tarik-menarik yang kuat antara ion logam
positif dan larutan elektron yang mudah bergerak. Kemampuan logam
menghantarkan panas dan listrik juga berkaitan dengan larutan elektron
valensi tersebut. Kemudahan elektron valensi untuk bergerak menjadikan
logam dapat menghantarkan panas dan listrik degan baik (Dogra, 1984)
Contohnya, logam K yang ukuran atomnya lebih besar dari Li dan
Na mempunyai titik leleh paling rendah dibandingkan Li dan Na. Ukuran
atom yang lebih besar menyebakan atom menjadi kurang rapat. Logam
bersifat mudah melepas elektron, kecuali logam mulia. Artinya adalah
mudah teroksidasi dan sangat mudah mengalami korosi. Korosi ini
sendiri terjadi Karena adanya pengikatan oksigen oleh materi logam.
Cara yang untuk mencegah korosi adalah mengecat. (Dogra,1984).
C. Alat dan Bahan
1. Alat
a. Pipet Tetes
b. Pipet Volume
c. Plat tetes 6 lubang
d. Propipet
e. Rak Tabung Reaksi
f. Tabung Reaksi
2. Bahan
a. Aquades
b. Etiket / label
c. Indikator MO
d. Larutan AgNO3 0,1 N
e. Larutan BaCl2 1%
f. Larutan C2H5OH
g. Larutan CH2Cl2 0,1 N
h. Larutan CH3COOH 3 %
i. Larutan CHCl3
j. Larutan CuSO4 1%
k. Larutan FeCl3 1%
l. Larutan HCl 0,1 N
m. Larutan K3Fe(CN)6 1%
n. Larutan K4Fe(CN)6 1 %
o. Larutan KSCN 1%
p. Larutan NaCl 3%
q. Larutan NH4OH 0,1 N
D. Prosedur Kerja
1. Menentukan senyawa berikatan ion dan senyawa berikatan kovalen.
a. Disiapkan 3 tabung reaksi.
b. Ditetesi Tabung 1 dengan larutan NaCl 3%, tabung 2 ditetesi dengan
CHCl3 dan tabung 3 ditetesi dengan CH2Cl2 0,1 N masing – masing 3
tetes.
c. Ditetesi masing-masing tabung reaksi dengan 3 tetes AgNO3 0,1 N.
d. Diamati dan dicatat perubahan yang terjadi.
2. Menentukan Keasaman.
a. Disiapkan plat tetes 6 lubang.
b. Ditetesi lubang 1 dengan HCl 0,1 N, lubang 2 ditetesi dengan
CH3COOH 3% dan lubang 3 ditetesi dengan C2H5OH masing –
masing sebanyak 3 tetes.
c. Ditetesi masing-masing lubang dengan indikator MO.
d. Diamati dan dicatat perubahan yang terjadi.
3. Menentukan senyawa yang membentuk kompleks dan tidak kompleks.
a. Disiapkan 2 buah tabung reaksi yang diisi dengan larutan CuSO4 1%
b. Ditetesi dengan larutan NH4OH 0,1 N pada masing-masing tabung
sampai tidak terjadi endapan.
c. Ditambahkan pada tabung 1 dengan BaCl2 1%, tabung 2 dengan
K4Fe(CN)6 1% masing – masing 3 tetes.
d. Diamati dan dicatat perubahan yang terjadi.
4. Menentukan senyawa yang membentuk kompleks dan tidak kompleks.
a. Disiapkan 2 buah tabung reaksi yang diisi dengan 1 mL CuSO4 1 %.
b. Ditambahkan pada tabung 1 dengan BaCl2 1% dan tabung 2 dengan
K4Fe(CN)6 1%, masing – masing 3 tetes.
c. Diamati dan dicatat perubahan yang terjadi.
5. Menentukan senyawa yang membentuk kompleks dan tidak kompleks.
a. Disiapkan 2 buah tabung reaksi.
b. Tabung 1 diisi dengan FeCl3 1% dan tabung 2 diisi dengan Fe(NO3)3
1% masing – masing 1 mL.
c. Ditambahkan 3 tetes KSCN 1% kedalam tabung 1 dan 2.
d. Diperhatikan dan dicatat perubahan yang terjadi.
E. Hasil pengamatan
1. Tabel pengamatan
a. Menentukan Senyawa berikatan ion dan Kovalen
b. Menentukan Keasaman
Larutan + indikator MO Keterangan
HCl Merah tua Asam
CH3COOH Merah Asam
C2H5OH Orange Asam
Aquades Hijau Netral
c. Membedakan Larutan kompleks dan non kompleks
LarutanPereaksi
KeteranganBaCl2 K4Fe(CN)6
CuSO4 + NH4OHLarutan
Putih
Larutan coklat
Kemerahan
Bukan kompleks
Kompleks
CuSO4
Endapan
putih
Endapan coklat
Kemerahan
Bukan kompleks
Kompleks
d. Membedakan Larutan Kompleks dan Non kompleks
Larutan + KCN Keterangan
FeCl3
Endapan cokelat
kemerahan
Terbentuk senyawa
kompleks
Fe(NO3)3 Larutan coklat pekatBukan senyawa
kompleks
Larutan +AgNO3 Keterangan
NaCl Endapan warna putih Ikatan ion
CHCl3 Larutan bening Ikatan kovalen
CH2Cl2 Larutan bening Ikatan kovalen
2. Reaksi
a. NaCl + AgNO3 AgCl putih + NaNO3
CHCl3 + AgNO3
CH2Cl2 + AgNO3
b. Tidak perlu
c. CuSO4 + 2 NH4OH Cu (OH)2 putih + (NH4)2SO4
1.) Cu(OH)2 + (NH4)2 SO4 + 2NH4OH [Cu(NH3)4] + SO42- +
4H2O
[Cu(NH3)4]2+ + SO42- + 4H2O + BaCl2 BaSO4 biru +
2Cl- + [Cu(NH3)4]2+ + 4H2O
2.) [Cu(NH3)4]2+ + SO42- + 4H2O + K4 [Fe(CN)6] K2SO4 + K2
[Fe(CN)6]2+ + [Cu (NH3)4]2+ + 4H2O
d. 1.) CuSO4 + BaCl2 BaSO4 putih + CuCl2
2.) 2CuSO4 + K4[Fe(CN)6] 2K2SO4 merah kecoklatan +
Cu[Fe(CN)6]
e. 1.) FeCl3 + 6 KSCN 3KCl + K3 [Fe(SCN)6]3-
2.) Fe(NO3)3 + KSCN
F. Pembahasan
Percobaan kali ini berjudul Ikatan Kimia dengan tujuan untuk
membedakan senyawa yang mempunyai ikatan elektrovalen dan ikatan
kovalen dan senyawa yang bereaksi membentuk kompleks dan bukan
kompleks.
Ikatan kimia tersusun atas atom-atom, gaya tarik menarik antar atom
dalam satu molekul yang menyebabkan terbentuknya ikatan kimia. Bila
terjadi interaksi antara 2 atom, maka akan terjadi perubahan susunan elektron
dalam kedua atom itu. Perubahan ini akan mengakibatkan tarikan antara
kedua atom hingga bergabung. Tidak semua atom dapat berikatan satu sama
lain. Atom-atom gas mulia sangat sukar berikatan dengan atom lain karena
susunan elektron dalam gas mulia sangat stabil. Atom-atom saling berikatan
agar masing-masing mencapai susunan elektron yang stabil.
Ikatan kimia dapat terbentuk bila satu unsur dengan unsur lain saling
memberi atau menerima elektron dan menggunakan pasangan elektron
bersama-sama untuk berikatan membentuk senyawa. Dalam ikatan kimia,
hanya elektron terluar yang terlibat.
Ikatan ion biasanya terbentuk antara unsur logam dan nonlogam. Ikatan
ion adalah ikatan karena adanya gaya tarik-menarik elektrostatik antara ion
positif dan ion negatif. Ion-ion tersebut terbentuk karena suatu serah terima
elektron. Setiap ion positif akan terikat dengan sebanyak mungkin ion negatif
dan sebaliknya.
Ikatan kovalen terbentuk antar unsur nonlogam. Lewis mengemukakan
bahwa serah terima elektron tidak mungkin terjadi dalam senyawa yang
terbentuk oleh unsur yang sama. Oleh karena itu dalam ikatan kovalen
bukanlah serah terima elektron, melainkan penggunaan bersama pasang
elektron oleh kedua atom.
Percobaan pertama, kita membedakan antara senyawa dengan ikatan ion
dan ikatan kovalen menggunakan pereaksi AgNO3 pada senyawa NaCl,
terjadi ikatan ion dimana terjadi pertukaran ion antara Na+ dan Cl- dengan
ion Ag+ dan ion NO3- yang ditandai dengan terbentuknya endapan AgCl.
Sedangkan senyawa CHCl3 dan CH2Cl2 memiliki ikatan kovalen, yang
ditandai dengan tidak bercampurnya larutan tersebut dengan pereaksi
AgNO3-.
Percobaan kedua seluruh larutan merupakan senyawa dengan ikatan
kovalen polar, namun tingkat kepolarannya berbeda-beda. HCl mempunyai
tingkat kepolaran tertinggi, ditandai dengann warna merah jika direaksikan
dengan indikator MO. Hal ini menandakan HCl merupakan asam kuat yang
mampu terdisosiasi sempurna karena perbedaan elektron negativitas tinggi.
Semakin banyak suatu senyawa terurai manjadi ion H+ maka senyawa
tersebut akan semakin polar (kemampuan berionisasi sebanding dengan
tingkat kepolaran). Sedangkan CH3COOH dan C2H5OH memiliki tingkat
kepolaran yang lebih rendah ditandai dengan semakin memudarnyaa warna
setelah bereaksi dengan indikator MO.
Percobaan ketiga dan keempat kita mengidentifikasi keberadaan senyawa
kompleks setelah direaksikan dengan pereaksi tertentu. Untuk percobaan
ketiga NH4OH berlebih berperan sebagai pengkompleks. Dengan bereaksinya
CuSO4 dan NH4OH maka akan terbentuk senyawa kompleks berupa
Cu(NH3)42+ , ditandai dengan terbentuknya endapan putih campuran ini
direaksikan kembali dengan BaCl2 sehingga berubah warna larutannya
menjadi biru tua dan terdapat endapan putih BaSO4 namun tidak terbentuk
senyawa kompleks baru. Sedangkan campuran CuSO4 dan NH4OH
direaksikan dengan K4(SCN)6 terbentuk senyawa kompleks baru yaitu
Fe(CN)6 4-, sehingga larutan berubah menjadi berwarna coklat.
Percobaan ke empat larutan FeCl3 direaksikan dengan KSCN membentuk
senyawa kompleks FeSCN63- . Hal ini terjadi karena ligan SCN lebih kuat
sehhingga ligan Cl3- terlepas dari Fe2+. Sedangkan pada larutan Fe(NO3)2 tidak
terbentuk senyawa kompleks karena SCN lebih lemah dari pada NO3-.
Kekuatan ligan mempengaruhi reaksi pembentukan kompleks. Semakin
kekanan maka ligan semakin lemah sehingga mempengaruhi pada ada
tidaknya pembentukan kompleks baru setelah terjadinya reaksi.
G. Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan
sebagai berikut:
1. Larutan HCl memiliki tingkat kepolaran tertinggi, di ikuti CH3COOH
dan C2H5OH memiliki tingkat kepolaran paling rendah.
2. Reaksi antara [Cu(NH3)4]2+ dengan BaCl2 tidak menghasilkan senyawa
kompleks baru, sedangkan dengan K4Fe(CN)6 menghasilkan senyawa
kompleks
3. Larutan FeCl3 direaksikan dengna KSCN membentuk senyawa
kompleks KSCN direaksikan dengan Fe(NO3)2 tidak membentuk
kompleks baru.
4. Larutan NaCl memiliki ikatan elektrovalen, sedangkan CHCl3 memiliki
ikaatan kovalen.
.
DAFTAR PUSTAKA
Dogra,S.K., 1984, Kimia Fisik dan Soal – Soal, Universitas Indonesia; Jakarta
Hart,Harold,dkk., 2003, Kimia Organik, Erlangga; Jakarta
Hardjono., 2001, Kimia Dasar, Universitas Gajah Mada; Yogyakarta
Kasmiati., 1990, Kimia Kedokteran Edisi 2, Binarupa Aksara; Jakarta
Taufiq, Agus dan Suryana P., 2006, Kimia, Widya Utama; Jakarta.
Hidayat, Soetopo., 1992, Ilmu Kimia, Erlangga; Jakarta.
Polling, C dan Harsono T., 1992, Ilmu Kimia edisi ke VI, Erlangga; Jakarta.
Kusuma dan Dwi N.H., 1989, Intisari Kimia 1, PT. Intan Pariwara; Surakarta.