paper bi

5
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dinamika kehidupan masyarakat dewasa ini, telah melahirkan pola pemikiran baru yang turut berkembang seiring dengan kemajuan zaman. Ketika mekanisme pembayaran dituntut untuk selalu mengakomodir setiap kebutuhan masyarakat dalam hal perpindahan dana secara cepat, aman dan efisien, maka inovasi-inovasi teknologi pembayaran semakin bermunculan dengan sangat pesat. Memberikan jawaban dengan berbagai fasilitas kemudahan dan semakin tiada batas. Bank Indonesia dituntut untuk selalu memastikan bahwa setiap perkembangan sistem pembayaran harus selalu berada pada koridor ketentuan yang berlaku. Hal ini tentu saja demi kelancaran dan keamanan jalannya kegiatan sistem pembayaran. Berkaca pada kondisi tersebut, dan patut diingat bahwa perkembangan sistem pembayaran tidak pernah terpisahkan dengan inovasi-inovasi infrastruktur teknologi, maka perkembangan sistem pembayaran di Indonesia saat ini mengarah pada upaya penguatan infrastruktur dan pengembangan sistem dengan bertopang pada kemajuan teknologi informasi. Industri pembayaran baik yang melibatkan bank maupun lembaga selain bank berlomba-lomba melakukan pengembangan sistem

Upload: servitalle

Post on 11-Jan-2016

215 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

geranakan non tunai, non cash payment

TRANSCRIPT

Page 1: paper BI

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dinamika kehidupan masyarakat dewasa ini, telah melahirkan pola pemikiran

baru yang turut berkembang seiring dengan kemajuan zaman. Ketika mekanisme

pembayaran dituntut untuk selalu mengakomodir setiap kebutuhan masyarakat dalam hal

perpindahan dana secara cepat, aman dan efisien, maka inovasi-inovasi teknologi

pembayaran semakin bermunculan dengan sangat pesat. Memberikan  jawaban dengan

berbagai fasilitas kemudahan dan semakin tiada batas. Bank Indonesia dituntut untuk

selalu memastikan bahwa setiap perkembangan sistem pembayaran harus selalu berada

pada koridor ketentuan yang berlaku. Hal ini tentu saja demi kelancaran dan keamanan

jalannya kegiatan sistem pembayaran.

Berkaca pada kondisi tersebut, dan patut diingat bahwa perkembangan sistem

pembayaran tidak pernah terpisahkan dengan inovasi-inovasi infrastruktur teknologi,

maka perkembangan sistem pembayaran di Indonesia saat ini mengarah pada upaya

penguatan infrastruktur dan pengembangan sistem dengan bertopang pada kemajuan

teknologi informasi.  Industri pembayaran baik yang melibatkan bank maupun lembaga

selain bank berlomba-lomba melakukan pengembangan sistem pembayarannya. Bahkan

saat ini peranan lembaga selain bank (LSB) di dalam penyelenggaraan sistem

pembayaran semakin nyata dengan semakin banyaknya LSB yang melakukan kerjasama

dengan perbankan baik sebagai penyedia jaringan dan tidak menutup kemungkinan

sebagai penerbit dari instrumen-instrumen pembayaran tersebut.

Berdasarkan perkembangan perekonomian dan kemajuan masyarakat terutama di

bidang perdagangan, uang sebagai alat pembayaran dirasakan mempunyai kelemahan

dalam menyelesaikan transaksi-transaksinya, terutama untuk transaksi dalam jumlah

yang besar. Penyelesaian transaksi dengan membawa sejumlah uang yang besar selain

tidak praktis, juga dapat menimbulkan risiko-risiko tertentu.

Page 2: paper BI

Hal ini disebabkan beberapa faktor antara lain:

1. Sulitnya pengangkutan uang tunai dari Negara yang satu ke Negara yang lain.

2. Mahalnya biaya pengangkutan uang tunai, karena bahannya yang berat.

3. Adanya risiko pengangkutan uang dan perampokan sebagai akibat situasi yang

belum sepenuhnya aman.

Untuk mengatasi keadaan tersebut di atas, maka dicarilah jenis alat pembayaran

baru selain mata uang. Alat pembayaran yang dimaksud adalah dengan mempergunakan

surat-surat atau akta-akta lain yang bernilai uang. Surat-surat atau akta-akta yang bernilai

uang ini disebut surat perniagaan (handelspapieren). Menurut data di Bank Indonesia,

transaksi nontunai di Indonesia masih sangat rendah. Padahal Gerakan Nasional Non-

Tunai sendiri sudah dicanangkan sejak 14 Agustus 2014. Sementara, kenyataannya, uang

tunai masih mendominasi transaksi ritel. Padahal, menurut perhitungan pemerintah,

transaksi uang tunai memiliki banyak kelemahan. Oleh karena itu, pemerintah terus

memperbaiki layanan transaksi nontunai untuk memudahkan masyarakat menggunakan

transaksi nontunai. Program-program yang digalakan pemerintah di antaranya kewajiban

penggunaan uang elektronik untuk transportasi umum seperti Transjakarta dan KCJ. Ada

juga program bantuan pemerintah secara nontunai seperti BSM, PKH, dan BPJS.

Lembaga pemerintah juga menggunakan pembayaran nontunai untuk PNBP (Pendapatan

Negara Bukan Pajak).

Selain program-program tersebut, pemerintah juga terus melakukan upaya dengan

memperbaiki fasilitas infrastruktur untuk memperlancar layanan nontunai. Pemerintah

melakukan peningkatan instrumen dan infrastruktur berupa standardisasi instrument dan

infrastruktur, interkoneksi pinsipal ATM/Debit. Serta kewajinan peningkatan keamanan

chip, PIN, OTP, PCI-DSS. Pemerintah juga melakukan upaya ke depan berupa dorongan

agar kartu dari berbagai penerbit dapat diterima/dibaca oleh penerbit lain.

Dikembangkannya standar nontunai. Dilakukan koordinasi untuk penyediaan sarana

pendukung seperti mesin ATM, mesin EDC, dll. Dilakukannya edukasi dan sosialisasi

kepada masyarakat secara luas melalui media cetak dan elektronik.

Masyarakat pun dihadapkan pada berbagai macam pilihan instrumen pembayaran.

Uang tunai tetap menjadi primadona dalam setiap kegiatan transaksi pembayaran. Namun

Page 3: paper BI

instrumen pembayaran berbasis kertas paper based dan juga card based serta electronic

based juga tak kalah menariknya dan semakin menjadi pilihan bagi masyarakat dalam

melakukan transaksi. Tren pergeseran dari penggunaan paper based instrument seperti

cek dan bilyet giro ke penggunaan card based dan electronic based instrument terlihat

dari semakin terbiasanya masyarakat menggunakan alat pembayaran seperti kartu kredit,

kartu ATM/Debet, transfer elektronik melalui kliring dan Real Time Gross Settlement

(RTGS), Scripless Securities Settlement System (SSSS), uang elektronik baik yang

berbentuk kartu(card based) maupun server based, pembayaran melalui saluran internet

banking mobile payment dan fitur-fitur turunan lainnya. Walaupun tak dapat dipungkiri,

ada segmen masyarakat tertentu yang masih atau lebih nyaman menggunakan cek/Bilyet

Giro (BG). 

Berbagai kebijakan dan pengembangan sistem pembayaran non tunai ditempuh

Bank Indonesia dengan tetap terfokus pada empat aspek utama, yaitu peningkatan

keamanan, efisiensi, perluasan akses dalam sistem pembayaran dengan tetap

memperhatikan perlindungan konsumen, sehingga cashless society seperti yang

diharapkan dapat tercapai. Transaksi non tunai yang merupakan bagian dari sistem

pembayaran seperti Alat Pembayaran Melalui Kartu (APMK) berupa kartu kredit, kartu

debet, kartu debet+ATM, serta e-money saat ini mulai cukup marak penggunaannya dan

memberi banyak kemudahan bagi masyarakat. Perbankan pun juga terus memberikan

fasilitas untuk memudahkan nasabahnya melakukan berbagai transaksi harian seperti

pemasangan Electronic Data Capture (EDC) yang terus ditambah setiap tahunnya.

Di Indonesia, jumlah pemegang Alat pembayaran Melalui Kartu terus mengalami

peningkatan, hingga pada bulan Juli 2013 telah mencapai 97,7 juta kartu (Laporan

Tahunan Bank Indonesia, 2013). Total transaksi menggunakan kartu kredit pada bulan

Mei 2013 Rp 88,48 triliun. Sedangkan jumlah kartu ATM/Debet mencapai sebanyak 82,

38 juta dan e-money 25,65 juta instrumen. Hingga saat ini, pengguna APMK dan e-

money terkonsentrasi di kota-kota besar dipulau Jawa, Sumatra, Bali, serta sebagian

Sulawesi dan Kalimantan dengan pemakaian yang masih didominasi oleh pembelanjaan,

diikuti pembayaran tagihan dan penarikan tunai, serta pembelian tiket transportasi.