paper agroklimat suhu tanah
DESCRIPTION
tugas agroklimatologi semester 1TRANSCRIPT
HUBUNGAN SUHU TANAH TERHADAP PERTUMBUHAN UMBI
KENTANG (Solanum tuberosum L.)
PAPER
OLEH
TASHA JULIANA PUSPITASARI / 150301164
AGROEKOTEKNOLOGI – 4A
L A B O R A T O R I U M A G R O K L I M A T O L O G I
P R O G R A M S T U D I A G R O E K O T E K N O L O G I
F A K U L T A S P E R T A N I A N
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2015
HUBUNGAN SUHU TANAH TERHADAP PERTUMBUHAN UMBI
KENTANG (Solanum tuberosum L.)
PAPER
OLEH
TASHA JULIANA PUSPITASARI / 150301164
AGROEKOTEKNOLOGI – 4A
Paper sebagai salah satu syarat untuk dapat memenuhi komponen penilaian
di Laboratorium Agroklimatologi Program Studi Agroekoteknologi
Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara
Ditugaskan OlehDosen Penanggung Jawab Laboratorium
Dr. Ir. Yaya Hasanah M.Si NIP : 196901102005022001
L A B O R A T O R I U M A G R O K L I M A T O L O G I
P R O G R A M S T U D I A G R O E K O T E K N O L O G I
F A K U L T A S P E R T A N I A N
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2015
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas berkah dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan paper ini tepat pada
waktunya.
Adapun judul paper ini adalah “Hubungan Suhu Tanah Terhadap
Pertumbuhan Umbi Kentang (Solanum tuberosum L.)” yang merupakan salah
satu syarat untuk dapat memenuhi komponen penilaian di Laboratorium
Agroklimatologi Program Studi Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Universitas
Sumatera Utara.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada
Dr. Ir. Yaya Hasanah M.Si; Dr. Nini Rahmawati, Sp. M.Si; Ir. Mukhlis, M.Si;
Dr. Dra. Ir. Chairani Hanum, M.S; Ir. T. Irmansyah, M.P; Ir. Syarifuddin, M. S;
Ir. Lisa Mawarni, M.P; Ir. Irsal, M.P; Ir. Alida Lubis, M.S; dan
Benny Hidayat, Sp. M.P selaku dosen penanggung jawab Laboratorium
Agroklimatologi, serta abang dan kakak asisten Laboratorium Agroklimatologi
yang telah membantu dalam menyelesaikan paper ini.
Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih. Semoga paper ini bisa
bermanfaat bagi kita semua.
Medan, November 2015
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................... i
DAFTAR ISI................................................................................................. ii
PENDAHULUAN......................................................................................... 1Latar Belakang................................................................................... 1Tujuan Penulisan................................................................................2Kegunaan Penulisan...........................................................................2
TINJAUAN PUSTAKA................................................................................ 3Botani Tanaman................................................................................. 3Syarat Tumbuh...................................................................................4
Iklim.......................................................................................4Tanah......................................................................................
4
HUBUNGAN SUHU TANAH TERHADAP PERTUMBUHAN UMBI
KENTANG (Solanum tuberosum L.) ........................................................... 6
Pengertian Suhu Tanah...................................................................... 6Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Suhu Tanah...............................6Alat yang Digunakan untuk Mengukur Suhu Tanah......................... 7Hubungan Suhu Tanah dengan Pertanian.......................................... 8Hubungan Suhu Tanah Terhadap Pertumbuhan Umbi Kentang
(Solanum tuberosum L.).....................................................................8
KESIMPULAN..............................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 11
LAMPIRAN
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tanaman kentang (Solanum tuberosum L.) menghasilkan umbi sebagai
komoditas sayuran yang diprioritaskan untuk dikembangkan dan berpotensi untuk
dipasarkan di dalam negeri dan diekspor. Tanaman kentang merupakan salah satu
tanaman penunjang program diversifikasi pangan untuk memenuhi kebutuhan gizi
masyarakat. Sebagai bahan makanan, kandungan nutrisi umbi kentang dinilai
cukup baik, yaitu mengandung protein berkualitas tinggi, asam amino esensial,
mineral, dan elemen-elemen mikro, di samping juga merupakan sumber vitamin C
(asam askorbat), beberapa vitamin B (tiamin, niasin, vitamin B6), dan mineral P,
Mg, dan K (Kadarisman, N, et.al, 2011).
Kentang (Solanum tuberosum L.) adalah komoditas sayuran dengan
kegunaan ganda, yaitu sebagai sayuran dan substitusi karbohidrat. Kentang
(Solanum tuberosum L.) digunakan sebagai makanan olahan, usaha rumah tangga,
restoran siap saji, sampai industri besar untuk pembuatan tepung dan keripik.
Pasar kentang bukan hanya di dalam negeri, tetapi juga di luar negeri sebagai
komoditas ekspor yang menguntungkan sehingga kentang menjadi salah satu
tanaman yang cocok dikembangkan untuk mengatasi masalah pangan dan
ekonomi (Mariani, N, 2011).
Produk olahan kentang (Solanum tuberosum L.) yang sudah
diperdagangkan di pasaran dunia berupa produk setengah jadi, yaitu pati, tepung
kentang serta produk jadi, yaitu keripik kentang, dodol kentang dan kentang
goreng berupa chips atau stick. Di Indonesia, sebagian besar produksi kentang
masih diperdagangkan dalam bentuk umbi segar dan banyak dimanfaatkan
sebagai campuran dalam pembuatan kue dan roti (Dalimunthe, H, et.al, 2013)
Kentang (Solanum tuberosum L.) merupakan tanaman pokok dengan
gudang karbohidrat terbesar ke empat di dunia setelah padi, gandum, dan barley
sehingga mampu menunjang program diversifikasi pangan. Kentang termasuk
salah satu komoditas unggulan yang mempunyai prospek pasar nasional dan
internasional yang bagus (Utama, R, et.al, 2013).
Tanaman kentang berasal dari Amerika Selatan (Peru, Chili, Bolivia, dan
Argentina) serta beberapa daerah Amerika Tengah. Di Eropa daratan tanaman itu
diperkirakan pertama kali diintroduksi dari Peru dan Colombia melalui Spanyol
pada tahun 1570 dan di Inggris pada tahun 1590. Penyebaran kentang ke Asia
(India, Cina, dan Jepang), sebagian ke Afrika, dan kepulauan Hindia Barat
dilakukan oleh orang-orang Inggris pada akhir abad ke-17 dan di daerah-daerah
tersebut kentang ditanam secara luas pada pertengahan abad ke-18
(Mariani, N, 2011).
Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari paper ini ialah untuk mengetahui hubungan suhu tanah
terhadap umbi kentang (Solanum tuberosum L.)
Kegunaan Penulisan
Adapun kegunaan dari paper ini ialah sebagai salah satu syarat untuk dapat
memenuhi komponen penilaian di Laboratorium Agroklimatologi Program Studi
Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, serta sebagai sarana
informasi dan wawasan bagi Penulis.
TINJAUAN PUSTAKA
Botani Tanaman
Tanaman kentang (Solanum tuberosum L.) merupakan tanaman semusim
yang berbentuk semak, termasuk Divisi Spermatophyta, Subdivisi Angiospermae,
Kelas Dicotyledonae, Ordo Tubiflorae, Famili Solanaceae, Genus Solanum, dan
Spesies Solanum tuberosum L. (Mariani, N, 2011).
Batang tanaman kentang (Solanum tuberosum L.) berbentuk segiempat,
panjangnya bisa mencapai 50 – 120 cm dan tidak berkayu (tidak keras bila
dipijat). Batang bawah berwarna hijau kemerah-merahan atau keungu-unguan
(Dalimunthe, H, et.al, 2013).
Daun tanaman kentang (Solanum tuberosum L.) umumnya rimbun dan
letak daun berselang-seling mengelilingi batang tanaman. Daun berbentuk oval
sampai oval agak bulat dengan ujung meruncing dan tulang tulang daun menyirip
seperti duri ikan. Warna daun hujau muda sampai hijau tua hingga kelabu. Ukuran
daun sedang dengan tangkai tidak panjang (Dalimunthe, H, et.al, 2013).
Perakaran tanaman kentang berstruktur halus, berwarna keputih-putihan,
dapat menembus kedalaman tanah sampai 45 cm, namun umumnya berkumpul
sedalam kurang lebih 20 cm (Mariani, N, 2011).
Bunga pada tanaman kentang (Solanum tuberosum L.) adalah zygonorp
(mempunyai bidang simetris), berjenis kelamin dua (hermaproditus atau bunga
sempurna), waarna mahkota bunga (corolla) putih, merah jambu, atau ungu. Daun
kelopak (calix), daun mahkotan dan benang sari (stamen) masing masing
berjumlah lima buah dengan satu buah putik (pistillus). Mahkota berbentuk
terompet dengan ujung seperti bintang lima, benang sari berwarna kuning
melingkari tangkai putiknya (Mariani, N, 2011).
Syarat Tumbuh
Iklim
Di Indonesia yang beriklim tropis, kentang umumnya ditanam di
daerah dengan ketinggian lebih dari 1.000 m dpl. Penanaman kentang di
dataran medium (300-700 m dpl) memungkinkan terjadinya perubahan
karakter morfologis yang berhubungan dengan perbedaan proses
metabolisme yang terjadi pada dua kondisi berbeda. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui karakter morfologi beberapa klon kentang di
dataran medium (Handayani, T, et.al, 2011).
Daerah yang mempunyai suhu udara maksimal 30°C dan suhu udara
minimum 15°C adalah sangat baik untuk pertumbuhan tanaman kentang
daripada daerah yang mempunyai suhu relatif konstan yaitu rata-rata 24°C
(Utama, R, et.al, 2013).
Suhu merupakan faktor penting bagi tanaman kentang
(Solanum tuberosum L.), Umumnya kentang akan tumbuh baik dan dapat
berproduksi maksimal pada suhu 15-18°C. Dengan meningkatnya suhu
akan merubah keseimbangan yang akan menyebabkan kecepatan respirasi
akan melebihi kecepatan photosintesa, yang menyebabkan berkurangnya
hasil (Harwati, T, 2008).
Tanah
Tanaman kentang membutuhkan tanah yang subur, gembur, banyak
mengandung bahan organik, bersolum dalam, aerase dan draenasenya
baik. Keadaan tanah yang kurang memenuhi syarat tumbuh tanaman
kentang dapat berpengaruh negatif (Dalimunthe, H, et.al, 2013).
Menjaga mutu tanah diakui sebagai landasan untuk mempertahankan
potensi produksi tanaman. Pengelolaan tanah yang berhasil ditunjukkan
dengan adanya peningkatkan karakteristik mutu tanah, serta lazimnya dapat
mengurangi variasi hasil panen dari tahun ke tahun. Untuk mempertahankan
agar hasil panen kentang tetap tinggi dan tidak berfluktuasi dari waktu ke
waktu, diperlukan pengelolaan kesuburan tanah. Perhitungan kebutuhan perlu
dikoreksi dengan mempertimbangkan tingkat kesuburan yang ada sekarang.
Oleh karena itu perlu dilakukan analisis tanah untuk mengetahui tingkat
kesuburan tanah dan ketersediaan hara yang diperukan oleh tanaman kentang.
(Yuwono, N.W, et.al, 2012)
Lapisan keras akan menyebabkan genangan air dan perakaran
kentang tidak dapat menembus lapisan kedap air. Tanaman kentang lebih
menyukai hidup di tanah-tanah vulkanis (andosol) yang gembur dan
banyak mengandung humus atau tanah subur. Tanah lempung berpasir dan
subur, rasa umbi kentang lebih enak dan kandungan karbohidratnya lebih
tinggi (Yuwono, N.W, et.al, 2012).
HUBUNGAN SUHU TANAH TERHADAP PERTUMBUHAN UMBI
KENTANG (Solanum tuberosum L.)
Pengertian Suhu Tanah
Panas di dalam tanah merupakan keadaan yang timbul akibat adanya radiasi
sinar matahari, panas bumi, reaksi-reaksi kimia di dalam tanah maupun aktifitas
biologi di dalam tanah. Adanya panas di dalam tanah diukur menggunakan istilah
suhu tanah (Lubis, K.S, 2007).
Suhu tanah merupakan panas dinginnya tanah hasil dari keseluruhan radiasi
yang merupakan kombinasi emisi panjang gelombang dan aliran panas dalam
tanah. Suhu tanah juga disebut intensitas panas dalam tanah dengan satuan derajat
celcius, derajat farenheit, derajat kelvin dan lain-lain. (Putro, B.T.W, 2010)
Suhu tanah sangat bervariasi, sejalan dengan perubahan proses pertukaran
energi matahari, terutama melalui permukaan tanah. Parameter tanah yang
mempengaruhi suhu antara lain kapasitas panas spesifik, penghantar panas,
difusivitas panas, serta sumber dan keluaran panasinternal pada waktu tertentu
(Budhyastoro, T, et,al, 2010).
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Suhu Tanah
Iklim berpengaruh langsung atas suhu tanah dan keairan tanah serta berdaya
pengaruh tidak langsung pula lewat vegetasi. Energi pancar matahari menentukan
suhu badan pembentuk tanah dan dengan demikian menentukan laju pelapukan
bahan mineral dan dekomposisi serta humifikasi bahan organik
(Notohadiprawiro, T, 2006).
Suhu tanah meningkat dengan kedalaman yang disebabkan pada malam hari
lapisan yang lebih dekat dengan permukaan melepaskan kalor ke atmosfer lebih
banyak sehingga pada pagi hari suhu tanah di lapisan yang lebih dangkal menjadi
lebih rendah (Koesmaryono, Y, et.al, 2004).
Fluktuasi temperatur permukaan tanah dipengaruhi oleh perubahan suhu
atmosfir di atas permukaan tanah. Hal ini dapat dijelaskan karena suhu bertambah
tinggi, jumlah dan luas daun semakin besar, sehingga radiasi matahari yang
sampai di permukaan tanah terhalang menyebabkan evaporasi pada tanah
meningkat (Sudaryono, 2004).
Penggunaan mulsa memberikan berbagai keuntungan, baik dari aspek
biologi, fisik maupun kimia tanah. Secara fisik mulsa mampu menjaga suhu tanah
lebih stabil dan mampu mempertahankan kelembaban di sekitar perakaran
tanaman. Penggunaan mulsa akan mempengaruhi suhu tanah. Mulsa dapat
memperbaiki tata udara tanah dan meningkatkan pori-pori makro tanah sehingga
kegiatan jasad renik dapat lebih baik dan ketersediaan air dapat lebih terjamin
bagi tanaman (Utama, R, et.al, 2013).
Faktor yang mempengaruhi suhu tanah, yaitu faktor luar (eksternal) seperti
radiasi matahari, keawanan, curah hujan, angin, kelembaban udara, dan faktor
dalam (internal) seperti tekstur tanah, struktur dan kadar air tanah, kandungan
bahan organik, dan warna tanah (Kartasapoetra, 2004).
Alat yang Digunakan untuk Mengukur Suhu Tanah
Alat yang digunakan untuk mengukur suhu tanah salah satunya adalah
termometer tanah gelas air raksa. Termometer ini disebut pula termometer tanah
bengkok, karena begitu di atas tanah termometer ini membengkok, sehingga
pembacaan sangat mudah tetapi alat ini lebih mudah pecah dibandingkan dengan
alat-alat pengukur suhu tanah lainnya (Nawawi, 2001).
Termometer tanah berselubung kayu. Jenis termometer tanah ini
menggunakan termometer Hg yang panjangnya disesuaikan dengan kebutuhan,
dan diberi selubung kayu. Digunakan selubung kayu agar supaya penyerapan
panas seminimum mungkin hingga tidak mempengaruhi pemuaian Hg.
Termometer ini ditancapkan tegak lurus ke dalam lubang yang dibuat lebih
dahulu, dengan hanya bagian skala yang muncul ke atas. Letak dan kedudukannya
tidak boleh dirubah. (Nawawi, 2001)
Termometer tanah Gelas Air Raksa Tersuspensi Termometer ini disebut
pula termometer tanah tipe Symons, adalah termometer gelas air raksa biasa yang
dimasukan lagi ke dalam tabung gelas dan bola termometer atau sensornyanya
dibalut dengan lilin atau bahan isolator lainnya. Pada pemasangannya mula-mula
dibuatkan lubang dengan bor tanah dengan diameter sedikit lebih besar dari
tabung gelas dengan kedalaman yang diingikan kemudian baru termometernya
dimasukan yang digantung dengan seuntai rantai (Nawawi, 2001).
Hubungan Suhu Tanah dengan Pertanian
Suhu tanah berpengaruh pada tanaman. Pengaruh suhu tanah terhadap
tanaman, yaitu pada perkecambahan biji, aktivitas mikroorganisme, dan
perkembangan penyakit tanaman (Kartasapoetra, 2004).
Fluktuasi suhu dalam tanah akan berpengaruh langsung terhadap aktivitas
pertanian terutama proses perakaran tanaman didalam tanah. Apabila suhu tanah
naik akan berakibat berkurangnya kandungan air dalam tanah sehingga unsur hara
sulit diserap tanaman., sebaliknya jika suhu tanah rendah maka akan semakin
bertambahnya kandungan air dalam tanah, dimana sampai pada kondisi ekstrim
terjadi pengkristalan (Yuwono, N.W; et.al, 2012).
Peningkatan suhu terutama suhu tanah dan iklim mikro di sekitar tajuk
tanaman akan mempercepat kehilangan lengas tanah terutama pada musim
kemarau. Pada musim kemarau, peningkatan suhu iklim mikro tanaman
berpengaruh negatif terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman terutama
pada daerah yang lengas tanahnya terbatas. Pengaruh negatif suhu terhadap
lengas tanah dapat diatasi melalui perlakuan pemulsaan (mengurangi evaporasi
dan transpirasi) (Yuwono, N.W; et.al, 2012).
Hubungan Suhu Tanah Terhadap Pertumbuhan Umbi Kentang (Solanum
tuberosum L.)
Suhu tanah berhubungan dengan proses penyerapan unsur hara oleh akar,
fotosintesis, dan respirasi. Untuk mendapatkan hasil yang maksimum tanaman
kentang membutuhkan suhu optimum yang relatif rendah, terutama untuk
pertumbuhan umbi, yaitu 15,6°C sampai 17,8°C dengan suhu rata rata 15,5 °C.
Dengan penambahan suhu 10 °C, respirasi akan bertambah dua kali lipat. Jika
suhu meningkat, laju pertumbuhan tanaman meningkat sampai mencapai
maksimum. Laju fotosintesis juga meningkat sampai mencapai maksimum,
kemudian menurun. Pada waktu yang sama laju respirasi secara bertahap
meningkat dengan meningkatnya suhu. Kehilangan melalui respirasi lebih besar
daripada tambahan yang dihasilkan oleh aktivitas fotosintesis. Akibatnya, tidak
ada peningkatan hasil netto dan bobot kering tanaman dan umbi menurun
(Mariani, N, 2011).
Salah satu faktor pembatas produktivitas kentang di dataran medium, adalah
suhu yang tinggi, terutama suhu tanah. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa
kentang yang ditanam di daerah dengan suhu tinggi menghasilkan umbi yang
lebih tinggi dibandingkan dengan daerah bersuhu rendah
(Handayani, T, et.al, 2011).
Suhu tanah yang baik untuk pertumbuhan umbi adalah 14,9 sampai 17,7°C.
Suhu tanah berhubungan dengan proses penyerapan unsur hara oleh akar,
fotosintesis dan respirasi (Utama, R, et.al, 2013).
KESIMPULAN
1. Suhu tanah merupakan panas dinginnya tanah hasil dari keseluruhan radiasi
yang merupakan kombinasi emisi panjang gelombang dan aliran panas dalam
tanah.
2. Fluktuasi temperatur permukaan tanah dipengaruhi oleh perubahan suhu
atmosfir di atas permukaan tanah.
3. Energi pancar matahari menentukan suhu badan pembentuk tanah dan dengan
demikian menentukan laju pelapukan bahan mineral dan dekomposisi serta
humifikasi bahan organik.
4. Penggunaan mulsa memberikan berbagai keuntungan, baik dari aspek biologi,
fisik maupun kimia tanah.
5. Faktor yang mempengaruhi suhu tanah, yaitu faktor luar (eksternal) dan
faktor dalam (internal).
6. Alat yang digunakan untuk mengukur suhu tanah salah satunya adalah
termometer tanah gelas air raksa.
7. Pengaruh suhu tanah terhadap tanaman, yaitu pada perkecambahan biji,
aktivitas mikroorganisme, dan perkembangan penyakit tanaman.
8. Suhu tanah yang baik untuk pertumbuhan umbi kentang adalah 14,9 sampai
17,7°C.
9. Untuk mendapatkan hasil yang maksimum tanaman kentang membutuhkan
suhu optimum yang relatif rendah, terutama untuk pertumbuhan umbi, yaitu
15,6°C sampai 17,8°C dengan suhu rata-rata 15,5 °C.
DAFTAR PUSTAKA
Budhyastro, T; Sidik, H; Robert, L. 2005. Pengukuran Suhu Tanah. Bandung : Puri Angkasa.
Dalimunthe; Novelina; Aisman. 2013. Karakteristik Fisik, Kimia, dan Organoleptik Donat Kentang Ready to Cook Setelah Proses Pembekuan. Padang : Kampus Limau Manis.
Handayani, T; Eri, S; Kusmana. 2011. Karakterisasi Morfologi Klon Kentang di Dataran Medium. Bandung : Balai Penelitian Tanaman Sayuran.
Harwati, T. 2008. Pengaruh Suhu dan Panjang Penyinaran Terhadap Umbi Kentang (Solanum tuberosum L.). Jakarta : Innofarm.
Kadarisman, N; Agus, P; Dadan, R. 2011. Peningkatan Laju Pertumbuhan dan Produktivitas Tanaman Kentang Melalui Spesifikasi Variabel Fisis Gelombang Akustik Pada Pemupukan Daun (Melalui Perlakuan Variasi Peak Frekuensi). Yogyakarta : UNY.
Kartasapoetra. 2004. Klimatologi Pengaruh Iklim Terhadap Tanah dan Tanaman. Jakarta : Bumi Aksara.
Koesmaryono, Y; Fibrianty; Hanedi, D. 2004. Modifikasi Suhu Tanah untuk kesesuaian Tumbuh Tanaman Soba di Daerah Iklim Tropika Basah. Bogor : Institut Pertanian Bogor.
Lubis, K.S. 2007. Aplikasi Suhu dan Aliran Panas Tanah, Medan : Universitas Sumatera Utara.
Mariani, N. 2011. Analisa Perbandingan Pendapatan dan Keuntungan Usahatani Kentang Antara Menggunakan Benih Kultur Jaringan Bersertifikat dengan Benih Lokal. Padang : Universitas Andalas.
Nawawi, G. 2001. Pengantar Klimatologi Pertanian. Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional.
Notohadiprawiro, T. 2006. Tanah dan Lingkungan. Yogyakarta : Universitas Gadjah Mada.
Putro, B.T.W. 2010. Pengaruh Suhu Tanah Terhadap Pertumbuhan Tanaman Cabai dengan Berbagai Perlakuan Rekayasa Iklim Mikro. Jember : Universitas Jember.
Sudaryono. 2004. Pengaruh Naungan Terhadap Perubahan Iklim Mikro pada Budidaya Tanaman Tembakau Rakyat. Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi.
Utama, R; Agus, S; Sudiarso. 2013. Penggunaan Mulsa dan Umbi Bibit pada Tanaman Kentang Varietas Granola. Malang : Universitas Brawijaya.
Yuwono, N.W; Benito, H.P; Eko, H. 2012. Kesuburan Tanah Lahan Petani Kentang di Dataran Tinggi Dieng. Yogyakarta : Universitas Gadjah Mada.