p pillar bulletin filedan panggilan kita adalah untuk memuliakan tuhan di dalam segala hal yang kita...

16
Pillar No.24/July/05 1 Bulletin i aR Pemuda Gereja Reformed Injili Indonesia, Singapura P Pillar F i r man Tuhan t e l ah meng i nga t kan kepada dan peke r j aan– peke r j aan bera t 1 Corinthians 10:31 W hether therefore ye eat, or drink, or whatsoever ye do, do all to the glory of God. – KJV So whether you eat or drink or whatever you do, do it all for the glory of God. – NIV Aku menjawab: Jika engkau makan atau jika engkau minum, atau jika engkau melakukan sesuatu yang lain, lakukanlah semuanya itu untuk kemuliaan Allah. – LAI Suatu ketika ada orang yang sesudah membaca ayat di atas lalu merasa telah mendapatkan pengertian yang jelas akan bagaimana caranya memuliakan Tuhan. Sehingga setiap kali akan makan dan minum, dia berpikir, “Aku akan memuliakan Tuhan.” Maka setiap kali merasa lapar, dia berkata, “Aku harus memuliakan Tuhan sekarang.” Dan sebelum makan, dia berkata, “Sekarang waktunya aku memuliakan Tuhan.” Dan ketika perutnya terisi, dia pun berkata, “Ahh, aku sudah selesai memuliakan Tuhan.” Bukankah kita seperti gambaran orang tersebut? Kita hanya mengingat harus memuliakan Tuhan ketika saat makan, di mana kita perlu berdoa mengucap syukur. Tetapi di dalam kegiatan kita yang lain yang memakan waktu lebih banyak, kita malah terlelap dan lupa bahwa tugas dan panggilan kita adalah untuk memuliakan Tuhan di dalam segala hal yang kita kerjakan. Secara pemikiran kita sering pula terjebak dengan menganggap hanya kegiatan-kegiatan tertentu dan waktu- waktu tertentu saja yang dapat kita pakai untuk memuliakan Tuhan. Sebagian berpikir, ketika aku mengerjakan pelayanan gerejawi, maka saat itulah aku sedang memuliakan Tuhan. Sebaliknya, ada pula yang berpikir, pekerjaan/studiku sajalah pelayananku. Maka sesudah enam hari lamanya bekerja melayani Tuhan di bidangku, biar orang lain yang mengerjakan tugas gereja. Aku datang untuk beristirahat, menikmati Sabat Tuhan dan berbakti. Maka orang tersebut selalu menolak diberikan tugas pelayanan gerejawi apapun, datang paling lambat dan pulang paling cepat. Kegagalan kita memuliakan Tuhan adalah disebabkan kegagalan kita melihat kehidupan kita secara utuh yang sudah sepatutnya dipakai untuk memuliakan Tuhan. Bukan hanya pada saat-saat tertentu saja dalam kehidupan kita, kita dipanggil untuk memuliakan Tuhan. Dalam keadaan sehat, sakit, kuat, lemah, sibuk, santai, stress, rileks, kita senantiasa dipanggil untuk memuliakan Tuhan. Kehidupan yang Dari Meja Redaksi, Pada bulan Juli ini kita mengucapkan salam perpisahan kepada Pdt. Budy dan Ev. Lusi yang akan melanjutkan pelayanan mereka di MRII Melbourne. Terima kasih atas berkat yang telah kami dapatkan dari pelayanan Pdt. Budy dan Ev. Lusi. Sekaligus juga kita menyambut kedatangan Pdt. Amin Tjung dan keluarga yang akan meneruskan estafet pelayanan di GRII Singapura ini. Kita memiliki dua tugas besar sewaktu kita di dunia, yaitu mandat penginjilan dan mandat budaya. Pillar edisi Juli akan mengambil fokus dalam bidang yang kedua, yaitu mandat budaya. Pillar berharap melalui pembahasan tersebut, kita dapat semakin diperlengkapi untuk menantang zaman. Sebuah kutipan dari Sadhu Sundar Singh yang menjelaskan peran kita di dalam kebudayaan, Salt, when dissolved in water, may disappear, but it does not cease to exist. We can be sure of its presence by tasting the water.” Persekutuan Pemuda: Setiap Sabtu 16:30. 420 North Bridge Road #05-05, North Bridge Center, S(188727). Tel: 6334 6725. Fax: 6334 6774. Email: [email protected]. Website: www.grii-singapore.org. Advisor: Pdt. Budy Setiawan. Redaksi : Chief Editor: Heruarto. Technical Editor: Adi Kurniawan Designer: Jacqueline, Heryanto Contributors: Dharmawan, Julie, Budiman JULY 2005

Upload: dinhkhanh

Post on 17-Jun-2019

226 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: P Pillar Bulletin filedan panggilan kita adalah untuk memuliakan Tuhan di dalam segala hal yang kita kerjakan. Secara pemikiran kita sering pula terjebak dengan menganggap hanya

Pillar No.24/July/05 1

Bulletini aRPemuda Gereja Reformed Injili Indonesia, Singapura

P Pillar

FirmanTuhantelahmengingatkankepadadanpekerjaan–pekerjaanberat

1 Corinthians 10:31

W hether therefore ye eat, or drink, orwhatsoever ye do, do all to the glory of

God. – KJVSo whether you eat or drink or whatever youdo, do it all for the glory of God. – NIVAku menjawab: Jika engkau makan atau jikaengkau minum, atau jika engkau melakukansesuatu yang lain, lakukanlah semuanya ituuntuk kemuliaan Allah. – LAI

Suatu ketika ada orang yang sesudahmembaca ayat di atas lalu merasa telahmendapatkan pengertian yang jelas akanbagaimana caranya memuliakan Tuhan.Sehingga setiap kali akan makandan minum, dia berpikir,“Aku akan memuliakanTuhan.” Maka setiapkali merasa lapar, diaberkata, “Aku harusmemuliakan Tuhansekarang.” Dansebelum makan, diaberkata, “Sekarangwaktunya akumemuliakan Tuhan.”Dan ketika perutnya terisi,dia pun berkata, “Ahh, akusudah selesai memuliakan Tuhan.”Bukankah kita seperti gambaran orangtersebut? Kita hanya mengingat harusmemuliakan Tuhan ketika saat makan, dimana kita perlu berdoa mengucapsyukur. Tetapi di dalam kegiatan kita yanglain yang memakan waktu lebih banyak,kita malah terlelap dan lupa bahwa tugasdan panggilan kita adalah untukmemuliakan Tuhan di dalam segala halyang kita kerjakan.

Secara pemikiran kita sering pulaterjebak dengan menganggap hanyakegiatan-kegiatan tertentu dan waktu-waktu tertentu saja yang dapat kitapakai untuk memuliakan Tuhan.Sebagian berpikir, ketika akumengerjakan pelayanan gerejawi,maka saat itulah aku sedangmemuliakan Tuhan. Sebaliknya, adapula yang berpikir, pekerjaan/studikusajalah pelayananku. Maka sesudahenam hari lamanya bekerja melayaniTuhan di bidangku, biar orang lainyang mengerjakan tugas gereja. Aku

datang untuk beristirahat,menikmati Sabat Tuhan

dan berbakti. Makaorang tersebut

selalu menolakdiberikan tugasp e l a y a n a ng e r e j a w iapapun, datangpaling lambat

dan pulangpaling cepat.

Kegagalan kitamemuliakan Tuhan adalah disebabkankegagalan kita melihat kehidupan kitasecara utuh yang sudah sepatutnyadipakai untuk memuliakan Tuhan.Bukan hanya pada saat-saat tertentusaja dalam kehidupan kita, kitadipanggil untuk memuliakan Tuhan.Dalam keadaan sehat, sakit, kuat,lemah, sibuk, santai, stress, rileks, kitasenantiasa dipanggil untukmemuliakan Tuhan. Kehidupan yang

Dari Meja Redaksi,

Pada bulan Juli ini kitamengucapkan salam perpisahankepada Pdt. Budy dan Ev. Lusi yangakan melanjutkan pelayananmereka di MRII Melbourne. Terimakasih atas berkat yang telah kamidapatkan dari pelayanan Pdt. Budydan Ev. Lusi. Sekaligus juga kitamenyambut kedatangan Pdt. AminTjung dan keluarga yang akanmeneruskan estafet pelayanan diGRII Singapura ini.

Kita memiliki dua tugas besarsewaktu kita di dunia, yaitumandat penginjilan dan mandatbudaya. Pillar edisi Juli akanmengambil fokus dalam bidangyang kedua, yaitu mandat budaya.Pillar berharap melalui pembahasantersebut, kita dapat semakindiperlengkapi untuk menantangzaman. Sebuah kutipan dari SadhuSundar Singh yang menjelaskanperan kita di dalam kebudayaan,“Salt, when dissolved in water,may disappear, but it does notcease to exist. We can be sure ofits presence by tasting the water.”

Persekutuan Pemuda:Setiap Sabtu 16:30.420 North Bridge Road #05-05,North Bridge Center, S(188727).Tel: 6334 6725.Fax: 6334 6774.Email: [email protected]: www.grii-singapore.org.

Advisor: Pdt. Budy Setiawan.

Redaksi:Chief Editor: Heruarto.Technical Editor: Adi Kurniawan

Designer: Jacqueline, Heryanto Contributors: Dharmawan, Julie, Budiman

JULY 2005

Page 2: P Pillar Bulletin filedan panggilan kita adalah untuk memuliakan Tuhan di dalam segala hal yang kita kerjakan. Secara pemikiran kita sering pula terjebak dengan menganggap hanya

Pillar No.24/July/052

Kegagalan kita memuliakan Tuhanadalah disebabkan kegagalan kita

melihat kehidupan kita secara utuhyang sudah sepatutnya dipakai untuk

memuliakan Tuhan.

tersegregasilah yang menjadi batu sandungan terhadap oranglain dan mengakibatkan celaan muncul dari orang fasik yangditujukan kepada Tuhan penebus kita. Pengertian akankehidupan yang integratiflah yang akan menjadi kuncikeberhasilan mengerti dan menjalankan mandat budaya didalam kehidupan orang percaya.

Di sinilah timbul paradoks, orang yang merasa sudah danlayak melayani dan memuliakan Tuhan justru belum benar-benar memuliakan Tuhan. Sebaliknya, orang yangtetap melayani Tuhan dan terus merasa diri tidak layak untukmelayani adalah orang yang senantiasa memuliakan Tuhan danakan terus dipakai Tuhan. Pengertian akan anugerah (SolaGratia), kembali menjadi fondasi dasar dalam kehidupan orangbenar.

Pembahasan mengenai mandat budaya, pertama-tama harusdimengerti bahwa hanya manusialah satu-satunya makhluk yangdicipta yang mampu berbudaya. Manusia adalah satu-satunyamakhluk yang dapat berbudaya karena manusia diciptamenurut peta dan teladan Allah. Allah menciptakan alam danmanusia, sehingga manusia pun seturut teladan Allah menciptadengan mendayagunakan alam yang Allah ciptakan memakaipotensi yang Allah telah berikan terhadap masing-masingindividu. Tidak ada ciptaan lain yang mampu menghasilkansuatu kebudayaan dalam bentuk apapun. Sarang yang dibuatoleh laba-laba sekalipun begitu indah secara desainnya namunbukanlah suatu hasil kebudayaan karena sejak zaman Adamsampai sekarang dan terus sampai akhir zaman nanti tetapsaja tidak akan pernah mengalami perubahan dalam desainnya.Tidak ada suatu perkembangan kebudayaan dalam sejarahhewan dan tumbuhan. Maka adalah suatu kebodohan luarbiasa dalam teori evolusi dengan menganggap manusia sebagaispesies tingkat tinggi yang merupakan kelanjutan dari monyetsebagai spesies tingkatan yang lebih rendah. Tidak adaperkembangan dalam kebudayaan monyet dalam hal yangpaling dasar sekalipun yaitu makan. Sebaliknya manusia dalamkeberagaman kebudayaannya menghasilkan berbagai macamcara dan etika makan. Ada yang makan memakai sumpit, adayang dengan sendok dan garpu, dengan pisau dan garpu, adapula yang dengan tangan secara langsung. Dalam

mempersiapkan makanan juga begitu beragam, ada Indian food,Chinese food, Japanese food, Western food. Monyet belum pernahsekalipun mengolah makanannya dan membuka usaha restoranuntuk mendayagunakan hasil invensinya dalam masakan untukdicicipi oleh monyet-monyet lainnya.

Kedua, setiap hal yang manusia kerjakan tidak terlepas dari pengaruhkebudayaan yang dia telah ketahui dan juga warisi. Yang dikerjakanmanusia yang telah dipengaruhi kebudayaan akan kembaliberpengaruh terhadap perkembangan kebudayaan selanjutnya,baik itu dengan menerima, menentang, mengkoreksi ataupunmemperkembangkan kebudayaan yang sebelumnya. Budayayang ditanamkan dan diajarkan dari generasi satu ke generasiberikutnya memberikan suatu identitas pengenalan diri yangmelekat di dalam diri manusia. Akan tetapi, belum pernah adasatu kebudayaan pun yang mampu membawa manusiamengenal dirinya sebagai peta dan teladan Allah yang sejati.Sehingga kebudayaan pun pada akhirnya membawa kepadakebuntuan di dalam pengenalan akan diri yang sejati. Kecualimanusia menerima wahyu khusus yang Tuhan Allah berikan,manusia tidak dapat mengenal dirinya dalam persepsi yangbenar sebagai peta dan teladan Allah. Maka pengaruh budayadi dalam perkembangan kebudayaan selanjutnya haruslahmembawa kita pada suatu sikap kewaspadaan supaya bukanhanya mewarisi dan menerima kebudayaan yang ada tetapiberani mengkoreksi kebudayaan yang berlawanan dengankebenaran yang Tuhan telah wahyukan. Kekurangsungguhankita dalam menggumuli masalah budaya dapat mengakibatkankita melestarikan dosa di dalam kebudayaan yang melawanwahyu kebenaran Tuhan. Maka teologi Reformed menjaditeologi yang bertanggung jawab karena menyadarkan manusiauntuk boleh hidup bertanggung jawab dalam menjalankanmandat budaya. Dengan mengatakan kita mempunyai mandatbudaya, kita mengakui bahwa kita menerima suatu tugas untukmelaksanakan sebaik-baiknya mandat/perintah yang diberikan.Di sinilah perbedaan teologi Reformed dengan teologi lainnyayang hanya menekankan akan mandat penginjilan. Mandatpenginjilan tanpa adanya dukungan mandat budaya akanmengakibatkan ketimpangan, menjadikan hidup seseorangmenjadi suatu kesaksian yang buruk dan batu sandungan bagidiri orang lain. Penekanan agama adalah akan kehidupan yangakan datang, akan tetapi tanpa mempunyai pengaruh dansumbangsih apapun terhadap dunia yang sekarang ini, nilai-nilai keagamaan itu patut dipertanyakan.

Mandat budaya hanya dapat dijalankan dengan sesungguh-sungguhnya oleh orang yang sudah mengenal Tuhan. Orangyang belum mengenal Tuhan tidak akan menundukkan dirinyauntuk memuliakan Tuhan di dalam setiap hal yang

Artikel Utama

Page 3: P Pillar Bulletin filedan panggilan kita adalah untuk memuliakan Tuhan di dalam segala hal yang kita kerjakan. Secara pemikiran kita sering pula terjebak dengan menganggap hanya

Pillar No.24/July/05 3

Artikel Utama

Menjalankan mandat budaya berartimenjalankan rencana Allah sesuai

dengan desain yang Tuhan mula-mulatelah rencanakan.

dikerjakannya. Segala hal yang dikerjakan semata-mata adalahkejahatan di mata Tuhan. Bagaimana orang seperti demikiandapat menjalankan mandat budaya? Menjalankan mandatbudaya berarti menjalankan rencana Allah sesuai dengan desainyang Tuhan mula-mula telah rencanakan. Kebudayaan yangmanusia berdosa kerjakan akhirnya bertujuan menggantikanposisi Allah dengan hal yang lain. Karena posisi yang salah didalam diri manusia berdosa yang tidak mau berada di bawahAllah yang memberikan mandat tersebut, manusia berusahadengan kuasanya sendiri melawan Allah dan meng-ilah-kankekayaan, kuasa, diri, kesehatan, dan ilah-ilah lainnya. Sebaliknya,orang percaya, di dalam makan dan minumnya pun bertujuanhanya untuk memuliakan Tuhan (Soli Deo Gloria). Tetapi orangfasik senantiasa merancangkan rencana-rencana jahat di dalamhatinya.

Dalam penciptaan yang Allah kerjakan, Allah memiliki tujuan,desain, suatu keteraturan, suatu kesinambungan dan bijaksanayang terkandung. Manusia di dalam kebudayaannya punmemiliki tujuan, pemikiran dan maksud di belakang yangmendasari penampakan yang terlihat dalam kebudayaannya.Tujuan penciptaan oleh Allah adalah untuk menggambarkankemuliaan Allah. Setiap hal yang Tuhan Allah kerjakan adalahuntuk kemuliaan diri-Nya dan untuk dinikmati oleh-Nya,termasuk diri manusia, puncak ciptaan Allah. Akan tetapikebudayaan yang manusia hasilkan dan kerjakan, banyak yangtidak membawakemuliaan kembalikepada Tuhan. Inidikarenakan kejatuhanmanusia di dalam dosa.Kejatuhan inilah yangturut membawa kejatuhandi dalam kebudayaanmanusia. Banyak manusiayang berbudaya bertujuanbukan untuk memuliakanAllah sebaliknyamengembangkan diri danpotensi di dalam dirinyauntuk bolehmenggantikan danmemainkan peranansebagai Allah. Maka sesungguh-sungguhnya, tujuan manusiaberbudaya, dalam hubungannya terhadap Allah, adalah untukmemuliakan Tuhan Allah.

Sekarang, mari kita belajar mengenai menjalankan mandatbudaya dalam contoh hidup Yakub. Mengapa Yakub?

Mengapa tidak Yusuf ataupun Daniel yang jelas-jelas menjadicontoh teladan di dalam menjalankan mandat budaya?Seringkali Alkitab begitu rapat menyimpan rahasia sorgawiyang hanya dapat ditemukan dengan pertolongan Roh Kudussebagai pengajar di dalam diri orang percaya. PernahkahSaudara berpikir, apakah Yakub melakukan mandat budayasecara benar di dalam hidupnya? Sejak masa mudanya, Yakub

bukanlah orang yang sungguh-sungguh jujur maupun berbuatbaik. Sejak di dalam rahim ibunya, dia sudah bertengkar denganEsau, saudara kembarnya yang menjadi kakaknya. Yakub adalahseorang penipu. Dia menipu Esau, kakaknya. Dia menipuIshak, ayahnya. Dia menipu Laban, pamannya. Tetapi di baliksemua kegagalan Yakub, Allah tetap berkenan memperkenalkandiri-Nya dengan pribadi Yakub. Allah berkenan dikenal sebagaiAllah Abraham, Allah Ishak, dan juga Allah Yakub.

Yakub bukanlah orang yang bodoh. Seorang penipu kalaubodoh, tidak akan berhasil menipu orang yang ditipunya.

Yakub adalah penipuulung. Kita tentumengalami kesulitanbesar ketika belajar darikehidupan Yakubtentang bagaimanamenjalankan mandatbudaya. Sebaliknya,jikalau kita belajar darikehidupan Yusuf,Salomo, Daniel, orang-orang yang berhasil didalam kehidupannya,kita bisa mengatakaninilah contoh kehidupanorang percaya yangberhasil menjalankan

mandat budaya dengan baik.

Kehidupan Yakub sangat bertolak belakang dengan apa yangdiajarkan Tuhan baik di dalam Firman-Nya maupun menurutconscience yang Tuhan telah tanamkan di dalam hati setiapmanusia. Yakub telah dipilih Tuhan Allah untuk mewarisi janji

Page 4: P Pillar Bulletin filedan panggilan kita adalah untuk memuliakan Tuhan di dalam segala hal yang kita kerjakan. Secara pemikiran kita sering pula terjebak dengan menganggap hanya

Pillar No.24/July/054

Artikel Utama

Seringkali kita menipu diri kita denganmengatakan kita ingin memuliakan

Tuhan padahal dalam kenyataan sehari-hari, ambisi pribadilah yang kita kejar.

berkat dari ayahnya Ishak. Tapi berkat ini diambilnya dengancara mengelabui Ishak ayahnya dan juga Esau saudara sulungnya.Kekayaan yang diperoleh Yakub, domba dan kawanan ternakkepunyaannya juga diperolehnya dengan cara tidak jujurdengan mengelabui pamannya. Mungkin banyak dari kita yangbergumul tentang bagaimana menjalankan mandat budaya didalam kehidupan kita, khususnya di dalam pekerjaan kita. Kitasenantiasa memikirkan bagaimana caranya mengaitkan imankita dengan bidang yang kita gumuli. Tapi seringkali kita jugagagal, karena kita tidak mengetahui bagaimana caranya ataupunketidakkonsistenan kita dalam memikirkan hal tersebut. Tapisecara jujur di dalam hati kita yang terdalam, apa sebenarnyatujuan kita di dalam kerinduan untuk menjalankan mandatbudaya? Apakah supaya kita bisa melakukan pekerjaan yanglebih baik dari orang-orang lain sehingga kita beroleh posisidan pangkat dan kepercayaan yang lebih tinggi dalam jenjangkarir kita? Seringkali kita menipu diri kita dengan mengatakankita ingin memuliakan Tuhan padahal dalam kenyataan sehari-hari, ambisi pribadilah yang kita kejar. Kita berkata inginmemuliakan Tuhan sebagai dalih untuk meraih keinginan kitasendiri. Kita adalah Yakub-Yakub masa kini yang sekalipundijanjikan berkat dari Tuhan tapi meraihnya dengan cara kitasendiri.

Kita sering melakukan mandat budaya dengan jasa kita, usahadan perjuangan kita. Lupakah kita kalau kita harusnya mengaminiSola Gratia dalam seluruh aspek kehidupan kita? Jangankita membandingkan diri kita dengan Yusufatau Daniel. Karena mereka sekalipunbelum menduduki posisi yangpenting telah terlebih dahulumemuliakan Tuhan. Yusuf ketikamasih berada di dalam penjaratelah belajar memuliakan Tuhanketika dia berusaha mengartikanmimpi juru roti dan juruminuman Firaun. Tapi seringkalidalam kenaifan kita berpikir, kitahanya bisa mempermuliakan Tuhannanti ketika kita berhasil. Ketika kitamenduduki jabatan yang penting, ketika kitamemiliki uang yang banyak, barulah kita ‘layak’ memuliakanTuhan dengan apa yang kita miliki. Benarkah begitu? Apakahitu berarti Tuhan tidak layak dipermuliakan sejak sekarang?Sedari kita berjuang dari nol, di dalam kemiskinan. Bisakahkejujuran dipertahankan dan tidak dikompromikan ketikaberjuang melawan dunia yang korup ini? Kita takut mengiyakan,iman kita jauh lebih kecil dibandingkan keinginan kita untukmemuliakan Tuhan di dalam seluruh aspek kehidupan kita.

Yakub pada akhirnya menjadi orang yang sungguh-sungguhmemuliakan Tuhan. Dia bukan lagi dikenal sebagai penipu.Dia dengan sungguh-sungguh hidup di hadapan Tuhan yangmengetahui segala sesuatu. Ini terbukti ketika dia menyuruhkesepuluh anaknya untuk mengembalikan uang pembelianmakanan yang ditaruh kembali oleh Yusuf di dalam karungsaudara-saudaranya. Yakub menyuruh anak-anaknyamembawa uang dua kali lipat, seandainya kalau-kalau orangMesir khilaf dan lupa mengambil uang pembayaran

sebelumnya. Sudahkah Saudara rindu memuliakan Tuhan?Hiduplah jujur di hadapan-Nya dan berhenti berbuat dosa.Orang yang tidak takut akan Tuhan yang akan terus menipubaik Tuhan dan juga dirinya sendiri.

Menjalankan mandat budaya belum tentu harus selalu beradadi tempat terbaik. Musa meninggalkan Istana Firaun. Lot justrusebaliknya, memilih tinggal di Sodom dan Gomora. Saudarabisa terus hidup suci seperti Lot di tengah-tengah keadaan

sekitar yangkotor, najis, dan menjijikkan. Tetapi apakah

Saudara benar-benar meyakini itu sebagaipimpinan Tuhan dalam hidupSaudara? Lot setelah hidup sekianlama dengan penduduk kotatersebut tetap tak dapat membawasepuluh orang untuk takut akanTuhan di dalam kota itu. Malahansebaliknya, istri, anak-anaknya dankedua calon menantunya menjadi

orang-orang yang tidak mempunyaistandar moral yang jelas. Apakah istri Lot

menjadi tiang garam karena semata-matamenoleh ke belakang, melihat kota yang

dihujani bara dalam penghukuman Tuhan? Tidak. KarenaAbraham pun saat itu sedang melihat penghakiman yang samayang Tuhan Allah kerjakan bagi kota Sodom dan Gomora.Hati yang terpikat oleh harta duniawilah yang membawamalapetaka bagi dirinya sendiri. Hati yang sedih, tapi kesedihankarena kehilangan harta benda. Sebaliknya Abrahammempunyai hati yang sedih, tapi kesedihan karena sekalipundirinya telah bersyafaat bagi kota itu, tetap penghakiman Tuhan

Page 5: P Pillar Bulletin filedan panggilan kita adalah untuk memuliakan Tuhan di dalam segala hal yang kita kerjakan. Secara pemikiran kita sering pula terjebak dengan menganggap hanya

Pillar No.24/July/05 5

Artikel Utama

turun karena terlalu sedikitnya orang yang hidup benar dihadapan Tuhan.

Dalam contoh hidup Musa, Musa pergi meninggalkan istanaFiraun. Kalau memang mandat budaya lebih penting daripadamandat Injil, kalau benar kemajuan ilmu pengetahuan,teknologi, budaya, filsafat begitu signifikan dan bernilai kekal,maka Musa seharusnya menjadi profesor di Mesir danbukannya pergi memimpin bangsa Israel keluar dari Mesir,negara yang kebudayaannya paling maju saat itu. Posisi-posisipenting yang Tuhan berikan kepada anak-anak-Nya memangmenjadi kesaksian akan pentingnya mandat budaya untukdijalankan, tetapi itu tidak pernah terlepas akan pentingnyapenggenapan rencana keselamatan yang Tuhan Allah kerjakandi dalam sejarah. Yusuf menjadi orang penting di Mesir adalahuntuk menyelamatkan kaumnya, bangsa pilihan Tuhan, Israel,dari bahaya kelaparan 7 tahun yang melanda daerah tersebut.Ester menjadi ratu di pemerintahan Raja Ahasyweros adalahuntuk menggagalkan rencana pemusnahan massal terhadapbangsanya oleh siasat Haman. Nehemia, Daniel, dan orang-orang penting lainnya di Perjanjian Lama sadar akan pentingnyamenjalankan apa yang Tuhan kehendaki dalam hidupnya, yaituuntuk menggenapi rencana keselamatan Allah yang kekal.

Lalu salahkah kalau seandainya kita menjadi musisi atau filsufatau akuntan atau engineer atau profesi-profesi lainnya? Tidak.Sebab apa yang Tuhan sudah berikan kepada Saudara, Saudaraharus mempertanggungjawabkannya kepada Tuhan. Talenta,bakat dan juga waktu yang Tuhan berikan, wajib Saudarakembangkan, pakai, dan kembalikan berlipat ganda kepadaTuhan. Kalau Saudara menyia-nyiakan maka talenta itu akandiambil dari Saudara. Karena prinsip Firman Tuhanmengatakan, setiap orang yang mempunyai, kepadanya akandiberi, sehingga ia berkelimpahan. Tetapi siapa yang tidakmempunyai, apapun juga yang ada padanya akan diambil daripadanya.

Kiranya setiap kita dapat mengucapkan doa yang Tuhan kitasendiri pernah ucapkan, “I have glorified thee on earth; I have finishedthe work thou gavest me to do.” We can never glorify God unless we finishthe work God gave us nor can we finish our work unless we glorify God.Mari kita sekali lagi mengingat dan mengikut teladan Tuhankita. Yang ingin memuliakan Tuhan dengan makan dan minum,ingatlah perkataan Tuhan Yesus: “Makanan-Ku ialah melakukankehendak Dia yang mengutus Aku dan menyelesaikanpekerjaan-Nya.” Amin.

Audy Santoso

1. Kesehatan Pdt. Dr. Stephen TongMari kita terus mendukung Pak Tong di dalam kesehatannya dan rencana check-up mendatang. Banyak KKR yang sudah direncanakandi bulan-bulan yang akan datang, biarlah kiranya rencana Tuhan boleh tetap tergenapi melalui hamba-Nya yang setia.

2. Rencana Penyambutan Mahasiswa BaruDi awal tahun ajaran baru, kita berdoa agar ada sekelompok orang boleh Tuhan percayakan kepada gerakan Reformed Injili ini.Doakan akan rencana penjangkauan mahasiswa baru.

3. Rencana KKR PemudaDoakan agar Tuhan membimbing dan menyertai perencanaan KKR Pemuda yang baru pertama kali akan diadakan oleh GRIIS ini. KiranyaTuhan memberikan beban di hati setiap pemuda untuk menjangkau sesama pemuda yang belum mendengar kabar baik Injil.

Doa Syafaat

1. Hijrahnya orang-orang Huguenot dari Perancis, sebagai akibat pembatalan Edict of Nantes pada tahun1685 oleh Louis XIV, melemahkan ekonomi industri Perancis, dan kemungkinan juga mempercepatterjadinya Revolusi Perancis. Edict of Nantes (1598) selama itu telah memberikan kebebasan beragamaterbatas kepada orang-orang Protestan di Perancis.

2. Fanny Crosby menulis lebih dari 8000 lirik hymns, yang sebagian besar masih populer hingga sekarang. Iamenulis hymn pertamanya pada usia 45 tahun.

3. Pada tanggal 3 Februari 1943, kapal perang Sekutu S. S. Dorchester dihantam torpedo oleh sebuah kapalselam Jerman dan tenggelam dengan menelan 600 korban jiwa. Ketika kapal itu tenggelam, empat orang hamba Tuhan memberikanjaket penyelamat mereka kepada penumpang kapal yang lain, dan karena itu mereka meninggal di air yang membeku. Karena keberaniankeempat orang ini, yaitu Rev. Clark Poling (Reformed Belanda), Rev. George Lansing Fox (Methodist), Father John Washington (priestKatolik), dan Alexander David Goode (rabi Yahudi), Kongres Amerika menetapkan 3 Februari sebagai “Four Chaplains Day.”

TKB

Page 6: P Pillar Bulletin filedan panggilan kita adalah untuk memuliakan Tuhan di dalam segala hal yang kita kerjakan. Secara pemikiran kita sering pula terjebak dengan menganggap hanya

Pillar No.24/July/056

Current Affairs

If one to be asked what is Yoga,most likely the answer we will getis according to what the marketerwants people to perceive aboutYoga: a hip and modern way toexercise. It’s not difficult toagree that Yoga is very popu-lar nowadays. Yoga centresare sprouting like mushroomsand even invading into ourcommunity clubs and gyms.You can easily find places todo Yoga anywhere. A simplesearch on Google also provesthe point, the word ‘Yoga’ de-rives 12,500,000 result,whereas ‘aerobics’ only de-rives a mere 3,760,000. It’scool and it’s the in thing,which many people embraceit, including Christians.

While marketing publicity trieshard to detach Yoga from any re-ligion connection, particularly fromHinduism, the definition still bearsthe origin and essence of Yoga.According to Merriam-Websterdictionary, Yoga is a Hindutheisticphilosophy teaching the suppres-sion of all activity of body, mind,and will, in order that the self mayrealize its distinction from themand attain liberation.Whereas Oxford says it’s a Hindu-spiritual and ascetic discipline, apart of which, including breathcontrol, simple meditation, andthe adoption of specific bodilypostures, is widely practiced forhealth and relaxation.

So, is it ok to do Yoga? What’swrong with Yoga if I am ONLY init for the workout? I’m not chant-ing some Hindu mantra anyway,I’m just in it for some benefits itoffers, ranging from physical ben-efits like improving posture, in-creasing the intake of oxygen,

enhancing the function of the res-piratory and digestive systems, toemotional benefits like calmingthe mind, achieving inner peace,and diminishing insomnia caused

by mental restlessness. Not tomention two other benefits thatattract many ladies: weight re-duction and body-shaping.

It left some pragmatists to pon-der whether they can enjoy thebenefits yet has nothing to do withits philosophy. Unfortunately, theessence cannot be separated fromthe phenomenon. As it is said inLuke 6:43-44, “No good treebears bad fruit, nor does a badtree bear good fruit. Each tree isrecognized by its own fruit. Peopledo not pick figs from thornbushes, or grapes from briers.”

Christians, who want to try Yogafor whatever reason, may learnto understand a few things aboutYoga and its incompatibility withthe Christian faith. A widelyknown meaning of the word“Yoga” is “union of soul withGod”. Ir. Herlianto in his book“Tenaga Dalam dan PenyembuhanHolistic” writes, “Yogamerupakan salah satu jalankeselamatan dalam Hinduisme,

yaitu cara untuk mencapai Moksaatau kelepasan atau juga suatuusaha penyatuan diri dengan zatilahi.” He further explains,“Sasaran dari latihan Yoga adalah

untuk membangkitkanKundalini yaitu kekuatanilahi yang sedang tidurdalam diri manusia….Sehingga Yoga bukansekedar untuk mencariketenangan dan kebahagiansempurna tetapi juga untukmencapai keilahian yangpenuh dan dapatmenentukan kehidupannyasendiri.” We should comparethat statement to John 3:30which says, “He must in-crease, but I must de-

crease.”

Renowned Yoga guru Sri SwamiChidananda, in addressing a Chris-tian audience as recorded in hisGuidelines to Illumination, saidthat, “First and foremost, it hasto be known that Yoga has arisenfrom a background or basis ofHindu religion, but it is not Hin-duism.” He further said, “Yoga isa universal science – a science thathas risen above religion. No par-ticular dogma is laid down and noparticular God is pointed out foryour worship. Yoga doesn’t saythat you must worship Rama orSiva or meditate upon Khrisna.Yoga has nothing to say upon allthese things. Yoga doesn’t say youmust repeat any particular nameof God. Yoga only says that rep-etition of one of the divine namesis one of the ways of concentrat-ing the mind. You may say theprayer of Jesus, you may say thename of Siva, or you may saysome other name if you are insome other religion, but it doesnot specify that name and also

Page 7: P Pillar Bulletin filedan panggilan kita adalah untuk memuliakan Tuhan di dalam segala hal yang kita kerjakan. Secara pemikiran kita sering pula terjebak dengan menganggap hanya

Pillar No.24/July/05 7

Current Affairs

The current trend in this postmodernera is to package the devil’s trick intosome fashionable and current lifestyle

that everybody seems to accept.

whom to worship.” These com-ments are typical New-Age-Move-ment kind of dogma which saysmany ways lead to Rome and ap-parently Jesus is only one of thosemany ways, which is in total con-tradiction to John 14: 6 whereJesus said that He is THE WAY,the truth, and the life.

The Yoga guru Chidananda hadmore things to say, “Wherever youare, whatever you are, tryto find God. Create inyourself divine qualitiesand awaken the divinewithin you, and move to-wards God. That is thecentral message of Yoga.”Yoga believes that man isdivine or a small god which is partof the larger God. The concept ofsin and fall is totally unheard of.Though Biblical concepts acknowl-edge that man was made a littlelower than the heavenly beings andcrowned with glory and honor(Psalm 8:5), yet in other parts itis written that man is created fromdust (Gen 2:7) and returns to dust(Job 34:15).

The current trend in thispostmodern era is to package thedevil’s trick into some fashionableand current lifestyle that seems

to be accepted by everyone. Eventhe Christians are caught off-guard into it. Thanks to goodmarketing efforts, now Yoga hasbeen repositioned as a lifestyleinstead of a way of salvation.

With so many dogmas conflictingwith our Biblical faith, we can al-ways find alternative ways tomake our heart pump faster (likeaerobics or going to the gym) or

to achieve inner peace and re-laxed mind (try spa or even bet-ter join our weekly prayer meet-ing). Meng Yew Choong, a formerjournalist quoted in VantagepointBulletin said, “Evidently the pros-pect one gradually embracing themore spiritual aspects of Yoga asone goes deeper into the posesand breathing exercises is alwaysthere….. Even the most physically-oriented student knows at theback of his or her mind that Yogais something more than physicalexercises and is somehow at-tracted to it.”

While Paul was in Athens, he wasgreatly distressed to see that thecity was full of idols and as hewalked around and looked care-fully at the objects of worship,he even found an altar with thisinscription: TO AN UNKNOWNGOD. Then he challenged the Ath-ens people, “Now what you wor-ship as something unknown I amgoing to proclaim to you.” (Acts17).

We should be grateful thatwe know Whom we worship,He is neither a distant uni-verse above nor some powerwithin us to be awakened,and more importantly Heknows us personally as He call

us His own. All praise due to Godfor it is by grace we have beensaved, through faith, which is notfrom ourselves, it is a gift fromGod, and not by works (or by ex-ercising some poses to achieve en-lightenment) (Eph 2:8-9).

Heruarto Salim

Resources:“Tenaga Dalam dan PenyembuhanHolistik” – Ir. HerliantoVantagepoint Bulletin – May -JuneEdition

Page 8: P Pillar Bulletin filedan panggilan kita adalah untuk memuliakan Tuhan di dalam segala hal yang kita kerjakan. Secara pemikiran kita sering pula terjebak dengan menganggap hanya

Pillar No.24/July/058

Profil singkat pembicara:

Prof. Lou Jian Hua adalah dosen Matematika di National University of Singapore dan melayani sebagaieditor Momentum dan Spiritual Fire. Akan ditahbiskan sebagai Pendeta oleh Pdt. Dr. Stephen Tong padatanggal 9 Juli 2005 mendatang di Kuala Lumpur.

Saya akan menunjukkan dua karakter bahasa Mandarin, yangberarti etika. Yang satu adalah bentuk yang digunakan sekarang,sementara yang lain adalah bentuk yang digunakan 2.300 tahunyang lalu yang ditemukan dalam tulisan-tulisan kuno.Kebanyakan dari karakter Mandarin adalah berupa gambar.Jika Anda tahu bagaimana membacacerita dari gambar ini, Anda akan tahusampai batas tertentu makna darikarakter tersebut. Dalam karakter iniada karakter manusia, kumpulanbuku, dan juga garis-garis yangmenunjukkan urutan seperti roda. Maknanya adalah menaruhsesuatu dalam urutan. Jadi etika dalam bahasa Mandarin berartibagaimana memberi bobot dan mengatur hubungan antaramanusia.

Budaya Tionghoa kaya dengan ajaran moral, khususnya etika.Hal ini terjadi karena orang Tionghoa tidak memiliki hubunganvertikal. Mereka hanya memiliki hubungan horisontal. Jadimereka hanya dapat membicarakan tentang hubungan antarmanusia. Bagi orang-orang bijak seperti Confucius dan Mencius,ajaran mereka dapat meluas kepada hubungan antar pribadiyang mencakup seluruh lingkungan — yang kita sebut sebagaialam, tempat tinggal kita, dan binatang-binatang di sekitar kita.Namun mereka tidak memiliki hubungan vertikal. Merekamenyembah langit (heaven) dan menyebutnya Tuhan. Bagimasyarakat Tionghoa kuno, bahkan sampai sekarang, jikamereka mengikuti ajaran Confucius, mereka tidak menganggaplangit sebagai Tuhan yang personal. Langit tidaklah bersifat per-sonal, melainkan adalah ‘jalan’ alam, tidak seperti apa yangdimaksudkan dalam Alkitab. Orang Kristen memiliki sistemdan wawasan dunia yang berbeda. Ketika orang Kristenmembicarakan tentang etika, kita tidak hanya membicarakanhubungan antar manusia dan hubungan manusia dengan alam.

Ini merupakan topik yang hangat dibicarakan. Manusiamenyadari bahwa mereka tidak dapat hidup sendiri sebagaiumat manusia, mereka juga harus memperhitungkan lingkungansekitarnya. Kita harus mencari kebaikan bagi bumi di manakita tinggal. Tetapi bagi orang Kristen, kita mempunyaihubungan vertikal – kita beribadah kepada Tuhan. Ketika kitamembicarakan tentang hubungan antar pribadi, kita tidak hanya

mencari makna di balik hubungan itu, tetapi kita harus kembalikepada tujuan yang paling utama, yaitu mengapa kita ada disini dan apa makna hidup ini. Pertanyaan ini tidak akan terjawabtanpa kita kembali ke sumber yang mula-mula. Dengan katalain, kita harus mengetahui bahwa hidup kita berasal dari Tuhan

dan Dialah yang menciptakan kitasesuai dengan gambar dan rupa-Nya, sehingga kita menjadi hidupdan seluruh tujuan hidup kita adalahuntuk menyerupai Dia. Jadi kitaharus membangun etika kita dari

poin kebenaran ini. Jika tidak, kita hanya akan menghasilkanaturan-aturan belaka. Ini bukan keseluruhan dari etika.

DASAR ETIKA KRISTENDalam bagian yang pertama, saya mengangkat 3 poin tentangotoritas yang dapat digunakan sebagai acuan etika Kristen,yaitu:

1. AlkitabAlkitab adalah hal yang paling mendasar dan ultimat.Meskipun Alkitab pertama kali diberikan kepada orangYahudi, kemudian Perjanjian Baru, kepada Para Rasul,tetapi otoritas Alkitab adalah universal. Kita harus kembalikepada Alkitab, menemukan ajaran-ajarannya sehingga kitabisa membangun etika Kristen yang biblikal. Inilah poinyang pertama.

2. Pimpinan Roh KudusKita harus peka terhadap pimpinan Roh Kudus. Kita harussadar bahwa kita dipimpin oleh Roh Kudus.

3. Teladan KristusYang ketiga adalah dalam bentuk pertanyaan. Anda dapatbertanya apa yang akan Yesus lakukan jika dia beradadalam posisi saya. Ini dapat memotivasi dan mendorongkita untuk kembali kepada Alkitab serta mencari pimpinanRoh Kudus. Saya percaya bahwa poin ketiga ini adalahpermulaan bagi kita untuk kembali kepada Alkitab. Darisumber ini saya dapat memperoleh cara untuk bersikapterhadap tantangan yang saya hadapi dan sebagainya.

Page 9: P Pillar Bulletin filedan panggilan kita adalah untuk memuliakan Tuhan di dalam segala hal yang kita kerjakan. Secara pemikiran kita sering pula terjebak dengan menganggap hanya

Pillar No.24/July/05 9

...jika kita hanya berbicaratentang mengasihi Tuhantanpa mengasihi saudarakita dalam Kristus, maka

kita adalah pendusta.

Saya akan membicarakan mengenai etika dari Yesus. Iniberkaitan dengan poin ketiga di atas. Ketika kita bertanya apayang akan Yesus lakukan jika berada dalam posisi kita, berartikita harus tahu bagaimana ajaran etis yang diberikan dalamAlkitab. Saya mengambil beberapa dan membagikannya kepadaAnda. Ini hanya sebagai referensi bagi Anda. Saya percaya jikaAnda membaca Injil dan Surat-Surat di dalam Alkitab, Andadapat memperoleh lebih banyak lagi. Jadi ini bukanlah daftaryang lengkap, saya hanya memberikan dasar bagi Anda untukmelanjutkannya.

TELADAN KRISTUSApa yang bisa kita pelajari dariYesus? Saya telah meringkasperkataan-perkataan Yesus yangdicatat dalam Injil. Yesus adalahpribadi yang memanggil kitauntuk mengikuti-Nya danmeminta kita menjadi sepertiDia. Saya percaya Anda ingatMatius 11:29. Ini adalah suatupanggilan yang agung. Dalam sepanjang sejarah, siapa yangberani menantang manusia untuk mengikuti dia, mempunyaikuasa untuk menyatakan sebabnya, memberikan nyawanya bagikita, dan meminta kita untuk menjadi seperti dia? Hanya Yesus!Anda dapat membacanya dalam Matius 11:29. Yesus mengajakkita untuk belajar dari-Nya dan ketika kita membicarakantentang aplikasi dari etika Kristen, Dialah teladan kita. Diaadalah seseorang yang bisa kita teladani dan saya percaya kitadapat kembali pada-Nya, belajar dari-Nya, dan mendapatajaran-ajaran yang sangat baik dari hidup-Nya. Saya mempunyai7 poin untuk hal ini.

1. Memenuhi semuakebenaran dan keadilanBahkan Yesus, anak Allah,ketika menjadi manusia danmenjalani hidup di bumi,tetap mengikuti hukum,a t u r a n - a t u r a n ,menyenangkan Allah Bapa,dan juga memenuhi semuakebenaran dan keadilan. Iniadalah poin pertama yangdapat kita pelajari dari Dia.Dalam meresponi YohanesPembaptis, Yesusmengatakan bahwa Diaakan memenuhi semuakebenaran dan keadilan. Yesus tidak perlu bertobat,sementara baptisan dari Yohanes Pembaptis adalah untukpertobatan. Ini seharusnya tidak berlaku bagi Yesus, tetapiDia tetap melakukannya. Ini bisa diaplikasikan dalam hidup

kita juga. Tidak perduli dalam posisi atau lingkungan apasaja, kita harus tahu apa yang menjadi tanggung jawabkita dan kita harus melaksanakannya. Jangan mencari-caripengecualian dari apa yang seharusnya kita lakukan.

2. Melayani dan menjadi yang terakhir dari semuaSaya yakin Anda tahu cerita ini. Para murid sedangmemperdebatkan siapa yang terhebat di antara ke-12 rasul.Kemudian Yesus berkata kepada mereka bahwa jikaseseorang ingin menjadi yang terutama di antara semua,

dia harus menjadi yang terakhir.Tidak hanya demikian, tetapi jugaharus menjadi hamba bagi semuadan melayani semua. Anda dapatmenemukan ini dalam Markus9:35, 10:44-45, dan Matius 20:26-28. “Jika seseorang ingin menjadiyang terdahulu, hendaklah iamenjadi yang terakhir darisemuanya dan pelayan darisemuanya.” Jadi ini adalah contoh

lain yang harus kita pelajari dari Dia: melayani dan menjadiyang terakhir.

3. Memberi daripada menerimaKalimat ini tidak muncul di dalam Injil, tetapi dikutip olehrasul Paulus dalam Efesus. Dia mengucapkan selamattinggal kepada penatua di Efesus (Kisah 20) denganmengatakan, “Sebab Ia sendiri telah mengatakan: Adalahlebih berbahagia memberi daripada menerima.” Ini berlakudalam banyak hal, misalnya menolong yang lebih lemahdan membantu yang miskin baik dalam hal finansial atau

pun penghiburan. Adabanyak cara untuk memberi.Anda dapat menemukanajaran yang serupa dalamsurat Paulus kepada jemaat diKorintus.

4. Memiliki belaskasihanKetika kita berbicara tentangetika, sebagian orangmungkin cenderung berpikirbahwa etika hanyalah suatusistem aturan, hukum, apayang harus kita lakukan, danapa yang tidak boleh kitalakukan. Ini adalah cara

pandang yang statis dan pasif dalam melihat etika. Etikaharuslah proaktif dan dinamis. Memiliki belas kasihanadalah hal yang penting ketika kita mempraktekkan etikaKristen dan teladan kita tetap adalah Yesus Kristus. Kata

Page 10: P Pillar Bulletin filedan panggilan kita adalah untuk memuliakan Tuhan di dalam segala hal yang kita kerjakan. Secara pemikiran kita sering pula terjebak dengan menganggap hanya

Pillar No.24/July/0510

Yesus tidak melihat hukumsecara statis, melainkan Dia

meresponinya secara dinamis

belas kasihan digunakan sebanyak 11 sampai 12 kali dalam4 kitab Injil dan sekitar 9 kali digunakan oleh Yesus. Andadapat melihat pada beberapa kesempatan, misalnya ketikaseorang kusta mendekati Yesus, Dia tergerak oleh belaskasihan dan menyembuhkan orang itu. Ketika dia melihatorang banyak, dia tergerak oleh belas kasihan karenamereka lelah dan terlantar seperti domba yang tidakmempunyai gembala. Sebelum Ia memberi makan 5.000orang, Dia melihat mereka dan tergerak oleh belas kasihan.Di sebuah kota bernama Naim ada upacara pemakaman,anak seorang janda hendak dikubur, tetapi Yesusmenghentikan prosesi pemakaman tersebut danmembangkitkan anak itu dari kematian. Saya teringat suatukali saya mendengar khotbah Pdt. Stephen Tong dan diamenyebutkan tentang ini.Belas kasihan haruslahmenjadi yang terutamadalam kualifikasi seorangpemimpin Kristen dalamsegala tempat. Anda bolehbangga akan bakat,kemampuan, atau posisi Anda. Tentu itu merupakan halyang penting, tetapi di atas semua itu adalah belas kasihan.(Mat 9:36, 14:14, 15:30, 20:24; Mrk 1:41, 6:34, 8:2; danLukas 7:13)

5. Mengasihi sesama manusiaKita semua tahu ayat yang sangat terkenal yangmerangkum semua pengajaran, perintah, dan para Nabi.Ketika Yesus dihadapkan dengan pertanyaan, “Apa yangpaling penting dari semuanya?” Ia meringkas menjadi dua,“Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dandengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmudan dengan segenap akal budimu, dan kasihilah sesamamumanusia seperti dirimu sendiri.” Yang kedua ini berkaitanerat dengan memiliki belas kasihan dan ini akan memimpinkita kembali kepada nilai dari hidup manusia. Mengapakita bisa mengasihi sesama kita seperti diri kita sendiri?Karena kita tahu nilai hidup manusia, karena kita juga tahuada gambar dan rupa Allah di dalam hidup orang lainketika Tuhan menciptakan mereka. Tetapi yang lebihpenting adalah mengasihi Tuhan. Ada dua sisi dari satuhalaman. Dalam suratnya Yohanes juga menunjukkanbahwa jika kita hanya berbicara tentang mengasihi Tuhantanpa mengasihi saudara kita dalam Kristus, maka kitaadalah pendusta (I Yoh 4:19-20). Jadi dua perintah yangpaling penting ini sebenarnya adalah satu. Kita mengasihiTuhan karena Tuhan telah mengasihi kita terlebih dahulu.Dia memberikan hidup-Nya bagi kita. Dia berbelas kasihankepada kita dan sekarang Dia memerintahkan kita untukmengasihi-Nya dan sesama manusia.

6. Mengasihi musuhSekarang kita bergerak dari saudara seiman, ke sesamakita, lalu lebih luas lagi ke musuh yang menindas kita. Inidiambil dari Matius 5:44 dan merupakan bagian darikhotbah di bukit. Ini adalah ajaran yang agung karenatradisi Yahudi mengajarkan, “Kasihilah sesamamu, tetapibencilah musuhmu.” Tetapi Yesus mengajarkan untukmengasihi musuh kita dengan alasan yang tercantumdalam ayat-ayat selanjutnya. Lebih mudah bagi kitauntuk mengasihi saudara seiman, teman-teman, keluarga,atau orang yang sebangsa dengan kita. Tapi sekarangkita ingin lebih jauh lagi dan ini adalah permata darietika Kristen, jadi tidak hanya dibatasi dengan seseorangyang Anda kenal atau memiliki hubungan dengannya.

7. Mengatakan ya jika ya,dan tidak jika tidakYang terakhir diambil dariMatius 5:37, berkaitan denganetika pribadi. Katakan ya jikaya, dan tidak jika tidak. Lebih

dari itu berasal dari si jahat. Ini harus menjadi sikap danstandar kita dalam mengekspresikan diri kita.

Ini semua adalah yang saya rangkum dari Alkitab dan sayayakin masih ada banyak lagi. Paling tidak kita dapat melihatdari semua ajaran-ajaran ini, kita belajar bagaimana cara Yesusberhubungan dengan para murid-Nya, orang Farisi, dan lainsebagainya, kita dapat menemukan satu hal yang sangat penting.Yesus tidaklah bertindak sebagai seseorang yangmemperhatikan saja, menganggap aturan hanya sebagai tulisanyang statis dan mati dan hanya mengikuti apa yang tertulis.Apa yang Dia lakukan adalah meresponi dengan cara yangproaktif. Dia tidak melihat hukum secara statis, melainkan Diameresponinya secara dinamis. Dia bukan orang yang hanyamemperhatikan dari luar dan patuh secara pasif, tetapi lebihhidup, aktif, dan dinamis dalam menghadapi tantangan danpertanyaan yang diajukan kepada-Nya. Ini dapat mendorongkita untuk membaca ayat-ayat dalam Alkitab ketika kitamelakukan PA (bible study) atau saat teduh. Ini juga mendorongkita untuk berpikir bagaimana kita dapat mengambil suatuajaran dan melakukannya dalam cara yang lebih dinamisdaripada hanya berpikir apakah kita boleh melakukan itu, bolehmenyentuh ini, boleh makan ini atau tidak. Ini bukan gambaranyang kita lihat dari Yesus, melainkan gambaran orang Farisi.Mereka mempunyai banyak tradisi dan hukum tertulis, danapa yang mereka ingin lakukan adalah apakah sudah sesuaidengan hukum tersebut atau belum. Mereka tidak dapat melihatdi balik aturan tersebut. Itulah sebabnya Yesus menegur merekadalam Matius 23:23. Saya ingin menekankan ini, bacalah denganhati-hati apa yang Yesus katakan. Dia menegur ahli hukumdan orang Farisi, “Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan

Page 11: P Pillar Bulletin filedan panggilan kita adalah untuk memuliakan Tuhan di dalam segala hal yang kita kerjakan. Secara pemikiran kita sering pula terjebak dengan menganggap hanya

Pillar No.24/July/05 11

orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik, sebabpersepuluhan dari selasih, adas manis dan jintan kamu bayar,tetapi yang terpenting dalam hukum Taurat kamu abaikan, yaitu:keadilan dan belas kasihan dan kesetiaan. Yang satu harusdilakukan dan yang lain jangan diabaikan.” Hukum adalah hukumbagi orang Farisi. Mereka menganggap hukum Musa danberbagai tradisi hanya sebagai aturan tertulis dan mereka hanyamelakukan apa yang tertulis di situ. Mereka gagal untuk melihathal yang penting. Ini sangat menarik dari sudut pandang tertentu.Ketika Anda membaca Alkitab, bisakah Anda melihat hal yanglebih penting? Ketika Anda membaca ke-5 kitab Musa, dapatkahAnda melihat hal yang penting dari hukum-hukum tersebut?Yesus menyebutkan 3 hal yaitu keadilan, belas kasihan, dankesetiaan. Anda harusmelakukan ini semua tanpamengabaikan yangsebelumnya. Jadi sangat jelasdan saya percaya ini jugamerefleksikan Yesus sendiri.Dia tidak secara butamelakukan apa yang tertulisdi dalam hukum-hukum, inibukanlah cara-Nya. Tetapicara-Nya adalah denganmelihat hal yang lebihpenting, yaitu keadilan, belaskasihan, dan kesetiaan, dankita harus peduli pada keduahal ini.

Ada bagian lain yang tidak akan saya bahas, yaitu tentang etikadan spiritualitas. Mungkin Anda bisa menggunakan topik inidalam studi kelompok. Untuk mengakhiri semuanya, saya inginmenanyakan 2 pertanyaan kepada Anda dan saya harap Andatidak tersinggung. Saya sedang memikirkan situasi di Indonesiadan saya tahu Anda berasal dari Indonesia. Mungkin suatu saatAnda akan kembali ke negera asal Anda, memulai bisnis, atauberkeluarga di sana. Saya percaya orang Kristen di Indonesiaadalah minoritas dan di beberapa daerah gereja-gereja dibakardan orang Kristen dianiaya. Ketika Anda kembali ke Indone-sia, apa yang bisa Anda lakukan sebagai perwujudan dari imanKristen dan etika Kristen yang Anda miliki untuk mempengaruhimasyarakat, orang sekitar Anda, yang kebanyakan adalah etnisIndonesia dan Muslim? Ini adalah pertanyaan yang sulit, tetapisaya yakin Anda tidak bisa lari dari pertanyaan ini. Kitalah yangmemiliki tanggung jawab ini. Inilah tugas kita. Tidak ada yangbisa menggantikan Anda untuk melakukannya. Sebagai orangKristen, ketika saya hidup di suatu negara, bagaimana cara sayamengaplikasikan iman saya di dalam kehidupan? Untukmencintai sesama kita, musuh kita, dan bahkan lebih jauh dariitu, untuk mempengaruhi mereka dan mengubah mood darimasyarakat. Jika apa yang terjadi sekarang berlanjut terus makaakan sangat berbahaya.

Pertanyaan yang lain juga berhubungan dengan Indonesia.Ketika Anda kembali ke Indonesia, Anda adalah kaumprofesional karena Anda pernah belajar atau bekerja di Singapura.Anda memulai bisnis dan Anda akan mempunyai kekuatansecara ekonomi, meskipun bukan kekuatan politik. Dalam halapa Anda dapat mengubah kekayaan dan pengetahuan yangAnda miliki untuk menolong sesama dan orang banyak di In-donesia, juga untuk membawa kesejahteraan kepada masyarakatluas? Tidak hanya dalam segi ekonomi, tetapi juga secara moral,etis, atau sistem hukum. Jika kita bisa mengaplikasikan kasihuntuk menolong orang lain sehingga mereka mendapatkankebaikan, saya percaya ini bisa memperkenalkan kepada merekaakan kasih dan iman Kristen untuk mengubah mereka. Saya

yakin ini adalah pertanyaanyang sulit tidak hanya di Indo-nesia, tapi juga di Tiongkok.Orang mencari kesejahteraandan menempatkannya sebagaiyang terutama.

Ada sebuah cerita yang sayadapat dari teman saya yangsudah mengunjungi Tiongkoklebih dari 20 kali dalam rangkakunjungan bisnis. Dia berkatabahwa bagi orang Tiongkokketika tahun baru sudah dekat,mereka akan memajang

sebuah karakter yang berarti berkat. Biasanya mereka akanmemasangnya terbalik, karena dengan begitu berarti berkat akandatang. Kebanyakan orang mencari kekayaan dalam bentukuang. Jadi apa yang mereka lakukan adalah mereka memasangkarakter yang berarti kekayaan (uang) secara horisontal(seharusnya vertikal). Bagi kebanyakan orang untuk menjadi kayaberarti ia harus bekerja keras dan melakukan bisnis dengan benar.Tetapi ada peribahasa yang mengatakan bahwa ada cara lainuntuk menjadi kaya, Anda harus berusaha mencari kesempatan,tidak peduli legal atau tidak; benar atau tidak. Untuk menjadikaya, Anda harus menemukan segala cara tanpa mempedulikanetika, hukum, atau kebenaran. Inilah maknanya karakter tersebutdipasang secara horisontal, bukan vertikal sebagaimanaseharusnya. Ini semua menggambarkan pikiran masyarakat danini sangat mengerikan. Jika tren seperti ini berlangsung terusmaka seluruh negara bisa menjadi kaya, tetapi akan menjadikorup dan akhirnya tidak mempunyai masa depan. Jadi bagikita yang memiliki kesempatan untuk hidup, belajar, danmempersiapkan diri di Singapura, saya yakin Anda akan menjadiprofesional yang sukses. Anda yang memiliki bisnis atau karir,mungkin di Singapura atau di Indonesia, dengan carabagaimanakah kita akan menunjukkan kasih kita, memiliki belaskasihan, mengasihi sesama, melihat hal yang lebih penting, danmelakukan semua ini? (Habis)

Trancripted by Ferdinan

Page 12: P Pillar Bulletin filedan panggilan kita adalah untuk memuliakan Tuhan di dalam segala hal yang kita kerjakan. Secara pemikiran kita sering pula terjebak dengan menganggap hanya

Pillar No.24/July/0512

Hari Senin lalu (20 Juni 2005), sayamelakukan perjalanan ke

Tanjung Pinang untuk mengunjungisatu-satunya panti asuhan Kristenyang ada di sana. Tujuan perjalananpribadi ini sebenarnya adalah untukbelajar bagaimana mengelolasebuah panti asuhan. Namun tidaksaya sangka, melalui perjalanan iniTuhan berbicara banyak kepada sayadan saya percaya masih banyak yangtidak bisa tertuang melalui tulisanini. Saya berharap bisamendengarkan suara Tuhan seatentifini dalam kehidupan saya hari lepashari. Secara tidak langsung,perjalanan ini menjadi “personal re-treat” saya.

Ketika saya tiba, hari sudah pukul11.30 WIB, dan saya dijemput olehteman baik saya Rudy yang tinggal disana. Dengan dibonceng sepeda mo-tor, saya menikmati suasana kotayang sederhana sembari menyusurijalanan yang jauh lebih sepidibanding Jakarta. Udara yang sejukdan kurang berpolusi, membuat hatikembali mensyukuri berkat Tuhankalau masih bisa menghirup udarayang seperti ini.

Beberapa saat kemudian, kami tibadi rumah Rudy tempat sayabermalam—rumah yang sederhana disalah satu gang di Tanjung Pinang,namun terasa sangat nyaman.Setelah saya beramah tamah sejenakdengan ibu dan adik Rudy dankemudian menaruh tas panggul dikamar, tibalah mediator yang akanmengantar kami ke panti asuhan. PakJohnson adalah salah satu pendetadi GPPS Tanjung Pinang dan beliauadalah teman sekolah seminaripemilik panti asuhan ini.

Singkat cerita, kami berangkatmenuju panti asuhan itu dansepanjang perjalanan pun sayamenceritakan tentang tujuankedatangan saya ke Tanjung Pinang

ini. “ANUGERAH”, kubaca nama yangtertera di papan nama panti asuhanitu. Sungguh suatu nama yangmenyentuh dan bermakna. Pantiasuhan ini terdiri dari tiga bangunandasar yang cukup kecil dan didiamioleh kurang lebih lima puluh anak-anak terlantar.

Sepasang suami istri menyambut kamidan mempersilakan kami masuk keruang kantor untuk berbincang-bincang di sana. Bapak dan IbuYohanes—merekalah yang mendirikandan sekaligus mengoperasikan pantiasuhan ini. Mereka juga pernahtinggal di panti asuhan dan sekarangkembali melayani di panti asuhan.Saya mulai menceritakan tujuankedatangan saya, kami berbincang,dan mereka membagi pengalamanmereka dalam mengelola panti asuhanini.

Dari pembicaraan kami, terlihatbagaimana Bapak dan Ibu Yohanestidak memandang istimewa tamu-tamu dari luar negeri. Merupakansuatu hal yang saya syukuri bahwameskipun di tengah-tengah kesulitanmengelola panti asuhan ini, merekatetap memiliki “tulang pungung” dantidak bersemangat minta-minta.

“Tuhanlah yang memanggil kami, Dik,maka Dia pula yang akan mencukupidan memampukan,” ujar Pak Yohanes.“Kami memulai pekerjaan ini daritahun 1991 di Surabaya. Kami jugamencari dana di Singapura. Kantorkami di bawah MRT Orchard untukmenulis surat ke gereja-gereja,”lanjutnya sambil tertawa. Tidakmendapat respon dari gereja-gerejadi Singapura, mereka pun terusberdoa dan bergumul sembarimelayani di salah satu gereja diSurabaya. Akhirnya doa merekaterjawab pada tahun 1997 ketika salahsatu gereja Baptis di Singapuramenawarkan bantuan selama lima

tahun saja dan setelah itu dilepasuntuk mandiri. “Tuhan mengajar kamiuntuk tidak mengandalkan siapa-siapa kecuali Tuhan saja. Memangkami tidak bisa melakukan apa-apadengan kekuatan kami sendiri,”sambung Ibu Yohanes. Saat ini, pantiasuhan ANUGERAH berdiri sendiri dibawah yayasan yang didirikan olehBapak dan Ibu Yohanes. Dan Bapakdan Ibu Yohanes juga sedangmendirikan panti jompo pada lokasiyang sama. Sungguh sebuahpelayanan yang diberkati Tuhan.

“Menjalankan pekerjaan Tuhanbukanlah suatu hal yang mudah.Banyak air mata dan penderitaan.Tapi Roh Kudus yang memberikan sukacita dalam hati kami ketika kamimenjalankan pekerjaan Tuhan ini,”ucap Ibu Yohanes. Lanjutnya, “Kamiharus melayani selama 24 jam danmungkin lebih berat dibandingkandengan pelayanan lain. Kami harusmasuk ke dalam kehidupan tiap anakdan bukan hanya menjadi pengasuhtetapi juga menjadi sahabat mereka.Ada yang memberontak, melawan,dan kurang ajar. Tapi kami harus tetapmenjadi sahabat mereka, membawamereka ke jalan yang benar.”Setiap bulan, panti asuhanANUGERAH memerlukan dana kuranglebih Rp. 12 juta dan ini bukan jumlahyang kecil. “Kami tidak tahu dapatuang dari mana, tapi kami tahu kalauTuhan memelihara,” ujar Pak Yohanes.Lanjutnya, “Uang terus masuk yangdatangnya tidak tahu dari mana dankebutuhan-kebutuhan bisaterpenuhi. Sungguh anugerahTuhan.” Saya dapat melihat adasukacita yang khusus yang hanya bisadidapatkan karena menjalankankehendak Tuhan pada Bapak dan IbuYohanes. Banyak orang bisa melayani,tetapi sedikit yang menjalankankehendak Tuhan yang sesungguhnyadan seringkali tidak sadar kalau

Artikel Lepas

Page 13: P Pillar Bulletin filedan panggilan kita adalah untuk memuliakan Tuhan di dalam segala hal yang kita kerjakan. Secara pemikiran kita sering pula terjebak dengan menganggap hanya

Pillar No.24/July/05 13

Artikel Lepas

mereka telah kehilangan suatusukacita sorgawi.

Setelah selesai berbincang-bincang,kami berkeliling premis panti asuhanuntuk melihat-lihat. “Leh, engga tidur,Leh?” tanya Pak Yohanes sembaritersenyum kepada salah satu anakyatim piatu. Saat itu, saya bisamelihat kasih yang terpancar dari PakYohanes dan melihat kedekatan anak-anak di sana dengan Bapak dan IbuYohanes sebagai orang tua mereka.Anak-anak di panti asuhan ini hanyadiasuh sampai tamat SMA dan setelahitu mereka harus keluar dan mencaripekerjaan sendiri.

Di sinilah akhir kunjungan kami di pantiasuhan ini. Kami berpamitan danmeluncur pulang ke rumah Rudy. Diperjalanan, kami mampir sejenakuntuk makan siang di salah satu rumahmakan Padang. Wah… sungguh nikmat.Sudah lama rasanya tidak menikmatimakanan seperti ini. Sekali lagimengucap syukur untuk berkat bisamenikmati nasi Padang.

Sepanjang perjalanan banyak halterlintas di benak saya. Pak Yohanesbegitu rindu untuk menjalankan visidari Tuhan. Juga, sungguh luar biasapergumulan selama enam tahun untukdipersiapkan oleh Tuhan.

Bagaimana dengan saya? Danbagaimana dengan Saudara? Apakahada kerinduan untuk menjalankankehendak Tuhan dalam kehidupan kita?Sudahkah kita benar-benarmenggumulinya? Adakah hati kitamenggebu-gebu untukmenjalankannya? Kalau belum,bukankah sudah saatnya? Kalau sudah,ke manakah kita melangkah? Apakahyang akan Tuhan katakan terhadap apayang kita lakukan?

Perjalanan saya belum selesai. Masihada malam pertama dan hari kedua.Saya akan ceritakan bulan depan.

Dharmawan Tjokro

Hello semua,

Berhubung respons pembaca yang lesu, SerSan kali ini tampildengan format baru: SIAPA CEPAT DIA DAPAT! Bagi peserta pertamayang berhasil menjawab dengan benar melalui SMS ke nomor98489285 (cantumkan nama lengkap) akan langsung mendapatkanhadiah loh. Seru bukan?

Tema Pillar bulan ini adalah mandat budaya. Kalian mau tahuseberapa kalian mengenal tokoh-tokoh Kristen yang memberikankontribusi melalui mandat budaya? Silakan terka tokoh2 dankontribusinya di bawah ini :

1. Seorang usahawan yang menyaksikan kejamnyapeperangan dan banyaknya korban bergelimpangan. Diamengajukan mendirikan organisasi netral untuk merawatkorban-korban perang.

2. Sekalipun dilahirkan dari keluarga miskin dan hidupdirundung kesepian, tetapi karya-karya sastranya telahmengisi kalbu dunia anak-anak.

3. Ia menjadi buta karena suatu kecelakaan di bengkelayahnya. Namun dibalik peristiwa itu, Tuhanmenuntunnya untuk menjadi rasul bagi para tunanetra.

4. Seorang yang berasal dari keluarga kaya yangmemutuskan untuk menjadi perawat yang penuh simpatiterhadap kehidupan disekitarnya dan bertekad menjadiorang yang berguna bagi orang miskin.

Saatnya mengumumkan pemenang SerSan bulan lalu:Yenti Rahardjo.

Selamat yah..!

Jawaban SerSan bulan lalu:1. Mori -> 90% yang kerja ditempatku adalah wanita dan

setiap hari kami sering menerima barang yang setiap harikita pakai (atasan dan bawahan).

2. Novi Arty -> Pekerjaanku adalah menyadarkan danmempersiapkan orang untuk bertanggung jawab danbanyak berbicara kematian.

3. Ipei -> Saya paling bayak belanja dan menghabiskan uangdi kantor.

4. Budiman -> Pekerjaan saya berusaha mencari ide untukmenghibur kawula muda.

Page 14: P Pillar Bulletin filedan panggilan kita adalah untuk memuliakan Tuhan di dalam segala hal yang kita kerjakan. Secara pemikiran kita sering pula terjebak dengan menganggap hanya

Pillar No.24/July/0514

Interview

Pdt. Budy Setiawan adalah Pendeta di Gereja Reformed Injili Indonesia diSingapura. Sebelum melayani di GRIIS selama 1,5 tahun, beliau bersama denganistri, Bu Lusi, melayani di GRII Bintaro dan merintis MRII Matraman. Merekadikaruniai dua putri.

Pillar: Berapa lama Bapak melayani diSingapore?Pak Budy: Satu setengah tahun. Dari 2004awal sampai 2005 pertengahan.

Pillar: Bagaimana latar belakang pelayananBapak?Pak Budy: Kami dulu pertama melayanidi Bintaro. Pelayanan di Bintaro itu adalahpelayanan baru, jadi dipercayakan hanyasatu dua aspek dan tidak involve banyak didalam pelayanan di sana.Kedua, di Matraman, mulai dari pertamaberdiri, dari awal dan melayani diMatraman kira-kira dua tahun lebih. Kamimemulai dari kecil, jadi jemaatnya tidakterlalu besar. Pertama dari sekitar 10sampai 20 orang menjadi 40 orang, laluterus berkembang sampai sekitar seratusorang. Tapi memang kalau dibandingkandengan Singapura masih tidak terlalu besar.Pelayanan di Matraman juga tidak terlalukompleks seperti di Singapura.Ketiga, di Singapura. Pelayanan diSingapura cukup kompleks dan unik.Pelayanan di Singapura menjadi unikkarena di satu sisi Pak Tong sebagaigembala sidang, tetapi sehari-hari yangmenjalankan sebenarnya memang kita.Dari sana, saya belajar dari konteks jemaatSingapore yang bermobilitas tinggi, jugapelayanan ke rumah sakit yang unik dimana yang aktif juga paling banyak ibu-ibu dan pemuda. Jadi dari keunikan itusaya melihat dinamika pelayanan yanglebih kompleks di dalam pelayanan danyang lebih banyak matriksnya, baik darihubungan dengan Pak Tong, denganhamba Tuhan yang lain, terus denganjemaat pengurus dan sebagainya. Itumenjadi lebih banyak aspeknya.

Pillar: Pengalaman berharga apakah yangBapak peroleh selama melayani di Singapur?Pak Budy: Pengalaman berharganyaadalah ketika kami menghadapikekompleksan itu. Pelayanan Ibu Lusi diSingapura juga berbeda sekali denganketika di Jakarta sebelumnya, yang lebihbanyak involve mengajar di STTRI

sedangkan di jemaat lokal (jemaatMatraman) Ibu Lusi involve tetapi memangjuga tidak terlalu intense.Jadi sewaktu kami ke sini menjadi full-timeseluruhnya. Pelayanan kami pun menjadiberbeda secara natur. Pelayanan di Jakartajuga kompleks tapi di dalam aspek yangberbeda. Kami melayani di Matraman,di GRII Pusat, mengajar di STTRII, dandi Reformed Institute. Banyak pelayanantetapi sebenarnya sedikit-sedikit.Kalau di sini, satu tempat tetapi kamimelayani semua dan menjadi lebih fokus,mendalam dan kompleks. Di Jakarta kitamungkin tidak sampai ke dalam-dalamnya. Kekompleksan itu menjadipengalaman berharga dan pelajaran

kerohanian. Saya menjadi menjadimenyadari bahwa banyak hal yang belumsiap dan matang, seperti menjadi gembalayang full. Menjadi pendeta atau gembaladi dalam satu MRII atau satu GRII selaindi Jakarta mungkin seperti di sini, lebihdalam tetapi sekaligus menjadi masuk kedalam kekompleksan. Jadi banyak aspekselain berkhotbah. Juga menggembalakan,menginjili, pembinaan, hampir seluruhnyaharus involve di dalamnya. Jadi ada hal-halyang belum digali dan masih perludiperlengkapi.

Pillar: Tantangan berkesan apa yang Bapakhadapi selama pelayanan di Singapur?Pak Budy: Tantangan leadership. Leader-ship memiliki banyak aspek dan masihbanyak hal di dalamnya yang kurang danperlu dikembangkan. Itu menjadikerinduan didalam pelayanan pada tahun-tahun ke depan menjadi modal. Ada hal-hal yang sudah sebagai modal-modal yangbaik, tapi juga ada hal yang masih kurangyang harus dikembangkan.

Pillar: Apa Rencana kedepan pelayananBapak?Pak Budy: Rencananya melayani diMelbourne untuk satu tahun ke depan,itu menjadi satu ujian yang boleh menjaditantangan di dalam mengembalakanjemaat di MRII Melbourne. Sayaberharap nanti setelah masuk danberadaptasi di sana bisamemperkembangkan jemaat diMelbourne yang sebenarnya juga banyakkesempatan untuk bertumbuh di dalamsegala aspek. Jemaat di Melbourne yangbanyak mahasiswa dan juga sedikitkeluarga yang menjadi suatu tantanganyang unik lagi. Tetapi itu menjadi suatukesempatan untuk lebih intense karena

Page 15: P Pillar Bulletin filedan panggilan kita adalah untuk memuliakan Tuhan di dalam segala hal yang kita kerjakan. Secara pemikiran kita sering pula terjebak dengan menganggap hanya

Pillar No.24/July/05 15

Interview

jemaatnya tidak sebesar dan lebih menetapdari Singapur. Saya berharap untuk bisalebih intense di dalam melayani kedepandan menggembalakan mereka danmelihat pertumbuhan di antara masing-masing pribadi maupun jugapertumbuhan secara jumlah, karenadiharapkan boleh menjangkau lebihbanyak orang-orang Indonesia baikmahasiswa maupun juga keluarga-keluarga.

Pillar: Menurut Bapak, apa pentingnyapelayanan konseling?Pak Budy: Jadi realita keadaan dijemaat, bukan hanya di Singapore tetapidi mana pun. Selain khotbah yangbersifat massal yang berjumlah besar,juga sebenarnya perlu pelayanan yangbersifat pribadi. Karena banyak sekalikhotbah-khotbah yang bagus, khotbah-khotbah yang sangat berbobot, tetapisulit masuk ke dalam kehidupan pribadilepas pribadi. Karena itu memerlukanpelayanan konseling yang menjadi suatupelayanan yang personal. Jadi yangkonseling bukan hanya bagi yangbermasalah tetapi sebenarnya bagi banyakkita yang perlu ditolong untuk menjadikankebenaran Firman itu real di dalam hiduppribadi, tentunya di dalam pergumulanyang berbeda-beda bagi masing-masingpribadi.

Pillar: Dalam hal apa kerohanian Bapakdibentuk di dalam pelayanan di Singapore?Pak Budy: Saya menjadi semakinbergantung kepada Tuhan. Jadi pelayananini menjadi suatu pelayanan yang betul-betul banyak hal yang di luar rencana kita,pemikiran kita dan juga pengetahuan kitayang terbatas. Saya belajar untuk semakinberserah, semakin bergantung dan sadarbahwa setiap masa, setiap pelayanan danjuga relasi dengan orang itu harus Tuhanyang memimpin baru dapat berjalandengan baik.

Pillar: Kemudian dari jemaat di Singapore, halapa yang dilihat oleh Pak Budy yang masih perludikembangkan dan menjadi sesuatu esensial yang

perlu kita kembangkan, yang kurang yangmasih perlu kita kembangkan?Pak Budy: Seperti yang kita bahas danlama pikirkan, salah satu yang kurangadalah segala kebenaran Firman, segalapengajaran yang baik itu menjadi nyata didalam hidup kita masing-masing. Karenaitu kita memikirkan dan menggumulkandidalam beberapa waktu lalu ini untukmembentuk kelompok kecil. Kelompokkecil sebenarnya sangat menolong karena

mungkin dari hamba Tuhan itu sendiritidak bisa dapat masuk secara mendalamdan seluruhnya kedalam kehidupan setiappribadi. Itu terbatas dan perlu waktu yangbanyak. Dan untuk mempercepat FirmanTuhan itu masuk ke dalam masing-masingpribadi itu sebenarnya perlu kelompokkecil. Kelompok kecil bisa dibentukdengan sangat banyak sekaligus dan jugaada pemimpin-pemimpin di situ. Danselain kelompok kecil menjadi lebih dekatsatu dengan yang lain, biarlah FirmanTuhan menjadi nyata di dalam kehidupanpergumulan masing-masing danmengubah hidup kita menjadi lebih real.Itu yang harus dikembangkan, dan kitaappreciate apa yang sudah Tuhan berikandengan banyak pengajaran terutamakhotbah di mimbar Pak Tong yang sangatkuat.

Pillar: Pesan apa yang ingin Bapak sampaikanuntuk para pemuda GRIIS?

Pak Budy: Seperti saya katakan berapakali di Persekutuan Pemuda. Sebenarnyamasa pemuda khususnya di GRIISingapura ini adalah masa yang sangatsingkat, karena banyak di antara kita yangtidak akan menetap lama di Singapore.Jadi pesan saya adalah di dalam waktuyang singkat yang terbatas yang hanyabeberapa tahun ini dan menjadikesempatan yang bagus, selain untukmendengar khotbah yang baik juga

menjadi kesempatan untuk berjuangdan dilatih. Bagi pemuda harap inimenjadi kesempatan emas yang bolehdilihat sebagai pembentukan Tuhanyang sangat penting di dalam stagehidup yang kritis karena pembentukandi sini selain dari khotbah juga melaluiinteraksi, melalui perjuangan di duniakerja, juga dunia studi, pembentukandari karakter disini akan membekasselama mungkin akan berpuluh-puluhtahun sisa hidup kita. Pesannya adalahbiarlah betul-betul kita appreciate waktuyang Tuhan berikan di dalam masa inikarena itu akan menjadi mempengaruhiseluruh hidup kita.

Kita juga harus melihat PersekutuanPemuda ini sebagai bagian dari seluruhgerakan Reformed Injili jadi janganbergerak / bertumbuh sendiri tetapi harusbergerak didalam keseluruhan gerakanReformed Injili.

“Selama ini di dalam segala sesuatusaya sangat bersyukur untukkesempatan mengenal saudara-saudara seiman dan juga bersyukuruntuk pimpinan Tuhan di dalampelayanan. Walaupun sangat sebentartetapi menjadi berkat dan saya sendiribelajar banyak, bertumbuh dan sayaharap kita boleh juga menjadi berkatbagi saudara-saudara yang lain”

Pdt. Budy Setiawan.

Interviewer : Dharmawan

Page 16: P Pillar Bulletin filedan panggilan kita adalah untuk memuliakan Tuhan di dalam segala hal yang kita kerjakan. Secara pemikiran kita sering pula terjebak dengan menganggap hanya

Pillar No.24/July/0516

Resensi Buku

Judul : Calvinism in the Las Vegas airport: making connections in today’s worldPenulis : Richard J. MouwPenerbit : ZondervanCetakan : Ke-1 (2004)Tebal : 160 halaman

Calvinism in 21st century: Irrelevant?Calvinism in 21st century: Irrelevant?

Pernahkah Anda menanyakanpandangan orang lain mengenai

Calvinism? Kemungkinan besarjawaban yang akan Anda dengar (ataumungkin jawaban Anda sendiri) adalahbahwa Calvinism sudah ketinggalanzaman dan tidak relevan. Banyak or-ang juga berpendapat bahwa para Cal-vinist adalah orang-orang yangberwatak kasar, sombong, dingin, dantidak menghargai orang lain. Benarkahdemikian? Menurut saya pandangan diatas mengenai Calvinism tidaklahbenar, namun dengan berat hati harussaya mengatakan bahwa pandanganmengenai Calvinist di atas seringkalibenar. Persepsi dan hal-hal inilah yangkemudian membuat saya tertarik untukmembaca buku ini. Buku ini memiliki sebuah judul yangmenarik dan penuh makna. Bagi orangyang memiliki pandangan-pandanganyang saya tulis di atas, orang itu akanbertanya-tanya apa relevansi Calvinismdengan Las Vegas airport. Orang itupun mungkin akan berpikir bahwa judulini seakan-akan seperti sebuah leluconyang memadukan unsur kuno dan mod-ern, unsur kaku dan dinamis; bagaikanseorang manula yang berada di sebuahdiscotheque. Dalam bahasa Jakarta,mungkin orang itu akan berkata, “Yajelas ngga nyambung!” Dan memanghal-hal yang saya deskripsikan dalamdua paragraf pertama inilah yangmendorong Richard J. Mouw untukmenulis buku ini.

Dalam menulis buku ini, Mouw tidakbermakud untuk memberikan paparansistematis mengenai pemikiran Calvin-ism. Fokus utamanya bukanlah padapertanyaan apa yang Calvinistpercayai, namun pada pertanyaanbagaimana menjadi seorang Calvinistdi abad ke-21 ini. Mouw berkata, “Iam more interested here in questions

about Calvinist character and mood.”Sebuah pernyataan yang belum pernahsaya bayangkan untuk mendengarnyadari seorang teolog Calvinist! Namundemikian, justru hal inilah yangmembuat buku ini unik dan menarikuntuk dibaca.

Buku dengan gaya penulisan non-akademis ini memiliki cakupan yangluas (namun cukup dalam) denganpembahasan berbagai topik. Daripembahasan lima pokok ajaran Calvin-ism sampai dengan Heidelberg Confes-sion dan Westminster Catechism, dandari ajaran mandat budaya AbrahamKuyper sampai dengan konseppenginjilan dan etika hidup C. H.Spurgeon.

Dalam chapter pembahasan lima pokokajaran Calvinism, Mouw dengankehangatan serta kejujuranmemaparkan dan mencoba menjawabakan keberatan-keberatan yangdihadapi oleh non-Calvinist untukmenerima ajaran-ajaran itu (terutamamengenai penebusan terbatas). Denganluar biasa jujurnya, Mouw bahkanmengungkapkan akan misteri danketidakmampuannya untukmenjelaskan dengan jelas ajaran Cal-vinism itu. Tentunya mantan professorfilosofi selama 17 tahun di Calvin Col-lege ini menyatakannya dengan hati-hati dan bertanggung jawab. Mouwsebelumnya sudah mempelajari denganbaik buku setebal 300 halaman yangberjudul “The Atonement Controversyin Welsh Theological Debate” (1707-1841) karangan Owen Thomas.

Bersamaan dan berkaitan denganmenjawab kesulitan-kesulitan yangdihadapi oleh non- Calvinist, Presidendari Fuller Theological Seminary inidengan pengalaman serta wawasannyayang luas juga membahas akan mis-

conception yang dimiliki oleh banyakCalvinist sendiri. Contoh isu-isu ituadalah penekanan terhadapketerbatasan dalam pokok ajaranpemilihan terbatas, Allah yang kikiryang tidak membuka keselamatan bagisemua orang, semangat pasif dan fa-talistic berkenaan dengan kedaulatanAllah, sikap tinggi hati dalammenyikapi ajaran denominasi lain, danbanyak hal lainnya.

Menurut saya buku ini cukupkontroversial karena keberanian,kejujuran, dan kehangatan sangpenulis dalam membahas isu isu yangcukup beragam dan sensitif. Bagiseorang Calvinist, buku ini akanmenantang pembaca untukmemikirkan kembali mengenai konsepyang dimiliki mengenai ajaran Calvin-ism yang dipegangnya dan mengenaikarakter yang termanifestasi dalaminteraksi dengan orang lain. Bagiseorang non- Calvinist, buku inimenyediakan diri sebagai temanberdialog yang ramah dan jujur dalammemahami Calvinism dengan lebihbaik. Akhir kata, sayamerekomendasikan buku yang kayadan unik ini dengan sepenuh hati.

Cahyadi Tjokro