paper hepatitis b

20
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Hepatitis B adalah penyakit yang menyerang organ hati, penyakit ini disebabkan oleh Virus Hepatitis B dan dapat bersifat akut maupun kronis. Virus ini ditularkan melalui kontak dengan darah atau cairan tubuh lain dari orang yang terinfeksi. Hepatitis B adalah infeksi hati yang berpotensi mengancam jiwa yang disebabkan oleh virus hepatitis B. Ini adalah masalah kesehatan global utama. Hal ini dapat menyebabkan infeksi kronis dan menempatkan orang pada risiko tinggi kematian dari sirosis dan kanker hati. Sekitar 780 000 orang meninggal setiap tahun dari infeksi hepatitis B - 650 000 dari sirosis dan kanker hati akibat infeksi hepatitis B kronis dan lain 130 000 dari hepatitis akut.(1) Prevalensi hepatitis B 2013 adalah 1,2 persen, dua kali lebih tinggi dibandingkan 2007 (Gambar 3.4.5). Lima provinsi dengan prevalensi hepatitis B tertinggi adalah Nusa Tenggara Timur (4,3%), Papua (2,9%), Sulawesi Selatan (2,5%), Sulawesi Tengah (2,3%) dan Maluku (2,3%) (Tabel 3.4.5). Bila dibandingkan dengan Riskesdas 2007, Nusa Tenggara Timur masih merupakan provinsi dengan prevalensi hepatitis B tertinggi.(2) Pada tahun 2009, NTT memiliki jumlah kasus hepatitis B sebanyak 150 Kasus. Jumlah kasus tertinggi berada di Kabupaten Flores Timur, diikuti oleh Kabupaten TTS, Kabupaten Ende, dan Kabupaten Manggarai Timur. Jumlah

Upload: melchiadi

Post on 17-Nov-2015

20 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

kedokteran

TRANSCRIPT

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1.Latar Belakang

    Hepatitis B adalah penyakit yang menyerang organ hati, penyakit ini

    disebabkan oleh Virus Hepatitis B dan dapat bersifat akut maupun kronis. Virus

    ini ditularkan melalui kontak dengan darah atau cairan tubuh lain dari orang

    yang terinfeksi. Hepatitis B adalah infeksi hati yang berpotensi mengancam

    jiwa yang disebabkan oleh virus hepatitis B.

    Ini adalah masalah kesehatan global utama. Hal ini dapat menyebabkan

    infeksi kronis dan menempatkan orang pada risiko tinggi kematian dari sirosis

    dan kanker hati. Sekitar 780 000 orang meninggal setiap tahun dari infeksi

    hepatitis B - 650 000 dari sirosis dan kanker hati akibat infeksi hepatitis B kronis

    dan lain 130 000 dari hepatitis akut.(1)

    Prevalensi hepatitis B 2013 adalah 1,2 persen, dua kali lebih tinggi

    dibandingkan 2007 (Gambar 3.4.5). Lima provinsi dengan prevalensi hepatitis

    B tertinggi adalah Nusa Tenggara Timur (4,3%), Papua (2,9%), Sulawesi

    Selatan (2,5%), Sulawesi Tengah (2,3%) dan Maluku (2,3%) (Tabel 3.4.5). Bila

    dibandingkan dengan Riskesdas 2007, Nusa Tenggara Timur masih merupakan

    provinsi dengan prevalensi hepatitis B tertinggi.(2)

    Pada tahun 2009, NTT memiliki jumlah kasus hepatitis B sebanyak 150

    Kasus. Jumlah kasus tertinggi berada di Kabupaten Flores Timur, diikuti oleh

    Kabupaten TTS, Kabupaten Ende, dan Kabupaten Manggarai Timur. Jumlah

  • 2

    kasus ini lebih rendah dibandingkan pada tahun 2007 sebanyak 335 Kasus.(3)

    Oleh karena itu tim penulis merasa perlu untuk membahas tentang Hepatitis B

    kaitannya dengan perilaku serta pencegahannya.

    1.2.Tujuan Penulisan

    1.2.1. Tujuan Umum

    Untuk menyelesaikan tugas Blok IKM 2 Semester 6 Fakultas Kedokteran

    Universitas Nusa Cendana

    1.2.2. Tujuan Khusus

    1. Untuk mengetahui hubungan penyakit hepatitis B dengan perilaku

    masyarakat

    2. Untuk mengetahui cara-cara penularan hepatitis B

    3. Untuk mengetahui cara-cara diagnosis hepatitis B

    4. Untuk mengetahui cara-cara penanggulangan hepatitis B

    5. Untuk mengetahui cara-cara pencegahan hepatitis B

  • 3

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Definisi

    Hepatitis B adalah penyakit yang menyerang organ hati, penyakit ini

    disebabkan oleh Virus Hepatitis B dan dapat bersifat akut maupun kronis.

    Virus ini ditularkan melalui kontak dengan darah atau cairan tubuh lain dari

    orang yang terinfeksi. Hepatitis B adalah infeksi hati yang berpotensi

    mengancam jiwa yang disebabkan oleh virus hepatitis B.(1) Hepatitis B

    adalah penyakit yang disebabkan oleh Virus DNA berselubung ganda

    berukuran 24 nm yang memiliki lapisan permukaan dan bagian inti dengan

    penanda utamanya adalah HBsAg yang positif kira-kira 2 minggu sebelum

    muncul gejala klinis.(4)

    Hepatitis B adalah suatu penyakit pada organ hati yang

    disebabkan oleh virus hepatitis B (HbV), suatu anggota famili

    hepadnavirus yang dapat menyebabkan peradangan hati akut atau

    menahun yang dapat berlanjut menjadi sirosis hati atau kanker hati.

    Infeksi virus hepatitis B merupakan suatu infeksi sistemik yang

    menimbulkan peradangan dan nekrosis sel hati yang mengakibatkan

    terjadinya serangkaian kelainan klinik, biokimiawi, imunoserologik, dan

    morfologik. Penyakit ini banyak dikenal sebagai penyakit kuning,

    padahal penguningan (kuku, mata, kulit) hanya salah satu gejala dari

    penyakit Hepatitis itu.(5)

  • 4

    2.2 Epidemiologi

    Penyakit hepatitis B dapat terjadi pada semua umur dan jenis

    kelamin. Data menunjukkan bahwa bayi yang terinfeksi VHB sebelum usia

    satu tahun mempunyai risiko kronisitas sampai 90%, sedangkan bila infeksi

    VHB terjadi pada usia antara 2-5 tahun risikonya menurun menjadi 50%,

    bahkan bila terjadi infeksi pada anak berusia diatas 5 tahun hanya berisiko

    5-10% untuk terjadi kronisitas.(5)

    Berdasarkan jenis kelamin ternyata pria cenderung lebih banyak dari

    pada wanita. Di bagian Ilmu Kesehatan Anak Rumah Sakit Cipto

    Mangunkusumo (RSCM) sejak Juli 2002-April 2010, dari 28 penderita

    hepatitis B kronis yang dirawat, diperoleh 19 orang HBsAg positif adalah

    pria (67,86%). Di Surabaya, dari 7.759 orang yang diperiksa, diperoleh

    1.805 orang dengan HBsAg positif, 1.176 orang adalah pria (65,15%),

    sedangkan wanita sebanyak 629 orang (34,85%), kemudian di Bandung dari

    7.365 orang yang diperiksa, diperoleh 1.080 orang dengan HBsAg positif,

    didapati 673 pria (62,31%), sedangkan pada wanita sebanyak 407 orang

    (37,69%).

    Di Denpasar dari 2.179 orang yang diperiksa, diperoleh 217 orang

    dengan HbsAg positif, ditemukan pria dengan jumlah lebih banyak yaitu

    168 orang (77,42%), sedangkan pada wanita 49 orang (22,58%).

    Selanjutnya di Manado dari 603 orang yang diperiksa, ditemukan 60 orang

    yang dinyatakan HBsAg positif, ditemukan pria dengan jumlah 46 orang

    (76,66%), sedangkan pada wanita sebanyak 14 orang (23,34%).(6)

  • 5

    2.3 Etiologi

    Terjadinya Hepatitis B disebabkan oleh VHB yang terbungkus serta

    mengandung genoma DNA (Deoxyribonucleic acid) melingkardan

    tergolong dalam famili Hepadnaviridae. Nama famili Hepadnaviridae ini

    disebut demikian karena virus bersifat hepatotropis dan merupakan virus

    dengan genom DNA. Termasuk dalam family ini adalah virus hepatitis

    Woodchuck (sejenis marmot dari Amerika Utara) yang telah diobservasi

    dapat menimbulkan karsinoma hati, virus hepatitis B pada bebek Peking dan

    bajing tanah (ground squirrel).

    Virus Hepatitis B akan tetap bertahan pada proses desinfeksi dan

    sterilisasi alat yang tidak memadai, selain itu VHB juga tahan terhadap

    pengeringan dan penyimpanan selama 1 minggu atau lebih. Virus Hepatitis

    B yang utuh berukuran 42 nm dan berbentuk seperti bola, terdiri dari

    partikel genom (DNA) berlapis ganda dengan selubung bagian luar dan

    nukleokapsid dibagian dalam. Nukleokapsid ini berukuran 27 nm dan

    mengandung genom (DNA) VHB yang sebagian berantai ganda dengan

    bentuk sirkular. Selama infeksi VHB, terdapat 2 macam partikel virus yang

    terdapat dalam darah yaitu virus utuh (virion) yang disebut juga partikel

    Dane danselubung virus (HBsAg).

    Ukuran kapsul virus berukuran 22 nm, dapat berbentuk seperti bola

    atau filament. Virus ini merusak fungsi liver dan terus berkembang biak

    dalam sel-sel hati (Hepatocytes). Akibat serangan ini sistem kekebalan

    tubuh kemudian memberi reaksi dan melawan. Kalau berhasil maka virus

  • 6

    dapat terbasmi habis. Tetapi jika gagal virus akan tetap tinggal dan

    menyebabkan Hepatitis B kronis (si pasien sendiri menjadi carrier atau

    pembawa virus seumur hidupnya). Dalam seluruh proses ini liver

    mengalami peradangan.(7)

    2.4 Patomekanisme

    Virus hepatitis B (VHB) masuk ke dalam tubuh secara parenteral.

    Dari peredaran darah partikel dan maasuk ke dalam hati dan terjadi proses

    replikasi virus. Selanjutnya sel-sel hati akan memproduksi dan mensekresi

    partikel Dane utuh, partikel HbsAg bentuk bulat dan tubuler, dan HbsAg

    yang tidak ikut membentuk partikel virus. VHB merangsang respons imun

    tubuh, yang pertama kali dirangsang adalah respons imun spesifik (innate

    immune response) karena dapat terangsang dalam waktu pendek, dalam

    beberapa menit sampai beberapa jam. Proses eliminasi nonspesifik ini tejadi

    tanpa restriksi HLA, yaitu dengan memanfaatkan sel-sel NK dan NK-T.

    Untuk proses eradikasi VHB lebih lanjut diperlukan respons imun

    spesifik, yaitu dengan mengaktifasi sel limfosit T dan sel limfosit B.

    Aktivasi sel T CD8+ terjadi setelah kontak reseptor sel T tersebut dengan

    kompleks peptida VHB-MHC kelas I yang ada pada permukaan dinding sel

    hati dan pada permukaan dinding APC dan dibantu rangsangan sel T CD4+

    yang sebelumnya sudah mengalami kontak dengan kompleks peptida VHB-

    MHC kelas II pada dinding APC. Peptida VHB yang ditampilkan pada

    permukaan dinding sel hati dan menjadi antigen sasaran respons imun

  • 7

    adalah peptida kapsid yaitu HbcAg atau HbeAg. Sel T CD8+ selanjutnya

    akan mengeliminasi virus yang ada didalam sel hati yang terinfeksi. Proses

    eliminasi tersebut bisa terjadi dalam bentuk nekrosis sel hati yang akan

    menyebabkan meningkatnya ALT atau mekanisme sitolitik. Di samping itu

    dapat juga terjadi eliminasi virus intrasel tanpa kerusakan sel hati yang

    terinfeksi melalui aktivitas IFN dan TNF yang dihasilkan oleh sel T

    CD8+ (mekanisme nonsitolitik).

    Aktivasi sel limfosit B dengan bantuan sel CD4+ akan menyebabkan

    produksi antibodi antara lain anti-HBs, anti-HBc, anti-Hbe. Fungsi anti-

    HBs adalah netralisasi partikel VHB bebas dan mencegah masuknya virus

    kedalam sel. Dengan demikian anti-HBs akan mencegah penyebaran virus

    dari sel ke sel. Infeksi kronik VHB bukan disebabkan gangguan produksi

    anti-HBs. Buktinya pada pasien Hepatitis B kronik ternyata dapat ditemkan

    adanya anti-HBs bersembunyi dalam kompleks dengan HbsAg.

    Bila proses eliminasi virus berlangsung efisien maka infeksi VHB

    dapat diakhiri, sedangkan bila proses tersebut kurang efisien maka terjadi

    infeksi VHB yang menetap. Proses eliminasi VHB oleh respons imun yang

    tidak efisien dapat disebabkan oleh faktor virus ataupun faktor pejamu.

    1. Faktor Virus, antara lain : Terjadinya imunotoleransi terhadap produk

    VHB, hambatan terhadap CTL yang berfungsi melakukan lisis sel-sel

    terinfeksi, terjadinya mutan VHB yang tidak memproduksi HbeAg,

    integrasi genom VHB dala genom sel hati.

  • 8

    2. Faktor Pejamu, antara lain : Faktor genetik, kurangnya IFN, adanya

    antibodi terhadap antigen nukleokapsid, kelainan fungsi limfosit,

    respons antiidiotipe, faktor kelamin atau hormonal.(8)

    2.5 Diagnosis

    Diagnosis laboratorium infeksi hepatitis B berfokus pada deteksi

    hepatitis B antigen permukaan -HBsAg. WHO merekomendasikan bahwa

    semua sumbangan darah yang diuji untuk hepatitis B untuk memastikan

    keamanan darah dan menghindari penularan kecelakaan pada orang yang

    menerima produk darah. Infeksi virus hepatitis B akut ditandai dengan

    adanya HBsAg dan immunoglobulin M (IgM) antibodi terhadap antigen

    inti, HBcAg. Selama fase awal infeksi, pasien juga seropositif untuk

    hepatitis B e antigen (HBeAg). HBeAg biasanya penanda tingginya tingkat

    replikasi virus. Kehadiran HBeAg mengindikasikan bahwa darah dan cairan

    tubuh dari individu yang terinfeksi sangat menular. Infeksi kronis ditandai

    dengan peresisten HBsAg selama 6 bulan (dengan atau tanpa bersamaan

    HBeAg). Peresisten HBsAg adalah penanda utama risiko untuk

    mengembangkan penyakit hati kronis dan kanker hati (karsinoma

    hepatocellullar) di kemudian hari.(1)

    2.6 Manifestasi Klinis

    2.6.1. Hepatitis B Akut

  • 9

    Perjalanan hepatitis B akut terjadi dalam empat (4) tahap yang

    timbul sebagai akibat dari proses peradangan pada hati yaitu :

    1. Masa Inkubasi

    Masa inkubasi yang merupakan waktu antara saat penularan

    infeksi dan saat timbulnya gejala/ikterus, berkisar antara 1-6

    bulan, biasanya 60-75 hari. Panjangnya masa inkubasi

    tergantung dari dosis inokulum yang ditularkan dan jalur

    penularan, makin besar dosis virus yang ditularkan, makin

    pendek masa inkubasi.

    2. Fase Prodromal

    Fase ini adalah waktu antara timbulnya keluhan-keluhan

    pertama dan timbulnya gejala dan ikterus. Keluhan yang sering

    terjadi seperti : malaise, rasa lemas, lelah, anoreksia, mual,

    muntah, terjadi perubahan pada indera perasa dan penciuman,

    panas yang tidak tinggi, nyeri kepala, nyeri otot-otot, rasa tidak

    enak/nyeri di abdomen, dan perubahan warna urine menjadi

    cokelat, dapat dilihat antara 1-5 hari sebelum timbul ikterus, fase

    prodromal ini berlangsung antara 3-14 hari.

    3. Fase Ikterus

    Dengan timbulnya ikterus, keluhan-keluhan prodromal secara

    berangsur akan berkurang, kadang rasa malaise, anoreksia masih

    terus berlangsung, dan nyeri abdomen kanan atas bertambah.

  • 10

    Untuk deteksi ikterus, sebaliknya dilihat pada sklera mata. Lama

    berlangsungnya ikterus dapat berkisar antara 1-6 minggu.

    4. Fase Penyembuhan

    Fase penyembuhan diawali dengan menghilangnya ikterus dan

    keluhan- keluhan, walaupun rasa malaise dan cepat lelah kadang

    masih terus dirasakan, hepatomegali dan rasa nyerinya juga

    berkurang. Fase penyembuhan lamanya berkisar antara 2-21

    minggu.

    2.6.2. Hepatitis B Kronis

    Hepatitis B kronis didefinisikan sebagai peradangan hati yang

    berlanjut lebih dari enam bulan sejak timbul keluhan dan gejala

    penyakit. Perjalanan hepatitis B kronik dibagi menjadi tiga (3) fase

    penting yaitu:

    1. Fase Imunotoleransi

    Pada masa anak-anak atau pada dewasa muda, sistem imun

    tubuh toleren terhadap VHB sehingga konsentrasi virus dalam

    darah tinggi, tetapi tidak terjadi peradangan hati yang berarti.

    Pada fase ini, VHB ada dalam fase replikatif dengan titer HBsAg

    yang sangat tinggi.

    2. Fase Imunoaktif (Fase clearance)

    Pada sekitar 30% individu dengan persisten dengan VHB akibat

    terjadinya replikasi VHB yang berkepanjangan, terjadi proses

    nekroinflamasi yang tampak dari kenaikan konsentrasi Alanine

  • 11

    Amino Transferase (ALT). Pada keadaan ini pasien sudah mulai

    kehilangan toleransi imun terhadap VHB.

    3. Fase Residual

    Pada fase ini tubuh berusaha menghancurkan virus dan

    menimbulkan pecahnya sel-sel hati yang terinfeksi VHB. Sekitar

    70% dari individu tersebut akhirnya dapat menghilangkan

    sebagian besar partikel VHB tanpa ada kerusakan sel hati yang

    berarti. Pada keadaan ini titer HBsAg rendah dengan HBeAg

    yang menjadi negatif dan anti HBe yang menjadi positif, serta

    konsentrasi ALT normal.

    Penderita infeksi VHB kronis dapat dikelompokkan menjadi tiga

    kelompok yaitu :

    1. Pengidap HBsAg positif dengan HBeAg positif Pada penderita ini

    sering terjadi kenaikan ALT (eksaserbasi) dan kemudian penurunan

    ALT kembali (resolusi). Siklus ini terjadi berulang-ulang sampai

    terbentuknya anti HBe. Sekitar 80% kasus pengidap ini berhasil

    serokonversi anti HBe positif, 10% gagal serokonversi namun ALT

    dapat normal dalam 1-2 tahun, dan 10% tetap berlanjut menjadi

    hepatitis B kronik aktif.

    2. Pengidap HBsAg positif dengan anti HBe positif Prognosis pada

    pengidap ini umumnya baik bila dapat dicapai keadaan VHB DNA

    yang selalu normal. Pada penderita dengan VHB DNA yang dapat

  • 12

    dideteksi diperlukan perhatian khusus oleh karena mereka berisiko

    menderita kanker hati.

    3. Pengidap hepatitis B yang belum terdiagnosa dengan jelas. Kemajuan

    pemeriksaan yang sangat sensitif dapat mendeteksi adanya HBV

    DNA pada penderita dengan HBsAg negatif, namun anti HBc positif.

    2.7 Penatalaksanaan

    Tujuan pengobatan VHB adalah untuk mencegah atau

    menghentikan radang hati (liver injury) dengan cara menekan replikasi virus

    atau menghilangkan injeksi. Dalam pengobatan hepatitis B, titik akhir yang

    sering dipakai adalah hilangnya pertanda replikasi virus yang aktif secara

    menetap. Obat-obat yang digunakan untuk menyembuhkan hepatitis antara

    lain obat antivirus, dan imunomulator. Pengobatan antivirus harus diberikan

    sebelum virus sempat berintegrasi ke dalam denom penderita. Jadi

    pemberiannya dilakukan sedini mungkin sehingga kemungkinan terjadi

    sirosis dan hepatoma dapat dikurangi. Yang termasuk obat antivirus adalah

    interferon (INF). Sedangkan obat imunomodulator yang menekan atau

    merangsang sistem imun misalnya transfer faktor,immune RNA,dan

    imunosupresi.

    2.8 Prognosis

    Prognosis tidak pasti, terutama pada infeksi awal yang berkembang

    menjadi fulminan yang merupakan kasus fatal pada nekrosis hepatitis akut.

  • 13

    Pada anak jarang terjadi penyakit klinis yang akut, tetapi kebanyakan anak

    yang terinfeksi sebelum usia tujuh tahun akan mengalami karier kronis.(9)

    2.9 Komplikasi

    Prevalensi berkembang menjadi hepatitis fulminan sebesar 0,5-1%,

    mengalami penyembuhan pada hepatitis kronis persisten sebesar >90%,

    hepatitis kronis aktif

  • 14

    BAB III

    PENCEGAHAN

    3.1 Pencegahan Hepatitis B

    Untuk menurunkan angka kesakitan maupun kematian akibat infeksi

    VHB perlu dilakukan pencegahan yang meliputi pencegahan primordial,

    primer, sekunder, dan tersier.

    1. Pencegahan Primordial

    Pencegahan primordial adalah upaya untuk memberikan

    kondisi pada masyarakat yang memungkinkan penyakit tidak

    mendapat dukungan dari kebiasaan,gaya hidup, maupun kondisi

    lain yang merupakan faktor risiko untuk munculnya suatu

    penyakit. Pencegahan primordial yang dapat dilakukan adalah:

    a. Konsumsi makanan berserat seperti buah dan sayur serta

    konsumsi makanan dengan gizi seimbang.

    b. Bagi ibu agar memberikan ASI pada bayinya karena

    ASI mengandung antibodi yang penting untuk melawan

    penyakit.

    c. Melakukan kegiatan fisik seperti olah raga dan cukup

    istirahat.

    2. Pencegahan Primer

    Pencegahan primer meliputi segala kegiatan yang dapat

    menghentikan kejadian suatu penyakit atau gangguan sebelum

  • 15

    terjadi penyakit ketika seseorang sudah terpapar faktor resiko.

    Pencegahan primer yang dilakukan antara lain :

    a. Program Promosi Kesehatan

    Memberikan penyuluhan dan pendidikan khususnya

    bagi petugas kesehatan dalam pemakaian alat-alat yang

    menggunakan produk darah agar dilakukan sterilisasi.

    Memberikan penyuluhan kepada masyarakat umumnya

    agar melaksanakan program imunisasi untuk mencegah

    penularan hepatitits Secara konservati dilakukan

    pencegahan penularan secara parenteral dengan cara

    menghindari pemakaian darah atau produk darah yang

    tercemar VHB, pemakaian alat-alat kedokteran yang

    harus steril, menghindari pemakaian peralatan pribadi

    terutama sikat, pisau cukur, dan peralatan lain yang dapat

    menyebabkan luka.

    b. Program Imunisasi

    Pemberian imunisasi hepatitis B dapat dilakukan

    baik secara pasif maupunaktif. Imunisasi pasif dilakukan

    dengan memberikan hepatitis B Imunoglobulin (HBIg)

    yang akan memberikan perlindungan sampai 6 bulan.

    Imunisasi aktif dilakukan dengan vaksinasi hepatitis B.

    Dalam beberapa keadaan, misalnya bayi yang lahir dari

    ibu penderita hepatitis B perlu diberikan HBIg

  • 16

    mendahului atau bersama-sama dengan vaksinasi

    hepatitis B. HBIg yang merupakan antibodi terhadap

    terhadap VHB diberikan secara intra muskular

    selambat-lambatnya 24 jam setelah persalinan. Vaksin

    hepatitis B diberikan selambat-lambatnya 7 hari setelah

    persalinan. Untuk mendapatkan efektivitas yang lebih

    tinggi, sebaiknya HBIg dan vaksin hepatitis B diberikan

    segera setelah persalinan. Secara rinci program imunisasi

    dasar yang dilaksanakan di Indonesia adalah sebagai

    berikut.

    UMUR VAKSIN

    Bayi yang lahir di rumah

    0 bulan Hepatitis B1

    1 bulan BCG

    2 bulan Hepatitis B2, DPT1, Polio1

    3 bulan Hepatitis B3, DPT2, Polio2

    4 bulan DPT3, Polio3

    9 bulan Campak

    Bayi yang lahir dirumah sakit

    0 bulan Hepatitis B1

    2 bulan Hepatitis B2, DPT1, polio1

    3 bulan Hepatitis B3, DPT2, polio2

    4 bulan DPT3, Polio3

    9 bulan Campak

    Tabel 3.1. Jadwal Imunisasi Kemenkes RI

    Pemberian vaksin hepatitis B juga dianjurkan kepada

    pasangan seksual yang kontak langsung dengan

    penderita HBsAg positif, kelompok yang mempunyai

    pasangan seksual berganti-ganti, terutama yang

    didiagnosa terinfeksi Penyakit Menular Seksual (PMS),

  • 17

    pasangan homoseksual, pasien yang mendapatkan

    tindakan pengobatan dengan cuci darah, dan Petugas

    kesehatan yang sehari-hari kontak dengan darah atau

    jaringan tubuh penderita HBsAg positif, seperti perawat

    dan petugas laboratorium.

    3. Pencegahan Sekunder

    Pencegahan sekunder merupakan upaya yang dilakukan

    terhadap orang yang sakit agar lekas sembuh dan menghambat

    progresifitas penyakit melalui diagnosis dini dan pengobatan

    yang tepat.

    4. Pencegahan Tersier

    Sebagian besar pencegahan penderita hepatitis B akut akan

    membaik atau sembuh sempurna tanpa meninggalkan bekas.

    Tetapi sebagian kecil akan menetap dan menjadi kronis,

    kemudian menjadi buruk atau mengalami kegagalan faal hati.

    Biasanya penderita dengan gejala seperti ini akan berakhir

    dengan meninggal dunia. Usaha yang dilakukan untuk

    mengatasi hal tersebut maka perlu diadakan pemeriksaan

    berkala. Sebelum dilaksanakan pembedahan, pada waktu

    pembedahan, dan pasca pembedahan.(10)

  • 18

    BAB IV

    KESIMPULAN

    4.1.Kesimpulan

    Hepatitis B yang disebabkan oleh virus yang menyerang

    organ hati merupakan penyakit infeksi menular yang

    ditularkan lewat cairan tubuh yang kebanyakan lewat kontak

    seksual, oleh karena itu tim penulis menyimpulkan bahwa

    penyakit Hepatitis B bisa dicegah apabila adanya perubahan

    perilaku pada masyarakat terkait dengan seks bebas. Dengan

    berkurangnya perilaku seks bebas pada masyarakat,

    diharapkan angka penyakit menular seksual yang salah

    satunya adalah Hepatitis B dapat berkurang sehingga angka

    kesehatan di NTT sendiri dapat meningkat sehingga dapat

    terwujud masyarakat NTT yang sehat dan sejahtera.

  • 19

    Daftar Pustaka

    1. Lozano R, Naghavi M, Foreman K, Lim S. Fact about Hepatitis B [Internet].

    World Health Organization; 2010 p. 235. Available from:

    http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs204/en/

    2. Riset Kesehatan Dasar 2013 [Internet]. 2014. Available from:

    www.riskesdas.litbang.depkes.go.id/download/Riskesdas2013.pdf

    3. Seran SB, Atasoge J, Salmun E. Profil Kesehatan NTT 2010 Edisi Revisi.

    2010 p. 1233.

    4. Price S, Wilson L. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses

    Penyait.EGC; 2005.

    5. Dewanti L. Infeksi Hepatitis B. Universitas Sumatera Utara; 2009. p. 3559.

    6. Hadi S. Prevalensi Hepatitis B. Jakarta; 2010.

    7. Adams GL. Hepatitis B. 2014;3345.

    8. Sudoyo A. Ilmu Penyakit Dalam Jilid 1. 4th ed. Jakarta: EGC; 2010.

    9. WHO. Hepatitis B Department of Communicable Diseases Surveilance and

    Response.2002.

  • 20

    10. Aditama TY. Pedoman Pengendalian Hepatitis Virus. Jakarta:

    DIREKTORAT JENDERAL PP & PL KEMENTERIAN KESEHATAN RI;

    2012.