paper isi

33
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Lata r Bela kang Guil lai n Barre syndrome (GBS) adala h suatu sin dr oma kl inis dari kelema han akut ekstremitas tubu h, yang diseba bkan oleh kelain an saraf tepi dan  bukan oleh penyakit sistemis. John Lettsom, 177 , merupakan orang pertama yang mengangkat masalah neuropati perifer. !a mendeskripsikan penyakit ini sebagai akibat dari konsumsi alkohol yang berl ebi han . "esk ripsi ini tidak dap at memberi kan buk ti tentang adanya kelainan patologis maupun anatomis dari penderita. James Ja#k son, 1$$, kembal i men des kri psi kan peny aki t ini sebaga i alcoholic neuropath y , namun tanpa kelainan patolog is dan anatomis. %ada tahun 1&' , Landry , mempublik asikan artkelnya yang beru dul A note on acute ascending paralysis “ . rtikel ini ber#erita tentang seorang pasien yang telah meng alami parali sis akut selama lebih dari hari, sebelum akh irnya mening gal dun ia. %aralisis ini mel iputi kel ema han otot oto t proksimal, otot  pernapasan, kelemahan dan kehilangan refleks, dan takikardi. %aralisis ini dikenal dengan sebutan Landry’ s paralysis. *sler , 1'$, lebih terperin#i dengan apa yang disebut nya sebagai  Acute  Febrile Polyneuritis. %ada tahun 1'1+, Guillain, Barre, dan Strohl mempublikasikan penelitian mereka yang berudul “ On a syndrome of radiculoneuritis with hyperalbuminosis Guillane Barre Syndrome  4

Upload: neti-ardiani

Post on 13-Apr-2018

227 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

7/26/2019 paper isi

http://slidepdf.com/reader/full/paper-isi 1/33

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Guillain Barre syndrome (GBS) adalah suatu sindroma klinis dari

kelemahan akut ekstremitas tubuh, yang disebabkan oleh kelainan saraf tepi dan

 bukan oleh penyakit sistemis.

John Lettsom, 177 , merupakan orang pertama yang mengangkat masalah

neuropati perifer. !a mendeskripsikan penyakit ini sebagai akibat dari konsumsi

alkohol yang berlebihan. "eskripsi ini tidak dapat memberikan bukti tentang

adanya kelainan patologis maupun anatomis dari penderita.

James Ja#kson, 1$$, kembali mendeskripsikan penyakit ini sebagai

alcoholic neuropathy  , namun tanpa kelainan patologis dan anatomis.

%ada tahun 1&', Landry, mempublikasikan artkelnya yang berudul “ A

note on acute ascending paralysis “  . rtikel ini ber#erita tentang seorang pasien

yang telah mengalami paralisis akut selama lebih dari hari, sebelum akhirnya

meninggal dunia. %aralisis ini meliputi kelemahan otot otot proksimal, otot

 pernapasan, kelemahan dan kehilangan refleks, dan takikardi. %aralisis ini dikenal

dengan sebutan Landry’s paralysis.

*sler, 1'$, lebih terperin#i dengan apa yang disebutnya sebagai  Acute

 Febrile Polyneuritis.

%ada tahun 1'1+, Guillain, Barre, dan Strohl mempublikasikan penelitian

mereka yang berudul “ On a syndrome of radiculoneuritis with hyperalbuminosis

Guillane Barre Syndrome   4

7/26/2019 paper isi

http://slidepdf.com/reader/full/paper-isi 2/33

of cerebrospinal fluid without a cellular reaction : Remarks on the clinical 

characteristics and tracings of the tendons reflees “ ! etiga orang ini

menemukan kelainan patologis yaitu adanya disosiasi albuminositologi di dalam

#airan serebrospinal dan disertai dengan radikuloneuritis. Guillain tetap

 berpendapat bah-a apa yang mereka bertiga kemukakan sebenarnya adalah

 Landry’s paralysis  . ahun 1'$7, "raganes#u dan /laudian memberi nama

 penyakit ini sebagai "uillain # $arre %yndrome. Sebab mengapa Strohl tidak 

diikutsertakan sampai saat ini belum diketahui.

Guillane Barre Syndrome   5

7/26/2019 paper isi

http://slidepdf.com/reader/full/paper-isi 3/33

BAB 2

TINAUAN PUSTA!A

2.1 De"ini#i

Guillain Barre syndrome ( GBS ) adalah suatu kelainan sistem kekebalan

tubuh manusia yang menyerang bagian dari susunan saraf tepi dirinya sendiri

dengan karekterisasi berupa kelemahan atau arefleksia dari saraf motorik yang

sifatnya progresif. elainan ini kadang kadang uga menyerang saraf sensoris,

otonom, maupun susunan saraf pusat.

2.2 Etiologi

Guillain0Barre Syndrom (GBS) adalah inflamasi demielinisasi

 polineuropati akut yang di tandai oleh kelemahan motorik, paralisis, dan

hiporefleksia simetris, asendens dan progresif dengan atau tanpa disertai geala

sensorik atau otonom. elemahan dan paralisis yang teradi pada GBS disebabkan

karena hilangnya myelin, material yang membungkus saraf. ilangnya myelin ini

disebut demyelinisasi. "emyelinisasi menyebabkan penghantaran impuls oleh

saraf tersebut menadi lambat atau berhenti sama sekali. GBS menyebabkan

inflamasi dan destruksi dari myelin dan menyerang beberapa saraf. *leh karena

itu GBS disebut uga #ute !nflammatory "emyelinating %olyradi#uloneuropathy

(!"%).

Guillane Barre Syndrome   6

7/26/2019 paper isi

http://slidepdf.com/reader/full/paper-isi 4/33

Gambar 1.1 "emielinisasi saraf pada GBS

%enyebab teradinya inflamasi dan destruksi pada GBS sampai saat ini

 belum diketahui. da yang menyebutkan kerusakan tersebut disebabkan oleh

 penyakit autoimun.

%ada sebagian besar kasus, GBS didahului oleh infeksi yang disebabkan

oleh 2irus, yaitu 3pstein0Barr 2irus, #o4sa#kie2irus, influen5a2irus, e#ho2irus,

#ytomegalo2irus, hepatitis2irus, dan !6. Selain 2irus, penyakit ini uga didahului

oleh infeksi yang disebabkan oleh bakteri seperti /ampyloba#ter Jeuni pada

enteritis, y#oplasma pneumoniae, Spiro#haeta , Salmonella, Legionella dan ,

y#oba#terium uber#ulosa 8 2aksinasi seperti B/G, tetanus, 2ari#ella, dan

hepatitis B 8 penyakit sistemik seperti kanker, lymphoma, penyakit kolagen dan

sar#oidosis 8 kehamilan terutama pada trimester ketiga 8 pembedahan dan anestesi

epidural. !nfeksi 2irus ini biasanya teradi $ 9 : minggu sebelum timbul GBS.

Guillane Barre Syndrome   7

7/26/2019 paper isi

http://slidepdf.com/reader/full/paper-isi 5/33

2.$ Pato"i#iologi

!nfeksi baik yang disebabkan oleh bakteri maupun 2irus, dan antigen lain

memasuki sel S#h-ann dari saraf dan kemudian mereplikasi diri. ntigen tersebut

mengakti2asi sel limfosit . Sel limfosit ini mengakti2asi proses pematangan

limfosit B dan memproduksi autoantibodi spesifik. da beberapa teori mengenai

 pembentukan autoantibodi , yang pertama adalah 2irus dan bakteri mengubah

susunan sel sel saraf sehingga sistem imun tubuh mengenalinya sebagai benda

asing.

eori yang kedua mengatakan bah-a infeksi tersebut menyebabkan

kemampuan sistem imun untuk mengenali dirinya sendiri berkurang.

utoantibodi ini yang kemudian menyebabkan destruksi myelin, bahkan kadang 0

kadang uga dapat teradi destruksi pada a4on.

eori lain mengatakan bah-a respon imun yang menyerang myelin

disebabkan oleh karena antigen yang ada memiliki sifat yang sama dengan

myelin. al ini menyebabkan teradinya respon imun terhadap myelin yang di

in2asi oleh antigen tersebut.

"estruksi pada myelin tersebut menyebabkan sel sel saraf tidak dapat

mengirimkan signal se#ara efisien, sehingga otot kehilangan kemampuannya

untuk merespon perintah dari otak dan otak menerima lebih sedikit impuls

sensoris dari seluruh bagian tubuh.

Guillane Barre Syndrome   8

7/26/2019 paper isi

http://slidepdf.com/reader/full/paper-isi 6/33

Gambar 1.$ %atofisiologi %asien GBS

2.% E&idemiologi

Guillain Barre syndrome adalah salah satu enis dari kelumpuhan susunan

saraf tepi. %enyakit0penyakit pada susunan saraf tepi dapat berupa ;

• Sumsum tulang belakang

 – %olio

 – ielitis trans2ersa

 – rauma

• kar saraf tepi

 – Guillain Barre

• Saraf tepi

 –  <euritis infeksi= kurang gi5i

 – rauma

Guillane Barre Syndrome   9

7/26/2019 paper isi

http://slidepdf.com/reader/full/paper-isi 7/33

• Sambungan saraf0otot

 – iastenia Gra2is

• *tot

 – iositis akut 2irus

 – "istrofi dll.

GBS merupakan penyakit yang bertempat di akar saraf tepi. "i merika

Serikat, insiden teradinya GBS berkisar antara >,: 9 $,> per 1>>.>>> penduduk.

GBS merupakan a non sesasonal disesae dimana resiko teradinya adalah

sama di seluruh dunia pada pada semua iklim. %erke#ualiannya adalah di /ina ,

dimana predileksi GBS berhubungan dengan /ampyloba#ter euni, #enderung

teradi pada musim panas.

GBS dapat teradi pada semua orang tanpa membedakan usia maupun ras.

!nsiden keadian di seluruh dunia berkisar antara >,+ 9 1,' per 1>>.>>> penduduk.

!nsiden ini meningkat sealan dengan bertambahnya usia. GBS merupakan

 penyebab paralisa akut yang tersering di negara barat.

ngka kematian berkisar antara & 9 1> ?. %enyebab kematian tersering

adalah gagal antung dan gagal napas. esembuhan total teradi pada @ $> ?

 penderita GBS. ntara & 9 1> ? sembuh dengan #a#at yang permanen.

Guillane Barre Syndrome   1

0

7/26/2019 paper isi

http://slidepdf.com/reader/full/paper-isi 8/33

2.' !la#i"ika#i

Guillain Barre syndrome dapat dibagi menadi & tipe, yaitu ;

1. Acute &otor'%ensory Aonal (europathy (S<)

$. Acute &otor'Aonal (europathy (<)

A. &iller Fisher %yndrome 

:. )hronic *nflammatory +emyelinati,e Polyneuropathy (/!"%)

&. Acute pandysautonomia 

2.( Ge)ala !lini#

GBS merupakan penyebab paralisa akut yang dimulai dengan rasa baal,

 parestesia pada bagian distal dan diikuti se#ara #epat oleh paralisa ke empat

ekstremitas yang bersifat asendens. %arestesia ini biasanya bersifat bilateral.

efelks fisiologis akan menurun dan kemudian menghilang sama sekali.

erusakan saraf motorik biasanya dimulai dari ekstremitas ba-ah dan

menyebar se#ara progresif dalam hitungan am, hari maupun minggu, ke

ekstremitas atas, tubuh dan saraf pusat. erusakan saraf motoris ini ber2ariasi

mulai dari kelemahan sampai pada yang menimbulkan Cuadriplegia fla#id.

eterlibatan saraf pusat , mun#ul pada &> ? kasus, biasanya berupa  facial 

diplegia. elemahan otot pernapasan dapat timbul se#ara signifikan dan bahkan

$> ? pasien memerlukan bantuan 2entilator dalam bernafas. nak0anak biasanya

menadi mudah terangsang dan progersi2itas kelemahan dimulai dari menolak 

untuk beralan, tidak mampu untuk beralan, dan akhirnya menadi tetraplegia.

erusakan saraf sensoris yang teradi kurang signifikan dibandingkan

dengan kelemahan pada otot. Saraf yang diserang biasanya proprioseptif dan

Guillane Barre Syndrome   1

1

7/26/2019 paper isi

http://slidepdf.com/reader/full/paper-isi 9/33

sensasi getar. Geala yang dirasakan penderita biasanya berupa parestesia dan

disestesia pada e4tremitas distal.  asa sakit dan kram uga dapat menyertai

kelemahan otot yang teradi. terutama pada anak anak. asa sakit ini biasanya

merupakan manifestasi a-al pada lebih dari &>? anak anak yang dapat

menyebabkan kesalahan dalam mendiagnosis.

elainan saraf otonom tidak arang teradi dan dapat menimbulkan

kematian. elainan ini dapat menimbulkan takikardi, hipotensi atau hipertensi,

aritmia bahkan cardiac arrest  ,  facial flushing , sfin#ter yang tidak terkontrol, dan

kelainan dalam berkeringat. ipertensi teradi pada 1> 9 A> ? pasien sedangkan

aritmia teradi pada A> ? dari pasien.

erusakan pada susunan saraf pusat dapat menimbulkan geala berupa

disfagia, kesulitan dalam berbi#ara, dan yang paling sering ( &>? ) adalah

bilateral facial palsy! 

Geala geala tambahan yang biasanya menyertai GBS adalah kesulitan

untuk mulai B, inkontinensia urin dan al2i, konstipasi, kesulitan menelan dan

 bernapas, perasaan tidak dapat menarik napas dalam, dan penglihatan kabur 

-blurred ,isions.!

2.* Pemerik#aan +i#ik 

%ada pemeriksaan neurologis ditemukan adanya kelemahan otot yang

 bersifat difus dan paralisis.  efleks tendon akan menurun atau bahkan

menghilang. Batuk yang lemah dan aspirasi mengindikasikan adanya kelemahan

 pada otot otot inter#ostal. anda rangsang meningeal seperti perasat kernig dan

Guillane Barre Syndrome   1

2

7/26/2019 paper isi

http://slidepdf.com/reader/full/paper-isi 10/33

kaku kuduk mungkin ditemukan. efleks patologis seperti refleks Babinsky tidak 

ditemukan.

2., Pemerik#aan Penun)ang

%ada pemeriksaan #airan #erebrospinal didapatkan adanya kenaikan kadar 

 protein ( 1 9 1,& g = dl ) tanpa diikuti kenaikan umlah sel. eadaan ini oloeh

Guillain, 1'+1, disebut sebagai disosiasi albumin sitologis.   %emeriksaan #airan

#erebrospinal pada : am pertama penyakit tidak memberikan hasil apapun uga.

enaikan kadar protein biasanya teradi pada minggu pertama atau kedua.

ebanyakan pemeriksaan L/S pada pasien akan menunukkan umlah sel yang

kurang dari 1> = mmA  pada kultur L/S tidak ditemukan adanya 2irus ataupun

 bakteri.

Gambaran elektromiografi pada a-al penyakit masih dalam batas normal,

kelumpuhan teradi pada minggu pertama dan pun#aknya pada akhir minggu

kedua dan pada akhir minggu ke tiga mulai menunukkan adanya perbaikan.

%ada pemeriksaan 3G minggu pertama dapat dilihat adanya

keterlambatan atau bahkan blok dalam penghantaran impuls , gelombang D yang

memanang dan latensi distal yang memanang. Bila pemeriksaan dilakukan pada

minggu ke $, akan terlihat adanya penurunan potensial aksi (/%) dari

 beberapa otot, dan menurunnya ke#epatan konduksi saraf motorik.

%emeriksaan ! akan memberikan hasil yang bermakna ika dilakukan

kira kira pada hari ke 1A setelah timbulnya geala. ! akan memperlihatkan

gambaran #auda eCuina yang bertambah besar. al ini dapat terlihat pada '&?

kasus GBS.

Guillane Barre Syndrome   1

3

7/26/2019 paper isi

http://slidepdf.com/reader/full/paper-isi 11/33

Biopsi otot tidak diperlukan dan biasanya normal pada stadium a-al. %ada

stadium lanut terlihat adanya dener,ation atrophy.

!riteria diagno#tik GBS menurut The National Institute of Neurological and 

Communicative Disorders and Stroke ( NINCDS)

Geala utama

1. elemahan yang bersifat progresif pada satu atau lebih ekstremitas dengan

atau tanpa disertai ata4ia

$. refleksia atau hiporefleksia yang bersifat general

Geala tambahan

1. %rogresi2itas dalam -aktu sekitar : minggu

$. Biasanya simetris

A. danya geala sensoris yang ringan

:. erkenanya SS%, biasanya berupa kelemahan saraf fa#ialis bilateral

&. "isfungsi saraf otonom

+. idak disertai demam

7. %enyembuhan dimulai antara minggu ke $ sampai ke :

%emeriksaan L/S

1. %eningkatan protein

$. Sel < E 1> =ul

Guillane Barre Syndrome   1

4

7/26/2019 paper isi

http://slidepdf.com/reader/full/paper-isi 12/33

%emeriksaan elektrodiagnostik 

erlihat adanya perlambatan atau blok pada konduksi impuls saraf 

Geala yang menyingkirkan diagnosis

1. elemahan yang sifatnya asimetri

$. "isfungsi 2esi#a urinaria yang sifatnya persisten

A. Sel %< atau < di dalam L/S F &>=ul

:. Geala sensoris yang nyata

Selain kriteria yang meyakinkan akan diagnosis GBS, terdapat uga #iri0

#iri yang membuat diagnosis meragukan yaitu ;

• elemahan yang tetap asimetrik

• etap adanya gangguan miksi dan defekasi

• danya gangguan miksi dan defekasi seak a-al

• Jumlah sel dalam #airan serebrospinal F &>=mmA 

• danya sel %< dalam #airan serebrospinal

• danya batas gangguan sensibilitas yang elas

Sementara itu, tanda0tanda yang menentang diagnosis GBS adalah ;

• danya anamnesis penggunaan senya-a he4a#arbon, misalnya glue

sniffing

• danya metabolisme porphyrin abnormal seperti a#ute intermittent

 porphyria

• i-ayat diphteri yang baru, dengan ataupun tanpa myo#arditis

Guillane Barre Syndrome   1

5

7/26/2019 paper isi

http://slidepdf.com/reader/full/paper-isi 13/33

• anda0tanda kera#unan timah, ditandai dengan adanya kelemahan ekstremitas

atas dengan -rist drop

• anya didapat gangguan sensorik saa

• danya kepastian diagnosis lain seperti poliomielitis, botulime, polineuropati

toksik 

2.- Diagno#i# Banding

GBS harus dibedakan dengan beberapa kelainan susunan saraf pusat

seperti myelopathy, dan poliomyelitis. %ada myelopathy ditemukan adanya spinal 

cord syndrome  dan pada poliomyelitis kelumpuhan yang teradi biasanya

asimetris, dan disertai demam.

GBS uga harus dibedakan dengan neuropati akut lainnya seperti

 porphyria, diphteria, dan neuropati to4i# yang disebabkan karena kera#unan

thallium, arsen, dan plumbum.

elainan neuromuscular /unction seperti botulism dan myasthenia gra2is

 uga harus dibedakan dengan GBS. %ada botulism terdapat keterlibatan otot otot

e4trao##ular dan teradi konstipasi. Sedangkan pada myasthenia gra2is teradi

ophtalmoplegia.

yositis uga memberikan geala yang mirip dengan GBS, namun

kelumpuhan yang teradi sifatnya paro4ismal. %emeriksaan /% menunukkan

 peningkatan sedangkan L/S normal.

Guillane Barre Syndrome   1

6

7/26/2019 paper isi

http://slidepdf.com/reader/full/paper-isi 14/33

2.1 Penatalak#anaan

%ada prinsipnya, pasien GBS dilakukan & hal di ba-ah ini, yaitu ;

• %emasukan ke !/H ; B /

• %lasma e4#hange therapy

• !6!g

• ortikosteroid

• Disioterapi

%asien pada stadium a-al perlu dira-at di rumah sakit untuk terus

dilakukan obser2asi tanda tanda 2ital. 6entilator harus disiapkan disamping pasien

sebab paralisa yang teradi dapat mengenai otot otot pernapasan dalam -aktu $:

 am. etidakstabilan tekanan darah uga mungkin teradi. *bat obat anti hipertensi

dan 2asoakti2e uga harus disiapkan.

%asien dengan progresi2itas yang lambat dapat hanya diobser2asi tanpa

diberikan medikamentosa.

%asien dengan progresi2itas #epat dapat diberikan obat obatan berupa

steroid.  <amun ada pihak yang mengatakan bah-a pemberian steroid ini tidak 

memberikan hasil apapun uga. Steroid tidak dapat memperpendek lamanya

 penyakit, mengurangi paralisa yang teradi maupun memper#epat penyembuhan.

 Plasma echange therapy  (%3) telah dibuktikan dapat memperpendek 

lamanya paralisa dan meper#epat teradinya penyembuhan. Iaktu yang paling

efektif untuk melakukan %3 adalah dalam $ minggu setelah mun#ulnya geala.

egimen standard terdiri dari & sesi ( :> 9 &> ml = kg BB) dengan saline dan

albumine sebagai penggantinya. %erdarahan aktif, ketidakstabilan hemodinamik 

 berat dan septikemia adalah kontraindikasi dari %3.

Guillane Barre Syndrome   1

7

7/26/2019 paper isi

http://slidepdf.com/reader/full/paper-isi 15/33

Gambar 1.A %lasma 34#hange herapy

 *ntra,enous inffusion of human *mmunoglobulin  ( !6!g ) dapat

menetralisasi autoantibodi patologis yang ada atau menekan produksi auto

antibodi tersebut. !6!g uga dapat memper#epat katabolisme !gG, yang kemudian

menetralisir antigen dari 2irus atau bakteri sehingga #ells patologis tidak 

terbentuk. %emberian !6!g ini dilakukan dalam $ minggu setelah geala mun#ul

dengan dosis >,: g = kg BB = hari selama & hari. %emberian %3 dikombinasikan

dengan !6!g tidak memberikan hasil yang lebih baik dibandingkan dengan hanya

memberikan %3 atau !6!g.

Guillane Barre Syndrome   1

8

7/26/2019 paper isi

http://slidepdf.com/reader/full/paper-isi 16/33

Gambar 1.: Sistem !munitas

eparin dosis rendah dapat diberikan untuk men#egah teradinya

trombosis. Disioterapi uga dapat dilakukan untuk meningkatkan kekuatan dan

fleksibilitas otot setelah paralisa.

Pro/lem +i#iotera&i

Berdasarkan penabaran di atas dapatlah disebutkan ada : problem dasar 

dari sisi pandang fisioterapi, yaitu problem muskuloskeletal, kardiopulmonari,

otonomik dan sensorik. "alam bab ini akan dibahas se#ara mendetail masing0

masing problem.

Guillane Barre Syndrome   1

9

7/26/2019 paper isi

http://slidepdf.com/reader/full/paper-isi 17/33

uskuloskeletal

Gangguan muskuloskeletal yang menonol adalah berkurangnya kekuatan

otot. Seperti disebutkan di atas, kelemahan otot disebabkan oleh terhambatnya

atau terhentinya konduksi saraf dari spinal #ord ke neuromus#ulo un#tion, yang

satuannya disebut motor unit. Satu motor unit adalah beberapa serat otot yang

mendapatkan iner2asi oleh satu motor neuron. Saraf yang menginer2asi motor 

neuron berasal dari akar saraf tulang belakang. Satu akar saraf bisa menginer2asi

ribuan motor neuron. Sebaliknya satu otot mungkin disarafi oleh beberapa motor 

neuron yang berasal dari beberapa akar saraf tulang belakang. Jadi bila ada satu

akar saraf mengalami gangguan, maka sebagian serabut otot tidak mendapatkan

iner2asi8 sedangkan serabut otot yang mendapat inner2asi dari akar saraf lain

masih mendapatkan konduksi saraf.

elumpuhan (plegia) teradi akibat banyaknya motor unit, atau semua,

dalam satu otot yang tidak terkonduksi, sehingga otot tersebut tidak bisa

dikontraksikan. Sedangkan kelemahan (parese) teradi akibat hanya sebagian

motor unit dalam satu otot yang masih terkonduksi saraf, sehingga masih mampu

untuk mengkontraksikan otot tersebut. *leh karena hanya sebagian serabut otot

yang teriner2asi yang bekera untuk menggerakkan satu otot, penderita GBS lebih

#epat lelah.

Selanutnya bila otot tidak bisa berkontraksi berarti bagian badan tersebut

tidak bergerak. Bila hal ini teradi dalam kurun -aktu lama, yang akan teradi

 bukan hanya kekuatan otot yang terganggu, tetapi uga akan teradi pemendekan

otot, dan keterbatasan luas gerak sendi (LGS). Jadi akibat berkurangnya konduksi

Guillane Barre Syndrome   2

0

7/26/2019 paper isi

http://slidepdf.com/reader/full/paper-isi 18/33

saraf, akan mengurangi umlah motor unit yang bekera, bahkan mungkin tidak 

ada sama sekali, sehingga kelemahan otot atau lumpuh sama sekali, dan akan

teradi pemendekan otot, dan pada akhirnya keterbatasan LGS.

ardiopulmoner 

al yang sama uga teradi bila proses kerusakan selaput myelin teradi

 pada tingkat akar saraf thora#al, karena akan teradi kelemahan otot0otot

 pernafasan, yakni otot inter#ostal. Bahkan bila menyerang tingkat #er2i#al,

diafragma mengalami gangguan uga. kibatnya bahkan semakin rumit. *leh

karena otot0otot inter#ostal, mungkin uga diafragma, berkurang kekuatannya,

maka ekspansi dada berkurang.

al ini berakibat berkurangnya kapasitas 2ital paru, sehingga fungsi

2entilasi uga menurun. kibat kapasitas 2ital menurun, kemampuan batuk pun

menurun. Sehingga kemampuan untuk membersihkan saluran pernafasan menadi

 berkurang.

eadaan ini diperburuk oleh kenyataan bah-a penderita yang mengalami

kelemahan otot paru hanya mampu berbaring. "alam posisi berbaring, kapasitas

 paru semakin berkurang karena pengaruh gra2itasi terhadap posisi paru. kibat

gra2itasi uga, otot0otot pernafasan yang sudah lemah tersebut, semakin berat

melakukan ekspansi paru. Berkurangnya daya ekspansi paru berakibat teradinya

atelektasis, sehingga fungsi 2entilasi paru berkurang.

esiko infeksi paru tinggi bila teradi gangguan menelan, akibat

terserangnya #ranial ner2es yang bersangkutan. arena gangguan menelan

tersebut, makanan bisa masuk ke saluran pernafasan, yang akan menadi sumber 

Guillane Barre Syndrome   2

1

7/26/2019 paper isi

http://slidepdf.com/reader/full/paper-isi 19/33

 penyebab infeksi paru. eradinya infeksi paru akan meningkatkan kebutuhan

2entilasi. Sebaliknya infeksi paru uga menurunkan kemampuan pertukaran gas di

 paru. Sehingga perbedaan kebutuhan 2entilasi dan kemampuan 2entilasi paru akan

sangat besar, yang akan memperburuk kondisi pasien.

Sistem Saraf *tonomik 

Selain gangguan kardiopulmonari, bila kerusakan selaput myelin men#apai

tulang belakang tingkat thora#al, maka akan teradi uga gangguan saraf otonomik 

simpatik. Bila gangguan selaput myelin men#apai saraf 2agus (salah satu cranial 

ner,es) akan teradi gangguan parasimpatik. *leh karena saraf0saraf tepi

otonomik berakar dari akar saraf yang keluar dari antara tulang belakang thora#al

dan saraf 2agus. Gangguan yang biasanya tampak adalah naik turunnya tekanan

darah, keringat yang berlebihan, ataupun postural hipotensi.

e#uali gangguan tekanan darah yang naik turun se#ara tiba0tiba, dan

menelan, gangguan0gangguan tersebut tidak akan banyak mempengaruhi program

fisioterapi. etapi dalam memberikan pengobatan fisioterapi hendaknya selalu

menga-asi tanda0tanda tersebut, terutama bila hendak memberikan perubahan

 posisi yang berarti atau mobilisasi.

Sensasi

Geala lain yang dirasakan penderita GBS adalah gangguan rasa (sensasi).

Gangguan rasa yang dirasakan adalah kesemutan, tebal, rasa terbakar, ataupun

nyeri (Drederi#ks et all 1''+). %ola penyebarannya tidak teratur dan tidak simetris,

 bisa berubah setiap saat. eskipun gangguan tersebut tidak berbahaya, tetapi

Guillane Barre Syndrome   2

2

7/26/2019 paper isi

http://slidepdf.com/reader/full/paper-isi 20/33

gangguan rasa tersebut menimbulkan rasa tidak nyaman. asa nyeri kadangkala

 uga teradi akibat sebuah sendi tidak digerakkan dalam -aktu tertentu. Jadi

kadangkala nyeri murni disebabkan oleh gangguan sensasi, tetapi kadangkala uga

disebabkan oleh kombinnasi gangguann sensasi dan sendi yang sudah lama tidak 

digerakkan.

Selain gangguan rasa yang berakibat tidak nyaman, gangguan sensasi uga

 bisa menyebabkan komplikasi. isalnya gangguan rasa tebal, disertai kelemahan

otot, bisa menyebabkan dekubitus. *leh karenanya perlu dipikirkan untuk 

 pen#egahannya.

Penatalak#anaan +i#iotera&i

%enatalaksanaan fisioterapi pada penderita GBS harus dimulai seak a-al,

yaitu seak kondisi pasien stabil. *leh karena peralananan penyakit GBS yang

unik, ada dua fase yang perlu diperhatikan dalam memberikan fisioterapi. ang

 pertama adalah fase ketika geala masih terus berlanut hingga berhenti sebelum

kondisi pasien terlihat membaik. %ada fase tersebut yang diperlukan adalah

mempertahankan kondisi pasien, meskipun kondisi pasien akan terus menurun.

Guillane Barre Syndrome   2

3

7/26/2019 paper isi

http://slidepdf.com/reader/full/paper-isi 21/33

Gambar 1.& %elaksanaan Disioterapi pada GBS

Sedangkan yang kedua adalah pada fase penyembuhan, ketika kondisi

 pasien membaik. %ada fase ini pengobatan fisioterapi dituukan pada penguatan

dan pengoptimalan kondisi pasien. %ada fase pertama penekanan pada semua

 problem menadi sangat penting. Sedangkan pada fase kedua hanya problem

muskuloskeletal dan kardiopulmari yang menadi penekanan. Se#ara keseluruhan

 penatalaksanaan fisioterapi dituukan pada pengoptimalan kemampuan fungsional.

eskipun ada : komponen problem dari sudut fisioterapi,

 penatalaksanaannya tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lain. *leh karenanya

Guillane Barre Syndrome   2

4

7/26/2019 paper isi

http://slidepdf.com/reader/full/paper-isi 22/33

sulit memisahkan satu masalah dengan masalah yang lain. %enulis berusaha

memisahkan penatalaksanaan fisioterapi berdasarkan tiap problem, sesuai dengan

 penguraian problem di atas supaya lebih detail. etapi pada prakteknya,

 pemberian fisioterapi tidak dapat dipisahkan satu dari yang lain.

%enatalaksanaan Disioterapi pada %roblem uskuloskeletal

Seperti telah disebutkan di atas, masalah muskuloskeletal adalah penting

 baik pada fase pertama maupun kedua oleh karena bukan hanya motorik adalah

masalah utama penderita GBS, tetapi uga skeletal sebagai akibat dari gangguan

motorik. %ada fase pertama yang perlu diberikan adalah mempertahankan

kekuatan otot, panang otot, luas gerak sendi (LGS), tanpa melupakan bah-a

kondisi pasien masih akan terus memburuk dalam -aktu maksimal $ minggu.

Bila panang otot dan LGS terus teraga pada fase pertama, fisioterapi pada

fase kedua ditekankan peningkatan kekuatan otot, dengan tetap memperhitungkan

 umlah motor unit yang kembali bekera.

%enatalaksanaan pada masalah kekuatan otot

%ada fase pertama, program a-al yang bisa diberikan adalah latihan aktif,

 bila memungkinkan. Bila penderita tidak mampu menggerakkan sendiri anggota

 badannya, sebaiknya bantuan diberikan (Kaktif asistif). Bila kemudian kondisi

kelemahan otot sangat menonol, latihan pasif harus diberikan8 artinya fisioterapis

yang menggerakkan angota badan penderita. *leh karena dalam fase ini, kondisi

 penderita akan menurun, maka biasanya bantuan yang diberikan fisioterapis

kepada pasien semakin banyak dari -aktu ke -aktu.

Guillane Barre Syndrome   2

5

7/26/2019 paper isi

http://slidepdf.com/reader/full/paper-isi 23/33

Sebaiknya seorang fisioterapis mempunyai sistematis dalam

menggerakkan anggota tubuh pasien, sehingga tidak ada bagian yang terle-ati.

Selain itu fisioterapis uga akan bisa sekaligus mengamati perkembangan motorik 

 pasien bila dilakukan se#ara sistematis. "ianurkan menggerakkan anggota tubuh

dari ba-ah, sehingga akan diakhiri dengan bagian tubuh yang terkuat. Se#ara

 psikis hal ini uga akan sangat membantu moti2asi pasien. Selain menggerakkan

 bagian tubuh se#ara sistematis, uga sebaiknya arah gerakan tiap sendi dibuat

se#ara sistematis, sehingga tidak ada gerakan otot yang tertinggal.

"alam menggerakkan anggota badan, sebaiknya fisioterapis mengamati

tingkat toleransi pasien terhadap latihan. Jangan sampai pasien dibiarkan terlalu

lelah atau memaksa menggerakkan anggota tubuh, karena akan merusak motor 

unit. Berikan kesadaran kepada pasien bah-a pada -aktunya ototnya akan

kembali bergerak, asalkan dilakukan gerakan se#ara rutin. Bagi pasien GBS,

frekuensi latihan seharusnya tidak terlalu tinggi dalam satu sesi, untuk men#egah

kelelahan, mengingat umlah motor unit yang bekera hanya terbatas. !ntensitas

latihan dalam sehari bisa ditingkatkan dengan melakukan lebih banyak sesi dalam

sehari.

%enatalaksanaan pada fase kedua tidak auh berbeda dengan fase

sebelumnya. Sasaran utama pada fase ini adalah peningkatan kekuatan otot.

eskipun demikian latihan yang diberikan masih harus tidak boleh terlalu berat,

karena umlah motor unit yang aktif terbatas. %rogram latihan aktif seharusnya

ditingkatkan bila penderita sudah mampu melakukan latihan aktif dan memenuhi

LGS normal tanpa kesulitan. Latihan kemudian meningkat menadi aktif resistif,

artinya menggunakan beban unntuk meningkatkan kekuatan otot.

Guillane Barre Syndrome   2

6

7/26/2019 paper isi

http://slidepdf.com/reader/full/paper-isi 24/33

Jenis latihan bisa ber2ariasi, bisa menggunakan beban manual, artinya

fisioterapis memberikan beban se#ara manual, hingga latihan dengan alat, seperti

misalnya Cuadri#ep ben#h. "alam memberikan program latihan, hendaknya selalu

diingat bah-a tuuan akhir program fisioterapi adalah memaksimalkan

kemampuan fungsional. Jadi dalam meningkatkan kekuatan otot, perlu diingat

otot0otot mana saa yang diperlukan dalam berakti2itas, atau mensiasati bila ada

keterbatasan.

Hntuk mengukur perubahan kondisi pasien, bisa digunakan pengukuran

kekuatan otot (0 manual mus#les testing). entu saa pada fase pertama

kekuatan pasien tidak akan mengalami kenaikan, sesuai dengan peralanan

 penyakit. etapi pengukuran kekuatan terakhir pasien, saat kekuatan biasanya

 berhenti sebelum kemudian membaik, bisa diadikan titik balik pengukuran pada

tahap berikutnya. Sebaiknya pengukuran dilakukan se#ara berkala, misalnya tiap

minggu, atau tiap A hari. "engan demikian fisioterapis maupun penderita bisa

melihat perkembangan yang teradi, yang mungkin uga akan menadi moti2asi

keduanya.

%enatalaksanaan pada Luas Gerak Sendi (LGS)

Bersamaan dengan digerakkannya otot anggota tubuh penderita, bisa

dikatakan semua sendi sudah digerakkan. anya perlu diingat bah-a pada fase

 pertama, otot penderita GBS biasanya tidak mampu menggerakkan LGS se#ara

 penuh. *leh karenanya fisioterapis perlu membantu penderita untuk 

menggerakkan sendi sesuai dengan luas gerak sendi yang normal, minimal yang

fungsional.

Guillane Barre Syndrome   2

7

7/26/2019 paper isi

http://slidepdf.com/reader/full/paper-isi 25/33

Sama seperti memberikan latihan untuk otot, menggerakkan sendi

sebaiknya uga dilakukan se#ara sistematis supaya tidak ada yang tertinggal.

Sesudah gerakan aktif setiap sendi oleh penderita, sebaiknya ditambahkan $

sampai A kali gerakan sendi oleh fisioterapis dalam LGS maksimal untuk 

mempertahankan LGS. Berbeda dengan program untuk kekuatan otot, untuk 

mempertahankan sendi sama pada fase pertama dan kedua.

Hkuran yang dipergunakan untuk mengukur luas gerak sendi adalah

 pengukuran sudut setiap sendi. lat yang digunakan adalah goniometer.

%engukurannya dilakukan dengan satuan deraat. "alam satu institusi biasanya

disepakati sistem apa yang digunakan, posisi penderita dan posisi goniometer 

 pada setiap sudut pengukuran. Seharusnya tidak akan ada perubahan LGS dari

-aktu ke -aktu, agar pada akhirnya penderita masih mempunyai kemampuan

fungsional yang maksimal.

%enatalaksanaan pada %anang *tot

%ada saat melakukan latihan untuk mempertahankan LGS, sebagian besar 

otot uga terpelihara panangnya. e#uali beberapa otot yang panangnya

mele-ati dua sendi. Hntuk otot0otot tersebut, perlu gerakan khusus untuk 

mempertahankan panangnya. *tot0otot seperti Cuadri#ep, iliotibial band, sartorius

adalah #ontoh otot yang mele-ati dua sendi. *tot0otot tersebut penting dalam

kegiatan sehari0hari, misalnya duduk, bersila atau bersimpuh. Sehingga bila

 panang ototnya tidak terpelihara, maka akan berpengaruh pada akti2itas penderita

 bila sembuh nanti.

gak sulit membuat pengukuran panang otot, oleh karena panang otot

tiap indi2idu akan berbeda tergantung pada akti2itas dan keturunan. arenanya

Guillane Barre Syndrome   2

8

7/26/2019 paper isi

http://slidepdf.com/reader/full/paper-isi 26/33

untuk mengetahui panang otot yang normal, se#ara nalar, berarti fisioterapis

harus tahu penderita sebelum menderita GBS. enyataannya hal itu tidak 

mungkin teradi. Sehingga salah satu #ara untuk mengetahui panang otot adalah

menanyakan akti2itas penderita, apakah penderita biasa bersila, duduk sambil

menumpangkan kaki atau bersimpuh.

"engan demikian bisa diukur apakah panang otot yang bersangkutan

#ukup untuk kembali melakukan kembali akti2itasnya. /ara lain yang bisa

digunakan adalah membandingkan otot sebelah kiri dan kanan, karena biasanya

keduanya mempunyai panang otot yang sama. %en#atatannya baru dilakukan bila

ada keterbatasan panang otot.

%enatalaksanaan pada %roblem ardiopulmonari

asalah kardiopulmonari lebih menonol pada fase pertama. %ada kasus

GBS yang berat, teradi kelemahan otot0otot inter#ostal disebabkan karena

 berkurangnya umlah motor unit yang terkonduksi. kibatnya tidak dapat

melakukan inspirasi se#ara penuh, sehingga kapasitas 2ital menadi berkurang.

Seperti yang telah disebutkan di atas, menurunnya kemampuan batuk, akan

menurunkan kemampuan untuk membersihkan saluran pernafasan. Sehingga

saluran pernafasan semakin menyempit, dan ekspansi paru menadi berkurang

 uga. Sehingga pada akhirnya kembali teradi penurunan kapasitas 2ital.

%enatalaksanaan pada emampuan 3kspansi "ada

Guillane Barre Syndrome   2

9

7/26/2019 paper isi

http://slidepdf.com/reader/full/paper-isi 27/33

Berbeda dengan masalah muskuloskeletal yang lain, latihan pasif tidak 

 bisa dilakukan dengan mudah. Latihan pasif hanya bisa dilakukan dengan bantuan

2entilator atau manual hyperinflation. "engan terpenuhinya 2olume sesuai dengan

kapasitas 2ital, maka pertukaran gas dalam al2eoli menadi meningkat dan mampu

memenuhi kebutuhan 2entilasi. Selain itu uga memelihara kelenturan aringan0

 aringan lunak disekitarnya, sehingga LGS persendian disekitar tulang rusuk 

terpelihara.

"engan demikian bila kekuatan otot interkostal sudah kembali membaik,

rongga dada sudah siap kembali mengembang.Bila otot inter#ostal dan diafragma

sudah menigkat, maka latihan penguatan harus segera diberikan. *leh karena

tekanan positif yang diberikan le-at 2entilator dan manual hyperinflation bisa

memberikan efek samping, seperti barotrauma. aka latihan aktif harus segera

diberikan. %emberian latihan masih harus memperhatikan aturan rendah frekuensi

dalam satu sesi dan banyak sesi dalam sehari. !ni berarti harus diberikan

kesempatan istirahat #ukup bagi penderita diantara sesi latihan, untuk 

menghindari kelelahan.

%enatalaksaaan pada %embersihan Saluran %ernafasan

"alam keadaan normal, setiap hari dihasilkan sekitar 1>> ml sekresi

saluran pernafasan dalam sehari. %embersihan dilakukan sebagai bagian dari

sistem pertahanan, yakni didorong oleh #ilia yang kemudian tertelan. Bila sekresi

yang dihasilkan lebih dari normal, atau ada kegagalan kera #ilia, maka diperlukan

mekanisme batuk untuk mengeluarkannya dari saluran pernfasan. gar bisa

meletupkan batuk yang kuat, seseorang harus bisa menghirup #ukup 2olume

udara.

Guillane Barre Syndrome   3

0

7/26/2019 paper isi

http://slidepdf.com/reader/full/paper-isi 28/33

Sehingga seorang penderita GBS dengan kelemahan otot pernafasan yang

menonol tidak mampu melakukan batuk yang kuat untuk mengeluarkan sekresi.

Bila sekresi dibiarkan menumpuk, maka diameter saluran pernafasan akan

menyempit. !ni berarti 2olume udara yang bisa masuk ke paru berkurang,

sehingga kemampuan 2entilasi menadi berkurang.

%ada fase a-al, pada penderita GBS dengan kelemahan otot pernafasan

yang menonol, pembersihan saluran pernafasan bisa dilakukan dengan bantuan

2entilator atau manual hyperinflation. "engan teknik tertentu, maka panang

ekspirasi bisa diperpendek, sehingga ke#epatan udara yang keluar pada -aktu

ekspirasi bisa meningkat. "engan demikian sekresi saluran pernafasan bisa

dikeluarkan. Selain menggunakan bantuan 2entilator dan manual hyperinflation,

 bisa dilakukan postural drainage untuk membantu memindahkan sekresi dari

saluran pernafasan yang distal ke yang lebih proksimal. Hntuk membersihkan

sekresi dari saluran pernafasan, penderita harus mampu batuk, atau bila tidak 

harus dilakukan su#tion.

Selama melakukan postural drainage, haruslah di-aspadai tanda0tanda

gangguan otonomik, seperti ke#epatan nafas permenit, nadi permenit, atau saturasi

 penderita agar selalu dalam batas normal. Jelaslah bah-a melatih batuk seak dini

sangatlah diperlukan untuk meningkatkan kemampuan pembersihan saluran

 pernafasan. al ini biasanya bisa terlaksana pada fase ke0dua, ketika otot0otot

 pernafasan mulai menguat. tau pada fase pertama bila kelemahan otot0otot

 pernafasan masih mampu menghasilkan batuk, sehingga latihan batuk berguna

untuk mempertahankan kekuatan otot.

%enatalaksanaan pada Gangguan enelan

Guillane Barre Syndrome   3

1

7/26/2019 paper isi

http://slidepdf.com/reader/full/paper-isi 29/33

Jika teradi uga gangguan menelan, maka resiko infeksi dada semakin

tinggi. *leh karena kemungkinan masuknya benda asing ke saluran pernafasan

menadi lebih besar. Benda tersebut kemudian akan menadi sumber infeksi dada.

"alam hal ini ada dua masalah dalam sistem respiratori, yakni benda itu sediri,

dan sekresi yang berlebihan akibat adanya benda asing yang masuk ke saluran

 pernafasan. Bila kemampuan pasien untuk batuk kuat, maka pasien mampu

mengeluarkan benda asing dari saluran pernafasan dan membersihkan sekresi.

Sayangnya, biasanya gangguan menelan disertai kelemahan otot pernafasan,

sehingga penderita tidak mampu batuk.

 <amun penderita dengan gangguan menelan biasanya menerima makanan

melalui slang yang langsung masuk ke lambung, sehingga tidak perlu

dika-atirkan akan masuk ke saluran pernafasan. %ada fase pertama tidak banyak 

fisioterapi yang bisa dilakukan. etapi pada fase ke dua program fisioterapi yang

 bisa diberikan adalah segera memberikan latihan batuk, bila otot0otot pernafasan

sudah bertambah kuat. Sehingga pada saatnya penderita belaar menelan, resiko

masuknya benda asing ke saluran pernafasan sudah teratasi.

%enatalaksanaan pada %roblem Saraf *tonomik 

Seperti disebutkan diatas, gangguan saraf otonomik akan timbul, bila

kehan#uran selaput myelin men#apai tingkat thora#al atau lebih tinggi, yakni

#ranial ner2es. %ada umumnya gangguann saraf otonnomik tersebut adalah hal

yang perlu di#ermati dalam melakukan tindakann fisioterapi. Gangguan0gangguan

tersebut antara lain labilnya tekanan darah, keluarnya keringat tidak sesuai

keadaan, atau postural hipotensi. Gangguan0gangguan tersebut akan meadi

Guillane Barre Syndrome   3

2

7/26/2019 paper isi

http://slidepdf.com/reader/full/paper-isi 30/33

masalah, biasanya pada -aktu mobilisasi. %ada -aktu mobilisasi, misalnya dari

 berbaring ke duduk, tubuh memerlukan berbagai adaptasi, oleh karena teradi

 perbedaan pengaruh terhadap tubuh.

anpa gangguan saraf otonomik pun, seseorang yanng berbaring lama

memerlukan -aktu untuk beradaptasi terhadap tekanan darah. daptasi tersebut

teratasi oleh karena pusat pengaturan tekanan darah mendapatkan input, kemudian

tekanann darah meningkat atas pengaruh saraf otonnom. Bila teradi gangguan

saraf otonnomik, maka adaptasi tersebut akan terganggu.

aka, dalam memberikan tindakan fisioterapi harus selalu di#ermati

tekanan darah dari -aktu ke -aktu. *leh karena yang diukur adalah tekanan

darah, maka yang diadikan aturan adalah tekanan darah. Bila memungkinkan

digunakan spirometer elektronik yang terus bisa dimonitor setiap saat. "isamping

tekanan darah, bisa di#ermati kemampuan komunikasi penderita, atau -arna muka

sebagai indikator tekanan darah.

%enatalaksanaan pada %roblem Sensasi

%roblem sensasi pada penderita GBS yang mun#ul adalah rasa terbakar,

kesemutan, rasa tebal atau nyeri. idak banyak yang bisa dilakukan untuk 

mengurangi ketidaknyamanan akibat rasa tebal, rasa terbakar, atau kesemuta.

Se#ara teori rasa nyeri bisa dikurangi dengan pemberian <S. asa nyeri bisa

disebabkan murni oleh karena gangguan sensasi.

etapi nyeri pada punggung mungkin uga disebabkan oleh kurangnya

gerakan pada sendi0sendi tulang belakang. Bila sesudah peregangan sendi0sendi

tulang belakang beserta otot0otot disekitarnya, rasa nyeri berkurang, maka rasa

Guillane Barre Syndrome   3

3

7/26/2019 paper isi

http://slidepdf.com/reader/full/paper-isi 31/33

nyeri tersebut disebabkan oleh kurangnya gerakan. etapi bila rasa nyeri tersebut

tidak hilang, maka gangguan tersebut disebabkan oleh gangguan sensasi.

Seringkali rasa nyeri yang timbul karena kombinasi keduanya.

Jadi bila sesudah peregangan rasa nyeri berkurang, tetapi tidak hilang

sama sekali. Bila rasa nyeri disebabkan oleh kuranngnya gerakan sendi, tindakan

yang bisa dilakukan adalah peregangan lebih lanut, atau lebih spesifik bisa

dilakukan manipulasi atau mobilisasi pada tulang belakang tertentu. Selain

ketidaknyamanan, rasa tebal uga bisa menimbulkan komplikasi, yaitu dekubitus.

asa tebal menyebabkan penderita tidak dapat merasakan tekanan kasur 

 pada penonolan0penonolan tulang, sehingga memungkinkan teradi le#et dan

akhirnya dekubitus. *leh karenanya perubahan posisi harus selalu dilakukan

sebagai usaha pen#egahan. !dealnya perubahan posisi dilakukan setiap $ am, dan

setiap penonolan tulang harus selalu mendapat perhatian.

2.11 !om&lika#i

omplikasi yang dapat teradi adalah gagal napas, aspirasi makanan atau

#airan ke dalam paru, pneumonia, meningkatkan resiko teradinya infeksi,

trombosis 2ena dalam, paralisa permanen pada bagian tubuh tertentu, dan

kontraktur pada sendi.

2.12 Progno#i#

Guillane Barre Syndrome   3

4

7/26/2019 paper isi

http://slidepdf.com/reader/full/paper-isi 32/33

Sebanyak '& ? pasien dengan GBS dapat bertahan hidup dengan 7& ?

diantaranya sembuh total. elemahan ringan atau geala sisa seperti dropfoot dan

 postural tremor  masih mungkin teradi pada sebagian pasien.

elainan ini uga dapat menyebabkan kematian , pada & ? pasien, yang

disebabkan oleh gagal napas dan aritmia.

Geala yang teradinya biasanya hilang A minggu setelah geala pertama

kali timbul.

Sebanyak A ? pasien dengan GBS dapat mengalami relaps yang lebih

ringan beberapa tahun setelah onset pertama. %3 dapat mengurangi kemungkinan

teradinya relapsing inflammatory polyneuropathy.

BAB $

Guillane Barre Syndrome   3

5

7/26/2019 paper isi

http://slidepdf.com/reader/full/paper-isi 33/33

PENUTUP

$.1 !e#im&ulan

Guillain 9 Barre Syndrome merupakan penyakit serius dengan angka

kesakitan dan kematian yang #ukup tinggi.

Ialaupun tersedia adanya !/H, 2entilator, dan terapi imunomodulator 

spesifik, sekitar & ? dari pasien GBS dapat mengalami kematian dan 1$ ? tidak 

dapat beralan tanpa bantuan selama : minggu setelah geala pertama mun#ul

$> ? pasien akan tetap hidup dengan memiliki geala sisa.

Selama ini para peneliti tetap men#ari alternatif yang paling baik dan

 paling efektif dari %3 dan !6!g, dan para dokter harus dapat mengenali geala

GBS sehingga dapat menegakkan diagnosis sedini mungkin

%enegakan diagnosis lebih dini akan memberikan prognosis yang lebih baik.

Selain itu, pelaksanaan rehab medik dari penyakit ini uga bisa mendukung

 prognosis yang lebih baik dan uga meningkatkan kualitas hidup dari penderita

 penyakit ini.