paper etika dan kejahatan bisnis
DESCRIPTION
PERAN POLRI DALAM PENANGANAN PERKARA MONOPOLI PASAR RITEL DAN PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT OLEH KPPU YANG DIDUGA DILAKUKAN OLEH PT. CARREFOUR INDONESIATRANSCRIPT
Kliping tentang Kasus Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat
Carrefour Kalahkan KPPURabu, 17 Februari 2010 | 15:23 WIB
JAKARTA, KOMPAS.com — Keberatan PT Carrefour Indonesia terhadap putusan Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) melalui Pengadilan Negeri Jakarta Selatan berbuah manis. Majelis hakim yang diketuai Kusno membatalkan seluruh putusan KPPU terhadap Carrefour terkait putusan monopoli pasar ritel di Indonesia.
Dalam putusannya, majelis hakim mengacu pada Pasal 45 UU No 5/1999 tentang Larangan Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat dan ketentuan terkait lainnya dalam pasar ritel.
"Mengadili, menerima dan mengabulkan permohonan pemohon, menyatakan bahwa pemohon keberatan tidak terbukti melanggar Pasal 17 ayat 1 dan Pasal 25 ayat 1 huruf a UU Nomor 5/1999, membatalkan keputusan KPPU Nomor 9/KPPU-R/2009 tanggal 3 November 2009 untuk seluruhnya," ujar Kusno di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, Rabu (17/2/2010).
Majelis hakim mengabulkan permohonan Carrefour karena menilai KPPU telah salah dalam menafsirkan terkait monopoli pasar ritel yang menyebutkan bahwa akibat Carrefour mengakuisi Alfa Retailindo, Carrefour menguasasi pasar ritel sebesar 58 persen.
"Barang barang yang dijual di ritel Carrefour dijual sama dengan di pasar ritel lain dengan karakteristik yang sama," ujar Kusno dalam salah satu pertimbangannya.
Hakim juga menggunakan acuan tiga riset, yakni AC Nielsen, Mars Indonesia, dan Euro Monitor, yang menyebutkan bahwa dalam penelitian pasar ritel menyebutkan bahwa Carrefour tidak menguasai pasar secara dominan.
"Majelis tidak sepakat dengan termohon, yakni KPPU, terkait penguasaan pasar, karena berdasar riset setelah akuisisi pangsa pasar jauh di bawah 50 persen," ujar Kusno. (Kontan/Epung Saepudin)
Sumber : http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2010/02/17/15234193/Carrefour.Kalahkan.KPPU, diakses pada tanggal 21 Februari 2010.
PERAN POLRI DALAM PENANGANAN PERKARA MONOPOLI PASAR RITEL DAN PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT OLEH KPPU YANG DIDUGA DILAKUKAN OLEH PT.
CARREFOUR INDONESIA
1. Kondisi saat ini
Secara universal, dalam suatu negara yang menganut paham
demokratis, maka supremasi hukum merupakan salah satu isu yang selalu
mengemuka untuk senantiasa dituntut oleh publik agar dijunjung tinggi dan
ditegakkan demi tercapainya tujuan dari hukum itu sendiri yaitu, tercapainya
manfaat hukum, kepastian hukum dan keadilan hukum. Demikian pula dalam
hal menjalankan kepentingan di bidang perekonomian melalui pelaksanaan
berbagai kegiatan bisnis, maka dalam konteks hubungan internasional antar
negara-negara di dunia telah disepakati suatu konvensi internasional yang
mengatur tentang hukum persaingan usaha dalam rangka mengantisipasi
terjadinya persaingan usaha yang tidak sehat (unfair competition), yaitu
sebagaimana yang diatur dalam Article 10bis dalam Paris Convention for
the Protection of Industrial Property (1967). Indonesia selaku salah satu
negara anggota WIPO (World Intellectual Property Organization) telah
meratifikasi konvensi tersebut berdasarkan Keputusan Presiden No. 24 tahun
1979 pada tanggal 10 Mei 1979. Namun demikian, perhatian secara serius
terhadap hukum persaingan usaha tersebut, baru terwujud pada tahun 1999
dengan diundangkannya UU No. 5 tahun 1999 tentang Larangan Praktek
Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat yang selanjutnya ditindaklanjuti
dengan pembentukan KPPU (Komisi Pengawas Persaingan Usaha).
Keberadaan KPPU tersebut hingga saat ini cukup membawa dampak
positif terhadap iklim usaha di Indonesia sehingga dengan iklim usaha yang
semakin sehat maka persaingan usaha pun juga akan berlangsung secara
fair dan berimplikasi terhadap terwujudnya kesejahteraan rakyat. Persaingan
usaha dimungkinkan terjadi di setiap jenis usaha karena pada prinsipnya
setiap pihak yang melakukan usaha tersebut akan berupaya meraih
keberhasilan / kesuksesan dalam menjalankan usahanya tersebut.
Permasalahannya adalah terhadap cara-cara yang digunakan dalam rangka
2
mencapai keberhasilan / kesuksesan oleh para pelaku usaha tersebut apabila
tidak diatur dengan suatu regulasi maka akan terjadi penggunaan cara-cara
bersaing yang tidak sehat dengan melanggar etika bisnis sehingga dapat
merugikan pihak-pihak lainnya. Salah satu lapangan usaha yang rentan
dengan terjadinya praktek persaingan usaha tidak sehat di era modern ini
adalah terkait dengan sektor usaha bisnis ritel modern. Kerentanan dari
eksistensi sektor usaha tersebut terutama terkait dengan eksistensi pasar
tradisional di Indonesia. Apabila ekspansi bisnis ritel modern tidak diatur
dengan ketentuan perundang-undangan yang dapat menjamin terciptanya
iklim usaha yang sehat, maka niscaya akan terjadi praktek persaingan usaha
yang tidak sehat antara sektor usaha bisnis ritel modern dengan sektor usaha
pasar tradisional beserta berbagai implikasi sosiologis lainnya, misalnya
terkait dengan permasalahan di bidang ketenagakerjaan, hukum pidana,
pertumbuhan ekonomi kelas menengah ke bawah, dll. Hal tersebut
dikarenakan ekspansi pasar yang dilakukan oleh para pelaku usaha bisnis
ritel modern di Indonesia menunjukkan peningkatan yang cukup signifikan.
Hal tersebut nampak dari hasil studi komprehensif yang dilakukan oleh PT
Media Data Riset bahwa perkembangan bisnis ritel modern ini dapat
ditunjukan dari segi omzet yang masih tumbuh secara nyata yakni dari
sekitar Rp 42 triliun pada tahun 2005, meningkat menjadi sekitar Rp 58 triliun
pada tahun 2007 dan tahun 2008 sudah mencapai sekitar Rp 67 triliun.
Peningkatan omzet belakangan ini, terutama didorong semakin maraknya
pembukaan outlet gerai baru hypermarket dan minimarket1.
Salah satu permasalahan yang sedang mengemuka terkait dengan
ekspansi bisnis ritel modern yang diduga mengandung praktek monopoli dan
persaingan usaha tidak sehat saat ini adalah upaya dari peritel asing
Carrefour melalui PT Carrefour Indonesia dalam melakukan akuisisi PT Alfa
Retailindo (Alfa). Penanganan kasus dimaksud telah dicatatkan sebagai
perkara No. 09/KPPU-L/2009 yaitu dugaan pelanggaran UU No. 5 Tahun
1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat
(UU No.5/1999). Kasus tersebut terkait dengan dugaan monopoli dan atau
1 PT Media Data Riset Survey Research Services, Peta Persaingan Bisnis Ritel Modern di Indonesia 2009, diakses dari situs : http://mediadata.co.id/Multi-Client-Studies/MCS-Indonesian-Edition/Peta-Persaingan-Bisnis-Ritel-Modern-di-Indonesia-2009.html, pada tanggal 22 Februari 2010.
3
persaingan tidak sehat dengan bukti awal terhadap indikasi pelanggaran PT
Carrefour Indonesia atas pasal 17 ayat (1) jo pasal 25 UU No. 5/19992.
Dalam keputusannya, Ketua Majelis Dedi Martadisastra menyatakan bahwa
Carrefour dinyatakan melanggar pasal 17 ayat (1) dan pasal 25 ayat (1) UU
No. 5 tahun 1999 atau Monopoli atas kepemilikan PT Alfa Retailindo. Setelah
akuisisi Alfamart, Carrefour menguasai pasar retail sebesar 48,3 persen,
meningkat dari sebelumnya 37,9 persen dan menguasai 66,7 persen pasar
pemasok3. Dalam perkembangannya, kasus tersebut semakin menyita
perhatian publik terkait dengan dibatalkannya putusan KPPU tersebut oleh
PN Jakarta Selatan dan ditindaklanjuti oleh pihak KPPU yang akan
melakukan langkah kasasi ke Mahkamah Agung (MA)4.
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi
Dengan masih berjalannya perkara tersebut diatas menuju tahap kasasi,
maka dalam hal ini belum terdapat putusan yang berkekuatan hukum tetap
(in kracht van gewijsde), sehingga secara yuridis normatif belum dapat
dikatakan bahwa PT. Carrefour Indonesia telah melanggar pasal 17 ayat (1)
jo pasal 25 UU No. 5/1999. Oleh karena itu dalam melakukan analisis
terhadap perkara dimaksud, penulis membatasi pada ruang lingkup mulai
awal mula munculnya perkara dimaksud sampai dengan dikeluarkannya
putusan PN Jakarta Selatan tentang pembatalan putusan KPPU
No.09/KPPU-L/2009 mengenai kasus monopoli dan dominasi Carrefour di
pasar ritel nasional. Fokus dari analisis dimaksud adalah untuk mengetahui
faktor-faktor yang mempengaruhi perbedaan putusan atas perkara
dimaksud antara KPPU dengan PN Jakarta Selatan. Dalam melakukan
analisis dimaksud, penulis akan menggunakan teori tentang tiga unsur dari
2 KPPU, Kasus Akuisisi Alfa oleh Carrefour: Proses Penegakan Hukum Persaingan oleh KPPU, diakses dari situs : http://www.kppu.go.id/baru/index.php?type=art&aid=613&encodurl=02%2F 22%2F10%2C02%3A02%3A13, pada tanggal 22 Februari 2010.
3 Metrotvnews, Carrefour menolak putusan KPPU, diakses dari situs : http://metrotvnews. com/index.php/metromain/newsvideo/2009/11/05/93506/Carrefour-Menolak-Putusan-KPPU/116, pada tanggal 22 Februari 2010.
4 Detik Finance, Carrefour Kalahkan KPPU, DPR Curiga Ada Mafia, diakses dari situs : http://www. detikfinance.com/read/2010/02/18/172940/1302350/4/carrefour-kalahkan-kppu-dpr-curiga-ada-mafia, pada tanggal 22 Februari 2010.
4
sistem hukum (Three Elements of Legal System) yang dikemukakan oleh
Lawrence M. Friedman5, sebagai berikut :
a. Struktur Hukum (Legal Structure)
Peran utama dalam penegakan hukum persaingan usaha di
Indonesia hingga saat ini diemban oleh Komisi Pengawas Persaingan
Usaha (KPPU) yang bertindak sebagai lembaga independen di
Indonesia dalam rangka pelaksanaan pengawasan terhadap larangan
praktek monopoli dan persaingan usaha tidak sehat (Vide pasal 30 ayat
(1) UU No. 5 tahun 1999). Dalam pelaksanaan pengawasan dimaksud,
KPPU memiliki wewenang sebagaimana yang diamanatkan dalam
pasal 36 UU No. 5 tahun 1999.
Posisi KPPU sebagai lembaga independen, secara substansial
seolah mengemban multi fungsi dalam penanganan praktek monopoli
dan persaingan usaha tidak sehat, antara lain selaku penyelidik,
penuntut sampai dengan pemutus perkara pada peradilan tingkat
pertama. Sehubungan dengan penanganan kasus Carrefour tersebut
diatas, maka dalam posisi yang demikian memang terdapat aspek
positifnya dimana KPPU dalam konteks ideal dapat terlepas dari
berbagai bentuk intervensi tertentu yang berupaya agar penanganan
suatu perkara praktek monopoli dan persaingan usaha tidak sehat
tersebut dapat ”diarahkan” secara subyektif menurut kepentingan
tertentu, namun di sisi lain terdapat aspek negatif berupa kelemahan-
kelemahan yang dimiliki oleh KPPU, antara lain sebagai berikut :
1) Tidak terdapat dukungan teknis dan taktis dari lembaga negara
lainnya dalam penanganan perkara praktek monopoli dan
persaingan usaha tidak sehat dikarenakan domain wewenang
penanganan perkara dimaksud hanya dimiliki oleh KPPU. Hal ini
dapat menyebabkan kualitas hasil pemeriksaan yang dilakukan
KPPU terhadap pihak yang diduga melakukan praktek monopoli
dan persaingan usaha tidak sehat menjadi tidak optimal, terutama
dalam hal pembuktiannya.
5 Andi Nuzul, KESADARAN HUKUM : Landasan Memperbaiki Sistem Hukum, diakses dari situs : http://andinuzul.wordpress.com/2009/02/25/kesadaran-hukum-landasan-memperbaiki-sistem-hukum/, pada tanggal 22 Februari 2010.
5
2) Tidak terdapat lembaga independen tertentu yang ditetapkan
berdasarkan standar tertentu pula dalam rangka mendukung
pemeriksaan KPPU terkait dengan hal-hal mengenai riset tentang
posisi dominan suatu pihak yang diduga melanggar larangan
praktek monopoli maupun persaingan usaha tidak sehat. Tidak
adanya standarisasi lembaga riset dimaksud akan menyebabkan
perbedaan penafsiran antara KPPU dengan pihak pelaku usaha
yang diduga melakukan pelanggaran praktek monopoli dan
persaingan usaha tidak sehat serta pihak Pengadilan Negeri
maupun Mahkamah Agung
3) Dengan struktur organisasi yang ada saat ini, dimana KPPU terdiri
dari dari satu kantor pusat dan lima kantor perwakilan daerah
(KPD)6, maka masih terdapat rasio yang jauh tidak berimbang
dengan jumlah perkara yang dilaporkan pada KPPU yang
mengalami peningkatan dari tahun ke tahun7 seiring dengan laju
globalisasi dan dilaksanakannya berbagai perjanjian tentang
perdagangan bebas, seperti AFTA (Asia Free Trade Area) dan /
atau ACFTA (ASEAN-China Free Trade Agreement).
4) Para komisioner dan staf KPPU hingga saat ini cenderung dipilih
dari kalangan pakar di bidang ekonomi, padahal dalam penegakan
hukum persaingan usaha terdapat berbagai domain disiplin ilmu
yang terlibat di dalamnya seperti bidang penuntutan yang
memerlukan kemampuan penuntut umum yang handal, bidang
penyelidikan dan penyidikan yang memerlukan kemampuan
seorang investigator yang handal, kemampuan audit yang handal,
dll, sehingga seharusnya dalam KPPU dilibatkan para komisioner
dan staf KPPU dengan latar belakang profesi yang beragam
layaknya KPK, antara lain terdiri dari latar belakang jaksa /
penuntut umum, Polri, BPK, PPATK, dll.
6 Struktur Organisasi KPPU, diakses dari situs : http://www.kppu.go.id/baru/index.php?aid= 52&mode=art&mnid=47&encodurl=02%2F22%2F10%2C11%3A02%3A11, pada tanggal 22 Februari 2010.
7 Statistik Laporan Masuk 2000-2009 KPPU, diakses dari situs : http://www.kppu.go.id/ baru/index.php?aid=1020&mode=art&mnid=90&encodurl=02%2F22%2F10%2C11%3A02%3A4, pada tanggal 22 Februari 2010.
6
b. Substansi Hukum (Legal Substance)
Substansi utama berupa undang-undang sebagai dasar hukum
pelaksanaan wewenang KPPU termasuk ruang lingkup obyek
pengawasan larangan praktek monopoli dan persaingan usaha tidak
sehat hingga saat ini hanya berdasarkan satu undang-undang yaitu UU
No. 5 tahun 1999 tentang larangan praktek monopoli dan persaingan
usaha tidak sehat, yang di dalamnya meliputi substansi hukum materiil
maupun formil. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Dr. jur.
M. Udin Silalahi, SH., LL.M, yaitu seorang Peneliti dari Departemen
Ekonomi, CSIS, Jakarta, ditemukan tentang sejumlah kelemahan dari
UU No. 5 tahun 1999 sehingga dalam hasil penelitian tersebut juga
direkomendasikan beberapa materi UU No. 5 tahun 1999 yang perlu
direvisi8.
Khusus terhadap pengaturan yang terkait dengan sektor usaha
bisnis ritel modern, pasar tradisional serta pusat perbelanjaan, saat ini
pemerintah Indonesia telah memiliki regulasi berupa Peraturan
Presiden No. 112 tahun 2007 tentang Penataan dan Pembinaan Pasar
Tradisional, Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern. Namun demikian,
keberadaan perpres tersebut juga masih menyisakan pro dan kontra
hingga saat ini, antara lain terkait dengan permasalahan zonasi, skala
usaha bisnis ritel, trading term, dll9, termasuk juga permasalahan
tentang mandat yang sangat besar kepada pemerintah daerah melalui
otonomi daerah dalam hal pemberian perijinan sehinggayang
cenderung terjadi adalah pemerintah daerah menggenjot pendapatan
asli daerah (PAD) terhadap peritel besar dengan cara lebih
mengutamakan peritel besar daripada pedagang pasar10. Demikian pula
8 Dr. jur. M. Udin Silalahi, SH., LL.M, Kondisi Pranata Hukum Persaingan Usaha di Indonesia dan Wacana Revisi UU No. 5/1999, diakses dari situs : http://www.kedai-kebebasan.org/download/ 1168938495_Kondisi_Pranata_HPU-20-12-06.ppt, pada tanggal 22 Februari 2010. Disampaikan pada Diskusi Panel tentang Competition Law & Practice, pada tanggal 20 Desember 2006 diselenggarakan oleh GTZ-ICL dengan CSIS, di Gedung CSIS Jakarta.
9 Indonesia Retail, Hal-Hal yang Penting di Peraturan Presiden Nomor 112 Tahun 2007, diakses dari situs : http://indonesiaretail.com/2008/01/04/hal-hal-yang-penting-di-peraturan-presiden-no-112-tahun-2007/, pada tanggal 22 Februari 2010.
10 Kompas, Pedagang Tradisional Menyusut, Revisi Perpres 112/2007, diakses dari situs : http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2009/03/10/20582914/Pedagang.Tradisional.Menyusut..Revisi.Perpres.1122007, pada tanggal 22 Februari 2010.
7
regulasi teknisnya berupa Permendag Nomor 53 tahun 2008 tentang
pembinaan pasar tradisional, pusat perbelanjaan dan toko modern pun
juga masih menimbulkan pro dan kontra11.
Dengan merujuk dari berbagai pendapat terkait dengan
kelemahan-kelamahan maupun pro dan kontra tentang peraturan
perundang-undangan tersebut diatas, dalam hal ini terutama
sehubungan dengan kasus Carrefour, maka dapat dianalisis mengenai
aspek substansi hukumnya (legal substance) sebagai berikut :
1) Terdapat kerancuan ataupun tidak standarnya mekanisme
pembuktian atas pasal 17 ayat (1) dan pasal 25 ayat (1) huruf a UU
No. 5 tahun 1999 terkait dengan penentuan ”posisi dominan”
dikarenakan kekuatan pembuktian atas pasal-pasal tersebut
cenderung diletakkan pada kekuatan hasil survey lembaga riset
tertentu yang belum terjangkau pengaturannya oleh UU No. 5
tahun 1999, baik terkait dengan subyeknya (pelaku riset), metode
(metodologi riset) serta obyek (ruang lingkup riset) sehingga akan
sering terjadi perbedaan persepsi maupun penafsiran antara pihak-
pihak yang terkait dalam suatu penanganan perkara monopoli dan
persaingan usaha tidak sehat akibat perbedaan acuan data hasil
riset dari lembaga yang berbeda, seperti halnya dalam kasus
Carrefour, hakim PN Jakarta Selatan menggunakan data hasil riset
dari AC Nielsen daripada menggunakan data yang diajukan oleh
KPPU, sehingga Carrefour dimenangkan dalam upaya bandingnya
melawan putusan KPPU12.
2) Terdapat perbedaan persepsi terkait dengan penafsiran pasal 17
ayat (1) dan pasal 25 ayat (1) huruf a UU No. 5 tahun 1999
mengenai pemahaman skala usaha bisnis ritel yaitu tentang
kategorisasi pasar modern, dimana PN Jakarta Selatan tidak
mempertimbangkan kategorisasi pasar modern dalam bentuk
11 Detik Finance, Diprotes Asosiasi, Permendag 53/2008 Tetap Berlaku 1 Januari, diakses dari situs : http://www.detikfinance.com/read/2009/01/01/091119/1061811/4/diprotes-asosiasi-permendag-53-2008-tetap-berlaku-1-januari, pada tanggal 22 Februari 2010.
12 Koran Jakarta, Carrefour Dinilai Tidak Monopoli, diakses dari situs : http://www.koran-jakarta.com/berita-detail.php?idkat=31&id=45481, pada tanggal 22 Februari 2010.
8
hipermarket, supermarket, dan minimarket, sedangkan KPPU
membagi kategorisasi ketiganya secara jelas13.
3) Perpres Nomor 112 tahun 2007 dan Peraturan Menteri
Perdagangan Nomor 53 tahun 2008 menyebutkan, tidak ada
larangan bagi peritel modern untuk menerapkan trading terms yang
sama. Penerapan trading terms sesuai dengan kedua peraturan
tersebut14. Oleh karena itu, dugaan pelanggaran atas pasal 17 ayat
(1) dan pasal 25 ayat (1) huruf a UU No. 5 tahun 1999 yang
dikenakan oleh KPPU terhadap Carrefour menjadi lemah dengan
sendirinya secara yuridis.
c. Budaya Hukum (Legal Culture)
Budaya hukum di Indonesia yang dipandang oleh publik melekat
dengan praktek-praktek KKN (Kolusi, Korupsi dan Nepotisme) memang
kenyataannya masih terjadi hingga saat ini, tak terkecuali dengan
penegakan hukum persaingan usaha, antara lain dengan terungkapnya
kasus suap oleh Billy Sindoro terhadap komisioner KPPU Muhammad
Iqbal sehubungan dengan penanganan perkara Astro (berkaitan
dengan Putusan KPPI No. 3/KPPU-L/2008 (Putusan Astro))15.
Oleh karena itu pula, terkait dengan kasus-kasus lain yang
ditangani oleh KPPU dikhawatirkan terjadi hal yang sama, yaitu
penyimpangan-penyimpangan yang menjadikan putusan KPPU atas
suatu perkara menjadi tidak obyektif, misalnya dikarenakan terjadinya
penyuapan, intervensi pihak tertentu, dll16. Termasuk pula putusan PN
Jakarta Selatan yang membatalkan putusan KPPU dalam kasus
Carrefour tersebut juga memunculkan berbagai spekulasi, diantaranya
tentang spekulasi dugaan adanya intervensi Presiden Susilo Bambang
Yudhoyono yang dikaitkan dengan terjadinya pertemuannya dengan
13 Koran Jakarta, Kemenangan Carrefour Ancam Pemasok, diakses dari situs : http://www.koran-jakarta.com/berita-detail.php?id=45575, pada tanggal 22 Februari 2010.
14 Rakyat Merdeka Online, 892 Perkara Monopoli, Awas Dimainin, diakses dari situs : http://www.rakyatmerdeka.co.id/news/2009/09/12/81093/892-Perkara-Monopoli-Awas...-Dimainin, pada tanggal 22 Februari 2010.
15 A. Junaidi, Mengawal Kredibilitas KPU, diakses dari situs : http://www.kppu.go.id/baru/ index.php?type=art&aid=567&encodurl=03%2F23%2F09%2C09%3A03%3A58, pada tanggal 22 Februari 2010.
16 Kilas Berita, KPK Harus Selidiki Kasus Besar Yang Ditangani KPPU, diakses dari situs : http://www.kilasberita.com/kb-news/kilas-indonesia/5951-kpk-harus-selidiki-kasus-besar-yang-ditangani-kppu, pada tanggal 22 Februari 2010.
9
CEO Carrefour di Perancis walaupun hal tersebut telah dibantah oleh
pihak istana17.
Sehubungan dengan putusan PN Jakarta Selatan atas kasus
Carrefour tersebut, banyak pihak yang menyatakan pro maupun kontra.
Apabila putusan PN Jakarta Selatan tersebut memang murni dilakukan
secara obyektif tanpa adanya intervensi dari pihak mana pun, maka
tidak menjadi masalah terkait dengan pihak mana yang dimenangkan
ataupun dikalahkan, namun apabila yang terjadi adalah sebaliknya,
maka tentu saja putusan dimaksud akan mencederai rasa keadilan
masyarakat dan membawa implikasi terhadap berbagai sektor lainnya,
terutama terhadap kelangsungan usaha pasar tradisional. Oleh karena
itu dalam hal ini diperlukan integritas yang tinggi dari para penegak
hukum persaingan usaha sehingga tidak menempatkan kepentingan
tertentu dengan mengorbankan tujuan hukum itu sendiri.
Walaupun hingga saat ini belum terdapat dugaan tentang
penyimpangan dalam bentuk apapun terkait dengan putusan KPPU dan
PN Jakarta Selatan atas kasus Carrefour tersebut, namun upaya kontrol
sosial (social control) tetap diperlukan untuk mengawal jalannya kasus
tersebut hingga mendapatkan putusan yang berkekuatan hukum tetap
(in kracht van gewijsde) dari MA. Upaya kontrol tersebut antara lain
dapat dilakukan oleh lembaga-lembaga negara yang berkompeten,
antara lain KPK, Polri, Kejaksaan Agung dan Mahkamah Agung sendiri
serta elemen masyarakat pada umumnya termasuk LSM di bidang
persaingan usaha seperti Monopoly Watch, dsb.
Yang terjadi saat ini terkait dengan budaya hukum dalam
penegakan hukum persaingan usaha adalah kurang pedulinya pihak-
pihak terkait, baik lembaga pemerintah, lembaga non pemerintah serta
masyarakat secara umum untuk turut melakukan pemantauan terhadap
dinamika kegiatan bisnis yang mengandung praktek monopoli dan
persaingan usaha tidak sehat. Padahal apabila pihak-pihak tersebut
turut aware terhadap dinamika dimaksud, maka niscaya akan tercipta
sistem penegakan hukum yang tangguh atas hukum persaingan usaha 17 Detik Finance, Istana Bantah SBY Adakan Pertemuan Khusus dengan CEO Carrefour,
diakses dari situs : http://www.detikfinance.com/read/2009/12/22/090718/1264082/4/istana-bantah-sby-adakan-pertemuan-khusus-dengan-ceo-carrefour, pada tanggal 22 Februari 2010.
10
di Indonesia yang tentunya dengan didukung pula oleh struktur dan
substansi hukum yang baik pula.
3. Kondisi yang diharapkan
Berdasarkan berbagai fakta sebagaimana tersebut diatas terkait dengan
kondisi riil penegakan hukum persaingan usaha di Indonesia, terutama
sehubungan dengan penanganan kasus Carrefour yang sedang menyita
perhatian publik saat ini, maka tentunya perlu ditindaklanjuti dengan upaya-
upaya tertentu dalam rangka perbaikan dan penguatan kualitas penegakan
hukum persaingan usaha di Indonesia sehingga akan dapat mewujudkan
kondisi yang diharapkan sebagai berikut :
a. Terjadinya perbaikan kelemahan-kelemahan terhadap unsur struktur
hukum (legal structure) sebagaimana dikemukakan penulis pada poin 2.
a tersebut diatas, sehingga terwujud postur penegak hukum persaingan
usaha di Indonesia yang kredibel.
b. Terlaksananya upaya-upaya sinkronisasi dan revisi terhadap berbagai
ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang hukum persaingan
usaha sebagaimana dibahas oleh penulis pada poin 2. b diatas,
sehingga dapat terwujud substansi hukum (legal substance) yang dapat
menjangkau berbagai bentuk pelanggaran dalam konteks hukum
persaingan usaha.
c. Terciptanya budaya hukum (legal culture) yang dapat memberikan ruang
kondusif bagi terlaksananya penegakan hukum persaingan usaha (legal
substance) yang dilaksanakan oleh struktur hukum di bidang persaingan
usaha (legal structure).
4. Peran Polri
Dalam perspektif substansial ataupun materiil hukum persaingan usaha
berdasarkan UU No. 5 tahun 1999, Polri tidak memiliki wewenang untuk turut
melakukan penyidikan terhadap perkara dugaan praktek monopoli dan
persaingan usaha tidak sehat, namun berdasarkan undang-undang tersebut,
Polri memiliki beberapa peran dalam konteks formil berupa pemberian
dukungan teknis dan taktis terhadap penegakan hukum persaingan usaha
yang dilakukan oleh KPPU, antara lain sebagaimana yang dinyatakan dalam
beberapa pasal pada UU No. 5 tahun 1999, sebagai berikut :
11
a. Pasal 36 huruf g
KPPU berwenang meminta bantuan penyidik untuk menghadirkan
pelaku usaha, saksi, saksi ahli, atau setiap orang sebagaimana
dimaksud huruf e (memanggil pelaku usaha yang diduga telah
melakukan pelanggaran terhadap ketentuan undang-undang ini) dan
huruf f (memanggil dan menghadirkan saksi, saksi ahli dan setiap orang
yang dianggap mengetahui pelanggaran terhadap ketentuan Undang-
undang ini), yang tidak bersedia memenuhi panggilan Komisi.
b. Pasal 42 ayat (3)
Pelanggaran terhadap ketentuan ayat (2) (Pelaku usaha dilarang
menolak diperiksa, menolak memberikan informasi yang diperlukan
dalam penyelidikan dan atau pemeriksaan, atau menghambat proses
penyelidikan dan atau pemeriksaan) oleh Komisi diserahkan kepada
penyidik untuk dilakukan penyidikan sesuai ketentuan yang berlaku.
c. Pasal 44 ayat (4)
Apabila ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) (Dalam waktu
30 (tiga puluh) hari sejak pelaku usaha menerima pemberitahuan
putusan Komisi sebagaimana dimaksud Pasal 43 ayat (4), pelaku usaha
wajib melaksanakan) putusan tersebut dan menyampaikan laporan
pelaksanaannya kepada Komisi) dan ayat (2) (Pelaku usaha dapat
mengajukan keberatan kepada Pengadilan Negeri selambat-lambatnya
14 (empat belas) hari setelah menerima pemberitahuan putusan
tersebut) tidak dijalankan oleh pelaku usaha, Komisi menyerahkan
putusan tersebut kepada penyidik untuk dilakukan penyidikan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
d. Pasal 44 ayat (5)
Putusan Komisi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 43 ayat (4)
(Putusan Komisi sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) harus
dibacakan dalam suatu sidang yang dinyatakan terbuka untuk umum
dan segera diberitahukan kepada pelaku usaha) merupakan bukti
permulaan yang cukup bagi penyidik untuk melakukan penyidikan.
Namun demikian, peran Polri dalam penegakan hukum persaingan
usaha di Indonesia tidak terbatas sebagaimana yang ditentukan dalam
12
beberapa pasal pada UU No. 5 tahun 1999 tersebut diatas, melainkan lebih
dari itu, yakni meliputi penanganan atas berbagai implikasi dari proses
penegakan hukum persaingan usaha oleh KPPU, misalnya implikasi atas
ekspansi pasar yang dilakukan oleh Carrefour di beberapa wilayah di
Indonesia mendapatkan tentangan / penolakan dari masyarakat setempat
sehingga terjadi dampak sosiologis bahkan kriminal akibat ketidakpuasan
atas pemberian ijin oleh pajabat daerah terhadap pengembangan segmen
usaha bisnis ritel Carrefour pada daerah tersebut yang dikhawatirkan
mengancam kelangsungan usaha para pedagang di pasar tradisional, antara
lain sebagaimana yang terjadi di Cibinong18, Purbalingga19, Jakarta20, dll.
Ekstensivikasi dari peran Polri dalam penegakan hukum persaingan
usaha tersebut dilandasi oleh tugas pokok Polri selaku pemelihara keamanan
dan ketertiban; pelindung, pengayom dan pelayan masyarakat; dan penegak
hukum (vide pasal 13 UU No. 2 tahun 2002). Oleh karena itu, Polri tidak
dapat menghindarkan diri dari untuk menangani berbagai implikasi yang
timbul akibat penegakan hukum persaingan usaha di Indonesia. Maka,
dengan demikian, yaitu melalui peran aktif Polri yang senantiasa turut
mengawal penegakan hukum persaingan usaha di Indonesia, niscaya akan
dapat terwujud iklim usaha yang sehat demi tercapainya kesejahteraan
masyarakat.
5. Output Penulisan
Penegakan hukum persaingan usaha di Indonesia memiliki tujuan mulia
yaitu sebagaimana yang tercantum dalam konsideran UU No. 5 tahun 1999
tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat,
sebagai berikut :
a. Bahwa pembangunan bidang ekonomi harus diarahkan kepada
terwujudnya kesejahteraan rakyat berdasarkan Pancasila dan Undang-
Undang Dasar 1945;
18 Pasar Cibinong, Pedagang Tetap Tolak Pembangunan Carrefour, diakses dari situs : http://pdpasartohaga.wordpress.com/2008/01/11/pasar-cibinong-pedagang-tetap-tolak-pembangunan-carrefour/, pada tanggal 23 Februari 2010.
19 Tempo Interaktif, Carrefour Ditolak Berdagang di Purbalingga, diakses dari situs : http://www.tempointeraktif.com/hg/bisnis/2009/06/02/brk,20090602-179327,id.html, pada tanggal 23 Februari 2010.
20 Detik News, Tolak Kapitalisme Asing, Carrefour di MT Haryono Didemo, diakses dari situs : http://www.detiknews.com/read/2009/07/31/112130/1174978/10/tolak-kapitalisme-asing-carrefour-di-mt-haryono-didemo, pada tanggal 23 Februari 2010.
13
b. Bahwa demokrasi dalam bidang ekonomi menghendaki adanya
kesempatan yang sama bagi setiap warga negara untuk berpartisipasi di
dalam proses produksi dan pemasaran barang dan atau jasa, dalam
iklim usaha yang sehat, efektif, dan efisien sehingga dapat mendorong
pertumbuhan ekonomi dan bekerjanya ekonomi pasar yang wajar;
c. Bahwa setiap orang yang berusaha di Indonesia harus berada dalam
situasi persaingan yang sehat dan wajar, sehingga tidak menimbulkan
adanya pemusatan kekuatan ekonomi pada pelaku usaha tertentu,
dengan tidak terlepas dari kesepakatan yang telah dilaksanakan oleh
Negara Republik Indonesia terhadap perjanjian-perjanjian internasional;
d. Bahwa untuk mewujudkan sebagaimana yang dimaksud dalam huruf a,
huruf b, dan huruf c, atas usul inisiatif Dewan Perwakilan Rakyat perlu
disusun Undang-undang Tentang Larangan Praktek Monopoli dan
Persaingan Usaha Tidak Sehat.
Terkait dengan pembahasan penanganan kasus Carrefour tersebut
diatas yang saat ini telah sampai pada tahapan pembatalan putusan KPPU
oleh PN Jakarta Selatan dan kemungkinan besar akan berlanjut ke tahapan
pengajuan kasasi oleh KPPU ke MA, maka terdapat beberapa output yang
hendak dicapai oleh penulis dari penulisan ini, antara lain sebagai berikut :
a. Terwujudnya penegakan hukum persaingan usaha secara obyektif dan
kredibel atas kasus dugaan praktek monopoli dan persaingan usaha
tidak sehat yang dilakukan oleh PT. Carrefour Indonesia hingga
didapatkannya putusan yang berkekuatan hukum tetap (in kracht van
gewijsde) sehingga tidak mencederai rasa keadilan dari pihak-pihak
yang terkait dalam kasus tersebut, baik dari pihak Carrefour, KPPU
maupun masyarakat pada umumnya dan para pedagang kecil (pasar
tradisional) pada khususnya.
b. Terwujudnya semangat persaingan usaha yang sehat di Indonesia
sehingga dinamika pergerakan pasar pada sektor ekonomi riil dapat
bersaing secara kompetitif berdasarkan ketentuan perundang-undangan
yang berlaku serta dengan tetap memperhatikan etika bisnis.
c. Terwujudnya peran Polri yang optimal dalam mengawal penegakan
hukum persaingan usaha di Indonesia guna terjaminnya stabilitas
14
keamanan dalam negeri yang dilandasi dengan terciptanya
kesejahteraan rakyat secara umum.
Jakarta, 25 Februari 2010
Penulis
HANDIK ZUSENNO. MHS. 6877
DAFTAR PUSTAKA
15
1. PT Media Data Riset Survey Research Services, Peta Persaingan Bisnis Ritel
Modern di Indonesia 2009, diakses dari situs :
http://mediadata.co.id/Multi-Client-Studies/MCS-Indonesian-
Edition /Peta-Persaingan-Bisnis-Ritel-Modern-di-Indonesia-
2009.html, pada tanggal 22 Februari 2010.
2. KPPU, Kasus Akuisisi Alfa oleh Carrefour: Proses Penegakan Hukum
Persaingan oleh KPPU, diakses dari situs :
http://www.kppu.go.id/baru/index.php?
type=art&aid=613&encodurl=02%2F
22%2F10%2C02%3A02%3A13, pada tanggal 22 Februari 2010.
3. Metrotvnews, Carrefour menolak putusan KPPU, diakses dari situs :
http://metrotvnews.com/index.php/metromain/newsvideo/2009/11/0
5/93506/Carrefour-Menolak-Putusan-KPPU/116, pada tanggal 22
Februari 2010.
4. Detik Finance, Carrefour Kalahkan KPPU, DPR Curiga Ada Mafia, diakses
dari situs : http://www. detikfinance.com/read/2010/02/18/172940/
1302350/4/carrefour-kalahkan-kppu-dpr-curiga-ada-mafia, pada
tanggal 22 Februari 2010.
5. Andi Nuzul, KESADARAN HUKUM : Landasan Memperbaiki Sistem Hukum,
diakses dari situs :
http://andinuzul.wordpress.com/2009/02/25/kesadaran-hukum-
landasan-memperbaiki-sistem-hukum/, pada tanggal 22 Februari
2010.
6. Struktur Organisasi KPPU, diakses dari situs :
http://www.kppu.go.id/baru/index.php?
aid=52&mode=art&mnid=47&encodurl=02%2F22%2F10%2C11%3
A02%3A11, pada tanggal 22 Februari 2010.
7. Statistik Laporan Masuk 2000-2009 KPPU, diakses dari situs :
http://www.kppu.go.id/baru/index.php?
aid=1020&mode=art&mnid=90&encodurl=02%2F22%2F10%2C11
%3A02%3A4, pada tanggal 22 Februari 2010.
16
8. Dr. jur. M. Udin Silalahi, SH., LL.M, Kondisi Pranata Hukum Persaingan
Usaha di Indonesia dan Wacana Revisi UU No. 5/1999, diakses
dari situs :
http://www.kedai-kebebasan.org/download/1168938495_Kondisi_
Pranata_HPU-20-12-06.ppt, pada tanggal 22 Februari 2010.
9. Indonesia Retail, Hal-Hal yang Penting di Peraturan Presiden Nomor 112
Tahun 2007, diakses dari situs :
http://indonesiaretail.com/2008/01/04/hal-hal-yang-penting-di-
peraturan-presiden-no-112-tahun-2007/, pada tanggal 22 Februari
2010.
10. Kompas, Pedagang Tradisional Menyusut, Revisi Perpres 112/2007, diakses
dari situs : http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2009/03/10/
20582914/Pedagang.Tradisional.Menyusut..Revisi.Perpres.112200
7, pada tanggal 22 Februari 2010.
11. Detik Finance, Diprotes Asosiasi, Permendag 53/2008 Tetap Berlaku 1
Januari, diakses dari situs :
http://www.detikfinance.com/read/2009/01/01/091119/1061811/4/di
protes-asosiasi-permendag-53-2008-tetap-berlaku-1-januari, pada
tanggal 22 Februari 2010.
12. Koran Jakarta, Carrefour Dinilai Tidak Monopoli, diakses dari situs :
http://www.koran-jakarta.com/berita-detail.php?idkat=31&id=45481,
pada tanggal 22 Februari 2010.
13. Koran Jakarta, Kemenangan Carrefour Ancam Pemasok, diakses dari situs :
http://www.koran-jakarta.com/berita-detail.php?id=45575, pada
tanggal 22 Februari 2010.
14. Rakyat Merdeka Online, 892 Perkara Monopoli, Awas Dimainin, diakses dari
situs :
http://www.rakyatmerdeka.co.id/news/2009/09/12/81093/892-
Perkara-Monopoli-Awas...-Dimainin, pada tanggal 22 Februari
2010.
15. A. Junaidi, Mengawal Kredibilitas KPU, diakses dari situs :
http://www.kppu.go.id/baru/ index.php?
17
type=art&aid=567&encodurl=03%2F23%2F09%2C09%3A03%3A5
8, pada tanggal 22 Februari 2010.
16. Kilas Berita, KPK Harus Selidiki Kasus Besar Yang Ditangani KPPU, diakses
dari situs :
http://www.kilasberita.com/kb-news/kilas-indonesia/5951-kpk-
harus-selidiki-kasus-besar-yang-ditangani-kppu, pada tanggal 22
Februari 2010.
17. Detik Finance, Istana Bantah SBY Adakan Pertemuan Khusus dengan CEO
Carrefour, diakses dari situs :
http://www.detikfinance.com/read/2009/12/22/090718/1264082/4/ist
ana-bantah-sby-adakan-pertemuan-khusus-dengan-ceo-carrefour,
pada tanggal 22 Februari 2010.
18. Pasar Cibinong, Pedagang Tetap Tolak Pembangunan Carrefour, diakses
dari situs :
http://pdpasartohaga.wordpress.com/2008/01/11/pasar-cibinong-
pedagang-tetap-tolak-pembangunan-carrefour/, pada tanggal 23
Februari 2010.
19. Tempo Interaktif, Carrefour Ditolak Berdagang di Purbalingga, diakses dari
situs :
http://www.tempointeraktif.com/hg/bisnis/2009/06/02/brk,20090602-
179327,id.html, pada tanggal 23 Februari 2010.
20. Detik News, Tolak Kapitalisme Asing, Carrefour di MT Haryono Didemo,
diakses dari situs :
http://www.detiknews.com/read/2009/07/31/112130/1174978/10/tol
ak-kapitalisme-asing-carrefour-di-mt-haryono-didemo
18