paper pancasila kel. 9(1)

26
PANCASILA NEGARA, AGAMA, DAN WARGA NEGARA KELOMPOK 9: Dinda Hapsari Pracna P. (1406633973) Destiana Dwi Panata (1406634156) Amanda Vanira Rangkuty (1406634351) Muhammad Kholid (1406634332) ADMINISTRASI ASURANSI & AKTUARIA

Upload: kholid-abdurrahman

Post on 19-Dec-2015

23 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

Negara Agama dan Warga negara

TRANSCRIPT

Page 1: Paper Pancasila Kel. 9(1)

PANCASILA

NEGARA, AGAMA, DAN WARGA NEGARA

KELOMPOK 9:

Dinda Hapsari Pracna P. (1406633973)

Destiana Dwi Panata (1406634156)

Amanda Vanira Rangkuty (1406634351)

Muhammad Kholid (1406634332)

ADMINISTRASI ASURANSI & AKTUARIAPROGRAM VOKASI

UNIVERSITAS INDONESIA2015

Page 2: Paper Pancasila Kel. 9(1)

Kata Pengantar

Dengan mengucap syukur kehadhirat Allah SWT yang telah

melimpahkan rahmat, taufik dan hidayah – Nya, sehingga kami dapat

menyelesaikan Makalah Negara, Agama, dan Warga Negara. Makalah ini

merupakan materi mata kuliah Pancasila yang dapat digunakan baik oleh

tenaga pengajar, mahasiswa, maupun pembaca pada umumnya untuk

menambah wawasan dan ilmu berkenaan dengan Pancasila. Makalah ini

disusun berdasarkan acuan berbagai sumber literatur. Dalam penyusunan

makalah ini, tidak lupa kami ingin mengucapkan terima kasih kepada

berbagai pihak yang membantu terselesaikannya pembuatan makalah.

Ucapan terima kasih penulis tujukan kepada:

1. Kuncoro Haryo Pribadi M.Si. selaku Dosen Pancasila Program Vokasi

Universitas Indonesia

2. Teman – teman Adm. Asuransi dan Aktuaria B 2014 yang selalu

memberikan gelak tawa, dan semangat dalam menuntut ilmu.

3. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah

membantu penulis menyelesaikan makalah ini.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangannya.

Oleh karena itu kami menghargai dan mengharapkan kritik dan masukan

demi perbaikan kualitas makalah. Semoga makalah ini akan bermanfaat bagi

kita semua. Amin.

Depok, April 2015

Penulis

2

Page 3: Paper Pancasila Kel. 9(1)

DAFTAR ISI

Kata Pengantar 2

BAB I 4

Pendahuluan4

1.1 Latar Belakang.............................................................................................................................4

1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................................................4

1.3 Tujuan Penulisan..........................................................................................................................5

1.4 Manfaat Penulisan.......................................................................................................................5

BAB II 6

Pembahasan6

2.1 Konsep Dasar Tentang Negara...........................................................................................................6

2.2 Teori Tentang Terbentuknya Negara...............................................................................................12

2.3 Bentuk-Bentuk Negara....................................................................................................................13

2.4 Warga Negara Indonesia............................................................................................................13

2.5 Hubungan Negara dan Warga Negara.......................................................................................14

2.6 Hubungan Agama dan Negara: Kasus Islam...............................................................................15

2.7 Hubungan Negara dan Agama: Pengalaman Islam Indonesia....................................................16

2.8 Islam dan Negara Orde Baru: Dari Antagonistis ke Akomodatif.................................................17

2.9 Islam dan Negara Pasca-Orde Baru: Bersama Membangun Demokrasi dan Mencegah Disintegrasi Bangsa................................................................................................................................18

BAB III19

KESIMPULAN19

3.1 Kesimpulan................................................................................................................................19

3.2 Saran.........................................................................................................................................20

3.3 DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………………………………………………………..21

3

Page 4: Paper Pancasila Kel. 9(1)

BAB I

Pendahuluan

1.1 Latar Belakang

Negara merupakan organisasi sekelompok orang yang bersama-

sama mendiami dan tinggal di satu wilayah dan mengakui suatu

pemerintahan. Unsur-unsur terbentuknya suatu negara secara

konstitutif adalah wilayah, rakyat, dan pemerintahan. Sesuai dengan

UUD 1945 pasal 26 ayat 1, warga negara Indonesia adalah orang-

orang bangsa Indonesia asli dan orang-orang bangsa lain yang

bertempat tinggal di Indonesia, dan mengakui Indonesia sebagai tanah

airnya dan bersikap setia kepada NKRI yang disahkan dengan UU.

Indonesia menganut sistem pemerintahan demokrasi sesuai dengan

Pancasila. Dimana warga negaranya diberi kebebasan untuk

menyalurkan aspirasinya tetapi tentunya dalam konteks yang positif.

Sistem demokrasi ini menandakan bahwa Indonesia sangat

menghargai warga negaranya sebagai mahluk ciptaan Allah SWT dan

mengakui persamaan derajat manusia.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana konsep dasar tentang Negara?

2. Apa saja yang terdapat dalam teori tentang terbentuknya

Negara?

3. Apa saja bentuk-bentuk Negara?

4. Apa yang dimaksud dengan warga Negara Indonesia?

5. Bagaimana hubungan Negara dan warga Negara, hubungan

agama dan Negara, hubungan Negara dan agama?

6. Bagimana hubungan islam dan Negara orde baru?

7. Bagaimana islam dan Negara Pasca-Orde Baru?

4

Page 5: Paper Pancasila Kel. 9(1)

1.3 Tujuan Penulisan

1. Menjelaskan konsep dasar tentang Negara

2. Menjelaskan teori tentang terbentuknya Negara

3. Menjelaskan bentuk-bentuk Negara

4. Menjelaskan apa yang dimaksud warga Negara Indonesia

5. Menjelaskan hubungan Negara dan warga Negara, hubungan

agama dan Negara, hubungan Negara dan agama

6. Menjelaskan hubungan islam dan Negara orde baru

7. Menjelaskan islam dan Negara Pasca-Orde Baru

1.4 Manfaat Penulisan

Mahasiswa dapat memahami konsep dasar tentang negara serta

memahami tentang Negara, Agama, dan Warga Negara.

5

Page 6: Paper Pancasila Kel. 9(1)

BAB II

Pembahasan

2.1 Konsep Dasar Tentang Negara

1. Pengertian Negara

Istilah negara merupakan terjemahan dari beberapa kata asing. Secara

terminologi, negara di artikan sebagai organisasi tertinggi di antara satu

kelompok masyarakat yang memiliki cita-cita untuk bersatu, hidup di dalam

suatu kawasan ,dan mempuyai pemerintahan yang berdaulat.

2. Tujuan Negara

Tujuan sebuah negara dapat bermacam-macam,antara lain:

a. Memperluas kekuasaan  

b. ketertiban hukum

c. Kesejahteraan umum

Ada beberapa teori mengenai tujuan negara, diantaranya teori

kekuasaan negara, teri perdamaian dunia, dan teori atas jaminan hak

dan kekuasaan.

1.Teori Kekuasaan negara

Teori kekuasaan negara dipelopori oleh seorang tuan tanah dari negri

cina di daerah Shang bernama Yang. Oleh karena itu, dikemudian hari

ia dikenal dengan nama Shang Yang (523-428 sm) atau oleh bangsa

barat disebutnya dengan nama Lord Shang. Pada masa hidupnya negri

Cina dilanda kekacauan. Kaum bangsawan dari masing-masing daerah

membentuk tentara sendiri dan saling berperang satu sama lainnya.

Dalam kondisi politik yang demikian ketaatan pada pemerintah pusat

6

Page 7: Paper Pancasila Kel. 9(1)

semakin pudar dan pemerintah pusat tidak memiliki kemampuan

untuk mengatasi keadaan.

Melihat keadaan yang demikian Shang Yang berpendapat bahwa satu-

satunya tujuan negara adalah membentuk kekuasaan negara yang

sebesar-besarnya. Selanjutnya, ia mengatakan bahwa agar negara

kuat rakyat harus dilemahkan, negara harus memiliki tentara yang

kuat disiplin tinggi, serta siap menghadapi setiap ancaman dari pihak

manapun.

2.Teori perdamaian dunia

Pencetus teori ini adalah Dante Alleghieri seorang ahli filsafat dan

penyair terkenal dari Italia yang hidup antara tahun 1265-1321. teori

perdamaian ini dicetuskan Dante pada saat memuncaknya

pertentangan antara kaisar dengan paus. Dalam bukunya yang

berjudul “De monarchia Libri III, Dante mengatakan tujuan negara

yaitu menciptakan perdamaian dunia. Oleh karena itu, paus sebagai

pemimpin gereja tidak boleh mencampuri urusan negara yang

merupakan urusan dunia. Sebaiknya antara paus dan kaisar bekerja

sama untuk menciptakan perdamaian dunia dan bukan sebaliknya

saling bermusuhan.

Demi terciptanya ketertiban, ketenteraman, dan perdamaian dunia

menurut Dante diperlukan adanya penguasa tunggal atas kerajaan

dunia dengan peraturan dan perundang-undangan yang seragam

untuk semua. Kekuasaan harus berpusat pada satu penguasa, bila

manusia masih diperintah oleh berbagai penguasa, maka

pertentangan dan permusuhan akan terus terjadi dan malapetaka pun

tak terhindarkan.

3. Teori jaminan atas hak dan kebebasan

Tokoh pencetus teori jaminan atas hak dan kebebasan yaitu Immanuel

Kant (1724-1804) yang berpandangan bahwa semua manusia sejak

lahirnya memiliki kemerdekaan dan derajat yang sama. Oleh karena

7

Page 8: Paper Pancasila Kel. 9(1)

itu, tujuan negara adalah kemerdekaan, hidup rakyat sebagai warga

negara bukan kemurahan penguasa melainkan atas dasar kekuatan

sendiri. Tiap warga negara harus dapat menikmati kemerdekaanya,

antara lain kebebasan hak memilih dan dipilih, hak mendapat

perlindungan dan perlakuan yang adil, hak mendapat pengajaran dan

pendidikan, serta hak-hak yang lainnya. Sedangkan tujuan negara

adalah melindungi dan menjamin ketertiban hukum agar hak-hak

warga negara tetap terpelihara.

Meskipun teori Immanuel Kant ini sangat cocok pada zamannya,

namun setelah dipraktekkan dan dikaji oleh para ahli ternyata memiliki

beberapa kelemahan. Kelemahan itu diantaranya adalah akibat

kebebasan berusaha dan bersaing, adanya pemisah antara golongan

pemilik modal dengan golongan miskin semakin dalam. Golongan

pemilik modal tidak jarang memperlakukan golongan buruh miskin

secara tidak manusiawi, sedang pemerintah tidak mampu berbuat apa-

apa untuk melindungi mereka. Bahkan akibat dari paham kebebasan

ini pula yang telah mendorong pecahnya perang dunia I.

3. Unsur-unsur Negara

a. Rakyat: Rakyat adalah sekumpulan manusia yang dipersatukan oleh

rasa  persamaan dan bersama-sama mendiami suatu wilayah tertentu.

b. Wilayah: Wilayah adalah unsur negara yang harus terpenuhi karena

tidak mungkin ada negara tanpa ada batas-batas teritorial yang jelas.

c. Pemerintah: Pemerintah adalah alat kelengkapan negara yang

bertugas memimpin organisasi negara untuk mencapai tujuan

bersama didirikannya sebuah negara.

8

Page 9: Paper Pancasila Kel. 9(1)

d. Pengakuan negara lain: Bersifat menerangkan tentang adanya negara,

bersifat deklarasi, bukan konstitusi, sehingga tidak bersifat mutlak.

Ada dua macam  pengakuan suatu negara, yakni pengakuan de facto

dan pengakuan de jure.

I.         Pengakuan de facto

Pengertian pengakuan de facto

-          Pengakuan yang diberikan oleh suatu negara kepada negara lain

yang telah memenuhi unsur-unsur negara, seperti ada pemimpin, rakyat dan

wilayahnya.

Berdasarkan sifatnya, pengakuan de facto bersifat tetap, yakni pengakuan

dari negara lain dapat menimbulkan hubungan bilateral di bidang

perdagangan dan ekonomi untuk tingkat diplomatik belum dapat

dilaksanakan. Dan pengakuan de fakto yang bersifat sementara, yakni

pengakuan yang diberikan oleh negara lain dengan tidak melihat jangka

panjang apakah negara itu eksis atau tidak, apabila ternyata negara tersebut

tidak dapat bertahan maka pengakuan terhadap negara tersebut ditarik

kembali.

Pengakuan de facto ini berkaitan dengan pengakuan kedaulatan de facto

suatu negara, menunjuk pada adanya pelaksanaan kekuasaan secara nyata

dalam masyarakat yang dinyatakan merdeka atau telah memiliki

independensi. Kekuasaan yang nyata dalam masyarakat yaitu dimana

masyarakat telah tunduk pada kekuatan penguasa secara nyata yang di

sebut de facto.

Penguasa yang secara nyata di kuasai oleh suatu masyarakat dianggap

memiliki pengakuan secara de facto. Penguasaan dalam memperoleh

kekuasaan mungkin syah dan tidak syah. Tapi penguasa tetap berstatus

sebagai orang yang ditaati oleh masyarakat. Untuk itu perolehan kekuasaan

bukan merupakan suatu ukuran untuk dapat menjastifikasi keabsahan

kedaulatan secara de facto.

9

Page 10: Paper Pancasila Kel. 9(1)

Kedaulatan de facto yang tidak syah

Disebabkan oleh adanya penguasa yang berkuasa terhadap suatu kelompok

masyarakat tidak didasarkan atas persetujuan masyarakat dan keinginan

masyarakat. Tapi kekuasaan yang diperoleh dengan menggunakan cara-cara

yang tidak moral seperti cara membujuk, menteror, mengancam, dan pada

tingkat yang tertinggi melakukan kegiatan pembunuhan. Kekuasaan dengan

melakukan hal-hal seperti itu dapat dibenarkan atau diakui ( ini pernah

terjadi pada masa pemerintahan Hitler di Eropa dan Asia, juga pada masa

pendudukan belanda dan Jepang di indonesia ) tapi ketaatan rakyat terhadap

panguasa disebabkan karena ketakutan akan ancaman dan berbagai teror

sehingga rakyat tidak tenang dalam hidup bermasyarakat. Oleh karena itu

masyarakat di paksa untuk mengakui penguasa, dan pada saat itu,

penguasa memperoleh pengakuan kedaulatan de facto yang tidak syah.

Kedaulatan de facto yang syah

Kekuasaan yang diperoleh penguasa secara murni dari masyarakat atau

kehendak masyarakat ( hal ini pernah terjadi pada kasus Timor-Timur pada

tahun 1975, pada saat itu sebagian besar rakyat Timor-timur secara sadar

memilih penguasa pemerintah Indonesia berkuasa atasnya, dan dinyatakan

pemerintah Indonesia mempunyai pengakuan kedaulatan de facto atas

Timor Timur secara syah.

II.      Pengakuan de jure

-          Pengakuan de jure adalah pengakuan terhadap suatu negara secara

resmi berdasarkan hukum dengan segala konsekuensi atau pengakuan

secara internasional

Berdasarkan sifatnya pengakuan de jure dibagi menjadi dua, yakni :

1. Tetap, ini berlaku untuk selama-lamanya sampai waktu yang tidak

terbatas

2. Penuh, ini mempunyai dampak dibukanya hubungan bilateral di tingkat

diplomatik dan Konsul, sehingga masing-masing negara akan

10

Page 11: Paper Pancasila Kel. 9(1)

menempatkan perwakilannya di negara tersebut yang biasanya di

pimpin oleh seorang duta besar yang berkuasa penuh.

Pengakuan ini juga berkaitan dengan pengakuan kedaulatan de jure suatu

negara. Kedaulata de jure suatu negara adalah pengakuan suatu wilayah

atau suatu situasi menurut hukum yang berlaku yang ditandai dengan

adanya pengakuan dunia internasional secara hukum, sudah dicapai ketika

para pendahulu kita memproklamasikan kemerdekaan RI pada tanggal 17

Agustus 1945.

Secara teoritis kedaulatan de jure menjalankan kekuasaan, dan tidak perlu

ditaati secara nyata. Oleh karena itu, kedaulatan de jure hanya

membutuhkan pengakuan dari rakyat dan ketaatan rakyat pada penguasa

secara hukum.  Dalam pengakuan kedaulatan de jure yang dibutuhkan yaitu

berbagai norma negara dan aturan negara dapat ditaati dan dapat berfungsi

untuk mengatur kehidupan bernegara.

Penguasa menggunakan kedaulatan de jure adalah untuk semata-mata

mengatur tingkah laku masyarakat dalam berhubungan dengan pemerintah

atau penguasa, mengatur batas wilayah negara, mengatur gerak dan

langkah aparat dalam melayani masyarakat.

Dalam suatu sistem politik secara yuridis formal kedaulatan de jure haruslah

memiliki unsur warga negara dan wilayah negara sebagai tempat berpijak

warga negara serta unsur pemerintah yang berfungsi menjalankan

kekuasaan negara.

Dalam praktek ketatanegaraan antara pengakuan de facto dan de jure harus

bersamaan.

Secara Defacto Indonesia diakui mempunyai batas-batas wilayah yang

terbentang dari sabang sampai merauke. Negara butuh di akui

kedaulatannya bila menggunakan batas-batas wilayah sebagai tempat

eksistensinya. Secara De Jure berarti negara itu diakui secara hukum

internasional kalau bentuk negaranya ada dan mempunyai pemerintahan

11

Page 12: Paper Pancasila Kel. 9(1)

yang bisa menjalan roda pemerintahan. Ada wilayah yang secara defacto

dikuasai oleh suatu kelompok tapi secara de Jure tidak. biasanya itu bila ada

pemberontakan , pemberontak menguasai wilayah tersebut tapi tidak dapat

pengakuan dari dunia internasional. Dengan pengakuan secara defacto dan

de jure maka Negara Kesatuan Republik Indonesia ( NKRI ) adalah negara

yang sah yang diakui oleh dunia Internasioanal yang mempunyai kedaulatan

untuk mengatur dirinya sendiri.

2.2 Teori Tentang Terbentuknya Negara

1. Teori Kontrak Sosial

Teori kontrak bahwa negara dibentuk berdasarkan perjanjian-

perjanjian masyarakat dalam tradisi sosial masyakat. Penganut

mazhab pemikiran ini :

a. Thomas Hobbes (1588-1679) Menurut hobbes, kehidupan

manusia terpisah dalam dua zaman, yakni keadaan selama

belum ada negara, atau keadaan alamiah dan keadaan setelah

ada negara.

b. John Locke (1632-1704) Locke melihatnya keadaan yang damai,

penuh komitmen baik, saling menolong antara individu di dalam

sebuah kelompok masyarakat .

c. J.J Rousseau (1712-1778) Menurut Rousseau, keberadapan suatu

negara bersandar pada perjanjian warga negara untuk

mengikatkan diri dengan suatu pemerintah yang dilakukan

melalui organisasi politik.

12

Page 13: Paper Pancasila Kel. 9(1)

 

2. Teori ketuhanan

Teori ketuhanan dikenal juga dengan istilah doktrin teokratis.

Doktrin ini memilikiki pandangan bahwa hak memerintah yang

bertahta sebagai penguasa.

3. Teori kekuatan

Teori kekuatan dapat diartikan bahwa negara terbentuk karena

adanya dominasi negara kuat melalui penjajahan. Menurut teori ini,

kekuatan menjadi kebenaran dari terbentuknya sebuah Negara.

2.3 Bentuk-Bentuk Negara

1. Negara kesatuan  

Negara kesatuan adalah bentuk suatu negara yang merdeka dan

berdaulat, dengan satu pemerintahan pusat yang berkuasa dan

mengatur seluruh daerah.Sistem  pemerintahan ada dua

macam,yaitu Sentral dan Otonomi.

2. Negara serikat

Negara serikat merupakan bentuk negara gabungan yang terdiri

dari beberapa negara bagian dari sebuah negara serikat. Dari sisi

pemilihannya bentuk negara dapat digolongkan ke dalam tiga

kelompok:

a. Monarki: Model pemerintahan monarki adalah model

pemerintahan yang dikepalai oleh raja atau ratu.

13

Page 14: Paper Pancasila Kel. 9(1)

b. Oligarki: Model pemerintahan oligarki adalah pemerintahan yang

dijalankan oleh beberapa orang yang kuasa dari golongan atau

kelompok tertentu.

c. Demokrasi: Model pemerintahan demokrasi adalah bentuk

pemerintahan yang bersandar pada kedaulatan rakyat atau

mendasarkan kekuasaannya  pada pilihan dan kehendak rakyat

melalui mekanisme pemilihan umum.

2.4 Warga Negara Indonesia

Warga negara adalah warga suatu negara yang ditetapkan

berdasarkan  peraturan perundang-undangan. Menurut UUKI

2006 (Pasal 4, 5, dan 6) mereka yang dinyatakan sebagai warga

indonesia adalah:

a. anak yang lahir dari seorang ayah warga indonesia dan ibu

warga asing.

b. Anak yang lahir dalam tenggang waktu 300 hari setelah

ayahnya meninggal dunia dari perkawinan yang sah.

c. Anak yang lahir di luar perkawinan yang sah dari ibu warga

negara indonesia. Selanjutnya, Pasal 5 UUKI 2006 tentang

status Anak Warga Negara Indonesia menyatakan:

a. Anak yang lahir di luar perkawinan yang sah ,sebelum

berusia 18 tahun atau  belum kawin diakui secara sah oleh

ayahnya yang berkenegaraan asing tetap diakui sebagai

warga negara Indonesia.

b. Anak yang belum berusia 5 tahun diangkat secara sah

sebagai anak oleh warga negara asing berdasarkan

penetapan pengadilan tetap di akui sebagai WNI.

Sedangkan tentang pilihan menjadi warga negara bagi

anak yang dimaksud pada pasal-pasal sebelumnya dijelaskan

dalam Pasal 6 UUKI 2006, sebagai berikut;

14

Page 15: Paper Pancasila Kel. 9(1)

a. Dalam hal status kewarganegaraan republik Indonesia

terhadap anak sebagaimana dimaksud dalam pasal 4 huruf

c, huruf d, huruf h, huruf i, dan Pasal 5 berakibat anak

berkewarganearaan ganda, setelah berusia 18 tahun atau

sudah kawin anak tersebut harus menyatakan memilih

salah satu kewarganegaraannya.

b. Pernyataan untuk memilih kewarganegaraan sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) dibuat secara tertulis dan

disampikan kepada pejabat dengan melampirkan dokumen

sebagaimana ditentukan didalam peraturan perundang-

undangan.

c. Pernyataan untuk memilih kewarganegaraan sebagai

mana dimaksud pada ayat (2) disampaikan dalam waktu

paling lambat tiga (3) tahun setelah anak berusia delapan

belas tahun atau sudah kawin. 

2.5 Hubungan Negara dan Warga Negara

Hubungan antara negara dan warga negara sangat erat.

Negara Indonesia sesuai dengan konstitusi, misalnya

berkewajiban untuk menjamin dan melindungi seluruh warga

negara Indonesia tanpa kecuali. Secara jelas dalam UUD Pasal

33, misalnya, (ayat 1 )disebutkan bahwa fakir miskin dan anak-

anak terlantar dipelihara oleh negara. (Ayat 2) negara

mengembangkan sistem jaminan sosial bagi seluruh rakyat dan

memperdayakan masyarakat yang lemah dan tak mampu sesuai

dengan martabat kemanusiaan. Negara bertanggung jawab atas

penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan dan fasilitas layanan

umum yang layak (ayat 3).

15

Page 16: Paper Pancasila Kel. 9(1)

Hubungan negara dan warga ibarat ikan dan airnya keduanya

memiliki hubungan timbal balik yng sangat erat. Kewajiban

negara untuk memenuhi hak-hak warganya tidak akan dapat

berlangsung dengan baik tanpa dukungan warga negara dalam

bentuk pelaksanaan kewajibannya sebagai warga negara,

misalnya warga negara membayar pajak dan mengontrol jalanya

pemerintahan baik dalam mekanisme kontrok tidak langsung

melalui wakilnya di lembaga perwakilan rakyat maupun secara

langsung melalui cara-cara yang demokratis dan bertanggung

jawaban caranya seperti LSM, pers dan lain-lain.

2.6 Hubungan Agama dan Negara: Kasus Islam

Hubungan agama dan negara dalam konteks dunia islam

masih menjadi  perdebatan yang intensif di kalangan para pakar

muslim hingga kini. Hubungan islam dan negara modern secara

teoritis dapat diklasifikasikan ke dalam tiga pandangan:

integralistik, simbiotik dan sekularistik.

1. Paradigma integralistik: Paradigma ini menganut

paham dan konsep agama dan negara merupakan suatu

kesatuan yang tidak dapat dipisahkan.

2. Paradigma Simbolik: Paradigma simbiotik adalah

hubungan agama dan negara  berada pada posisi saling

membutuhkan dan bersifat timbal balik, agama

membutuhkan negara sebagai instrumen dalam

melestarikan dan mengembangkan agama, begitu juga

sebaliknya.

3. Paradigma Sekularistik: Paradigma ini beranggapan

bahwa terjadi pemisahan yang  jelas agama dan negara.

Agama dan negara merupakan dua bentuk yang berbeda

sama dan satu sama lain memiliki harapan masing-masing,

16

Page 17: Paper Pancasila Kel. 9(1)

sehingga keberadabannya harus dipisahkan dan tidak

boleh satu sama lain melakukan intervensi.

2.7 Hubungan Negara dan Agama: Pengalaman Islam

Indonesia

Indonesia dikenal sebagai negara dengan penduduk

muslim terbesar di dunia tetapi Indonesia bukanlah negara

Islam. Dari inilah perdebatan tentang pola hubungan Islam dan

negara di Indonesia merupakan perdebatan politik yang tidak

kunjung selesai. Perdebatan soal pola hubungan Islam dan

negara ini telah muncul dalam perdebatan publik sebelum

Indonesia merdeka. Perdebatan tentang Islam dan Nasionalisme

antara tokoh nasionalis muslim dan nasionalis sekuler pada

1920-an merupakan babak awal pergumulan Islam dan negara

pada kurun-kurun selanjutnya.

Perdebatan Islam dan konsep-konsep ideologi sekuler

menemukan titik klimaks pada persidangan formal dalam siding

majelis BPUPKI. Klimaks dari  perdebatan di sidang BPUPKI

berakhir dengan kesedian kalangan nasional muslim untuk tidak

memaksakan kehendak mereka menjadikan islam sebagai dasar

negara kita.

2.8 Islam dan Negara Orde Baru: Dari Antagonistis ke

Akomodatif

Naiknya Presiden Soeharto melahirkan babak baru hubungan

Islam dan negara Indonesia. Menurut Imam Aziz, pola hubungan

antara keduanya secara umum dapat digolongkan kedalam dua

pola yaitu;

1. Antagonistik

17

Page 18: Paper Pancasila Kel. 9(1)

Hubungan Antagonistik merupakan hubungan yang

mencirikan adanya ketegangan antara Islam dan Negara Orde

Baru

2. Akomodatif

Menunjukkan kecenderungan saling membutuhkan antara

kelompok Islam dan Negara Orde baru, ahkan terdapat

kesamaan untuk mengurangi konflik antara keduanya.

Hubungan antagonis antara negara orde baru dengan

kelompok islam dapat dilihat dari kecurigaan dan pengekangan

kekuatan islam yang dilakukan presiden. Kecendrungan

akomodasi negara terhadap islam juga, pemerintah mulai

menyadari akan potensi umt islam sebagai kekuatan politik yang

potensial.

2.9 Islam dan Negara Pasca-Orde Baru: Bersama Membangun

Demokrasi dan Mencegah Disintegrasi Bangsa

Peran agama, khususnya Islam sebagai agama mayoritas

di Indonesia sangat strategis bagi proses transformasi demokrasi

saat ini. Pada saat yang sama Islam bisa berperan mencegah

disintegrasi bangsa sepanjang pemeluknya mampu bersifat

inklusif dan toleran terhadap kodrat kemajemukan Indonesia.

Sebalikny jika umat Islam bersikap eksklusif dan cenderung

memaksakan kehendak, dengan alasan mayoritas, tidak

mustahil kemayoritasan umat Islam akan lebih berpotensi

menjelma sebagai ancaman disintegrasi dari pada kekuatan

integratif bangsa.

Untuk mewujdkan pada hubungan yang dinamis antara

agama dan negara di indonesia, kedua komponen indonesia

tersebut mengedapkan cara-cara dialogis manakala terjadi

18

Page 19: Paper Pancasila Kel. 9(1)

perselisihan pandangan antara kelompok masyarakat antara

warga negara dengan negara.

Negara dan agama, melalui kekuatan masyarakat sipilnya

adalah dua komponen utama dalam proses membangun

demokrasi indonesia yang berkeadaban. Dua komponen ini

memiliki peluang yang sama untuk menjadi komponen beradab

atau dalam pembangunan demokrasi membangun demokrasi

adalah proses membagun kepercayaan di antara sesama warga

negara maupun antara warga negara dan negara.

19

Page 20: Paper Pancasila Kel. 9(1)

BAB III

KESIMPULAN

3.1 KesimpulanTidak akan ada negara tanpa warga negara. Warga negara

merupakan unsur terpenting dalam hal terbentuknya negara. Warga

negara dan negara merupakan satu kesatuan yang tidak bisa

dipisahkan. Keduanya saling berkaitan dan memiliki hak dan kewajiban

masing-masing yang berupa hubungan timbal balik. Warga negara

mempunyai kewajiban untuk menjaga nama baik negara dan

membelanya. Sedangkan negara mempunyai kewajiban untuk

memenuhi dan mensejahterakan kehidupan warga negaranya.

Sementara untuk hak, warga negara memiliki hak untuk mendapatkan

kesejahteraan dan penghidupan yang layak dari negara, sedangkan

negara memiliki hak untuk mendapatkan pembelaan dan penjagaan

nama baik dari warga negaranya. Dapat disimpulkan bahwa hak

negara merupakan kewajiban warga negara dan sebaliknya kewajiban

negara merupakan hak warga negara.

Selain itu, tentunya kita sebagai warga negara Indonesia yang baik,

memiliki banyak kewajiban yang harus kita laksanakan untuk negara.

Diantaranya yang terpenting adalah mematuhi hukum-hukum yang

berlaku. Negara membuat suatu peraturan dan hukum, pasti bertujuan

yang baik untuk kelangsungan hidup dan tertatanya suatu negara.

Hukum di Indonesia jika diklasifikasikan menurut wujudnya ada 2,

yaitu Hukum tertulis (UUD, UU, Perpu, PP) dan Hukum tidak tertulis

(Inpres, Kepres).

Menanggapi dan berusaha untuk meningkatkan kesejahteraan

negaranya, maka terwujudlah Indonesia yang aman, tentram, damai,

20

Page 21: Paper Pancasila Kel. 9(1)

dan sejahtera. Marilah kita saling menghargai satu sama lain demi

Indonesia.

3.2 SaranDengan hak dan kewajiban yang sama setiap orang Indonesia

tanpa harus diperintah dapat berperan aktif dalam melaksanakan

bela negara. Membela negara tidak harus dalam wujud perang

tetapi bisa diwujudkan dengan cara yang mudah diterapkan dalam

kehidupan sehari-hari seperti:

a. Ikut serta dalam mengamankan lingkungan sekitar (seperti

siskamling)

b. Ikut serta membantu korban bencana di dalam negeri

c. Belajar dengan tekun pelajaran atau mata kuliah Pendidikan

Kewarganegaraan atau PKN

d. Mengikuti kegiatan ekstraklurikuler seperti Paskibra, PMR dan

Pramuka.

Dan masih banyak lagi cara untuk membela negara. Selain itu

dengan melakukan kegiatan-kegiatan di atas, kita juga dapat

menumbuhkan rasa bangga dan cinta terhadap tanah air Indonesia.

Sikap saling menghargai antar warga negara dan negaranya

(pemerintah) sangat diperlukan untuk terciptanya dan terwujudnya

tujuan NKRI yang tercantum di UUD 1945. Apabila warga negara

mematuhi hukum dan peraturan negara, dan negara (pemerintah).

21

Page 22: Paper Pancasila Kel. 9(1)

DAFTAR PUSTAKA

http://mobelos.blogspot.com/2013/12/pengertian-indonesia- pengantar - pancasila.html

http://dinnaamalia.wordpress.com/ideologi / dasarnegara .ind

Wirosudiro, Wibowo dkk, 1986, PANCASILA Indonesia, Jakarta.

22