pak fix word.doc
DESCRIPTION
mengulas tentang penyakit-penyakit akibat kerjaTRANSCRIPT
Tugas Mata Kuliah Penyakit Akibat Kerja
PEYAKIT-PENYAKIT AKIBAT KERJA
Tugas ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Penyakit Akibat Kerja
Dosen Pengampu : Drs. Herry Koesyanto. MS
Disusun Oleh :
Nama : Inggitha Ajeng Irina Sutopo
NIM : 6411411252
Rombel : 06
JURUSAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2014
PENYAKIT AKIBAT TEKANAN UDARA
A. Definisi
Penyakit akibat kerja yang disebabkan oleh tekana udara ekstrim. Tekanan
udara ekstrim adalah tekanan udara yang lebih besar (tinggi) atau tekanan udara
yang lebih rendah dari tekanan udara normal (1 atm). Bekerja di dalam
lingkungan kerja yang tekanan udaranya lebih besar dari udara normal telah
dikenal sejak adanya pekerjaan di bawah tekanan udara yang lebih besar dari 1
atm.
B. Ruang Lingkup
Tekanan udara yang tinggi dijumpai pada pekerja yang harus menyelam di
laut, misalnya pekerja di tambang-tambang yang dalam. Sedangakan pekerjan
yang berada dalam tekanan darah rendah adalah pekerjaan penerbangan, pekerja
di tempat-tempat tang tinggi dipermukaan laut atau gunung-gunung.
C. Penyakit Akibat Kerja
1. Akibat tekanan tinggi
1.1. Barotrauma
Barotrauma dapat mengenai bagian-bagian tubuh, seperti :
a. Barotrauma telinga luar
b. Barotrauma telinga tengah
c. Barotrauma telingan dalam
d. Barotrauma telinga sinus
e. Barotrauma gigi
f. Barotrauma paru-paru
g. Barotrauma usus
h. Barotrauma masker
1.2. Keracunan gas-gas pernafasan
a. Keracunan Nitrogen (Nitrogen Narcosis), dapat terjadi pada
kedalaman 30 meter atau lebih (tekanan N2 = 3,2 ATA).
b. Keracunan Oksigen, dapat terjadi pada kedalaman 90 meter atau
tekanan parsial O2 = 2 ATA.
c. Keracunan CO2, dapat terjadi akibat pencemaran yang masuk ke
kompressor gas CO atau tidak berfungsinya karbon absorbe yang
dipakai.
d. Keracunan CO, terjadi akibat tercemarnya udara dalam “SCUBA”
dengan gas CO karena tidak sempurnanya pembakaran udara dalam
kompressor atau pencemaran udara dari mesin/pabrik dengan gas CO.
2. Akibat tekanan rendah
Tenaga kerja atau orang yang bekerja di lingkungan yang udaranya
bertekanan rendah, juga dapat menjadi subyek terhadap kekurangan
oksigen, dan berpengaruh buruk terhadap pernafasan dan penglihatan.
Penyakit-penyakit atau pengaruh buruk oleh karena kekurangan
oksigen ini sangat penting bagi mereka yang bekerja di suatu ketinggian,
seperti bagi para penerbang maupun mereka yang bekerja di tempat-
tempat yang tinggi di atas permukaan laut spserti mereka yang bekerja di
gunung-gunung serta para pendaki gunung (Soeripto, 2008)
D. Patogenesis
Tekanan udara ekstrim pekerja kekurangan oksigen gas nitrogen
masuk penutupan pembuluh darah gajala-gejala mulai timbul gangguan
kesehatan (PAK)
E. Pencegahan
Pencegahan dapat dilakukan dengan cara mengurangi paparan (menaikan
pekerja ke permukaan) saat pekerja merasakan tanda-tanda gangguan, hal ini
digunakan untuk menjaga keseimbangan gas nitrogen dengan larutan dalam
tubuh pekerja itu sendiri.
F. Pengukuran Tekanan udara
Alat yang di gunakan untuk mengukur tekanan udara adalah Barometer, ada
dua jenis Utama barometer. Pertama, jenis klasik yang menggunakan air raksa,
dan kedua, barometer aneroid atau barometer digital. Berikut adalah cara kerja
kedua barometer tersebut.
1. Barometer Air Raksa
Barometer air raksa terbuat dari tabung kaca lurus yang disegel pada
salah satu ujungnya. Ujung tabung yang terbuka diletakkan tegak dalam
semacam piring (dikenal pula sebagai reservoir) yang diisi dengan air raksa.
Barometer air raksa mengukur tekanan atmosfer dengan menyeimbangkan
berat merkuri dengan berat udara di sekitarnya. Bagian kosong di tabung
bagian atas menciptakan efek vakum. Level air raksa dalam tabung akan naik
saat berat merkuri lebih kecil dibandingkan dengan tekanan atmosfer di
sekitarnya. Sebaliknya, ketika air raksa memiliki berat lebih besar dari tekanan
atmosfer, level air raksa dalam tabung akan turun.
2. Barometer Aneroid
Barometer aneroid merupakan instrumen digital yang mengukur tekanan
atmosfer dengan muatan listrik. Barometer aneroid terdiri atas cakram atau
kapsul yang terbuat dari lembaran tipis logam. Logam tersebut memiliki dua
strip logam kecil pada kedua sisi interiornya. Strip logam ini dihubungkan
dengan arus listrik.Saat tekanan udara naik atau turun, logam akan ikut
memuai atau menciut. Ketika logam memuai atau menciut, jarak antara dua
strip logam dan waktu kontak dengan arus listrik juga akan bervariasi.
Barometer lantas mengukur panjang muatan listrik dan mengkonversinya
menjadi pembacaan tekanan udara.
PENYAKIT AKIBAT RADIASI ELEKTRONIK
A. Definisi
penyakit akibat kerja yang disebabkan oleh pajanan gelombang
Elektromagnetik (EMF) dari berbagai frekuensi berubah secara signifikan
sejalan dengan berkembangnya teknologi serta penemuan peralatan EMF.
Diantaranya telephon seluler, generator listrik, microwave oven, radio, TV,
dsb.
Medan elektromagnetik listrik merupakan gelombang yang dihasilkan
oleh adanya sumber arus dan tegangan. Gelombang elektromagnetik yang
dihasilkan oleh sumber listrik dibedakan atas medan listrik dan medan magnet.
Medan listrik diberi besaran volt per meter atau kilovolt per meter, yang
bersumber dari adanya tegangan listrik; sedangkan medan magnet diberi
besaran Tesla yang berasal dari sumber arus yang mengalir.
B. Ruang Lingkup
Banyak lingkungan kerja yang menggunakan peralatan dengan teknologi
elektronik yang berbasis elektromagnetik baik di sektor industri, perkantoran
maupun sektor informal.
C. Penyakit Akibat Kerja
Gangguan aktivitas neural, metabolisme neurotransmitter, mempengaruhi
irama jantung, kepala pening, gangguan penglihatan, hingga kenaikan
temperatur tubuh.
D. Patogenesis
Peralatan elektronik Paparan gelombang elektromagnetik
gangguan kesehatan Gangguan aktivitas neural, metabolisme
neurotransmitter, mempengaruhi irama jantung, kepala pening, gangguan
penglihatan, hingga kenaikan temperatur tubuh.
E. Pencegahan
Prinsip dalam pencegahan penyakit akibat kerja yang disebabkan oleh
radiasi, ada 2 yaitu :
1. Menjaga jarak dengan sumber pajanan sedemikian rupa, sehingga intensitas
pajanan yang diterima oleh pekerja menjadi sedikit
2. Meminimalkan waktu pajanan, dengan seminimal mungkin waktu yang
digunakan untuk kontak dengan alat kerja yang menghasilkan radiasi
elektromagnetik.
F. NAB
ASMA AKIBAT KERJA
A. Definisi
Asma akibat kerja adalah penyakit yang ditandai dengan adanya obtruksi
saluran nafas yang reversibel/saluran nafas yang hiperreposif terhadap berbagai
sebab/kondisi yang berhubungan dengan lingkungan kerja tertentu dan tidak
terhadap rangsangan yang berasal dari luar tempat kerja.
B. Ruang Lingkup
C. Penyakit Akibat Kerja
Tipe-tipe Asma Akibat Kerja
D. Bahan penyebab asma akibat kerja
1. Bahan penyebab asma akibat kerja melalui mekanisme imunologis
a. Penyebab asma akibat kerja yang IgE dependent
- Bahan yang berasal dari hewan
- Bahan yang berasal dari tanaman
- Enzim
- Ikan dan makanan laut
b. Penyebab asma akibat kerja yang IgE non dependent
Penyebabnya adalah bahan dengan berat molekul rendah yaitu :
- Diisocyanate
- Asam plikatik dari western red cedar
- Colophony
- Antibiotik seperti sepalosporin, penisilin dll
- Persulphate salts.
2. Bahan penyebab asma akibat kerja melalui mekanisme non imunologis
Bahan yang dapat menimbulkan asma seperti ini antara formaldehid,
sulfur dioksida, asam hidroflourida, hidrokarbon, asam fumigasi, amonia,
asam asetat, cadmium, dan merkuri.
E. Patofisiologi
1. Patofisiologi Asma Akibat Kerja yang disebabkan bahan dengan berat
molekul tinggi.
Bahan dengan berat molekul tinggi dikenali oleh Antigen Presenting
Cell (APC) dan menghasilkan respon imunologi CD4 Tipe 2 yang
menghasilkan antibodi IgE spesifik oleh sel B yang dirangsang oleh
Interleukin IL-4/IL-13. Terikatnya IgE kereseptornya, dan sitokin Th2
(IL5) menginduksi dan mengaktivkan sel-sel inflamasi yaitu sel mast,
sonofil dan makrofag menandai inflamasi saluran nafas yang
menyebabkan perubahan fungsional Asma Akibat Kerja yaitu
hiperesponsif saluran nafas, akut dan kronis obstruksi aliran udara.
2. Patofisiologi Asma Akibat Kerja yang disebabkan bahan dengan berat
molekul rendah.
Bahan dengan berat molekul rendah tertentu juga menginduksi antibodi
IgE spesifik, bekerja sebagai Hapten dan berikatan dengan protein tubuh
membentuk antigen fungsional. Banyak bahan dengan berat molekul rendah
tidak secara konsisten merangsang antibodi IgE spesifik. Signal berbahaya
karena kerusakan sel epitel bronkus mengaktivasi sel imunokompeten. Pada
Asma Akibat Kerja tipe ini juga berperanan suatu respon imunologi campuran
CD4/CD8 Tipe 2/Tipe 1 atau rangsangan dari γ/δ CD8 spesifik . Sitokin Th2
(IL-5) dan Th1 (IFN- γ) dan kemokin proinflamasi lainnya MCP-1, TNFα akan
mengaktivkan sel-sel inflamasi.
3. Patofisiologi Asma Akibat Kerja yang disebabkan bahan iritan dengan
konsentrasi tinggi
Inhalasi dengan iritan konsentrasi tinggi menyebabkan kerusakan epitel
jalan napas. Pada pekerja yang menderita irritant induced asthma, kerusakan sel
epitel mengaktifkan sel imunokompeten. Kerusakan epitel bronkus akan
menghilangkan faktor relaksasi dari bronkus, paparan ujung syaraf
menyebabkan inflamasi neurogenik, dan penglepasan mediator inflamasi dan
sitokin diikuti dengan aktivasi nonspesifik sel mast. Sekresi dari faktor
pertumbuhan sel-sel epitel, otot polos dan fibroblast, dapat menginduksi
regenerasi jaringan dan remodeling.
F. Pencegahan
Asma akibat kerja dapat dicegah dan disembuhkan bila didiagnosis lebih
dini. Karena itu pencegahan merupakan tindakan yang paling penting.
Pencegahan akibat asma akibat kerja meliputi pencegahan primer, sekunder,
dan tersier.
1. Pencegahan primer
Kegiatan yang dilakukan adalah health promotion yaitu :
a. Penyuluhan tentang perilaku kesehatan di lingkungan kerja
b. menurunkan pajanan, dapat berupa substitusi bahan, memperbaiki
ventilasi, automatis proses, modifikasi proses untuk menurunkan sensitasi,
mengurangi debu rumah dan tempat keja
c. pemeriksaan kesehatan sebelum mulai bekerja untuk mengetahui riwayat
kesehatan dan menentukan individu dengan risiko tinggi.
d. Kontrol administrasi untuk mengurangi oekerja yang terpajan ditempat
kerja dengan rotasi pekerjaan dan cuti
e. Menggunakan alat proteksi pernapasan
2. Pencegahan sekunder
Pencegahan sekunder adalah mencegah terjadinya asma akibat kerja
pada pekerja yang sudah terpajan dengan bahan di lingkungan kerja. Usaha
ang dilakukan berupa pengendalian jalur kesehatan seperti pemeriksaan
berkala.
3. pencegahan tersier
Dilakukan pada pekerja yang sudah terpapar bahan/zat ditempat kerja
dan didiagnosis kearah asma akibat kerja sudah ditegakan. Tindakan penting
yang dilakukan adalah menghindarkan penderita dari pajanan lebih lanjut,
untuk mencegah penyakit menjadi buruk
G. Pemeriksaan Klinis Asma Akibat Kerja
GANGGUAN PENDENGARANAKIBAT BISING
A. Definisi
Gangguan pendengaran akibat bising (noise induced hearing loss / NIHL)
adalah tuli akibat terpapar oleh bising yang cukup keras dalam jangka waktu
yang cukup lama dan biasanya diakibatkan oleh bising lingkungan kerja. Tuli
akibat bising merupakan jenis ketulian sensorineural yang paling sering
dijumpai setelah presbikusis. Secara umum bising adalah bunyi yang tidak
diinginkan.
B. Ruang Lingkup
Pekerjan yang berisiko kehilangan pendengaran adalah penambangan,
pembuat mesin trowongan, penggalian (peledakan, pengeboran), mesin-mesin
berat (pencetakan besi, proses penempaan), pekerjaan mengemudikan mesin
dengan mesin pembakaran yang kuat (truk, kendaraan kontruksi), pekerjaan
mesin tekstil, dan uji coba mesin-mesin jet.
C. Penyakit Akibat Kerja
Cacat pendengaran akibat kerja (occupational deafness/noise induced
hearing loss) adalah hilangnya sebahagian atau seluruh pendengaran seseorang
yang bersifat permanen, mengenai satu atau kedua telinga yang disebabkan
oleh bising terus menerus dilingkungan tempat kerja.
D. Patogenesis
Tuli akibat bising mempengaruhi organ Corti di koklea terutama sel-sel
rambut. Daerah yang pertama terkena adalah sel-sel rambut luar yang
menunjukkan adanya degenerasi yang meningkat sesuai dengan intensitas dan
lama paparan. Stereosilia pada sel-sel rambut luar menjadi kurang kaku
sehingga mengurangi respon terhadap stimulasi. Dengan bertambahnya
intensitas dan durasi paparan akan dijumpai lebih banyak kerusakan seperti
hilangnya stereosilia. Daerah yang pertama kali terkena adalah daerah basal.
Dengan hilangnya stereosilia, sel-sel rambut mati dan digantikan oleh jaringan
parut. Semakin tinggi intensitas paparanbunyi, sel-sel rambut dalam dan sel-sel
penunjang juga rusak. Dengan semakin luasnya kerusakan pada sel-sel rambut,
dapat timbul degenerasi pada saraf yang juga dapat dijumpai di nukleus
pendengaran pada batang otak.
E. Pencegahan
1. Mengurangi tingkat bunyi dengan cara teknis, baik korektif (peredam-
bunyi, panel anti pantulan, lapisan pelindung, pelindung kepala) atau
lebih baik merangcang mesin yang dapat mengurangi intensitas bunyi.
2. Perlindungan individual memerlukan pendidikan dan persuasi para
pekerja untuk menggunakan alat pelindung. Memilih alat pelindung diri
yang nyaman, mudah diterima pemakai, sehingga pekerja mau
menggunakan.
F. NAB
Batas waktu dan pajanan kebisingan
Di Indonesia, intensitas bising di tempat kerja yang diperkenankan
adalah 85dB untuk waktu kerja 8 jam perhati, seperti yang diatur dalam Surat
Edaran Menteri Tenaga Kerja No. SE.01/Men/1978 tentang nilai ambang batas
(NAB) untuk kebisingan di tempat kerja.
PENYAKIT DEBU LOGAM KERAS
A. Definisi
Penyakit debu logam keras adalah jenis penyakit akibat kerja yang
disebabkan oleh agen logam keras (karbida logam yg dipadatkan dari tungsten
yang sangat keras) yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan.
B. Ruang Lingkup
Pekerjan yang berisiko terkena penyakit debu logam antara lain :
1. Pekerja yg terlibat dlm proses produksi karbida
2. Pekerja yang berada dalam proses produksi perkakas dan bagian-bagian
mesin
C. Penyakit Akibat Kerja
Sebagian besar bentuk gejala iritatif termasuk batuk, rhinitis, dispnea
mirip asma, dan dispenia pada pengerahan tenaga. Penyakit mubcuk setelah
lebih dari 3 tahun bekerja. Beberapa jenis logam seperti tungsten dengan kobalt
menimbulkan gangguan kesehatan yang disebut fibrosis interstisial difus.
D. Patogenesis
Paparan debu logam berat lebih dari 3 tahun gejala dini ( battuk
kering, penurunan berat badan, dan dispnea progresif pada pengerahan tenaga)
bunyi krepitasi fibrosis aveolar dan intestisial perbesaran septa,
alveoli menipis fibrosis interstisial difus
E. Pencegahan
1. Pengendalian secara teknis yang tepat
2. Penggunaan APD selama bekerja dalam paparan
F. NAB
Untuk senyawa tungsten yang larut : 1mg/m³ udara, untuk senyawa tak
larut 5mg/m³ udara, untuk asap dan debu kontak 0,1-0,5 mg/m³
PENYAKIT INFEKSI DAN PARASIT
A. Definisi
Penyakit infeksi dan parasit adalah penyakit akibat kerja yang disebabkan
oleh agen MO dan parsit infektif hidup serta produk toksik yang terjadi pada
berbagai pekerjaan dan dapat menimbulkan gangguan kesehatan.
B. Ruang Lingkup
Pekerjan yang berisiko terkena penyakit infeksi dan parasit antara lain:
1. sektor pertanian
2. Tempat kerja di negara beriklim panas dan belum maju
3. RS, Laboratorium, Klinik, Ruang Otopsi
4. Pekerjaan yg berhubungan hewan
5. Pekerjaan lapangan
C. Penyakit Akibat Kerja
1. Antraks
2. Penyakit virus yang ditularkan arthropoda
3. Kokidimosis
4. Infeksi jamur
5. Histoplasmosis
6. Leptospirosis
7. Demam Q
8. Rabies
9. Rikesiosis yang ditularkan sengkenit
10. Tuberculosis
11. Tularemiacacing tambang
12. Tetanus dll.
D. Patogenesis
Paparan agen infektif imunitas (-) atau tidak resistan agen infektif
masuk ke tubuh (menembus kulit utuh, menembus kulit yang rusak,
maserasi/infeksi jamur, gigitan serangga, inhalasi percikan/droplet, spora/debu
tercemar) terpapar penyakit
E. Tindakan Pengendalian
Secara lingkungan tindakan pengendalian dapat dilakukan dengan
menggunakan penyemprotan insektisida residual, mengurangi hewan resevoir
atau serangga vektornya, menggunakan ikan pemangsa, pengendalian rodentia,
imunisasi hewan. Selain itu, di tempat kerja tertentu, harus ada penekanan debu
dengan ventilasi.
F. Perlindungan Pekerja
1. Pendidikan kesehatan diberikan informasi tentang sifat-sifat penyakit
infeksi dan parasit di tempat kerja
2. Profilaksis spesifik pemberian vaksinasi pada pekerja
3. Pakaian pelindung menggunakan APD untuk mengurangi paparan
yang dapat masuk ke dalam tubuh.
4. Aturan pelaksanaan
PENYAKIT KULIT AKIBAT KERJA
A. Definisi
Penyakit kulit akibat kerja (PKAK) sebagai salah satu bentuk penyakit
akibat kerja, merupakan jenis penyakit akibat kerja terbanyak kedua setelah
penyakit muskuloskeletal. Penyakit kulit akibat kerja (PKAK) dikenal secara
populer karena berdampak langsung terhadap pekerja yang secara ekonomis
masih produktif. Istilah PAK dapat diartikan sebagai kelainan kulit yang
terbukti diperberat oleh jenis pekerjaannya, atau penyakit kulit yang lebih
mudah terjadi karena pekerjaan yang dilakukan.
B. Ruang Lingkup
Pekerjaan yang berisiko terkena penyakit kulit akibat kerja diantaranya,
pekerja disektor pertainian, para nelayan, dan pada pekerja pada sektor indstri.
C. Penyakit Akibat Kerja
1. Dermatitis Kontak Iritan
Dermatitis kontak iritan merupakan kelainan sebagai akibat pajanan
dengan bahan toksik non-spesifik yang merusak epidermis dan atau
dermis. Umumnya setiap orang dapat terkena, bergantung pada kapasitas
toleransi kulitnya. Penyakit tersebut mempunyai pola monofasik, yaitu
kerusakan diikuti dengan penyembuhan.
2. Dermatitis Kontak Alergi
Dermatitis kontak alergi dapat terjadi bila bahan LMW seperti lateks
dan nickel, sebagai hapten berikatan dengan protein pembawa di kulit dan
menimbulkan dermatitis kontak alergi Tipe IV.
3. Reaksi Fotosensitisasi
a) Reaksi fototoksik
Reaksi fototoksik terjadi karena adanya bahan iritan, tetapi baru
dapat timbul dengan bantuan sinar matahari (sinar ultra violet); bentuk
klinisnya sama seperti dermatitis kontak iritan. Reaksi fotoiritan dapat
timbul karena bahan pengawet kayu atau residu beberapa zat lem kayu
dan keramik.
b) Reaksifotoalergi
Reaksi fotoalergi terjadi oleh karena bahan photosensitizer,
dibantu dengan sinar ultraviolet dengan panjang gelombang 320-425
nm. Bentuk klinis reaksi fotoalergis umumnya menyerupai dermatitis
kontak alergis. Daerah tubuh yang terkena terutama bagian tubuh yang
terpajan matahari seperti dahi, pipi, dan lengan bagian luar. Reaksi
fotoalergi dapat timbul karena bahan seperti ter kayu, obat antihistamin
topikal, zat warna, dan lain-lain.
4. Kelainan karena Faktor Fisik
a) Luka bakar (karena panas) dalam bentuk luka bakar tingkat I, II, dan
III.
b) Cold urticaria timbul oleh karena dingin.
c) Immersion foot timbul bila kaki terlampau lama terendam dalam air
dingin, tanpa menjadi beku tetapi timbul gangren.
d) Frostbite/congelatio, radang kedinginan, kulit terasa sakit, menjadi
bengkak, pucat, mengeluarkan cairan serous.
e) Radiodermatitis, dapat berupa eritem, ulserasi, dan hiperpigmentasi,
actinic keratosis atau permulaan keganasan.
f) Heat rash, miliaria rubra; kulit menjadi merah disertai papulovesikel
yang milier.
5. Kelainan karena faktor biologis
Dapat berupa infeksi kulit. Yang disebabkan oleh bakteri dapat
menimbulkan folikulitis, akne, pioderma atau ulkus piogenik. Yang
disebabkan oleh jamur ialah dermatofitosis dan yang disebabkan kandida
menyebabkan kandidiasis.
D. Patogenesis
Agen-agen sumber (fisik, kimia, biologi) Kontak langsung dg kulit
Merusak kulit (mengubah pH, bereaksi dg protein, mengekstraksi lemak dr
lapisan luarnya, merendahkan daya tahan kulit Alergi kulit/hipersensitivitas
tipe lambat penyakit kulit
E. Pencegahan
1. Pendidikan
Diberi penerangan atau pendidikan pengetahuan tentang kerja dan
pengetahuan tentang bahan yang mungkin dapat menyebabkan penyakit
akibat kerja. Selain itu, cara mempergunakan alat dan akibat buruk alat
tersebut harus dijelaskan kepada karyawan.
2. Memakai alat pelindung
Sebaiknya para karyawan diperlengkapi dengan alat penyelamat
atau pelindung yang bertujuan menghindari kontak. dengan bahan yang
sifatnya merangsang atau karsinogen. Alat pelindung yang dapat
dipergunakan misalnya baju pelindung, sarung tangan, topi, kaca mata
pelindung, sepatu, krim pelindung, dan lain-lain.
3. Melaksanakan uji tempel/uji tempel foto
Maksudnya adalah mengadakan uji tempel pada calon pekerja
sebelum diterima pada suatu perusahaan. Berdasarkan hasil uji tempel ini
karyawan baru dapat ditempatkan di bagian yang tidak mengandung
bahan yang rentan terhadap dirinya.
4. Pemeriksaan kesehatan berkala
Bertujuan untuk mengetahui dengan cepat dan tepat apakah
karyawan sudah menderita penyakit kulit akibat kerja. Apabila dapat
diketahui dengan cepat, dapat diberi pengobatan yang adekuat atau
dipindahkan ke tempat lain yang tidak membahayakan kesehatan dirinya.
5. Pemeriksaan kesehatan secara sukarela
Karyawan dianjurkan untuk memeriksakan diri ke dokter secara
sukarela apakah ada menderita suatu penyakit kulit akibat kerja.
6. Pengembangan teknologi
Kerjasama antara dokter, ahli teknik, ahli kimia dan ahli dalam
bidang tenaga kerja untuk mengatur alat-alat kerja, cara kerja atau
memperhatikan bahan yang dipergunakan dalam melakukan pekerjaan
untuk mencegah kontaminasi kulit.
F. Penilaian Paparan
Penilaian paparan dapat digunakan untuk menentukan apakah penyakit
yang diderita pekerja merupakan penyakit akibat kerja. Penilaian paparan dapat
berupa adanya riwayat kerja dan buktiyang jelas adanya agen yang
dipertanyakan dalam bahan yang digunakan oleh bekerja.
PENYAKIT AKIBAT UDARA MAMPAT
A. Definisi
Penyakit akibat udara mampat adalah gangguan kesehatan yang dialami
pekerja yang disebabkan adanya udara pada tekanan yang lebih tinggi daripada
tekanan permukaan laut (tekanan atmosfer normal)
B. Ruang Lingkup
Penyakit akibat udara mampat dapat dialami oleh beberapa jenis
pekerjaan, antara lain para pekerja dalam terowongan udara mampat dan
operasi caisson, serta para penyelam. Jenis-jenis pekerjaan tersebut hanya
sebagian contoh pekerjaan yang berisiko terjadinya penyakit akibat udara
mampat.
C. Penyakit Akibat Kerja
Macam-macam penyakit akibat kerja yang disebabkan oleh dara mampat:
1. Barotrauma telinga tengah dan sinus
2. Paru-paru dengan embolisme udara otak
3. Sakit dekompresi
4. Osteonekrosis disbarik (nekrosis antiseptik)
D. Patogenesis
Udara mampat efek mekanis atau fisiologis disebabkan tekanan
antara kedua sisi membran timpani efek utama (Dekompresi) diakibatkan
oleh pembentukan gelembung-gelembung nitrogen di darah gangguan
sirkulasi dan kerusakan jaringan setempat
E. Pencegahan
Satu-satunya cara untuk mencegah sakit dekompresi adalah dengan
melakukan kepatuhan pratek kerja dekompresi dengan benar sesuai dengan
standar perasiona prosedur (SOP)
F.Penilaian Paparan
Penilaian paparan dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain :
Paparan (Udara
Mampat)
Tekanan Udara
Mampat
Kedalaman
Pemakaian Caisson
dibawah air
Lamanya
paparan
PENYAKIT AKIBAT GETARAN
A. Definisi
Penyakit akibat getaran adalah gangguan kesehatan yang disebabkan oleh
gerakan yang teratur dari benda atau media dengan arah bolak-balik dari
kedudukan keseimbangan.
B. Ruang Lingkup
Getaran Seluruh Tubuh (wholebody vibration) adalah terjadi getaran pada
tubuh pekerja yang bekerja sambil duduk, berdiri dimana landasannya yang
menimbulkan getaran dengan frekuensi getaran 5-29 Hz. Biasanya dialami oleh
pengemudi kendaraan traktor, bus, helikopter, kapal.
Getaran Lengan Tangan (hand arm vibration) adalah Getaran yang
merambat melalui tangan akibat pemakaian peralatan bergetar yang memiliki
frekuensi getaran 20-500 Hz dengan frekuensi berbahaya 128 Hz. Getaran in
berbahaya pada pekerjaansupir bajaj, operator gergaji rantai, tukang potong
rumput, gerinda, penempa palu.
C. Penyakit Akibat Kerja
1. Getaran Seluruh Tubuh (wholebody vibration)
a) Gasto intestinal
b) dispepsia
2. Getaran Lengan Tangan (hand arm vibration)
a) Angioneurosis jari-jati tangan
b) Gangguan tulang, sendi, dan otot
c) Neuropati
D. Patogenesis
1. Getaran Seluruh Tubuh (wholebody vibration)
Gastrointestinal Dan Dispepsia
• Resonansi getaran memperbesar respon, pemborosan energi dalam
tubuh dampak fisik, kelelahan peningkatan denyut jantung dan
tekanan darah, ketegangan otot, kadar hormon, metaboisme,
memperlambat pencernaan dan eliminasi dispepsia
• Dispepsia >gejala kompleks dari sakit epigastrik (perut bagian atas)
• Symptom : kembung dan mual, rasapenuh diperut, sendawa berlebihan,
epigastrik.
2. Getaran Lengan Tangan (hand arm vibration)
a. Angioneurosis jari-jati tangan
Akroparestesia pada tangan dan perasaan kebal di jari-jari tangan
gangguan kepekaan kepucatan paroksimal sporadic ujung-
ujung jari tangan dicetuskan oleh paparan terhadap suhu dingin local
atau umum.
b. Gangguan tulang, sendi, dan otot
- Perubahan radiogram yang paling khas atrosis sendi karpal,
radioulnarid dan siku, pseudokista.
- Otot dan tendon disekitar sendi, gejala subyektif (nyeri) yang
disebabkan kelainan ini sering mendahului perubahan radiogram
yang jelas
c. Neuropati
- Kerusakan saraf otonom perifer
- Serat-serat sensoris menyebabkan paratesia atau berkurangnya
kepekaan serat-serat motorik, gangguan ketangkasan atrofi
E. Pengendalian
1. Pengendalian teknis
a) Menggunakan peralatan kerja yang rendah intensitas getaran
(dilengkapi damping atau peredam)
b) Menambah atau menyisipkan damping diantara tangan dan alat,
misalnya membalut peganganalat dengan karet
c) Memelihara atau merawat peralatan dengan baik dan secara berkala.
Dengan mengganti bagian yang aus atau pemebrian pelumasan
d) Meletakan peralatan dengan teratur.
e) Menggunakan remote control. Tenaga kerja tidak terkena paparan
getaran, karena dikendalikan dari jauh.
2. Pengendalian secara administrasi
a) Merotasi pekerjaan.
b) Mengurangi jam kerja, sehingga sesuai dengan NAB yang berlaku
3. Pengendalian secara medis
Soekidjo Botoatmodjo empat langkah pemulihan gejala akibat getaran :
a) Pemanasan tangan dalam air panas
b) Pemijitan
c) Meniupkan udara panas ketangan
d) Menggerakan tangan secara berputar
4. Pemakaian APD dengan menggunakan sarung tangan yg dilengkapi
peredam getar (busa)
F.NAB
Getaran Seluruh Tubuh (whole body vibration)
Nilai Ambang Batas Getaran Untuk pajanan lengan dan tangan (hand
arm vibration)
PENYAKIT AKIBAT DEBU MINERAL
A. Definisi
Penyakit akibat kerja yang disebabkan oleh debu mineral dengan
berbagai jenis-jenis agen penyebab, antara lain kuarsa, tridmit dan kristobalit.
Dan pada akhirnya ,ineral-mineral berbahaya tersebut dapat menyebabkan
gangguan kesehatan bagi pekerja dalam kurun waktu tertentu.
B. Ruang Lingkup
Jenis-jenis pekerja yang memiliki risiko terkena penyakit akibat debu
mineral antara lain :
1. Penambang
2. Ekstrasi debu-debu keras
3. Pekerja teknik sipil dengan batu keras
4. Penghalusan dan pemolesan batu,
5. Pencetakan, pembentukan dan penyemprotan pasir pada pekerja
bangunan
6. Pekerja sektor batubara
C. Penyakit Akibat Kerja
Penyakit yang dapat ditimbulkan dari paparan debu mineral salah satunya
adalah silikosis. Silikosis adalah suatu penyakit pneumoconisis yang
disebabkan inhalasi partikel-partikel kristal silica bebas. Sedangkan untuk
silica tuberculosis merujuk pada penyakit yang disebabkan akibat adanya
interaksi silikosis dengan TBC paru pada pekerja.
Selain penyakit Silikosis yang disabkan debu mineral, terdapat pula
penyakit Antrasilokosis. Antrasilokosis adalah penyakit yang disebabkan
paparan terhadap debu campuran, silica bebas bukan komponen utama yang
dominan.
D. Patogenesis
Silikosis
Paparan (partikel debu diameter 5-15µm) inhalasi oleh pekerja
mengendapa di saluran napas
Partikel debu yang bertahan di paru-paru di ambil oleh mikrofag
diangkut di saluran napas dibersihkan/ke parenkim paru-paru
Debu silica bebas ditambah dengan debu-debu lain+bhan kimia
mematikan sel
Antrasilokosis
Partikel dengan diameter 5-15 µm inhalasi dan mengendap pada
saluran napas iritasi ireversibel
Paparan berat retensi partikel dalam jaringan paru, saluran dan kelenjar
limfe berat gangguan paru-paru
E. Penilaian Paparan
1. Penilaian Lingkungan
Melakukan pengambilan sampel debu ukuran selektif dalam zona
pernapasan, biasanya pada sampel pekerja.
Analisis kandungan silica kristal dalam debu yang ikut pada penapisan
dengan radiasi sinar X
2. Penilaian Biologis
Secara biokimia tidak terdapat pemeriksaan khusus untuk paparan ini.
Radiografi dapat digunakan sebagai cara penilaian paparan terhadap
debu silica.
Bayangan radiografi paru disebabkan oleh reaksi jaringan dan bukan
oleh debu itu sendiri.
Terdapat pula uji funsi paru untuk menilai paparan.
F. Hubungan paparan-efek
Paparan 1-2 mg kuarsa/m³ penyakit terdeteksi selama 5-15 masa kerja
Mula-mula timbul perubahan pada sinar foto sinar-X, diikuti kelainan
fungsi paru dan timbul gejala
Hubungan paparan-efek tergantung pada
o Kadar debu dalam udara
o Dosis paparan kumulatif
o Waktu “tinggal” (lamanya debu berada dalam paru)
G. Tindakan Pengendalian
1. Menggunakan pengendalian teknis dirasa tepat untuk pengendalian
penyakit akibat debu mineral
2. Pemantauan debu yang masuk dalam tubuh pekerja secara teratur
3. Debu hendaknya disaring, atau pekerja menggunakan masker, tutup
kepala bertekanan dalam kata lain alat pelindung diri harus diperketat
pada pekerja.
H. NAB
1. Batas paparan debu total umum antara 0,5mg/m³ (debu dengan
mengandung silica tinggi diatas 70%)
2. 5 mg/m³ (debu dengan kandungan silica kurang dari 10%)
3. Debu dalam pernapasan, batas kisaran antara 0,1-0,2 mg/m³
4. Batas kristobalit dan tridmid separuh dari batas untuk kuarsa
PENYAKIT AKIBAT RADIASI ISONANSI
A. Definisi
Penyakit akibat radiasi isonansi adalah gangguan kesehatan yang
ditimbulkan akibat adanya bentuk-bentuk radiasi yang pada saat interaksi
dengan materi, membangkitkan partikelpartikel bermuatan listrik (ion) yang
berlawanan sehingga dapat menimbulkan gangguan kesehatan bagi tubuh
pekerja.
B. Ruang Lingkup
Berikut adalah jenis-jenis pekerjaan yang berisiko terkena penyakit
akibat kerja dari radiasi isonansi antara lain :
1. Penambang uranium dan pekerja pabrik pengolahannya
2. Pekerja reaktor nukli dan proyek energi atom
3. Para operator radiografi industri
4. Petugas kesehatan khusus (radiologis)
5. Pekerja pada industri radionuklir
6. Ilmuwan yang menggunakan bahan radioaktif untuk riset
7. Pengecat lempeng-lempeng berkilau.
C. Penyakit Akibat Kerja
1. Sindrome radiasi akut
2. Radiasi lokal
3. Radiasi kronik
4. Radiodermatitis
5. Katarak
6. Karsinogenik
D. Patogenesis
Penggunaan alat Sinar X untuk diagnosa dan pengobatan memerlukan
kehati‐hatian karena tingginya resiko bahaya yang dapat ditimbulkan dari
penggunaannya atau hal lain yang diakibatkan radiasi ionisasi. Semua jaringan
pada hewan dan manusia peka terhadap radiasi. Penggunaan dosis minimum
dengan nilai yang melebihi batas tertentu dapat menyebabkan kerusakan atau
perubahan pada jaringan yang terpapar. Jaringan yang sangat rentan terhadap
bahaya radiasi antara lain adalah : kulit, limfatik, hemopoetik, leukopoetik,
glandula mamary, thyroid, tulang (pada pusat pertumbuhan epifise), epitel
germinal atau gonad. Oleh sebab itu, kehati‐hatian dalam penggunaan radiasi
sangat diperlukan, karena kemungkinan terjadinya kesalahan dalam
penggunaan radiasi sangat besar. Radiasi ionisasi mempunyai sifat tidak
berwujud/tampak, tidak berbau dan tidak memberikan rangsangan fisik
langsung pada objek yang terpapar. Efek radiasi pada objek yang terpapar
sangat berbahaya dan bersifat kumulatif dari penyinaran yang terus menerus.
Efek yang sering muncul antara lain erithema, alergi hingga mutasi genetik.
E. Pencegahan
1. Mengurangi lamanya paparan
2. Mempertahankan jarak yang aman antara pekerja dengan sumber radiasi
3. Membentengi sumber radiasi dengan bahan-bahan yang menyerap radiasi
ionasi
4. Menetapkan aturan mengenai batas paparan untuk radiasi ionisasi
5. Wanita hamil hendaknya tidak mengalami paparan melebihi 30% batas
ekuivalen dosis.
F. NAB
United States Nuclear Regulatory Commision (NRC) adalah salah
satu sumber informasi resmi yang dijadikan standar di beberapa Negara untuk
penetapan garis pedoman pada proteksi radiasi. NRC telah menyatakan
bahwa dosis individu terpapar radiasi maksimal adalah 0.05 Sv atau 5
rem/tahun. Walaupun NRC adalah badan resmi yang berkenaan dengan batas
pencahayaan ionisasi radiasi, namun ada kelompok lain yang juga
merekomendasikan hal serupa. Salah satu kelompok tersebut adalah National
Council on Radiation Protection (NCRP), yang merupakan kelompok
ilmuwan pemerintah yang rutin mengadakan pertemuan untuk membahas
riset radiasi terbaru dan mengupdate rekomendasi mengenai keamanan
radiasi.
Berikut adalah nilai ambang batas untuk paparan radiasi ionisasi
DAFTAR PUSTAKA
Aditama TY. 1997. Asma Kerja. Penyakit Paru Akibat Kerja. Pendidikan
Kedokteran Berkelanjutan Ikatan Dokter Indonesia
Atmaja, I Gede Dharma Prateka. 2011-2012. Nilai Ambang Batas Barang
Elektronika Danstandarisasi. Fakultas Teknik Universitas Udayana
http://www.oocities.org/radiologi_vet/bab_11 diakses pada tanggal 28 Mei 2014
Bahan Ajar Mandiri Computer‐Assisted Instruction (BAM‐CIA). Mata Kuliah
Radiologi Veteriner (KLV 441/KRP 322). Departemen Klinik, Reproduksi dan
Patologi Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor.
Baratawidjaja K, Harjono T. 2001. Asma Akibat Kerja. Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam Jilid II edisi ketiga. Balai Penerbit FKUI : Jakarta
Christopher. 2009. Noise induced hearing loss (NIHL). Pekanbaru, Riau : Faculty
of Medicine – University of Riau
Diana Samara. 2012. Asbes sebagai faktor risiko mesotelioma pada pekerja
yang terpajan asbes.
http://www.univmed.org/wp-content/uploads/2011/02/Dr._Diana diakses
pada tanggal 28 Mei 2014
http://www.scribd.com/doc/99281479/Nilai-Ambang-Batas-Barang-Elektronika-
Dan-Standarisasi#download diakses pada tanggal 28 Mei 2014
http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/14_PenyakitKulitdiKalanganTenagaKe
rja.pdf/14_PenyakitKulitdiKalanganTenagaKerja.html diakses pada tanggal 28
Mei 2014