pantai lenggoksono

4
Pantai Lenggoksono, Malang, Jawa Timur REP | 29 January 2014 | 15:38 Dibaca: 1173 Komentar: 5 1 Memanfaatkan jatah cuti yang saya peroleh awal tahun ini untuk jalan-jalan ke Jawa Timur. Saya sudah membuat janji dengan Mukti, sahabat yang bekerja di Bojonegoro untuk menjelajah ujung provinsi yakni Kabupaten Banyuwangi. Kami sepakat untuk memburu sunrise di Kawah Ijen, kemudian bersantai di pantai serta menikmati pemandangan sabana di Alas Purwo. Apa daya ternyata cuaca yang kurang bersahabat membuat kami mengubah rute perjalanan ke Malang. Menurut rekomendasi teman, ada pantai yang sering dijadikan tempat bermain para peselancar. Di sana juga ada pulau tak berpenghuni dan di sekitarnya para turis bisa snorkeling. Bersama dua sahabat saya lainnya yaitu Siska dan Kenyo dibutuhkan waktu 3 jam dengan mobil untuk menuju desa Lenggoksono di bagian selatan Kabupaten Malang. Berbekal arahan dari teman dan tanya sana sini dari masyarakat sekitar, sampai juga kami di tujuan. Jalanan berkelok nan sempit berujung pada pemandangan pantai dikelilingi bukit yang hijau oleh tanaman cengkeh. Ombak sedang pasang, langit agak mendung, sayangnya kami tidak bisa naik kapal ke Pulau Bolu-Bolu untuk menikmati keindahan bawah lautnya. Beberapa peselancar nampak mengurungkan niatnya karena ombak dan arah angin sedang tidak menentu. Setelah berbincang dengan nelayan setempat, kami setuju untuk diantar trekkingmenelusuri bukit menuju Banyu Anjlok (Banyu artinya air, Anjlok artinya jatuh) atraksi air terjun yang langsung menghadap pantai. Memulai perjalanan dengan menyusuri garis pantai berbatu ditemani oleh Pak

Upload: gumbert-maylda-pratama

Post on 23-Dec-2015

215 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

pantai dan gambaran

TRANSCRIPT

Page 1: Pantai Lenggoksono

Pantai Lenggoksono, Malang, Jawa TimurREP | 29 January 2014 | 15:38  Dibaca: 1173     Komentar: 5     1

Memanfaatkan jatah cuti yang saya peroleh awal tahun ini untuk jalan-jalan ke Jawa Timur. Saya sudah membuat janji dengan Mukti, sahabat yang bekerja di Bojonegoro untuk menjelajah ujung provinsi yakni Kabupaten Banyuwangi. Kami sepakat untuk memburu sunrise di Kawah Ijen, kemudian bersantai di pantai serta menikmati pemandangan sabana di Alas Purwo. Apa daya ternyata cuaca yang kurang bersahabat membuat kami mengubah rute perjalanan ke Malang. Menurut rekomendasi teman, ada pantai yang sering dijadikan tempat bermain para peselancar. Di sana juga ada pulau tak berpenghuni dan di sekitarnya para turis bisa snorkeling.

Bersama dua sahabat saya lainnya yaitu Siska dan Kenyo dibutuhkan waktu 3 jam dengan mobil untuk menuju desa Lenggoksono di bagian selatan Kabupaten Malang. Berbekal arahan dari teman dan tanya sana sini dari masyarakat sekitar, sampai juga kami di tujuan. Jalanan berkelok nan sempit berujung pada pemandangan pantai dikelilingi bukit yang hijau oleh tanaman cengkeh. Ombak sedang pasang, langit agak mendung, sayangnya kami tidak bisa naik kapal ke Pulau Bolu-Bolu untuk menikmati keindahan bawah lautnya. Beberapa peselancar nampak mengurungkan niatnya karena ombak dan arah angin sedang tidak menentu.

Setelah berbincang dengan nelayan setempat, kami setuju untuk diantar trekkingmenelusuri bukit menuju Banyu Anjlok (Banyu artinya air, Anjlok artinya jatuh) atraksi air terjun yang langsung menghadap pantai. Memulai perjalanan dengan menyusuri garis pantai berbatu ditemani oleh Pak Sutris dan Pak Lohong. Kami menyeberang muara sungai yang menjadi pertemuan air tawar dan air asin, sebuah pemandangan yang jarang ditemukan. Menaiki bukit ditemani pemandangan laut lepas di sisi kiri dan pepohonan hijau di sisi kanan. Rupanya Lenggoksono merupakan daerah penghasil cengkeh terbesar di Jawa Timur. Selain itu hasil panen yang menyelingi cengkeh adalah pisang dan kopi namun hanya minoritas.Mukti dan Kenyo berjalan duluan sementara Siska sudah kelelahan, katanya karena jarang olahraga. Kami berjalan bersama rombongan lainnya yang masih tertinggal di belakang. Akhirnya Pak Sutris memandu paling depan bersama Mukti dan Kenyo, saya dan Siska perlahan menyusul di belakang, sementara Pak Lohong memandu tim paling belakang. Jarak saya dengan rombongan paling depan sudah terlampau jauh, apalagi dengan kelompok belakang. Kami sudah mendaki lebih dari 1jam namun rasanya belum sampai juga di air terjun. Sampai kami bertemu sepasang petani yang baru turun

Page 2: Pantai Lenggoksono

gunung dan memberitahu bahwa jalan yang saya ambil ini sudah cukup jauh dari Banyu Anjlok. Seketika itu juga saya dan Siska berbalik arah. Benar saja, dari ketinggian kami melihat Mukti dan Kenyo sudah sampai di air terjun dan berjalan di pinggir pantai. Ternyata ada jalanan turun menuju pantai yang kami lewati. Sementara itu Pak Sutris menyusul kami, Pak Lohong juga berlari karena khawatir kami hilang padahal saya dan Siska malah sempat berfoto-foto.Segala rasa capek itu sudah hilang oleh pemandangan menakjubkan Maha Karya Tuhan ketika air terjun ke bibir pantai tepat berada di hadapan saya. Ini pertama kalinya saya menyaksikan air tawar langsung menyatu dengan penampungan terakhirnya yakni lautan luas. Tinggi air terjun itu kira-kira 3 meter dengan bebatuan di sisinya yang mudah untuk dipanjat. Saya naik ke atas air terjun bersama Mukti dan Kenyo sementara Siska yang kecapekan menunggu di pinggir pantai. Masih ada satu lagi atraksi menarik di Banyu Anjlok yakni goa sarang wallet yang tersembunyi di balik air terjun. Pak Lohong memandu saya dan Kenyo ke dalam goa yang sempit dan gelap. Sayang kami tidak membawa senter jadi tidak bisa masuk lebih dalam. Ditambah lagi ombak pasang yang masuk ke goa, membuat kami ngeri.

Pemandangan Saat Trekking

Page 3: Pantai Lenggoksono

Banyu Anjlok

Goa Wallet

Hujan mengguyur deras selama perjalanan pulang namun tak menyurutkan suka cita kami seharian ini. Kami kembali ke kota Malang setelah Maghrib, melalui medan berkelok menanjak yang sepi. Sesekali kami berhenti untuk mendinginkan mesin dan meregangkan otot. Sampai Malang kami mencari pengganjal perut dan Mukti membawa kami ke Nasi Ayam di depan Gereja Ijen Boulevard, Kota Malang. Baiklah, kami memang tidak jadi ke Kawah Ijen namun siapa sangka perjalanan penggantinya memberikan kesan lebih dari yang diduga.