paper laboratorium lingkungan
DESCRIPTION
Teknik LingkunganTRANSCRIPT
LAPORAN LABORATORIUM LINGKUNGAN II
TOTAL SUSPENDED PARTIKULAT
Disusun sebagai salah satu syarat untuk mengikuti
Ujian Akhir Semester Mata Kuliah Laboratorium Lingkungan II
Kelompok 3:
Eka Sari Puspita (082.12.018)
Ibnu Tri Laksono (082.12.029)
Dosen
1. Ir. Endro Siswantoro, MT
2. Ir. Mawar D.Sillahi, MS
3. Hernani Yulinawati, ST.MURP
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FALKUTAS ARSITEKTUR LANSEKAP DAN TEKNOLOGI LINGKUNGAN
UNIVERSITAS TRISAKTI
TAHUN AKADEMIK 2014/2015
KATA PENGANTAR
Terucap Alhamdulillah atas seluruh berkah dari Allah subhana
wata’alla turunkan kepada penulis, salawat serta salam dihanturkan kepada Nabi
Muhammad salallahu a’llaihi wasalam beserta tiga generasi terbaik sahabat
Rasulullah salallahu a’llaihi wasalam dan tak lupa penulis berterima kasih kepada
doa orang tua dan saudara terdekat yang mendukung tercapainya laporan ini.
Proses pelaksanaan paper laporan laboratorium lingkungan II ini
memerlukan proses yang tidak terlalu rumit. Dimulai dari penentuan lokasi
samping yang berbeda dibanding dengan praktikum-praktikum sebelumnya,
menempatkan alat sampling yang berat dan membutuhkan waktu yang cukup
lama untuk sampai ke lokasi sampling, menempatkan alat samplingnya,
menunggu giliran sampling setiap tiga puluh menit, serta menghitung hasil
sampling.
Bantuan yang penulis terima dalam pembuatan dan pencapaian
penyelesaian laporan ini di dapat dari Allah subhanallah wata ‘alla, orang tua,
adik-adik penulis, kerja sama kelompok tiga, asisten kelompok tiga kak Anissa
Risky Faradilla, serta orang-orang yang membantu tercapainya penyelesaian
laporan ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu dalam kata pengantar
ini.
Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang membantu
saya di dalam pengantar ini.
Jakarta, Januari 2015
Kelompok 3
i
DAFTAR ISI
Daskripsi Hal.
Kata Pengantar ................................................................................................... i
Daftar Isi ............................................................................................................ ii
Daftar Tabel, Gambar dan Diagram .................................................................. iii
Daftar Lampiran ................................................................................................. iv
Bab I : Pendahuluan
1.1. Latar Belakang ...................................................................................... 1
1.2. Tujuan Percobaan ................................................................................. 2
Bab II : Tinjauan Pustaka
1.1. Karakteristik Partikulat ......................................................................... 3
1.2. Dampak Partikulat ................................................................................ 4
1.3. Penentuan Konsentrasi TSP ................................................................. 5
Bab III : Alat dan Bahan
1.1. Alat ....................................................................................................... 7
1.2. Bahan ................................................................................................... 8
Bab IV : Cara Kerja
Cara Kerja ..................................................................................................... 9
Bab V : Hasil Pengamatan
Hasil Pengamatan .......................................................................................... 10
Bab VI : Rumus dan Perhitungan
1.1. Rumus ................................................................................................... 12
1.2. Perhitungan ........................................................................................... 13
Bab VII : Pembahasan
Pembahasan ................................................................................................... 14
Bab VIII : Kesimpulan
Kesimpulan ................................................................................................... 16
Daftar Pustaka
Lampiran
ii
DAFTAR TABEL, GAMBAR DAN DIAGRAM
Daftar Tabel Hal.
Gambar 2.1. Proses masuknya partikulat ke system pernafasan ....................... 4
Tabel 2.1. Tabel mekanisme pertahanan organ pernafasan ............................... 4
Gambar 2.2. Mekanisme pertahanan organ pernafasan ..................................... 5
Tabel 3.1. Alat dan bahan yang digunakan selama praktikum .......................... 7
Tabel 3.2. Bahan yang dibutuhkan .................................................................... 8
Diagram 4.1. Skema kerja penetapan TSP ........................................................ 9
Gambar 5.1. Lokasi sampling ............................................................................ 10
Gambar 5.2. Kertas kosong dan kertas + partikulat .......................................... 11
Tabel 5.1. Data seluruh kelompok ..................................................................... 11
Gambar 5.3. Hasil sampling seluruh kelompok ................................................. 11
iii
DAFTAR LAMPIRAN
1) Lokasi sampling di Pos Polisi S. Parman.
2) Peletakan alat HVAS di tempat sampling.
3) Baku mutu WHO Ambient Quality Guidelines tahun 2005.
4) Baku mutu KEP.45/MENLH/10/1997 tentang Indeks Standar Pencemar
Udara (ISPU).
5) Baku Mutu Uadara Ambient (BMUA) di dalam Peraturan Pemerintah tentang
Pengendalian Pencemaran Udara (PP Nomor 41 tahun 1999).
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pencemaran udara terfokuskan pada konsentrasi senyawa kimia yang
terdapat dalam udara berupa sulfur doiksida, ozon, amoniak, oksida-oksida
nitrogen, karbon monoksida, nitrogen dioksida besrta senyawa lainnya yang
mengisi udara di bumi. Senyawa-senyawa inilah yang menjadi parameter
utama ketika pencemaran udara dibahas dan didiskusikan melalui
banyaknya media yang konsern mengenai masalah ini.
Berdasarkan pada media-media tersebut dapat diketahui bahwa
permasalahan lingkungan mengenai pencemaran udara sudah dapat
dinyatakan sebagai danger atau berbahaya jika warga bumi tetap acuh tak
acuh mengenai permasalahan ini. Senyawa-senyawa tersebut juga
memberikan dampak negatif pada lingkungan juga yang menimbulkan
polutan dengan dimensi yang berbeda-beda.
Contoh sederhana pada senyawa karbon monoksida yang paling
banyak penghailnya adalah kendaraan bermotor yang dengan label kurang
dari Eouro 3 menimbulakan asap yang tinggi yang bukan hanya
mengeluarkan gas karbon monoksida melainkan juga timbal, partikulat, gas
oksida-oksida nitrogen. Dampak yang akan dibahas lebih mendalam
mengenai partikulat di laporan ini.
Partikulat sebagai banyak orang tau memiliki dimensi yang tinggi
yang setara dengan dimensi pasir bahkan lebih kecil dari itu. Kriteria
partikulat yang banyak dijadikan parameter adalam PM10 dan PM2,5 karena
beberapa sebab partikel ini dijadikan parameter. Sebab utama dala
pengelolaan K3 (Kesehatan dan Keselamatan Kerja) menimbulkan efek
kanker paru-paru dalam stadium lanjut yang ukuran pertikelnya kurang dari
1 µm dengan pasien yang paling banyak terkena dampaknya adalah para
pekerja terutapa pada industry semen yang banyak mengeluarkan partikel
silikon ukuran kurang dari 1 µm.
1
Namun, dalam laporan ini hanya akan dibahas mengenai partikulat
yang terdapat dalam ruang terbuka di daerah parkiran Universitas Trisakti
sebagai lokasi pengambilan sampel karena praktikan hanya ditugaskan di
lokasi tersebut dan diminta melakukan analisa dan pembahasan analisa
terkait pencemaran udara di lokasi sampel dalam ruang lingkungan
Universitas Trisakti.
1.2. Tujuan Percobaan
Sebagai salah satu syarat untuk lulus dalam mata kuliah Laboratorium
Lingkungan II.
Sebagai salah satu syarat untuk menempuh ujian akhir semester mata
kuliah Laboratorium Lingkungan II.
Mengukur kualitas partikel atau TSP di udara ambient Universitas
Trisakti.
Menetukan hasil analisa apakah memenuhi baku mutu pencemaran
udara atau tidak memenuhi syarat.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1.3. Karakteristik Partikulat
Partikulat adalah bentuk dari padatan atau cairan dengan ukuran
molekul tunggal yang lebih besar dari 0.002 µm tetapi lebih kecil dari 500
µm yang tersuspensi di atmosfer dalam keadaan normal. Partikulat dapat
berupa asap, debu dan uap yang dapat tinggal di atmosfer dalam waktu yang
lama. Partikulat terdiri dari beberapa jenis berdasarkan distribusi
partikelnya, antara lain:
PM2.5 (2.5 µm)
PM10 (10 µm)
PM100 / TSP (Total Suspended Particulate) (≤100 µm)
Sifat kimia masing-masing partikulat berbeda-beda, akan tetapi
secara fisik ukuran partikulat berkisar antara 0,0002 – 500 µm. Pada kisaran
tersebut partikulat mempunyai umum dalam bentuk tersuspensi di udara
antara beberapa detik sampai beberapa bulan. Umur partikulat tersebut
dipengaruhi oleh kecepatan pengendapan yang ditentukan dari ukuran dan
densitas partikulat serta aliran (turbulensi) udara. Secara umum kenaikan
diameter akan meningkatkan kecepatan pengendapan, dari hasil studi
(Stoker dan Seager, 1972) menunjukkan bahwa kenaikan diameter sebanyak
10.000 akan menyebabkan kecepatan pengendapan sebesar 6 juta kalinya.
Partikulat yang berukuran 2 – 40 µm (tergantung densitasnya) tidak
bertahan terus di udara dan akan segera mengendap. Partikulat yang
tersuspensi secara permanen di udara juga mempunyai kecepatan
pengendapan, tetapi partikulat-partikulat tersebut tetap di udara karena
gerakan udara. Sifat partikulat lainnnya yang penting adalah kemampuannya
sebagai tempat absorbsi (sorbsi secara fisik ) atau kimisorbsi (sorbsi disertai
dengan interaksi kimia). Sifat ini merupakan fungsi dari luas permukaan.
Jenis sorbsi tersebut sangat menentukan tingkat bahaya dari partikulat
(BPLHD Jabar, 2009).
3
1.4. Dampak Partikulat
Polutan partikulat masuk ke dalam tubuh manusia terutama melalui
sistem pernapasan, sehingga kerugiaan langsung terutama terjadi pada
sistem pernafasan. Faktor yang paling berpengaruh terhadap sistem
pernafasan terutama adalah ukuran partikulat, karena ukuran partikulat
menentukan seberapa jauh penetrasi partikulat ke dalam sistem pernafasan.
Gambar 2.1. Proses masuknya partikulat ke dalam saluran pernafasan
(Sumber: Alfiah, 2009)
Mekanisme pertahanan saluran terhadap partikulat secara garis besar
adalah sebagai berikut.
40% partikel dengan diameter 1-2 µm tertahan dalam bronkheoli dan
alveoli.
Partikel dengan diameter 0.25-1 µm retensi dalam saluran pernafasan
turun karena dapat dibuang atau dihembuskan saat bernafas.
Diameter partikel ≤ 0.25 µm retensinya menurun karena adanya gerak
brown
Tabel 2.1. Tabel Mekanisme pertahanan organ pernafasan terhadap partikulat
(Sumber: Alfiah, 2009).
4
Gambar 2.2. Mekanisme pertahanan organ pernafasan berdasarkan distribusi
ukuran partikulat (Sumber: Alfiah, 2009).
1.5. Penentuan Konsentrasi TSP
Alat utama dalam gravimetri adalah timbangan dengan tingkat
ketelitian yang baik. Umumnya reaksi kimia tidak dalam ukuran besar
seperti kilogram, namun dalam satuan yang lebih kecil seperti gram dan mili
gram. Timbangan yang dipergunakan memiliki ketelitian yang tinggi atau
kepekaan yang tinggi dan disebut dengan neraca analitik atau analytical
balance (Zulfikar, 2010).
HVAS (High Volme Air Sampler) merupakan peralatan sampling
udara ambient produksi Dalam Negeri yang dirancang memenuhi ketentuan
Metoda Standar Nasional Indonesia (SNI) 19.7119.3-2005 tentang Cara Uji
Partikulat Tersuspensi Total dengan Metoda Gravimetri, serta memenuhi
ketentuan Lampiran Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 41 tahun
1999 tentang jenis peralatan uji untuk melaksanakan pengukuran parameter
TSP dalam kegiatan pemantauan kualitas udara ambient.
Dalam melakukan sampling udara, kita dapat membagi daerah
monitoring (pemantauan) atas tiga daerah dengan keperluan dan cara
sampling yang berbeda-beda satu sama lainnya, yaitu :
Daerah ambient merupakan daerah tempat tinggal penduduk
(pemukiman) dimana diperkirakan seseorang mengalami keterpaan
terhadap zat pencemar yang berlangsung selama 24 jam. Sehingga,
5
konsentrasi zat pencemar udara harus sekecil mungkin dan memenuhi
baku mutu udara yang dipersyaratkan.
Daerah tempat kerja (work place) merupakan daerah dimana seseorang
bekerja selama periode waktu tertentu. Biasanya seseorang bekerja di
industri/pabrik selama 8 jam per hari, sehingga keterpaan zat pencemar
terhadap seseorang yang bekerja diharapkan tidak mengganggu
kesehatannya.
Daerah/sumber pencemar udara, yang berasal dari cerobong asap pabrik
perlu dilakukan monitoring terhadap jenis dan konsentrasi zat
pencemar, minimal setiap penggantian teknologi proses dan
penggunaan bahan baku yang berbeda.
Pengertian sampling disini adalah pengambilan suatu contoh udara
pada tempat-tempat tertentu, dimana diharapkan konsentrasi zat pencemar
yang didapat dari hasil pengukuran dapat mewakili konsentrasi contoh
secara keseluruhan. Dalam melakukan sampling udara ini, ada beberapa
faktor yang menentukan hasil analisisnya, diantaranya :
Arah angin
Kecepatan angin (m/s)
Waktu dan lama pengambilan contoh (jam)
Tekanan udara (mmHg)
Temperatur udara (oC)
Kelembapan udara (%)
Pola terdifusinya zat pencemar
Dalam melakukan sampling kualitas udara ketujuh hal diatas
haruslah dicatat saat pelaporan kualitas udara sebagai faktor yang
mempengaruhi kualitas udara. Termasuk juga, dekat atau jauhnya industri
dari lokasi sampling, jarak dan ramainya kendraan bermotor serta aktivitas
penduduk. (Yoky Edy Saputra, 2009).
6
BAB III
ALAT DAN BAHAN
1.6. Alat
Tabel 3.1 Alat yang digunakan selama praktikum
No. Nama Alat Ukuran Jumlah Gambar
1 HVAS - 1
2 Rol listrik10
meter1
3 Pinset - 1
4 Densikator - 1
5 Oven - 1
6 Neraca Analitik - 1
7
1.7. Bahan
Tabel 3.2. Bahan yang dibutuhkan
No.
Nama Bahan KonsentrasiJumla
hGambar
1 Kertas HVAS - 1
2 Aluminium foil - 1
8
BAB IV
CARA KERJA
Digram 4.1. Skema kerja penetapan TSP.
Ambil kertas HVAS yang telah di keringkan dalam oven selama 24
jam dan ditimbang, masukkan ke HVAS
Lakukan sampling selama 30 menit.
Catat Flow pompa.
Selama sampling, lakukan pengujian
meteorologi lingkungan sampling
Setelah 30 menit, angkat kertas HVAS lalu keringkan dalam
oven selama 30 menit
Masukkan ke dalam densikator selama 15 menit
Timbang sampai konstan dan catat
hasil penimbangan
9
BAB V
HASIL PENGAMATAN
Gambar 5.1. Lokasi sampling
Berikut adalah data sampling untuk kelompok 3, karena paper laporan
laboratorium lingkungan II mengacu pada data pengamatan kelompok 3, datanya
sebagai berikut:
a. Data sampling
Lokasi sampling : Pos Satpam S. Parman
Tanggal sampling : Selasa, 28 Oktober 2014
Waktu sampling : Pukul 11.14 WIB
Lama sampling : 30 menit
Flow : 1,13 m3/menit
b. Data meteorologi
Temperatur : 30 oC = 303 K
Kecepatan angin : 0,4 m/s
Kelembapan : 43 % rel
c. Data analisa
Kertas HVAS kosong : 2,8752 gram
Kelompok 1 – 5, 11
Kelompok 6 - 10
10
Gambar 5.2. Kertas kosong dan kertas + partikulat
Kertas + partikulat : 3,6767 gram
w : 0,8015
Data semua kelompok :
Tabel 5.1. Data seluruh kelompok
Kel.
Tekanan Udara
Kelembapan
Kec. Angin
Q0 w V C30mnt C24mnt
InHg mmHg % m/sCFM
m3/mnt gr m3 µg/Nm3 µg/Nm3
1 30,31 770 43 0,4 38 1,077 1,5365 32,28 47599,1 23257,82 30,31 770 43 0,4 33 0,935 0,3422 27,84 12291,7 6005,93 30,31 770 43 0,4 33 0,935 0,8015 28,025 28599,5 14809,74 30,31 770 43 0,4 33 0,935 1,9 28,025 67796,6 33126,75 30,31 770 43 0,4 33 0,935 2,27 31,45 72178,1 35267,66 29,8 757 37 0,1 40 1,14 0,501 34,065 14707,2 7186,27 29,8 757 37 0,1 40 1,14 0,510 33,9 15044,2 7350,98 29,8 757 37 0,1 35 1 0,1308 29,89 4376,4 2138,49 29,8 757 37 0,1 38 1,09 1,4989 32,55 46049,2 22500,510 29,8 757 37 0,1 44 1,20 0,6141 24,98 24583,7 11123,311 29,8 757 37 0,1 33 0,935 0,53 18,65 28418,2 12858,3
Keterangan : Untuk kelompok 10 & 11 konsentrasinya dengan waktu 20 menit.
Gambar 5.3. Hasil sampling seluruh kelompok.
11
BAB VI
RUMUS DAN PERHITUNGAN
1.1. Rumus
Koreksi laju alir pada kondisi standar (m3/menit)
Qs = Qo x ¿
dimana: Qs = Koreksi laju alir (m3/menit)
Q0 = Konversi CFM ke m3/menit
Ts = Suhu pada kondisi standar (K)
Ps = Tekanan pada kondisi standar (mmHg)
To = Suhu saat pengukuran (K)
Po = Tekanan pada saat pengukuran (mmHg)
Volume udara yang diambil (m3)
V=(Qo+Qs2 )x T
dimana: V = Volume udara yang di serap (m3)
Qs = Koreksi laju alir (m3/menit)
Q0 = Konversi CFM ke m3/menit
T = Lama sampling (menit)
Konsentrasi TSP dalam Udara Ambien
C=(Δw x106)
V
dimana: C = Konsentrasi TSP (µg/Nm3)
w = Selisih penimbangan kertas HVAS
V = Volume udara yang di serap (m3)
Konversi waktu 24 jam
C24 = C1(t 1
t 2
)n
12
dimana: C24 = Konversi konsentrasi ke 24 jam (µg/Nm3)
C1 = Konsentrasi TSP (µg/Nm3)
t2 = Konversi waktu ke 24 jam (menit)
t1 = Waktu sampling (menit)
n = 0,17
1.2. Perhitungan
Perhitungan yang dilakerjkan mengacu pada hasil pengamatan kelompok 3
dan prinsip perhitungan sama dengan kelompok yang lain.
Koreksi laju alir pada kondisi standar (m3/menit)
Qs = Qo x ¿
Qs=0,935 x (298 x 770303 x 760 )
12
Qs=0,9333m3
menit
Volume udara yang diambil (m3)
V=(Qo+Qs2 )x T
V=( 0,9333 x0,9352 )x 30
V=28,025 m3
Konsentrasi TSP dalam Udara Ambien
C=( Δw x 106 )
V
C=0,8015 x106
28,025
C=28599,4648μg
Nm3
Konversi waktu 24 jam
C24 = C1(t 1
t 2
)n
13
BAB VII
PEMBAHASAN
Selama melakukan sampling, alat dalam keadaan konstan berdirinya dan
tidak ada kerusakan yang berarti seperti tidak keluarnya gas dari bagian pompa
yang terjadi pada kelompok terakhir karena pada alat HVAS-nya mengeluarkan
kepulan asap pada bagian motor pompa dengan sebab terlalu lama digunakan dan
diaktifkan terus-menerus tanpa jeda dan tanpa istirahat.
Kelompok 11 mendapat bagian di tempat yang sama dengan kelompok 1 –
5 karena yang telah disebutkan pada paragraf sebelumnya bahwa terdapat
kesalahan teknis dan berdasarkan kesepaktan asisten bahwa dipindahkan ke
tempat kelompok 1 – 5 untuk mempersingkat waktu dan mempercepat
pengambilan sampel.
Alat sampling hanya ada dua item dan ditempatkan di dua area berbeda,
setiap kelompok mendapat giliran 30 menit sampling yang semakin akhir
kelompok makan samplingnya semakin siang dan ini memberikan hasil analisa
ketika perbandingan seluruh kelompok pada akhir pembahasan ini.
Dari seluruh parameter baku mutu diterapkan PM10 karena parameter ini
merupakan parameter yang hampir setara dengan bahan kertas HVAS yang tidak
terlalu kecil diameternya sehingga hanya diterapkan PM10 untuk keakuratan
perbandingan yang terbaik.
Perbandingan pertama dalam kadar TSP adalah ke Baku mutu WHO
Ambient Quality Guidelines tahun 2005 menyatakan bahwa PM10 = 150 µg/m3
selama 24 jam dengan sampel selama 24 jam di seluruh kelompok bahwa tidak
ada yang dibawah baku mutu ini sehingga menunjukkan bahwa lokasi sampel
tidak memenuhi standar bahkan ini standar dunia dan dapat dilihat juga dari hasil
angka yang diperoleh jika terpapar terus-menerus berdampak kerusakan organ
pernafasan.
Perbandingan dilakukan juga ke baku mutu KEP.45/MENLH/10/1997
tentang Indeks Standar Pencemar Udara (ISPU) yang menunjukkan nilai ISPU
500 = PM10 500 yang artinya dapat menyebabkan penyakit asma dan bronkitis
15
pada populasi menunjukkan nilai yang lebih rendah dibanding data seluruh
sampel pada tabel 5.1, yang keduanya telah dikonversi ke waktu 24 jam sehingga
dari data dapat dinyatakan bahwa seluruh lokasi sampling dapat menimbulkan
penyakit yang telah disebutkan ISPU dan tidak masuk dalam baku mutu ini.
Perbandingan terakhir dilakukan pada Baku Mutu Uadara Ambient
(BMUA) di dalam Peraturan Pemerintah tentang Pengendalian Pencemaran Udara
(PP Nomor 41 tahun 1999) menunjukkan nilai = 230 µg/Nm3 dibanding dengan
seluruh sampel sampel dalam waktu konversi 24 jam menyatakan bahwa seluruh
lokasi sampling tidak memenuhi standar dan dengan perbandingan terakhir ini
seluruh baku mutu tidak ada sampling yang masuk dalam kriterianya dan
dinyatakan bahwa berpotensi menyebabkan penyakit asma dan bronkitis jika
menetap terus berada di lokasi seluruh sampling ini.
Untuk daerah sampling di plaza semakin siang semakin tinggi karena
terpengaruh aktifitas manusia yang pada pagi hari masih sedikit yang
menggunakan fasilitas plaza, sementara pada tempat parkiran bahwa pada pagi
hari justru banyak yang datang dan berpotensi menyumbang partikulat
Hasil sampling dari seluruh kelompok menunjukkan semakin awal
kelompok, semakin sedikit jumlah partikulatnya, sedangkan semakin siang
samplingnya maka akan semakin banyak partikulat yang terjerap dalam kertas
HVAS dan dapat dinyatakan bahwa semakin banyak kegiatan terutama pada siang
hari maka semakin banyak partikulat dan makin berpotensi menyebabkan
penyakit pernafasan. Namun, dalam hasil keseluruhan kelompok untuk
keseluruhan sampling, tidak ada satu lokasi pun yang memasuki baku mutu dari
ketiga baku mutu yang telah dijabarkan dalam beberapa paragraf sebelumnya
sehingga untuk menentukan pernyataan kualitas udara pada Universitas Trisakti
seseuai dengan salah satu tujuan pembuatan paper ini adalah tidak memenuhi
baku mutu untuk keseluruhannya sehingga dapat dinyatakan bahwa lingkungan
udara Universitas Trisakti tidak memenuhi baku mutu dan berpotensi
menimbulkan penyakit pernafasan apabila terus-menerus dilokasi sampling.
16
BAB VIII
KESIMPULAN
Kesimpulan yang telah didapatkan setelah pelaksanaan praktikum yang kemudian
dibandingkan dengan baku mutu serta perbandingan untuk keseluruhan lokasi
sampling adalah sebagai berikut:
1) Tabel 5.1 menunjukkan bahwa semakin siang sampling akan semakin tinggi
kadar partikulatnya yang berlaku pada daerah plaza.
2) Untuk daerah parkiran kebalikan dari daerah plaza bahwa pada pagi hari
kadar partikulatnya tinggi dibanding siang hari.
3) Kelompok 1 menunjukkan kadar partikulat tertinggi, kelompok 8
menunjukkan kadar partikulat terendah.
4) Hasil perhitungan seluruhnya dikonversi ke dalam 24 jam untuk dapat
dibandingkan dengan baku mutu.
5) Baku mutu pembandinga adalah WHO Ambient Quality Guidelines tahun
2005, KEP.45/MENLH/10/1997, dan PP Nomor 41 tahun 1999, yang
keseluruhan dari ketiga baku mutu tidak ada yang memenuhi standar dari
seluruh lokasi sampling.
6) Perbandingan dengan baku mutu tidak ada yang memenuhi standar sehingga
dapat dinyatakan bahwa udara ambient Universitas Trisakti tidak memenuhi
standar yang berlaku.
7) Udara ambient Universitas Trisakti berpotensi menimbulkan penyakit
pernafasan seperti asma, brokhitis, dan kerusakan pada aveoli paru-paru.
17
DAFTAR PUSTAKA
Alfiah. 2009. Partikulat. ((http://pengen-tau.weebly.com/partikulat-tsp.html. 1
Desember 2014, pukul 12.30 WIB).
BPLHD Jabar. 2009. Partikulat. (http://pengen-tau.weebly.com/partikulat-
tsp.html. 1 Desember 2014, pukul 12.15 WIB).
Stoker dan Seager. 1972. Partikulat. (http://pengen-tau.weebly.com/partikulat-tsp.
html. 1 Desember 2014, pukul 12.19 WIB).
Yoky Edy Saputra. 2009. Teknik Sampling Kualitas Udara. (http://www.chem-is-
try.org/artikel_kimia/teknologi_tepat_guna/teknik-sampling-kualitas-udara/.
2 Desember 2014, pukul 14.19 WIB).
Zulfikar. 2010. Gravimetri. (http://www.chem-is-try.org/materi_kimia/kimia-
kesehatan/pemisahan-kimia-dan-analisis/gravimetri/. 2 Desember 2014,
pukul 13.50 WIB).
18
LAMPIRAN
1) Lokasi sampling di Pos Polisi S.
Parman
2) Peletakan alat HVAS di tempat
sampling
3) Baku mutu WHO Ambient
Quality Guidelines tahun 2005
Kelompok 1-5, 11
Kelompok 6-10
19
4) Baku mutu KEP.45/MENLH/10/1997 tentang Indeks Standar Pencemar
Udara (ISPU)
ISPU24 jam
PM10 g/m3
24 jam SO2
g/m3
8 jam CO mg/m3
1 jam O3 mg/m3
1 jam NO2
g/m3
50 50 80 5 120 *)100 150 365 10 235 *)200 350 800 17 400 1130300 420 1600 34 800 2260400 500 2100 46 1000 3000500 600 2620 57,5 1200 3750
Keterangan : Waktu pengukur merupakan periode pengukuran rata-rata Hasil pengukuran untuk pengukur kontinu diambil harga rata-rata
tertinggi waktu pengukuran. Pada 25oC dan 760 mmHg *) Tidak ada indeks yang dapat dilaporkan pada konsentrasi rendah
dengan jangka pemapanan yang pendek
5) Baku Mutu Uadara Ambient
(BMUA) di dalam Peraturan
Pemerintah tentang
Pengendalian Pencemaran Udara
(PP Nomor 41 tahun 1999)
20