pa to genesis faciolosis akut dan kronis

8

Click here to load reader

Upload: muhammad-ibenk-abdillah-raona

Post on 27-Jun-2015

325 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: Pa to Genesis Faciolosis Akut Dan Kronis

Patogenesis Faciolosis Akut dan Kronis

Muhammad Abdillah

B04080003

Fasciolosis adalah penyakit cacing penting yang disebabkan oleh dua

trematoda Fasciola hepatica dan Fasciola gigantica. Penyakit ini disebabkan oleh

trematoda yang bersifat zoonosis. Fasciola hepatica adalah spesies yang banyak

menimbulkan kekhawatiran, karena distribusi dari kedua inang definitif cacing

sangat luas dan mencakup mamalia herbivora, termasuk manusia Siklus hidup

termasuk siput air tawar sebagai hospes perantara parasit. Kerugian di seluruh

dunia pada produktivitas ternak karena fasciolosis yang konservatif diperkirakan

lebih dari US $ 3,2 miliar per tahun. Selain itu, fasciolosis sekarang dikenal

sebagai penyakit zoonosis. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan

bahwa 2,4 juta orang terinfeksi dengan Fasciola, dan 180 juta orang berada pada

risiko infeksi.

Jenis cacing kedua yang terlokalisasi dalam saluran empedu dari hati atau

kantung empedu. Fasciola gigantica merupakan satu-satunya cacing trematoda di

Indonesia yang menyebabkan infeksi fasciolosis pada hewan ruminansia. Penyakit

ini sangat merugikan karena dapat menyebabkan penurunan bobot hidup,

penurunan produksi, pengafkiran organ tubuh terutama hati sehingga hati

terbuang percuma, bahkan dapat menyebabkan kematian. Di Indonesia, secara

ekonomi kerugiannya dapat mencapai Rp. 513,6 milyar/tahun. Oleh karena itu,

perlu diketahui penyebab dan dampak dari cacing jenis ini.

Fasciola gigantica adalah parasit yang cukup potensial penyebab

fascioliasis atau distomatosis. Di Indonesia fascioliasis merupakan salah satu

penyakit ternak yang telah lama dikenal dan tersebar secara luas. Keadaan alam

Indonesia dengan curah hujan dan kelembaban yang tinggi, dan ditunjang pula

oleh sifatnya yang hemaprodit yakni berkelamin jantan dan betina akan

mempercepat perkembangbiakan cacing hati tersebut. Cacing ini banyak

Page 2: Pa to Genesis Faciolosis Akut Dan Kronis

menyerang hewan ruminansia yang biasanya memakan rumput yang tercemar

metacercaria, tetapi dapat juga menyerang manusia. Cacing ini termasuk cacing

daun yang besar dengan ukuran 30 mm panjang dan 13 mm lebar.

Fasciola gigantica bentuknya pipih seperti daun dan habitat utamanya di

hati maka dikenal dengan nama cacing hati. Ada tiga cara larva infektif cacing

hati setelah masuk ke dalam tubuh sampai ke organ hati hewan yang terinfeksi.

Pertama ialah ikut bersama aliran darah, kemudian menembus kapiler darah, terus

ke vena porta dan akhirya sampai ke hati. Kedua, dari lambung (abomasum)

menembus mucosa usus (duodenum), ke saluran empedu dan akhirnya sampai ke

parenkhim hati. Ketiga, yang umum terjadi adalah setelah menembus usus menuju

peritonium, lalu menembus kapsula hati yang akhirya sampai ke hati.

Cacing dewasa hidup dalam saluran empedu hospes definitif (terutama

ruminansia kadang juga orang). Cacing bertelur dan keluar melalui saluran

empedu dan keluar melalui feses. Telur berkembang membentuk meracidium

dalam waktu 9-10 hari pada suhu optimum. Meracidium mencari host intermediet

siput Lymnea rubiginosa dan berkembang menjadi cercaria. Cercaria keluar dari

siput dan menempel pada tanaman air/rumput/sayuran. Cercaria melepaskan

ekornya membetuk metacercaria. Bila rumput/tanaman yang mengandung

metacercaria dimakan oleh ternak/orang, maka cacing akan menginfeksi hospes

definitif dan berkembang menjadi cacing dewasa .Cacing dalam saluran empedu

menyebabkan peradangan sehingga merangsang terbentuknya jaringan fibrosa

pada dinding saluran empedu. Penebalan saluran empedu menyebabkan cairan

empedu mengalir tidak lancar. Disamping itu pengaruh cacing dalam hati

menyebabkan kerusakan parenchym hati dan mengakibatkan sirosis hepatis.

Hambatan cairan empedu keluar dari saluran empedu menyebabkan ichterus. Bila

penyakit bertambah parah akan menyebabkan tidak berfungsinya hati.

Fasciola hepatica adalah parasit cacing pipih dari kelas Trematoda , filum

Platyhelminthes yang menginfeksi hati dari berbagai mamalia, termasuk manusia.

Fasciola hepatica menjadi cacing dewas mempunyai bentuk pipih seperti daun,

besarnya kira-kira 30 x 13 mm. pada bagian anterior berbentuk seperti kerucut dan

pada puncak kerucut terdapat batil isap mulut yang besarnya kira-kira 1mm,

sedangkan pada bagian dasar erucut terdapat batil isap perut yang besarnya kira-

Page 3: Pa to Genesis Faciolosis Akut Dan Kronis

kira 1,6 mm. Saluran pencernaan panjang dan bercabang-cabang sampai ke ujung

distal sekum. Testis dan kelenjar vitelin juga bercabng-cabang. Telur cacing ini

berukuran 140 x 90 mikron dikeluarkan melalui saluran empedu host bersama

dengan tinja dsari tubuh hospes dalam keadaan belum matang.

Fasciola gigantica mempunyai daur hidup yang sama dengan fasciola

hepatica dan biasanya terdapat pada sapi dan ruminansia lain di asia, afrika dan

daerah lain. Cacing ini jarang menginfeksi manusia. Fasciola gigantica tidak

selebar Fasciola Hepatica tetapi lebih panjang dengan ukurab 25 – 75 mm x 3 –

13 mm.

Siklus hidup

• Di tubuh inang utama ternak , ikan , manusia Cacing dewasa hidup di hati

bertelur di usus – ikut faeces

• buang air besar sembarangan di lingkungan

• telur bersama faeces terbuang ke air

• telur menetas jadi larva dengan cilia (rambut getar ) diseluruh permukaan

tubuhnya membentuk larva Mirasidium yang kemudian berenang mencari

siput Lymnea Mirasidium akan mati bila tidak masuk ke dalam tubuh siput

air tawar (Lymnea truncatula)

• Mirasidium setelah berada di siput berubah menjadi Sporosis (menetap

dalam tubuh siput selama 2 minggu).

• larva sporosis melakukan paedogenesis menjadi beberapa redia

• larva Redia melakukan paedogenesis menjadi Serkaria

• Larva serkaria kemudian berekor menjadi metacercaria dan segera keluar

dari siput berenang mencari tanaman yang ada di pinggir perairan

misalnya rumput . Metaserkaria membungkus diri berupa kista yang dapat

bertahan lama menempel pada rumput atau tumbuhan air sekitarnya

• Apabila rumput tersebut termakan oleh domba, maka kista dapat

menembus dinding ususnya, kemudian masuk ke dalam hati, saluran

empedu dan dewasa di sana untuk beberapa bulan. Cacing dewasa bertelur

kembali dan siklus ini terulang lagi.

Page 4: Pa to Genesis Faciolosis Akut Dan Kronis

Patogenesis

Pathogenesis dari cacing ini tergantung pada derajat infeksi yang terkena

oleh penyakit ini dan di bagi menjadi:

1. AKUT :

Penularan terjadi secara tiba-tiba dalam jumlah banyak yakni, infeksi

masif (5000 – 10000) metaserkaria dalam jangka pendek

Migrasi dini cacing muda membuat lesio jejak migrasi di permukaan

hati

Terjadi kerusakan hebat pada parenkim hati dan menyababkan

perdarahan rongga peritoneum.

Dapat terjadi kematian mendadak/cepat dalam waktu beberapa hari.

Gejala Klinis:

Terjadi kematian tiba-tiba. Sering diikuti infeksi sekunder oleh

Clostridium novyi menyebabkan kematian.

Terjadi kelemahan, anoreksia, pucat dan odema mukosa dan

konjunctiva.

Nyeri bila ditekan pada lambung bagian kanan.

Kematian dapat terjadi kurang 24 jam → diikuti keluar eksudat

purulent + darah dari hidung dan anus

2. KRONIS :

Penularan terjadi secara bertahap dan jumlah parasit yang menginfeksi

tidak begitu banyak. Cacing hati dewasa terlokalisasi di saluran empedu dan

menghisap darah serta menyebabkan Anemia, Cholangiti, dan Fibrosis

Gejala Klinis :

Odema submandibula atau bottle jaw, Anemia, Kelelahan umum, Ikterus,

dan Diare. Untuk kasus kronis, kematian dapat terjadi setelah 2/3 bulan setelah

terinfeksi. Terjadi kekurusan bila hewan tetap hidup, menyababkan produktivitas

menurun dan dapat terjadi hidrothoraks, hidroperikard dan ascites.

Page 5: Pa to Genesis Faciolosis Akut Dan Kronis

DAFTAR PUSTAKA

ESTUNINGSIH, S.E., G. ADIWINATA, S. WIDJAJANTI dan

D.PIEDRAFITA. 2004. Pengembangan teknik diagnosa Fasciolosis pada sapi

dengan antibodi monoklonal dalam capture ELISA untuk deteksi antigen. Pros.

Seminar Nasional Parasitologi dan Toksikologi Veteriner. 20-21 April, Bogor.

hlm. 27-43.

HILLYER, G.V. 1999. Immunodiagnosis of human and animal

fasciolosis. In: Fasciolosis. DALTON, J.P. (Ed.). CAB International. pp. 4435-

4447.

SUHARDONO. 1997. Epidemiology and control of fasciolosis by Fasciola

gigantica in ongole cattle in West Java.Ph.D. thesis. James Cook University of

North Queensland, Australia.

WIEDOSARI, E. and D.B. COPEMAN. 1990. High resistance to

experimental infection with Fasciola gigantica in Javanese thin-tailed sheep. Vet.

Parasitol. 37: 101-111.