pak muhlis
TRANSCRIPT
5/12/2018 pak muhlis - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/pak-muhlis-55a35c7b93872 1/26
Tugas Kelompok
PENINGKATAN CAKUPAN PENGELOLAAN SAMPAHKOTA MAKASSAR TAHUN 2012
OLEH
KELOMPOK 1
A.IKA MUHARDIANTI AMAL 70200108001
A.DARAMUSENG 70200108005
ANA UTAMI ZAINAL 70200108012
FITRIASTUTI MAULANA 70200108033
HIJRAH DARWIS 70200108038
IKA HANDAYANI 70200108041
NURHIKMAH 70200108067
RATNAWATY 70200108072
PEMINATAN KESEHATAN LINGKUNGAN
JURUSAN KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UIN ALAUDDIN MAKASSAR
2011
5/12/2018 pak muhlis - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/pak-muhlis-55a35c7b93872 2/26
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia adalah negara yang sangat kaya akan sumber daya alamnya.
Sumber daya alam di Indonesia adalah segala potensi alam yang dapat
dikembangkan untuk proses produksi, namun seiring dengan perkembangan
ilmu pengetahuan dan tekhnologi aktivitas manusia dalam memanfaatkan
alam selalu meninggalkan sisa yang dianggap sudah tidak berguna lagi
sehingga diperlakukan sebagai barang buangan, yaitu sampah. Sampahmerupakan masalah bagi semua orang, sehingga manusia menyingkirkan
sampah sejauh mungkin dari aktivitas manusia. Di kota-kota besar untuk
menjaga kebersihan sering kali menyingkirkan sampah ke tempat yang jauh
dari pemukiman atau yang biasa disebut Tempat Pembuangan Akhir (TPA).
Seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta
pertambahan jumlah penduduk yang semakin besar di kota-kota besar, sampah
pun menjadi suatu masalah yang harus mendapatkan banyak perhatian.Dengan jumlah penduduk lokal mencapai sekitar 1,3 juta jiwa, kota Makassar
menghasilkan sekitar 3800 m3 sampah perkotaan setiap harinya.
Kota Makassar yang merupakan ibu kota dari Sulawesi Selatan juga
mengalami masalah yang sama dengan kota-kota besar lainnya mengenai
masalah persampahan. Kota Makassar membutuhkan tempat pembuangan
akhir (TPA) sampah karena kondisi TPA Tamangappa Antang dinilai sudah
tidak layak kapasitas maksimum dari TPA Tamangapa hanya sekitar 2,800 m 3
sampah perkotaan setiap harinya. Lahan TPA tambahan akan diperlukan untuk
pembuangan sisa sampah. Sebagian besar sampah berasal dari aktivitas
penduduk seperti di pasar, pusat perdagangan, rumah makan, dan hotel.
Sekitar 76,98% sampah di Makassar merupakan sampah organik dan sekitar
9,68% adalah sampah plastik (Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota
Makasar, 2010)
Pemerintah Kota (Pemkot) Makassar didesak mencari terobosan
pengelolaan sampah yang ramah lingkungan. Pengamat tata ruang perkotaan
5/12/2018 pak muhlis - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/pak-muhlis-55a35c7b93872 3/26
Nadjamuddin Nawawi menjelaskan, TPA yang ada sekarang ini sudah tidak
layak digunakan. Selain kapasitas sampah yang cukup tinggi setiap hari,
sampah yang dibuang sudah mencapai permukiman penduduk dan
menyebarkan bau tak sedap. Kondisi tersebut harusnya menjadi perhatian
Pemkot. Melihat kondisi TPA Tamangappa di Antang saat ini, Makassar
membutuhkan TPA baru yang tidak bersentuhan langsung dengan
permukiman masyarakat. Di samping itu, diperlukan upaya Pemkot dalam hal
pengelolaan sampah yang ramah lingkungan. Saat ini sistem pengelolaan
sampah di Kota Makassar belum maksimal.
Berdasarkan data yang dihimpun, produksi sampah di Kota Makassar
mencapai 3.680 meter kubik (m3) per hari. Akan tetapi, yang dapat terangkut
oleh Dinas Kebersihan dan Pertamanan hanya 3.270 m3. Artinya, masih ada
sekitar 410 m3 sampah yang tidak terangkut ke tempat pembuangan akhir
(TPA) dan hanya menumpuk di tempat pembuangan sementara (TPS).
Dinas Kebersihan Kota Makassar senantiasa dihadapkan ketidakmampuan
mengangkut sampah produk warga kota. Alasannya pun masih tetap sama dari
masa ke masa, keterbatasan petugas kebersihan dan sarana pengangkutan. Saat
ini misalnya, dari pihak Kantor Dinas Kebersihan Kota Makassar menyatakan
dari sekitar 3.700 kubik produk sampah warga Kota Makassar setiap harinya,
masih terdapat lebih 400 kubik sampah yang tak dapat diangkut dari TPS-TPS
ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) oleh pihak petugas Dinas Kebersihan
dan Pertamanan Kota Makassar. Kota Makassar masih kekurangan sekitar
100-an unit mobil pengangkut sampah. Demikian pula masih dibutuhkan
tambahan sekitar 200-an tenaga kebersihan untuk dapat mengatasi
pengangkutan produk sampah warga Kota Makassar yang mencapai sekitar
3.700 kubik setiap hari. Kekuatan armada angkutan Dinas Kebersihan Kota
Makasaar saat ini hanya lebih dari 130 unit, di antaranya ada yang sebenarnya
sudah tak layak operasi. Sedangkan tenaga/petugas kebersihan yang dimiliki
lebih dari 400-an orang (Mahaji Noesa, 2011).
Dengan perkiraan jumlah penduduk 2,2 juta jiwa pada tahun 2015, dan
rata-rata produksi sampah tiap orang sekitar 0.3 m3 per hari, diperkirakan akan
5/12/2018 pak muhlis - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/pak-muhlis-55a35c7b93872 4/26
dihasilkan total 4,500 m3 sampah tiap hari. Ini akan menjadi masalah yang
serius apabila tidak terdapat rencana dan pengelolaan sampah padat perkotaan
yang memadai, untuk itu diperlukan program yang sesuai untuk dapat
memaksimalkan pengelolaan sampah di Kota Makassar.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas dapat diperoleh rumusan masalah
sebagai berikut :
1. Bagaimana permasalahan pengelolaan sampah yang ada di Kota
Makassar?
2. Program apa yang dapat digunakan untuk memaksimalkan pengelolaan
sampah di Kota Makassar?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui permasalahan pengelolaan sampah yang ada di Kota
Makassar
2. Untuk mengetahui program apa yang dapat digunakan untuk
memaksimalkan pengelolaan sampah di Kota Makassar
5/12/2018 pak muhlis - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/pak-muhlis-55a35c7b93872 5/26
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Sampah
Berdasarkan SK SNI tahun 1990, sampah adalah limbah yang bersifat
padat terdiri dari zat organik dan zat anorganik yang dianggap tidak berguna
lagi dan harus dikelola agar tidak membahayakan lingkungan dan melindungi
investasi pembangunan (Subekti, 2009). Sampah adalah istilah umum yang
sering digunakan untuk menyatakan limbah padat. Sampah adalah sisa-sisa
bahan yang mengalami perlakuan-perlakuan, baik karena telah sudah diambil
bagian utamanya, atau karena pengolahan, atau karena sudah tidak ada
manfaatnya yang ditinjau dari segi sosial ekonomis tidak ada harganya dan
dari segi lingkungan dapat menyebabkan pencemaran atau gangguan terhadap
lingkungan hidup (Hadiwiyoto, 1983). Sampah adalah limbah yang berbentuk
padat dan juga setengah padat, dari bahan organik atau anorganik, baik benda
logam maupun benda bukan logam, yang dapat terbakar dan yang tidak dapat
terbakar. Bentuk fisik benda-benda tersebut dapat berubah menurut cara
pengangkutannya atau cara pengolahannya (Direktorat Jenderal Cipta
Karya,1986). Sampah padat adalah semua barang sisa yang ditimbulkan dari
aktivitas manusia dan binatang yang secara normal padat dan dibuang ketika
tidak dikehendaki atau sia-sia (Tchobanoglous, 1993). Sedangkan yang
dimaksud dengan sampah perkotaan adalah sampah yang timbul di kota (tidak
termasuk sampah yang berbahaya dan beracun).
Klasifikasi Sampah
Sampah dapat diklasifikasikan ke dalam berbagai golongan; dan peng-
klasifikasian sampah dapat dilakukan berdasarkan beberapa tinjauan, yaitu :
1. Berdasarkan Jenis
5/12/2018 pak muhlis - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/pak-muhlis-55a35c7b93872 6/26
Sampah organik : Sampah yang sebagian besar tersusun oleh senyawa-
senyawa organik, dan berasal dari sisa-sisa tumbuhan (sayur, buah, daun,kayu, dll.), hewan (bangkai, kotoran, bagian tubuh seperti tulang, dll.).
Sampah ini bersifat dapat terurai (degradable) sehingga dalam waktu
tertentu akan berubah bentuk dan dapat menyatu kembali dengan alam
Sampah an-organik : Sampah yang sebagian besar tersusun oleh senyawa-
senyawa an-organik, dan berasal dari sisa industri, seperti plastik, botol /
kaca, kaleng, logam, dll.. Sampah an-organik umumnya bersifat sukar
terurai / sukar lapuk dan tidak lapuk (non-degradable) sehingga akan
selalu dalam bentuk aslinya di alam.
2. Berdasarkan Sumber
Rumah tangga : Sampah rumah tangga dapat bersumber dari kamar mandi
dan dapur perumahan, rumah makan, dll. berupa limbah yang merupakan
cairan bekas mencuci dan membersihkan sesuatu bahan keperluan sehari-
hari.
Industri : Sampah industri dapat bersumber dari pabrik, hotel, labratorium,
rumah sakit, dll. berupa limbah yang dibuang yang mengandung berbagai
macam bahan bahan kimia.
Pertanian : Sampah pertanian bersumber kawasan pertanian berupa sisa-
sisa insektisida dan pupuk, sisa-sisa produk pertanian (sisa sayuran,
potongan daun / batang / akar, buah) atau sisa-sisa bekas penanaman.
3. Berdasarkan Tingkat Kelapukan
Lapuk (garbage) : Sampah yang merupakan bahan-bahan organik; seperti
sayuran, buah, makanan. Pelapukan jenis sampah ini dapat terjadi dalam
waktu tertentu, sehingga akan berubah bentuk dan dapat menyatu kembali
dengan alam.
Sampah susah lapuk dan tidak lapuk (rubbish) : Sampah yang merupakan
bahan organik maupun an-organik; seperti; kertas dan kayu (susah lapuk;
pelapukan dapat terjadi tetapi dalam waktu yang lama, namun dapat
dibakar); kaleng, kawat, kaca, mika (tidak lapuk dan tidak dapat dibakar),
serta plastik (tidak lapuk tetapi dapat dibakar).
5/12/2018 pak muhlis - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/pak-muhlis-55a35c7b93872 7/26
4. Berdasarkan Bentuk
Padat : Sampah padat dapat berupa makhluk hidup (tumbuhan,hewan) yang merupakan sampah organik, dan benda-benda tak
hidup (besi, kaleng, plastik, dll.). Komposisi sampah padat
sebagian besar merupakan sampah organik yang berasal dari
berbagai sumber. Di Jakarta misalnya, sampah padat dapat
melebihi 70 % berupa sampah organik.
Sampah cair : Sampah cair dapat bersumber dari pabrik / industri,
pertanian / perikanan / peternakan / manusia, dan limbah rumah
tangga.
Gas : Sampah dalam bentuk gas dapat bersumber dari pabrik /
industri, alat transportasi, rumah tangga, pembakaran, dan efek
lanjutan terurainya sampah padat dan cair.
B. Pengelolaan Sampah
Pengelolaan sampah adalah semua kegiatan yang dilakukan dalam
menangani sampah sejak ditimbulkan sampai dengan pembuangan akhir.
Secara 30 garis besar, kegiatan di dalam pengelolaan sampah meliputi
pengendalian timbulan sampah, pengumpulan sampah, transfer dan transport,
pengolahan dan pembuangan akhir (Kartikawan, 2007 dalam Faizah, 2008).
Secara umum pengelolaan sampah di perkotaan dilakukan melalui 3
tahapan kegiatan, yakni: pengumpulan, pengangkutan dan pembuangan akhir.
Aboejoewono (1985) menggambarkan secara sederhana tahapan-tahapan dari
proses kegiatan dalam pengelolaan sampah sebagai berikut: Pengumpulan
diartikan sebagai pengelolaan sampah dari tempat asalnya sampai ke tempat
pembuangan sementara sebelum menuju tahapan berikutnya. Pada tahapan ini
digunakan sarana bantuan berupa tong sampah, bak sampah, peti kemas
sampah, gerobak dorong maupun tempat pembuangan sementara (TPS/Dipo).
Untuk melakukan pengumpulan, umumnya melibatkan sejumlah tenaga yang
5/12/2018 pak muhlis - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/pak-muhlis-55a35c7b93872 8/26
mengumpulkan sampah setiap periode waktu tertentu. Tahapan pengangkutan
dilakukan dengan menggunakan sarana bantuan berupa alat transportasi
tertentu menuju ke tempat pembuangan akhir/pengolahan. Pada tahapan ini
juga melibatkan tenaga yang pada periode waktu tertentu mengangkut sampah
dari tempat pembuangan sementara ke tempat pembuangan akhir (TPA).
Pada tahap pembuangan akhir/pengolahan, sampah akan mengalami
pemrosesan baik secara fisik, kimia maupun biologis sedemikian hingga
tuntas penyelesaian seluruh proses. Pengelolaan sampah, terutama di kawasan
perkotaan, dewasa ini dihadapkan kepada berbagai permasalahan yang cukup
kompleks. Permasalahan-permasalahan tersebut meliputi tingginya laju
timbulan sampah yang tinggi, kepedulian masyarakat (human behaviour ) yang
masih sangat rendah serta masalah pada kegiatan pembuangan akhir sampah
( final disposal ) yang selalu menimbulkan permasalahan tersendiri.
Dala
m
sistem manajemen pengelolaan sampah ada lima sub sistem yang saling saling
mendukung dimana antara satu dengan yang lainnya saling berinteraksi untuk
mencapai tujuan (Dept. Pekerjaan Umum, SNI 19-2454-2002). Kelima aspek
tersebut meliputi: aspek teknis operasional , aspek organisasi dan manajemen,
aspek hukum dan peraturan, aspek bembiayaan, aspek peran serta masyarakat.
Kelima aspek tersebut di atas ditunjukkan pada gambar berikut ini.
5/12/2018 pak muhlis - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/pak-muhlis-55a35c7b93872 9/26
Skema Manajemen Pengelolaan Sampah
(Sumber : Departemen Pekerjaan Umum, (SNI 19-2454-2002)
Dari gambar tersebut terlihat bahwa dalam sistem pengelolaan sampah
antara aspek teknis operasional, organisasi, hukum, pembiayaan dan peran
serta masyarakat saling terkait, tidak dapat berdiri sendiri.
Pada aspek kelembagaan, institusi pengelola persampahan dilakukan oleh
instansi yang terkait yang ditunjuk oleh pemerintah. Pelaksanaannya
berdasarkan kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah daerah. Pada aspek
teknik operasional, dipilih suatu cara yang sesuai dengan kondisi persampahan
yang ada. Biasanya di kota-kota besar menerapkan cara konvensional, yaitu
membuang sampah mulai dari sumbernya kemudian dibuang langsung atau
diangkut oleh petugas pengangkut sampah ke Tempat Penampungan
Sementara (TPS).
Pemindahan dan pengangkutan sampah dari TPS ke TPA dilakukan oleh
pemerintah daerah. Selain itu juga ada yang menerapkan pengelolaan sampah
secara 3R yaitu (reduce, reuse dan recycle). Pada aspek pembiayaan,
dibutuhkan biaya operasional dan pemeliharaan untuk sistem pengelolaan
persampahan agar dapat bergerak dengan lancar baik dengan bantuan dana
dari luar maupun dengan pembiayaan sendiri. Pembiayaan dalam sistem
pengelolaan persampahan diperlukan untuk pembiayaan
pembangunan/perawatan/peningkatan sarana dan prasarana, upah tenaga
operasional dan pemeliharaan. Pada aspek peraturan, perlunya peraturan baik
dalam bentuk Undang-Undang maupun Perda untuk mendukung pengelolaan
5/12/2018 pak muhlis - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/pak-muhlis-55a35c7b93872 10/26
sampah yang lebih efektif, antara lain berisi tentang pengelolaan sampah 3R
yaitu pemisahan sampah organik dan anorganik, serta memungkinkan pihak
swasta ikut serta dalam mengelola sampah di TPA (Faizah, 2008).
Perencanaan system persampahan memerlukan suatu pola standar
spesifikasi sebagai landasan yang jelas. Spesifikasi yang digunakan adalah
Standar Nasional Indonesia (SNI) Nomor 19-2454-2002 tentang Tata Cara
Pengelolaan Sampah di Permukikman. Teknik operasional pengelolaan
sampah bersifat integral dan terpadu secara berantai dengan urutan yang
berkesinambungan yaitu penampungan/pewadahan, pengumpulan,
pemindahan, pengangkutan, pembuangan/pengolahan.
Aspek Teknik Operasional merupakan salah satu upaya dalam mengontrol
pertumbuhan sampah, namun pelaksanaannya tetap harus disesuaika dengan pertimbangan kesehatan, ekonomi, teknik, konservasi, estetika dan
pertimbangan lingkungan (Tchobanoglous,1997:363 dalam Faizah, 2008).
1. Penampungan Sampah
Proses awal dalam penanganan sampah terkait langsung dengan
sumber sampah adalah penampungan. Penampungan sampah adalah suatu
cara penampungan sampah sebelum dikumpulkan, dipindahkan, diangkut
dan dibuang ke TPA. Tujuannya adalah menghindari agar sampah tidak
5/12/2018 pak muhlis - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/pak-muhlis-55a35c7b93872 11/26
berserakan sehingga tidak menggangu lingkungan. . Faktor yang paling
mempengaruhi efektifitas tingkat pelayanan adalah kapasitas peralatan,
pola penampungan, jenis dan sifat bahan dan lokasi penempatan (SNI 19-
2454-2002).
2. Pengumpulan Sampah
Pengumpulan sampah adalah cara proses pengambilan sampah mulai
dari tempat penampungan sampah sampai ke tempat pembuangan
sementara. Pola pengumpulan sampah pada dasarnya dikempokkan dalam
2 (dua) yaitu pola individual dan pola komunal (SNI 19-2454-2002)
sebagai berikut :
a. Pola Individual
Proses pengumpulan sampah dimulai dari sumber sampah
kemudian diangkut ke tempat pembuangan sementara/ TPS sebelum
dibuang ke TPA.
Pola Pengumpulan Sampah Individual Tak Langsung
Sumber: SNI 19-2454-2002
b. Pola Komunal
Pengumpulan sampah dilakukan oleh penghasil sampah ke tempat
penampungan sampah komunal yang telah disediakan / ke truk sampah
yang menangani titik pengumpulan kemudian diangkut ke TPA tanpa
proses pemindahan.
Pola Pengumpulan Sampah Komunal
SUMBER
TPA
PENGANGKUTPENGUMPUL
SUMBER
TPA
WADAH PENGANGKUT
5/12/2018 pak muhlis - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/pak-muhlis-55a35c7b93872 12/26
Sumber: SNI 19-2454-2002
3. Pemindahan Sampah
Proses pemindahan sampah adalah memindahkan sampah hasil
pengumpulan ke dalam alat pengangkutan untuk dibawa ke tempat
pembuangan akhir. Tempat yang digunakan untuk pemindahan sampah
adalah depo pemindahan sampah yang dilengkapi dengan container
pengangkut dan atau ram dan atau kantor, bengkel (SNI 19-2454-2002).
Pemindahan sampah yang telah terpilah dari sumbernya diusahakan jangan
sampai sampah tersebut bercampur kembali (Widyatmoko dan Sintorini
Moerdjoko, 2002:29 dalam Faizah, 2008).
4. Pengangkutan Sampah
Pengangkutan adalah kegiatan pengangkutan sampah yang telah
dikumpulkan di tempat penampungan sementara atau dari tempat sumber
sampah ke tempat pembuangan akhir. Berhasil tidaknya penanganan
sampah juga tergantung pada sistem pengangkutan yang diterapkan.
Pengangkutan sampah yang ideal adalah dengan truck container tertentu
yang dilengkapi alat pengepres, sehingga sampah dapat dipadatkan 2-4
kali lipat (Widyatmoko dan Sintorini Moerdjoko, 2002:29 dalam Faizah,
2008).
Tujuan pengangkutan sampah adalah menjauhkan sampah dari
perkotaan ke tempat pembuangan akhir yang biasanya jauh dari kawasan
perkotaan dan permukiman.
5. Pembuangan Akhir Sampah
Pembuangan akhir merupakan tempat yang disediakan untuk
membuang sampah dari semua hasil pengangkutan sampah untuk diolah
lebih lanjut. Prinsip pembuang akhir sampah adalah memusnahkan
sampah domestik di suatu lokasi pembuangan akhir. Jadi tempat
pembuangan akhir merupakan tempat pengolahan sampah. Menurut SNI
19-2454-2002 tentang Teknik Operasional Pengelolaan Sampah
5/12/2018 pak muhlis - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/pak-muhlis-55a35c7b93872 13/26
Perkotaan, secara umum teknologi pengolahan sampah dibedakan menjadi
3 metode yaitu :
a. Metode Open Dumping
Merupakan sistem pengolahan sampah dengan hanya membuang/
menimbun sampah disuatu tempat tanpa ada perlakukan khusus/
pengolahan sehingga sistem ini sering menimbulkan gangguan
pencemaran lingkungan.
b. Metode Controlled Landfill (Penimbunan Terkendali)
Controlled Landfill adalah sistem open dumping yang diperbaiki
yang merupakan sistem pengalihan open dumping dan sanitary landfill
yaitu dengan penutupan sampah dengan lapisan tanah dilakukan
setelah TPA penuh yang dipadatkan atau setelah mencapai periode
tertentu.
c. Metode Sanitary landfill (Lahan Urug Saniter)
Sistem pembuangan akhir sampah yang dilakukan dengan cara
sampah ditimbun dan dipadatkan, kemudian ditutup dengan tanah
sebagai lapisan penutup. Pekerjaan pelapisan tanah penutup dilakukan
setiap hari pada akhir jam operasi.
Model – Model Pengelolaan Sampah
1. Model Pengelolaan Sampah di Indonesia
Model pengolahan sampah di Indonesia ada dua macam, yaitu urugan dan
tumpukan. Model pertama merupakan cara yang paling sederhana, yaitu
sampah dibuang di lembah atau cekungan tanpa memberikan perlakuan.
Urugan atau model buang dan pergi ini bisa saja dilakukan pada lokasi yang
tepat, yaitu bila tidak ada pemukiman di bawahnya, tidak menimbulkan polusi
udara, polusi pada air sungai, longsor, atau estetika. Model ini umumnya
dilakukan untuk suatu kota yang volume sampahnya tidak begitu besar.
Pengolahan sampah yang kedua lebih maju dari cara urugan, yaitu
tumpukan. Model ini bila dilaksanakan secara lengkap sebenarnya sama
dengan teknologi aerobik. Hanya saja tumpukan perlu dilengkapi dengan unit
5/12/2018 pak muhlis - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/pak-muhlis-55a35c7b93872 14/26
saluran air buangan, pengolahan air buangan (leachate), dan pembakaran
ekses gas metan (flare). Model yang lengkap ini telah memenuhi prasyarat
kesehatan lingkungan. Model seperti ini banyak diterapkan di kota-kota besar.
Namun, sayangnya model tumpukan ini umumnya tidak lengkap, tergantung
dari kondisi keuangan dan kepedulian pejabat daerah setempat akan kesehatan
lingkungan dan masyarakat. Aplikasinya ada yang terbatas pada tumpukan
saja atau tumpukan yang dilengkapi saluran air buangan, jarang yang
membangun unit pengolah air buangan. Meskipun demikian, ada suatu daerah
yang mengelolanya dengan kreatif.
5/12/2018 pak muhlis - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/pak-muhlis-55a35c7b93872 15/26
2. Model Pengelolaan Sampah Luar Negeri
Di tahun terakhir, telah ada suatu aturan tentang prakarsa manajemen
sampah padat yang dilakukan oleh negara-negara Eropa, Australia, Austria,
Selandia Baru, dan Jepang. Sebagai contoh, pemerintah Jepang sedang bekerja
ke arah suatu target pengurangan timbunan sampah sebanyak 75%. Sebagian
besar fokus dari program ini pada 3R (reduce, recyle, dan re-use).
Umumnya pengelolaan sampah di luar negeri, khususnya Eropa, sudah
dimulai di rumah tangga, yaitu dengan memisahkan sampah organik dananorganik. Kantong sampah terbuat dari bahan yang bisa didaur ulang. Warna
kantong dibedakan antara sampah organik dan anorganik. Kantong sampah
organik biasanya berwarna hijau, sedangkan kantong sampah anorganik
berwarna cokelat. Adapun kantong sampah barang merah. Selain di lokasi
perumahan, pemerintah setempat juga menyediakan tempat sampah di lokasi
strategis untuk tempat buangan sampah di lokasi umum. Konstruksi tempat
sampah sedemikian rupa sehingga mudah diangkut oleh truk sekaligus
bersama tempat sampahnya ke lokasi pengolahan.
Sampah organik diambil oleh truk yang memiliki drum berputar
dilengkapi pisau pencacah dan mikroba perombak bahan organik. Dengan cara
ini pencampuran dapat dilakukan secara efisien dan merata karena volume
sampah tidak begitu besar serta drum tersebut berputar dengan konstan.
Kadang truk tersebut fungsinya hanya mengangkut, sedang pencacahan
sampah dilakukan di tempat pengolahan.
Setelah sampah di lokasi pengolahan, sampah dituangkan ke dalam
tempat penampungan, lalu diangkut oleh conveyor untuk dipisahkan dari
material anorganik (besi). Pemisahannya menggunakan magnetic separator.
Sementara pemisahan material ringan seperti kertas, plastik, dan kain dengan
menggunakan teknik sentrifugal/tromol berputar. Material yang berat selain
besi seperti gelas atau potongan kayu dipisahkan dengan menggunakan
hembusan udara (air classifier). Selanjutnya, sampah diangkut ke ruang
pengolahan (komposting). Material anorganik yang masih bisa didaur ulang
5/12/2018 pak muhlis - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/pak-muhlis-55a35c7b93872 16/26
dipisahkan, sedangkan yang tidak bisa didaur ulang dibakar menggunakan
incinerator.
Cara pengolahan sampah organik pada dasarnya ada 2 macam, yaitu
menggunakan model reaktor dan non-reaktor (di tempat terbuka atau hanya
bagian atas tertutup atap).
a. Model nonreaktor yaitu sebagai berikut:
1) Agitated solid bed (windrow), baik yang diberi aerasi atau tidak
diberi aerasi.
2) Static soil bed, baik yang diberi aerasi atau aerasi alami.
b. Model reaktor yaitu sebagai berikut:
1) Rotating drum, jenisnya terdiri dari disperse flow, cells in series,
dan complete mix.
2) Bin reactor, jenisnya terdiri dari rectangular tankage dan inclined
flow reactor.
Model-model tersebut memiliki kelebihan dan kelemahan sendiri dan
tidak akan dibahas secara detil, kecuali model windrow. Model windrow mirip
model tumpukan. Sebelum unit pengolah sampah dibangun, terlebih dahulu
telah dibuat negosiasi dengan perusahaan pertanian atau perkebunan yang
akan menyerap produk kompos sampah kota yang dihasilkan. Dengan
demikian, areal untuk proses komposting tidak tersita oleh produk kompos
yang tidak terjual. Selain itu, adanya pendapatan yang diterima kegiatan
tersebut.
Selain cara pengolahan sampah yang berbeda dan variatif di Eropa,
komposisi sampahnya juga berbeda. Hal ini disebabkan pola makan yang
berbeda sehingga ketersediaan barang di pasar pun berbeda. Secara umum
komposisi sampah di Eropa mirip dengan sampah yang berasal dari pasar
swalayan. Adapun contoh komposisi sampah di Eropa, terutama Belgia, dan
nilai kalor kandungnya dapat dilihat pada tabel.
5/12/2018 pak muhlis - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/pak-muhlis-55a35c7b93872 17/26
Komposisi Sampah Organik dan Nilai Kalornya di Eropa
No Jenis Sampah Persentase (%) Nilai Kalor (MJ/Kg)
Total Kalor (MJ/ton)
1. Sampah daun 17 5,7 969
2. Sampah sayur dan
buah
43 14,2 6.106
3. Kertas 3 15,6 468
4. Tekstil 5 36,8 1.840
5. Kotoran 12 6,9 828
6. Macam-macam 2 18,1 362
7. Total nilai kalor 82 10.573
Berdasarkan Tabel 3, komponen sampah organik sekitar 82%. Dari
persentase tersebut ada yang mudah terurai (83%) dan sulit terurai (17%).
Kadar air di Eropa berkisar 15-30%. Berbeda dengan sampah kota di
Indonesia yang kadar airnya 70-80%. Tinggi kadar air tersebut akan
menyulitkan di dalam proses pengolahannya. Adapun secara teoritis total nilai
kalor yang diperoleh dari 1 ton sampah yang dibakar yaitu sebesar 10.573 MJ.
Berbeda dengan Eropa, Malaysia dan Brunei masih mencari cara untuk
mengatasi masalah pengelolaan sampah. Buktinya, kedua negara tersebut akan
mengimpor alat composter buatan Bandung. Pengelolaan sampah di Malaysia
dengan landfill, bahkan di hampir di seluruh Malaysia menggunakan open
dumping. Hal tersebut tidak jauh berbeda dengan pengelolaan sampah di
Indonesia. Sementara pengelolaan sampah Singapura memiliki manajemen
yang rapi dan diolah dengan teknologi tinggi yang dimanfaatkan untuk
membuat pulau. Di negara tersebut memiliki sistem pembakaran sampah
dengan teknologi sistem kontrol digital di lokasi tertutup. Dengan pembakaran
tersebut, diperoleh panas untuk menggerakkan turbin dan pembangkit listrik.
Tempat pembakaran hanya mengonsumsi 20% dari energi listrik yang
dihasilkan dari sisanya (80%) dijual.
BAB IV
5/12/2018 pak muhlis - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/pak-muhlis-55a35c7b93872 18/26
PEMBAHASAN
A. Tujuan
1. Tujuan Umum
Meningkatkan upaya pengelolaan sampah di kota Makassar dari 89,21 %
(2010) ke 95 % (2012)
2. Tujuan Khusus
a) Mengurangi dampak yang dihasilkan dari adanya sampah terutama
dampak terhadap kesehatan lingkungan
b) Menciptakan lapangan kerja bagi masyarakat dengan adanya proses
daur ulang sampah menjadi barang yang bernilai ekonomis
c) Menciptakan kesadaran masyarakat akan pentingnya pengelolaan
sampah agar sampah tersebut tidak menjadi sumber masalah dimana-
mana
B. Analisis Lingkungan Internal (ALI) dan Analisis Lingkungan Eksternal
(ALE)
Analisis Lingkungan Internal (ALI) dan Analisis Lingkungan Eksternal
(ALE) disebut juga dengan analisis SWOT. Analisis SWOT adalah analisis
kondisi internal maupun eksternal suatu organisasi yang selanjutnya akan
digunakan sebagai dasar untuk merancang strategi dan program kerja.
Tujuannya adalah untuk menilai lingkungan organisasi secara keseluruhan,
baik faktor-faktor yang berada diluar organisasi maupun yang berada didalam
organisasi yang semuanya mempengaruhi kemajuan organisasi dalam
mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Analisis SWOT yang dengannya dapat diketahui secara jelas dan pasti
faktor-faktor internal yang menjadi kekuatan organisasi yang dapat mencakup
saluran distribusi yang handal, posisi kas organisasi, lokasi yang
menguntungkan, keunggulan dalam menerapkan teknologi yang canggih tetapi
sekaligus tepat guna dan struktur atau tipe organisasi yang digunakan. Akan
tetapi, tidak kalah pentingnya untuk diketahui secara tepat adalah berbagai
5/12/2018 pak muhlis - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/pak-muhlis-55a35c7b93872 19/26
kelemahan yang mungkin terdapat dalam diri organisasi tersebut. Analisis
SWOT yang dilakukan dengan tepat juga menunjukkan berbagai peluang yang
seharusnya dimanfaatkan, terutama dengan mengembangkan faktor-faktor
pendukung dan mengubah potensi yang dimiliki menjadi kekuatan efektif
sehingga organisasi memiliki keunggulan kompetitif yang dapat diandalkan.
Kemampuan memanfaatkan peluang mempunyai arti yang sangat penting bagi
setiap organisasi, terutama dalam situasi persaingan yang tajam. Bahkan
dapat dikatakan bahwa ketidakmampuan memanfaatkan peluang pada dirinya
akan menimbulkan ancaman bagi organisasi karena pesaing akan mengambil
manfaat dari kelemahan lawannya (Jutaajrullah, 2010).
Analisis internal meliputi peniaian terhadap faktor kekuatan (Strength)
dan kelemahan (Weakness). Sementara, analisis eksternal mencakup faktor
peluang (Opportunity) dan tantangan (Threaths).
1. Analisis Lingkungan Internal (ALI)
Analisis lingkungan internal terdiri atas dua bagian yaitu kekuatan
(Strength) dan kelemahan (Weakness).
a. Kekuatan (Strength)
1) Dukungan pemerintah yang tertuang dalam Undang-
Undang No. 18 tahun 2008 tentang Pengelolaan Lingkungan
Hidup.
2) Terdapat sarana dan prasarana persampahan di kota
Makassar seperti TPA (Tempat Pembuangan Akhir), container,
bulldozer, truk, dan lain sebagainya.
3) Adanya industri-industri daur ulang sampah baik itu
sampah organik maupun sampah anorganik. Untuk sampah
organik dengan cara pengomposan sedangkan untuk sampah
anorganik dapat diolah menjadi kerajinan tangan sehingga dapat
bernilai ekonomi.
b. Kelemahan (Weakness)
5/12/2018 pak muhlis - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/pak-muhlis-55a35c7b93872 20/26
1) Tidak tegasnya pemerintah dalam memberlakukan
peraturan yang ada, seperti hukuman penjara bagi yang membuang
sampah sembarangan ternyata tidak terealisasi sepenuhnya.
2) Wilayah yang semakin sempit karena bertambah banyaknya
perumahan yang dibangun.
3) Kurangnya petugas kebersihan yang beroperasi setiap
harinya sehingga sampah tidak ternagkut sepenuhnya ke TPA.
4) Masih kurangnya industri-industri maupun tempat
pengelolaan sampah terpadu pengelolaan sampah sehingga jumlah
sampah yang dapat diolah tidak sampai setengah dari jumlah
sampah yang ada.
2. Analisis Lingkungan Eksternal (ALE)
Analisis lingkungan eksternal terdiri atas dua bagian yaitu
kesempatan/ peluang (Opportunity) dan tantangan (Threaths)
a. Kesempatan/peluang (Opportunity)
1) Adanya bantuan dari investor luar negeri ataupun LSM
(Lembaga Sosial Masyarakat) untuk menangani masalah sampah
2) Kerjasama lintas sektor sehingga masalah persampahan di
kota Makassar dapat menjadi tanggungjawab bersama di semua lini
pemerintahan
b. Ancaman/Tantangan (Threaths)
1) Pertambahan penduduk yang sangat cepat dengan adanya
transmigrasi dari daerah-daerah tertentu ke kota Makassar untuk
mencari pekerjaan
2) Semakin berkurangnya kesadaran masyarakat untuk
mengelola sampah yang dihasilkannya
C. Rencana Kegiatan
1. Pengolahan Sampah Berbasis Masyarakat
Kegiatan ini bertujuan agar masyarakat dapat secara mandiri
mengelola sampah yang dihasilkannya dengan tidak hanya membuang
5/12/2018 pak muhlis - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/pak-muhlis-55a35c7b93872 21/26
begitu saja sehingga dapat mengurangi volume sampah di TPA (tempat
pembuangan akhir). Terdapat dua kegiatan yaitu pertama dimulai dari
pemilahan sampah di tingkat rumah tangga yang dilakukan oleh ibu rumah
tangga. Hal ini sangat penting untuk diketahui para ibu rumah tangga
sebab yang mengelola rumah tangga adalah mereka. Sebab itu,
keberhasilan mengelola sampah rumah tangga sangat ditentukan
bagaimana seorang ibu memberikan contoh bagi anggota keluarga dalam
mengelola sampah. Selain itu, tak dapat dipungkiri peran ibu sangat sentral
dalam memberi contoh dan mendidik anggota keluarga, terutama anak-
anak. Ibu adalah pendidik yang utama dan terutama bagi anak-anak untuk
menanamkan kesadaran terhadap masalah lingkungan hidup dengan
melibatkan mereka dalam pengelolaan sampah rumah tangga. Dan yang
kedua adalah penyediaan ″ Bank Sampah″ minimal di setiap kelurahan
yang dikelola oleh pemerintah setempat (kelurahan) dan dikoordinir
langsung oleh ibu-ibu rumah tangga sekaligus sebagai tenaga pekerja.
Bank sampah ini adalah tempat pengumpulan dan pengolahan sampah
secara terpisah yaitu terdiri dari sampah organik dan sampah anorganik.
Untuk sampah organik dapat dijadikan pupuk kompos sedangkan sampah
anorganik diolah menjadi barang yang bernilai ekonomi seperti kerajinan
tangan. Oleh karena itu, ibu rumah tangga mempunyai peran yang sangat
besar dalam penanganan sampah domestik untuk meminimalisir dampak
yang ditimbulkan karena sampah, khususnya sampah yang dihasilkan dari
rumah tangga, sehingga kelestarian lingkungan dapat terjaga. Tetapi hal
ini tak luput dari peran serta dari berbagai pihak, demi kelestarian
lingkungan kita. Firman Allah SWT. dalam surah Ar-Ra’ad ayat 11:
Artinya :
5/12/2018 pak muhlis - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/pak-muhlis-55a35c7b93872 22/26
“Sesungguhnya Allah tidak merubah Keadaan sesuatu kaum sehingga
mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri”.
(Surah Ar Ra’d ayat 11)
2. Kerjasama Lintas Sektor untuk Menangani Masalah Persampahan yang
ada di Kota Makassar
Sampah yang ada di kota Makassar selama ini hanya ditangani oleh
Dinas Kebersihan saja sehingga mereka pun kewalahan sebab sampah
yang dihasilkan setiap hari bertambah banyak sementara jumlah petugas
kebersihan yang ada terbatas. Akibatnya sampah-sampah yang ada tidak
sepenuhnya terangkut ke TPA melainkan menumpuk hingga berhari-hari
di TPS (tempat pembuangan sementara) dan menimbulkan bau tidak
sedap. Masalah lainnya dari 800 ton sampah yang dihasilkan dalam satu
hari, yang dapat diolah dengan baik hanyalah 100 ton sedangkan sisanya
hanya dibuang ke TPA. Kerjasama lintas sektor dapat membantu
meringankan tugas Dinas Kebersihan dalam menangani sampah yang ada
di Kota Makassar. Sebagai contoh, Dinas Sosial dapat menciptakan
lapangan kerja dengan memanfaatkan tenaga pemulung yang ada untuk
mendaur ulang sampah menjadi barang yang bernilai ekonomi. Dinas
Tata Ruang dapat fokus pada pemilihan tempat atau lokasi pembuangan
akhir (TPA) yang baik agar jauh dari pemukiman masyarakat. Sementara
itu, Dinas Kebersihan dapat mengurusi masalah pengangkutan sampah ke
TPA dengan baik sehingga tidak ada lagi sampah yang menumpuk di
pinggir jalan (TPS) yang bisa menimbulkan bau dan gangguan estetika.
hadist tenttng keindahan…………
3. Workshop tentang Pengelolaan Sampah
Sasaran dari kegiatan ini adalah tokoh masyarakat dan salah satu
perwakilan dari masyarakat umum dalam setiap wilayah kelurahan yang
5/12/2018 pak muhlis - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/pak-muhlis-55a35c7b93872 23/26
ada di kota Makassar seperti kepala lurah, ketua PKK, dan sebagainya.
Rangkaian kegiatan ini mulai dari pembentukan organisasi atau kelompok
yang menjadi sasaran pelatihan, dalam hal ini kelompok yang dibentuk
berdasarkan jumlah kelurahan yang ada. Setelah itu mengadakan pelatihan
terhadap masing-masing kelompok yang telah dibentuk, kemudian
evaluasi yang dilakukan setiap tiga bulan. Untuk kelompok yang dapat
menjalankan program pengelolaan sampah dengan baik akan diberikan
penghargaan dari pemerintah setempat sebagai bentuk apresiasi.
4. Hari Membuang Sampah
Sampah memang tidak dapat dihindari sebab manusia adalah
produsen utama penghasil sampah. Sampah hanya dapat dikurangi
jumlahnya dalam batas-batas yangdibutuhkan saja. Meskipun ini agak
sulit, namun tidak ada ruginya kita mencoba. Kita hanya membutuhkan
ketegasan dari pemerintah dalam hal pengawasannya agar masyarakat
benar-benar menaati peraturan tersebut.
“…………….sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di
muka bumi”.
kekhalifaan menuntut manusia untuk memelihara, membimbing dan
mengarahkan segala sesuatu agar mencapai maksud dan tujuan
penciptaan-Nya. Adapun contoh pengaplikasiannya adalah dengan
mengadakan jadwal pembuangan sampah misalnya hari senin untuk
membuang sampah organik saja, hari selasa untuk membuang sampah
anorganik, kemudian seterusnya seperti itu. Program ini sudah dijalankan
salah satu negara maju yaitu Jepang dan terbilang cukup efektif untuk
mengurangi produksi sampah setiap harinya.
5/12/2018 pak muhlis - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/pak-muhlis-55a35c7b93872 25/26
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Pengelolaan sampah yang ada di kota Makassar memerlukan
peningkatan kegiatan partisipatif dari masyarakat. Adapun permasalahan
yang dilihat dari segi kelemahan yang telah dianalisis yaitu:
a. Tidak tegasnya pemerintah dalam memberlakukan peraturan yang ada,
seperti hukuman penjara bagi yang membuang sampah sembarangan
ternyata tidak terealisasi sepenuhnya. b. Wilayah yang semakin sempit karena bertambah banyaknya
perumahan yang dibangun.
c. Kurangnya petugas kebersihan yang beroperasi setiap harinya
sehingga sampah tidak terangkut sepenuhnya ke TPA.
d. Masih kurangnya industri-industri maupun tempat pengelolaan
sampah terpadu sehingga jumlah sampah yang dapat diolah tidak
sampai setengah dari jumlah sampah yang ada.2. Rencana kegiatan untuk peningkatan cakupan pengelolaan sampah di kota
Makassar Tahun 2012 adalah
a. Pengelolaan sampah berbasis masyarakat
b. Kerjasama lintas sektor untuk menangani masalah persampahan
yang ada di Kota Makassar
c. Workhsop pengelolaan sampah
d. Hari buang sampah
B. Saran
1. Hendaknya pemerintah dapat menyediakan dan mengontrol fasilitas,
sarana dan prasarana yang memadai bagi peningkatan pengelolaan sampah
di Kota Makassar.
2. Masyarakat sebagai subjek utama dalam pengelolaan sampah seyogyanya
dapat lebih berpartisipasi dalam setiap penyelenggaraan tehnis dalam
kegiatan yang terkait.
5/12/2018 pak muhlis - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/pak-muhlis-55a35c7b93872 26/26
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2007. Addenda Proyek Gas Lahan TPA Makassar . Diakses pada
tanggal 21 Oktober 2011
dihttp://makassarkota.go.id/download/makassar_dd_report_
%20environmental_(bahasa).pdf
Anonim. 2011. Pedoman Perencanaan Pengelolaan Sampah Berbasis
Masyarakat Untuk Program REKOMPAK – JRF. Diakses pada tanggal 21
November
dihttp://www.rekompakjrf.org/download/Pedoman_Desain_Persampahan_2
6_Juli_2011.pdf
Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Makassar
Jutaajrullah. 2010. Pentingnya Analisis Lingkungan Internal Dalam Manajemen
Strategi. Diakses pada tanggal 27 November 2011. http :
www.jutaajrullah.co.cc