padina sp.) sebagai obat analgesik skripsi · teman seperjuangan marine innovation dentistry lab...
TRANSCRIPT
i
Analisis Kadar Flavonoid Total dari Alga Coklat (Sargassum sp. dan
Padina sp.) sebagai Obat Analgesik
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar
Sarjana Kedokteran Gigi
Muhammad Rifqi Ardiansyah
J111 14 313
DEPARTEMEN ILMU BEDAH MULUT
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2017
ii
Analisis Kadar Flavonoid Total dari Alga Coklat (Sargassum sp. dan
Padina sp.) sebagai Obat Analgesik
SKRIPSI
Diajukan Kepada Universitas Hasanuddin
Untuk Melengkapi Salah Satu Syarat
Mencapai Gelar Sarjana Kedokteran Gigi
Oleh :
Muhammad Rifqi Ardiansyah
J111 14 313
DEPARTEMEN ILMU BEDAH MULUT
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2017
iii
iv
v
Analisis Kadar Flavonoid Total dari Alga Coklat (Sargassum sp. dan Padina
sp.) sebagai Obat Analgesik
ABSTRAK
Latar belakang : Nyeri merupakan mekanisme protektif bagi tubuh terhadap
kerusakan jaringan ditandai dengan perasaan yang tidak menyenangkan dan dapat
menyebabkan perubahan fungsi fisik, emosional, dan menurunkan kualitas hidup.
Penanganan nyeri dapat dilakukan dengan pemberian obat analgesik. Flavonoid
merupakan suatu senyawa fenol yang tersebar luas pada hampir semua tumbuh-
tumbuhan dan dapat mengurangi rasa sakit dengan cara menghambat jalur
siklooksigenase dan fosfolipase A2 sehingga sintesis prostaglandin akan berkurang.
Salah satu tumbuhan yang mengandung flavonoid adalah alga coklat. Tujuan :
untuk mengetahui kadar flavonoid total pada alga coklat jenis Sargassum sp. dan
Padina sp. Metode : penelitian ini merupakan penelitian eksperimental
laboratorium dengan desain penelitian post test only with control group design.
Rumput laut yang digunakan dalam penelitian ini diambil di perairan Punaga,
Takalar. Rumput laut yang telah dikeringkan kemudian diekstrak dengan metode
maserasi sehingga didapatkan ekstrak kental. Hasil ekstrak kemudian diencerkan
menggunakan etanol p.a. lalu direaksikan dengan AlCl3 10% dan CH3COONa 1 M.
Setelah itu dilakukan pengukuran kadar flavonoid total menggunakan pembanding
kurva baku dari kursetin pada gelombang maksimum. Hasil : Nilai total kadar
flavonoid pada sampel Sargassum sp. sebesar 1,428±0,168%, sedangkan nilai total
kadar flavonoid pada Padina sp. memiliki nilai sebesar 2,357±0,025% .
Kesimpulan : Padina sp. memiliki kandungan flavonoid total yang lebih tinggi
dibandingkan dengan Sargassum sp. Saran untuk penelitian selanjutnya untuk
meneliti kandungan lain dari alga coklat yang juga berperan sebagai analgesik.
Kata kunci : Alga coklat, Sargassum sp., Padina sp.,flavonoid total, analgesik
vi
Analysis of Total Flavonoid Level of Brown Algae (Sargassum sp. and Padina
sp.) as An Analgesic Agent
ABSTRACT
Background: Pain is a protective mechanism for the body against tissue damage
characterized by unpleasant feeling and may lead to changes in physical and
emotional function, and decrease quality of life. Pain management can be
established by administration of analgesic agent. Flavonoid is a widespread phenol
compound that can be obtained in almost all plants with the ability to relieve pain by
inhibiting cyclooxygenase and phospholipase A2 pathway so that prostaglandin
synthesis will be diminished. One of the plants that contain flavonoid is brown
algae. Objective: To determine total flavonoid level of brown
algae,specificallySargassum sp. and Padina sp. Method: This research is a
laboratory experimental research with post test design only with control group
design. The seaweed used in this study was taken from the waters of Punaga,
Takalar. Dried seaweed was subsequently extracted with maceration method to
obtain a thick extract. The extractwas then diluted using ethanol p.a. then was
reacted with 10%AlCl3 and 1 M CH3COONa. After that measurement of total
flavonoid levelwas performed using standard curve of quercetinat maximum wave.
Results: The total flavonoid level in the sample of Sargassum sp. was 1.428 ±
0.168%, while the total flavonoid levelofPadina sp.was 2.357 ± 0.025%.
Conclusion: Padina sp. has a higher total flavonoid level than Sargassum sp.It is
suggested for further study to examine the other content of brown algae that may act
as an analgesic.
Keywords: Brown algae, Sargassum sp., Padina sp., Total flavonoid, Analgesic
vii
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga penelitian yang berjudul “Analisis
Kadar Flavonoid Total dari Alga Coklat (Sargassum sp. dan Padina sp.) sebagai
Obat Analgesik” dapat diselesaikan dengan baik sesuai dengan waktu yang
direncanakan. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat untuk
mendapatkan gelar Sarjana Kedokteran Gigi di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas
Hasanuddin Makassar. Shalawat dan salam penulis haturkan kepada baginda Nabi
Muhammad SAW, seluruh keluarganya, para sahabatnya, hingga umatnya hingga
akhir zaman
Penulis menyadari dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna dan
banyak kekurangan. Hal tersebut dikarenakan keterbatasan kemampuan penulis
sehingga penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun sehingga
dikemudian hari dapat memperbaiki segala kekuranganya.
Penulisan skripsi ini tidak lepas dari bimbingan, nasehat, saran, dan kerja sama
dari berbagai pihak, khususnya pembimbing, segala hambatan akhirnya dapat diatasi
dengan baik. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis dengan tulus hati
mengucapkan terima kasih kepada:
viii
1. Kedua orang tua tercinta Ayahanda Diswarin dan ibu Zaenab, serta kakak-
kakakku Reniza Octafiana, S.T., dr. Rizka Dirgantari, Muhammad Anzar,
dan drg. Rachmady Nofriansyah yang telah memberikan doa, dukungan moril
dan materiil, pengertian, serta kasih sayang yang telah diberikan selama proses
penyusunan skripsi hingga selesai.
2. Dr. drg. Bahruddin Thalib, M. Kes, Sp. Pros selaku Dekan Fakultas
Kedokteran Gigi Universitas Hasanuddin.
3. drg. Muhammad Ruslin, M. Kes, Sp. BM(K) selaku dosen pembimbing
skripsi yang telah meluangkan banyak waktunya untuk membimbing penulis
dalam yang juga meluangkan waktunya untuk membantu dan membimbing
penulis dalam menyusun skripsi.
4. drg. Abul Fauzi, Sp. BM dan Ismail, S.Si., M.Si., Apt yang juga meluangkan
waktunya untuk membantu dan membimbing penulis dalam menyusun skripsi.
5. drg. Netty N. Kawulusan, M. Kes. selaku Dosen Penasehat Akademik penulis
sebagai penasehat akademik yang senantiasa memberikan dukungan dan
motivasi perkuliahan.
6. Staf dosen bagian ilmu bedah mulut dan seluruh staf dosen dan pegawai
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hasanuddin, atas segala bantuan dan
didikannya selama ini.
7. Para sahabat penulis Andi Baso Amir, Ade Gisnawan, Nurul Fatiha
Minanga, Citra Lestari Nahar, Raudina Alifah, Mutiaranisa Safitri dan
Annisa Meydina yang telah mendampingi susah maupun senang dalam 3 tahun
ini dan memberi motivasi dalam penyelesaian skripsi ini.
ix
8. Terima kasih kepada terkasih Eka Oktaviana yang telah setia menemani,
membantu, memberi semangat, serta dukungan selama kegiatan penelitian
hingga menyelesaikan penulisan skripsi ini.
9. Teman seperjuangan menyelesaikan skripsi Satriani Lamma dan teman-teman
sesama Bagian Ilmu Bedah Mulut. Semoga pengalaman meneliti ini dapat
dijadikan pelajaran bersama.
10. Saudara Firdiansyah Rasyid dan Risnanda Thamrin yang turut membantu
memberi arahan selama kegiatan penelitian berlangsung hingga penulisan skripsi
terselesaikan.
11. Teman seperjuangan Marine Innovation Dentistry Lab Uswah Hasanah, Nitya
Anugrah, Dhiyaan Annisah, Satriani Lamma, dan Mutiaranisa Safitri atas
segala bentuk kerja samanya dalam pengadaan bahan sampel sehingga penelitian
dapat berlangsung
12. Keluarga besar INTRUSI 2014, terima kasih atas segala perhatian dan
kebersamaannya selama ini.
13. Warga Desa Punaga yang telah membantu pengadaan sampel dalam penelitian
ini.
14. Teman-teman KKN-PK Angkatan 56 Universitas Hasanuddin Kabupaten
Bulukumba, Kecamatan Bontotiro, Desa Dwitiro atas segala bentuk
dukungan, bantuan, doa, dan kebersamaannya selama ini.
15. Seluruh senior dan junior FKG Universitas Hasanuddin yang telah membagikan
ilmunya dan membantu dalam pelaksanaan penelitian ini.
x
16. Semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu yang telah banyak
membantu penulis dalam penyusunan skripsi ini.
Penulis berharap semoga Allah SWT memberikan berkat, rahmat dan membalas
kebaikan dari semua pihak yang telah mendukung dan membantu penulis. Semoga
hasil penelitian ini bermanfaat bagi pengembangan ilmu Kedokteran Gigi
kedepannya.
Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Makassar, 28 Juli 2017
Muhammad Rifqi Ardiansyah
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL .......................................................................................... i
SAMPUL DALAM ................................................................................................ ii
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................... iii
SURAT PERNYATAAN ...................................................................................... iv
ABSTRAK ............................................................................................................. v
ABSTRACT ........................................................................................................... vi
KATA PENGANTAR ........................................................................................... vii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... xi
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. xiv
DAFTAR TABEL.................................................................................................. xv
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... xvi
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ................................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................ 3
1.3 Tujuan Penelitian ............................................................................................. 4
1.4 Manfaat Penelitian ........................................................................................... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................... 5
2.1 Nyeri .............................................................................................................. 5
2.1.1 Definisi ............................................................................................... 5
2.1.2 Mekanisme Nyeri ............................................................................... 5
xii
2.2 Analgesik ....................................................................................................... 7
2.2.1 Definisi ............................................................................................... 7
2.2.2 Penggolongan Analgesik ................................................................... 7
2.3 Alga ............................................................................................................... 8
2.4 Alga Coklat .................................................................................................... 10
2.4.1 Sargassum sp. ................................................................................... 10
2.4.2 Padina sp. ......................................................................................... 12
2.5 Pemanfaatan alga coklat di bidang kesehatan ............................................... 13
2.5.1 Antioksidan ........................................................................................ 13
2.5.2 Antibakteri ......................................................................................... 13
2.5.3 Antiinflamasi ..................................................................................... 14
2.5.4 Analgesik ........................................................................................... 14
2.6 Flavonoid ....................................................................................................... 15
BAB III KERANGKA KONSEP ......................................................................... 17
3.1 Kerangka Teori .............................................................................................. 17
3.2 Kerangka Konsep .......................................................................................... 18
BAB IV METODE PENELITIAN ...................................................................... 19
4.1 Jenis Penelitian .............................................................................................. 19
4.2 Desain Penelitian ........................................................................................... 19
4.3 Lokasi Penelitian ........................................................................................... 19
4.4 Waktu Penelitian ............................................................................................ 19
4.5 Populasi dan Sampel ...................................................................................... 19
4.6 Metode Sampling ........................................................................................... 20
xiii
4.7 Variabel Penelitian......................................................................................... 20
4.8 Definisi Operasional Variabel ....................................................................... 20
4.9 Kriteria Penelitian .......................................................................................... . 20
4.10 Instrumen Penelitian ..................................................................................... 21
4.11 Cara Kerja ...................................................................................................... 22
4.12 Data/Jenis Data .............................................................................................. 23
4.13 Alur Penelitian ............................................................................................... 24
BAB V HASIL PENELITIAN ............................................................................. 25
BAB VI PEMBAHASAN ...................................................................................... 30
BAB VII PENUTUP .............................................................................................. 35
7.1 Kesimpulan .................................................................................................... 35
7.2 Saran .............................................................................................................. 35
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 36
LAMPIRAN ........................................................................................................... 40
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. Sargassum sp ..................................................................................... 11
Gambar 2.2. Padina sp ........................................................................................... 12
Gambar 5.1 Grafik rerata kadar flavonoid total pada sampel Sargassum sp ......... 26
Gambar 5.2 Grafik rerata kadar flavonoid total pada sampel Padina sp ............... 28
Gambar 5.3 Grafik perbandingan kadar tanin total pada kedua sampel (Sargassum
sp. dan Padina sp.) ............................................................................. 29
xv
DAFTAR TABEL
Tabel 5.1 Hasil pengukuran kadar flaonoid total pada sampel Sargassum sp ........ 26
Tabel 5.2 Hasil pengukuran kadar flavonoid total pada sampel Padina sp. ........... 27
Tabel 5.3 Perbandingan rerata kadar flavonoid total (Sargassum sp. dan Padina sp.)
setiap konsentrasi ................................................................................... 28
Tabel 5.4 Perbandingan rerata flavonoid total Sargassum sp. dan Padina sp ........ 29
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Dokumentasi Penelitian ..................................................................... 41
Lampiran 2 Surat Penugasan ................................................................................. 48
Lampiran 3 Izin Penelitian .................................................................................... 49
Lampiran 4 Kartu Kontrol Penelitian .................................................................... 50
Lampiran 5 Surat Peyelesaian Penelitian .............................................................. 51
Lampiran 6 Data Hasil Penelitian ......................................................................... 52
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Nyeri merupakan keluhan yang paling sering dijumpai dan menjadi salah satu
alasan utama seseorang datang untuk mencari pertolongan medis karena sebagian
besar penyakit pada tubuh menimbulkan rasa nyeri. Sembilan dari 10 orang Amerika
berusia 18 tahun atau lebih menderita nyeri minimal sekali sebulan dan 42%
merasakannya setiap hari.1,2
Berdasarkan Asosiasi Nyeri Internasional yang dikutip dari Syamsyiah W2
menggambarkan nyeri sebagai perasaan yang tidak menyenangkan dan pengalaman
emosional yang dihubungkan dengan aktual atau potensial kerusakan jaringan tubuh.
Nyeri merupakan mekanisme untuk melindungi tubuh terhadap suatu gangguan dan
kerusakan di jaringan seperti peradangan, infeksi jasad renik, dan kejang otot dengan
pembebasan mediator nyeri yang meliputi prostaglandin, bradikinin, serotonin,
histamin, ion kalium dan asetilkolin.3 Meskipun nyeri merupakan mekanisme
protektif bagi tubuh terhadap kerusakan jaringan, namun nyeri dapat menyebabkan
perubahan fungsi fisik, emosional dan menurunkan kualitas hidup.
Penanganan nyeri dapat dilakukan dengan pemberian obat analgesik, yaitu obat
yang dapat mengurangi nyeri seperti aspirin, parasetamol dan morfin.1 Obat
analgesik bekerja dengan cara menghambat kerja enzim cyclooxygenase (COX) yang
bertanggung jawab terhadap produksi prostaglandin.4
2
Obat analgesik merupakan obat yang paling banyak diresepkan di dunia walaupun
obat ini cukup sering menimbulkan efek samping obat yang serius. Diperkirakan di
antara pemakai obat analgesik dan antiinflamasi jangka lama: 15–40% akan
mengalami keluhan saluran cerna bagian atas; 10–25% menderita tukak peptic,
terutama tukak lambung; dan 1– 4% akan mengalami komplikasi tukak yang dapat
mengancam jiwa seperti perdarahan lambung dan perforasi.4 Untuk mengurangi efek
samping obat farmasetik, maka diperlukan upaya menemukan obat alternaif yang
berasal dari bahan alami yang relatif mudah didapatkan terutama yang berasal dari
tanaman sebagai obat analgesik baru.
Pengobatan dengan menggunakan obat tradisional saat ini sangat populer dan
semakin disukai oleh masyarakat. Hal ini disebabkan karena selain harganya murah
dan mudah didapat, juga mempunyai efek samping yang relatif sedikit. Banyak
tanaman disekitar kita belum dimanfaatkan dengan baik bahkan ada tanaman yang
dianggap tidak bermanfaat. Hal ini dapat terjadi karena keterbatasan informasi
kepada masyarakat. Untuk itu perlu dilakukan pengembangan penelitian ilmiah
terhadap tanaman obat tradisional sehingga dapat dimanfaatkan semaksimal mungkin
bagi kesehatan masyarakat.5
Indonesia merupakan negara yang memiliki wilayah laut yang sangat luas, sekitar
dua per tiga wilayah negara ini berupa lautan. Menurut United Nation Convention on
the Law of the Sea (UNCLOS) yang dikutip oleh Suparmi6 melaporkan bahwa luas
perairan Indonesia adalah 5,8 juta km2 dan di dalamnya terdapat 27,2% dari seluruh
spesies flora dan fauna di dunia. Rumput laut atau lebih dikenal dengan sebutan
3
seaweed merupakan salah satu sumber daya hayati yang sangat melimpah di perairan
Indonesia yaitu sekitar 8,6% dari total biota di laut.
Rumput laut dari kelas alga merah (Rhodophyceae) menempati urutan terbanyak
dari jumlah jenis yang tumbuh di perairan laut Indonesia yaitu sekitar 452 jenis,
setelah itu alga hijau (Chlorophyceae) sekitar 196 jenis dan alga coklat
(Phaeophyceae) sekitar 134 jenis.6 Rumput laut coklat merupakan salah satu sumber
daya alam laut yang keberadaannya sangat melimpah dan umumnya yang digunakan
sebagai bahan baku dalam industri makanan, kosmetik dan obat-obatan.7
Beberapa polisakarida rumput laut seperti menunjukkan aktivitas seperti
antitrombotik, antikoagulan, antikanker, antiproliferatif (antipembelahan sel secara
tak terkendali), antivirus, dan antiinflamatori (antiperadangan).6 Berdasarkan
penelitian Hong DD8 yang menggunakan ekstrak alga coklat Sargassum fulvellum
dan Sargassum thunbergii menunjukkan adanya aktivitas antipiretik, analgesik, dan
antiinflamasi pada tikus.8
Berdasarkan uraian tersebut, peneliti tertarik untuk menganalisis kandungan pada
alga coklat yang berfungsi sebagai efek analgesik dan membandingkan jenis alga
coklat (Sargassum sp. dan Padina sp.) yang memiliki kandungan efek analgesik yang
paling baik.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka rumusan masalah penelitian
yaitu:
4
1. Berapa kadar flavonoid total yang terdapat pada alga coklat (Sargassum sp. dan
Padina sp.)?
2. Bagaimana perbandingan efektivitas analgesik antara Sargassum sp. dan Padina
sp.?
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan umum
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kadar flavonoid total pada alga coklat
jenis Sargassum sp. dan Padina sp.
1.3.2 Tujuan khusus
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan efektivitas analgesik
antara alga coklat Sargassum sp. dan Padina sp. berdasarkan kadar flavonoid total.
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Memberi informasi kepada mahasiswa dan masyarakat mengenai kandungan alga
coklat yang dapat digunakan sebagai obat analgesik.
2. Dapat digunakan di bidang pendidikan dan penelitian untuk membantu penelitian
lanjutan serta dalam mengembangkan khazanah ilmu pengetahuan yang berkaitan
dengan efek analgesik pada alga coklat.
3. Sebagai pertimbangan dalam menambahkan ekstrak alga coklat sebagai salah
satu komposisi bahan yang digunakan dalam kedokteran gigi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Nyeri
2.1.1 Definisi
Nyeri merupakan pengalaman sensorik multidimensi yang tidak menyenangkan
akibat kerusakan jaringan. The International Association for the Study of Pain
(IASP) dalam Meliala L9 mendefinisikan nyeri sebagau pengalaman sensorik dan
emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan, baik aktual maupun
potensial atau yang digambarkan dalam bentuk kerusakan tersebut. Nyeri dapat
mengenai semua orang tanpa memandang jenis kelamin, umur, ras, status sosial, dan
pekerjaan.9
Nyeri terjadi akibat adanya stimulus nyeri berupa stimulus fisik atau kimia.
Stimulus ini akan mengakibatkan keluarnya mediator-mediator nyeri berupa
prostaglandin, bradikinin, dan adrenalin. Mediator-mediator ini yang akan
mengaktivasi reseptor nyeri untuk menghantarkan impuls yang akan dipersepsikan
sebagai rasa nyeri.10
Nyeri berdasarkan waktunya dibagi menjadi dua yaitu nyeri akut dan nyeri
kronis. Nyeri akut merupakan nyeri yang terjadi dalam waktu kurang dari enam
bulan, mudah diketahui penyebabnya, dan akan menghilang saat luka telah sembuh.
Nyeri kronis merupakan nyeri yang terjadi lebih dari enam bulan, penyebabnya sulit
ditentukan dan berlangsung terus menerus walaupun luka telah sembuh.10
6
2.1.2 Mekanisme nyeri
Mekanisme yang mendasari munculnya nyeri telah ditemukan, antara lain
nosisepsi, sensitisasi perifer, perubahan fenotip, sensitisasi sentral, eksitabilitas
ektopik, reorganisasi struktural, dan penurunan inhibisi.9 Mekanisme timbulnya nyeri
melibatkan empat proses, yakni transduksi, transmisi, modulasi, dan persepsi.11
2.1.2.1 Transduksi
Transduksi adalah adalah proses dari stimulasi nyeri dikonversi ke dalam bentuk
yang dapat diakses oleh otak. Proses transduksi dimulai ketika nociceptor yaitu
reseptor yang berfungsi untuk menerima rangsang nyeri teraktivasi. Aktivasi reseptor
ini (nociceptors) merupakan bentuk respon terhadap stimulus yang datang seperti
kerusakan jaringan.11
2.1.2.2 Transmisi
Transmisi adalah serangkaian kejadian neural yang membawa impuls listrik
melalui sistem saraf ke area otak. Proses transmisi melibatkan saraf aferen yang
terbentuk dari serat saraf berdiameter kecil, sedang, hingga besar. Saraf aferen akan
ber-axon pada dorsal horn di spinalis. Selanjutnya transmisi ini dilanjutkan melalui
sistem contralateral spinalthalamic melalui ventral lateral dari thalamus menuju
cortex serebral.11
2.1.2.3 Modulasi
Proses modulasi mengacu pada aktivitas neural dalam upaya mengontrol jalur
transmisi nociceptor. Proses modulasi melibatkan system neural yang kompleks.
Ketika impuls nyeri sampai di pusat saraf, transmisi impuls nyeri ini akan dikontrol
oleh sistem saraf pusat dan mentransmisikannya ke bagian lain dari sistem saraf
7
seperti bagian cortex. Selanjutnya impuls nyeri ini akan ditransmisikan melalui saraf-
saraf descend ke tulang belakang untuk memodulasi efektor.11
2.1.2.4 Persepsi
Persepsi adalah proses yang subjektif. Proses persepsi ini tidak hanya berkaitan
dengan proses fisiologis atau proses anatomis saja, akan tetapi juga meliputi
cognition (pengenalan) dan memory (mengingat). Oleh karena itu, faktor psikologis,
emosional, dan berhavioral (perilaku) juga muncul sebagai respon dalam
mempersepsikan pengalaman nyeri. Proses persepsi ini yang menjadikan nyeri
tersebut sebagai suatu fenomena yang melibatkan multidimensional.11
2.2 Analgesik
2.2.1. Definisi
Analgesik atau obat penghalang nyeri adalah zat-zat yang mengurangi atau
menghalau rasa nyeri tanpa menghilangkan kesadaran.12
2.2.2. Penggolongan analgesik
Analgesik dibagi dalam dua kelompok besar berdasarkan kerja
farmakoloogisnya, yakni:12
1. Analgesik perifer (non-narkotik)
Analgesik perifer terdiri dari obat-obat yang tidak bersifat narkotik dan tidak
bekerja sentral termasuk analgesik antiinflamasi. Obat ini mampu meringankan atau
menghilangkan rasa nyeri tanpa memengaruhi sistem saraf pusat (SSP) atau
menurunkan kesadaran, juga tidak menimbulkan ketagihan. Kebanyakan zat ini
berdaya antipiretis dan antiinflamasi. Oleh karena itu, analgesik ini tidak hanya
8
digunakan sebagai obat antinyeri, melainkan juga pada demam (infeksi virus/kuman,
selesma, pilek) dan peradangan seperti rematik dan encok.
2. Analgesik narkotik
Analgesik narkotik, disebut juga opioid adalah obat yang daya kerjanya meniru
opioid endogen dengan memperpanjang aktivasi dari reseptor-reseptor opioid. Zat-
zat ini bekerja terhadap reseptor opioid khas di SSP, hingga respon emosional
terhadap nyeri berubah (dikurangi). Analgesik narkotik khusus digunakan untuk
menghalau rasa nyeri hebat seperti fraktur dan kanker.
Mekanisme kerja analgesik narkotik dimulai saat endorphin bekerja dengan cara
menduduki reseptor-reseptor nyeri di SSP hingga perasaan nyeri dapat diblokir.
Khasiat analgesik opioid berdasarkan kemampuannya untuk menduduki sisa-sisa
reseptor nyeri yang belum ditempati endorfin. Tetapi bila analgesik tersebut
digunakan terus menerus, dapat menstimulasi pembentukan reseptor-reseptor baru
dan produksi endorfin di ujung saraf otak yang dapat menyebabkan ketagihan.
2.3 Alga
Nama rumput laut digunakan untuk menyebut tumbuhan laut yang hidup di dasar
perairan (fitobentos), berukuran besar (makroalga), dan tergolong dalam
Thallophyta. Istilah lain yang sering digunakan untuk menyebut tanaman ini adalah
ganggang laut.13 Alga atau seaweed merupakan salah satu tumbuhan laut yang
tergolong dalam makroalga benthik yang banyak hidup melekat di dasar perairan.
Alga merupakan ganggang yang hidup di laut dan tergolong dalam divisi
thallophyta. Klasifikasi alga berdasarkan kandungan pigmen terdiri dari 4 kelas,
9
yaitu alga hijau (Chlorophyta), alga merah (Rhodophyta), alga coklat (Phaeophyta),
dan alga pirang (Chrysophyta).6
Alga berbeda dengan tumbuhan darat pada umumnya, tidak memiliki suatu
sistem perakaran untuk mengambil nutrisi. Alga mengambil makanan di
sekelilingnya melalui daun yang menyerupai tangkai.14
Alga merupakan salah satu kelompok tumbuhan laut yang mempunyai sifat tidak
bisa dibedakan antara bagian akar, batang, dan daun. Seluruh bagian tumbuhan
disebut thallus sehingga tergolong tumbuhan tingkat rendah. Bentuk thallus rumput
laut bermacam-macam, ada yang bulat seperti tabung, pipih, gepeng, bulat seperti
kantong, rambut, dan lain sebagainya. Thallus ini ada yang tersusun hanya oleh satu
sel (uniseluler) dan ada yang bersel banyak (multiseluler).6
Pemanfaatan rumput laut secara ekonomis sudah dilakukan oleh beberapa negara.
Cina dan Jepang sudah dimulai sejak tahun 1670 sebagai bahan obat-obatan,
makanan tambahan, kosmetika, pakan ternak, dan pupuk organik.6 Di Indonesia, alga
telah dimanfaatkan penduduk pantai sebagai bahan pangan dan obat-obatan sejak
berabad-abad yang lalu. Masyarakat menggunakannya sebagai obat luar antiseptik
dan pemeliharaan kulit yang dilakukan dengan merebus atau mengerus sampai
menjadi bubuk, kemudian digunakan sebagai obat.13
Saat ini telah dikembangkan melalui penelitian mengenai pemanfaatan alga
dalam berbagai bidang industri. Selain itu, beberapa peneliti mengungkapkan bahwa
alga juga merupakan salah satu sumber senyawa bioaktif yang sangat bermanfaat
yaitu pigmen. Pigmen yang berasal dari organism laut telah menjadi perhatian
10
sejumlah peneliti, selain warna yang dihasilkan juga terdapat banyak manfaat bagu
manusia terutama dari segi kesehatan.
2.4 Alga Coklat
Di perairan Indonesia, sekitar 8 marga dan 6 jenis kelas alga coklat atau rumput
laut coklat (Phaeophycae) yang telah dimanfaatkan oleh penduduk Indonesia untuk
dikonsumsi lansung ataupun sebagai obat-obatan. Kelompok alga laut atau rumput
laut penghasil algin (alginofit) berasal dari kelas ini, terutama jenis Sargassum sp.,
Cystoseira sp., dan Turbinaria sp. Marga Sargassum termasuk tumbuhan
cosmopolitan yang hidup pada terumbu karang. Alga ini tumbuh dengan cara
melekat baik pada substrat keras seperti terumbu karang.13
Alga coklat berkembang biak dengan cara pergantian generasi. Dalam kelompok
alga coklat, seperti Fucus dan Sargassum, tumbuh-tumbuhan utamanya adalah
sporofit. Di dalam ribuan konseptael berbentuk cawan yang sangat kecil yang
membentuk kantung-kanntung udara, gamet terbentuk seperti spora. Spora-spora ini
bersatu setelah bebas ke air. Jadi, pergantian generasi hanya nyata secara sitologi.13
2.4.1 Sargassum sp.
Sargassum sp. merupakan rumput laut yang termasuk dalam kelas Phaeophyceae
dan genus terbesar dari famili Sargassaceae. Di Indonesia, Sargassum sp. memiliki
sebaran yang luas dan bervariasi. Jenis rumput laut tersebut termasuk tumbuhan yang
dominan dan terdistribusi di seluruh perairan Indonesia. Klasifikasi Sargassum
adalah sebagai berikut:16-18
11
Divisi : Thallophyta
Kelas : Phaeophyceae
Ordo : Fucale
Famili : Sargassaceae
Genus : Sargassum
Spesies : Sargassum sp.
Gambar 2.1 Sargassum sp.
Sargassum merupakan genus yang menyebar secara luas di seluruh dunia. Alga
Sargassum tumbuh sepanjang tahun dan dapat hidup pada setiap musim barat
maupun musim timur. Sargassum tumbuh berumpun dengan untaian cabang-cabang,
panjang thallus mencapai 1-3 meter.19 Sargassum sp. mempunyai banyak senyawa
yang dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan. Kandungan senyawa kimia
utama Sargassum sp. antara lain, alginat, protein, vitamin C, tanin, yodium, dan fenol
(obat gondok, anti bakteri dan tumor). Kandungan koloid alginat dari Sargassum sp.
sangat penting, karena digunakan cukup luas dalam industri, yaitu sebagai bahan
12
pengental, pensuspensi, penstabil, pembentuk film, gel, disintegrating agent, dan
bahan pengemulsi.16
2.4.2 Padina sp.
Padina sp. memiliki distribusi yang sangat luas dan dapat ditemukan pada rataan
terumbu karang bagian dalam, tengah maupun pada bagian luar. Kandungan
terbanyak pada padina sp. adalah alginat.14
Gambar 2.2 Padina sp
Taksonomi alga padina sp. adalah sebagai berikut:14
Kelas : Phaeophyta
Familia : Dictyotaceae
Genus : Padina
Spesies : Padina sp.
13
2.5 Pemanfaatan alga coklat di bidang kesehatan
2.5.1 Antioksidan
Rumput laut mengandung sejumlah kandungan bioaktif terutama polifenol yang
memiliki aktivitas antioksidan yang potensial.20 Purifikasi senyawa fenolik memiliki
banyak aktivitas senyawa seperti antioksidan.21 Polifenol dapat ditemukan pada alga
coklat. Polifenol berperan sebagai antioksidan dengan cara mendonorkan atom
hidrogennya dan elektronnya untuk menangkal radikal bebas.22 Fukosantin dari alga
coklat berpotensi untuk dikembangkan sebagai bahan nutraseutikal terutama sebagai
antioksidan dan agen kemopreventif karena kemampuannya dalam meredam radikal
bebas.23
2.5.2 Antibakteri
Antibakteri adalah substansi yang dapat menghambat pertumbuhan
mikroorganisme bahkan dapat menghancurkan atau membunuhnya. Pigmen
karotenoid dari alga coklat dapat dijadikan sebagai bahan sediaan obat antibakteri.24
Jenis pigmen yang teridentifikasi pada ekstrak pigmen total alga coklat
Sargassum polycystum (C.Agardh) menggunakan metode kromatografi lapis tipis
dan metode spektrofotometer yaitu β-karoten, Tipe feofitin, Klorofil a dan Tipe
lutein dengan pengembang petroleum eter dan aseton (80:20). Jenis pigmen yang
ditemukan dari ekstrak hasil pemisahan beda pelarut yaitu β-karoten, xanthofil
(zeaxanthin dan Lutein),klorofil a dan klorofil c. Pigmen total dan pigmen tipe
ekinenon memiliki aktivitas antibakteri pada 4 bakteri uji dari 15 bakteri yang
diujikan yaitu Escherichia coli, Klebsiella pneumonia, Salmonella paratiphy b dan
Staphylococcus aureus.24
14
2.5.3 Antiinflamasi
Saat ini, penelitian terhadap obat antiinflamasi herbal, terutama dari organism
laut termasuk ganggang laut dengan manfaat tertentu telah menarik perhatian
banyak ilmuan di dunia.25
Penelitian yang dilakukan oleh Chandraraj CS, menyatakan bahwa Sargassum
ilicifolium yang diekstraksi menggunakan pelarut metanol menunjukkan aktivitas
antiinflamasi yang baik. Hal ini disebabkan oleh ekstrak metanol Sargassum
ilicifolium mampu menghambat mediator kimia yang berperan dalam proses
inflamasi seperti bradikinin.25
Fucoidans dan sulfated fucans (galactofucan) yang diekstraksi dari alga coklat
Lobophora variegate telah dilaporkan berpotensi dalam proses antiinflamasi karena
mampu menghambat migrasi leukosit ke daerah yang mengalami inflamasi. Selain
itu, fucoidans tidak hanya mengurangi IL-1β dan TNF-α pada kultur sel tetapi turut
berperan dalam mengurangi transkrip mRNA dari sitokin pro-inflamasi.26
2.5.4 Analgesik
Penelitian yang dilakukan oleh Kang dkk, 2008, dilakukan percobaan ekstrak
alga coklat jenis Sargassum fulvellum dan Sargassum Thunbergii sebagai antipiretik,
analgesik, dan antiinflamasi pada tikus.8
Berdasarkan penelitian yang dilakukan Hong dkk, 2011, menunjukkan bahwa
ekstrak Sargassum swartzii secara signifikan meningkatkan waktu reaksi tikus pada
plat panas hingga 30 menit pada dosis 500 mg/kg BB dibandingkan dengan sebelum
pemberian obat terhadap tikus. Hal tersebut menunjukkan efek analgesik bekerja
pada dosis tersebut.8
15
Pada penelitian yang dilakukan oleh Thennarasan et al.27 yang melakukan uji
efek analgesik ekstrak alga coklat jenis Lobophora variegate terhadap tikus yang
telah diinduksi stimulan kimia berupa asam asetat, ekstrak metanol L. variegate (10
mg/BB) menunjukkan aktivitas analgesik yang signifikan dengan cara melihat
pengurangan jumlah geliat pada tikus. Aktivitas analgesik ekstrak L. variegate pada
dosis tersebut teramati mendekati 67,10% pada hewan yang terlindungi L. variegate,
sedangkan 84,22% menggunakan diklofenak (10 mg/kg BB) yang merupakan
standar perifer obat analgesik. Uji statistik menunjukkan hasil yang signifikan
(p<0,001).27
Berdasarkan persentase penghambatan, jumlah geliat dengan dosis yang berbeda
dari ekstrak metanol L. variegate menunjukkan bahwa intensitas efek analgesik mirip
dengan diklofenak. Diklofenak dan obat analgesik lainnya dapat menghambat
siklooksigenase di jaringan perifer sehingga mengganggu transduksi mekanik di
nosiseptor aferen primer. Hasil investigasi ini mengungkapkan bahwa semua dosis
ekstrak metanol L. variegata menghasilkan efek antinociceptive signifikan karena
blokade atau pelepasan zat endogen yang merangsang rasa sakit di ujung saraf yang
mirip dengan parasetamol dan NSAID lainnya.27
2.6 Flavonoid
Flavonoid atau bioflavonoid merupakan suatu senyawa fenol yang tersebar luas
pada hampir semua tumbuh-tumbuhan. Lebih dari 4.000 flavonoid telah
diidentifikasi pada tumbuhan tingkat tinggi dan rendah hingga saat ini. Penelitian
secara in vivo maupun in vitro menunjukkan bahwa flavonoid memiliki aktivitas
16
biologis maupun farmakologis, antara lain bersifat antibakteri, antiinflamasi,
antialergi, antikarsinogen, antioksidan, dan melindungi pembuluh darah. Flavonoid
berperan dalam mempercepat proses penyembuhan luka pasca pencabutan gigi
dengan cara meningkatkan/mempercepat proliferasi sel fibroblas dan produksi
serabut kolagen. Selain itu, aplikasi flavonoid juga dapat mengurangi rasa sakit yang
timbul pasca ekstraksi gigi dengan cara menghambat jalur siklooksigenase dan
fosfolipase A2 sehingga sintesis prostaglandin akan berkurang.28
BAB III
KERANGKA KONSEP
3.1 Kerangka Teori
manfaat
Keterangan:
Yang diteliti menghambat
Yang tidak diteliti
Jenis:
Sargassaum sp.
Padina sp.
ALGA COKLAT
Kosmetik Industri Farmasi Pangan
Antioksidan
Kandungan:
Flavonoid
Analgesik
Antipiretik
Antibakteri
Antikoagulan
Antiperdarahan
Antiinflamasi
Mediator
nyeri
18
3.2 Kerangka Konsep
Keterangan:
Variabel independen
Variabel dependen
Alga coklat
(Sargassum Sp. dan Padina Sp.)
Kandungan golongan kimia (flavonoid)
alga coklat
(
t Efek analgesik (Menghambat
produksi mediator nyeri)
BAB IV
METODE PENELITIAN
4.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah eksperimental laboratorium.
4.2 Desain Penelitian
Desain penelitian ini adalah post test only with control group design.
4.3 Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Labotratorium Biofarmaka Fakultas Farmasi
Universitas Hasanuddin.
4.4 Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei 2017.
4.5 Populasi dan Sampel
Populasi dari penelitian ini adalah alga coklat yang tumbuh di perairan Punaga,
Kabupaten Takalar, Provinsi Sulawesi Selatan, sedangkan sampel yang digunakan
adalah alga coklat jenis Sargassum sp. dan Padina sp.
20
4.6 Metode Sampling
Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan metode convenience
sampling.
4.7 Variabel penelitian
1. Variabel bebas/independen : Kadar Flavonoid Alga coklat (Sargassum sp. dan
Padina sp.)
2. Variabel terikat/dependen : Efek analgesik
4.8 Definisi Operasional Variabel
1. Kadar flavonoid Alga coklat (Sargassum sp. ,dan Padina sp.)
Kadar flavonoid alga coklat yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kadar
salah satu senyawa bioaktif alga coklat jenis Sargassum sp ,dan Padina sp yang
diambil di Pantai Punaga dan Puntondo, Kabupaten Takalar, Sulawesi Selatan yang
diduga memiliki efek analgesik
2. Efek Analgesik
Kemampuan alga coklat dalam mengurangi rasa nyeri yang dilihat dari kadar
kandungan dari alga coklat jenis Sargassum sp. ,dan Padina sp.
4.9 Kriteria Penelitian
Perhitungan kadar kandungan senyawa aktif flavonoid total pada alga coklat
yakni dilakukan perbandingan dengan blanko standar yang telah tersedia di
laboratoium yaitu kurva baku yang akan digunakan dalam penghitungan kadar
21
flavonoid. Kurva baku dibuat dengan melakukan pengukuran panjang gelombang
pada batas maksimum yang telah ditentukan.
4.10 Alat dan Bahan
4.10.1 Alat
1 Corong
2 Kertas saring
3 Kain saring
4 Mikropipet
5 Timbangan mikro
6 Tabung tentukur 5 ml dan 10 ml
7 Botol vial
8 Dryer oven
9 Rotary Evaporator
10 Spektrofotometer UV-Vis
10.10.1Bahan
1 Alga coklat jenis Sargassum sp, dan Padina sp.
2 Alkohol 70%
3 AlCl3 10%
4 CH3COONa 1 M
5 Etanol p.a
6 Kuersetin
22
4.11 Cara Kerja
4.11.1 Pengambilan Alga Coklat (Sargassum sp. dan Padina sp.)
1. Sampel alga coklat (Sargassum sp. dan Padina sp.) diambil langsung dari
Pantai Punaga, Kabupaten Takalar, Provinsi Sulawesi Selatan
2. Sampel dicuci dengan air bersih, kemudian dikeringkan dibawah sinar
matahari untuk mengurangi kadar air.
4.11.2 Pembuatan Ekstrak
1. Mempersiapkan alga coklat (Sargassum sp. dan Padina sp.) yang telah
dikeringkan dibawah sinar matahari.
2. Alga coklat (Sargassum sp. dan Padina sp.) kemudian dikeringkan kembali
dengan dryer oven pada suhu ±50ºC agar tercapai tekstur yang mudah
dihancurkan.
3. Selanjutnya dilakukan proses pembuatan ekstrak dengan menggunakan
metode maserasi, sampel yang sudah kering kemudian kecilkan partikelnya
dengan cara diremas. Kemudian dimasukkan ke dalam toples kaca dan
ditambahkan pelarut campuran etanol 70% lalu diaduk dan toples ditutup.
4. Larutan dibiarkan selama 3 hari terlindung dari cahaya.
5. Ekstrak disaring menggunakan kertas saring dan corong Buchner.
6. Kemudian dilakukan proses evaporasi pada rotary evaporator untuk
menguapkan pelarut pada larutan ekstrak sehingga didapatkan ekstrak kental
Sargassum sp dan Padina sp.
23
4.11.3 Penentuan Kadar Flavonoid Total
Dalam melakukan pengukuran kadar flavonoid total dilakukan dalam 3
konsentrasi yang berbeda yaitu 150 ppm, 300 ppm, dan 450 ppm dengan 3
replikasi untuk masing-masing konsentrasi.
1. Sebanyak 10 mg ekstrak dilarutkan dalam labu tentukur 10 ml dengan etanol
p.a sampai tanda batas pada labu tentukur.
2. Larutan dari labu tentukur 10 ml dipipet sesuai konsentrasi (750 µl untuk
konsentrasi 150 ppm, 1500 µl untuk konsentrasi 300 ppm, dan 2250 µl untuk
konsentrasi 450 ppm) ke dalam labu tentukur 5 ml.
3. AlCl3 10% sebanyak 10 µl dipipet ke dalam labu tentukur berisi larutan
ekstrak.
4. Tambahkan CH3COONa 1 M sebanyak 100 µl ke dalam labu tentukur.
5. Dicukupkan volumenya dengan etanol p.a hingga tanda batas.
6. Inkubasi selama 30 menit pada suhu ruangan 37oC.
7. Dilakukan pengukuran absorbansi pada panjang gelombang maksimum
dengan menggunakan spektrofotometer.
4.12 Data/ Jenis Data
Data yang diperoleh merupakan data primer dan disajikan dalam bentuk
tabulasi data.
4.13 Rencana Analisis data
Rencana analisis data pada penelitian adalah analisis kuantitatif deskriptif.
24
4.14 Alur penelitian
Pengambilan sampel
Persiapan sampel
Pengukuran kadar
kandungan alga coklat
Pembuatan kurva baku
Ekstraksi sampel
BAB V
HASIL PENELITIAN
Telah dilakukan penelitian penentuan kadar flavonoid total sampel alga coklat
Sargassum sp. dan Padina sp. dengan menggunakan metode kolorimetri
menggunakan pereaksi AlCl3 dengan pengukuran konsentrasi menggunakan
spektrofotometri. Penelitian ini dilakukan di Laboratarium Biofarmaka Fakultas
Farmasi Universitas Hasanuddin pada tanggal 4 Mei 2017 - 22 Mei 2017. Penelitian
ini menggunakan sampel alga coklat Sargassum sp dan Padina sp yang diambil di
Perairan Punaga, Kabupaten Takalar, Sulawesi Selatan.
Penelitian ini menggunakan tiga kelompok perlakuan terhadap masing-masing
kelompok sampel. Sampel pertama yaitu ekstrak Sargassum sp. menggunakan
konsentrasi 150 ppm, 300 ppm, dan 450 ppm, selanjutnya sampel kedua yaitu ekstrak
Padina sp. juga menggunakan konsentrasi 150 ppm, 300 ppm, dan 450 ppm. Kedua
kelompok sampel ini dilakukan replikasi sebanyak 3 kali pada tiap perlakuannya.
Hasil pengukuran flavonoid total dapat dilihat pada lampiran. Dari data tersebut,
dibuat kurva kalibrasi kuersetin yang menghasilkan persamaan y=0,078x + 0,029 (R2
= 0,994), dengan y merupakan nilai absorbansi dan x merupakan kadar kuersetin.
Setelah mengetahui kurva kalibrasi kuersetin, dilakukan pengukuran absorbansi
sampel Sargassum sp. dan Padina sp. untuk mendapatkan kadar flavonoid total, dan
menghasilkan data sebagai berikut :
26
Tabel 5.1 Hasil pengukuran kadar flavonoid total ekstrak sampel Sargassum sp.
menggunakan pereaksi AlCl3
Konsentrasi Replikasi Absorbansi
Kadar Flavonoid
Total (%)
Rerata±SD
150 ppm
I
II
III
0,148
0,156
0,184
1,114
1,182
1,415
1,237±0,158
300 ppm
I
II
III
0,328
0,380
0,399
1,318
1,538
1,620
1,492±0,156
450 ppm
I
II
III
0,531
0,588
0,580
1,453
1,613
1,592
1,553±0,087
Dari tabel 5.1 menunjukkan bahwa pada penentuan kadar flavonoid total dari
ekstrak sampel Sarassum sp. dilakukan tiga perlakuan dan replikasi sebanyak tiga
kali pada masing-masing perlakuannya.
Gambar 5.1 Grafik rerata kadar flavonoid total pada sampel Sargassum sp.
0
0,5
1
1,5
2
150 ppm 300 ppm 450 ppm
Sampel Sargassum sp.
Kad
ar F
lavon
oid
(%)
27
Pada kelompok konsentrasi 150 ppm, memiliki kadar flavonoid total rata-rata
sebesar 1,237±0,158%. Pada kelompok konsentrasi 300 ppm, memiliki kadar
flavonoid total rata-rata sebesar 1,492±0,156%. Pada kelompok konsentrasi 300
ppm, memiliki kadar flavonoid total rata-rata sebesar 1,553±0,087%.
Tabel 5.2 Hasil pengukuran kadar flavonoid total ekstrak sampel Padina sp.
Konsentrasi Replikasi Absorbansi
Kadar Flavonoid
Total (%)
Rerata±SD
150 ppm
I
II
III
0,273
0,303
0,295
2,167
2,429
2,357
2,318±0,135
300 ppm
I
II
III
0,588
0,553
0,592
2,420
2,271
2,439
2,376±0,092
450 ppm
I
II
III
0,876
0,820
0,875
2,429
2,270
2,427
2,375±0,091
Dari tabel 5.2 menunjukkan bahwa pada penentuan kadar flavonoid total dari
ekstrak sampel Padina sp. dilakukan tiga perlakuan dan replikasi sebanyak tiga kali
pada masing-masing perlakuannya.
28
Gambar 5.2 Grafik rerata kadar flavonoid total pada sampel Padina sp.
Pada kelompok konsentrasi 150 ppm, memiliki kadar flavonoid total rata-rata
sebesar 2,318±0,135%. Pada kelompok konsentrasi 300 ppm, memiliki kadar
flavonoid total rata-rata sebesar 2,376±0,092%. Pada kelompok konsentrasi 450
ppm, sampel alga Padina sp. memiliki kadar flavonoid total rata-rata sebesar
2,375±0,091%.
Tabel 5.3 Perbandingan rerata kandungan flavonoid total antar sampel
Sargassum sp. dan Padina sp. setiap konsentrasi
Konsentrasi Kadar Flavonoid (%)
Sargassum sp. Padina sp.
150 ppm 1,237±0,158 2,318±0,135
300 ppm 1,492±0,156 2,376±0,092
450 ppm 1,553±0,087 2,375±0,091
Pada tabel 5.3 di atas menunjukkan seluruh data pengukuran kadar flavonoid
total pada sampel Sargassum sp. dan Padina sp. setiap konsentrasi yang
menunjukkan bahwa kandungan flavonoid pada esktrak Padina sp. lebih tinggi
dibandingkan pada ekstrak Sargassum sp.
2,28
2,3
2,32
2,34
2,36
2,38
2,4
150 ppm 300 ppm 450 ppm
Sampel Padina sp.
Kad
ar F
lavon
oid
(%)
29
Selanjutnya dilakukan pehitungan rata-rata antarkonsentrasi ekstrak Sargassum
sp. dan Padina sp. yan dapat dilihat pada table 5.4.
Tabel 5.4 Perbandingan29 rerata kandungan flavonoid antar sampel Sargassum
sp. dan Padina sp.
Sampel Rerata±SD
Sargassum sp.
Padina sp.
1,428±0,168
2,357±0,025
Gambar 5.3 Perbandingan rerata kandungan flavonoid total antar sampel
Sargassum sp. dan Padina sp.
Pada tabel 5.4 dan gambar 5.3 menunjukkan bahwa rerata kandungan flavonoid
pada ekstrak Sargassum sp. adalah 1,428% dengan standar deviasi 0,168. sedangkan
pada ekstrak Padina sp. menunjukkan rerata kandunan flavonoid sebesar 2,357%
dengan standar deviasi 0,025. Hal ini menunjukkan bahwa kandungan flavonoid
pada esktrak Padina sp. lebih tinggi dibandingkan pada ekstrak Sargassum sp
0
0,5
1
1,5
2
2,5
Sargassum sp. Padina sp.
Kad
ar F
lavon
oid
(%)
BAB VI
PEMBAHASAN
Penelitian ini merupakan eksperimental laboratoris dengan tujuan untuk
menghitung kadar flavonoid total dua jenis alga coklat yaitu Sargassum sp. dan
Padina sp. serta membandingkan kadar flavonoid total kedua jenis alga tersebut.
Flavonoid alga tersebut diukur menggunakan spektrofotometer setelah direaksikan
dengan pereaksi AlCl3.
Metode maserasi merupakan metode ekstraksi yang dilakukan pada penelitian
ini. Metode ini dilakukan dengan memasukkan serbuk tanaman dan pelarut ke dalam
wadah inert yang tertutup rapat pada suhu kamar hingga tercapai keseimbangan
antara konsentrasi senyawa dalam pelarut dengan konsentrasi dalam sel tanaman.
Setelah proses ekstraksi, pelarut dipisahkan dari sampel dengan penyaringan.2
Ekstraksi dengan menggunakan pelarut seperti etanol, metanol, etil asetat,
heksana dan air mampu memisahkan senyawa-senyawa yang penting dalam suatu
bahan. Pemilihan pelarut yang akan dipakai harus memperhatikan kandungan
senyawa yang akan diisolasi. Sifat penting tersebut adalah polaritas dan gugus polar
dari suatu senyawa karena suatu bahan akan mudah larut dalam pelarut yang sama
polaritasnya.30
Berdasarkan penelitian Asnani et al.30 bahwa metode ekstraksi dan jenis pelarut
tidak mempengaruhi kandungan flavonoid. Hal ini diduga karena dalam
31
strukturnya, flavonoid mempunyai bagian yang bersifat polar maupun nonpolar
dengan bagian yang hampir sama.
Pada penelitian ini digunakan pelarut etanol 70%. Alasan dipilihnya etanol
sebagai pelarut karena memiliki kemampuan mencari senyawa pada rentang polaritas
yang lebar mulai dari senyawa polar hingga non polar, tidak toksik dibanding pelarut
organik yang lain dan juga efektif dalam mencari bahan aktif secara optimal.31
Proses maserasi berlangsung selama tiga hari. Setelah itu hasil maserasi yang
berupa larutan disaring dengan kain saring dan kertas saring sehingga didapat filtrat
dan residu. Filtrat hasil maserasi dari simplisia dievaporasi dengan rotary
evaporator. Rotary evaporator adalah alat yang digunakan untuk menguapkan
pelarut sehingga didapatkan ekstrak kental.
Pengukuran kadar flavonoid total dilakukan dalam tiga konsentrasi (150 ppm,
300 ppm, dan 450 ppm) dengan masing-masing tiga replikasi disetiap
konsentrasinya. Penentuan flavonoid total dalam ekstrak dilakukan dengan metode
kolorimetri dengan pereaksi AlCl3.
Prinsip penetapan flavonoid dengan metode kolorimetri AlCl3 adalah
terbentuknya kompleks antara AlCl3 dengan gugus keto pada atom C-4 dan juga
dengan gugus hidroksi pada atom C-3 atau C-4 yang bertetangga dari flavon dan
flavonol. Pada pembuatan kurva kalibrasi digunakan kuersetin sebagai pembanding
dimana kuersetin merupakan flavonoid golongan flavonol yang mempunyai gugus
keto pada C-4 dan memiliki gugus hidroksi pada atom C-3 atau C-5 yang bertetangga
dari flavon dan flavonol.32
32
Pada pengukuran kadar flavonoid total dilakukan penambahan AlCl3 yang dapat
membentuk kompleks, sehingga terjadi pergeseran panjang gelombang ke arah
visible (nampak) ditandai dengan larutan menghasilkan warna yang lebih kuning.33
Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa terjadi
perubahan warna setelah ektrak direaksikan dengan AlCl3.
Spektrofotometer adalah alat yang terdiri dari spektrofotometer dan fotometer.
Spektofotometer adalah alat yang digunakan untuk mengukur energi secara relatif
jika energi tersebut ditransmisikan, direfleksikan, atau diemisikan sebagai fungsi dari
panjang gelombang. Spektrofotometer menghasilkan sinar dari spektrum dengan
panjang gelombang tertentu, dan fotometer adalah alat pengukur intensitas cahaya
yang ditransmisikan atau yang diabsorpsi. Apabila radiasi atau cahaya putih
dilewatkan melalui larutan berwarna, maka radiasi dengan panjang gelombang
tertentu akan diserap (absorbsi) secara selektif dan radiasi lainnya akan diteruskan
(transmisi). Absorbansi adalah perbandingan intensitas sinar yang diserap dengan
intensitas sinar datang. Nilai absorbansi ini akan bergantung pada kadar zat yang
terkandung di dalamnya, semakin banyak kadar zat yang terkandung dalam suatu
sampel maka semakin banyak molekul yang akan menyerap cahaya pada panjang
gelombang tertentu sehingga nilai absorbansi semakin besar atau dengan kata lain
nilai absorbansi akan berbanding lurus dengan konsentrasi zat yang terkandung
didalam suatu sampel.34
Cahaya yang diserap diukur sebagai absorbansi (A) sedangkan cahaya yang
hamburkan diukur sebagai transmitansi (T), dinyatakan dengan hukum lambert-beer
atau Hukum Beer yang berbunyi, “jumlah radiasi cahaya tampak (ultraviolet,
33
inframerah dan sebagainya) yang diserap atau ditransmisikan oleh suatu larutan
merupakan suatu fungsi eksponen dari konsentrasi zat dan tebal larutan”.34
Kadar flavonoid dalam sampel herbal dapat ditentukan dengan berbagai metode.
Metode yang diakui oleh Departemen Kesehatan RI adalah spektrofotometri UV
yang berdasar pada prinsip kolorimetri. Absorbansi dari warna yang terbentuk diukur
dengan spektrometer UV. Kadar kuersetin dihitung sebagai kadar flavonoid total
dalam sampel. Perhitungan ini berdasarkan pada hukum Lambert- Beer yang
menunjukkan hubungan lurus antara absorbansi dan kadar analat.34
Pada pembuatan kurva baku dari kuersetin diperoleh panjang gelombang
maksimum yaitu 431 nm. Dari kurva kalibrasi diperoleh persamaan regresi linier
yaitu y=0,078x + 0,029 dengan nilai koefisien kolerasi (r) = 0,994. Nilai r yang
mendekati 1 menunjukkan kurva kalibrasi linier dan terdapat hubungan antara
konsentrasi larutan quersetin dengan nilai serapan.
Flavonoid adalah senyawa fenol alam yang terdapat dalam hampir semua
tumbuhan.33 Berdasarkan uji fitokima yang dilakukan Margareth35 dan Marie36
menunjukkan adanya senyawa flavonoid yang terkandung pada alga coklat jenis
Sargassum sp. dan Padina sp.
Flavonoid berkhasiat sebagai analgetik yang mekanisme kerjanya menghambat
kerja enzim siklooksigenase. Penghambatan enzim siklooksigenase akan mengurangi
produksi prostaglandin sehingga mengurangi rasa nyeri.37 Flavonoid dapat
mengurangi rasa sakit yang timbul pasca ekstraksi gigi dengan cara menghambat
jalur siklooksigenase dan fosfolipase A2 sehingga sintesis prostaglandin akan
berkurang.28
34
Pada uji efek analgesik ekstrak alga coklat jenis Lobophora variegate yang
dilakukan oleh Thennarasan et al.27 bahwa flavonoid menurunkan rasa sakit dengan
cara mengurangi prostaglandin.
Pada penelitian ini, larutan sampel dibuat dalam tiga kali replikasi sehingga kadar
flavonoid yang diperoleh sebagai ekuivalen kuersetin. Hasil pengukuran
menunjukkan bahwa rata-rata kadar flavonoid total dari sampel Padina sp. lebih
tinggi dibandingkan yang terkandung dalam Sargassum sp. sehingga alga coklat jenis
Padina sp. diduga memiliki aktifitas analgesik yang lebih efektif dibandingkan
dengan Sargassum sp.
BAB VII
PENUTUP
7.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil yang didapatkan dari pengukuran kadar flavonoid total pada
ekstrak sampel Sargassum sp. dan Padina sp. dapat ditarik kesimpulan yaitu:
1. Alga coklat jenis Padina sp. memiliki kandungan flavonoid total yang lebih
tinggi dibandingkan Sargassum sp.
2. Alga coklat jenis Padina sp. dicurigai memiliki aktifitas analgesik yang lebih
efektif dibandingkan Sargassum sp. ditinjau dari konsentrasi flavonoid totalnya.
7.2. Saran
Saran dari peneliti sehubungan dengan penelitian ini, antara lain:
1. Perlu dilakukan penelitian mengenai komposisi zat aktif lain pada Sargassum sp.
dan Padina sp. yang dapat berperan sebagai obat analgesik.
Kadar flavonoid yang diukur pada penelitian ini adalah kadar flavonoid total,
sehingga perlu dilakukan penelitian mengenai jenis flavonoid spesifik yang berperan
sebagai obat analgesik.
DAFTAR PUSTAKA
1. Yusuf Y, Yuliastuti, Sumastuti. Efek analgesik ekstrak daun makutadewa
(Phaleria macrocarpa) pada mencit. J Bionature. 2013; 14(1): 1-6.
2. Syamsiah W, Muslihta E. Pengaruh terapi relaksasi autogenic terhadap tingkat
nyeri akut pada pasien abdominal pain di RSUD Karawang 2014. J Ilmu
Keperawatan. 2015; 3(1): 11-7.
3. Puspitasari H, Listyawati S, Tetri W. Aktivitas analgetik ekstrak umbi teki
(Cyperus rotuundus L.) pada mencit putih (Mus mucculus L.) jantan.
Biofarmasi. 2003; 1(2): 50-7.
4. Setyari W, Sudjarwo Sri A. Potensi analgesik dan antiinflamasi dari ekstrak
tapak liman (Elephantophus scraber). J Penelit Med Eksakta. 2008; 7(1): 16-22.
5. Afrianti R, Yenti R, Mustika D. Uji aktivitas analgetik ekstrak etanol daun
papaya (Carica papaya L.) pada mencit putih jantan yang diinduksi asam asetat
1%. J Sains Farmasi & Klinis. 2014; 1(1): 54-60.
6. Suparmi, Sahri A. Mengenal potensi rumput laut: kajian pemanfaatan sumber
daya rumput laut dari aspek industri dan kesehatan. Sultan Agung; 2008;
XLIV(118): 95-116.
7. Limantara L, Heriyanto. Optimasi proses ekstraksi fukosantin rumput laut coklat
Padina australis hauck menggunakan pelarut organik polar. Ilmu Kelautan.
2011; 16(2): 86-94.
8. Hong DD, Hien HM, Anh HTL. Studies on the analgesic and anti-inflammatory
activities of Sarrgassum swartzii (Turner) C. Agardh (Phaeophyta) and Unlva
reticulate Forsskal (Chlorophyta) in experiment animal models. J Biotechnol.
2011.
9. Meliala L, Pinzon R. Breaktrhough in management of acute pain. Dexa Media.
2007; 4(20): 151-5.
10. Syahruddin MS, Rahimah SB, Budiman. Efek analgetik ekstrak etanol kunyit
putih (Curcuma zedoaria) terhadap nyeri akut pada tikus yang diinduksi dengan
metode tail immersion. 2015: 838-842.
37
11. Ardinata D. Multidimensional nyeri. J Kep Rufaidah Sumatera Utara. 2007;
2(2): 77-81.
12. Tjay TH. Rahardja K. Obat-obat penting. Jakarta: PT Elex Media Komputindo;
2013. Hal 312-5.
13. Kordi, Ghufran M. A to Z budi daya biota akuatik untuk pangan, kosmetik, dan
obat-obatan. Yogyakarta: Andi Offst; 2010. Hal. 63, 67-8, 73-4.
14. Setyobudiandi I, Soekendarsi E, Juariah U, Bahtiar, Hari H. Seri biota rumput
laut indonesia jenis dan upaya pemanfaatan. Kendari: Unhalu Press; 2009. Hal.
1, 28-34.
15. Kalalo JL, Mantiri D, Rimper J. Analisis jenis-jenis pigmen alga coklat Padina
australis Hauck dari perairan laut Sulawesi. J Pesisir dan Laut Tropis. 2014;
1(1): 8-12.
16. Merdekawati W, Susanto AB. Kandungan dan komposisi pigmen rumput laut
serta potensinya untuk kesehatan. J Squalen. 2009; 4(2): 41-7.
17. Dawes CJ. Marine botany 2nd ed. Canada : John Wiley and Sons Inc; 1981.
p.130-4.
18. Tjitrosoepomo G. Taksonomi tumbuhan (schizophyta, thallophyta, bryophyta,
pteridophyta). Yogyakarta : Gadjah Mada University Press; 2001. p. 4-20.
19. Basmal J, Utomo BSB, Tazwir, Murdinah, Wikanta T, Marraskuranto E, et al.
Membuat alginate dari rumput laut sargassum. Jakarta:Penerbit Swadaya. Hal.
10
20. Santoso J, Podungge F, Sumaryanto H. Chemical composition and antioxidant
activity of tropical brown algae Padina australis from pramuka island, district of
seribu island, Indonesia. J Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis. 2013; 5(2): 287-
97.
21. Indriyawati N. Senyawa fenolik dan alginat dari ganggang coklat sargassaceae
indo-pasifik: ekstraksi, pemurnian, kuantifikasi dan aktivitas senyawanya.
(seminar). 2015: 276-87
22. Fauziah F, Aulanni A, Mahdi C. A Study on brown seaweed therapy (Sargassum
sp.) toward MDA levels and histological improvement on rat foot suffering
rheumatoid arthritis. J Pure App Chem Res. 2013; 2(3): 102-7
38
23. Nursid M, Wikanta T, Susilowati R. Aktivitas antioksidan, sitotoksisitas dan
kandungan fukosantin ekstrak rumput laut coklat dari pantai binuangeun,
Banten. JPB Kelautan dan Perikanan. 2013; 8(1): 73-83.
24. Paransa DSJ, Kemer K, Rumengan AP, Mantiri DMH. Analisis jenis pigmen
dan uji aktivitas antibakteri ekstrak pigmen xantofil pada alga coklat sargassum
polycystum (c.agardh). J LPPM Bid Sains dan Teknologi. 2014; 1(1): 90-6.
25. Simpi CC, Nagathan CV, Karajgi SR, Evaluation of marine brown
algae Sargassum ilicifolium extract for analgesic and anti-inflammatory activity.
Pharmacognosy Res. 2013; 5(3): 146-9.
26. Jaswir I, Monsur HA. Anti-inflammatory compouns of macro algae origin: A
review. J of Medicinal Plants Research. 2011; 5(33): 7146-154.
27. S Thennarasan, S Murugesan, N Chidambaranathan, V Sivamurugan. Analgesic,
anti-inflammatory and antipyretic activity of the methanol extracts of brown alga
Lobophora variegate (j.v.lamouroux) womersley ex e.c.oliveir. AJPCT. 2016;
4(2): 42-57.
28. Sabir A. Pemanfaatan flavonoid di bidang kedokteran gigi. Maj Ked Gigi (Dent
J) FKG Unair 2003; (Edisi khusus Timnas III): 81–7.
29. Mukhriani. Ekstraksi, pemisahan senyawa, dan identifikasi senyawa aktif. J Kes.
2014; 7(2): 261-7.
30. Asnani A, Septiana AT. Kajian sifat fitokimia ekstrak rumput laut coklat
sargassum duplicatum menggunakan berbagai pelarut dan metode ekstraksi.
Arointek. 2012; 6(1): 22-8
31. Utami YP, Umar AH, Ernawati. Analysis of Total Anthocyanin Content on
Ethanol Extract of Purple Sweet Potato (Ipomoea batatas L.) and Purple Yam
(Dioscoreaalata L.) with Differential pH Method. J Pharm and Med Scie. 2016;
1(2):
32. Cahyanta AN. Penetapan kadar flavonoid total ekstrak daun pare metode
kompleks koloimetri dengan pengukuran absorbansi secara spektrofotometri. 58-
61.
33. Ahmad AR, Juwita, Ratulangi SAD, Malik A. Penetapan kadar fenolik dan
flavonoid total ekstrak methanol buah dan daun patikala (Etlingera elatior (jack)
R.M.SM). Phacm Sci Res. 2015; 2(1): 1-10.
34. Neldawati, Ratnawulan, dan Gusnedi. Analisis nilai absorbansi dalam penentuan
kadar flavonoid untuk berbagai jenis daun tanaman obat. 2013; 2: 76-83
39
35. Margareth. Ekstraksi rumput laut coklat Sargassum sp dan pengujian ekstrak
sebagai inhibitor tirosinase. 2014: 10
36. Marie. Ekstraksi rumput laut coklat Padina sp dan pengujian ekstrak sebagai
inhibitor tirosinase. 2014: 9
37. Syamsul ES, Andani F, Soemarie YB. Uji analgesic ekstrak etanolik daun
kerehau pada mencit putih. Trad Med. 2016; 21(2): 99-103
40
LAMPIRAN
41
Lampiran 1
Dokumentasi Penelitian
1. Pengambilan, Pencucian, dan pengeringan sampel alga coklat
Pengambilan sampel di perairan Punaga, Takalar
Pencucian pertama sampel menggunakan air laut
42
Pencucian kedua sampel menggunakan air mengalir
Pengeringan sampel di bawah sinar matahari langsung
Pengeringan menggunakan heat dryer
43
2. Ekstraksi sampel alga coklat
Proses maserasi dengan alohol 70% Proses penyaringan
Proses evaporasi
Ekstrak kental dari kedua sampel
44
3. Penelitian
Penimbangan sampel sebesar 10 mg Proses pengenceran
45
Pembuatan 3 konsentrasi dengan masing-masing 3 replikasi
Penambahan AlCl3 10% sebanyak 10 µl
46
Penambahan CH3COONa 1 M sebanyak 100 µl
Penambahan etanol p.a
47
Inkubasi selama 30 menit
Pengukuran kadar tanin total dengan spektrofotometer UV-VIS
48
49
50
51
52