paper bukti audit dibuat untuk memenuhi
DESCRIPTION
BUkti AuditTRANSCRIPT
PAPER
BUKTI AUDIT
Dibuat untuk memenuhi tugas Auditing
Disusun Oleh :
Alfi Kurniawati 7101411265
Feri Suprihno 7101411275
Iis Latifah 7101411277
Rakhmita Dias A. 7101411280
Emma Nurul A. 7101411281
Pendidikan Akuntansi
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2013
1. TUJUAN AUDITING
Tujuan umum auditing atas laporan keuangan adalah untuk menyatakan kewajaran atas
laporan keuangan , dalam semua hal yang material sesuai dengan prinsip akuntansi umum di
Indonesia. Kewajaran laporan keuangan dinilai berdasarkan asersi yang terkandung dalam
setiap unsur yang disajikan dalam laporan keuangan.
Asersi Manajemen dalam Laporan keuangan
Asersi adalah pernyataan manajemen yang terkandung didalam komponen laporan
laporan keuangan . pernyataan tersebut dapat bersifat implisit atau eksplisit. untuk lebih
jelasnya diumpamakan bahwa didalam laporan keuangan suatu perusahaan disajikan bahwa
terdapat hutang dagang sebesar Rp. 100.000, disini manajemen ketika akan menyajikan atau
melaporkan hutang dagang tersebut , manajemen akan membuat asersi eksplisit, seperti,
menghitung jumlah hutang dagang dengan benar, sebesar Rp. 100.000. Dan manajemen juga
akan membuat asersi implisit, seperti, memang benar hutang dagang yang dilaporkan atau
disajikan tersebut milik perusahaan.
Asersi manajemen yang disajikan dalam laporan keuangan dapat diklasifikasikan
berdasarkan penggolongan besar berikut ini:
a. Asersi keberadaan atau keterjadian
Asersi ini meliputi aktiva yang memiliki bentuk fisik dan juga aktiva yang tidak memiliki
bentuk fisik, aktiva yang memiliki bentuk fisik seperti persediaan, sedangkan aktiva yang tidak
memiliki bentuk fisik seperti piutang. contoh perusahaan memiliki hutang dagang sebesar Rp.
100.000, nah dari hutang dagang yang diklaim oleh perusahaan tersebut, asersi keberadaan dan
keterjadian ini berkaitan dengan apakah hutang tersebut memang ada pada tanggal tersebut dan
apakah pencatatan atas hutang terjadi selama periode tersebut.
b. Asersi Kelengkapan
Untuk menjelaskan asersi ini, contoh sebelumnya bahwa perusahaan memiliki hutang
dagang sebesar Rp. 100.000, asersi ini berkaitan dengan apakah hutang dagang tersebut sudah
meliputi semua hutang dagang yang seharusnya disajikan dalam laporan keuangan.
c. Asersi Hak dan Kewajiban
Seperti contoh diatas bahwa perusahaan memiliki hutang dagang sebesar Rp. 100.000,
disini perusahaan tidak memiliki hak apapun, melainkan memiliki kewajiban untuk membayar
hutang dagang sebesar Rp.100.000 tersebut.
d. Asersi Penilaian atau Alokasi
Dari contoh diatas, bahwa perusahaan memiliki hutang dagang sebesar Rp.100.000,
asersi ini berkaitan dengan apakah hutang dagang sebesar Rp. 100.000 tersebut telah
dicantumkan dengan jumlah yang benar atau tepat dadalam laporan keuangan.
e. Asersi Penyajian dan Pengungkapan
Untuk menjelaskan asersi ini, sekali lagi ambil contoh diatas bahwa perusahaan
memiliki hutang dagang sebesar Rp. 100.000, asersi penyajian dan pengungkapan ini berkaitan
dengan penggolongan, pengungkapan, dan penguraian, oleh karena itu, ketika perusahaan
mengklaim memiliki hutang dagang seperti yang dicontohkan, maka dalam laporan
keuanganpun harus digolongkan sebagai hutang jangka pendek, berbeda jika hutang dagang
tersebut digolongkan sebagai hutang jangka panjang, maka akan terjadi salah saji.
2. ASERSI MANAJEMEN DAN TUJUAN AUDIT
Tujuan Audit atas laporan keuangan adalah untuk menyatakan pendapat apakah
laporan keuangan klien disajikan secara wajar, dalam semua hal yang material, sesuai
dengan prinsip akuntansi berterima umum di Indonesia. Tujuan umum audit merupakan
titik awal untuk mengembangkan tujuan khusus audit.
Asersi Manajemen Tujuan Umum Audit
Keberadaan atau keterjadian Aktiva dan kewajiban entitas ada pada tanggal
tertentu, dan transaksi pendapatan dan biaya
terjadi dalam periode tertentu.
Kelengkapan Semua transaksi dan akun yang seharusnya
telah disajikan dalam laporan keuangan.
Hak dan kewajiban Aktiva adalah hak entitas dan utang adalah
keewajiban entitas pada tanggal tertentu.
Penilaian atau alokasi Komponen aktiva, kewajiban, pendapatan, dan
biaya telah disajikan dalam laporan keuangan
pada jumlah yang semestinya
Penyajian dan pengungkapan Komponen tertentu laporan keuangan telah
digolongkan, digambarkan, dan diungkapkan
secara semestinya.
Asersi Manajemen Tujuan khusus audit terhadap kas
Keberadaan atau keterjadian Kas dibank, dana kas kecil, kas yangbelum
disetor ke bank, dan unsur kas lain yang
disajikan sebagai kas dalam neraca ada pada
tanggal neraca.
Kelengkapan Kas yang disajikan dalam neraca mencakup
semua dana kasa kecil, kas yang belum disetor
ke bank, dan semua kas yangada di tangan,
serta saldo kasyang ada di bankyang tidak
dibatasi pemakaiannya.
Hak dan Kewajiban Semua unsur yang dimasukkan ke dalam kas
dimilki oleh entitas pada tanggal neraca.
Penilaian atau alokasi Semua unsur yang termasuk dalam kas telah
dijumlah secara benar.
Kas di tangan telah dihitung dengan benar.
Kas di bank telah direkonsiliasi dengan
catatan akuntansi.
Penyajian dan pengungkapan Semua unsur yang dimasukkan ke dalam kas
tidak dibatasi penggunaannya dan disediakan
untuk operasi entitas.
3. Standar Pekerjaan Lapangan Ketiga
Perubahan tentang bukti audit ini didasarkan pada standar pekerjaan lapangan ketiga yang
berbunyi:
Bukti komponen yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi , pengamatan, permintaan
keterangan, dan konfirmasi sebagai dasar yang layak untuk menyatakan pendapat atas laporan
keuangan yang diaudit.
Bukti Audit
Segala informasi yang mendukung angka-angka atau informasi lain yang disajikan dalam
laporan keuangan, digunakan auditor sebagai dasar menyatakan pendapatnya. Bukti audit
dapat berupa data akuntansi dan bukti penguat.
a. Data akuntansi
Cara meguji data akuntansi:
1. Menganalisis dan mereview,
2. Menekusuri kembali langkah-langkah prosedur yang diikuti dalam proses
akuntansi, dan
3. Menghitung kembali dan rekonsiliasi.
b. Informasi Penguat
Informasi penguat meliputi segala dokumen yang meliputi cek, faktur,surat kontrak,
notulen rapat, konfirmasi, dan pernyataan tertulis.
Cukup tidaknya Bukti audit
Berkaitan dengan kuantitas bukti yang harus dikumpulkan oleh auditor. Faktor yang
mempengaruhi pertimbangan auditor dalam menentukan cukup atau tidaknya bukti audit
adalah:
a. Materialitas dan risiko.
Untuk akun yang memiliki kemungkinan tinggi untuk disajikan salah dalam laporan
keuangan, jumlah bukti audit yang dikumpulkan oleh auditor umumnya lebih
banyak dibandingkan dengan akun yang memiliki kemungkinan kecil untuk salah
disaajikan dalam laporan keuangan.
b. Faktor ekonomi.
Pengumpulan bukti audit dibatasi oleh waktu dan biaya. Auditor harus
mempertimbangkan factor ekonomi di dalam menentukan jumlah dan kompetensi
bukti audit yang dikumpulkan.
c. Ukuran dan karakteristik populasi.
Semakin besar populasi, semakin banyak jumlah bukti audit yang diperiksa oleh
auditor.karakteristik populasi ditentukan oleh homogenitas anggota populasi. Jika
anggota populasi homogeny, jumlah bukti audit yang dipilih lebih kecilbila
dibandingkan dengan populasi yang beranggota hiterogen.
Kompetensi Bukti Audit
1. Kompetensi Data Akuntansi
Keandalan catatan akuntansi dipengaruhi langsung oleh efektivitas pengendalian intern.
Pengendalian intern yang kuat menyebabkan keandalan catatan akuntansi dan bukti-bukti
lainnya yang dibuat dalam organisasi klien. Pengendalian lemah, tidak dapat mencegah
atau mendeteksi kekeliruan dan ketidakberesan yang terjadi dalam proses akuntansi.
2. Kompetensi Informasi Penguat
Factor yang mempengaruhi:
a. Relevansi, Bukti harus berkaitan dengan tujuan audit.
b. Sumber
Dalam audit, auditor dapat memperoleh informasi secara langsung dengan cara
pemeriksanaan tanfan pertama, pengamatan, dan perhitungan yang dilakukan
sendiri oleh auditor. Secara tidak lanfsung, dengan mengumpulkan informasi
tangan kedua, diperoleh dengan cara pertama relative lebih tinggi tingkat
kompetensinya bila dibandingkan dengan bukti audit yang dikumpulkan dengan
cara kedua.
c. Ketepatan waktu
Berkaitan dengan tanggal berlakunya bukti yang diperoleh auditor.
d. Objektivitas
Bukti bersifat objektif umumnya dianggap lebih andal dibandingkan dengan bukti
sbjektif. Bukti yang diperoleh melalui inspeksi fisik lebih objektif, bukti yang
diperoleh dari pehak luar entitas lebih objektif daripada yang diperoleh dari klien.
Dalam menghadapi bukti yang bersifat subjektif, auditor harus: 1)
mempertimbangkan kompetensi dan intergritas karyawan yangdiberi wewenang
untuk melakukan estimasi dan 2) menilai apakah proses pengambilan keputusan
yang semestinya telah diikuti oleh klien dalam mempertimbangkan estimasi
tersebut.
e. Cara pemerolehan bukti
Bukti Audit sebagai Dasar yang Layak untuk Menyatakan Pendapat Auditor
Berkaitan dengan tingkat keyakinan secara keseluruhan yang diperlukan oleh auditor
untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan auditan. Pertimbangan auditor tentang
kelayakan bukti audit :
a. Pertimbangan professional.
Salah satu factor yang menentukan keseragaman penerapan mutudan jumlah bukti audit
yang diperlukan dalam audit. Pernyataan standar auditing (PSA) yang diterbitkan oleh
Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) berisipernyataan tentang bukti audit dan memberikan
panduan tentang tata cara yang harus ditempuh oleh auditor untuk memenuhi
persyaratan tersebut.
b. Intregritas manajemen.
Manajemen bertanggung jawab atas asersi laporan keuangan dan pengendalian sebagian
besar bukti penguat dan data akuntansi yang mendukung laporan keuangan.
c. Kepemilikan public versus terbatas.
Umumnya auditoe memerlukan tingkat keyakinan yang lebih tinggi dalam audit atas
laporan keuangan public, karena laporan keuangan perusahaan public digunakan oleh
pemakai dari kalangan luas.
d. Kondisi keuangan.
4. Tipe Bukti Audit
Pengertian Bukti Audit
Menurut Mulyadi (2002), “bukti audit adalah segala informasi yang mendukung angka-
angka atau informasi lain yang disajikan dalam laporan keuangan, yang dapat digunakan oleh
auditor sebagai dasar yang layak untuk menyatakan pendapatnya.” (h.71)
Menurut Arrens dan Loebbecke yang diterjemahkan oleh Amir Abadi Jusuf (2003),
“bukti audit adalah segala informasi yang digunakan oleh auditor dalam menentukan kesesuian
informasi yang sedang diaudit dengan kriteria yang ditetapkan.” (h. 2)
Tipe Bukti Audit
Menurut Mulyadi (2002), tipe bukti audit dapat digolongkan menjadi dua golongan:
1. Tipe data akuntansi:
a. Pengendalian intern
Semakin kuat pengendalian intern, semakin sedikit bukti audit yang harus dikumpulkan
sebagai dasar pernyataan pendapat auditor. Jika pengendalian auditor lemah, auditor
harus mengumpulkan jumlah bukti audit yang lebih banyak.
b. Catatan Akuntansi
Keandalan catatan akuntansi sebagai bukti audit tergantung pada pengendalian intern
yang diterapkan dalam penyelenggaraan catatan akuntansi tersebut.
c. Tipe informasi penguat, terdiri atas:
1. Bukti fisik adalah bukti audit yang diperoleh dengan cara inspeksi atau
perhitungan aktiva berwujud. Tipe bukti ini pada umumnya dikumpulkan oleh
auditor dalam pemeriksaan terhadap sediaan dan kas.
2. Bukti dokumenter dibuat dari kertas bertuliskan huruf dan atau angka atau
simbol-simbol yang lain. Bukti dokumenter dibagi menjadi tiga golongan:
Bukti dokumenter yang dibuat oleh pihak luar yang bebas yang
dikirimkan langsung kepada auditor.
Bukti dokumenter yang dibuat pihak luar yang bebas yang disimpan
dalam arsip klien.
Bukti dokumenter yang dibuat dan disimpan dalam organisasi klien.
3. Perhitungan sebagai bukti, contohnya:
• Footing, yaitu pembuktian ketelitian penjumlahan vertikal.
• Cross-footing, yaitu pembuktian ketelitian penjumlahan horizontal.
• Pembuktian ketelitian perhitungan biaya depresiasi dengan cara
menggunakan tarif depresiasi yang digunakan oleh klien.
• Pembuktian ketelitian penentuan taksiran kerugian piutang usaha, laba per
saham yang beredar, taksiran pajak perseroan dan lain-lain.
4. Bukti lisan adalah jawaban lisan yang diperoleh dari permintaan keterangan.
Keterangan yang diminta oleh auditor akan meliputi masalah-masalah yang
sangat luas, seperti kebijakan akuntansi, lokasi catatan dan dokumen, alasan
penggunaan prinsip akuntansi yang tidak berterima umum, kemungkinan
pengumpulan piutang usaha yang sudah lama tidak tertagih, dan kemungkinan
adanya utang bersyarat.
5. Perbandingan dan ratio ini dikumpulkan oleh auditor pada awal audit untuk
membantu penentuan objek audit yang memerlukan penyelidikan yang
mendalam dan diperiksa kembali pada akhir audit untuk menguatkan
kesimpulan-kesimpulan yang dibuat atas dasar bukti-bukti lain.
6. Bukti dari spesialis. Beberapa contoh tipe masalah yang kemungkinan menurut
pertimbangan auditor memerlukan pekerjaan spesialis meliputi, namun tidak
terbatas pada hal-hal berikut:
• Penilaian (misalnya karya seni, obat-obatan khusus, dan restricted
securities).
• Penentuan karakteristik fisik yang berhubungan dengan kualitas
yang tersedia atau kondisi (misalnya, cadangan mineral atau tumpukan bahan
baku yang ada di gudang).
• Penentuan nilai yang diperoleh dengan menggunakan teknik atau
metode khusus (misalnya, beberapa perhitungan actuarial).
• Penafsiran persyaratan teknis, peraturan atau persetujuan
(misalnya, pengaruh potensial suatu kontrak atau dokumen hukum lainnya,
atau hak atas property). (h.7)
5. PROSEDUR AUDIT
Prosedur audit adalah instruksirinci untuk mengumpulkan berbagai tipe bukti audit.
Prosedur prosedur audit yang disebutkan dalamstandar tersebut meliputi inspeksi, pengamatan,
permintaan keterangan dan konfirmasi.
Auditor juga melakukan prosedur audit lainnya yang meliputi penelusuran, pemeriksaan bukti
pendukung, perhitungandan scanning, prosedur audit yang biasa dilakukan oleh auditor
meliputi :
1. Inspeksi merupakan pemeriksaan secara rinci terhadap dokumen atau kondisi fisik
sesuatu. . Dengan melakukan inspeksi terhadap dokumen, auditor dapat menentukan
keaslian dokumen tersebut.
2. Pengamatan (observation) merupakan prosedur audit yang digunakan oleh auditor untuk
melihat atau menyaksikan pelaksanaan suatu kegiatan.
3. Permintaan keterangan (enquiry) merupakan prosedur audit yang dilakukan dengan
meminta keterangan secara lisan. Bukti audit yang dihasilkan dari prosedur ini
adalah bukti lisan dan bukti dokumenter.
4. Konfirmasi merupakan bentuk penyelidikan yang memungkinkan auditor
memperoleh secara langsung dari pihak ketiga yang bebas. Prosedur yang biasa
ditempuh oleh auditor dalam konfirmasi ini adalah sebagai berikut:
a. Auditor meminta dari klien untuk menanyakan informasi tertentu kepada pihak
luar.
b. Klien meminta kepada pihak luar yang ditunjuk oleh auditor untuk memberikan
jawaban langsung kepada auditor mengenai informasi yang ditanyakan oleh
auditor tersebut.
c. Auditor menerima jawaban langsung dari pihak ketiga tersebut.
5. Penelusuran (tracing). Dalam melakukan audit ini, auditor melakukan penelusuran
informasi sejak mula-mula data tersebut direkam pertama kali dalam dokumen,
dilanjutkan dengan pelacakan pengolahan data tersebut dalam proses akuntansi.
6. Pemeriksaan bukti pendukung (vouching) merupakan prosedur audit yang meliputi:
a. Inspeksi terhadap dokumen-dokumen yang mendukung suatu transaksi atau data
keuangan untuk menentukan kewajaran dan kebenarannya.
b. Pembandingan dokumen tersebut dengan catatan akuntansi yang berkaitan.
7. Perhitungan (counting) meliputi : (1) perhitungan fisik terhadap sumber daya
berwujud seperti kas atau sediaan di tangan, dan (2) pertanggungjawaban semua
formulir bernomor urut tercetak.
8. Scanning merupakan penelaahan secara cepat terhadap dokumen, catatan dan daftar
untuk mendeteksi unsur-unsur yang tampak tidak biasa yang memerlukan penyelidikan
lebih dalam.
9. Pelaksanaan ulang (reperforming) merupakan pengulangan aktivitas yang
dilaksanakan oleh klien. Umumnya diterapkan pada perhitungan dan rekonsiliasi
yang telah dilakukan oleh klien.
10. Computer-assisted audit techniques. Bilamana catatan akuntansi diselenggarakan
dalam media elektronik, auditor perlu menggunakan computer-assisted audit
techniques dalam menggunakan berbagai prosedur audit yang dijelaskan di atas
Tipe Bukti Prosedur Audit Contoh Penerapan
Prosedur Audit
Bukti fisik Inspeksi
penghitungan
Inspeksi mesin pabrik
Penghitungan kas
Bkti documenter Konfirmasi
Inspeksi
Penelusuran
Wawancara
Konfirmasi saldo bank
Inspeksi faktur penjualan
Menelusuri faktur penjualan
ke dalamkartu piutang
usaha
Wawancara dengan
penasihat hukum klien yang
menghasilkan surat
pernyataan dari penasihat
hukum tersebut.
Bukti perhitungan Perhitungan kembali Foating jurnal penjualan
Cross-foating
jurnalpembelian
Bukti lisan wawancara Meminta keterangan tingkat
keusangan sediaan barang
Bekti perbandingan Prosedur analitik Membandingkan realisasi
penjualan dengan anggaran.
6. Situasi Audit yang Mengandung Risiko Besar
Dalam situasi tertentu, risiko terjadinya kesalahandan penyajian yang salah
dalam akun dan laporan keuanganjuah lebih besar dibandingkandengan situasi yang
biasa. Oleh karena itu, auditorharus waspadamenghadapi situasi audityang
mengandung risiko besar seperti:
a. Pengendalian Intern yang Lemah, Pengendalian intern menentukan jumlah
dan kualitas yang harus dikumpulkan oleh auditor. Jika pengendalianintern
lemah, auditor harus waspada dan mengumpulkan bukti audit yang rinci
b. Kondisi Keuangan yang Tidak Sehat
c. Manajemen yang Tidak dapat dipercaya, Sebelum menerima klien, auditor
harus memperoleh informasi mengenai latar belakang perusahaandan
manajemennya.
d. Penggantian Auditor, Klien yang mengganti auditornya tanpa alasan yang
jelas, mungkin disebabkan oleh ketidakpuasan klien atau mungkin disebabkan
oleh perselisihan antara klien dan auditor publiknya mengenai penyajian
laporan keuangan dan pengungkapannya.
e. Perubahan Tarif atau peraturan Pajak atas Laba, Jika tarifpajak penghasilan
tiba-tiba sangat besar, maka reaksi wajar perusahaan yang terkena adalah
mencari cara meminimumkan penghasilan atas laba kena pajak yang
seringkali menyebabkan pergantian prinsip akuntansi. Perubahan tariff pajak
yang drastic ini akan mendorong perusahaan Menggeser pengakuan
pendapatan dalam periode yang pakjaknya masih relative rendah.
f. Usaha yang Bersifat Spekulatif, Audit yang bersifat spekulatif akan
menghadapi risiko yang besar.
g. Transaksi Perusahaan yang kompleks, Klien yang menghasilkan transaksi
yang sangat rumit merupakan klien yang mengandung risiko besar bagi
auditor, karena butuh suatu bukti yang rinci yang penuh dengan ketelitian
lebih.
12
7. KEPUTUSAN YANG HARUS DIAMBIL OLEH AUDITOR BERKAITAN
DENGAN BUKTI AUDIT
Menurut Alvin, Elder, dan Beasley yang dialih bahasakan oleh Hermanwibowo
dalam buku “Auditing dan jasa Assurance pendekatan Terintegrasi”(2008 : 224-227)
adalah :“Keputusan penting yang dihadapi para auditor adalah menentukanjenis dan
jumlah bukti audit yang tepat, yang diperlukan untuk memenuhi keyakinan bahwa
komponen laporan keuangan klien dan keseluruhan laporan telah disajikan secara
wajar dan bahwa klien menyelenggarakan pengendalian intern yang efektif atas
pelaporan keuangan”.Jadi keputusan mengumpulkan bukti ditentukan oleh jenis bukti
audit dan jumlah bukti audit.
Dalam proses pengumpulan bukti audit, auditor melakukan empat pengambilan
keputusan yang saling berkaitan yaitu :
1. Penentuan prosedur audit yang akan digunakan.
2. Penentuan besarnya sampel untuk prosedur audit tertentu.
3. Penentuan unsur tertentu yang harus dipilih dari populasi.
4. Penentuan waktu yang cocok untu melaksanakan prosedur audti tersebut.
Penentuan Prosedur audit yang Digunakan
Untuk mengumpulkan bukti audit, auditor menggunakan prosedur audit. Contoh
prosedur audit disajikan berikut ini.
a. Hitung penerimaan kas yang belum disetor pada tanggal neraca dan awasi
uang kas tersebut sampai dengan saat penyetoran ke bank.
b. Mintalah cut-off bank statement dari bank kira-kira untuk jangka waktu dua
minggu setelah tanggal neraca.
c. Lakukan pengamatan terhadap penghitungan fisik sediaan yang
diselenggarakan oleh klien. Daftar prosedur audit untuk seluruh audit
unsur tertentu disebut program audit. Pada umumnya program audit juga
13
menyebutkan besarnya sampel, tanggal pelaksanaan prosedur audit, dan
pelaksana prosedur audit tersebut.
Penentuan Besarnya Sampel
Jika prosedur audit telah ditetapkan, auditor dapat menentukan besarnya
sampel yang berbeda dari satu unsur dengan unsur yang lain dalam populasi yang
sedang diperiksa. Keputusan, mengenai banyak unsur yang harus diuji harus diambil
oleh auditor untuk setiap prosedur audit. Besarnya sampel akan berbeda-beda diantara
audit yang satu dengan audit yang lain dan dari prosedur yang satu ke prosedur yang
lain.
Penentuan Unsur Tertentu yang Dipilih Sebagai Anggota Sampel
Setelah besarnya sampel ditentukan untuk prosedur audit tertentu, auditor
masih harus menentukan unsur mana yang akan dipilih sebagai anggota sampel untuk
diperiksa. Sebagai contoh, auditor telah menentukan bahwa 400 faktur penjualan dari
populasi sebesar 1500 akan diperiksa mengenai otorisasi dan ketelitian yang
tercantum di dalamnya. Auditor dapat menggunakan beberapa metode yang berbeda
untuk memilih 400 faktur penjualan dari populasi tersebut. Tiga metode yang
mungkin digunakan oleh auditor adalah: (1) memilih minggu tertentu sebagai periode
pengujian (test period) dan memeriksa 400 faktur penjualan pertama yang dibuat
dalam minggu tersebut, (2) memilih 400 faktur penjualan yang berisi total rupiah di
atas Rp40.000, (3) memilih 400 faktur penjualan tersebut secara acak.
Penentuan Waktu yang Cocok untuk Melaksanakan Prosedur Audit
Karena audit terhadap laporan keuangan meliputi suatu jangka waktu tertentu,
biasanya 1 tahun, maka auditor dapat mulai mengumpulkan bukti audit segera setelah
awal tahun. Dan karena audit biasanya baru dapat diselesaikan beberapa minggu atau
bulan setelah tanggal neraca, maka prosedur audit dapat digunakan pada awal tahun
yang diaudit, akhir tahun yang diaudit, atau beberapa minggu atau bulan setelah
14
tanggal neraca. Umumnya, klien menghendaki audit diselesaikan dalam jangka waktu
satu sampai tiga bulan setelah tanggal neraca.
HUBUNGAN ANTARA ASERSI MANAJEMEN DALAM LAPORAN
KEUANGAN, TUJUAN KHUSUS AUDIT, DAN PENGUJIAN SUBTANTIF
Gambar 3.5 menjelaskan penggunaan asersi dalam pembuatan tujuan khusus audit dan
dalam perancangan pengujian subtantif.
Tujuan khusus audit Pengujian SubstantifKeberadaan atau faktor keterjadian Mengamati perhitungan fisik sediaan
Mendapatkan konfirmasi atas sediaan ysng ditempatkan di lokasi luar perusahaan
Menguji transaksi sedian diantara tanggal awal perhitungan fisik sediaan dengan tanggal neraca
Mereview kartu sediaan catatan produksi, catatan pembelian sebagai petunjuk kegiatan yang bersangkuatan dengan sediaan
Membandingkan sediaan dengan katalog penjualan sekarang dengan laporan penjualan dan laporan pengiriman barang.
Menggunakan jasa spesialis untuk penguatkan sifat produk yang khusus.
Sediaan yang dicantumkan dalam neraca secara fisik adaSediaan merupakan unsur yang disimpan untuk dijual atau digunakan dalam kegiatan normal bisnis
KelengkapanSediaan meliputi semua produk, bahan baku, dan bahan penolong, dan bahan habis pakai yang ada ditangan perusahaan
Mengamati perhitungan fisik sediaan.Membandingkan hubungan antara saldo
akun sediaan dengan kegiatan pembelian, produksi, dan penjualan sekarang.
Menguji prosedur pisah batas pengiriman dan penerimaan.
Mendapatkan konfirmasi atas sediaan yang ditetapkan dilokasi luar perusahaan.
Membandingkan hubungan antara saldo akun sediaan dan kegiatan pembelian, produksi dan penjualan sekarang.
Menguji prosedur pisah batas pengiriman dan penerimaan.
Kuantitas sediaan meliputi semua produk, bahan baku dan bahan penolong, dan bahan habis pakai yang dimiliki oleh perusahaan yang masih dalam perjalanan maupun yang disimpan di lokasi luar perusahaanDaftar hasil perhitungan fisik sediaan dikompilasi dengan teliti dan totalnya telah dimasukkan kedalam akun sediaan
15
Menelusuri hitung uji yang dicatat dalam kartu perhitungan fisik ke dalam daftar hasil perhitungan fisik sediaan.
Meminta pertanggungjawaban semua kartu perhitungan fisik dan daftar hasil perhitungan fisik yang digunakan untuk mencatat hasil perhitungan fisik sediaan.
Merekonsiliasi hasil perhitungan fisik dengan kartu sediaan dan saldo akun sediaan dalam buku besar serta menyelidiki fluktuasi yang signifikan.
Hak dan kewajibanEntitas memiliki hak secara hukum atau hak milik serupa terhadap sediaan
Mengamati perhitungan fisik sediaan.Mendapatkan konfirmasi atas sediaan
yang ditempatkan di lokasi di luar perusahaan.
Memeriksa faktur dari pemasok yang telah dibayar, perjanjian konsinyasi dan kontrak.
Memeriksa faktur-faktur dari pemasok yang telah yang dibayar, perjanjian konsinyasi dan kontrak.
Menguji prosedur pisah batas pengiriman dan penerimaan.
Sediaan tidak mencakup unsur yang telah ditagihkan kepada customer atau dimiliki oleh pihak lain
Penilaian atau alokasisediaan dinyatakan secara semestinya pada kosnya (at cost), kecuali jika harga pasarnya lebih rendah
Memeriksa faktur dari pemasokMereview tarif upah karyawan langsung Memeriksa analisis selisih harga
pembelian dan selisih biaya produksi
Unsur sediaan yang lambat perputarannya, berlebihan, rusak dan usang yang dimasukkan kedalam sediaan telah di identifikasi
Memeriksa analisis putaran sediaan Mereview pengalaman masa lalu dan
trendMembandingkan hubungan antara saldo
industri yang bersangkutan sediaan dengan volume penjualan yang diperkirakan
Melakukan perjalanan peninjauan ke pabrik
Mengajukan pertanyaan kepada karyawan produksi dan penjualan tentang
16
kemungkinan kelebihan atau keusangan sediaan
Sediaan dikurangi, jika semestinya demikian, ke kos pengganti (replacement cost) atau nilai bersih yang dapat direalisasikan
Mendapatkan nilai pasar sediaan sekarangMereview kos produksi sekarangMemeriksa penjualan setelah akhir tahun
dan kesanggupan membeli yang tercantum dalam surat order pembelian yang belum direalisasikan penerimaan barangnya
Penyajian dan pengungkapan Sediaan digolongkan dengan semestinya dalam neraca sebagai aktiva lancar
Mereview draft laporan keuangan Membandingkan pengungkapan yang
dicantumkan dalam laporan keuangan dengan yang ditetapkan dalam prinsip akuntansi yang berlaku umum.
Mendapatkan konfirmasi tentang sediaan yang digadaikan di bawah kontrak penarikan pinjaman.
Golongan besar sediaan dan dasar penilaianya diungkapkan secara memadai dalam laporan keuanganSediaan yang digadaikan atau dititipkan ke perusahaan lain diungkapkan secara memadai
CONTOH KASUS
Sumber : http://sutrisno-amsir.blogspot.com/ diunduh Selasa, 15 Oktober 2013 10:33
17
Kasus Audit Kas/Teller
Laporan Fiktif Kas di Bank BRI Unit TapungRaya
Kepala Bank Rakyat Indonesia (BRI) Unit Tapung Raya, Masril (40) ditahan polisi. Ia
terbukti melakukan transfer uang Rp1,6 miliar dan merekayasa dokumen laporan keuangan.
Perbuatan tersangka diketahui oleh tim penilik/pemeriksa dan pengawas dari BRI Cabang
Bangkinang pada hari Rabu 23 Februari 2011 Tommy saat melakukan pemeriksaan di BRI Unit
Tapung. Tim ini menemukan kejanggalan dari hasil pemeriksaan antara jumlah saldo neraca dengan
kas tidak seimbang. Setelah dilakukan pemeriksaan lebih lanjut dan cermat, diketahu iadanya
transaksi gantung yaitu adanya pembukuan setoran kas Rp 1,6 miliar yang berasal BRIUnit Pasir
Pengaraian II ke BRI Unit Tapung pada tanggal 14 Februari 2011 yang dilakukanMasril, namun
tidak disertai dengan pengiriman fisik uangnya.Kapolres Kampar AKBP MZ Muttaqien yang
dikonfirmasi mengatakan, Kepala BRI Tapung Raya ditetapkan sebagai tersangka dan ditahan di sel
Mapolres Kampar karenamentransfer uang Rp1,6 miliar dan merekayasa laporan pembukuan.Kasus
ini dilaporkan oleh Sudarman (Kepala BRI Cabang Bangkinang dan Rustian
Martha pegawai BRI Cabang Bangkinang. “Masril telah melakukan tindak
pidana membuat atau menyebabkan adanya pencatatan palsu dalam pembukuan atau laporan
maupun dalam dokumen laporan kegiatan usaha, laporan transaksi atau rekening Bank (TP
Perbankan). Tersangka dijerat pasal yang disangkakan yakni pasal 49 ayat (1) UU No. 10 tahun
1998 tentang perubahan atasUU No. 7 tahun 1992 tentang Perbankan dangan ancaman
hukuman 10 tahun,” kata Kapolres.
Polres Kampar telah melakukan penyitaan sejumlah barang bukti dokumen BRI serta melakukan
koordinasi dengan instansi terkait, memeriksa dan menahan tersangka dan 6 orang saksi telah
diperiksa dan meminta keterangan ahli.
PENYELESAIAN MASALAH
yaitu :
Skills Kemampuan yang diberikan harus sesuai dengan bidang kerja yang ia
lakukan.Kemudian kemampuan tersebut dikembangkan lebih lanjut untuk meningkatkankontribusi
18
karyawan pada perusahaan.Perusahaan melakukan pelatihan pendidikan secara periodik kepada
karyawan sesuaidengan perkembangan teknologi yang berkembang.
Pembinaan ini sangatlah penting karena setiap karyawan memiliki kepribadian yangberbeda jadi
attitude ini harus ditekankan kepada karyawan. Dalam hal ini karyawandiharapkan dapat memiliki
kepribadian yang baik sehingga dapat memperkecil resikoterjadinya penyimpangan dari karyawan
itu sendiri.
2 Prosedur Otoritas Yang Wajar
a) Harus ada batas transaksi untuk masing-masing teller dan head teller.
b) Penyimpanan uang dalam khasanah harus menggunakan pengawasan ganda.
c) Teller secara pribadi tidak diperkenankan menerima kuasa dalam bentuk apapundari nasabah
untuk melaksanakan transaksi atas nasabah tersebut.
d) Teller secara pribadi dilarang menerima titipan barang atau dokumen pentingmilik nasabah.
3.Dokumen dan catatan yang cukup
a) Setiap setoran/penarikan tunai harus dihitung dan dicocokan dengan buktisetoran/ penarikan.
Setiap bukti setoran/ penarikan harus diberi cap identifikasiteller yang memproses.
b) Setiap transaksi harus dibukukan secara baik dan dilengkapi dengan buktipendukung seperti
Daftar Mutasi Kas, Cash Register (daftar persediaan uangtunai berdasarkan
kopurs/masing-masing pecahan)
4.Kontrol fisik atas uang tunai dan catatan
a) Head teller harus memeriksa saldo kas, apakah sesuai dengan yang dilaporkanoleh teller.
b) Head teller harus menghitung saldo uang tunai pada box teller sebelum teller
yangbersangkutan cuti atau seteleh teller tersebut absen tanpa pemberitahuan.
c) Setiap selisih harus diindentifikasi, dilaporkan kepada head teller dan pemimpincabang,
diinvestigasi dan dikoreksi.
d) Selisih uang tunai yang ada pada teller ataupun dalam khasanah harus dibuatkanberita acara
selisih kas.
e) Area teller/ counter/khasanah adalah area terbatas dalam arti selain petugas ataupejabat yang
berwenang, tidak diperbolehkan masuk.
19
f) Teller dilarang membawa tas, makanan, ataupun perlengkapan pribadi ke counterarea.
5. Pemeriksaan yang dilakukan oleh unit yang independen
a) Setiap hari Unit Kontrol Intern harus memeriksa transaksi-transaksi yang berasaldari unit kas.
b) Secara periodik saldo fisik harus diperiksa oleh SKAI.
c) Pemimpin Cabang melakukan pemeriksaan kas dadakan.
Soal
1. Pada era perjuangan menuju ke dalam suatu fase negara maju terdapat berbagai masalah, salah satunya masalah mengenai perekonomian. Berbicara tentang perekonomian, tidak lepas kedalam suatu ironi keuangan Indonesia yang berkaitan dengan penyimpangan-penyimpangan yang semakin meresahkan, sehingga perlu upaya auditor untuk mengungkap berbagai penyimpangan tersebut. Berdasarkan hal tersebut, menurut kelompok Anda, bagaimanakah realitas Auditing yang ada di Indonesia? Jelaskan dan berikan contoh kasusnya !
2. Menurut kelompok anda apa yang harus dilakukan oleh auditor apabila asersi yang dikeluarkan oleh manajemen tidak sesuai dengan temuan auditor.
3. Dalam proses audit terdapat situasi audit yang mengandung resiko yang besar cotohnya saja terjadi pada usaha yang bersifat spekulatif . jeleskan resiko yang dihadapi audit pada usaha yang bersifat spekulatif.
DAFTAR PUSTAKA
Mulyadi. 2002. Auditing (Edisi 6). Jakarta : Salemba Empat.
http://pendidikan776.blogspot.com/2013/06/asersi-manajemen-5-kategori-asersi-
laporan-keuangan-manajemen.html sabtu, 12 okt 2013 16:5320
21