pak

20
PENEGAKAN DIAGNOSIS KLINIS PENYAKIT AKIBAT KERJA Ali Husain Abdul Kadir 102011435 1

Upload: nurshawina-kamaludin

Post on 10-Nov-2015

3 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

Penyakit akibat kerja

TRANSCRIPT

PENEGAKAN DIAGNOSIS KLINIS PENYAKIT AKIBAT KERJA

Ali Husain Abdul Kadir102011435

Skenario PBL 5Seorang laki-laki berusia 28 tahun datang ke klinik dengan keluhan lemas dan sering merasa demam

RUMUSAN MASALAHLaki-laki berusia 28 tahun datang ke klinik dengan keluhan lemas dan sering merasa demam

PENDAHULUANPenyakit Akibat KerjaPenyakit akibat kerja adalah penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan, alat kerja, bahan, proses maupun lingkungan kerja. Dengan demikian penyakit akibat kerja merupakan penyakit yang artifisial atau man made disease. Terdapat beberapa penyebab PAK yang umum terjadi di tempat kerja, Beberapa jenisnya yang digolongkan berdasarkan penyebab dari penyakit yang ada di tempat kerja, antara lain sebagai berikut:1. Golongan fisik: bising, radiasi, suhu ekstrim, tekanan udara, vibrasi, penerangan2. Golongan kimiawi: semua bahan kimia dalam bentuk debu, uap, gas, larutan, kabut3. Golongan biologik: bakteri, virus, jamur, dan lain-lain4. Golongan fisiologik/ergonomik: desain tempat kerja, beban kerja5. Golongan psikososial: stres psikis, monotomi kerja, tuntutan pekerjaan, dan lain-lain.

A. Klasifikasi Penyakit Akibat KerjaDalam melakukan tugasnya di perusahaan seseorang atau sekelompok pekerja berisiko mendapatkan kecelakaan atau penyakit akibat kerja.World Healthy Organization (WHO) membedakan empat kategori Penyakit Akibat Kerja, yaitu:1. Penyakit yang hanya disebabkan oleh pekerjaan, misalnya Pneumoconiosis2. Penyakit yang salah satu penyebabnya adalah pekerjaan, misalnya Karsinoma Bronkhogenik3. Penyakit dengan pekerjaan merupakan salah satu penyebab di antara faktor-faktor penyebab lainnya, misalnya Bronkhitis khronis4. Penyakit dimana pekerjaan memperberat suatu kondisi yang sudah ada sebelumnya, misalnya asma.B. Macam-macam Penyakit Akibat KerjaBeberapa jenis penyakit pneumoconiosis yang banyak dijumpai di daerah yang memiliki banyak kegiatan industri dan teknologi, yaitu: Penyakit Silikosis Penyakit Asbestosis Penyakit Bisinosis Penyakit Antrakosis Penyakit Beriliosis Penyakit Saluran Pernafasan Penyakit Kulit Kerusakan Pendengaran Gejala pada Punggung dan Sendi Kanker Coronary Artery Disease Penyakit Liver Masalah Neuropsikiatrik Penyakit yang Tidak Diketahui Sebabnya

Berdasarkan International Labour Organisation (ILO), didapatkan 1,1 juta kematian diakibatkan oleh pekerjaan atau kecelakaan akibat hubungan kerja. Serta didapatkan 300,000 kematian adalah akibat daripada 250 juta daripada kecelakaan yang terjadi.

Gambar 1: Penyebab Kematian yang Berhubungan dengan Pekerjaan.Di Amerika Sarekat, terdapat 390,000 kasus terbaru yang diakibatkan oleh PAK dan kebanyakan darinya disebabkan oleh solvent. 95% kasus yang berhubungan dengan solvent tidak pernah dilaporkan.TUJUAN1. Mengenal pasti diagnosa klinis pria tersebut berdasarkan masalah yang diberikan.2. Mempelajari faktor yang berperan dalam menimbulkan penyakit.3. Mempelajari cara penanggulangan serta pencegahan dalam mengurangkan insidens penyakit akibat kerja.

ANAMNESISUntuk dapat mendiagnosis PAK pada individu perlu dilakukan suatu pendekatan sistematis untuk mendapatkan informasi yang diperlukan dan menginterpretasinya secara tepat. Pendekatan tersebut dapat disusun menjadi 7 langkah yang dapat digunakan sebagai pedoman:1. Tentukan diagnosis klinisnyaDiagnosis klinis harus dapat ditegakkan terlebih dahulu, dengan memanfaatkan fasilitas-fasilitas penunjang yang ada, seperti umumnya dilakukan untuk mendiagnosis suatu penyakit. Setelah diagnosis klinik ditegakkan baru dapat dipikirkan lebih lanjut apakah penyakit tersebut berhubungan dengan pekerjaan atau tidak.

2. Tentukan pajanan yang dialami oleh tenaga kerja selama iniPengetahuan mengenai pajanan yang dialami oleh seorang tenaga kerja adalah esensial untuk dapat menghubungkan suatu penyakit dengan pekerjaannya. Untuk ini perlu dilakukan anamnesis mengenai riwayat pekerjaannya secara cermat dan teliti, yang mencakup: Penjelasan mengenai semua pekerjaan yang telah dilakukan oleh penderita secara kronologis Lamanya melakukan masing-masing pekerjaan Bahan yang diproduksi Materi (bahan baku) yang digunakan Jumlah pajanannya Pemakaian alat perlindungan diri (masker) Pola waktu terjadinya gejala Informasi mengenai tenaga kerja lain (apakah ada yang mengalami gejala serupa) Informasi tertulis yang ada mengenai bahan-bahan yang digunakan (MSDS, label, dan sebagainya)

3. Tentukan apakah pajanan tersebut memang dapat menyebabkan penyakit tersebutApakah terdapat bukti-bukti ilmiah dalam kepustakaan yang mendukung pendapat bahwa pajanan yang dialami menyebabkan penyakit yang diderita. Jika dalam kepustakaan tidak ditemukan adanya dasar ilmiah yang menyatakan hal tersebut di atas, maka tidak dapat ditegakkan diagnosa penyakit akibat kerja. Jika dalam kepustakaan ada yang mendukung,

4. Tentukan apakah jumlah pajanan yang dialami cukup besar untuk dapat mengakibatkan penyakit tersebut. Jika penyakit yang diderita hanya dapat terjadi pada keadaan pajanan tertentu, maka pajanan yang dialami pasien di tempat kerja menjadi penting untuk diteliti lebih lanjut dan membandingkannya dengan kepustakaan yang ada untuk dapat menentukan diagnosis penyakit akibat kerja.

5. Tentukan apakah ada faktor-faktor lain yang mungkin dapat mempengaruhiApakah ada keterangan dari riwayat penyakit maupun riwayat pekerjaannya, yang dapat mengubah keadaan pajanannya, misalnya penggunaan Alat Pelindung Diri (APD), riwayat adanya pajanan serupa sebelumnya sehingga risikonya meningkat. Apakah pasien mempunyai riwayat kesehatan (riwayat keluarga) yang mengakibatkan penderita lebih rentan/lebih sensitif terhadap pajanan yang dialami.

6. Cari adanya kemungkinan lain yang dapat merupakan penyebab penyakitApakah ada faktor lain yang dapat merupakan penyebab penyakit? Apakah penderita mengalami pajanan lain yang diketahui dapat merupakan penyebab penyakit. Meskipun demikian, adanya penyebab lain tidak selalu dapat digunakan untuk menyingkirkan penyebab di tempat kerja.

7. Buat keputusan apakah penyakit tersebut disebabkan oleh pekerjaannyaSesudah menerapkan ke enam langkah di atas perlu dibuat suatu keputusan berdasarkan informasi yang telah didapat yang memiliki dasar ilmiah. Seperti telah disebutkan sebelumnya, tidak selalu pekerjaan merupakan penyebab langsung suatu penyakit, kadang-kadang pekerjaan hanya memperberat suatu kondisi yang telah ada sebelumnya. Hal ini perlu dibedakan pada waktu menegakkan diagnosis. Suatu pekerjaan/pajanan dinyatakan sebagai penyebab suatu penyakit apabila tanpa melakukan pekerjaan atau tanpa adanya pajanan tertentu, pasien tidak akan menderita penyakit tersebut pada saat ini. Sedangkan pekerjaan dinyatakan memperberat suatu keadaan apabila penyakit telah ada atau timbul pada waktu yang sama tanpa tergantung pekerjaannya, tetapi pekerjaannya/pajanannya memperberat/mempercepat timbulnya penyakit.Dari uraian di atas dapat dimengerti bahwa untuk menegakkan diagnosis Penyakit Akibat Kerja diperlukan pengetahuan yang spesifik, tersedianya berbagai informasi yang didapat baik dari pemeriksaan klinis pasien, pemeriksaan lingkungan di tempat kerja (bila memungkinkan) dan data epidemiologis. Berdasarkan kasus, pria berusia 28 tahun tersebut bekerja sebagai laboratorium analisis dan hasil dari anamnesis serta pemeriksaan fisik yang dilakukan didapatkan keluhan lemas, sering merasa demam disertai mual muntah, sklera ikterik, BAK warna teh, hepar 1 jari bawah arcus costae dan lien tidak teraba diduga menghidap Hepatitis akibat kerja.

HEPATITIS Hepatitis berarti radang atau pembengkakan hati. Hepatitis bisa disebabkan oleh virus, alkohol, narkoba, obat (termasuk obat yang diresepkan), atau racun. Penyebab lainnya adalah infeksi oportunistik (IO). Tetapi kebanyakan hepatitis disebabkan oleh infeksi virus. Ada 5 macam virus hepatitis, tipe A, B, C, D, dan E. 5 tipe dari virus ini menjadi perhatian karena penyebab kesakitan dan kematian serta berpotensi menjadi penyakit penyebaran yang luas. Hepatitis A dan E kebanyakan disebabkan karena tertelan air atau makanan yang terkontaminasi. Hepatitis B, C, dan D timbul dari kontak parenteral dengan cairan tubuh yang terinfeksi. Kebanyakan transmisi untuk virus ini termasuk penerima produk darah yang terkontaminasi, prosedur medis yang invasif yang menggunakan peralatan yang terkontaminasi, dan untuk hepatitis B dari proses kelahiran antara ibu ke anak, dari keluarga ke anak ataupun dari hubungan seksual. Hepatitis kemungkinan terjadi sebagai infeksi sekunder selama perjalanan infeksi dengan virus-virus lainnya , seperti : Cytomegalovirus Virus Epstein-Barr Virus Herpes simplex Virus Varicella-zoster Pasien biasanya sembuh secara total dari hepatitis, tetapi kemungkinan mempunyai penyakit liver residu. Umumnya penderita hepatitis akut pada orang dewasa akan sembuh secara sempurna ( > 90%). Hanya sebagian kecil yang menetap (permanent) dan menjadi kronik (5 10%).Meskipun angka kematian hepatitis relatif lama, pada hepatitis virus akut bisa berakhir dengan kematian.Waktu terekspos sampai kena penyakit kira-kira 2 sampai 6 minggu. Penderita akan mengalami gejala gejala seperti demam, lemah, letih, dan lesu, pada beberapa kasus, seringkali terjadi muntah muntah yang terus menerus sehingga menyebabkan seluruh badan terasa lemas.Di negara berkembang, dan di daerah dengan standar higiene yang buruk, kejadian infeksi virus ini adalah tinggi dan penyakit biasanya kontak pada anak usia dini. Setelah kenaikan pendapatan dan akses untuk membersihkan air meningkat, insiden HAV menurun. Hepatitis A menyebabkan infeksi dengan tanda-tanda dan gejala klinis pada lebih dari 90% anak yang terinfeksi dan karena infeksi menimbulkan kekebalan seumur hidup, penyakit ini tidak ada maknakhusus untuk mereka yang terinfeksi pada awal kehidupan. Di Eropa, Amerika Serikat dan negara-negara industri lainnya, di sisi lain, infeksi ditularkan terutama oleh orang dewasa muda yang rentan, kebanyakan dari mereka terinfeksi dengan virus selama perjalanan ke negara-negara dengan kejadian penyakit yang tinggi, atau melalui kontak dengan orang menular.Infeksi HAV merupakan penyakit yang dapat sembuh sendiri yang tidak mengakibatkan infeksi kronis atau penyakit hati kronis. Namun, 10% -15% dari pasien mungkin mengalami gejala kekambuhan selama 6 bulan setelah penyakit akut. Gagal hati akut dari hepatitis A jarang terjadi (secara keseluruhan tingkat fatalitas kasus: 0,5%). Risiko untuk infeksi simtomatik secara langsung berkaitan dengan usia, dengan> 80% orang dewasa mengalami gejala kompatibel dengan hepatitis virus akut dan mayoritas anak-anak memiliki infeksi yang asimtomatik atau tidak bergejala. Antibodi dihasilkan sebagai respons terhadap infeksi HAV. Berlangsung selama hidup dan memberikan perlindungan terhadap reinfeksi. Penyakit ini dapat dicegah dengan vaksinasi, vaksin hepatitis A dan telah terbukti efektif dalam mengendalikan wabah di seluruh dunia.

Tipe ATipe BTipe CTipe DTipe E

Metode TransmisiFekal-oral melalui orang lainParenteral seksual, perinatalParenteral jarang seksual, orang ke orang, perinatalParenteral perinatal, memerlukan koinfeksi dengan type BFekal-oral

KeparahanTidak ikterikdanasimptomatikParahMenyebar luas, dapat berkembang sampai kronisPeningkatan insiden kronis dan gagal hepar akutSama dengan D

ParahMenyebar luas, dapat berkembang sampai kronisPeningkatan insiden kronis dan gagal hepar akutSama dengan D

Sumber virusDarah, feces, salivaDarah, saliva, semen, sekresi vaginaTerutama melalui darahMelalui darahDarah, feces, saliva

Tabel 1: Pelbagai tipe hepatitis Berikut merupakan contoh diagnosa klinis hepatitis: AlkoholMenyebabkan alkohol hepatitis dan selanjutnya menjadi alkohol sirosis. Obat-obatanMenyebabkan toksik untuk hati, sehingga sering disebut hepatitis toksik dan hepatitis akut.

Pemeriksaan DiagnostikPemeriksaan hepatitis secara umum : 1. Laboratorium a. Pemeriksaan pigmen Urobilirubin direk Bilirubin serum total Bilirubin urin Urobilinogen urin Urobilinogen feses Jika bilirubin diatas 2,5 mg/100 ml (bila diatas 200 mg/ml, prognosis buruk, mungkin berhubungan dengan peningkatan nekrosis seluler)b. Pemeriksaan protein Protein totel serum Albumin serum Globulin serum HbsAGAlbumin serum biasanya menurun, hal ini disebabkan karena sebagian besar protein serum disintesis oleh hati dan karena itu kadarnya menurun pada berbagai gangguan hati.c. Waktu ProtrombinMungkin memanjang (disfungsi hati), akibat kerusakan sel hati atau berkurang. Meningkat absorbsi vitamin K yang penting untuk sintesis protombin.d. Pemeriksaan serum transferase dan transaminase AST atau SGOT ALT atau SGPTAwalnya meningkat. Dapat meningkat 1-2 minggu sebelum ikterik kemudian tampak menurun. SGOT/SGPT merupakan enzim enzim intra seluler yang terutama berada dijantung, hati dan jaringan skelet, terlepas dari jaringan yang rusak, meningkat pada kerusakan sel hati. 2. Radiologi Foto rontgen abdomen Pemindahan hati denagn preparat technetium, emas, atau rose bengal yang berlabel radioaktif Kolestogram dan kalangiogram Arteriografi pembuluh darah seliaka3. Pemeriksaan tambahan Biopsi hatiMeskipun HAV diekskresi dalam tinja menjelang akhir masa inkubasi, diagnosis spesifik dibuat oleh deteksi HAV IgM antibodi spesifik dalam darah. Antibodi IgM hanya ada dalam darah menyusul infeksi hepatitis akut A. Hal ini terdeteksi dari satu sampai dua minggu setelah infeksi awal dan berlangsung sampai 14 minggu. Kehadiran antibodi IgG dalam darah berarti bahwa tahap akut penyakit ini sudah pernah ada dan orang tersebut sudah kebal terhadap infeksi lebih lanjut. IgG antibodi terhadap HAV juga ditemukan dalam darah berikut vaksinasi dan tes untuk kekebalan terhadap virus didasarkan pada deteksi antibodi ini.Selama tahap akut infeksi, alanin transferase enzim hati (ALT) ada didalam darah pada tingkat yang jauh lebih tinggi daripada normal. Enzim berasal dari sel-sel hati yang telah rusak oleh virus. Virus hepatitis A ada didalam darah, (viral load), dan kotoran orang yang terinfeksi sampai dua minggu sebelum penyakit klinis berkembang.

PENATALAKSANAANPenerangan Perawatan Pencegahan Hepatitis Virus Gunakan pencegahan umum atau pencegahan substansi tubuh untuk menjaga perpindahan kuman antara klien atau antara klien dengan staf perawat kesehatan Menghapuskan penggunaan jarum dan benda tajam lainnya dengan mengganti sistem penggunaan jarum Ambil vaksin hepatitis B ( hepatovax-B, recombinex HB ) diberikan dengan tiga seri suntikan. Vaksin ini juga untuk menjaga atau mencegah hepatitis B Untuk postexposure mencegah hepatitis B, lihat atau cari segera perhatian medis untuk kemungkinan administrasi imuno globulin hepatitis B ( HBIG ) atau imuno globulin ( IG ) Laporkan semua kasus hepatitis pada DEPKES Daerah.7.2 Pencegahan Hepatitis Virus Memelihara sanitasi yang baik dan kebersihan diri. Cuci tangan kamu sebelum makan dan setelah dari toilet. Minum air yang sudah masak oleh sistem pencucian air Jika transportasi tidak berkembang atau kota non industri, minum hanya dengan air botol. Hindarkan makanan yang telah dicuci dengan air, seperti sayuran mentah, buah dan sop. Pergunakan sanitasi yang baik untuk mencegah panyebaran kuman antar anggota keluarga. Jangan menggunakan bagian tempat tidur dari linen, handuk, alat makan dan gelas minuman sesama keluarga, Jangan berbagi jarum suntikan.

C. Pencegahan Penyakit Akibat KerjaPencegahan penyakit akibat kerja, diantaranya:1. Pakailah alat pelindung diri secara benar dan teratur2. Kenali resiko pekerjaan dan cegah supayah tidak terjadi lebih lanjut3. Segara akses tempat kesehatan terdekat apabila terjadi luka yng berkelanjutanSelain itu terdapat pula beberapa pencegahan lain yang dapat ditempuh agar bkerja bukan menjadi lahan untuk menuai penyakit.a. Pencegahan Primer Perilaku kesehatan Faktor bahaya di tempat kerja Perilaku kerja yang baik Olahraga Gizi

b. Pencegahan Sekunder Pengendalian melalui perundang-undangan Pengendalian administratif/organisasi: rotasi/pembatasan jam kerja Pengendalian teknis: subtitusi, isolasi, Alat Pelindung Diri (APD) Pengendalian jalur kesehatan imunisasic. Pencegahan Tertier Pemeriksaan kesehatan prakerja Pemeriksaan kesehatan berkala Pemeriksaan lingkungan secara berkala Surveilans Pengobatan segera bila ditemukan gangguan pada kerja Pengendalian segera ditempat kerjaDalam pengendalian penyakit akibat kerja, salah satu upaya yang wajib dilakukan adalah deteksi dini, seningga pengobatan bisa dilakukan secepat mungkin. Dengan demikian, penyakit bisa pulih tanpa menimbulka kecacatan. Sekurang-kurangnya, tidak menimbulkan kecacatan lebih lanjut. Pada banyak kasus, penyakit akibat kerja bersifat berat dan mengakibatkan cacat. Namun demikian ada dua faktor yang membuat penyakit ini mudah dicegah: Pertama: bahan penyebab penyakit mudah diidentifikasi, diukur dan dikontrol Kedua: populasi yang berisiko biasanya mudah didatangi dan dapat diawasi secara teratur serta dilakukan pengobatan. Disamping itu perubahan awal seringkali bisa pulih dengan penanganan yang tepat. Karena itulah deteksi dini penyakit akibat kerja sangatlah penting.Sekurang-kurangnya ada tiga hal menurut WHO yang dapat dijadikan sebagai pedoman dalam deteksi dini yaitu:1. Perubahan biokimiawi dan morfologis yang dapat di ukur melalui analisis laboratorium. Misalnya hambatan aktifitas kolinesterase pada paparan terhadap pestisida organofosfat, penurunan kada hemoglobin (Hb), sitologi sputum yang abnormal dan sebagainya.2. Perubahan kondisi fisik dan sistem tubuh yang dapat dinilai melalui pemeriksaan fisik laboraturium. Misalnya elektrokardiogram, uji kapsitas kerja fisik, uji saraf dan sebagainya.3. Perubahan kesehatan umum yang dapat dinilai dari riwayat medis. Misalnya rasa kantuk dan iritasi mukosa setelah paparan terhadap pelarut-pelarut organik.

D. Pemeriksaan Kesehatan1. Pemeriksaan sebelum penempatanPemeriksaan ini dilakukan sebelum seorang dipekerjakan atau ditempatkan pada post pekerjaan tertentu dengan ancaman terhadap kesehatan yang mungkin terjadi. Pemeriksaan fisik yang di tunjang dengan pemeriksaan lain seperti darah, urine, radiologis, serta organ tertentu, seperti mata dan telinga, merupakan data dasar yang sangat berguna apabila terjadi gangguan kesehatan tenaga kerja setelah sekian lama bekerja.2. Pemeriksaan kesehatan berkalaPemeriksaan kesehatan berkala sebenarnya dilaksanakan dengan selang waktu teratur setelah pemeriksaan awal sebelum penempatan. Pada medical check-up rutin tidak selalu diperlukan pemeriksaan medis lengkap, terutama bila tidak ada indkasi yang jelas. Pemeriksaan ini juga harus difokuskan pada organ dan sistem tubuh yang memungkinkan terpengaruh bahan-bahan berbahaya di tempat kerja, sebagai contoh, audiometri adalah uji yang sangat penting bagi tenaga kerja yang bekerja pada lingkungan kerja yang bising. Sedang pemerikaan foto thoraks penting untuk mendeteksi tenaga kerja yang berisiko menderita pneumokonosis, karena lingkungan kerja tercemar debu.

BAB IIDAFTAR PUSTAKA

1. http://www.ergoweb.com/news/SubscribeNewsletter.cfm2. http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2010/02/tugas-ergonomi-3/ 3. Poerwanto, Helena dan Syaifullah. Hukum Perburuhan Bidang Kesehatan dan Keselamatan Kerja. Jakarta, Badan Penerbit Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2005.4. Pusat Kesehatan Kerja Departemen Kesehatan RI http://ariagusti.wordpress.com/2010/10/17/tugas-kelompok-ergonomi di-tempat-kerja/5. Silalahi, Bennett N.B, dkk, 1991. Manajemen keselamatan dan kesehatan kerja, Jakarta: Pustaka Binaman Pressindo.6. Suma'mur, 1985, Keselamatan kerja dan pencegahan kecelakaan, Jakarta: Gunung Agung.7. Sumamur, 1989, Ergonomi Untuk Produktivitas Kerja, Jakarta, Cermin Dunia Kedokteran No. 154, 2007. 8. Sumamur, 1990, Upaya kesehatan kerja sektor informal di Indonesia, Jakarta: Direktorat Bina Peran Masyarakat Depkes RT.9. Suma'mur, 1991, Higene perusahaan dan kesehatan kerja, Jakarta: Gunung Agung.

10