pahlawan

Download PAHLAWAN

If you can't read please download the document

Upload: abinya-faiz

Post on 04-Dec-2015

58 views

Category:

Documents


20 download

DESCRIPTION

non

TRANSCRIPT

Pahlawan Sejati adalah Pahlawan IslamSahabat Smart Teens yang Dimuliakan Allah SWT...Bulan November identik dengan bulan pahlawan. Soalnya setiap tanggal 10 November, bangsa Indonesia biasanya suka memperingati momen itu sebagai hari pahlawan. Pahlawan kemerdekaan pembela bangsa dan Negara. Bahkan khas negara nasionalis yang suka mengadakan upacara bendera, mengheningkan cipta bagi arwah para pahlawan juga menjadi menu wajib.Terlepas dari lirik lagu mengheningkan cipta yang selalu dinyanyikan sebagai bentuk pemujaan terhadap para pahlawan secara berlebihan, pada faktanya jasa para pahlawan itu diabadikan cuma sebatas monumen dan museum.Tidak itu saja, pahlawan juga banyak yang dibuatkan patungnya. Bukannya menghormati dan menghargai, para pahlawan ini malah dipuja-puja berlebihan sehingga menghilangkan esensi makna kepahlawanan itu sendiri. Mereka toh tak pernah meminta untuk dipuja dan dipuji sedemikian rupa. Mereka hanya ingin agar perjuangan yang telah dilakukannya diteruskan dengan sebaik-baiknya. Sejatinya, Islam adalah yang menjadi motivator utama perjuangan mereka ketika akidah dan syariah yang saat itu menjadi peraturan kesultanan-kesultanan Islam di nusantara, diinjak-injak oleh para imperialis Belanda dan balad korawanya macam Portugis dan InggrisTerlebih lagi yang membuat miris, status kepahlawanan seseorang tergantung dari sudut pandang suatu komunitas terhadap sosok tersebut. Seseorang dipandang sebagai pahlawan oleh suatu komunitas, tetapi komunitas lainnya memandang orang tersebut sebagai pengkhianat atau pemberontak. Misalnya sosok Pangeran Diponegoro.Dalam tinjauan bangsa Indonesia, Pangeran Diponegoro adalah seorang pahlawan dalam merebut dan memperjuangkan kemerdekaan nusantara. Sebaliknya, dalam tinjauan pemerintahan kolonial Hindia-Belanda, Pangeran Diponegoro adalah seorang pemberontak, sehingga harus ditumpas. Selain itu, sosok Bung Tomo adalah salah satu pahlawan Indonesia yang telah mengobarkan semangat jihad bangsa Indonesia melalui orasi dan pekikan takbirnya.Pidato Bung Tomo menjelang 10 November 1945 itulah yang berhasil membangkitkan keberanian arek-arek Suroboyo, dari rasa takut yang mencekam untuk bangkit melawan kezaliman kaum penjajah. Namun naas, karena sejarah milik penguasa. Nasib Bung Tomo tiada ubahnya bak pesakitan dan pengkhianat bangsa. Ia di penjara oleh rezim yang berkuasa.Padahal faktanya, Pangeran Diponegoro, Imam Bonjol, Teuku Cik Ditiro, Cut Nyak Dien, Pattimura, Sultan Hasanuddin, Fatahillah, Bung Tomo bukanlah pemberontak tapi berjuang melawan penjajah. Sejatinya, Islam adalah yang menjadi motivator utama perjuangan mereka ketika akidah dan syariah yang saat itu menjadi peraturan kesultanan-kesultanan Islam di nusantara, diinjak-injak oleh para imperialis Belanda dan balad korawanya macam Portugis dan Inggris.Hal inilah yang seringkali disembunyikan dari kita, seolah-olah kesan yang ditimbulkan adalah para pahlawan itu sangat nasionalis sekali perjuangannya. Pada faktanya, para pahlawan itu tak mengenal istilah nasionalisme ketika itu. Mereka berjuang karena dorongan akidah Islam karena penjajah mulai menginjak-injak harga diri mereka sebagai manusia.Menghargai jasa pahlawan bukan dilafalkan dimulut atau hanya berbentuk seremonial belaka dengan mengheningkan cipta pada upacara bendera.Selain itu, untuk menghargai jasa para pahlawan adalah menjalankan roda pemerintahan negeri ini dengan baik dan benar. Baik artinya adalah dikelola oleh mereka yang memang orang baik dibidangnya. Bukan hanya profesional namun juga berakhlak mulia sehingga jauh dari niat dan tindakan korupsi ataupun hal-hal yang merugikan rakyat. Benar artinya adalah negeri ini dikelola dengan aturan yang benar. Aturan yang benar ini sudah diberikan panduannya oleh Yang Maha memiliki kebenaran berupa syariat Islam dalam segenap aspek kehidupan. Pahlawan dalam Islam adalah orang yang berani memperjuangkan Islam sampai ia dimenangkan atau mati dalam perjuangan tersebutIslam telah menjelaskan konsep pahlawan dalam Islam. Pahlawan dalam Islam adalah orang yang berani memperjuangkan Islam sampai ia dimenangkan atau mati dalam perjuangan tersebut. Orang-orang yang berjuang itu pun tidak memperdulikan apakah ia bakal mendapat penghargaan atau tidak dari institusi manapun, yang mereka harapkan adalah keridhaan dari Allah SWT.Dalam bentangan sejarah peradaban Islam, Negara Khilafah telah banyak melahirkan generasi-generasi pahlawan sejati seperti Umar bin Khattab, Ali bin Abi Thalib, Saad bin Abi Waqqash yang menjadi panglima yang menundukkan Persia, Khalid bin Walid yang menjadi pahlawan agung dalam penaklukan di abad ke 7. Islam sangat menaruh perhatian besar dalam melahirkan generasi islami yang berkarakter pemimpin dan pahlawan. Itulah generasi yang berkepribadian islami (syakhshiyah islamiyah) pahlawan sejati yang sesungguhnya. Penulis: Eros (Mahasiswi UIN Sunan Gunung Djati Batu)- See more at: http://www.voa-islam.com/read/smart-teen/2014/11/21/34006/pahlawan-sejati-adalah-islam/#sthash.MTZj3Wvn.dpuf Perlukah Gelar Pahlawan?Oleh Fauzan Al-AnshariDirektur Lembaga Kajian Politik dan Syariat Islam (LKPSI)Setiap tanggal 10 Nopember pemerintah Indonesia rutin memperingati apa yang disebut Hari Pahlawan di Makam Pahlawan Kalibata Jakarta, bahkan di seluruh makam pahlawan di seluruh pelosok tanah air. Ritualnya bahkan dimulai tanggal 9 Nopember berupa penganugerahan gelar pahlawan nasional kepada sejumlah tokoh yang dinilai berjasa kepada republic ini. Lalu malam harinya diadakan renungan malam di kuburan para pahlawan tersebut bersama ubo rampenya yang terkesan sangat magis. Upacara kenegaraan pun diadakan di halaman kuburan para pahlawan tersebut untuk memperingati sejumlah jasa yang tak terhitung yang mereka sumbangkan demi bangsa ini. Belum lagi beberapa tokoh pahlawan dibuatkan patung di sejumlah tempat strategis dengan anggaran milyaran, disamping dijadikan nama-nama jalan protocol di setiap kota. Begitukah cara kita membalas jasa pahlawan atau mengikuti jejak mereka?Kata pahlawan sering dijelaskan berasal dari kata pahala dan wan yang artinya orang yang mendapatkan pahala (yang dalam istilah ajaran Islam merupakan reward bagi orang yang beramal shalih). Istilah pahlawan tergabung sebagaimana kata dermawan dari kata derma dan wan yang artinya orang yang suka membantu meringankan kesusahan orang lain. Pertanyaannya, apakah criteria seseorang sehingga dia berhak mendapat gelar pahlawan. Jika ukurannya syariat Islam maka mudah sekali, karena seseorang akan mendapatkan pahala jika amalnya memenuhi tiga syarat yakni: iman, ikhlas, dan sesuai dengan sunnah. Adapun criteria pemberian gelar pahlawan oleh pemerintah sangat bias dan sering dijadikan sebagai komoditas politik.Satu contoh pemberian gelar pahlawan kepada seorang jendral Kristen yang pernah terkait dengan pembantaian umat Islam, lalu dia dikubur di makam pahlawan dengan tembakan salvo, apakah dia sudah dijamin mendapatkan pahala? Siapa yang akan memberikan pahala tersebut? Jawabannya mudah, bahwa ternyata yang disebut gelar pahlawan adalah mereka yang mendapatkan keputusan hokum dari presiden bahwa orang ini atas jasa-jasanya berhak mendapatkan gelar pahlawan tanpa menjelaskan lebih lanjut apa makna pahala itu. Yang penting dengan selembar kertas berkop pemerintah sudah cukup menjamin; bahwa orang tersebut adalah pahlawan.Oleh sebab itu gelar pahlawan konsepnya bukan dari ajaran Islam yang suci murni berasal dari Allah swt pencipta alam semesta, tetapi berasal dari konsep nasionalisme sempit buatan hawa nafsu segelintir manusia. Bagi Negara Indonesia, seseorang dianggap pahlawan tetapi oleh Negara lain bisa disebut penjahat. Sehingga gelar kepahlawanan tersebut sesungguhnya bias dan hanya untuk kepentingan membangun semangat nasionalisme sempit. Anak-anak sekolah diajarkan kisah-kisah kepahlawanan yang sumbernya bias dan tidak dijamin validitasnya, bahkan banyak tulisan sejarah bercampur dengan kepentingan politik tertentu sehingga melenceng dari kebenaran. Misalnya, ketika menceriterakan kepahlawanan pangeran Diponegoro yang pakaiannya mirip Habib Rizieq (pimpinan FPI) tidak pernah dikisahkan sebagai pahlawan Islam yang mengumandangkan jihad melawan penjajah kafir Belanda. Imam Bonjol, Teungku Cik Di Tiro sampai Cut Nyak Dien, mana ada buku sejarah sekolahan yang menjelaskan bahwa inilah para pahlawan Islam yang berjasa besar membawa Indonesia ke pintu kemerdekaannya. Yang ada adalah cerita bahwa mereka adalah pejuang nasional Indonesia (padahal Negara Indonesia belum lahir) yang cinta tanah airnya sehingga berani mengusir penjajah Belanda. Semua buku sejarah sekolahan menjauhkan diri dari ideology Islam. Mereka lebih menekankan penanaman ideology nasionalisme sekuler yang teralienasi dari ajaran Islam sehingga anak-anak sekolah mengalami kekeringan ideologis dalam membaca sejarah para pendahulunya. Anda boleh ngetes anak-anak sekolah sekarang, apakah mereka mengenal kisah para pejuang Islam yang berjihad melawan penjajah kafir Belanda? Apalagi kalau pertanyaan anda diteruskan, apakah mereka mengenal para sahabat Nabi saw yang gagah berani dalam sejumlah peperangan melawan kafir Quraisy?Ideologi nasionalisme dalam memahami makna pahlawan tidak memiliki akar historis keagamaan, bukan tidak ada, tetapi para penulis sejarah sengaja meniadakan kesan-kesan ideology Islam yang akan membangun kader-kader militant pelanjut perjuangan para pendahulunya yang mereka tidak biasa ingin disebut pahlawan. Karena suatu amalan jika dimotivasi untuk mencari gelar pahlawan akan menggugurkan pahala amalan tersebut. Maka sangat jelas berbeda titik tolak dan akhir perjalanan suatu amal dalam pandangan Islam dan demokrasi nasionalisme yang tidak akan pernah bertemu di titik manapun. Para sahabat pernah bertanya kepada nabi saw: siapakah yang disebut sebagai orang-orang yang berjuang di jalan Allah swt? Apakah orang yang berperang karena ingin disebut mujahid, pemberani, pahlawan, atau ingin mendapatkan ghanimah (rampasan perang) layak disebut orang yang berjihad di jalan Allah? Rasulullah saw menjawab: orang yang berperang karena ingin meninggikan Kalimat Allah (Laa ilaaha illallah, Muhammad Rasulullah) maka mereka itulah yang disebut sebagai orang yang berperang di jalan Allah. Jadi bagaimana kedudukan orang yang berperang di jalan demokrasi nasionalisme? Mari kita renungkan firman Allah swt yang menciptakan jin dan manusia:Orang-orang yang beriman berperang di jalan Allah, dan orang-orang yang kafir berperang di jalan setan (thoghut), sebab itu perangilah kawan-kawan setan itu, karena sesungguhnya tipu daya setan itu adalah lemah. (QS. An Nisaa: 76)Lalu apa hadiahnya untuk mereka yang berperang di jalan setan?Maka mereka dijungkirkan ke dalam neraka bersama orang-orang yang sesat dan bala tentara iblis semuanya. (QS. Asy Syuara: 94-95)Padahal mereka mengira di dunia sudah dapat gelar pahlawan kok malah masuk ke neraka? Allah swt menjawab pertanyaan ini:Katakanlah: Apakah akan Kami beritahukan kepadamu tentang orang-orang yang paling merugi perbuatannya? Yaitu orang-orang yang telah sia-sia perbuatannya dalam kehidupan dunia ini, sedangkan mereka menyangka bahwa mereka berbuat sebaik-baiknya. Mereka itu orang-orang yang kafir terhadap ayat-ayat Tuhan mereka dan (kafir terhadap) perjumpaan dengan Dia. Maka hapuslah amalan-amalan mereka, dan Kami tidak mengadakan suatu penilaian bagi (amalan) mereka pada hari kiamat. Demikianlah balasan mereka itu neraka Jahanam, disebabkan kekafiran mereka dan disebabkan mereka menjadikan ayat-ayat-Ku dan rasul-rasul-Ku sebagai olok-olok. (AlKahfi: 103-106).Jadi dalam ajaran Islam tidak perlu gelar pahlawan bahkan ingin mendapatkan gelar itupun haram karena akan menghancurkan pahala amalnya. Riya atau ingin mendapatkan pujian merupakan penyakit yang paling berbahaya dalam setiap amalan kita. Maka jika gelar tersebut terlanjur diberikan jangan kemudian disyukuri dengan potong tumpengdan ayam bakakak tetapi justru harus disesali karena bisa menghilangkan pahala amal sang mayit di alam sana jika perjuangannya ingin mendapatkan pahala dari pemerintah. Bagi yang memahami syariat Islam dan sejarah para mujahid Indonesia sebelum kemerdekaan, mereka ikhlas berjihad mengusir penjajah kafir Belanda tanpa keinginan mendapatkan pangkat dunia bintang gemintang yang ditempelkan di pakaian yang menyesakkan dada. Mereka berjuang seperti para sahabat Nabi saw yang berjubah sederhana tetapi berhati baja dan tidak takut sedikit pun kepada manusia. Mereka siap korbankan harta dan jiwa demi menegakkan Kalimat Allah, walaupun hasil perjuangannya diklaim dan dinikmati oleh orang-orang yang mengingkari nikmat kemerdekaan dari Allah swt dan menolak penerapan hokum Allah di bumi Allah swt. Sungguh kedurhakaan mereka ini akan menghasilkan pahala di neraka jahanam.dakwatuna.com Pahlawan.. Jangan menanti kedatangannya. Mereka adalah aku, kau, dan kita semua. Mereka bukan orang lain. Mereka hanya belum memulai. Mereka hanya perlu berjanji untuk merebut takdir kepahlawanan mereka, dan dunia akan menyaksikan gugusan pulau-pulau ini menjelma menjadi untaian kalung zamrud kembali yang menghiasi leher sejarah. Muhammad Anis MataKita biasa mengartikan bahwa pahlawan itu adalah orang yang sudah berjasa dalam mengantarkan kemerdekaan bangsa ini. Dalam artian lain pahlawan merupakan orang-orang yang melakukan perbuatan di atas peran yang dilakukan oleh manusia kebanyakan. Mereka rela mengambil peran yang tidak banyak orang yang memikulnya. Pahlawan juga merupakan orang yang sudah selesai dengan dirinya sendiri sehingga ia mempunyai banyak waktu untuk memberikan kebermanfaatan bagi banyak orang. Hidupnya diisi dengan melakukan kegiatan besar dan memberikan dampak besar. Mereka berjuang tidak untuk mencari popularitas, tidak juga ingin dikenang, apalagi hanya untuk mengejar tahta dan harta. Perjuangan yang dilakukan tulus untuk kemaslahatan bangsa dan umat yang ia cintai.Telah banyak contoh perjuangan heroik pahlawan yang berjasa dalam mengantarkan dan mempertahankan kemerdekaan bangsa ini. Salah satunya perjuangan adalah perjuangan rakyat Surabaya. Mereka secara total berusaha berjuang untuk mempertahankan Suarabaya dari pernguasaan sekutu. Mereka lebih memilih berjuang dengan seluruh jiwa dan raga ketimbang harus menyerah kepada sekutu. Tak kurang ribuan nyawa melayang dalam pertempuran yang dahsyat itu. Untuk mengenang peristiwa itu kita jadikan tanggal 10 November diperingati sebagai hari pahlawan. Dan banyak lagi pahlawan yang sudah berjasa untuk bangsa ini. Baik nama mereka dikenang sebagai pahkawan nasional ataupun mereka yang tidak dikenal, namun jasanya sudah kita rasakan sampai saat ini.Untuk mengisi kemerdekaan yang sudah diperjuangkan dengan titik darah jasa pahlawan, sudah sepatutnya kita mengisi dengan hal-hal yang positif. Meruju pendapatnya Bung Karno, pemuda itu mempunyai kekuatan yang mampu untuk menggoncang dunia. Namun, realitanya moral anak bangsa sudah tergerus oleh banyaknya budaya luar yang diserap namun bertentangan dengan budaya Indonesia, sehingga kehidupan mereka jauh dari apa yang dicita-citakan oleh pahlawan terdahulu. Nyatanya di Indonesia pemudanya banyak yang melakukan pergaulan bebas. Menurut data dari KPAI yang melakukan survey di 17 kota besar di Indonesia pada tahun 2012 mendapatkan hasil bahwa 62,7 % remaja tidak perawan lagi, bahkan 21,2 % mengaku pernah melakukan aborsi. Hal ini membuktikan moral anak bangsa sudah semakin menurun. Bangsa ini belum mampu memperlihatkan taringnya, padahal Indonesia merupakan negara yang besar, mempunyai penduduk yang besar, kekayaan alam yang berlimpah ruah. Tetapi kenapa bangsa ini tidak maju-maju juga? Apa yang salah dari bangsa ini? Apakah mungkin kita sudah sulit menemukan pahlawan-pahlawan yang rela berkorban untuk bangsa ini? Apakah benar kebanyak orang hanya berorientasi untuk dirinya sendiri saja? Lalu ke manakah kita harus mencari pahlawan itu?Banyak pertanyaan yang terlontar dari benak ini, ketika kita berbicara mengenai pahlawan. Tidak perlu banyak berpikir. Pahlawan itu masih ada, baik mereka yang secara alamiah mempunyai sifat kepahlawanan ataupun mereka yang melatih diri agar bisa menjadi seorang pahlawan. Tidak ada yang salah di antara keduanya, yang terpenting bagaimana kita bisa memastikan diri bahwa pahlawan yang dicari itu tidak berada di tempat jauh. Keberdaannya dekat, dan ia adalah diri kita sendiri.Seperti ungkapan Anis Mata di atas bahwa pahlawan tidak perlu dinanti kedatangannya, mereka itu adalah aku, kau dan kita semua, hanya saja kita belum memulai melejitkan potensi kepahlawanan kita. Untuk itu kita perlu menantang diri kita agar mempunyai karakter seperti seorang pahlawan. Yang terpenting dari seorang pahlawan adalah karakter diri. Karena sejatinya seorang pahlawan itu bukan merupakan orang yang mempunyai harta melimpah, bukan orang yang mempunyai kedudukan dan pangkat yang tinggi serta berasal dari keluarga yang terpandang. Tapi pahlawan adalah orang yang mempunayai karakter dalam dirinya, sehingga dengan karakter itu ia mampu untuk melakukan hal-hal besar. Ia mampu untuk merubah pandangan masyarakat dan membawa masyarakat ke kehidupan yang lebih baik. Kita bisa bercermin dari perjuang seorang Buya Hamka dalam menemukan karakter dirinya. Hamka merupakan anak sulung dalam keluarganya, ia terlahir dari keluarga yang bisa dikatakan pas-pasan. Sewaktu kecil ia mengalami permasalahan keluarga dimana orang tuanya bercerai. Dan sewaktu kecil pula ia sudah menyadari pentingnya menuntut ilmu. Hingga pada umur belasan tahun ia sudah merantau ke Jawa dan ke Mekah. Dengan upaya dan kerja kerasnya, akhirnya Hamka mendapatkan buah hasil perjuangannya. Ia dikenal sebagai ulama yang disegani, sampai sekarang karya-karya nya pun masih bisa kita nikmati. Karakter yang tertanam dalam diri Hamka adalah sosok pekerja keras, ulet dan tidak mudah putus asa. Sebelum menjadi ulama besar banyak orang yang mencela dia, karena bahasa arabnya yang kurang fasih sehingga orang menyangsikan kalau ia menyampaikan ceramah dan Hamka juga sempat ditolak untuk mengajar di sekolah Muhammadiyah hanya karena ia tidak mempunyai gelar diploma padahal ayahnya merupakan salah satu orang yang mendirikan sekolah itu. Segala tantangan yang dihadapi Hamka ia jawab dengan kerja keras menuntut ilmu. Hingga akhirnya ia menjadi ulama terkenal dan mendapat gelar sebagai pahlawan nasional.Kita bisa menjadi seorang pahlawan dengan mengambil peran besar di mana tidak banyak orang yang mau mengambil peran itu. Seorang pahwalan adalah orang yang waktunya disibukan untuk melakukan hal-hal besar dan tidak gampang menyerah dengan segala tantangan yang ada. Mulai sekarang kita persepsikan dalam diri, bahwa kita akan memanfaatkan waktu untuk melakukan hal-hal besar yang memberikan kebermanfaatan luas kepada orang lain. Hingga tidak ada waktu bagi kita untuk bersantai. Setiap detik adalah waktu untuk bekerja, untuk pembuktian diri dan pengabdian terbaik bagi bangsa yang kita cintai ini. Lelah itu pasti, karena tidak ada kerja-kerja kepahlawanan tanpa pengorbanan dan kerja keras. Bagaimana kita berupaya memaknai kelelahan itu sebagai hal positif yang akan membawa perubahan besar, sehingga kita tidak merasakan pahitnya lelah itu, yang ada hanya manis setelah berjuang. Untuk itu jangan gampang menyerah dengan semua tantangan yang ada. Pastikanlah kita adalah pahlawan yang dicari itu.Sumber: http://www.dakwatuna.com/2015/04/27/67867/pahlawan-itu-adalah-aku-kau-dan-kita-semua/#ixzz3nfzIhwzDFollow us: @dakwatuna on Twitter | dakwatunacom on FacebookMakna Pahlawan, Dalam Peradaban Islam "Pahlawan itu mengumpulkan semua kebaikan yang berserakan pada individu-individu yang ada dalam masyarakat." -Anis Matta-67 tahun yang lalu, tanggal 10 bulan November, kita tahu bahwa telah terjadi sebuah peristiwa yang heroik luar biasa. Yang dengannya, bangsa ini bersepakat untuk menjadikannya sebagai hari pahlawan. Sebuah hari yang membuat para penjajah tersadar dari mimpi, bahwa orang/bangsa yang secara kekuatan fisik lemah, tetapi secara kekuatan semangat sungguh jauh melebihi angan dan akalnya. Yah itulah peristiwa besar yang terjadi di Surabaya puluhan tahun silam yang akan selalu dikenang oleh bangsa ini.image: http://4.bp.blogspot.com/-2u2on_dUST4/UJ2zVE_sIFI/AAAAAAAAAqU/5zTol9_4W0c/s320/pahlawan.jpgmemaknai pahlawanPahlawan, bagi saya memiliki ragam makna. Bisa dalam arti yang sangat luas, bisa juga diartikan secara lebih sempit. Mereka yang segenap tenaga memberikan kebaikan dan pertolongan bagi orang lain yang membutuhkan, bisa disebut sebagai pahlawan.Tak harus dalam level negara kita menjadi pahlawan, dalam tataran masyarakat bertetangga dan dalam keluarga, kitapun bisa jadi pahlawan. Menebarkan kebaikan lebih dibanding kebaikan orang rata-rata dengan tentu selalu mengharap ridho Allah adalah jiwa pahlawan. Pahlawan adalah mereka yang berbuat kebaikan dan andil besar tanpa bermaksud mendapatkan imbalan, kecuali berasal dari Allah.Maka seperti saya sendiri, selalu berusaha menjadi pahlawan bagi keluarga. Menjadikan istri dan anak tetap dalam jalan lurus menuju surga. "Qu anfusakum wa ahlikum naro", sangat bisa menjadi pegangan.Bagi saya, orang tua yang bisa menjadikan anak keturunannya mampu bertaqwa kepada Allah adalah seorang pahlawan. Mereka pahlawan dunia akhirat. Mereka membentuk lingkungan iman di dalam keluarga. Kemudian masing-masing individu dalam keluarga itu bergaul di dalam masyarakat dengan modal kepribadian yang sudah terbentuk. Maka dengan sendirinya, wajah peradaban akan sedikit demi sedikit berubah. "Generasi akhir umat tidak akan membaik, melainkan dengan mengikuti konsep dan metode yang menjadikan ummat terdahulu baik". -Al Imam Malik bin Anas Rahimahullah-Menurut saya, bagaimana memperbaiki sebuah bangsa adalah dengan membenahi dari sektor keluarga. Membenahi kepribadian generasi penerus. InsyaAllah, peradaban Islam yang sudah dikabarkan Rosulullah yang akan kembali tegak akan segera terwujud. Tsumma takuunu khilafatan 'ala minhajin nubuwwah.Menjadikan anak didik generasi keturunan kita sebagai individu yang kuat dan kokoh imannya, itulah jiwa pahlawan. Pahlawan peradaban. Pahlawan sejati tidak membuang energi mereka untuk memikirkan apakah ia akan ditempatkan dalam sejarah manusia, atau apakah ia akan ditempatkan dalam liang lahat Taman Pahlawan. Yang mereka pikirkan ialah bagaimana meraih posisi paling terhormat di sisi Tuhan Yang Maha Esa. -Anis MattaRead more at http://www.inspirasicoffee.com/2012/11/makna-pahlawan-dalam-peradaban-islam.html#oJ9652ewZpJfJy70.99PAHLAWAN ISLAM VS PAHLAWAN SEKULER28 06 2010by sumiPahlawan adalah gelar untuk orang yang dianggap berjasa karena telah berbudi baik terhadap orang banyak. Namun makna ini terbatas untuk negara yang menganut ideologi sekuler. Maka dari itu mudah sekali bagi institusi tertentu memperjuangkan seseorang agar diberi gelar pahlawan asalkan orang tersebut berkontribusi apapun (tidak dibatasi hukum syara) maka akan diberi penghormatan luar biasa karena orang tersebut dianggap oleh orang banyak telah menebar kebaikan saat menduduki suatu jabatan yang cukup berpengaruh. Meskipun sebenarnya yang ditebarkan adalah ide yang merusak dan bertentangan dengan hukum agama. Seperti itulah kalau sistem yang dipakai adalah sekuler, tidak ada hukum agama yang dipakai, caranya melalui pendapat orang banyak jadi mirip dengan pemilu. Berbeda halnya dengan konsep pahlawan dalam Islam. Pahlawan dalam Islam adalah orang yang berani memperjuangkan Islam sampai ia dimenangkan atau mati dalam perjuangan tersebut. Orang-orang yang berjuang itu pun tidak memperdulikan apakah ia bakal mendapat penghargaan atau tidak dari institusi manapun, yang mereka harapkan adalah keridhaan dari Allah SWT. Sehingga para pahlawan tersebut benar-benar ikhlas dalam perjuangannya.Dalam sejarah pemerintahan Islam terdapat beberapa contoh pahlawan-pahlawan luar biasa, sebagai contoh pada masa kekhalifahan Imam Ali as sebagai pemerintahan teladan dan sikap beliau dalam menghadapi para penentangnya, merupakan ihwal yang patut dikaji. Kendati, situasi dan kondisi sosial politik di masa pemerintahan Imam Ali as berbeda dengan kenyataan di era sekarang, namun prinsip dan tindakan yang diterapkan Amirul Mukminin as dalam menyikapi lawan-lawan politiknya bisa dijadikan sebagai pelajaran bagi setiap pemerintahan di sepanjang sejarah. Amirul Mukminin berupaya menahan diri dan tidak mengijinkan pasukannya untuk memulai pertempuran. Ironisnya, kesabaran dan kearifan yang ditunjukkan Imam Ali as itupun tak digubris. Pertempuran yang lantas dikenal dengan Perang Jamal itu akhirnya berkobar juga. Dan pasukan Thalhah dan Zubair menelan kekalahan besar. Meski sebagai pihak pemenang, namun Amirul Muminin as memaafkan pasukan musuh yang tersisa bahkan beliau pun masih bersikap baik kepada mereka. Marwan bin Hakam, salah seorang pemimpin pemberontak kepada sahabat-sahabatnya berkata, Kita telah bersikap zalim terhadap Ali dan memutus baiat kita kepadanya tanpa alasan. Namun ketika ia berhasil menundukkan kita, tak ada seorang pun yang lebih mulia dan pemaaf yang bisa kita temui setelah Nabi saw kecuali dia (Imam Ali as).SULTAN SALAHUDDIN AL-AYYUBI, namanya telah terpateri di hati sanubari pejuang Muslim yang memiliki jiwa patriotik dan heroik, telah terlanjur terpahat dalam sejarah perjuangan umat Islam karena telah mampu menyapu bersih, menghancurleburkan tentara salib yang merupakan gabungan pilihan dari seluruh benua Eropa. Konon guna membangkitkan kembali ruh jihad atau semangat di kalangan Islam yang saat itu telah tidur nyenyak dan telah lupa akan tongkat estafet yang telah diwariskan oleh Nabi Muhammad saw., maka Salahuddinlah yang mencetuskan ide dirayakannya kelahiran Nabi Muhammad saw. Melalui media peringatan itu dibeberkanlah sikap ksatria dan kepahlawanan pantang menyerah yang ditunjukkan melalui Siratun Nabawiyah. Hingga kini peringatan itu menjadi tradisi dan membudaya Jarang sekali dunia menyaksikan sikap patriotik dan heroik bergabung menyatu dengan sifat . perikemanusian seperti yang terdapat dalam diri pejuang besar itu. Rasa tanggung jawab terhadap agama (Islam) telah ia baktikan dan buktikan dalam di kalangan umat musliminmenghadapi serbuan tentara ke tanah suci Palestina selama dua puluh tahun, dan akhirnya dengan kegigihan, keampuhan dan kemampuannya dapat memukul mundur tentara dibawah pimpinan Richard Lionheart dari Inggris.Definisi pahlawan dalam konsep Islam tersebut diambil dari penegasan al-Quran: perangilah mereka sehingga tidak ada lagi penindasan, dan yang ada hanya keadilan dan keimanan kepada Allah (QS, 2:193) Seluruhnya dan dimana saja (QS, 8:39). Dan kenapa kamu tidak berperang di jalan Allah. Dan untuk mereka yang lemah laki-laki, perempuan, dan anak-anak yang berkata Tuhan, keluarkanlah kami dari kota ini yang penduduknya zalim; dan berilah kami dari pihak-Mu orang yang dapat menjadi pelindung, dan berilah kami dari pihak-Mu penolong. (QS, 4:75). Jadi pahlawan menurut konsep Islam adalah orang yang berjuang mempertahankan kebenaran dan menolong umat manusia dari penjajahan fisik maupun pemikiran.dakwatuna.com Westerling adalah tokoh yang dianggap pahlawan oleh masyarakat Belanda, sebaliknya ia adalah penjahat besar untuk bangsa Indonesia. Gorge W Bush adalah pahlawan, setidaknya bagi 85% rakyat Amerika, tetapi dianggap penjahat oleh sebagian rakyat Irak, setidaknya 900.000 keluarga korban tewas akibat pembantaian.. Xanana Gusmao adalah seorang tokoh pahlawan bagi masyarakat Timor Leste, sebaliknya pernah dipenjara oleh pemerintah Indonesia. Begitu pula Presiden pertama RI Bpk Ir. Soekarno adalah tokoh proklamator sekaligus pahlawan, tetapi oleh Belanda telah berkali-kali dipenjarakan.Perbedaan pandangan itu karena memakai kacamata Nasionalisme masing masing. Nasionalisme itu bersumber dari sebuah padangan masyarakat kumpulan manusia yang pasti punya cara pandang masing-masing, maka hasilnya menjadi relatif.Pahlawan Dalam Arti SempitBagi seorang yang sedang sakau maka pahlawan bagi mereka adalah para pemasok dan pengedar narkoba. Bagi seorang pemabuk, maka boss yang mentraktir minuman itulah yang jadi pahlawan. Bagi orang-orang miskin maka orang semodel Robinhood itu juga bisa manjadi pahlawan. Bagi para mucikari/germo, juga pengusaha diskotik, maka para pembacking yang biasanya terdiri dari aparat itu sebagai pahlawan. Seorang pemuda yang menampung uneg-uneg seorang gadis ketika terjadi masalah keluarga, sehingga sang gadis bertambah dendam terhadap orang tuanya dan semakin sejuk dengan sang pemuda, itu bisa dianggap pahlawan bagi si gadis (lihat status-status di BBM).Maka pengertian pahlawan di sini adalah siapa saja yang menjadi pembela kepentingan seseorang itulah dia, terlepas bentuk kepentingan apa saja, tidak perlu lihat halal haram lagi.Sebaliknya perbuatan sebaik apapun jika ada orang lain yang merasa kepentingannya terancam, akan ada saja yang memusuhi bahkan dianggap penjahat atau lebih dari itu. Sebaik apapun akhlak yang telah ditunjukan oleh Rasulullah SAW, sampai sampai pujiannya langsung datang dari Allah SWT: Sesunggguhnya Engkau (wahai Muhammad) memang memiliki akhlaq yang sangat Agung , tetap saja ada yang memusuhi, bahkan dari kalangan keluarganya sendiri. Karena ada orang yang merasa kepentingannya terancam. Apalagi kita yang bukan nabi, lebih wajar kalau yang membenci itu lebih banyak lagi.Resiko yang dihadapi oleh Rasulullah SAW adalah berbagai teror mental, dituduh orang gila, tukang sihir sampai upaya penganiyaan fisik. Berbagai ujian cobaan, tantangan, rintangan, hambatan, gangguan, silih berganti bertubi-tubi silih berganti tak pernah berhenti menimpa diri Nabi. Mulai dari peleparan kotoran unta, penimpaan batu besar, pengeroyokan, upaya pemboikotan, sampai upaya-upaya pembunuhan.Soal Kepentingan dan Standar Nilai Kalau ukuran berjasa, membantu dan menolong menurut kepentingan perorangan, kelompok, suku, sampai pada bangsa dan negara, bisa dipastikan akan menemukan hasil yang relatif. Sehingga harus ada standar yang universal. Sementara sentdar universal itu biasanya dikaitkan dengan nilai-nilai kemanusiaan. Lagi-lagi jika pendangan kemunisaan itu menurut pribadi, kelompok dan golongan pasti akan berbeda lagi. Sehingga tidak akan pernah menemukan kebenaran yang hakiki dalam memandang nilai kemanusiaa.Bagi akal yang sehat seharusnya berpikir bahwa yang paling pantas membuat standar nilai kemanusiaan adalah Sang Pencipta Manusia itu sendiri. Maka nilai kemanusiaan tidak bisa dilepas dengan setandar yang dimiliki oleh Allah SWT sebagai Pencipta manusia. Selanjutkan kita bisa menentukan ukurang berjasa atau tidak seseorang jika dia berhasil ikut mengangkat nilai-nilai kemanusian dan nilai-nilai kebenaran.Jadi Pahlawan itu Siapa?Pahlawan adalah sebuah kata benda. Secara etimologi kata pahlawan berasal dari bahasa Sanskerta phala, yang bermakna hasil atau buah. Menurut Kamus BesarBahasa Indonesia, pahlawan berarti orang yang menonjol karena keberanian dan pengorbanannya dalam membela kebenaran; pejuang yang gagah berani.Pahlawan adalah seseorang yang berpahala yang perbuatannya berhasil bagi kepentingan orang banyak. Perbuatannya memiliki pengaruh terhadap tingkah laku orang lain, karena dinilai mulia dan bermanfaat bagi kepentingan masyarakat bangsa atau umat manusia.Jika kita memakai kata kunci Kebenaran dan Pahala maka tidak mungkin ada standar lain keculai tata nilai yang bersumber dari Sang Pencipta (Khalik) sebagai sumber kebenaran. Akal sehat kita menuntut bahwa Sang Pencipta pasti yang paling tahu barang ciptaannya sendiri, maka Dialah yang paling pantas dan berhak menurutkan sumber tata nilai untuk makhluk manusia sebagai ciptaannya.Seorang pejuang dan pahlawan dalam Islam, adalah seorang yang hanya ingin cari muka di hadapan Allah SWT, hanya ingin perhatian dan penilaian di hadapan Allah SWT, jika hanya pandangan manusia akan sangat relatif sifatnya. Satu bilang si fulan pahlawan semantara yang lainnya bilang si fulan itu penjahat. Berarti seorang pejuang harus tegar tidak takut celaan orang-orang yang suka mencela (Q.S Al-Maidah (5) ayat: 54).Hari ini para pejuang akan berhadapan dengan nafsu liar manusia yang dibacking oleh penguasa dan pengusaha yang terus mengeksploitasi nafsu jalang dan liar manusia, sambil terus dikipas-kipas oleh syaithan laknatullah, kemudian dihias oleh sarana dan prasarananya, serta dipercantik oleh ilmu pengetahuan dan teknologinya. Makin banyak orang yang terkapar tidak berdaya, tidak sedikit juga para tokoh agama yang akhirnya ikut bungkam, entah karena takut atau karena gaptek.Siapa yang berani mengatakan bahwa: Kuis berhadiah melalui SMS yang tarifnya di atas normal itu judi..? Siapa yang berani mengatakan bahwa acara pildacil itu ada unsur judinya..? Siapa yang berani mengatakan bahwa sekarang ini hiburan sudah sangat Over Load..? Siapa yang mampu melihat bahwa kondisi pelajar kita sudah sangat memprihatinkan, dari aspek orientasinya, motivasinya, visi misinya, akhlaknya, pergaulannya, serta sikap dan keperibadiannya?Pertanyaan tersebut di atas mempunyai resiko tinggi bagi siapa saja yang mau menjawab dengan jujur. Sebab akan berhadapan dengan banyak orang dan kepentingan, juga mungkin tidak sedikit tokoh agama yang juga sudah terlanjur ikut menikmati, sehingga takut Kaburo Maqtan (Q.S Asshaaf (61) ayat: 2-3).Seorang ayah yang telah memelihara anak dari bayi, begitu menyayangi dan mencintai anaknya, hanya karena latar belakang pendidikan yang kurang, maka cara mengekspresikan kasih sayang dan cintanya berbeda dengan keinginan anak. Banyaknya perintah dan larangan membuat si anak salah paham, timbulah kebencian kepada orang tuanya. Saat itulah datang pemuda ganteng yang menampung semua uneg-unegnya, menawarkan berbagai kebebasan, serta membuka jendela hatinya sambil bersedia menjadi soulmate nya. Jadilah pemuda itu sebagai pahlawan di mata gadis tersebut.Padahal tidak sedikit laki-laki yang hanya menginginkan kecantikan dan kemolekan tubuhnya. Pertolongan yang diberikannya pun hanya alokasi khusus kepada orang-orang tertentu yang menjadi sasaran tembaknya. Kepincutlah si anak jadilah si Pemuda yang tidak pernah ngasih makan dan merawat dari kecil menjadi pahlawan serta arjuna bagi si gadis yang merasa nyaman terhadap pemuda tadi. Pilu hati si ayah ketika anaknya lebih percaya kepada orang lain dari pada orang tuanya sendiri.Tak kalah pilunya nasib guru, terlebih-lebih guru agama. Dari segi urgensi tidak begitu dianggap oleh pemerintah terlihat dalam implementasi kurikulum, membawa dampak pelajaran agama diremehkan oleh para siswa. Sisi lain jam pelajaran yang kurang, sehingga berdampak kurangnya pelajaran aqidah yang begitu penting dalam membentuk pandangan hidupnya. Sisi lain lagi pelajaran agama lah yang banyak berbenturan dalam realitas kehidupan sehari-hari, karena apa yang ditampilkan di Televisi misalnya lebih banyak pertentangannya. Sementara masih ada sebagaian guru agama dengan keterbatasannya belum menguasi metode mengajar yang menarik. Maka guru agamalah yang dianggap paling banyak perintah dan larangan. Paling cerewet, ngebetein, menyebalkan dan paling banyak mengekang.Sementara ada guru lain atau karyawan yang punya pandangan agak permisif, mempunyai kemampuan berkomunikasi dengan baik, menjadi tempat bernaungnya anak-anak, tempat yang dianggap menyejukkan. Jika tidak ada lingkungan yang kondusif serta tidak ada upaya perbaikan kualitas dan keterampilan guru-guru agama, maka jadilah guru agama seolah seolah sperti penjahat dan guru lain yang menganut kebebasan seperti pahlawan, di mata para siswa.Saat inilah dibutuhkan para pejuang bermental baja, yang punya ketegaran jiwa, kekokohan mental, berani tampil, tidak takut celaan manusia, karena takunya hanya kepada Allah SWT, dan hanya ingin menjadi Pahlawan hanya di hadapan Allah SWT.Redaktur: Deasy Lyna TsurayaSumber: http://www.dakwatuna.com/2014/12/05/61128/siapa-pahlawan-siapa-penjahat/#ixzz3ng0XragsFollow us: @dakwatuna on Twitter | dakwatunacom on FacebookKarakter Pahlawan Dalam Al QuranBila kita mendengar kata pahlawan, maka yang tergambar dalam pikiran kita adalah seseorang pemberani, pejuang, dan berjasa bagi suatu komunitas bangsa. Tidak boleh ada karakter negatif pada seorang pahlawan. Setiap bangsa dan setiap ummat senantiasa membutuhkan sosok pahlawan. Pepatah mengatakan bahwa bangsa yang besar adalah bangsa yang mampu menghargai jasa para pahlawan, dan mampu melanjutkan perjuangan para pahlawan tersebut. Di sisi lain, status kepahlawanan seseorang tergantung dari sudut pandang suatu komunitas terhadap sosok tersebut. Seseorang dipandang sebagai pahlawan oleh suatu komunitas, tetapi komunitas lainnya memandang orang tersebut sebagai pengkhianat atau pemberontak. Misalnya sosok Pangeran Diponegoro. Dalam tinjauan bangsa Indonesia, Pangeran Diponegoro adalah seorang pejuang dan pahlawan yang memperjuangkan terusirnya penjajah dari tanah air. Sebaliknya, dalam tinjauan pemerintahan kolonial Hindia-Belanda, Pangeran Diponegoro adalah seorang pemberontak, sehingga harus ditumpas. Dalam pandangan masyarakat Palestina, para aktivis HAMAS di Palestina adalah para pejuang yang memperjuangkan terbebasnya Palestina dari cengkeraman Israel. Sebaliknya, aktivis HAMAS dalam pandangan Israel adalah para teroris yang harus diperangi. Demikianlah, perbedaan sudut pandang dan kepentingan antar komunitas menyebabkan perbedaan penilaian terhadap status seseorang atau suatu kelompok. Sebagai seorang muslim, kita tentu berharap dan berupaya menjadi pahlawan dalam pandangan Alloh Subhanahu wa Taala. Oleh karena itu, kita perlu memahami bagaimana karakter pahlawan dalam pandangan Islam. Pada tulisan ini, akan dipaparkan karakter pahlawan dalam Al Quran. Penulis mendapatkan materi ini dari taushiyah Ustadz Abdul Aziz Abdur Rauf dalam acara MABIT di Masjid Telkom, Jln. Supratman Bandung, pada Sabtu malam Ahad, tanggal 22 Nopember 2008. Dalam Al Quran, istilah yang digunakan untuk para pendukung kebenaran, para kesatria atau pahlawan (dalam istilah sekarang) adalah rajul. Secara bahasa rajul berarti seorang laki-laki. Bentuk ganda (mutsanna) dari rajul adalah rajula-ni, sedang bentuk jamaknya adalah rija-l. Para rijal ini ada pada setiap zaman, baik pada setelah Rasulullah Muhammad SAW diutus, maupun pada ummat-ummat terdahulu.Keterangan: Penulisan rija-l menunjukkan bahwa suku kata ja pada rija-l merupakan bacaan panjang (mad). Bila kita mengkaji Al Quran, karakter rijal dapat ditemukan pada beberapa surat dalam Al Quran. Ciri-ciri (karakteristik) para rijal yang disebutkan dalam Al Quran adalah:1) Menepati apa yang telah mereka janjikan kepada Allah (untuk berjihad di jalan Alloh).Alloh Subhanahu wa Taala berfirman:Artinya : Di antara orang-orang mukmin itu ada rijal, yaitu orang-orang yang menepati apa yang telah mereka janjikan kepada Allah; maka di antara mereka ada yang gugur dan di antara mereka ada (pula) yang menunggu- nunggu(**) dan mereka tidak merobah (janjinya) (Al Quran surat Al Ahzab [33]: 23).Keterangan: (**) Maksudnya menunggu apa yang telah Allah janjikan kepadanya. 2) Mendukung kebenaran, dan berani mengingatkan penguasa tiran.Alloh Subhanahu wa Taala mengisahkan rijal pada masa Firaun melalui firman-Nya: Artinya: Dan seorang rajul yang beriman di antara pengikut-pengikut Firaun yang menyembunyikan imannya berkata: Apakah kamu akan membunuh seorang laki-laki karena Dia menyatakan: Tuhanku ialah Allah, padahal dia telah datang kepadamu dengan membawa keterangan-keterangan dari Tuhanmu. dan jika ia seorang pendusta maka dialah yang menanggung (dosa) dustanya itu; dan jika ia seorang yang benar niscaya sebagian (bencana) yang diancamkannya kepadamu akan menimpamu. Sesungguhnya Allah tidak menunjuki orang-orang yang melampaui batas lagi pendusta (Al quran surat Al Mumin [40]: 28). 3) Takut kepada Alloh, dan mengingatkan kaumnya untuk berjihad di jalan Alloh. Alloh Subhanahu wa Taala mengisahkan rijal pada masa Bani Israil melalui firman-Nya: Artinya: berkatalah rajulani (dua rajul) diantara orang-orang yang takut (kepada Allah) yang Allah telah memberi nikmat atas keduanya: Serbulah mereka dengan melalui pintu gerbang (kota) itu, maka bila kamu memasukinya niscaya kamu akan menang. Dan hanya kepada Allah hendaknya kamu bertawakkal, jika kamu benar-benar orang yang beriman (Al Quran surat Al Maidah [5]: 23). 4) Para rijal senantiasa mengingat Alloh, mendirikan shalat, mununaikan zakat, dan mereka tidak dilalaikan oleh perniagaan dunia.Alloh Subhanahu wa Taala berfirman: Artinya: Rijal yang tidak dilalaikan oleh perniagaan dan tidak (pula) oleh jual beli dari mengingati Allah, dan (dari) mendirikan sembahyang, dan (dari) membayarkan zakat. mereka takut kepada suatu hari yang (di hari itu) hati dan penglihatan menjadi goncang (Al Quran surat An Nur [24]: 37). 5) Mensucikan diri dan memakmurkan masjid.Alloh Subhanahu wa Taala berfirman: Artinya: janganlah kamu bersembahyang dalam mesjid itu selama-lamanya. Sesungguhnya mesjid yang didirikan atas dasar taqwa (mesjid Quba), sejak hari pertama adalah lebih patut kamu sholat di dalamnya. Di dalamnya mesjid itu ada rijal yang ingin membersihkan diri. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bersih (Al Quran surat At Taubah [9]: 108). 6) Memberikan saran yang baik kepada utusan Alloh demi tegaknya agama Alloh. Alloh Subhanahu wa Taala mengisahkan kisah seorang rajul di kalangan ummat Nabi Musa melalui firman-Nya: Dan datanglah seorang rajul dari ujung kota bergegas-gegas seraya berkata: Hai Musa, sesungguhnya pembesar negeri sedang berunding tentang kamu untuk membunuhmu, sebab itu keluarlah (dari kota ini) Sesungguhnya aku Termasuk orang-orang yang memberi nasehat kepadamu (Al Quran surat Al Qashash [28]: 20). 7) Mengingatkan kaumnya untuk menginguti agama Alloh. Alloh Subhanahu wa Taala mengisahkan rijal pada masa Bani Israil melalui firman-Nya:Artinya: Dan datanglah dari ujung kota, seorang rajul dengan bergegas-gegas ia berkata: Hai kaumku, ikutilah utusan-utusan itu (Al Quran surat Yasin [36]: 20). Demikianlah beberapa karakteristik rijal (pahlawan) dalam Al Quran. Semoga kita dapat meneladani karakter para rijal tersebut. Ya Alloh, jadikanlah kami rijal yang berjuang di jalan-MuBerikanlah pertolongan kepada para rijal, para pejuang, yang saat ini sedang berjuang di bumi Palestina, juga di belahan bumi yang lain. Bandung, Jawa BaratSelasa, 13 Januari 2009 (16 Muharram 1430 H)PAHLAWAN MASA KINIPERTEMPURAN Surabaya merupakan peristiwa sejarah perang antara pihak tentara Indonesia dan pasukan Belanda-Inggris yang terjadi pada tanggal 10 November 1945 di Kota Surabaya, Jawa Timur. Pertempuran ini adalah perang pertama pasukan Indonesia dengan pasukan asing setelah Proklamasi Kemerdekaan.Dengan pekikan Allahu Akbar yang dikumandangkan Bung Tomo, dan Resolusi Jihad yang dikeluarkan oleh pimpinan NU, mampu membakar semangat para kiai, santri, para pemuda, dan seluruh komponen umat Islam berbondong-bondong menuju Surabaya (yang kemudian disebut dengan Arek-arek Suroboyo) untuk berjihad melawan keangkuhan para penjajah.Pertempuran berdarah di Surabaya yang memakan ribuan korban jiwa tersebut, telah menggerakkan perlawanan rakyat di seluruh Indonesia untuk mengusir penjajah dan mempertahankan kemerdekaan. Banyaknya pejuang yang gugur dan rakyat sipil yang menjadi korban pada hari 10 November ini, kemudian dikenang sebagai Hari Pahlawan oleh bangsa Indonesia hingga sekarang. Dengan meneladani jasa-jasa para pahlawan pada masa itu, apakah kita bisa menjadi pahlawan masa kini yang melawan segala bentuk penjajahan?Arti pahlawan menurut kamus besar bahasa Indonesia, berasal dari bahasa sangsekerta, terdiri dari dua kata, pahla dan wan. Pahla berarti buah, sedangkan wan bermakna sebutan bagi orangnya (bersangkutan). Dulu gelar pahlawan diberikan kepada siapa saja yang mati di medan pertempuran baik mati karena membela bangsa dan negaranya maupun agamanya.Laporkan iklan?Namun di era modern ini gelar pahlawan menjadi lebih luas dan tidak ada batasan yang jelas. Misalnya para Tenaga Kerja Wanita (TKW) disebut sebagai para pahlawan devisa. Guru yang mengajar disekolah diberi gelar pahlawan tanpa tanda jasa. Karena tidak adanya batasan dari makna pahlawan ini, sempat terjadi perdebatan dikalangan tokoh negeri ini tentang layak kah soeharto, presiden kedua republik ini diberi gelar pahlawan nasional?Secara umum dapatlah disimpulkan bahwa pahlawan adalah gelar untuk orang yang dianggap berjasa karena telah berjuang mengorbankan waktu, jiwa dan raganya demi kebaikan orang banyak. Namun makna ini terbatas untuk negara yang menganut ideologi sekuler. Maka dari itu mudah sekali bagi institusi tertentu memperjuangkan seseorang agar diberi gelar pahlawan asalkan orang tersebut berkontribusi pada orang banyak. Seperti itulah kalau sistem yang dipakai adalah sekuler, tidak ada hukum agama yang dipakai.Berbeda halnya dengan konsep pahlawan dalam Islam. Pahlawan dalam Islam adalah orang yang berani memperjuangkan Islam sampai ia dimenangkan atau mati dalam perjuangan tersebut. Orang-orang yang berjuang itu pun tidak memperdulikan apakah ia bakal mendapat penghargaan atau tidak dari institusi manapun, yang mereka harapkan adalah keridhaan dari Allah SWT. Sehingga para pahlawan tersebut benar-benar ikhlas dalam perjuangannya.PAHLAWAN SALAFOleh: Shalih Hasyim*KETIKA seorang memproklamirkan dirinya sebagai seorang Muslim, pada saat yang bersamaan ia dituntut sebagai muhajir (berhijrah secara maknawi spiritual dan atau makani teritorial dari lingkungan social yang gelap menuju cahaya iman dan mujahid (memperjuangkan kesadaran barunya). Hijrah dan jihad merupakan satu rangkaian yang tak terpisahkan. Allah SWT akan menurunkan pertolongan-Nya berupa bonus (pahala) berbanding lurus dengan kualitas kelelahan kita (al Ujratu ala qadril masyaqqati). Bahkan, kenikmatan Islam yang kita rasakan hari ini efek dari tetesan darah dan air mata pendahulu kita (salafus shalih).Jika kita menengok ke belakang, sesungguhnya madrasatul Islam telah meluluskan para pahlawan dalam berbagai aspek kehidupan. Pahlawan ilmu, pahlawan spiritual, pahlawan harta dan pahlawan di medan laga. Mengerahkan pikiran (ijtihad), hati (mujahadah) dan pisik (jihad) untuk mengharumkan nama Allah SWT memiliki nilai yang sama pentingnya dalam timbangan Islam. Bahkan, indicator penting generasi sahabat adalah mereka laksana pendeta di malam hari dan singa di siang hari (rahibun fillail wa farisun finnahar).Pengorbanan monumental yang diperagakan oleh Ibrahim as dan Ismail as merupakan uswah dan qudwah bagi kita wujud kongkrit kecintaan dan ketaatan sejati dan kesiapan berkorban untuk Allah SWT. Berkorban disini tidak sekedar menyembelih hewan korban, tetapi berkorban dalam arti yang luas.Katakanlah, Jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, isteri-isteri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan rumah-rumah tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai daripada Allah dan Rasul-Nya, dan (dari) berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya, Dan Allah tidak member petunjuk kepada orang-orang fasik. (QS. At Taubah (9) : 24).Ayat ini mengandung pelajaran yang cukup penting, yaitu menomorsatukan kecintaan kita hanya kepada Allah dan Rasul-Nya. Di saat pengorbanan harta, ilmu, jiwa dan seluruh potensi diminta untuk kepentingan Allah dan Rasul-Nya, maka kita mengedepankan sikap samina wa athana, tanpa ada rasa keberatan dan pertimbangan. Disinilah kunci pembuka pertolongan, kemenangan, dan kemuliaan citra diri kita.Kemuliaan itu hanyalah bagi Allah SWT bagi Rasul-Nya dan bagi orang-orang beriman (Al Munafiqun ( ) : 8).Islam bukan sekedar rumusan abstrak yang mengendap di otak, tetapi menuntut bukti perjuangan, pengorbanan pemeluknya. Islam bukan sebatas kaya serimonial tetapi miskin aplikasi. Islam adalah gabungan iman dan amal shalih. Iman bagaikan pohon, amal shalih adalah buahnya.Rekamlah kehidupan perjuangan para nabi dan rasul hingga junjungan kita Rasulullah SAW para sahabat, para syuhada, mujahidin dan shalihin. Tak seorangpun diantara mereka yang sepi dari perjuangan dan pengorbanan, baik dalam bentuk moril maupun material, spiritual dan finansial, jiwa dan harta. Mereka telah menyerahkan secara all out seluruh potensi yang mereka miliki untuk kejayaan Islam dan kaum Muslimin.Khadijah mengorbankan jiwa dan hartanya untuk mensupport misi suaminya, Abu Bakar menyerahkan seluruh hartanya untuk Islam, Ali bin Abi Thalib berani mempertaruhkan nyawanya untuk meniduri ranjang Rasulullah SAW ketika hijrah ke Madinah. Pada malam harinya dikeluarkan keputusan akan membunuh Nabi SAW oleh para pemuda pilihan dari setiap kabilah.Imam Malik dipenjara, diikat, dan dicambuk oleh penguasa yang zhalim hingga ruas-ruas tulangnya nyaris putus. Imam Syafii dimasukkan di balik jeruji karena fitnah ulama jahat, bahkan beliau diperintah berjalan kaki diterik padang pasir dua bulan lamanya, dari Yaman ke Baghdad. Imam Nawawi penyusun kitab hadits Arbain dan Riyadhus Shalihin diusir dari tanah kelahirannya Syam, karena berpegang teguh pada aturan Allah dan menentang kebijakan penguasa yang serakah dan represif.Imam Abu Hanifah tewas karena dipaksa minum racun, setelah sebelumnya dipenjara dalam keadaan dirantai besi yang berat pada lehernya. Imam Ahmad Ibnu Hambal disiksa dan dipenjara bertahun-tahun lamanya karena keteguhan sikapnya dalam mempertahankan aqidah, beliau menolak Al Quran disebut makhluk (ciptaan) karena firman Allah Al Khaliq adalah Allah SWT.Hasan Al Banna yang membentuk milisi Mujahidin yang memerangi Yahudi dan penjajah Inggris di Mesir, syahid diberondong peluru. Sayid Qutub yang terkenal di Indonesia dengan karya spektakulernya Tafsir Fi Zhilalil Quran dan Abdul Aziz Badri yang terkenal karyanya Ulama dan Penguasa keduanya syahid di tiang gantungan.Pahlawan Yang Lahir Dari Rahim PertiwiDi Indonesia pula ditulis dalam tinta emas sejarah para pejuang kemerdekaan. Yang mengobarkan semangat jihad, perlawanan terhadap kezhaliman, membekali dirinya dengan pemahaman agama (tafaqquh fiddin) sebelum terjun bebas dalam dunia militer untuk seterusnya aktif dalam aksi-aksi perlawanan dalam mempertahankan kedaulatan negeri. Memulai karir militernya sebagai seorang dai muda yang giat berdakwah di era 1936-1942 di daerah Cilacap dan Banyumas. Hingga pada masa itu Soedirman adalah muballigh masyhur yang mengakar di benak public.Ia lahir dari keluarga petani kecil, di desa Bodaskarangjati, Kecamatan Rembang, Kabupaten Purbalingga Jawa Tengah, pada tanggal 24 Januari 1916. Ayahanya hanyalah seorang mandor tebu pada pabrik gula di Purwokerto. Sejak bayi Soedirman diangkat anak oleh asisten wedana (camat) di Rembang, R. Tjokrosunaryo.Bakat dan jiwa perjuangannya mulai terlihat sejak dari kepanduan Hizbul Wathon ini, juga peningkatan kemampuan pisik dan penggemblengan mental. Bakat kemiliterannya ditempa melalui organisasi berbasis dakwah. Bahkan semangatnya berjihad telah mengantarkan Soedirman menjadi orang nomor satu dalam sejarah militer Indonesia.Sebagai kader Muhammadiyah, Panglima Besar Jendral Soedirman dikenal sebagai santri atau jamaah yang cukup aktif dalam halaqah pengajian malam Selasa yaitu pengajian yang diadakan di oleh PP Muhammadiyah di Kauman berdekatan dengan Masjid Besar Yogyakarta. Seorang Panglima yang istimewa, dengan kekuatan iman dan keislaman yang melekat kuat dalam dadanya. Sangat meneladani kehidupan Rasulullah SAW dalam kesederhanaan, sehingga perlakuan khusus dari jamaah pengajian yang rutin diikutinya dipandang terlalu berlebihan dan ditolaknya secara halus.Seorang jendral yang shalih, senantiasa memanfaatkan momentum perjuangan dalam rangka menegakkan kemerdekaan sebagai bagian yang tak terpisahkan dari wujud nyata pelaksanaan jihad fi sabilillah. Spirit inilah yang diwariskan kepada anak buahnya bahwa mereka yang gugur di medan laga tidaklah mati melainkan gugur sebagai syuhada. Untuk mensosialisasikan gelora jihad, baik di kalangan internal tentara maupun rakyat secara umum, Jendral Besar ini menyebarkan pamphlet/selebaran yang berisi seruan kepada seluruh rakyat dan tentara untuk terus melawan Belanda dengan mengutip tarjamah hadits Rasulullah SAW.Insjaflah ! Barangsiapa mati, padahal (sewaktoe hidoepnya) beloem pernah toeroet berperang (membela kebenaran dan keadilan) bahkan hatinya berhasrat perang poen tidak, maka matilah ia diatas tjabang kemoenafikan.Perang gerilya yang dilakukan, tak lepas dari usaha mencontoh apa yang dilakukan oleh Rasulullah SAW sewaktu berada di desa Karangnongko, setelah sebelumnya menetap di desa Sukarame, Panglima Jendral Soedirman yang memiliki naluri seorang pejuang, mempersepsikan desa tersebut tidak aman bagi keselamatan pasukannya. Maka beliau mengambil keputusan untuk meninggalkan desa dengan taktik penyamaran, sebagaimana yang dilakukan oleh Rasulullah SAW beserta Abu Bakar saat akan hijrah ke Madinah.Sebuah perjuangan yang penuh dengan keteladanan, patut dijadikan pelajaran dan contoh kita semua, sebagai anak bangsa. Perjalanan panjang seorang mujahid dakwah yang tidak lagi memikirkan tentang dirinya melainkan berbuat untuk bangsanya yang tercinta. Penyakit TBC yang diderita, tidak menyurutkan langkah perjuangannya. Sampai akhir usianya 38 tahun, Soedirman kembali kepada-Nya pada tanggal 29 Januari 1950, hari Ahad. Bangsa Indonesia mencatat satu lagi pejuang yang lahir dari rahim ummat, untuk ummat dan selalu berjalan seiring dengan kepentingan ummat.Kisah-kisah perjuangan yang sangat menarik banyak lahir dalam setiap kali terjadi aksi pertempuran, dan ini bukti dari pertolongan Allah kepada para tentara-Nya yang rela berkorban lahir dan batin demi menegakkan nilai-nilai immaterial. Sebagaimana yang dialami Bung Tomo dalam perang gerilya, bersama pasukannya saat sudah tidak bisa lagi berbuat apa-apa karena pesawat Belanda telah mengepung dari atas dan tidak ada lagi tempat berlindung. Namun, atas kekuasaan Allah SWT, gumpalan awan menutupi Bung Tomo beserta pasukannya yang berada dalam sasaran tembak pesawat-pesawat tempur Belanda, sehingga beliau selamat.Fenomena nashrullah inilah yang semakin mengokohkan jiwa perlawanan Bung Tomo. Spirit jihadnya semakin berstamina. Dan secara berkesinambungan ia injeksikan kepada teman-temannya. Terjadilah peristiwa 10 Nopember 1945. Bung Tomo berhasil menggerakkan arek-arek Suroboyo hanya dengan membawa senjata bamboo runcing. Dengan pekikan Allahu Akbar beliau berubah menjadi pahlawan yang gagah berani. Maka, Bung Tomo menjadi orang yang paling diinginkan Belanda. Bagi yang dapat menagkapnya atau membunuhnya hidup-hidup akan dijanjikan hadiah besar.MuhasabahDemikianlah keteladanan yang dipentaskan oleh wali-wali Allah SWT dalam berjuang dan berkorban. Sangat kontradiktif dengan kondisi kaum Muslimin sekarang. Misalnya, bila memasukkan uang di kotak masjid, tangannya tidak seringan mengeluarkan uang untuk membeli karcis sepak bola. Ke mall, tempat-tempat perbelanjaan dan tempat-tempat rekreasi. Ummat Islam kurang tertarik pergi ke majlis ilmu dan majlis shalat jamaah, tetapi semangat pergi ke matahari shopping center. Hadiah-hadiah untuk berbagai hiburan, konser musik mencapai ratusan juta rupiah, sedangkan dana untuk para pengungsi dan relawan, guru ngaji, muballigh, berjumlah sangat minim.Sekedar mengorbankan sedikit saja dari apa yang kita anggap milik kita, rasanya berat untuk Allah SWT semata. Kita perlu berbagai kiat dan rekayasa dalam memotivasi diri kita hanya untuk sekedar merelakan sebagian kecil milik kita. Untuk berkorban kita terlalu mempertimbangkannya dari berbagai sudut, terutama dari sisi ekonomi, dari aspek untung-rugi. Seringkali setelah pertimbangan yang njelimet, akhirnya tidak jadi berkorban. Kalaupun terpaksa berkorban, kita memasang harapan pahala yang berlipat-ganda.Sudahkah kita mempertaruhkan kehidupan kita di jalan Allah SWT secara all out ?. Jika sudah, berapa bagian harta yang telah kita nafkahkan di jalan-Nya, dibandingkan yang kita keluarkan untuk anggaran BBM dan belanja rokok setiap harinya ?. Berapa banyak waktu, tenaga, pikiran yang telah kita habiskan di jalan Allah dibandingkan dengan yang telah kita habiskan di jalan syetan dan hawa nafsu demi untuk memenuhi syahwat perut dan syahwat farji ?. Sudahkah kita membalas kebaikan Allah SWT yang tidak terhitung dengan balasan yang setimpal ? Nikmat Allah SWT mana lagi yang engkau dustakan ?Karenanya, Hassan al Banna pernah mengatakan, Jadilah engkau mangga, ketika engkau melempar, ia menjatuhkan dirinya kepada yang melempar.*)Penulis adalah kolumnis hidayatullah, kini tinggal di Kudus, Jawa Tengah Pahlawan Masuk NerakaAlfian Muhammad11:01 AMKisah TeladanSuatu hari pada satu pertempuran telah berlangsung dengan dahsyat antara pihak Islam dan musyrik. Kedua belah pihak berjuang dengan hebat untuk mengalahkan satu sama lain. Suatu ketika pertempuran tersebut diberhentikan seketika dan kedua belah pihak pulang ke markas masing-masing.Di sana Nabi Muhammad saw dan para sahabat telah berkumpul membincangkan pertempuran yang telah berlangsung. Peristiwa yang baru mereka alami itu masih terbayang-bayang di ruang mata. Dalam perbincangan itu, mereka begitu kagum dengan salah seorang sahabat yaitu, Qutzman. Ketika bertempur dengan musuh, dia kelihatan seperti seekor singa lapar menerkam mangsanya. Dengan keberaniannya itu, dia telah menjadi buah bibir ketika itu.Tidak ada seorang pun di antara kita yang dapat menandingi kehebatan Qutzman, kata salah seorang sahabat.Mendengar perkataan itu, Rasulullah menjawab, Sebenarnya dia itu adalah golongan penduduk neraka.Para sahabat heran mendengar jawaban Rasulullah itu. Bagaiman seorang yang telah berjuang dengan begitu gagah menegakkan Islam bisa masuk neraka. Para sahabat beradu pandangan antara satu sama lain ketika mendengar Rasulullah mengatakan yang demikian.Rasulullah sadar para sahabatnya tidak begitu percaya dengan ceritanya, lantas baginda berkata, Semasa Qutzman dan Aktsam keluar ke medan perang bersama-sama, Qutzman telah mengalami luka parah akibat ditikam oleh pihak musuh. Badannya dipenuhi dengan darah. Dengan segera Qutzman meletakkan pedangnya di atas tanah, sementara mata pedang dihadapkan ke dadanya.Dia melakukan perbuatan itu karena dia tidak tahan menanggung kesakitan akibat luka yang dialaminya. Akhirnya dia mati bukan karena berlawanan dengan musuh, tetapi membunuh dirinya sendiri. Melihat keadaan yang parah, banyak orang yang menyangka dia akan masuk surga. Tetapi dia telah menunjukkan dirinya sebagai penduduk neraka.Menurut Rasulullah Saw lagi, sebelum dia mati, Qutzman mengatakan, Demi Allah aku berperang bukan karena agama tetapi hanya sekedar menjaga kehormatan kota Madinah supaya tidak dihancurkan oleh kaum Quraisy. Aku berperang hanyalan untuk membela kehormatan kaumku. Kalau tidak karena itu, aku tidak akan berperangPAHLAWAN ZAMAN INIsepuh, kaya pengalaman dan pensiun. Sudah mempunyai anak dan cucu sebagai penerus. Dalam usianya yang ke-69 tahun Indonesia masih harus selalu berjuang untuk bisa menyejahterakan rakyatnya. Meskipun sudah menjadi negara maju dan melakukan pembangunan di berbagai bidang, tetapi permasalahan bangsa ini masih banyak. Kesejahteraan rakyatnya masih belum merata, polah pejabatnya yang korup juga masih berderet, ketergantungan pada BBM juga membuat stabilitas perekonomian beberapa kali terguncang. Belum lagi tuntutan kenaikan gaji buruh.Sejak merdeka sampai sekarang, ternyata persoalan bangsa tetap datang silih berganti hanya beda bentuknya. Dengan demikian, sebenarnya setiap generasi punya persoalan dan perjuangan sendiri untuk mengatasinya. Setelah merdeka, tidak berhenti! Akan selalu datang masalah-masalah baru yang harus dihadapi dan diselesaikan oleh bangsa Indonesia. Jika demikian, maka setiap generasi membutuhkan pahlawan di zamannya. Pahlawan yang kita kenal sebagai orang-orang yang berjasa memperjuangkan kemerdekaan bangsa dan tercatat dalam sejarah adalah sekelompok orang yang menjadi pahlawan di zamannya. Para pahlawan yang dikenal dan dikenang secara meluas.Sesungguhnya masih ada pahlawan-pahlawan lain yang sesudah kemerdekaan kurang mendapat julukan lagi. Sebutan pahlawan yang diangkat di zaman ini seperti pahlawan tanpa tanda jasa sebagai julukan untuk guru dan pahlawan devisa untuk TKI. Pahlawan yang lainnya masih banyak, hanya belum dijuluki. Menyambut Hari Pahlawan tahun 2014, saya tergugah untuk menuliskan tentang pahlawan zaman sekarang. Untuk menjadi pahlawan apakah harus mendapat pengakuan? Menurut saya tidak.Di zaman yang makin terdesak oleh era globalisasi, ketika segala sesuatu bergerak dengan cepatnya, sebenarnya siapapun bisa menjadi pahlawan di posisinya masing-masing. Hal-hal kecil dan sederhana yang dilakukan sepenuh hati dan dengan niat baik, tekun dan berada pada garis kebenaran adalah bentuk kepahlawanan yang tidak terkuak, tetapi sangat dirasakan manfaatnya oleh orang-orang di sekitarnya.Siapa saja yang bisa jadi pahlawan?Seorang ibu yang mengurus rumah tangganya dengan baik, mengasuh anak-anaknya menjadi orang yang berguna dan sukses. Seorang ayah yang bertanggung jawab dan menyayangi keluarganya. Seorang pegawai yang bekerja tekun, jujur dan loyal. Seorang polisi yang menegakkan kebenaran. Seorang pebisnis yang fairplay. Seorang pemimpin yang bijaksana. Seorang pejabat yang mau melayani rakyat, yang tidak aji mumpung atas jabatannya. Seorang murid yang belajar dengan giat, seorang anak yang berbakti kepada orang tuanya, dan lain-lain. Siapapun bisa jadi pahlawan, tak harus menunggu menjadi sosok yang berpengaruh di masyarakat, tak harus menduduki jabatan penting dan terhormat?Seperti kita tahu, apa saja sifat-sifat kepahlawanan itu? Rela berkorban, pantang menyerah, berani membela kebenaran, berjuang sampai titik darah penghabisan, ikhlas menolong siapa saja. Sejak kecil kita dikenalkan pada para pahlawan bangsa dengan teladan-teladannya, tetapi seringkali semua itu hanya sebagai ilmu yang terlewatkan setelah kita ulangan. Nilai-nilai luhur kepahlawanan justru mulai luntur karena kita merasa sudah merdeka dan kita disibukkan dengan upaya-upaya memenuhi kebutuhan hidup dan memperkaya diri.Indonesia masih butuh pahlawanApa kita masih perang, sehingga butuh pahlawan? Ya. Perang di zaman ini memang beda bentuknya. Kita masih berperang melawan ketidakadilan, kurangnya pemerataan, perang melawan korupsi, perang melawan bobroknya birokrasi, perang melawan sistem pengelolaan keuangan negara yang masih sering bocor dan tidak hemat. Kita juga perang melawan rusaknya mental bangsa, melawan kemacetan, melawan sikap hedonisme. Kita juga berperang melawan usaha-usaha sebagian kelompok masyarakat yang ingin menggerogoti ideologi negara, Pancasila. Masih banyak persoalan bangsa yang harus kita perangi. Belum lagi perang melawan diri sendiri terhadap kemalasan, mau menang sendiri, ketidakpedulian dan lain-lain.69 tahun setelah merdeka ternyata sikap-sikap kepahlawanan itu mulai luntur, semangat yang berkobar di dada pahlawan dengan perjuangan tanpa kenal lelah sampai kehilangan nyawa tak lagi merebak di dada orang Indonesia masa kini. Mereka masih berpedoman bahwa pahlawan adalah sosok yang memegang bambu runcing, memakai ikat kepala merah putih dan berperang dengan penjajah. Tak sadar bahwa dirinya sendiri saat ini juga menghadapi penjajah dalam bentuknya yang berbeda. Tidak ada bentuk fisik lawannya, tetapi tanpa disadari telah menggerogoti bangsa ini.Penjajah yang paling sulit dilawan adalah ego diri. Kita tak lagi dijajah oleh bangsa lain. Kita dijajah oleh bangsa kita sendiri karena sulitnya mengatasi perbedaan pendapat. Bangsa Indonesia berhenti, jalan di tempat ketika elite politiknya saling ngotot dan tidak bisa mengatasi perbedaan yang terjadi. Bangsa Indonesia sudah terjajah oleh kebijakan yang salah selama bertahun-tahun dalam pengelolaan kekayaan negara. Kita ini katanya kaya akan sumber daya alam, tetapi kita juga sekaligus miskin karena terjerat oleh harga BBM. Kita juga terjajah oleh kesalahan sistem dalam pengambilan kebijakan yang selalu berganti-ganti karena pengelolanya ganti. Banyak biaya besar yang terbuang percuma dan rakyat tak bisa berbuat apa-apa. Dengan demikian perjuangan para pahlawan di negara ini masih harus diteruskan, dan masih dibutuhkan pahlawan-pahlawan untuk berperang melawan penjajah baru.Tantangan pahlawan masa kiniPahlawan masa kini tak perlu atribut, pahlawan masa kini cukup dimulai dengan niat dan tindakan. Siapa saja bisa menjadi pahlawan di posisinya masing-masing dengan meneladan sikap para pahlawan. Menjadi generasi yang tidak membebani negara karena bersikap yang kurang terpuji, menjadi generasi yang lebih suka mendahulukan kewajibannya daripada memperjuangkan tuntutannya. Menjadi generasi yang bisa memberi solusi dan bukan pintar mengkritisi saja. Perjuangan bangsa Indonesia masih banyak dan panjang, setiap generasi membutuhkan pahlawan. Bukankah untuk menjadi pahlawan, tak harus selalu dicatat sejarah. Hal yang terpenting adalah kiprah sang pahlawan mempunyai nilai manfaat nyata, meskipun itu bukan sesuatu yang besar hingga menggemparkan jagad atas upaya perjuangannya dan tidak membuatnya jadi orang terkenal.Bersyukur, saat ini mulai muncul sosok-sosok yang berani beda dalam berkiprah. Mereka adalah pahlawan masa kini yang aksinya dapat menginspirasi banyak orang melalui tindakan nyata yang bermanfaat bagi masyarakat di sekelilingnya. Semoga makin bermunculan pahlawan masa kini yang dapat menumpas penjajah baru dan dapat membawa pencerahan kepada bangsa Indonesia.Selamat Hari PahlawanMelacak Konsep Pahlawan Di Jaman Modernby hmipeternakanugm2013_man_of_steel_movie-wide (Medium)Indonesia adalah negara yang banyak sekali memiliki pahlawan, tercatat sampai tahun 2014 ada 147 pahlawan yang terdaftar sebagai pahlawan nasional [kemensos ]. Jumlah pahlawan yang banyak itu, disebabkan oleh proses kemerdekaan yang berdarah-darah dan memakan banyak korban. Sosok pahlawan yang muncul ketika itu adalah mereka yang berani berjuang demi Indonesia, mempertaruhkan segalanya untuk kemerdekaan negara ini. Jaman itu, pahlawan adalah sosok yang kental dengan jiwa nasionalisme dan patriotisme. Saat ini, Indonesia sudah merdeka 69 tahun lamanya, bahkan sudah berada di jaman serba modern. Konsep kepahlawanan pun pasti berubah, seiring perubahan pola masyarakat modern yang cenderung individualis-pragmatis.Pahlawan Dalam Konteks Jaman PahitIstilah pahlawan dalam literatur barat adalah hero yang merujuk pada sosok manusia setengah dewa. Hero adalah sosok dalam mitologi kuno yang diberi karunia luar biasa berupa kekuatan dan keberanian, dan selalu membela kebenaran dan kaum yang lemah. Sedangkan menurut KBBI, pahlawan adalah orang yang menonjol karena keberanian dan pengorbanannya dalam membela kebenaran. Secara etimologis, pahlawan berasal dari bahasa Sanskerta, yakni phala yang berarti buah atau hasil. Sederhananya, pahlawan adalah seseorang yang menghasilkan atau membuahkan sesuatu.Menilik kembali sejarah kemerdekaan Indonesia, sosok seperti hero dan pahlawan menurut KBBI banyak sekali ditemukan. Pengorbanan mereka dalam membela kebenaran, yakni kemerdekaan bagi bangsanya dan membebaskan bangsa ini dari tangan penjajah, menjadikan mereka lekat dengan sosok pahlawan. Masyarakat saat itu pun memang dalam kondisi tertindas dan lemah secara nyata. Apa yang mereka cita-citakan seragam, yakni merdeka, yang benar adalah yang hidup layak tanpa penjajahan, sehingga orang-orang yang menonjol, yang berani memperjuangkan yang benar, entah dengan mengorbankan pikiran, tenaga, darah dan uang, layak mereka sebut sebagai pahlawan.Penganugerahan gelar pahlawan nasional pertama kali dilakukan pada tahun 1959. Orang pertama yang terdaftar adalah Abdul Muis[ http://www.tempointeraktif.com/hg/kesra/2010/11/10/brk,20101110-290887,id.html%5D. Kita mungkin hanya mengenal beliau melalui novelnya yang berjudul Salah Asuhan (1928), namun beliau ternyata pernah memimpin demonstrasi besar-besaran pada tahun 1922 di Yogyakarta, dan akhirnya ditangkap oleh Belanda sebelum dibuang ke Garut. Penganugerahan gelar kepahlawanan ini mempertimbangkan berbagai macam aspek yang linier, yakni konsensus (kesepakatan bersama), kontekstualitas (jaman dan perjuangannya), dan diferentiatif (apa yang membedakan pahlawan-bukan pahlawan).Pahlawan nasional yang terdaftar saat ini hidup di masa-masa sulit Indonesia untuk meraih kemerdekaan, jaman yang teramat pahit untuk dilalui. Mereka yang menjadi pahlawan adalah mereka yang memiliki jiwa patriot-nasionalis, rela sengsara untuk negaranya. Pahlawan yang muncul saat itu sangat erat kaitannya dengan konteks penjajahan. Mungkinkah muncul pahlawan baru, ketika konteks penjajahan tersebut sudah hilang di jaman modern ini?Pahlawan Dalam Masyarakat Modern : Mungkinkah?Indonesia sudah merdeka selama 69 tahun, bahkan telah memasuki era modern. Masyarakat modern yang cenderung individualistis-pragmatis ini tentu merubah konsep kepahlawanan yang sudah ada. Misalnya kasus sontek massal yang terjadi di Surabaya yang lalu. Seorang ibu yang membela kebenaran, bahwa menyontek itu adalah sesuatu yang tidak benar, malah menjadi sasaran caci maki warga. Pola masyarakat seperti ini bisa jadi mengikis sikap-sikap ke-pahlawan-an yang tumbuh, dan bahkan bisa membuat definisi atas sikap ke-pahlawan-an yang baru. Seorang ibu di Surabaya tadi yang terang-terang membela kebenaran, bisa jadi kalah simpatik oleh Batman, Spiderman, Superman yang membela kebenaran dalam layar televisi. Jangankan penganugerahan, penghargaan dari masyarakat atas sikap ibu tadi saja tidak ada.Sikap masyarakat modern ini membunuh pahlawan-pahlawan yang mungkin muncul. Istilah yang muncul untuk merespon pahlawan itu sendiri, seperti sok pahlawan dan pahlawan kesiangan adalah akibat dari hilangnya konsep pahlawan dalam masyarakat modern. Terlebih saat ini, masyarakat modern cenderung melihat popularitas sebagai sesuatu yang harus dikejar. Sehingga orang-orang yang menunjukan sikap ke-pahlawan-an dalam bentuk perbuatan, hanya dianggap mencari popularitas semata. Kasus balita bernama Yue-yue di China baru-baru ini adalah contoh riil bagaimana respon masyarakat modern terhadap orang yang bisa disebut sebagai pahlawan.Ada yang berubah dalam melihat konsep ke-pahlawan-an di jaman modern ini. Dahulu ketika Indonesia berjuang meraih kemerdekaan, mereka yang berjiwa patriot dan nasionalis bisa disebut sebagai pahlawan. Namun, saat ini ketika masih ada orang-orang yang memiliki jiwa patriot dan nasionalis hanya berhenti pada istilah aktivis. Pun ketika ada beberapa orang yang akhirnya mati karena keyakinannya atas apa yang benar, dianggap mati konyol. Perubahan-perubahan ini mungkin memunculkan konsep ke-pahlawan-an baru, menggantikan konsep yang lama. Konsep ke-pahlawan-an memang harus melihat kontekstualitas jaman. Jaman serba praktis dan canggih ini tentu memiliki konsep ke-pahlawan-an baru yang bisa diterima oleh masyarakat modern itu sendiri.Melihat gejala-gejala modernitas, yang berpengaruh terhadap perubahan pola dan perilaku masyarakat modern, pahlawan-pahlawan yang muncul tidak melulu harus berjuang dan berdarah-darah. Tidak melulu harus mendedikasikan jiwa raganya untuk kepentingan orang banyak dan negara. Pahlawan-pahlawan masa kini, sangat mungkin muncul dari televisi, bahkan jejaring sosial. Pemain sinetron, atlet sepakbola, musisi, pemenang kontes kecantikan, kontes bakat, bisa dianggap sebagai pahlawan sesuai dengan perubahan pola pikir masyarakat dalam memaknai definisi pahlawan. Pahlawan di jaman modern tidak lagi harus memiliki jiwa patriot, rela berkorban, dan berani membela yang benar, namun lebih kepada kepopuleran dan berpengaruh terhadap dinamika kehidupan masyarakat modern. Seperti itukah konsep pahlawan di jaman modern?________________________________________ menyambut hari pahlawan 10 november 2014MENCARI PAHLAWAN INDONESIAPublished by Umul Salim on November 2nd, 2013 01:18 PM | Artikel Asslamu alaikum wr.wb O, Pahlawan, dimana kah dirimu kami meridukan kehadiranmu. yang dulu gagah berani membela kami yang tertindas, kini engkau pergi entah kemana, apakah wanita negeri ini tidak mampu lagi melahirkan pahlawan.? ataukah seperti wanita arab yang tidak mampu melahirkan pahlawan seperti Khalik bin Walid.? atau biarlah kepada diriku saja berkata jadilah pahlawan itu. Munculkanlah Naluri kepahlawanan didalam dirimu karena pekerjaan-pekerjaan besar hanya dapat diselesaikan oleh mereka yang mimiliki naluri kepahlawanan. pahlaman bukan hanya di kagumi tetapi juga di teladani. Saudaraku yang paling dekat dari naluri kepahlwanan adalah Keberanian. Naluri kepahlawan adalah akar dari pohon kepah-lawanan. Akan tetapi, Keberanian adalah batang yang menegakkannya. Namun tidak ada Keberanian yang sempurna tanpa Kesabaran. Sebab Kesabaran adalah nafas yang menentukan lama tidaknya sebuah keberanian bertahan dalam diri seorang pahlawan. Maka, ulama kita dulu mengatakan, Keberanian itu sesungguhnya hanya-lah kesabaran sesaat. Seseorang disebut pahlawan karena timbangan kebaikannya jauh mengalahkan timbangan ke-burukannya, karena kekuatannya mengalahkan sisi kelemahannya. Akan tetapi, kebaikan dan kekuatan itu bukanlah untuk dirinya sendiri, melainkan merupakan rangkaian amal yang menjadi jasanya bagi kehidupan masyarakat manusia. Maka, Rasulullah saw ber-kata, Sebaik-baik manusia adalah manusia yang paling bermanfaat bagi manusia yang lain. Maka keempat makna sifat ini rasa tanggung jawab, Naluri Kepahlawanan, beranian jiwa, kesabaran serta semangat pengorbanan sebagai kata kunci kepahlawanan seseorang. Para pahlawan mukmin sejati tidak akan membuang energi mereka untuk memikirkan seperti apa ia akan ditempatkan dalam sejarah manusia. Yang mereka pikirkan adalah bagaimana mereka meraih posisi paling terhormat di sisi Allah SWT. Pahlawan selalu berpikir besar dan mempunyai keyakinan dalam memecahkan suatu persolan dan berusaha keluar dari urusan itu. Para pahlawan mukmin sejati me-nyadari dengan baik bahwa mereka lahir untuk sebuah misi besar maka dibutuhkan Optimisme yang tinggi bahwa mereka akan memperoleh kemenangan dari Allah SWT. Pahlawan sejati tidak membeda-bedakan pekerjaan besar dan kecil mereka hanya fokus apa yang bisa mereka berikan karena Ia sadar hidup dan matinya hanya untuk Allah. Rasulullah saw pernah bersabda, Jangan pernah meremehkan suatu kebaikan, walaupun itu kecil!. Pahlawan sejati selalu unggul dalam kekuatan spiritual dan semangat hidup. Senantiasa ada gelombang gairah kehidupan yang bertalu-talu dalam jiwa mereka. Itulah yang membuat sorot mata mereka selalu tajam, di balik kelembutan sikap mereka. Pahlawan selalu mengetahui kadar kepahlawanan dari setiap perbuatan dan karyanya. kapan seseorang menjadi pahlawan.? kita tidak mengetahui kapan datangnya momentum itu. mereka tidak pernah mempersoalkan secara berlebihan masalah peluang sejarah. yang ada hanyalah bagaimana mencapai kematangan pribadi karena dari situ memeperoleh peluang sejarah. Jangan pernah menyangka bahwa seorang pahlawan selalu meraih prestasi-prestasinya dengan mulus, atau bahkan tidak pernah mengenal kegagalan. Bahkan teman bisa menjadi musuh dalam selimut. Sejarah mencatat pembebaskan Konstantinopel bukanlah pekerjaan mudah bagi seorang pemuda berusia 23 tahun setangguh Muhammad AI-Fatih,. Bentuk lain dari rintangan yang menghadang seorang pahlawan adalah Musibah. Misalnya, kematian orang terdekat seperti yang dialami Rasulullah saw saat meninggalnya Khadijah ra dan Abu Thalib. Namun para pahlawan selalu menemukan celah dibalik kebuntuan , justru dari keterbatasan memberikan fokus pada arah dan target serta konsentrasi yang kuat. Didalam diri pahlawan terdapat Ruh, ruh itu adalah perlawanan. Ketika Hekmatyar bersama tiga puluh orang Mujahidin Afghanistan dikepung tentara Uni Soviet, mereka memutuskan untuk tidak menyerah. Mereka tidak mau sia-sia. Mereka harus melawan tank-tank sadis itu, walaupun hanya dengan batu. Jihad pun dimulai, sampai empat belas tahun kemudian mereka menang, Adapun Bangsa Indonesia mengusir penjajah Belanda dan Jepang hanya dengan bambu runcing. Didalam diri Sesorang harus memiliki Imajinasi, mimpi, firasat serta harga diri. Seorang pahlawan harus tau kondisi medan jihad serta mimpi sebagai motivasi yang akan dicapai serta firasat akan kemenangan sehingga melahirkan soliditas dalam struktur jiwa kita yang kokoh. pendengaran jiwa yang sangat peka. la dapat menangkap semua panggilan kepahlawanan, dari mana pun datangnya panggilan itu dan sekecil apa pun suara panggilan itu. Meskipun biasanya para pahlawan muncul dari keluarga pahlawan, tetapi selalu ada pengecualian. Kepahlawanan ternyata tidak selalu terwariskan kepada anak cucu. Namun Allah Swt melakukan pergiliran tokat kepahlawanan sebagai bukti Keadilan-Nya. Maka bangkitlah pahlawan itu ada disini, Masih mungkin. Dengan satu kata: para pahlawan. Tapi jangan menanti kedatangannya atau menggodanya untuk hadir ke sini. Sekali lagi, jangan pemah menunggu kedatangannya, seperti orang-orang lugu yang tertindas itu; mereka menunggu datangnya Ratu Adil yang tidak pemah datang. Mereka tidak akan pemah datang. Mereka bahkan sudah ada di sini. Mereka lahir dan besar di negeri ini. Mereka adalah aku, kau, dan kita semua. Mereka bukan orang lain. Mereka hanya belum memulai. Mereka hanya perIu. berjanji untuk merebut takdir kepahlawanan mereka; dan dunia akan menyaksikan gugusan pulaupulau ini menjelma menjadi untaian kalung zamrud kembali yang menghiasi leher sejarah. Itulah Resensi buku Mencari Pahlawan Indonesia yang lebih ditekankan kepada sosok Umar bin Khatab dengan ketegasannya sampai setan takut, Khalik bin Walid pejuang yang gagah berani yang dalam sejarah peperanganya tidak pernah kalah berani serta Muhammad AI-Fatih yang menaklukan benteng konstatinopel di umur 23 tahun dan Rasululah berkata sebaik-baik pasukan adalah pasukan yang membebaskannya dan sebaik-baik komandan adalah komandan yang memimpin pembebasan itu. Menurut Anis, sejarah sesungguhnya merupakan industri para pahlawan. Dalam skala peradaban setiap bangsa bergiliran merebut piala kepahlawanan.. dan salah satu kelemahan umat islam adalah umat Islam tidak pernah belajar dari sejarah masa lalu.wassalam.Resume buku Mencari Pahlawan Indonesia, karya ustadz ANIS MATTA, Lc. Rasulullah SAW memberitahukan bahwa di akhir zaman sebelum munculnya Al-Mahdi, umat akan ditimpa musibah besar, seperti cobaan dan siksaan berat yang dilakukan oleh para pemimpin dan hakim yang zalim. Mereka mempersempit ruang gerak orang beriman sehingga seseorang akan berharap dapat menempati seperti tempat saudaranya yang sudah meninggal agar terbebas dari cobaan, siksaan, kejahatan, dan kezaliman para pemimpin tersebut. Kondisi itu akan terus berlangsung hingga munculnya Al-Mahdi untuk menghukum mereka. Ia memenuhi bumi ini dengan kabaikan dan keadilan, sebagaimana sebelumnya bumi ini telah dipenuhi dengan kezaliman dan pembunuhan.Dari Abu Said Al-Khudri ra bahwa Rasulullah SAW bersabda, Akan turun kepada umatku di akhir zaman nanti cobaan yang dahsyat dari pemimpin mereka. Belum pernah terdengar cobaan yang lebih dahsyat darinya sehingga bumi yang luas itu terasa sempit bagi mereka karena bumi dipenuhi dengan kejahatan dan kezaliman. Seorang mukmin tidak mendapatkan tempat berpindah dari kezaliman itu. Kemudian, Allah Azza wa Jalla mengutus seseorang dari keturunanku. Dia akan memenuhi bumi dengan keadilan sebagaimana bumi dipenuhi dengan kejahatan dan kezaliman. Penduduk bumi dan langit ridha dengannya, dan bumi tidak menyimpan sesuatu pun dari bijinya, kecuali mengeluarkannya. Begitu juga dengan langit, kecuali Allah menuangkannya ke bumi. Ia hidup di tengah-tengah mereka selama tujuh, delapan, atau sembilan tahun agar semua yang hidup dan mati menikmati apa yang tellah diperbuat Allah Azza wa Jalla terhada penduduk bumi dari kebaikan-Nya.(HR Hakim)Kondisi ini merupakan rangkaian dari bencana sebelumnya. Kezaliman mengakibatkan kondisi seperti ini. Begitu juga dengan berbagai fitnah, kejahatan, kezaliman pemimpin terhadap rakyatnya, dan sedikit rezeki serta kebajikan. Semua itu mengakibatkan kebimbangan manusia antara beriman dengan kufur.Dari Abu Hurairah ra bahwa Rasulullah SAW bersabda, Kiamat tidak akan terjadi hingga seseorang yang melewati kuburan dan mengatakan, seandainya aku dapat menempati tempatnya.(HR Asy-Syaikhoni)Renungkanlah! Bukankah hal-hal ini sudah terjadi di depan mata kita? Bukankah banyak pemimpin yang dzalim kepada rakyatnya di zaman sekarang? Dan tidak hanya itu, kebodohan pun menyebar di zaman sekarang, dimana berita-berita fitnah banyak tersebar, sementara kebenaran sengaja ditutup-tutupi dan orang-orang cendrung mendengarkan perkataan orang-orang bodoh, dibandingkan perkataan para ulama. Inilah pertanda bahwa kita hidup di akhir zaman.Semoga Allah melindungi kita dan menjauhkan kita dari fitnah di akhir zaman ini.Ketika seorang muslim telah merdeka secara aqidah, terbebas dari segala bentuk penghambaan terhadap makhluk. Maka akan muncul rasa kebencian terhadap segala bentuk kesyirikan yang terjadi di sekitarnya. Ketika kemerdekaan dari sisi aqidah ditunjang dengan kekuatan keimanan maka akan muncul sebuah tindakan untuk menghancurkan segala kesyirikan yang terjadi di sekitarnya. Sama halnya seperti seorang yang benci terhadap segala bentuk penjajahan yang menimpa bangsanya. Maka orang yang merdeka secara aqidah juga akan berusaha memerdekakan aqidahnya serta aqidah saudara-saudaranya dari segala bentuk kesyirikan.Seseorang yang memiliki kemerdekaan dari sisi aqidah akan berjuang sekuat tenaga, mengeluarkan segala daya dan upaya yang bisa ia lakukan serta tidak segan-segan untuk mengorbankan diri dan harta yang dimilikinya agar orang-orang lain dapat merdeka juga dari sisi aqidah. Selain itu seseorang yang memiliki kemerdekaan dari sisi aqidah, aktivitas-aktivitas kebaikan yang dilakukannya tidak akan mampu dihalangi atau dihambat oleh manusia atau yang lainnya.Halangan yang datang dari luar dirinya akan mampu dilewatinya dengan baik ketika seseorang memiliki kemerdekaan dalam aqidah. Karena seseorang yang memiliki kemerdekaan dalam aqidah, hanya menggantungkan hidupnya kepada Allah swt. Semua yang terjadi pada dirinya, baik ataupun buruk semuanya sudah diatur oleh Allah swt. La hawwala walla quwwata illa billah. Tidak daya upaya melainkan pertolongan Allah. Itulah prinsip yang dipakai oleh seseorang yang merdeka secara aqidah.Jadi tahapan pertama yang harus dan mesti dilewati seseorang agar mampu menjadi pahlawan bagi agama Islam adalah dia harus memerdekakan dirinya terlebih dahulu. Memiliki kemerdekaan dari sisi aqidah. Merdeka dari segala bentuk penghambaan terhadap makhluk, merdeka dari segala bentuk penyembahan selain kepada Allah swt. Karena hanya Allah swt satu-satunya Dzat yang pantas, layak dan seharusnya kita sembah. Dan hanya kepada Allah swt kita seharusnya menghambakan diri.Wallahu alam bissawwab.Sumber: http://www.dakwatuna.com/2013/01/04/26263/menjadi-pahlawan-islam-menjadi-pribadi-yang-merdeka-2/#ixzz3ng6nbJ23Follow us: @dakwatuna on Twitter | dakwatunacom on Facebook