pancasila meniti zaman - komunitaseden.files.wordpress.com · kemanusiaan yang adil dan beradab...
Embed Size (px)
TRANSCRIPT

1
Pancasila Meniti Zaman
Lia Eden

2
1
Ketuhanan Yang Maha Esa
Semangat Persatuan tak akan terjadi tanpa keimanan Dan persatuan bangsa menjadi lebih mudah bilamana ada
persatuan keimanan,seperti burung Garuda, tak akan terbang tinggi
tanpa kehidupanSegala kehidupan berasal dari Allah,
Allah Maha Esa, Maha MemberiAllah memberi kemerdekaan kepada bangsa Indonesia

3
2
Kemanusiaan yang Adil dan Beradab
Butir demi butir, lima sila menguraiKeadilan bagi semua umat manusia, adalah ajaran Islam
yang diperintahkan AllahSetiap keadilan melahirkan kesejahteraanSetiap keadilan menghargai kemanusiaanSetiap keadilan dianut manusia beradab

4
3
Persatuan Indonesia
Persatuan yang dilandasi kesamaan tujuan, tak menjamin keabadian
Kesamaan tujuan tetapi berbeda pandangan melelehkan persatuan
Persatuan karena iman adalahPersatuan yang diikat oleh Ketuhanan Yang Maha Esa
Ketuhanan Yang Maha Esa mengikat keragaman tujuanKetuhanan Yang Maha Esa mengikat
keragaman pemahamanPersatuan Indonesia, persatuan bangsa
Pancasila mempersatukan bangsa

5
4
Kerakyatan yang Dipimpin Oleh Hikmah Kebijaksanaan Dalam Permusyawaratan /
Perwakilan
Rakyat menyalurkan hati nuraninya melalui musyawarah.Rakyat yang bermusyawarah untuk mencari kebenaran
yang membawa Amanah Allah.Amanah rakyat, Amanah Allah.

6
5
Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia
Pernahkah mendengar suatu keadilan dibagikan pada seluruh rakyat?
Relativitas dalam pluralisme, keadilan dapat dibagikan merata melalui kesejahteraan yang dibagikan merata
Keadilan tentu dapat dibagikan rata, sebagaimana perhatian dan penyikapan baik terhadap semua golongan dibagikan
merata tanpa exclusivism atas golongan tertentuMeratakan keadilan, meratakan kebahagiaan
Berilah keadilan, maka Allah pun akan adil kepadamu

7
Ulasan Awal
Kuwajibkan diri saya menulis puisi Pancasila. Pada awalnya Ibu Sukamdani Sahid Gito Sardjono meminta saya untuk menulis puisi Pancasila dalam 7 zaman. Selain itu, memang saya risau dengan lamunan saya tentang Pancasila.
Anak-anak saya tak paham isi Pancasila. Mereka hanya diwajibkan menghafal. Buktinya anak-anak zaman sekarang sulit diajak mengenal Pancasila. Pengetahuan mereka tentang Pancasila hanya terbatas pada kertas ulangan atau ujian. Saya ingin sekali mengupas Pancasila agar mudah dipahami.
Pengenalan Pancasila melalui puisi mungkin lebih mudah dihayati. Gugus-gugus penghayatannya sengaja dibuat berkias. Dengan kiasan, makna dapat ditelaah lebih jauh. Bagaimanapun puisi ’Pancasila Meniti Zaman’ ini hanya sebuah karya, sebagai tanda bakti pada bangsa Indonesia.
Seluruh pembuatan buku ini dapat terwujud berkat bantuan ikhlas dari Dipl. Ing. Eddy W. Utoyo dan teman-teman Salamullah. Semoga bantuan mereka memperoleh keikhlasan pula dari Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Sungguh bantuan itu sangat kami hargai. Pancasila Meniti Zaman ini saya persembahkan kepada generasi muda bangsa Indonesia. Tak ada kepedulian saya yang lain, selain menginginkan butir Pancasila dapat dihayati oleh seluruh bangsa Indonesia.

8
Semoga kehadiran buku ini bisa menjadi penuangan semangat Pancasila. Doa seluruh bangsa Indonesia untuk kemurnian Pancasila. Sumpah Pemuda telah mempersatukan bahasa Indonesia. Pancasila mempersatukan kita dengan kelima butir penghayatannya. Pancasila adalah sumber falsafah bangsa. Jika saya kelak pergi, maukah Anda menjadikan puisi ini sebagai kenang-kenangan cinta saya kepada bangsaku. Tinggalkan saya bersama puisi ini, ’Pancasilaku, nafasku’.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Jakarta, 10 April 1998
Lia Eden

9
Zaman Penjajahan
Titian zaman melintasi sejarahPeradaban tak terukirSumber kehidupan menitik perlahanSumber alam mencairkan gulden ke BelandaTetesan keringat menjadi pengabdianKepingan sen memercik bangsa IndonesiaKepingan emas menghujani Belanda
Pengabdian menjadi penderitaanPenindasan menjadi jenjang perbaikan nasibPeringkat hidup menjadi cobaanKemampuan tak menjadi jaminan keberhasilanKemelaratan tak menjadi penderitaanKesengsaraan tak menjadi beban
Kuli-kuli kontrak mengais nasib Di atas kesuburan lahannya sendiriMereka mencairkan aspal dengan air mataTetesan keringatnya menjadi pelembab jalanSementara Belanda mengais kekayaan
Ratusan tahun mereka menumpuk hartaHasil bumi diolah bangsa sendiriBelanda mengemasnyaRatusan tahun mereka mengumpulkan emasHasil alam digali bangsa sendiriBelanda menerima hasilnyaRatusan tahun mereka menimbun kekayaan

10
Kuli-kuli kontrak menabur air mataMenjerang keringat
Tak ada perlindungan hukumTak ada kepastian hukumTak ada semangat mencari perbaikan nasib
Hak asasi terpasungJiwa dibalut siksaKehidupan dirantai perbudakanSeonggok roti basi diperebutkanSusu semangkuk menjadi khayalanNasi bercampur batu serasa kentang pureTangisan mereka tak lagi dapat menghentikan perbudakanPenyiksaan lahir batin sepanjang sejarahTelah meninggalkan kenangan getir di setiap sanubariZaman penjajahan melukai hatiMenyiksa jiwaMenodai perasaan bangsa Indonesia
Mereka datang mencari kehidupanSeolah datang menawarkan kenikmatanPelangi kebahagiaan dibentangFatamorgana kemajuan dihamparBergegas kita menyambut merekaSeperti menyambut fajar menyingsingKemilau emas seakan di pelupuk mata
Ke mana pelangi dibentang, di sana hujan air mataKe mana fatamorgana dihampar, di sana kita meranaKe mana saja kita melangkah, di sana ada genangan air mata

11
Pencarian kebebasan mulai membenihSetiap kali tumbuh subur, setiap kali pula ditebasKehadiran Belanda di siniMengakibatkan kita berada di atas lautan penderitaanPerahu penyelamat benih diciptakan
Ke mana benih ditabur, di sana tumbuh tunas-tunas pejuangKe mana tunas-tunas disiram, di sana tumbuh pemimpin
Melawan penjajah di lapangan, hanya mengantarkan nyawaBerjumpa dengan mereka di medan laga, berarti memasang kematianSenapan api tak dimiliki, granat dan meriam meluluhkan keberanianMenumbuhkan semangat juang, seperti menarik akar dari pohonnyaKemenangan ditentukan oleh kemampuan mengalahkan lawan yang mengatakan, ’Senjataku, kekuatanku’
Sepinya jalan, ramainya kotaSemakin ke kota, nyala lilin semakin redupDi kota, tetesan lilin dijadikan bahan bakarLilin meleleh dan menyapa mesiuKota terbakarKepungan asap memudahkan lilin melelehmelumuri kompeniMencari kebebasan bagaikan menarik pelangi dalam genggamanKebebasan didambakan, semangat dikobarkanRamai-ramai melambungkan harapan

12
Perahu harapan membentangkan layarMeninggalkan pantai derita
Angin bertiupLayar terkembangSauh diangkatMenyongsong fajar menyingsing
Semakin besar ombak menerpaSemakin besar semangat dikobarkanGenderang ditabuhKentongan dibunyikan
Tembang perjuangan didengungkanSemangat juang menyeruak kegelapanBerpendar-pendarMenerangi setiap hati bangsa Indonesia
Pejuang membawa obor semangat kebebasanLilin-lilin semangat juang bertaburanMereka bergegas meraut bambuBenih merekahMenyembul di antara gumpalan kepedihanPenjajah berpijak di atas kerentanan sukuSuku-suku dibiarkan berseteruBerkacak pinggang sambil meraup apa saja yang ditemuinya Kereta kencana dibagikan kepada siapa sajaYang ingin menikmati kekuasaanRaja disembah, raja dipasung
Tahta yang dihadiahkan mempersembahkan upetiSemakin tinggi nilai kemuliaan yang diberikan

13
Semakin banyak keinginannya yang harus dipenuhiMereka mencabik-cabik persatuanAdu domba memisahkan kitaSerpihan keutuhan direkat deritaSempalan semangat menyatuPenggalan keberanian dinyalakan
Pengalaman berperang hanya dalam impianTeknik melawan ditiru dari cerita nenek moyangMengungguli Belanda dengan ilmu pentungan
Tembakan senapan ditepis dengan perisai keikhlasanTali persatuan mulai direntang
Kereta kencana diam-diam membawa lilin keliling kotaKe mana lilin dibawa, di sana Belanda kehilangan cengkeraman
Kepungan sinar lilin menyilaukan kotaSemua lilin disingkirkan
Tak satu pun yang berani menyimpan lilinLilin-lilin tetap menyala dan membakar
Setiap lumbung mesiu BelandaKemenangan masih menggantung di langitPancasila memang belum dipikirkan
Susunan Pancasila berawal di zaman iniSebuah ideologi bangsa lahir dari awal sejarah

14
Pemula sejarah menjadi lilin bangsanyaSinarnya menerangi kegelapanPengorbanannya tak diketahui sejarahMereka mengorbankan dirinyaSeperti lilin yang bersinarDan meneteskan semangat perjuangan

15
Zaman Kebangkitan Nasional
Kemelaratan telah menjadikan kita sengsaraKemiskinan menyebabkan ketidakberdayaanRasa kebangkitan mengawali sejarah
Seperti segala pemulaPentingkah baginya menjadi pahlawan?Kemenangan baginya adalahMengalahkan segala penghalang kebebasan bangsanya
Semangat kebangkitan merasuki pemimpin pergerakanTerali penjajah digenangi darah pejuangPenyiksaan menaburkan dendam membaraPenindasan menyatukan semangatSeperti mata air di padang pasir
Semangat yang menyembur membasahi sanubariKemerdekaan diimpikanTongkat kebangkitan dilambungkanPemimpin berkata, ’Darahku, pengabdianku’
Senjata bambu runcing, senjata bermesiu dendamKeberanian dipaksa penindasanSemangat dipacu kemarahanKetika terompet kebangkitan dibunyikanSeakan panggilan kemerdekaanSegala langkah disamakan
Jaringan strategi menyelamatkanPerjuangan ditatarkan

16
Jaringan keamanan disusupkanSenjata Belanda berpindah tanganSumbu peperangan disulutPasukan tempur dibekali kemerdekaan Indonesia di pundaknya
Kematian tak menjadikan mereka jeraDarah menjadikan mereka semakin gigihMengukuhkan pilar perjuangan
Ke mana penjajah menebarkan derita, di sana tumbuh dendam yang membaraKe mana harga diri dicampakkan, di sana subur kelahiran pejuangPemimpin berkata, ’Harga diriku, darahku’
Kematian pejuang diteladaniKemalangan pejuang dikenangPeningkatan ilmu mulai dipikirkanPejuang tanpa ilmu seperti senjata bermata duaOrang bijak berkata, ’Ilmuku, kekuatanku’
Pentingkah kemenangan diperjuangkan?Kemenangan bukan berarti kemerdekaanKemerdekaan sesungguhnya adalahKemenangan melawan penjajah dan menguasai ilmunya
Bagaimana perjuangan dapat dimenangkan dengan kepalan kosong?Dengan ilmu, kepalan menjadi pemecah karangIlmu dikejar, ilmu diserap

17
Bersimbah ilmu di tengah simbah darahIlmu disemaikan, ilmu dituai
Penderitaan menyatukan perjuanganKebodohan kendala perjuanganKemiskinan penghalang ilmuTangga kemenangan tak didirikan di atas kebodohan
Berikan pena pada senjatamuPena mengarahkan senjataDengan pena, perjuangan dapat disebarluaskanMencari ilmu di medan perangMendapat ilmu dari pengalamanBelanda menyembur peluruKita bergegas memasang jeratBelanda kehabisan peluruKita bergegas menjerat ilmuOrang pandai berkata, ’Jeratku, ilmuku’
Penantian tak lagi panjangHarapan tak lagi menggantung di langitPencarian sinar telah sampai di ujung lorongKemenangan tak lagi hanya menjadi cita-citaKe mana cita-cita digantung, di sana ada perjuanganKe mana kita menoreh tinta, di sana ilmu terhamparKemarin kita menangisAir mata bagaikan mata airKemarin kita menderitaLorong derita seolah tak berujungKemarin kita ditindasPenindasan terpanjang sepanjang sejarahKemarin kita tersiksa

18
Penyiksaan terpedih dalam kenangan
Kemenangan telah di pelupuk mataKita ini berasal dari sekumpulan suku-sukuTerpecah-belah tak lagi kita inginkanKemenangan tak kan diraih oleh kepingan kekuatanSebongkah batu sulit dipecahkanKerikil tak pernah dijadikan sebongkah timbangan
Keanekaragaman suku menjadikan kita lebih dari sekedar bersatuPenyatuan bahasa lebih sulit dari penyatuan langkahBersumpah satu bahasa, bersumpah satu bangsaKesamaan bahasa, kesamaan langkahKesamaan bangsa, kesamaan cita-citaPahlawan berkata, ’Bangsaku, cita-citaku’
Banyak pahlawan mendambakan kemenanganPentingkah pahlawan menang?Kemenangan memang cita-cita pahlawanTapi pahlawan menangisi kemenangannyaKalau kemenangan itu dibiarkan rapuh
Sumpah Pemuda menyatukan bangsaSumpah Pemuda menyatukan cita-citaSumpah Pemuda mengokohkan bangsa
Masa kebangkitan, awal kemerdekaanSegala awal tak akan menjadi ujungInilah awal sejarah bangsa IndonesiaKemerdekaan sudah dalam genggamanKemenangan sudah di tangan

19
Ke mana titian kemerdekaan diletakkanDi sana kemenangan diperjuangkanNegarawan berkata, ’Kemenanganku, kemerdekaanku’
Kita merdeka melalui perjuanganMana ada kemerdekaan dihadiahkanBelanda berkata, ’Kemenanganmu, hadiahku’
Penggalan kemenangan digantungDibiarkan Jepang mengambilnya
Dai Nippon datang menawarkan bantuan semuKatanya, ’Kami ingin menjadi pelumas kemerdekaan’
Kembali kita menggali emas untuk penjajahKemenangan tertundaNegeri matahari menjadi tuan kitaPeperangan melawan Jepang tak dapat dielakkanKeserakahan Jepang seperti Belanda gelap mataJepang menjajah, Jepang disembahMengusir Belanda dengan baju JepangBelanda pergi, Jepang datangJepang berkata, ’Jajahanku, hidupku’
Ke mana tanah dipijak, di sana perjuangan bergulirKe mana genderang perang ditabuh, di sana ada pengorbanan
Pengorbanan kita tak dapat terbilangSemakin ke Timur, matahari semakin merah warnanyaSemakin banyak kesewenang-wenangan

20
Semakin banyak penggerak kebangkitan
Kemenangan memang tertunda, seperti menunda matahari terbitKita bergegas memasang baju perisaiSegala kendala disingkirkan, kembali lilin dinyalakan1945, tahun kemerdekaanKemenangan sebenarnya telah datang
Soekarno-Hatta sepasang ProklamatorDentingan kemerdekaan terdengarSampai ke telinga suku-suku di seluruh IndonesiaKendala komunikasi tak menjadi halanganSemangat kemerdekaan memancarBagaikan sinar matahari pagiSesungguhnya kemenangan itu tak terjadiTanpa kesungguhan memperjuangkannyaKesungguhan itu terbit karena semangat persatuanPersatuan dan kesatuan telah menjadi landasanKemenangan bangsa IndonesiaPancasila telah dirasakan nafasnya
Kelahiran Pancasila sudah di ambang pintuMenanti Pancasila bagaikan menanti kelahiran seorang bayi
Yang akan membawa bangsa ini Menyongsong masa depan yang penuh tantangan
Zaman kebangkitan, zaman perjuanganPentingkah kita mengenang segala yang telah berlalu?Tak ada kini tanpa melalui masa lalu

21
Tak ada kemerdekaan tanpa perjuangan merekaTak ada kebahagiaan tanpa penderitaan
Tak ada pahlawan tanpa perjuanganPahlawan tak selalu dikenangTapi perjuangannya tak pernah hilangOrang bijak berkata, ’Pahlawanku, sinarku’

22
Zaman Kemerdekaan
Tiang kemerdekaan telah dipancangkanSumbu peperangan telah dipadamkanSemangat perjuangan dijadikan semangat kemerdekaanKemerdekaan ini ditiupkan ke seluruh IndonesiaKemerdekaanku kemerdekaanmuKemerdekaan kita semua
Ke mana kemerdekaan ditiupkanDi sana kebahagiaan diresapkanKe mana kebahagiaan disampaikanDi sana kemajuan diharapkan
Sumpah Pemuda menjadi perekat persatuanPancasila menjadi landasan ideologi bangsaSoekarno penggali PancasilaPancasila digali, Pancasila dibenahiButir-butir diasah, dicuci bersih
Semangat persatuan tak akan terjadi tanpa keimananSeperti burung GarudaTak akan terbang tinggi tanpa kehidupanSegala kehidupan berasal dari AllahAllah Maha Esa, Allah Maha MemberiAllah memberi kemerdekaan kepada bangsa IndonesiaKetuhanan Yang Maha Esa, sila Pertama
Ke mana kita menyembah, di sana datang rahmat AllahKe mana bangsa berdoa, di sana datang perlindungan AllahOrang beriman berkata, ’Tuhanku, Allah ku’

23
Pentingkah manusia ber-Tuhan?Tak ada makhluk Allah tercipta dengan sendirinyaSetiap kehidupan tidak tumbuh dengan sendirinya
Kemarin kita dijajah, hari ini kita merdekaKemarin kita belum ada, hari ini kita di siniKemarin Indonesia belum ada, hari ini kita menjadi suatu bangsaKemarin kita menderita, hari ini kita bahagia
Segala yang ada tadinya tak ada Manusia tak dapat mengadakannya sendiriManusia ada, manusia tiada
Berilah kehidupan pada sepotong kayuMaka itulah bukti kekuasaan AllahBangsa yang ber-Tuhan, bangsa yang selamat
Kenalilah bangsa itu melalui ideologinyaKetuhanan Yang Maha Esa menjadi sila pertama PancasilaSegenap bangsa Indonesia ber-Tuhan satu
Ke mana kita mencari kebahagiaan Di sana ditemukan AllahKe mana bangsa mencari perlindunganDi sana bersua Allah
Butir demi butir, lima sila menguraiKeadilan bagi setiap umat manusiaAdalah ajaran Islam yang diperintahkan AllahSetiap keadilan melahirkan kesejahteraan

24
Setiap keadilan menghargai kemanusiaanSetiap keadilan dianut manusia beradabKemanusiaan yang adil dan beradab, sila ke dua
Bangsa yang menjadikan kemanusiaanSebagai adab bangsanyaAdalah bangsa yang menjalankan ajaran RasulullahRasulullah diperintahkan AllahMenjadikan manusia khalifah di muka bumiSesungguhnya manusia makhluk Allah yang muliaMemuliakan manusia, memuliakan bangsa
Peradaban dimulai ketika Wahyu Allah diturunkanManusia beradab ketika Rasulullah menyampaikan Al-Qur’anSesungguhnya manusia yang beradabTelah menyampaikan ajaran RasulullahKemanusiaan yang adil dan beradabAdalah sila ke dua yang merangkum isi Al-Qur’anRasulullah berkata, ’Imanku, Allahku’
Pentingkah manusia beriman?Iman menyelamatkan manusia dari perbuatan dosaBangsa yang beriman, bangsa yang selamatKenalilah suatu bangsa melalui keimanannyaBeriman kepada Allah menjadikan bangsa Indonesia Bangsa yang dijaga Allah
Persatuan yang dilandasi kesamaan tujuanTak menjamin keabadianKesamaan tujuan tetapi berbeda pandanganMelelehkan persatuan

25
Persatuan karena imanPersatuan yang diikat oleh Ketuhanan Yang Maha Esa
Ketuhanan Yang Maha Esa mengikat persatuanKetuhanan Yang Maha Esa mengikat keragaman tujuanKetuhanan Yang Maha Esa mengikat keragaman pemahamanPersatuan Indonesia, Persatuan bangsaPancasila mempersatukan bangsaPersatuan Indonesia, sila ke tiga
Pemimpin tak pernah mengetahui kekuatannyaSebelum merasakan penderitaan penindasanBangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai hak rakyatnyaHak rakyat adalah memberikan suaranyaKenalilah suatu bangsa melalui rakyatnyaRakyat yang menyuarakan hati nuraninyaRakyat yang mencintai bangsanya
Menyuarakan hati nurani tak selalu mudahSemangkuk air dikatakan semangkuk sayurPentingkah orang menyuarakan hati nurani?Kalau kita menanam duri di bibirTak akan tumbuh bunga mawarBerkata benar melalui kebenaranKebenaran tak akan ditelan ketidakadilanMenyuarakan kebenaran, tangga menuju kebenaran Ilahi
Suarakan hati nuranimuSeperti membawa obor dalam kegelapanRakyat yang mempergunakan hak suaranya dengan benar berarti telah menjunjung bangsanya

26
Rakyat yang menyalahgunakan haknyaSama dengan meruntuhkan bangsanya
Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, sila ke empat
Rakyat menyalurkan hati nuraninya melalui musyawarahRakyat yang bermusyawarah untuk mencari kebenaran
Membawa Amanah AllahAmanah rakyat, Amanah AllahSesungguhnya hikmah kebijaksanaanAdalah hikmat yang membawa Amanah AllahAllah Maha Adil, Allah Maha Bijaksana
Ke mana rakyat mengadu, di sana keadilan menungguKe mana pemimpin bertanya, di sana tercurah kebijaksanaanKe mana rakyat membawa amanah, di sana ada musyawarahPejuang berkata, ’Perjuanganku, amanahku’
Sebenarnya segala perjuangan bertujuan mencari keadilanKeadilan sosial adalah inti segala keadilanAdil itu seperti matahariSinarnya dibagikan rata
Siapa yang adilMenjadi matahari bagi bangsanyaTemuilah pemimpin yang adilDia selalu berkata, ’aku tak akan pernah adil sampai keadilan sosial merata’Orang bijak berkata, ’Kehidupanku, adilku’

27
Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, sila ke lima Pernahkah mendengar suatu keadilan dibagikan pada seluruh rakyat?Keadilan tentu dapat dibagikan rataMeratakan keadilan, meratakan kebahagiaanBerilah keadilan, maka Allah pun akan adil padamu
Lima sila telah diramuBurung Garuda mengibaskan sayapnyaPancasila di dadanya menyongsong Indonesia
Di tengah kemajuan bangsa di duniaGaruda menjelajahi duniaPancasila menyelami bangsa IndonesiaKemerdekaan digelindingkanSambil mengemas perundang-undanganUndang-undang Dasar 1945Semaikan bibit di lahan suburRumput yang tumbuh pun serupa padi
Rakyat yang lama menderitaSangat menghargai setiap kebahagiaanTemukan tempat berpijak dan gunakan kekuatanmuKayuh pedalmuTentukan arahmuKendalikan perjuanganmu
Ke mana kaupijakkan kakimu, di sana tempatmu melawanKe mana bendungan ditegakkan, di sana tentu ada air mengalirKe mana terali dipasang Belanda, di sana kita pasang akal

28
Soekarno-Hatta berkata, ’Mana dadamu, ini dadaku’Pengalaman mengajarkanNasib bangsa berada di tangan bangsa itu sendiri
Bangsa yang merdeka, bangsa yang memegang teguh undang-undangnyaUndang-undang Dasar 1945Landasan bernegara bangsa Indonesia
Pancasila telah lahirBangsa Indonesia berada di ujung titianKemerdekaan yang diperoleh akan sia-siaKalau kemerdekaan itu dibiarkanHanya menjadi pembuka selubung kemenangan
Penantian panjang telah dilaluiPekik kemerdekaan bergema di seluruh IndonesiaLagu Indonesia Raya telah didengungkan ke mana-manaSemerah darahku, seputih cita-citakuSemerah tanahku, seputih bangsaku

29
Zaman Orde Lama
Kemenangan tak selalu memberikan kepuasan merataPerbedaan tujuan selalu adaPerbedaan langkah menyebabkan perbedaan kepentinganSemangat persatuan dilukai oleh berbagai perjuangan kepentingan
Demi semangat persatuanKita menggapai keutuhan bangsa dengan menyingkirkan orang-orangYang tidak sejalan dengan PancasilaKegelapan di sana-siniTelah menjadi penyakit, mengancam persatuan
Berkali-kali kita dipaksa menghilangkan bibit perpecahan ituBerkali-kali kita terjerumus memusuhi saudara sendiriKesedihan ini tak mungkin kita lupakanLuka ini tak mungkin dihilangkanMenyingkirkan saudara sendiri tak kami inginkan
Mereka hanya menginginkan perhatianMereka hanya mendambakan menjadi bangsa yang beragamaKeragaman pemahaman telah kita sematkan dalam UUD 45Menyatukan keragaman pemahamanTak semudah mengumpulkan semangat perjuanganMenyatukan pemahaman yang berbedaSeperti menyatukan telur dengan batu
Bersama-sama kita mendaki gunungJangan meniti jurang di lembah

30
Bersama-sama kita mengayuh rakitJangan mengayuh di tempat terjal
Kita tak berdaya menandingi Rusia dan RRTYang bergandengan tangan dengan PKIPemihakan kita pada PKIMenyebabkan banyak partai dibubarkanMereka tidak menyukai partai beragamaTak hanya partai yang dibekukanCorong demokrasi pun dibungkamBanyak koran tak lagi bersuaraPemaksaan realisme sosialis telah memasung segala bidangFungsi persatuan tak menyatukanPersatuan seni menebas seni dan budayaYang tak sesuai dengan lembaga kebudayaan rakyat
Tak ada lagi kebebasan berkaryaHasil karya seniman yang tak bersamanya dibakarMereka dijadikan simbol perusak budayaKeberanian menyatakan pendapatDianggap kontra revolusionerLawan politik mereka menjadi penghuni penjaraSeperti zaman penjajahan, tak ada kebebasan berbicara
Menanak nasi di rumah, disangka menyalakan api unggunBerbicara dengan tetangga, disangka menebar isuSengsara dijajah, lebih sengsara dikhianati bangsa sendiri
Ke mana air dijerang, di sana ada apiKe mana padi ditimbun, di sana gabah menumpukKe mana sumur digali, di sana berkubang lumpurKetika angin bertiup kencang, banyak pohon yang tumbang

31
Layakkah mempertanyakan revolusi? Sulitnya gaung itu dikumandangkanBertanya, terbenamMengapa tak ada cita-cita tanpa penderitaan?
Zaman bergulir, zaman berputarKemenangan seperti buah anggurKetika menjadi minuman, dapat memabukkanPerjalanan sejarah kembali digenangi air mata
Pemberontakan Partai Komunis di MadiunAwal komunis menjerang bangsa ini Sosialisme memang menjadikan kitaTak mengalami perbedaan hidupKomunisme telah membawa kitaTak memahami makna kemerdekaan yang diperjuangkan
Pembatasan aspirasi kebudayaan dan ekonomiTelah memadamkan semangat persatuanDemokrasi yang dikendalikan Tak menghasilkan kemapanan berpolitikNasionalis, agama dan komunisIdealisme penyatuan yang tak seimbangPahlawan berkata, ’Kemerdekaanku, penderitaanku’
Gestapu telah mencemarkan bangsa IndonesiaGestapu melukai hati setiap bangsa IndonesiaGestapu mencoreng sejarah bangsa IndonesiaGestapu menodai kemerdekaan bangsa Indonesia
Sinar terang muncul dari mahasiswa dan pelajarTelah kering air mata kita

32
Ketika sinar itu menguak takbir kegelapanDi tengah gemuruh palu arit berdentangAnak-anak kita gemuruh meneriakkan hati nuraninyaMahasiswa dan pelajar menjadi kekuatan Orde Baru
Pentingkah memperjuangkan hati nurani?Tak ada perjuangan melawan hati nuraniPerjuangan tanpa hati nuraniSeperti membawa pelita di siang hari
Ke mana bunga ditaburkanDi sana kita mengenang pahlawanKe mana lagu didendangkanDi sana hati nurani bernyanyi
Kematian tujuh jenderal, kekejaman PKIDewan Jenderal, fitnah bagi merekaMelepaskan kesedihan dengan harapanPengorbanan ini dijadikan tiang penegak demokrasi
Pemerataan tak menghasilkan kebahagiaan merataKegagalan seratus menteri menurunkan hargaMenaikkan semangat TRITURASetiap usaha menyuarakan hati nurani, selalu mendapat dukunganGayung perjuangan bersambut di mana-manaTurunkan harga, jihad mereka
Kematian mereka menjadi obor perjuanganTiang Orde Lama tumbangTak ada yang merasakan menangTak ada kemenangan di atas penderitaan bangsa sendiri

33
Pantaskah kita menangisi kematian bangsa sendiri?Seperti luka tertusuk duri, kita menangisi kemenangan iniKemenangan yang dialiri darah saudara sendiriSeperti menanam pohon keladiAir matanya menetes, setiap kali angin menggoyangkannyaPancasila telah meneteskan air mataKetika kita menginginkan persatuan
Ke mana kita menanam bambu, di sana banyak angin bertiupKe mana lentera dibawa, di sana ada gelapOrang tua berkata, ’Anakku, masa depanku’
Masa depan bangsa Indonesia, masa depan anak-anak kitaMerah putih dikibarkanGaruda menetaskan PancasilaDi zaman ini Pancasila diuji kesaktiannyaBertaburan hikmah di antara puing-puing perpecahan iniOrang jujur berkata, ’Penderitaanku, kesalahanku’
Pancasila sudah menjadi landasan negara IndonesiaSejarah mencatatPancasila telah berhasil menyelamatkan persatuan bangsa Indonesia
Sujudlah wahai bangsakuKepedihan ini jangan terulang Pancasila di dalam kegelapanDi dalam keheningan Pancasila terisakKautangisi nasib malang bangsakuSejarah bangsa kita menitikkan air mata dan darahTangisi kepedihan ini

34
Aku berteriak, ingin mengingatkan burung GarudakuJangan lagi butir persatuan itu dibiarkan retakTangisku, tangis bangsakuGaruda Pancasila, sapulah tangis bangsaku

35
Zaman Orde Baru
Belajar mengemudi, tak selalu berada di jalan lurusJalan berkelok-kelok memudahkan kita mengetahui segala rintanganPengalaman yang disesali adalah timbunan hikmahAmbillah sebutir intanKatakan di mana keindahan intan, kalau ia digantungkan di leher kerbau
Orde Baru, awal Pancasila menggenggamGaris Besar Haluan NegaraPayung bangsa bergantiPenegak Orde Baru mengurai sejarahSoeharto tokoh Pembangunan
Seperangkat pelita dikemasSetiap pelita menerangi kehidupan bangsa IndonesiaSinar pelita menerangi kota-kotaDi desa, kunang-kunang menjadi pelita
Kita dijejali kesenangan mencairkan dollarTak ada kesenangan yang tak dibeliSetiap imbalan selalu lebih mahalKita memberi kesenanganDengan imbalan uang dan perekatnya
Kemajuan teknologi telah merekatkan kita pada negaraYang menginginkan kekuasaannya menaklukkan duniaKita menjadi pencari kenikmatanSentuhan kenikmatan telah meracuni kita

36
Kita saling melotot dan saling menyikutKekuasaan mengalirkan segala kemudahan
Menapak jenjang kehidupanKita menjadi pelicin laju korupsi dan pungliSemangat berjuang dikaburkan oleh perjuangan meraih kesempatanPencarian kekayaan seakan tak pernah sampai di ujungKesempatan meraih kekayaan dibiarkan menjadi peluang keretakanKeadilan sosial dibiarkan hanya menjadi angan-anganPersatuan dibiarkan melelehKemanusiaan dibiarkan tersayat sembilu kekuasaan
Seperti berada di sumber cahaya dan sumber kegelapanKita tak dapat berada di bawah sumber cahayaTanpa melepaskan bayangan kegelapanYang berada di balik cahaya
Ke mana menggali sumber air, di sana ditemui kesuburanKe mana tangga ditegakkan, di sana kita mencapai dindingOrang kuat berkata, ’Ilmuku, kekuatanku’
Berikan pelita di malam hariSinarnya menjadi cahaya kehidupanMencari kenikmatan, membawa pelita ke sumber cahayaSetinggi-tingginya ilmu yang diberikanLebih tinggi siasat di baliknyaLebih tinggi lagi tujuan yang ingin dicapai
Perpecahan yang kita alamiTak pernah berhasil mengurangi kesenjangan sosial

37
Tiga ratus lima puluh tahun kita dijajah Belanda terasa lamaLebih lama lagi menanti sentuhan keadilan sosialBerbagai kemelut mengisi lembaran sejarah Orde BaruBanyak kerusuhan membebani Orde Baru
Tak ada simpul di gulungan benangBenang kusut kalau dipakai merendaTak ada kemelut di awal kemerdekaanTandai kemajuan suatu bangsaKemajuan meninggalkan jejakTak ada kemajuan yang jatuh dari langit
Bangsa yang tumbuh tak pernah berhasil menjadi bangsa yang besarTanpa mengalami kepedihan gelombang pergesekanKesenjangan sosial memang benalu demokrasiDemokrasi kurus kering oleh penyakit kronis pembatasan hak
Siapa yang tak ingin menjadi bangsa yang demokratis?Demokrasi Terpimpin adalah keinginan Orde LamaMendapatkan stabilitas politikDemokrasi Pancasila adalah keinginan Orde BaruMenjaga stabilitas roda pembangunanPolitikus berkata, ’Kebijaksanaanku, aturanku’
Zaman Orde Baru, zaman teknologiTak ada zaman yang seberat zaman iniPancasila dicemaskan oleh berbagai kemelut
Setiap pemilu jadi pesta kemenanganSuara dikumpulkan, suara diperebutkan

38
Suara hati nurani tenggelam di tengah hiruk pikuk kotak suaraPentas pemilu digelar, pemain berebut mikrofonPenonton berebut kursi
Setengah abad kita merdekaSetengah abad Pancasila mengemban harapanSetiap kali gelombang menerpa, kita menangisKita berkabungDi tengah dunia hiruk pikuk menyongsong pasar bebas
Sebelah Timur dikibarkan merah putihDi sana kita menggenggam tali yang melilit masa depan bangsa kitaPijakan dijadikan tapal kesengsaraanDi sana ada kolam tubaTuba dikemas ke manca negara
Kemarau di mana-mana, mengeringkan lumbung kitaBertebaran kepingan kemapananBerakit-rakit kita menjala kedamaianBerenang-renang kita ke pulau harapanCarilah seutas tali, jadikan tali pengikat rakitGerhana tak selamanyaKata seorang penjahatAku tak akan pernah bisa menang melawan ikatan ketulusan
Bagaimana kualitas Pancasila?Pancasila tak dibekali cintaKualitasnya dijadikan pembekalan P4Tanyakan butir-butir PancasilaJawabannya ternyata hanya hafalan

39
Siapa pembangkit Demokrasi Pancasila yang di dalamnya ada pembatasan
Ada tamu dari negeri seberangYang disalami kepulan asapKatanya, ’Mengapa kita berkabut asap’Takdir atau bencanakah itu?Kulayangkan pandanganku pada GarudaTak terpandang Ketuhanan Yang Maha Esa di dadanyaKabut itu menutupi pandangankuAmpuni kami, ya Allah
Kulihat burung Garuda mengepak-ngepakkan sayapnyaDi antara asap dan petirKulihat burung Garuda menyilangkan sayapnyaGaruda kedinginanDi antara banjir dan tragediKulihat Garuda memejamkan matanyaKetika melihat kita tersungkurKulihat Garuda menangisKetika kita menggapai-gapaiDi antara genangan penderitaan
Aku kembali mencari butir-butir PancasilaKutemui butir-butir Persatuan penuh lumpurIngin kuusapAgar dia kembali bersinarKuajak dia membisikkan persatuanKepada bangsaku iniKepalsuan berkata, ’Kebutuhanku, keperluanku’

40
Siapa tak ingat butir PersatuanMereka yang suka pada kepalsuanSiapa yang tak peduli butir PersatuanMereka yang gila kehormatan
Suara hati nurani dikemasDikatakan PancasilaJarak Pancasila menjadi kaburPemuda Pancasila bersarung tinju membela Pancasila
Siapa tak mau menyapa PancasilaDikatakan tak PancasilaisBukti yang ber-Pancasila adalahMereka yang berjuang membela demokrasi PancasilaSuara hati nurani berkata, ’Pancasilaku, hati nuraniku’
Ke mana Pancasila dibawaBurung Garuda terbang bersamanyaKe mana Pancasila dikelokkanKe sana demokrasi diarahkan
Krisis ekonomi menerjang PancasilaPancasila terkoyak badaiDipanggilkan bantuan dari seberang lautanIkatan perjanjian, ikatan pembatasan
Bagaimana burung Garuda dapat terbang kembali?Luka-luka itu meliputi seluruh tubuhnyaDibuang satu, luka yang lainBagaimana mengobati luka yang begitu banyak?Tak berdaya burung GarudakuKrisis ekonomi melemahkan seluruh sendinya

41
Burung Garuda, burung GarudaTak kuasa aku melihatmu beginiDengan menyebut nama AllahTerbanglah kau kembaliKepadamu harapan kami semua
Jadilah burung GarudaYang selalu membawa Nama AllahTurunkanlah Perlindungan-Mu, ya AllahKepada Pancasila, burung Garuda kamiTak terhapus Nama-Mu di dadanyaBuktikanlah Engkau tetap bersama kami
Ya Tuhan Yang Maha EsaPancasila kami telah menyematkan EngkauPerbolehkanlah kami tetap bersama-Mu
Usaplah Pancasila kamiAgar ia bersinar kembali
Kualitas Pancasila memudarDi zaman Orde BaruBanyak janji yang tak ditepatiBanyak kesalahan dibiarkan terjadiBanyak kekhilafan menjadi buktiBahwa Pancasila sedang bersedih
Ulang tahun Pancasila diperingatiDi antara penderitaan dan penyesalanTanyakan di hatiAdakah Pancasila masih diberkahi?

42
Kalau kita ini tak segeraMengusap kembali butir Ketuhanan Yang Maha Esa
Nilai dollar membumbung tinggiMenjadikan rupiah terpurukAdakah itu pertanda kita ini tak mapan dengan Pancasila?Adakah itu pertanda dollar lebih mulia?
Kuambil rupiah dan kupandangiNasibmu kini mengalami pembatasanSungguh malang nasib rupiahBertumpuk-tumpuk, tapi tak dapat melawan selembar dollarBilakah ia berarti lagi?
Kuambil rupiahKuusap burung Garuda yang ada di sanaWahai Garuda, terbangkanlah tinggi-tinggi rupiah itu kembali
Ketika dollar semakin berhargaBangsaku menderitaJujur aku berkataMengapa uang orang mampu menghapuskan kebahagiaan bangsaku?
Sulitnya hidup bangsakuKarena hidupnya masih bergantung pada uang bangsa lainSulitnya penderitaan bangsakuKarena Pancasilanya dibiarkan terbingkaiDi antara penghormatan dan pemaksaanSungguh malang nasib bangsaku

43
Di antara kekuasaan dan kerusuhanDi antara pengkultusan dan kemarahan
Kuingin Garuda terbang mengelilingi kamiMenebarkan butir-butir PancasilaSupaya bangsaku menyemai kembali semangat PancasilaGaris-garis Besar Haluan Negara direntangSeperangkat Undang-undang menepis kemandulanKeadilan sosial dipikirkanPemerataan mengalirkan kesegaran persatuanTimbunan masalah, timbunan tantanganKetukan pintu kemanusiaan yang adil dan beradabTerdengar di setiap pengamalanGaris-garis Besar Haluan Negara
Ketika badai sedang bergulirPancasila menarik kita ke tepiKehidupan tak selamanya berputar di jalan rataBerkali-kali Pancasila menangisBerkali-kali Pancasila menyelamatkan IndonesiaBerikan tanganmu
Usapkan butir-butir PancasilaTanyakan hatimu seandainya ideologi kita bukan Pancasila
Apakah kita bisa selamat?Pancasila menyelamatkan kita karena Ketuhanan Yang Maha EsaAllah menyelamatkan bangsa IndonesiaKarena kita menyematkan Allah dalam dasar falsafah negara kita

44
Zaman Pasca Orde Baru
Bertahap kerusakan dipulasBanyak pengorbanan tragediLangit cerah belum mau datangKetika kita belum mandi bersihTutup dulu pintu yang bocorBau pengap seluruh ruangBisul-bisul pada bernanah
Jangan menempeleng orang tak bersalahTragedi itu salah kita semuaBara-bara itu dinginSatu persatu bilik menjadi gulitaMasalah terkuakBanyak yang terbelalakBarang bekas dikumpulkan
Pengalaman pahit yang lalu dikenangKuman di balik bukit dilupakanEmas di pelupuk mata jadi incaranMimpi berkalang emas dibawa tidurTakdir berubah
Tak baik menyapa masa lampauLebih-lebih lagi kalau sedih sekaliLangit cerah kembali menyapaSaat kita berguling-guling di pantai derita
Sarat derita, sarat hikmahBanyak bantal basah air mata

45
Baju kering tak ada gantinyaLemah lunglai sekujur tubuh
Saling menyapa saling mengaduBanyak kodrat buruk, banyak hikmah berharga
Zaman berubah Yang lama dibiarkan berlaluYang kini dibenahiYang akan datang disiapkan
Tak berpeluh maka tak berkaryaTak menangis maka tak menghargai bahagiaSelaput air mata masih basahMencari secercah langit cerah
Mungkinkah menggapai keadilanTapi membiarkan korupsi dan kolusi?Mungkinkah mencapai kesejahteraanTanpa persatuan?
Tak berbekal keberanianTak berbekal ketabahanHati bangsa IndonesiaTercabik-cabik menyesuaikan diriBadai penderitaan membuat kita lusuh dan compang-campingBau korupsi dan kolusi kian menyengat hidung
Tak mau sejarah berulang kembaliLetih menderita membuat kita jeraMengapa langit cerah, tak baik saling menyalahkan

46
Rupa-rupa kendaraan diperbaikiBan kempes ditambalkan Ditiup beramai-ramai
Gagal pembangunan dipugar kembaliDengan baju kumal kita bersatuSemua jarak direkatkanSemua perselisihan didamaikan
Bapak-bapak berlinangan air mata memeluk penerusnyaSangat tepat menjadikan ini kebangkitan nasional yang ke duaTubuh segar kembali oleh air mata persatuanTaubat Nasional menyegerakan rahmatan lil’alamin
Agenda kebangkitan mencatat sejarahKita disaring dan dibersihkanTak berupah karena tak bekerjaTak pandai karena tak belajarTak sukses karena tak berusahaSemua keberhasilan harus diupayakan
Bangsa Indonesia kini sadarHarus bekerja keras kalau ingin jayaMasalah krisis ekonomi diatasi dengan persatuan dan kesadaran ingin bangkit kembaliBanyak jalan yang tergenang airBanyak lubang di tengahnyaRamai-ramai menambal lubangRamai-ramai menggali tanggulRamai-ramai membangun bangsaSembari menanam kita menimbun

47
Menanam kegersangan, menimbun kebocoran
Ke mana membangun tanggul, di situ air mengalirKe mana menimbun kebocoran, di situ ada penghematanKata pengabdi bangsa, ’Kesulitan bangsaku, pengabdianku’
Banyak pengaruh asing menjadi swastaTak bebas menyapa rakyat sendiriHarta dikuras, waktu terkurasTak banyak bagian untuk kita sendiriSibuk bayar hutang, sulit mandiriKeuntungan diambil swasta asing
Bagaimana menentukan sikapSemua urusan menjadi urusan orang lainBagaimana menentukan nasib sendiriBanyak kesempatan membatasi kemandirian
Jauh melayang lamunan kitaKapan kita selesai membayar hutangAgar dapat mengusir penjajah yang berkedok bantuanKita membayangkan betapa enak hidup mandiriTak ada uang di saku, tapi dapat tidur lelapKini uang tak ada, tidur pun tak pulasJaminan kemandirian masih impianKita masih terus membayar hutangSementara perjuangan persatuan semakin kental
Diam-diam kita sepakat mengusir penguras hartaTak pelak lagi kita bagaikan di zaman pergerakan kebangkitan nasionalPunahkan kekuatan asing

48
Kita tak berlayar di lautan orangKita mendayung kapal di laut sendiri
Ikan dikumpulkanLadang ditanamKita menggali emas di tanah sendiriAllah memberkati jala penuh ikanPadi menguningEmas tergali
Mau apa kalau di tanah sendiri penuh emasMau apa kalau ternyata kita kayaHutang terbayar mata mereka terbelalakKita tak mau lagi dijajahKita sudah lebih pandai dan tangguhPelajaran hidup telah dilaluiJarang ada yang bodoh lagiKita pintar dan bersih
Semangat kebangsaan, semangat persatuanKendali kebangkitan nasionalDulu palu arit menyadarkan kitaKini keserakahan bangsa asing membukakan mata kita
Tak terbayang bantuan AllahDikira miskin ternyata kayaDikira rapuh ternyata bersatuMereka balik bertanyaApa yang bisa dibantuEmas dilirik, kekuatan dicemaskanGaung kemerdekaan membebaskan kita dari keterkungkungan

49
Masa merdeka masa bahagiaSiapa bilang bangsa Indonesia bangsa yang guramKita bangkit karena bantuan AllahPancasila yang menolong kitaLagi-lagi Ketuhanan Yang Maha Esaterbukti menyelamatkan kita
Jangan lagi membatasi diri meyakini Ketuhanan Yang Maha EsaJangan lagi meragukan semangat persatuanJangan lagi keadilan sosial dibatasiJangan lagi memangkas demokrasiJangan lagi tak mempedulikan kerakyatanDan tak mengindahkan musyawarah dan kebijaksanaan
Banyak batasan telah mengganjal PancasilaJangan ada penyesalan lagiButir-butir Pancasila padat dengan hikmahTak terperi kepedihan ituTak kuasa mengenangnya kembali
Sadarlah wahai bangsakuJangan mengulangi kesalahan itu lagiBiarkan Pancasila utuh kembaliBiarkan dia mengembangkan sayapnyaMembusungkan dadanyaTerbang melintasi duniaMembuat sejarah bangsa Indonesia Kita yang terlibat ini
Banyak pelajaran dijadikan hikmahHikmah bernegara yang demokratis

50
Landasan Bhineka Tunggal IkaTinggal diperkuat dan dipeliharaKetika dilapisi emas
Bhineka Tunggal Ika berdandan cantikGemulai indah di tengah panorama dunia yang berisikPancasila melayang indahDi tengah badai keserakahan sedang membelah duniaDan keserakahan itu telah tercium oleh kitaTak mungkin lagi kita mau mengulangi kesalahan yang sama
Penderitaan yang telah menjadi tontonan duniaTak banyak lagi bangsa yang mau dikibuli
Kita tampil mengoyak keserakahanSimpati dunia mengiringi kitaKita menjadi bayang-bayang penderitaan yang menguak takdirYang menyobek keserakahanYang pernah terbenam oleh iming-iming bantuanYang menjadi tangguh oleh kekesalanBayang-bayang itu terbaca oleh semua orang
Bangkitlah, bangkitlah wahai bangsakuPancasila itu tetap perkasaMari menyanyi Indonesia Raya MerdekaMari melantunkan puisi Pancasila PerkasaDi tangan burung GarudaAda janji kamiAda harapan kamiAda kekuatan kamiPancasila burung Garuda kini terbang tinggi

51
Melayang menjauhi keserakahan dan tirani
Para pendekar PancasilaCoba amati dada burung GarudaSekali lagi amati sila pertamaAllah Yang Maha SaktiMenyematkan Kesaktian-Nya di dada PancasilaSungguh Pancasila itu saktiKarena Allah bersamanya
Tatkala kita menderita, dia mengibas-ngibaskan sayapnyaPergilah ke gunung katanyaJangan biarkan gunung bertapaTak inginkah menjadi bangsa yang sejahtera?
Masa depan berkilau oleh sinar yang dipancarkan kekayaan alam kitaSetitik harapan menjadi berbongkah-bongkah senyumanTirai cahaya dibentangBerdatangan kereta kencanaMenjemput kepingan kebahagiaanDentangan sangkur seakan musik yang indahAkankah dentangan ini untuk selamanya?
Tiupan angin memberikan kesegaranAngin kencang tak lagi dapat menggoyangkan kita
Tepian pantai ramai dengan kibaran bendera warna-warniTetangga melambai meminta kita membagikan telur emas kepadanya

52
Kita menjadi raja di tanah sendiriKesengsaraan tinggal menjadi masa laluKetika air ketuban pecah, kita mengharapkan bayi mungilBayi itu menggenggam mukjizat
Kemenangan melalui penderitaanSeperti mendaki gunung melalui titianPerca-perca kebahagiaan ditata menjadi selimut bangsa
Temui seorang kaya, tanyakan kepadanyaMengapa dia tak ingin menangisOrang kaya berkata, ’Kekayaanku, kebahagianku’
Selimut bangsa dijalin dengan selimut tetanggaSenyuman kita mengundang teman seberangMenyulamkan selimutnyaKami ini disulam cahaya
Ke mana senyuman ditebarkan, di sana datang kebahagiaanKe mana genderang kebahagiaan ditabuh, di sana banyak teman
Seperti menyiram padi, setiap siraman membuahkan padi unggulPedang yang diasahTak akan pernah dipakai menebang kayuBianglala selalu dapat menembus awanMenengok seludang kemajuan negeri seberangKita seolah dipacu menjadi penabuh barisan dwi kebangkitan nasionalBerjingkat-jingkat mereka menapak di kemasan timbanganBerkilo-kilo dijadikan sekali

53
Sengsara dijajah, lebih sengsara ditipu
Pupuk disemai, pupuk ditebarSiapa yang tak memupuk kebun sendiriTetangga mengais keuntungan, menjual tahi dikemasSesungguhnya kita ini terbenam dalam timbunan padiPadi yang diminta, emas yang didapatTentunya kita ini patut bersyukurSudah gaharu, cendana pula
Pasar disulang, pasar mengundangKesengsaraan tak lagi sempat singgah di hatiBangsa ditata, bangsa bersolekKemakmuran berkata, ’Umurku, dilemaku’Siapa bersedia miskin setelah pernah kayaKemiskinan seakan pintu gua yang menakutkan
Berdiri di atas gunungPemandangan seakan tak ada batasnyaSemakin tinggi gunung, semakin dingin udaranyaKemarikan selimut ituKita menebalkan kehangatan persatuanSudahkan kita menemukan makna Pancasila?Makna tak selalu dikaji dengan penderitaanKebahagiaan menatahkan keindahanPada kehidupan yang diberi maknaPentingkah kehidupan bertatahkan makna?Setiap perputaran hidup, tentu di sana ada makna yang melekat
Ke mana roda kehidupan berputar, di sana ada penderitaan dan kebahagiaan

54
Ke mana makna ditemukan, di sana kehidupan bertaburan hikmahOrang menang berkata, ’Kemenanganku, makna kehidupanku’
Berikan makna pada kehidupanmuMaka kebahagiaan menjadi temanmuFajar menghangatkan selimut persatuanPersatuan Indonesia menjadi seludang pohon keadilan sosial
Gemercik hujan membasahi timbunan buahKerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilanPancasila menemukan kebahagiaannya di zaman ini
Tatahkan kata-kata mutiara pada pijakan burung GarudaTuliskan, ’Kami menitipkan Pancasila secara murni’Ke mana Pancasila digaungkan, di situ ada temanKe mana kesejahteraan dibagikan, di situ kita mendapat sahabat
Kumandang Pancasila menjadikan kita sahabat duniaTemanku berkata, ’Sahabatku, penuntunku’

55
Zaman Globalisasi
Berdentang lonceng duniaTanda tak ada lagi batasan ruang dan waktuSeluruh dunia tak dapat menutup mata dan telingaKembang-kembang bertaburan di pojok dunia Seluruh dunia merasakan harumnyaBerdecak lidah di Cina, berdehem kita semua
Tepuk tangan bergemuruh di seluruh duniaKetika Mike Tyson menyarungkan tinjunyaBergemuruh siulan seluruh bangsa di duniaKetika pesta kembang api digelar di sini
Pemimpin menang dinobatkan di singgasana duniaPejuang mati ditangisi duniaSemut mati terinjak, dikabarkan ke negeri gajahBerhamburan berita layak dan tidak layakKepompong ingin cepat mengoyak dirinyaTak tahan mendengar hiruk-pikuk di luar
Banyak paham di duniaMengira negara adi kuasa dapat berbuat apa sajaTak menyahut kalau ditanyaMenjadi sasaran peluru kendaliSaddam Husein jadi contohKesewenang-wenangan sang adi kuasaSiapa penjahat perang sebenarnya

56
Peraturan dibikin sendiriSiapa yang mau berhutang, siapa yang mau meminta bantuanTergantung keikhlasannya
Tak memperoleh keikhlasannyaBadan sengsaraJangan dipuji orang serakahKepala besar, bertolak pinggangMemerintah kiri kananMengeksekusi seenaknyaMau menampar, mau menembakTak ada yang boleh melarang
Barang kita dirampasnyaPembayaran hutang tetap dimintanyaSampai luluh kita bekerjaTak berdaya mengusirnyaMelepaskan diri dari cengkeraman
Kita mencari pijakan dari persatuanMelepaskan diri dari kemiskinanKita menggali sumur jadi kilangLemparkan lembing ituCari mesin kedukAda pasir, ada batu kali, eh...ada emas juga
Mau apa lagiEmas didulang, emas ditata, emas dijualBayar hutang kini tak masalahPasar bebas sempat membuat masalahKita tak siap ditimpa pasar bebasApalagi bersaing

57
Langkah baik meyakinkan kitaDengan Nama Allah kita bangkitEkonomi ditata, wajah bangsa diusapEmas menjadikan rupiah naik gengsiMinyak jadi pelicin, rupiah menjadi devisa
Sudahkah Indonesia merdeka?Tak mudah memindahkan merekaApalagi mengusirnyaKepalang tanggung kata mereka
Ada emas di siniJuragan bule jangan dikasih hatiTumpul kita dibuatnyaTak ada uang, kita dipijaknyaAda uang, kita mau dikibulinya
Jangan percaya kuda putihSuka nyeruduk pekarangan orang lainTombol mekanisme dunia ada di tangannyaBau apa saja dapat diciumnyaMatanya nyalang, mencari kesempatanSemua bangsa ingin dikuasaiTangannya mencengkeram tak dibatasiMereka mengikat talinya di siniMelalui bantuan, nasib kita terikat dengannya
Senyuman manis pada awalnyaMenjadi tangisan sejarah bangsa kitaBagaimana kelancungan ituTelah menarik raksasa memijakkan kakinya di sini

58
Berita ada gunung ditaburi emasTernyata membawa perisai dan pentunganBerduyun-duyun orang mencari taliKatanya, tali mereka ditanggung tak dapat putusKita mengikat tali di lereng dan di lembah
Katanya, tali itu tak akan diikat di hati merekaBergayung-gayung timah dicangkulBerpikul-pikul emas digaliTali menjadi rentan, pemilik tali mengatakan, ’Kerentanan itu karena tidak ada hujan di negerinya’
Kita berdehem saja, disangkanya meludahDi tepi gunung ada padi menguningKatanya, ’padi itu mereka yang menanamnya’Kita menggali sumur, airnya menjadi ukuran timbanganKatanya, ’air itu mengalir dari kepintarannya menadah hujan’Sibuk menggali, sibuk menendangTemui penjajah ekonomi, dia pasti berkata, ’Hakku, tebasanku’
Kolong jembatan pun miliknyaSiapa yang menanyakan haknya, dia pun menjadi pengisi krematoriumSupaya kita menjadi pemilik gunung kencanaSeludang mereka dilepaskan
Ke mana mencari pembersih seludang?Di Timur ada sumur tuba yang perlu ditimbunBerhamparan tuba kemasan dijual di sana

59
Pemilik sumur tuba tak pernah mengaku menjual tubaPiring dibersihkanDisisipkan di antara piring-piring kaca yang tersimpan di lemari PancasilaKemarikan segala kepahitan, di sana pasti ada bekas tuba
Keberanian menciptakan burung Garuda berkaki emasTelah membuat kita disegani duniaSiapa tak ingin menjadi sahabat duniaPancasila dikibarkan, Pancasila diunggulkan
Pelita kemenangan menebarkan sinar kemilau ke negara sahabatSetinggi-tingginya ilmu didaki, lebih tinggi lagi keinginan berkuasaSejauh-jauhnya perahu berlayar, lebih jauh lagi pulau yang dituju
Kepingan ketangguhan meluncurkan kemauan menyatuKita bersatu dengan negara sahabatBeramai-ramai menanam padiBeramai-ramai menanak nasi
Bongkahan kekuatan, lebih kuat bongkahan persatuanTetangga bertepuk, kita menolehKita mengerling, mereka tersenyumSenyuman persatuan, senyuman kekuatan
Berakit-rakit ke pulau senyumanBersenang-senang ke pelupuk kebahagiaanMelepas sandal di surau, sahabat menapakkan kaki di langgarMendengar azan di setiap persiapan rumah sahabat

60
Tak dapat disanggah, kita merasa di rumah sendiriKemenanganku, kemenanganmuKemenangan kita semuaIndonesia bersinarMenjadi sahabat negeri berkembangIndonesia muncul ke permukaanMenyatukan salam
Layakkah ini kupikirkan?Saat ini kita sedang menangisBanyak hal tak dimungkinkanBanyak hal yang bisa dituliskanKubaca ini dari dalam hatiKeberkahan bangsa kita, mana mungkin kusimpanPikirkan masa depan duniaSeandainya tak ada persatuan di antara sahabatBetapa kemandulan ekonomi akan menimpa kita semua
Kentang dan padi ditanam di ladangKentang berbuah, padi merundukKemenangan tak mungkin diraihBila kita tak jeli melihat cuaca
Kembalikan tanahkuRetak di bukit, tak retak di pesisir
Berikan getah karetkuLentur karetku, tak lentur gunungkuSimpan emaskuBerkilau emasku, tak berkilau tambangku

61
Bersiullah burung GarudakuMerdu siulannya, tak merdu cakarnyaBerita perpaduan bangsa-bangsa yang bersahabatMenegakkan bulu kuduk siapa saja yang menginginkanCakarnya mencengkeram dunia
Pancasila bercakar emasCakar digesekkan, emas bertaburanPentingkah cakar emas diciptakan?Ciptakan kebahagiaan yang dapat disemburkan ke mana-manaMaka kita akan berlumuran emas dari pintu persatuanPancasila ditantangPancasila dipantang
Mana masa yang terang?Maka ditampakkan padakuMasa yang penuh berkah ituSetelah belalang menyusahkan duniaSaat dunia disesakkan oleh kumanSaat teknologi merusak keseimbangan alam
Saat dunia dipenuhi kemalanganSaat teknologi membalik budayaSaat dia juga membutakan iman
Tak pandai aku menyampaikannyaTapi di langit ada bintang yang besar menyapa bumiKatanya matahari semakin dekatTanda bumi akan menjadi panasTanda dunia banyak malapetakaTanda waktunya semakin cepat

62
Dunia berputar mendekat matahariSehingga bumi penuh deritaDi mana masa terang itu?Jejak masa lampau dihubungkan dengan masa depan di sini
Bintang terang menyinari bangsa IndonesiaKetika Pancasila terbang di persilangan duniaKetika burung Garuda disoroti duniaKetika bangsa Indonesia disimak duniaPancasila menguak dunia dengan bintang di dadanyaKetuhanan Yang Maha Esa menerangi bangsa Indonesia dengan sinar-Nya
Itulah masa terang ituKetika kita berlari-lari menjangkau globalisasiKetika masa suram telah berlalu
Ke mana cakar digenggamkan, di sana melekat tempat berpijakKe mana emas dibagikan, di sana kemilau persahabatan diikatPandai emas berkata, ’Emasku, kemilauku’Pancasila bercakar emas di zaman iniTak ada emas yang tak berkilau
Kemilau cakar emas telah menyilaukan duniaPentingkah kita menanamkan genggaman emas?Setiap genggaman mengikat kita pada kekuatanKekuatan yang dilahirkan oleh kebersamaanMenyemai emas di duniaSemaikan emasmu, semaikan senyumanmu

63
Bumi memberikan kekuatan
Berkancah emas, berkancah senyumTemani aku melepaskan kerisauanTitik pusat bumi selalu berputarJangan biarkan kita mendayung ke pantai gersangBerikan dayung ini kepada perenang tangguhBentangkan layar yang tahan badai
Bisikkan padanya, ’Indonesia telah sampai ke pulau bahagia’Padanya diharapkan menatanyaElok Pancasilaku, elok bangsakuPenulis berkata, ’Pancasilaku, kebanggaanku’
Bangsa-bangsa tertunduk penuh dukaBumi digenangi air mataMatahari memanaskan bumiSungguh panas siang iniMalam pun jadi pendek
Sang waktu bergegasTakdir umat manusiaDisapa keserakahannyaMengapa bumi ini penuh bencana?
Kualitas manusia sudah membusukManusia tak menyapa AllahKitab Suci dibiarkan tak diminatiMenjadi congkak karena segenggam ilmu
Supaya bulan dapat dihuniBanyak satelit diluncurkan

64
Keinginan menguasai duniaMenjadikan manusia berlomba merakit nuklirSenjata nuklir menjamin kekuasaanTangga kekuasaan menjulang ke langitMenggapai langit, tak menggapai Allah
Jangan ditanya mengapa Allah mengingatkanTanya berapa dosa itu?Gagalkah Ajaran Allah di muka bumi ini?Kumpulkan dosa ituTak seimbang lagi dengan kebenaranMana kemuliaan cinta?Mana kesucian hati?
Waktu tak lagi mau menungguTakdir telah sampaiPancasila meniti zamanAkan sampai pada akhir zamanDi sini aku masih berdiriMenatap masa depan yang penuh tantanganMatahari masih bersinarBelum saatnya mengakhiri zamanAlam berkata, ’Jagalah aku, cintailah aku’
Kuambil PancasilakuKuusap bintang di dadanyaBurung Garuda itu berkata,’Bersama Pancasilaku, bersama Tuhanku’
Tangisan dunia Mencairkan kebekuan imanBatu pun ikut menangis

65
Bayi baru lahir tak sempat menikmati kebahagiaan
Muntahan laharMembuat bumi semakin panasGletser mencairMendinginkan benua
Demam sekujur tubuh tak mau redaGuru mengajarkanJangan jajan di jalanTak laku pedagang kaki limaKuman dan belalang musuh utama manusia
Ada benua tertimbun bongkahan esAda kota rubuh karena gempaTangisan dunia, tangisan umat manusiaTak ada penderitaan sepedih ini
Kuambil penaKutuliskan cerita sedih iniKubuka buku hariankuKucatat tanggal hari iniKumau puisiku iniMau dibaca, mau diingat
Di sini kutulisKesedihan umat manusia di masa depanAgar kita dapat menjawabTantangan masa depan ituTak berbanding, tak berbilangDuka dan bahagia perjalanan sejarah

66
Semoga buku Pancasila ini Dapat menemani Anda menapaki sejarah masa depan
Pancasila pernah dirundung dukaPernah menangisPernah tersenyumPernah berkaki emasPernah mengitari dunia
Perkasa, sakti dan bijakItulah PancasilakuPancasila bangsakuMenyongsong hiruk pikuk duniaMentari menyinarinyaAllah bersamanyaSubhanallah

67
Ulasan Akhir
Pancasila adalah sumber penghayatan falsafah bangsa Indonesia. Kehidupan bernegara kita seharusnya larut dalam lima sila Pancasila. Betapa pentingnya kedudukan Pancasila sebagai dasar falsafah bangsa Indonesia. Butir-butir Pancasila sudah mencakup kesempurnaan filosofi. Pengaruh kharisma Pancasila belum diarahkan untuk dimiliki sepenuhnya oleh seluruh rakyat Indonesia.
Rakyat Indonesia belum bisa memberikan penghayatannya sebagaimana yang diharapkan. Pengetahuan tentang Pancasila hanya ditujukan sebagai pengetahuan dasar pengenalan falsafah negara Indonesia. Sistem penghayatan lebih ditujukan untuk para pemimpin dan kepada mereka yang bertugas sebagai Manggala P4 dan peserta P4. kepedulian itu hanya digunakan untuk kepentingan promosi jabatan atau demi tanggung jawab jabatan. Kepedulian untuk mengilhami generasi muda dan rakyat pada umumnya tidak terlalu dipikirkan.
Melalui puisi ’Pancasila Meniti Zaman’ ini, saya ingin mengundang generasi muda dan siapa saja yang berminat untuk mengenali dan menghayati Pancasila kita. Sungguh kepedulian saya ini terlahir dari keinginan memberikan penghayatan yang lebih mudah dipahami.
Butir-butir Pancasila dalam buku ini, saya terjemahkan sebagai langgam. Saya harapkan dengan melanggamkannya, Pancasila itu menjadi merdu dan mudah dinikmati.

68
Bagaimana saya melanggamkan Pancasila, begitulah cara saya menghayatinya.
Semoga cara saya menghayati Pancasila ini dapat dirasakan pula oleh Anda. Kepedulian kita kepada Pancasila sangat perlu ditingkatkan karena yang demikian itu dapat menjadikan kita lebih mencintai negara dan bangsa Indonesia.
Sesungguhnya buku ’Pancasila Meniti Zaman’ ini adalah karya idaman saya. Betapa keinginan saya menyumbangkan karya bakti untuk bangsa Indonesia.
Saya mulai buku ini dengan harapan, saya akhiri buku ini dengan ungkapan :
Kepada siapa Pancasila ini diberikan? Buah jatuh tak jauh dari pohonnya Kepada siapa harapan bangsa ditujukan? Generasi penerus bangsa Indonesia Keabadian bangsa berada di tangan penerusnya Kualitas bangsa menjunjung nama negara Pada generasi peneruslah kualitas itu Bangsaku berkata, ’Pancasilaku, masa depanku’