pajak bung a dalam hubungan internasional dan …

10
137 PAJAK BUNG A DALAM HUBUNGAN INTERNASIONAL DAN CARA PENGHINDARAN PAJAK BERGANDA. _____ oleh: B 0 h a r i, SH _______ _ I. PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara yang se- dang berkembang dan yang sedang me- lakukan pem bangunan secara besar-be- saran, sangat membutuhkan modal asing dari luar negeri, tenaga-tenaga ahli, teknologi ser!a know how. Se- jalan dengan itu garis besar politik perpajakan negara dalam menghadapi pembangunan meliputi peningkatan ta- bungan pemerintah melalui peningkat- . an penerimaan, perangsang tabungan masyarakat, mendorong investasi dan produksi serta mem bantu redistribusi . penghasilan kearah yang lebih seim- bang dan mudah didalam administra- sinya. Dalam rangka usaha tabungan pemerintah melalui peningkatan pe- nerimaan, penanaman modal asing pada dewasa ini merupakan sumber penerimaan dari sektor perpajakan. 1 ). Perusahaan-perusahaan modal asing yang secara langsung berusaha dan me- nanamkan modalnya di Indonesia ber- dasarkan undang-undang Penanaman Modal Asing merupakan sumber pene- rimaan pajak yang baru, karena at as labanya yang diperoleh akan dikena- kan pajak perseroan, ' dan bagi yang untuk sementara mendapatkan masa bebas pajak, sesudah masa bebas pa- l). Penjelasan · Undang-undang No_ 1 ta- hun 1967 ten tang. Penanaman Modal Asing, dimuat . dalam "Himpunan Per- alUran Penmdang-undangan tentang Masaalah Orang Asing ", - oleh : . SUNTJAYA, Penerbit : LUKITA - Jakarta, 1976, hal. 297 _ ' . . jak tersebut berakhir, disamping dike- nakan pajak perseroan juga akan di- kenakan p!ijak-pajak lainnya ' seperti pajak penjualan dan pajak-pajak daerah. ,Disamping perusahaan-perusahaan modal asing yang secara langsung me- lakukan usaha dan menanamkan rna- dalnya di Indonesia, terdapat perusa- haan-perusahaan asing baik perorangan maupun badan-badan, yang secara ti- dak 'langsung melakukan usaha di In- donesia, misalnya dengan cara memin- jamkan modal kepada perusahaan-pe- rusahaan baik asing maupun bukan asing yang berusaha di Indonesia, un- tuk mana sipemilik modal di luar ne- geri itu memperoleh keuntungan berupa bunga atas pinjaman uang terse but. Berdasarkan ketentuan per- p!ijakan yang ada, keuntungan yang di- peroleh sipemilik modal di luar negeri bunga itu, tid ,ak dapat dikenakan pa- jak pendapatan atau pajak perseroan. Keadaan demikian itu sudah barang tentu merugikan penerimaan Negara . ' dan tidak dapat dibiarkan terus. Te- lah menjadi pengeta.Q.uan umum, bah- wa dalam dunia niaga yang modern, pembiayaan perusahaan untuk an ' besar dilakukan , dengan modal pinj am an, atas pinjaman mana harus dibayar bunga. Dengan adanya pena- naman modal oleh ' berbagai negara, dapatlah dibayangkan betapa luasnYa peranan yang dimainkan oleh bunga,

Upload: others

Post on 03-Dec-2021

8 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PAJAK BUNG A DALAM HUBUNGAN INTERNASIONAL DAN …

137

PAJAK BUNG A DALAM HUBUNGAN INTERNASIONAL DAN CARA PENGHINDARAN PAJAK BERGANDA.

L-.._~ _____ oleh: B 0 h a r i, SH _______ _

I. PENDAHULUAN.

Indonesia sebagai negara yang se­dang berkembang dan yang sedang me-

lakukan pem bangunan secara besar-be-saran, sangat membutuhkan modal asing dari luar negeri, tenaga-tenaga ahli, teknologi ser!a know how. Se­jalan dengan itu garis besar politik perpajakan negara dalam menghadapi pembangunan meliputi peningkatan ta­bungan pemerintah melalui peningkat- . an penerimaan, perangsang tabungan masyarakat, mendorong investasi dan produksi serta mem bantu redistribusi . penghasilan kearah yang lebih seim­bang dan mudah didalam administra­sinya. Dalam rangka usaha tabungan pemerintah melalui peningkatan pe­nerimaan, penanaman modal asing pada dewasa ini merupakan sumber penerimaan dari sektor perpajakan. 1).

Perusahaan-perusahaan modal asing yang secara langsung berusaha dan me­nanamkan modalnya di Indonesia ber-dasarkan undang-undang Penanaman Modal Asing merupakan sumber pene­rimaan pajak yang baru, karena at as labanya yang diperoleh akan dikena­kan pajak perseroan, ' dan bagi yang untuk sementara mendapatkan masa bebas pajak, sesudah masa bebas pa-

l). Penjelasan · Undang-undang No_ 1 ta-hun 1967 ten tang. Penanaman Modal Asing, dimuat .dalam "Himpunan Per­alUran Penmdang-undangan tentang Masaalah Orang Asing ", - oleh :

. SUNTJAYA, Penerbit : LUKITA -Jakarta, 1976, hal. 297 _ ' . .

jak tersebut berakhir, disamping dike­nakan pajak perseroan juga akan di­kenakan p!ijak-pajak lainnya ' seperti pajak penjualan dan pajak-pajak daerah.

,Disamping perusahaan-perusahaan modal asing yang secara langsung me­lakukan usaha dan menanamkan rna­dalnya di Indonesia, terdapat perusa­haan-perusahaan asing baik perorangan maupun badan-badan, yang secara ti­dak ' langsung melakukan usaha di In­donesia, misalnya dengan cara memin­jamkan modal kepada perusahaan-pe­rusahaan baik asing maupun bukan asing yang berusaha di Indonesia, un­tuk mana sipemilik modal di luar ne­geri itu memperoleh keuntungan berupa bunga atas pinjaman uang terse but. Berdasarkan ketentuan per­p!ijakan yang ada, keuntungan yang di­peroleh sipemilik modal di luar negeri bunga itu, tid,ak dapat dikenakan pa­jak pendapatan atau pajak perseroan. Keadaan demikian itu sudah barang tentu merugikan penerimaan Negara . '

dan tidak dapat dibiarkan terus. Te-lah menjadi pengeta.Q.uan umum, bah­wa dalam dunia niaga yang modern, pembiayaan perusahaan untuk sebagi~ an ' besar dilakukan , dengan modal pinj am an, atas pinjaman mana harus dibayar bunga. Dengan adanya pena­naman modal oleh ' berbagai negara, dapatlah dibayangkan betapa luasnYa peranan yang dimainkan oleh bunga,

Page 2: PAJAK BUNG A DALAM HUBUNGAN INTERNASIONAL DAN …

138

sehingga bumi Indonesia selain menge­luarkan hasil-hasil alamnya yang dibu­tuhkan untuk komsumsi dunia, juga harus mengeluarkan hasil modalnya dalam bentuk bunga dalam jumlah yang cukup berarti.

Bunga itu selain beredar didalam negeri, banyak pula 'Yang mengalir keluar negeri, dari mana pinjaman itu berasal. Adalah suatu hal -yang wajar, bila atas hasil ini yang keluar dari bumi kita dibebani pajak. Bilamana hal ini tidak dilakukan maka negara lain dim an a penerima bunga itu ber­tempat tinggal atau berkedudukan yang akan mendapatkan keuntungan dengan memungut pajak atas hasil terse but, yang berarti bahwa negara kita mengalihkan hak memungut pa­jaknya pada negara lain, yang menga­kibatkan kerugian finansiil bagi negara kita yang just:p1 pada dewasa ini sa­ngat memerlukannya.

Disamping peminjaman uang seperti diuraikan diatas, terdapat pula orang­orang atau badan-badan yang ber­temp at tinggal atau berkedudukan di luar negeri yang menyerahkan peng­gunaan hak PATEN/OKTROI,lisen­si, merek dagang, pola, rencana rahasia perusahaan ataupun menyewakan alat­'alat dan perlengkapan perindustrian, perniagaandan ilmu pengetahuan ke­pada perusahaan-perusahaan di Indo­nesia, untuk mana diperoleh pem­bayaran balas jasa atau uang sewa, yang lazim disebut royalty. 2). '

Pad a umuinmnya hukulll berlaku didalam wilayah negara ya'ng bersang­ktitan. Tetapi hukum yang mengenai "Status dan Wewenang" seorang war-

. ga negara mengikuti < warga negara ' itu dimana ia berada. Hukum Pajak

Indonesia merupakan bagian dari ------------------2). Drs. B. Boediono, - Uraian Dasar

Pajak atas Bunga, Dividen dan Royal· ty, diterbitkan oleh : Majalah Ming· guan "Berita Pajak", hal. 110 sId 111

Hukum dan Pembangunan

, '

Hukum Publik ini terbatas pada wi-layah. Untuk dapat dikenai pajak, ba­ik yang bertalian dengan subyeknya maupun yang bertalian dengan obyek­nya yang ada diluar wilayah Indone­sia harus ada sesuatu hubungan de­ngan Indonesia secara erat yang da­lam bahasa Jellilan disebut zuge· horigkeit. Zugehorigkeit. dapat ber­sifat ekonomis ataupun bersifat ke­negaraan. Orang atau badan yang ber­tempat tinggal atau berkedudukan diluar negeri pada prinsipnya tidak akan dikenakan p,yak di Indonesia begitu saja, kecuali jika dipenuhi satu syarat yaitu antara lain mempunyai hubungan ekonomiS atau hubungan kenegaraan dengan Indonesia, umpa­manya mempunyai harta tak berge­rak di Indonesia, ·atau melakukan pe­rusahaan di Indonesia yang disini di­lakukan dengan perantluaan wakilnya atau dengan sesuatu PERMANENT ESTABLISHMENT, atau melakukan jabatan pemerintah di luar negeri.

II. YURIDIKSI HUKUM PAJAK IN· TERNASIONAL. Ada dua prinsip yang dipakai ne­

gara sebagai dasar wewenangnya untuk memungut pajak yaitu :

a. status dari wajib pajak, b. sum ber pendapatannya.

Negara-negara yang menggunakan status wajib pajak sebagai pangkal, biasanya mendas<lrkan pungiltan atas hubungan an tara w,yib p,yak dengan negara yaitu berdasarkan :

a. kewarganegaraan, b. temp at tinggal/domisili, c. sumbernya.

Prinsip kewarganegaraan pada umumnya tidak dipakai lagi. Indo­nesia pada pajak bangsa asing masih menggunakan azas , kewarganegaraan yang negatip, bahwa yang dikenakan p,yak bangsa asing adalah mereka yang bukan warga negara Indonesia .

Page 3: PAJAK BUNG A DALAM HUBUNGAN INTERNASIONAL DAN …

Pajak Berganda

Azas tempat tinggal atau domisili digunakan oleh Indonesia untuk me­ngenakan pajak berdasarkan world wi­de income. Tetapi sebaliknya Indone­sia menggunakan juga azas sum ber se­hingga hasil-hasil yang keluar dari sumber-sumber yang ada di wilayah Indonesia. Menuru t draft treaty O.E.C.D. (Organization for Economic Coorperation and Development) yakni suatu organisasi kerja sarna dan pe­ngem bangan ekonomi, un tuk penda­patan tertentu seperti bunga dan Di­viden, ada kecenderungan untuk le­bih mem berikan hak kepada negara dimana wajib pajak berdomisili un­tuk memungut pajaknya. Ini adalah sangat bertentangan dengan kehendak negara yang sedang berkembang.3).

III. SEBAB-SEBAB TERJADINYA PAJAK GANDA.

Wewenang negara untuk mengada­kan pemungutan yang didasarkan pada titik-titik pertautan dapat saling me­nindih lebih dari dua kali sehingga ter­jadi pajak ganda, dan hal ini akan di­rasakan oleh wajib pajak sebagai be­ban yang sangat memberatkan. Pajak ganda dapat terjadi karena :

a. perbedaan peraturan hukum, b. penjelasan yang berlainan dari per-

aturan.

Dapat dibedakan kelompok-kelompok pajak ganda internasional sebagai 00-rikut :

1. subyek yang sarna dikenakan pajak yang sarna di beberapa negara, ka­rena:

3).

a. Domisili rangkap. Wajib pajak di­anggap mempunyai domisili di­masing-masing negara, ini yang disebut Conflict of residence

Prof. DR. Rochmat Soemitro,­"Hukum Pajak Intemasional Indone­sia Perkembangan dan Pengaruhnya", cetakan I, P.T. ERESCO Jakarta -Bandung, 1977, hal. 21.-

139

rules.

b. Kewarganegaraan rangkap. Se­orang X oleh negara A dapat di­anggap sebagai warga negaranya karena ia dilahirkandari seorang warga negara A, sedangkan oleh negara B ia dianggap juga sebag~i warga negara B karena dilahirkan di wilayah negara B.

c. Bentrokan azas domisili dan azas ke bangsaan. •

Contoh : X karena bertempat tinggal di negara A, yang menga­nut azas domisili, dikenakan pa­jak oleh negara A untuk seluruh pendapatannya, yang diperoleh dimana saja, sedangkan oleh ne­gara B yang menganut azas ke­warganegaraan juga dikenakan pajak untuk seluruh pendapatan­nya, karena X adalah warga ne­gara dari negara B.

2. obyek yang sarna yang merupakan bagian dari pendapatan yang diper­oleh atas transaksi yang dilakukan di negara lain dikenakan pajak yang sarna lebih dari satu negara.

3. subyek yang sarna dikenakan pajak di negara tempat tinggal berdasar­kan world wide income, sedangkan di negara situs dikenakan pajak ber­dasarkan azas sum ber karena mem­punyai pendapatan yang berasal dari suatu sum ber yang ada di ne­gara itu. Disini ' terjadi bentrokan an tara azas domisili dan azas sumber.

Setiap negara, tentu akan menggu­nakan prinsip yang paling mengun­tungkan bagi negaranya, seperti negara negara kreditor yaitu negara yang biasanya merupakan negara yang SU­

dah maju yang rnengalirkan simpanan masyarakatnya ke negara-negara yang sedang berkembang untuk diinvestasi­kan disana, untuk pengenaan pajak,

Mant 1983

Page 4: PAJAK BUNG A DALAM HUBUNGAN INTERNASIONAL DAN …

,

-----------_____ , ,-, _U,,!.2_: .$ i; J, ( . _ I : he,," 2! Ii': e Ii i k

140

tentunya aKan menganut prinsip tem­pat tinggal (azas domisili) sedang ne­gara-negara yang sedang berkem bang in gin menerapkan azas sum ber yang menguntungkan baginya dan akan menolak prinsip pengenaan pajak atas hasil yang diperoleh dari modal yang diinvestasikan di negaranya di negara tempat tinggal si investor. Hal ini menjadi persoalan hangat antara developed countries dan less developed countries. Kalau terdapat pertentangan an tara kedua prinsip itu, jalan yang sebaiknya ialah dipu­tuskan dalam suatu peIjanjian pajak, walaupun dalam hal ini sudahada kabiasaaii. untuk mem berikan hak utama kepada negara sum ber.4).

IV. PEMAJAKAN ATAS BUNGA SERTA PENCEGAHAN PA­JAK GANDA.

Dalam sidang Ad Ho c Group of Experts on Tax Treaties pada umum­nya dapat disetujui pendapat bahwa tujuan dan pem buatan peIjanjian pen­cegahan pajak ganda antara negara­negara yang sudah maju dengan ne­gara-negara yang sedang berkembang harus dilihat dalam rangka hubungan ekonomis antara kedua negara itu dan atas keinginannya untuk memudahkan perdagangan antara kedua negara itu , lagi pula untuk meningkatkan pe­nanaman modal asing di negara-ne­gara yang sedang berkem bang. Ma­salah teknis perpajakan dan ber­bagai cara/alat untuk mencegah pajak ganda bukan merupakan satu-satunya masaalah yang harus dipecllhkan dalam peIjanjian itu dan bukan merupakan tujuan terakhir melairtkan hanya me-4). Prof. DR. Rochmat Soemitro - "Tin-

, .

jauan Yuridis ten tang Perjanjian An­tar (dua) Negara mengenai Penghin· daran Pajak Berganda In temasional" dihimpun dan diperbanyak oleh : (katan Mahasiswa Notariat Fakultas .

Hukum UNPAD Bandung, 1973, hal ,10 sId 11. -

Hukum dan Pembangunan

rupakan suatu alat untuk meningkat­kan perkem bangan ekonomi dari nega­ra-negara yang sedang berkem bang.

Sejarah menunjukkan bahwa per­janjian itu disusun dibawah pengaruh keadaan ekonomi, kebijaksanaan fis­kal, keuangan dan sosial dari masing­masing negara yang bersangku tan. Konsep reciprocity yang merupakan dasar dari peIjanjian antara dua ne­gara yang sudah berkem bang, tidak berlaku sarna antara n'egara yang ting­kat perkem bangan ekonominya ber­lain an. Taraf perkem bangan ekonomi yang berbeda antara negara yang ber­kern bang dengan negara yang sudan maju akan membawa konsekwensi be­rupa tidak terdapatnya manfaat yang tim bal-balik yang seim bang ' didalam hal mengadakan peIjanjian perpajakan bilateral. Hal ini dise babkan karena di dalam kenyataannya praktis tidak ada lalu lintas yang timbal balik dalam investasi modal. Arus modal hanya da­ri negara-negara yang sudah mliju se­bagai capital exporting country kearah negara-negara berkem bang se bagai ca­pital importing country. 5).

Undang-undang Penanaman Modal Asing telah dikeluarkan oleh beberapa negara yang sedang berkem bang seba­gai salah satu saraha unfuk menarik modal asing, namun pelaksanaannya masih subyek pada negosiasi-negosi­asi , satu dan lain berhubung adanya interest dari kedua pihak yang berbeda beda. Untuk itu bergaining posisinya dari masing-masing pihak sangat me­nentukan da!) biasanya dalam tahap­tahap pertama dim ana negara yang sedang berkem bang mem bu tuhkan / mengundang modal asing maka biasa­nya menunjukkan kedudukan sebagai

,

pihak yang lemah, walaupun sebenar-

5) Kumpulan Bina Pajak KOMPAS 1976 - 1977, ditcrbitkan oleh : " Yayasan Bina Pajak", - Jakarta, hal P 5 sid 126.

Page 5: PAJAK BUNG A DALAM HUBUNGAN INTERNASIONAL DAN …

,

Pajak 8erganda

nya tidak harus demikian. Karena itu dengan beberapa pengalaman kelemah­an tersebut dapat dihindari sehingga perjanjian-perjanjian yang tidak fair berobah menjadi fair.

Penanaman modal asing setiap ge­raknya selalu menghendaki mendapat­kan interest sebanyak-banyaknya di negara yang sedang berkem bang mau­pun dari negara asalnya sendiri, disini penanam modal asing mempunyai ke­bebasan untuk menentukan dim ana dan seberapa akan menanam modalnya menurut kehendaknya. Kebebasan pe­nanam modal ini tidak hanya terdapat dian tara negara-negara yang sedang berkem bang sen diri, melainkan juga antara negara yang sedang berkem bang dengan negara yang sudah maju.6).

Sampai sekarang oleh negara yang sudah maju dan negara yang sedang berkem bang dikatakan bah wa tujuan dari tax treat)' ialah untuk menghi­langkan "tax barrier" yang meng­halang-halangi pengaliran investasi, tenaga yang berpengalaman (skilled labour) dan pengetahuan teknis (tech­n ical kn owledge).

Anggota-anggota negara yang se­dang berkem bang menunjukkan bahwa perjanjian pajak harus diintegrasikan dalam sistim pajak dari negara yang bersangkutan, dan ditinjau dalam hu­bungan kebijaksanaan bantuan eko­nomis kepada negara-negara yang se­dang berkem bang.

Dalam hubungan internasional pen­dapatan yang diperoleh disuatu negara tcrtentu atau di bcberapa negara, da­pat berupa laba usaha, dividen, bunga, ruyalties, dan lain sebagainya, dan hasil-hasil ini ll1engalir kencgara lain,

6). Soemantoro, - "Aspek }fukLlm dall t:k(J/lomi dari Pellallaman Modal Asillg dalam Pemballgllllall ", - Lem · baga PClll'litian Hukum '& Kriminolo· gi Fakliitas 1I11kum UNPAD, llano dung, 1975, hal. 76 sId 77 . -

141

biasanya ketempat tinggal orang yang memiliki sumber-sumber pendapatan itu. Apabila pemajakan dari pendapat­an internasional itu tidak dikoordi­nasikan an tara negara-negara yang bersangku tan, hal ini akan mengakibat­kan suatu pemajakan yang lebih berat menekan wajib pajak, dari pada jika pendapatan itu diperoleh di satu ne­gara saja, karena baik negara sum ber

,maupun negara tempat tinggal secara bersam aan mengenakan pajak atas pendapatan yang sarna. Akibatnya ialah pajak yang kumulatif yang sa­ngat mengham bat atau merusak hu­bungan dagang an tara serta menggang­gu aliran modal, teknologi, tenaga kerja dan lain se bagainya.

Didalam model Convention OEeD, bUJlga diatur dalam pasal II yang berbunyi :

(1). Bunga yang berasal dari suatu negara pihak yang dibayarkan kepada penduduk negara pihak lainnya, dapat dikenakan pajak di negara lainnya itu.

(2). Namun demikian , bunga itu da­pat dikenakan pajak juga di ne­gara pihak tempat asal bunga itu, sesuai dengan hukum nega­ra itu , akan tetapi pajak yang di­kenakan sedemikian itu tidak boleh melebihi 10% dari jumlah bunga. Penguasa negara pihak yang berwcnang dalam suatu pcr­setujuan menentukan cara pcng­gunaan.

(3). Istilah bunga yang dipergunakan dalam pasal ini, meliputi juga hasil dari surat-surat perbenda­haraan negara, obligasi atau surat -surat hutang lainnya, baik yang dijaminhipothek maupun yang tidak.

(4) Ketcn tuan ayat 1 dan 2 tidak berlaku, apabila penerima bunga yang bcrtell1,pat tinggal di suatu

Maret /983

Page 6: PAJAK BUNG A DALAM HUBUNGAN INTERNASIONAL DAN …

142

negara pihak , di negara pihak lainnya, tempat asal bunga itu , memiliki seatu pendirian tetap (permanent establishment) yang bertalian erat dengan piutang itu, yang merupakan sum'ber dari bunga itu. Dalam hal demikian ketentuan pasal 7 berlaku.

Kalau dividen merupakan hasil dari modal yang dimasukkan dalam. suatu perseroan se bagai "Equity Capital" maka bunga adalah hasil dari modal yang dipinjamkan (loan capital). Walaupun kedua-duanya adalah hasil dari modal, namun masing-masing mempunyai sifat yang berlainan. kedudukan pemegang saham ikut serta dalam modal perseroan, dengan selu­ruh konsekwensinya, artinya bertang­gung-jawab sepenuhnya atas laba yang diperoleh perseroan, dalam perban­dingan modal yang dimasukkannya. Kreditur tanggung jawabnya tidak be­gitu luas seperti pemegang saham, tidak ikut menanggung kerugian yang diderita oleh perseroan- dan pula tidak mempunyai hak at as laba yang dipero­leh perseroan, tetapi setiap tahun ha­nya mempunyai hak mendapat bunga dari modal yang dipinjamkannya tak pandang apakah perseroan mendapat keuntungan atau tidak.

Dalam perdagangan in ternasional ja­rang sekali transaksi diselesaikan se­cara tunai, lebih-lebih kalau menyang­kut jumlah yang besar. Para Pembeli lazimnya oleh suppliersnya diberi ke­longgaran ?,aktu pembayaran 60 sam­pai 90 hari, setelah pem belian. Ini da­lam perdaganjran in ternasional dise bu t "Leveranciers Credit"atau. pembayar-

" an tangguh. Palla levenmcier juga tidak akan mampu berbuat demikian apabila tidak mendapat bantuan dari Bank atau lembaga kredit lainnya.

Transaksi barang modal atau peker­jaan umum yang meliputijumlah uang yang sangat besar, lazimnya tidak di-

_.n _ ' , ' , , OiL ,n"" • "_ " .. , ., ..... ,~¥ .. . ~v~ • . ~ •.• , .

Hukum dan Pembangunan

bayar sekaligus. Baik pem beli maupun penjual, apabila menyangkut jumlalf yang sangat besar, sering tidak mampu menyelesaikan pembayarannya tanpa bantuan suatu Bank. Ini sudah menjadi kebiasaan dalam perdagangan interna­sional, oleh karena itu mudah dime­ngerti pentingnya fungsi kredit dalam lapangan internasional, hal mana mengakibatkan timbulnya berpuluh­puluh perusahaan BankJatau lembaga­lembaga pemberi kredit. Bank atau badan atau orang yang meminjamkan uangnya mendapatkan bunga sebagai jasa tim bal penggunaan uangnya untuk ­waktu sendirinya akan dikenakan pa~

jak pendapatan atau perseroan. Bila si penerima itu adalah Bank atau, lembaga pemberi ,kredit, maka bunga yang diterimanya itu merupakan pen­dapatan kotor karen a tentunya ada biaya-biaya lain yang harus dibeban­kan pada pendapatan itu, dan kalau uang yang dipergunakan bank itu dipinjamkan dariorang lain, maka un­tuk itu bank harus juga membayar bunga, walaupun suku bunganya lebih rendah.7),

Masaalah yang dibicarakan oleh Ad Hoc Group dibagi dalam 4 macam:

a. pengertian bunga dan scope dari bunga,

b. negara mana yang berhak mengena­kan pajak,

c. apa dasar yang digunakan untuk mengenakan pajak, netto atau bru­to,

d. methode yang digunakan dan pen­cegahan pajak ganda.

ad.a. Pengertian serta scope bunga,

Apa yang dicakup oleh pengertian bunga?, Apakah bunga yang dim in ta­kan karen a adanya "deferred pay­ment" (pembayaran ditangguhkan) atau credit sales, tellllasuk juga dalam

Page 7: PAJAK BUNG A DALAM HUBUNGAN INTERNASIONAL DAN …

Pajak Berganda 143

pengertian bunga seperti dimaksudkan yang diberikan oleh pemerintah atau dalam pasal II. model convention OE- bagian dari pemerintah.8). CD sehingga merupakan obyek yang

Dalam undang-undang Penanaman dikenakan pajak?

Modal Asing No. I Tahun 1967, kre-Beberapa anggota developed coun- dit Luar Negeri tidak dimasukkan

tries con dong untuk mengecualikan dalam pengertian modal asing. Penge­bunga semacam itu dari pasal II mo- cualian ini dimaksudkan agar pemerin­del convention OECD. Jumlah pen- tah tetap ' menguasai secara langsung cicilan umpamanya yang merupakan alat-alat pembayaran luar negeri yang suatu pembayaran ali-in, artinya yang tercellnin dalam neraca pembayaran. ditentukan dalam suatu jumlah, tetapi Negara sendiri perlu menguasainya m.enganduR~ harga barang dan bunga- dalam peranannya melakukan investa­nya, meIli!n bulkan kesukaran, walau- si sendiri secara langsung dalam rang­pun mungkin juga diad~kan analisa ka pembangunan ekonomi terutarna dengan membandingkan j~mlah yang . menjaga kestabilan ekonomi dan mo-

.' , ., .. diterima dengan nilai tunai dari barang net¢r sementara pembangunan dilan-itu pada waktu dilakukan penjualan. carkan.9).

Jika suatu negara akan mengena-Bertalian dengan ini dikemukakan

kan pajak atas bunga dari credit sales, persoalan apakah sikap yang sarna ini

maka yang akan . dikenakan hanya • . . tidak dapat diberlakukan juga terha­

bunganya, tetapi harus diingat bahwa dap bunga atas pinjaman jangka pan­

credit sales khususnya yang berjang-jang yang diberikan oleh bank-bank,

ka panjang, pada umumnya tidak di-tetapi dijamin atau dibiayai kern bali

berikan oleh supplier itu sendiri de-oleh pemerintah.

ngan keuangannya sendiri, melainkan oleh bank atau lembaga kredit lain-

• •

nya, yang untuk itu harus juga me-ngam bil uang dari pasaran uang, yang dengan sendirinya harus juga dibayar bunganya.

Walaupun pada umumnya disetujui bahwa bunga dari defered payment jangka panjang (lebih dari 12 bulan) akan dikuasai oleh ketentuan dari ayat 3 pasal 11 model convention

. OECD, narnun untuk mencegah sa­lah faharn, diusulkan supaya pada ayat 3 itu ditam bahkan kata-kata "ter­masuk unsur bunga dari deferred pay­ment". Sebenarnya ada beberapa negara de-

. veloping countries yang keberatan atas tidak dikenakannya pajak atas bunga dari short credit sales. Dalam per­janjian perpajakan antara negara lazim­nya disetujui oleh negara-negara yang bersangkutan, bahwa tidak akan dike­nakan pajak atas bunga dari hu tang

ad. b. Negara mana yang berhak me­ngenakan pajak?

Seperti halnya dengan dividen, disi­ni juga saling berhadapan dua penda­pat yang berlainan. Anggota-anggota dari negara-negara yang sedang ber­kern bang berpendapat, bahwa pada prinsipnya negara sum berlah, yaitu negara dimana modal yang bersang­kutan digalakkan, semata-mata mem­punyai hak untuk mengenakan pajak atau sekurang-kurangnya mempunyai prioritas untuk itu. Sesuai dengan .. _----------------_ ..... - .. _-_.

8). Prof. DR. Rochmat Soemitro, - ibid hal. 242. -

9). Mustamin DG. Matutu. S.H. - "Be· berapa Catatan mengenai pengertian Modal Asing dan Penanaman Modal Asing dalam Un dang· Ulldang No. J talulli 1 967 tell tang Pellanaman 1110· dal Asing" Prasaran pada Seminar Economic Law. yang diadakan di Bandung tahun 1972. hal. II sId 12.-

Ma~t 198.1

Page 8: PAJAK BUNG A DALAM HUBUNGAN INTERNASIONAL DAN …

_. . . .. . ...... ..... , ... .. ~~-~ -.... --_ .... _-_ .. ~.------------" _i i'i:;;: " " "

: 144

itu menurut pendapat negara yang su-. dah maju (negara tempat tinggal kre­ditur) mempunyai kewajiban untuk menghindarkan teIjadinya pajak ganda dengan mem berikan tax credit atau exemption. Beberapa peserta develop- . ed countries sebaliknya berpendapat bahwa, sudah menjadi prinsip bahwa negara dim ana si kreditur bertempat tinggal, yaitu negara tempat asal uang itu, seharusnya yang mempu­nyai hak tunggal untuk mengenakan pajak atas bunga yang diperoleh kre­ditur terse"but. Sedangkan negara sum ber menuru t jalan pikiran me.reka, harus menyesuaikan sikapnya untuk menjarnin, bahwa pajak yang mereka kenakan adalah seimbang dengan di negara kreditur. Jika ini dilakukan, _ maka hal ini akan menjamin mobilitas modal dan pula menjarilm bahwa pe­majakan dilakukan ' oleh negara yang paling tepat dan dapat menilai sifat-si­fat dari wajib pajak. Juga dimintakan . perhatiannya kepada kenyataan bahwa sebahagian besar dari pinjaman itu di­berikan oleh bank:bank, dana-dana pen­siun dan lem baga-lem baga keuangan lainnya, maka pemajakan bunga oleh negara sumber dimana uang itu di­gunakan, dengan tarif yang tinggi akan menyebabkan bahwa peminjaman uang keluar negeri (kenegara-negara yang sedang berkem bang) tidak akan menarik lagi, sehingga akan lebih baik menggunakan uang yang tersedia un­tuk pinjarnan dalarn negeri saja~

Karena kedua pendapat yang saling bertentangan itu tidak dapat didekat­kan, maka akhirnya disetujui untuk menggunakan jalin \<:ompromis sebagai pemecahan masaalah ini, dan kedua negara yang bersangkutan sebaiknya membagi wewenang pengenaan pajak

. terse but . dahlin suatu perundingan . ' . bersarna .

Oleh anggota negara developed countries ditunjukkan adanya tarif

Hukum dan Pembangunan

yang sangat tinggi di beberapa negara yang sedang berkembang yang apabila jumlah fili ~e_bih besar dari pajak di negara tempat tinggal kreditur, akan

mengakibatkan penggeseran beban pajak itu kepada kreditur, hal mana akan berarti mengharnbat kelancaran pem berian pinjarnan ke negara-negara yang sedang berkembang.

ad.c. Dasar yang digunakan untuk pe­ngenaan pajak. .

Mengingat bahwa dalam bidang in-• •

ternasional bunga yang dibayar oleh negara yang sedang berkembang diteri­rna oleh bank-bank ataulembaga-lem­baga keuangan internasional, makabu~ nga yang diterima itu tidak mungkin sarna dengan mendapatkan bersihnya, karena bank-bank itu masih harus me­ngeluarkan biaya-biaya lain. Maka oleh sebab itu bunga yang dibayarkan ke-

-pada . non resident akan dikenakan pa-jak di negara tempat tinggalnya pada jumlah bersihnya, apabila si kreditur melakukan suatu usaha. Dalam lain hal; pajak atas bunga dikenakan pada jumlah kotornya. Anggota dari negara­negara yang sedang berkem bang pada umumnya berpendapat bahwa bUnga di negara sumber sebaiknya dikenakan pajak atas dasar jumlah kotornya, de­mikian itu karena mempermudah ad­ministrasinya, dan menghindarkan pe­nelitian-penelitian biaya-biaya yang dikeluarkan di negara si kreditllr yang sangat sulit pelaksanaannya.

Oleh Ad ' Hoc Group diputuskan bahwa bunga sebaiknya hanya dikena­kan di negara sumber. Tetapi juga di­tetapkan bahwa pemajakan bunga itu harus ditujukan kepada hasil bersih bunga, meskipun dalarn praktek untuk meriludahkan administrasi ditetapkan

suatu prosentasi tertentu terhadap jumlah kotor.

ad.d. Methode yang digunakan untuk pencegahan pajak ganda.

Page 9: PAJAK BUNG A DALAM HUBUNGAN INTERNASIONAL DAN …

Pajak Berganda

Pengenaan pajak atas bunga secara bersamaan di tempat tinggal kreditur dan di negara sum ber yang tidak ter­koordinir akan mengakibatkan beban yang berat atas pundak si kreditur. Pajak atas bunga yang dibayarkan ke­pada ,!on resident, di negara sum ber lazimnya dikenakan pajak dengan jalan pemotong (withholding) yang mengu­rangi jumlah bunga itu. Jika jumlah yang diterima bersih oleh kreditur di negara tempat tinggalnya dikenakan la­gi p<\iak (pendapatan atau perseroan) maka si kniditur akan memikul pajak baik dari negara sum ber maupun dari negara tempat tinggal.

Untuk menghilangkan ini oleh ne­gara tempat tinggal kreditur dapat di­lakukan tax credit atau exemption, atau tax sparing. Kalau sis tim ini ti­dak diterapkan, maka cara lain ialah bersarna-sarna mengenakan pajak ber­dasarkan suatu prosen tasi yang telah disetujui oleh kedua belah pihak, yang jumlahnya dari kedua pajak itu tidak melebihi tarif yang normal. Tax credit harus diberikan tanpa memandang jumlah yang dikenakan di negara sum­ber diberi pembebasan dari pajak atas

K e pUS t a k a a n.

145

bunga, negara tempat tinggal harus memberikan tax sparing, agar pembe­basan pajak atas bunga di negara sum­ber benar-benar memperoleh effek yang dapat dinikmati oleh si pemilik modal. I 0).

Tidak semua anggota negara deve­loped countries dapat menyetujui si­kap demikian, bahkan ada yang me­ngemukakan bahwa tax exemption yang diberikan oleh negara developed countries, secara langsung tidak ada gunanya, karena ini hanya akan mem­pengaruhi para kreditur untuk memilih memberikan pinjarnan kependuduk ne­gara-negara dimana pajaknya terendah atau sarna sekali tidak dikenakan pa­jak.

Apabila antara kedua negara tidak ada 'suatu peIjanjian p<\iak ganda, maka masing-masing negara berwe­nang mengenakan pajak dengan tidak mengurangi wewenang negara tempat tinggal untuk mem berikan tax credit atau tax exemption.

EE _ . _

10). Bandingkan R. Glynne Williams, F.C.A.- "Comprehensive Aspects of Taxation" - Cassel & Company LTD Edition 1972, hal, 332 sId 333.-

I. Suntjaya, "Himpunan Peraturan Perundang-Undangan tentang Masaalah Orang Anng," Lukita, - Jakarta 1976.

2. Drs. B. Boediono, Uraian Dasar Pajak atas Bunga, Dividen dan Royalty ". - Mingguan Berita Pajak, Jakarta.

3. Prof. Dr. Rochmat Soemitro, S.H. "Hukum Pajak Intemasional Indonesia Perkembangan dan Pengaruhnya ", PT. Eresco ] akarta - Bandung 1977.

4. Prof. Dr. Rochmat Soemitro, SH, "Tinjauan Yuridis ten tang Perjajian antar (dua) Ne­gara mengenai penghindaran pajak berganda Intemasional", dihimpun da!) diper­banyak oleh lkatan Mahasiswa Notariat Fak. Hukum UNPAD Bandung. 1973.

5. - -- - ----, Kumpulan Bina Pajak KOMPAS, 1976/1977, diterbitkan oleh: "Yayasan Bina Pajak, Jakarta.

6. Soemantoro, - "Aspek Hukum dan Ekonomi dari Penanaman Modal Asing dal .. 11 hm-

MuetlH3

Page 10: PAJAK BUNG A DALAM HUBUNGAN INTERNASIONAL DAN …

••• ". ,." _"~'w •

. 146

. .. . , .. - -~.' r-~" ~

Hukum dan PembangUnan

bangunan, " diterbitkan oleh Lembaga Penelitian Hukum & Kriminologi Fak. Hu· kum UNPAD Bandung, 1975.

• 7. Mustamin Daeng Mantutu, S.H. - "Beberapa Catatan mengenai pengertian modal Asing.

dan Pen an am an Modal Asing dalam undang·undang No. 1 tahun 1967, ten tang Penanaman Modal Asing", - Prasaran pada seminar Economic Law, yang diada· kan di Bandung tahun 1972.

8. R. Glynne Williams, F.C.A. - "Comprehensive Aspects of Taxation" - Cassel & Com­pany Ltd, Edition 1972.

Orang saklt sama saja dengan benalu masyarakat. (Nletsche)

< PenyaKit adalah pajak kenikmatan yang tak nyaman. (Peribahasa [nggeria)

Menyembunylkan penyakit berarti maut. (Peribahasa latin)