paper aliran dibris

Upload: srifatma-eja-cuncun

Post on 15-Oct-2015

32 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

merupakan paper untuk memenuhu tugas rekayasa sungai semester 5 di Universitas Riau.paper ini memberikan penjelasan mengenai aliran dibris.

TRANSCRIPT

LATAR BELAKANGDi Indonesia akhir-akhir ini semakin banyak terdengar berita tentang besarnya potensi kejadian bencana alam sedimen seperti terjadinya tanah-tanah longsor di beberapa tempat, baik di Jawa maupun di luar Jawa, yang sering menimbulkan korban jiwa yang tidak sedikit serta kerugian moril dan materiil yang cukup besar. Tanah longsor adalah gerakan tanah, merupakan kejadian alam yang menyangkut perpindahan massa tanah atau batuan pada arah tegak, mendatar atau miring dari kedudukan semula. Longsoran tanah kalau bercampur air (air hujan atau air sungai), dapat bergerak menjadi aliran rombakan tanah/aliran debris (debris flow),seperti Lahar di Jawa, Galodog di Sumatra dan sebagainya.Debris flow adalah erosi aliran sedimen luruh yang berupa pasir dan batuan dalam jumlah besar tidak selalu dapat dikatakan sebagai bencana. Dengan penanganan yang baik aliran debris ini dapat memberikan keuntungan yang cukup besar bagi masyarakat di sekitar Gunung Merapi. Hal ini disebabkan material yang dibawa oleh air tersebut dapat bermanfaat sebagai material alam dalam pelaksanaan suatu bangunan. Jadi pengertian bencana dalam perencanaan ini adalah peristiwa pengaliran air yang mengandung material padat serta memiliki kecepatan yang tinggi sehingga menimbulkan adanya external force yang menimbulkan kerusakan terhadap segala sesuatu yang dilewatinya pada kehidupan pertanian dan bangunan di sekitar daerah aliran.

PEMBAHASANa. PengertianAliran ini padat, campuran kental (viscous) sedimen dan air yang mana volume dan massa sedimen yang ada melebihi airnya (Leeder 1982). Air mungkin menyusun kurang dari 10 % aliran. Aliran padat, campuran kental jenis ini biasanya memiliki angka Reynold yang sangat rendah jadi kemungkinan besar alirannya adalah laminar. Dalam ketiadaan turbulen, tidak ada dinamika pemilahan material ke dalam ukuran-ukuran yang berbeda yang terjadi selama aliran dan menghasilkan endapan yang terpilah sangat buruk. Beberapa pemilahan mungkin berkembang oleh pengendapan yang lambat dan ada kemungkinan gradasi terbalik yang lokal yang dihasilkan oleh shear (gerusan, gerak pindah yang cepat) pada batas lapisan. Material semua ukuran dari lempung hingga bongkah besar mungkin saja ada.Aliran debris terjadi di daratan, umumnya di dalam lingkungan kering dimana suplai air jarang, dan di dalam lingkungan laut (submarine) dimana transportasi material menuruni lereng kontinen (continental slope). Ketika aliran debris telah dimulai, kemiringan lereng yang diperlukan untuk mengatasi gesekan hanya sekitar 1 . Pengendapan terjadi ketika gesekan internal menjadi terlalu besar dan aliran membeku. Endapan aliran debris di daratan biasanya matrix-supported conglomerates, meskipun clast-supported deposit juga terjadi jika klastik besar jumlahnya relatif tinggi di dalam campuran sedimen. Klastik besar yang terbawa oleh aliran mungkin tetap berada di bagian teratas dari unit aliran dan menonjol keluar dari lapisan ketika terendapkan. Hal ini memberikan bentuk permukaan teratas yang tidak beraturan pada endapan aliran debris.Ketika aliran debris berjalan melewati air, kemungkinan sebagiannya bercampur dengan air dan di bagian teratas aliran mungkin menjadi cair (dilute). Oleh karena itu bagian teratas dari aliran subaqueous debris dicirikan oleh gradasi semakin ke atas menjadi terpilah baik, sedimen bergradasi yang mungkin memiliki karakteristik arus turbidit. Lingkungan pengendapan dimana aliran debris terjadi adalah terutama pada kipas aluvial dan aliran arus ephemeral (mengalir sementara waktu) di dalam lingkungan kontinen. Di dalam lingkungan laut aliran debris ini terjadi pada lereng kontinen (continental slope) dan bagian yang dekat dataran cekungan serta sekitar gunung laut volkanik dan kepulauan volkanik.

b. Sumber aliran debrisKondisi yang berpengaruh terhadap terbentuknya debris flow adalah: Gaya Gravitasi, transformasi dari kemiringan dasar alur yang >15, merupakan syarat kemiringan untuk terbentuknya aliran debris. Material sedimen, ("sedimen cemawis") sebagai bahan padat pembentuk debris flow di bagian hulu alur, lereng atau di sekitar puncak gunung. Air, pada umumnya dari air hujan dalam jumlah yang memadai untuk mampu menjenuhkan material padat dan berperan sebagai media pengaliran.

1. Hujan yang derasPada waktu musim hujan dengan hujan yang deras di daerah hulu, akan terjadi pulaaliran yang besar dan akan membawa atau mengangkut rombakan dari longsorantersebut ke daerah yang lebih rendah/hilirnya. Yang patut diwaspadai pada kondisiini adalah apabila musim hujan, curah hujan 70 mm/jam, jika ada gejala-gejalaseperti : hujan turun, tetapi air sungai surut dan ada beberapa batang pohon dankayu yang hanyut di sungai.2. LongsoranTerjadinya longsoran-longsoran pada tebing yang terjal (misalnya tebing-tebingsungai yang terjal), sehingga terjadi pembendungan pada sungai, yang merupakankolam/empang. Akibat hujan, tekanan air terus bertambah, maka akanmengakibatkan terjadinya limpas atau bobol, bila pembendungan tersebut tidak kuat menahan air (tekanan air), sehingga terjadi banjir bersama-sama rombakantersebut.

3. Letusan gunung berapiIndonesia terletak pada deretan zona vulkanik aktif Trans Asiatik dan Sirkum Pasifik yang merupakan sumber bencana alam aliran debris. Adanya aktivitasgunung berapi menyebabkan timbunan bebatuan dan tanah di atas gunung menjadiruntuh dan akan terus turun bersama air hujan melalui aliran sungai dan menjadialiran debris. Terjadinya letusan gunung api, magma yang keluar darikepundan/kawahnya merupakan rombakan batuan-batuan, sehingga terjadiakumulasi rombakan di daerah hulu. Bila terjadi hujan di daerah timbunan atausebelah hulunya dan tergantung besar kecilnya curah hujan tersebut, maka akanterjadi proses gerakan debris/rombakan.4. Gempa bumiGempa bumi dapat disebabkan oleh kegiatan gunung api dan gerakan patahanbumi. Adanya gempa bumi menyebabkan tanah bergetar, sehingga timbunanbebatuan dan tanah di atas gunung menjadi runtuh dan akan terus turun bersama airhujan melalui aliran sungai dan menjadi aliran debris.

c. Proses aliran debrisAliran debris disebabkan oleh pengaliran air yang berlangsung pada permukaanlapisan endapan pada dasar sungai, dengan memakai persamaan stabilitas padakemiringan dasar sungai sembarang, Takahashi mengemukakan formula berikut ini(1977):

d. Sifat-sifat pengaliran debrisPengaliran pada aliran Debris ditinjau sifat-sifat kecepatan aliran. Bagnoldmemplopori studi kecepatan aliran rata-rata pada bagian depan dari aliran debrissebagai pengaliran yang menyebar dan menghasilkan persamaan semi empirik darihasil percobaannya (a sin adalah koefisien Bagnold). Menurut Takahashi daripercobaannya mendapatkan a sin = 0,02

Rumus di atas diperoleh dari koefisien Bagnold a sin = 0,02, didapat Kecepatan geser :

e. Penanggulangan aliran debrisPengertian harfiah kata "Sabo" berasal dari bahasa Jepang. Yaitu asal kata "sa" berarti pasir, dan "bo" yang artinya pengendalian. Pengertian secara luas, sabo adalah sistem pengendalian erosi, sedimen, lahar hujan, dan penanggulangan tanah longsor. Fungsi Sabo antara lain, menangkap aliran debris atau lahar sehingga debit aliran menjadi berkurang. Selain itu, mengarahkan dan memperlambat kecepatan aliran, tempat pengendapan, pengarah aliran untuk mencegah penyebaran, dan membatasi terjadinya aliran debris atau lahar. Ada berbagai fasilitas bangunan Sabo yang dapat diterapkan untuk pengendalian sedimen. Yaitu, mulai sumber sedimen (hulu), pengaliran (tengah), sampai pengendapan (hilir) yakni Sabo dam, tanggul, kantong pasir, saluran pengatur kanal, tanggul terbuka, dan perlindungan tebing. Sabo bukan hanya digunakan untuk penanggulangan akibat gunung berapi. Namun juga digunakan sebagai bangunan di sekitar sungai dan pantai untuk menahan longsoran.Perencanaan Sabo (Sabo plan) dilaksanakan untuk mendapatkan suatu karakteristik dari pada tingkat bencana yang timbul dan biasanya evaluasi dilakukan terhadap jumlah sedimen dan metode untuk mengontrolnya. Tetapi sebenarnya perencanaan Sabo harus mendukung rencana setempat dalam mengatasi masalah bencana sedimen dan memajukan aktivitas perekonomian stempat. Sehingga perencanaan Sabo harus dilakukan melalui proses yang sama seperti pada pekerjaan jalan, sungai, pelabuhan dan pekerjaan-pekerjaan umum lainnya.Metode yang digunakan untuk memformulasikan perencanaan Sabo(pengendalian sedimen) agar dapat mengurangi akibat bencana tersebut ada duametode, yaitu antara lain:1. Metode Kuantitatif: penentuan banyaknya fasilitas bangunan Sabo yangdirencanakan berdasarkan pada estimasi jumlah aliran sedimen yang merusakkan.2. Metode Kualitatif : merencanakan fasilitas bangunan Sabo sepanjang sungaisecara bertahap sedemikian rupa sebagai suatu rencana sementara (provisionalplan) berdasar kondisi setempat dan karakteristik di lapangan, sambil dilaksanakanmonitor terhadap fluktuasi dasar sungai, perubahan alur sungai, keamanan struktur bangunan yang sudah ada dan variasi alam yang lain.

DAFTAR PUSTAKA

Anonimous. 1989. Debris Flow, Dirjen Pengairan (Departeman PU), Proyek Pengembangan Teknik Sabo (Sabo Technical Centre), Yogyakarta. http// Kegiatan Penanganan Bencana Sedimen.html