paper pengertian pangan lokal dan ketahanan pangan k.3

18
PAPER TEKNOLOGI PENGOLAHAN PANGAN LOKAL “Konsep Pangan Lokal Kaitannya dengan Ketahanan Pangan, Difersivikasi Pangan, AKG dan Pola Konsumsi Pangan” Disusun Oleh : Kelompok 3 Willy Brodus Tri Hapsoro 121710101134 Faruq Fajar Sulton 121710101117 Triska Dessy Kumalasari 121710101108 Anindita Hapshari Fitria 121710101128 Iva Evanda Erna 121710101137

Upload: bayu-octavian-prasetya

Post on 19-Oct-2015

62 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

PAPERTEKNOLOGI PENGOLAHAN PANGAN LOKALKonsep Pangan Lokal Kaitannya dengan Ketahanan Pangan, Difersivikasi Pangan, AKG dan Pola Konsumsi Pangan

Disusun Oleh :Kelompok 3Willy Brodus Tri Hapsoro121710101134Faruq Fajar Sulton121710101117Triska Dessy Kumalasari121710101108Anindita Hapshari Fitria121710101128Iva Evanda Erna121710101137

JURUSAN TEKNOLOGI HASIL PERTANIANFAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIANUNIVERSITAS JEMBER2014ABSTRAK

Era globalisasi mensyaratkan terbukanya kesempatan tiap negara untuk memasarkan produk maupun jasa masing-masing. Makanan berpotensi untuk berperan dalam pasar global, pangan lokal sendiri memiliki arti sebagai pangan yang diproduksi dan dikembangkan sesuai dengan potensi dan sumberdaya wilayah dan budaya setempat. Untuk pangan local memacu pada B3A(bergizi, berimbang, beragam, dan aman). Pangan local terkait dengan ketahanan pangan, diversirfikasi, pola konsumsi, dan AKG. Ketahanan pangan dimana kondisi terpenuhinya kebutuhan pangan, yang tidak tidak lepas dari B3A, hal tersebut tidak luput dengan diservikasi pangan upaya untuk peningkatan keseragaman pangan yang memenuhi zat gizi. Sehingga dapat mencukupi AKG.Kata kunci :pangan local, diversifikasi, pola konsumsi, ketahanan pangan, dan AKG.BAB 1. PENDAHULUAN

1.1Latar belakangEra globalisasi mensyaratkan terbukanya kesempatan tiap negara untuk memasarkan produk maupun jasa masing-masing. Makanan berpotensi untuk berperan dalam pasar global, pangan lokal sendiri memiliki arti sebagai pangan yang diproduksi dan dikembangkan sesuai dengan potensi dan sumberdaya wilayah dan budaya setempat. Seperti yang telah kita rasakan saat ini makanan asing merebut pasar Indonesia dengan mempopulerkan makanan-makanan asing sebagai makanan yang bergengsi. Apabila hal ini berlangsung secara terus-menerus maka akan sangat mengkhawatirkan bangsa kita.Saat ini Indonesia tidak sepenuhnya swasembada pangan, dalam arti tidak seluruh wilayah dapat memenuhi sendiri kebutuhan pangannya yang beraneka ragam, sehingga pada saat tertentu memerlukan impor. Jika kemampuan produksi bahan pangan domistik tidak dapat mengikuti peningkatan kebutuhan, maka pada waktu yang akan datang Indonesia akan tergantung impor, yang berarti ketahanan pangan nasional akan semakin rentan karena akan semakin tergantung pada kebijakan ekonomi negara lain.Dalam sistem konsumsi terdapat aspek penting yaitu diversivikasi, dimaksudkan untuk memperoleh keragaman zat gizi sekaligus melepas ketergantungan masyarakat atas satu jenis pangan pokok tertentu. Hasil pertanian dan budidaya pangan suatu daerah merupakan suatu asset ekonomi, budaya dan kesehatan masyarakat. Oleh karena itu sangat tepat apabila sasaran pembangunan bidang pangan di Indonesia khususnya pangan lokal dapat mewujudkan ketahanan pangan, diversivikasi pangan serta kenaikan pola konsumsi masyarakat Indonesia.1.2TujuanMemahami konsep dasar pangan lokal kaitannya dengan ketahanan pangan, diversivikasi pangan, pola konsumsi pangan, dan AKG.BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1Ketahanan Pangan2.1.1Definisi ketahanan panganDari diskusi Definisi ketahan pangan yaitu kondisi dimana terpenuhinya pangan rumah tangga (RT) yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman, merata dan terjangkau. Sedangkan menurut studi pustaka yang dilakukan oleh IFPRI (1999) diperkirakan terdapat 200 definisi dan 450 indikator tentang ketahanan pangan. Berikut beberapa definisi ketahanan pangan, antara lain :1. Undang-Undang Pangan No.7 Tahun 1996 : Kondisi terpenuhinya kebutuhan pangan bagi rumah tangga yang tercermin dari tersedianya pangan secara cukup, baik dari jumlah maupun mutunya, aman, merata dan terjangkau.2. USAID (1992) : Kondisi ketika semua orang pada setiap saat mempunyai akses secara fisik dan ekonomi untuk memperoleh kebutuhan konsumsinya untuk hidup sehat dan produktif.3. FAO (1997) : Situasi dimana semua rumah tangga mempunyai akses baik fisik maupun ekonomi untuk memperoleh pangan bagi seluruh anggota keluarganya, dimana rumah tangga tidak beresiko mengalami kehilangan kedua akses tersebut.4. FIVIMS (2005) : Kondisi ketika semua orang pada segala waktu secara fisik, sosial dan ekonomi memiliki akses pada pangan yang cukup, aman dan bergizi untuk pemenuhan kebutuhan konsumsi dan sesuai dengan seleranya (food preferences) demi kehidupan yang aktif dan sehat.5. Mercy Corps (2007) : Keadaan ketika semua orang pada setiap saat mempunyai akses fisik, sosial, dan ekonomi terhadap kecukupan pangan, aman dan bergizi untuk kebutuhan gizi sesuai dengan seleranya untuk hidup produktif dan sehat.2.1.2Tujuan Ketahanan PanganDi Indonesia sesuai dengan Undang-Undang No.7 Tahun 1996, pengertian ketahanan pangan adalah kondisi terpenuhinya pangan bagi rumah tangga yang tercermin dari: (1) tersedianya pangan secara cukup, baik dalam jumlah maupun mutunya; (2) aman; (3) merata; dan (4) terjangkau. Dengan pengertian tersebut, mewujudkan ketahanan pangan dapat lebih dipahami sebagai berikut:a. Terpenuhinya pangan dengan kondisi ketersediaan yang cukup, yang diartikan ketersediaan pangan dalam arti luas, mencakup pangan yang berasal dari tanaman, ternak, dan ikan untuk memenuhi kebutuhan atas karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral serta turunannya, yang bermanfaat bagi pertumbuhan kesehatan manusia.b. Terpenuhinya pangan dengan kondisi aman, diartikan bebas dari cemaran biologis, kimia, dan benda lain yang dapat mengganggu, merugikan, dan membahayakan kesehatan manusia, serta aman dari kaidah agama.c. Terpenuhi pangan dengan kondisi yang merata, diartikan pangan yang harus tersedia setiap saat dan merata di seluruh tanah air.d. Terpenuhi pangan dengan kondisi terjangkau, diartikan pangan mudah diperoleh rumah tangga dengan harga yang terjangkau.2.2Difersivikasi Pangan2.2.1Definisi difersivikasi panganHasil diskusi diservikasi pangan menyebutkan bahwa diversifikasi pangan ialah upaya peningkatan keseragaman pangan yang memenuhi gizi. Menurut Kasryno, et al (1993) memandang diversifikasi pangan sebagai upaya yang sangat erat kaitannya dengan peningkatan kualitas sumber daya manusia, pembangunan pertanian di bidang pangan dan perbaikan gizi masyarakat.Diversifikasi pangan ini tercakup aspek produksi, konsumsi, pemasaran, dan distribusi. Dari aspek produksi, diversifikasi berarti perluasan spektrum komoditas pangan, baik dalam hal perluasan pemanfaatan sumber daya, pengusahaan komoditas maupun pengembangan produksi komoditas pangan. Dari sisi konsumsi, diversifiksi pangan mencakup aspek perilaku yang didasari baik oleh pertimbangan ekonomis seperti pendapatan dan harga komoditas, maupun non ekonomis seperti kebiasaan, selera dan pengetahuan. Pertemuan antara sektor produksi dan konsumsi tidak terlepas dari peranan pemasaran dan distribusi komoditas pangan tersebut. Demikian pula Suhardjo (1998) menyebutkan bahwa pada dasarnya diversifikasi pangan mencakup tiga lingkup pengertian yang saling berkaitan, yaitu (1) diversifikasi konsumsi pangan, (2) diversifikasi ketersediaan pangan, dan (3) diversifikasi produksi pangan.2.2.2Tujuan Difersivikasi PanganDalam sistem konsumsi terdapat aspek penting yaitu difersivikasi. Difersivikasi pangan dimaksudkan untuk memperoleh keragaman zat gizi sekaligus melepas ketergantungan masyarakat atau satu jenis pangan pokok tertentu yaitu beras. Ketergantungan yang tinggi dapat memicu ketidakstabilan jika pasokan terganggu dan sebaliknya jika masyarakat menyukai pangan alternative maka ketidakstabilan akan dapat dijaga. Hasil pertanian dan budidaya pangan suatu daerah merupakan suatu asset ekonomi, budaya dan kesehatan masyarakat. Oleh karena itu sangat tepat apabila sasaran pembangunan bidang pangan di Indonesia diantaranya adalah ; terwujudnya ketahanan pangan rumah tangga, terwujudnya difersivikasi pangan serta terjamin keamanan pangan. 2.3Pola Konsumsi PanganPola konsumsi pangan adalah berbagai informasi yang memberikan gambaran mengenai jenis, frekuensi dan jumlah bahan pangan yang dimakan tiap hari oleh satu orang atau merupakan ciri khas untuk sesuatu kelompok masyarakat tertentu (Santoso, 2004). Sedangkan dari diskusi yang diperoleh pola konsumsi adalah informasi dan gambaran jenis bahan pangan dilihat dari kebutuhan tubuh kita (AKG). Pola konsumsi dapat dipengaruhi oleh beberapa factor yaitu psikologis, budaya, fisiologis, dan social. Keadaan kesehatan tergantung dari tingkat konsumsi. Tingkat konsumsi ditentukan oleh kualitas serta kuantitas hidangan. Kuantitas hidangan menunjukan adanya semua zat gizi yang diperlukan tubuh di dalam susunan hidangan dan perbandingannya yang satu terhadap yang lain. Kuantitas menunjukan jumlah masing-masing zat gizi terhadap kebutuhan tubuh. Jika susunan hidangan memenuhi kebutuhan tubuh, baik dari sudut kualitas maupun kuantitasnya, maka tubuh akan mendapat kondisi kesehatan gizi yang sebaik-baiknya. Konsumsi yang menghasilkan kesehatan gizi yang sebaik-baiknya disebut konsumsi adekuat. Bila konsumsi baik kuantitasnya dan dalam jumlahnya melebihi kebutuhan tubuh dinamakan konsumsi berlebih, maka akan terjadi suatu keadaan gizi lebih. (Sediaoetama, 2006).2.4 AKG (Angka Kecukupan Gizi)AKG (Angka Kecukupan Gizi) adalah banyaknya zat gizi esensial yang dapat memnuhi kebutuhan seseorang. Dari beberapa sumber literatur yang ada, pengertian kebutuhan gizi adalah sejumlah zat gizi minimal yang diperlukan seseorang yang harus dipenuhi dari konsumsi makanan, agar terhindar dari munculnya gejala-gejala defisiensi. Nilai kebutuhan gizi tiap individu berbeda, antara lain tergantung dari faktor genetik. Sedangkan kecukupan gizi yang dianjurkan atau lebih dikenal dengan angka kecukupan gizi (AKG), merupakan terjemahan bebas dari Recommended Dietary Allowance (RDA), diartikan sebagai suatu kecukupan rata-rata zat gizi setiap hari bagi hampir semua orang menurut golongan umur, jenis kelamin, ukuran tubuh, dan aktifitas untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal. Karena AKG dimaksudkan hanya untuk golongan orang yang sehat, maka penyimpangan-penyimpangan khusus kebutuhan gizi sebagai akibat kelainan metabolisme (termasuk malnutrisi), perawatan khusus dan lainnya tidak diperhitungkan dalam Angka Kecukupan Gizi.2.5Pangan LokalPangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber daya hayati dan air, baik yang diolah maupun tidak diolah yang diperuntukkan sebagai makanan atau minuman bagi konsumsi manusia. Termasuk di dalam pengertian pangan adalah bahan tambahan pangan, bahan baku pangan, dan bahan-bahan lainnya yang digunakan dalam proses penyiapan, pengolahan, dan/atau pembuatan makanan dan minuman. Pengertian pangan di atas merupakan definisi pangan yang dikeluarkan oleh badan dunia untuk urusan pangan, yaitu Food and Agricultural Organization (FAO). sedangkan pangan lokal sendiri ialah pangan yang berasal dari daerah sendiri. Pangan local pada daerah tersebut yang dikonsumsi tergantung pada mindset seseorang, sehingga orang Indonesia hanya berfikir pada satu produk.

BAB 4. KESIMPULAN

Dari pembahasan yang telah di lakukan yang didapatkan mengenai pangan lokal, diversifikasi pangan, ketahanan pangan, pola konsumsi, dan AKG ialah saling keterkaitan dimana ketahanan pangan ialah kondisi terpenuhinya kebutuhan aksesbilitas, dan bahan pangan tersebut harus aman. Diversifikasi ialah keseragaman pangan yang memenuhi gizi, keseragaman pangan sendiri perlunya sosialisai, menghentikan impor, dan meningkatkan pangan local dengan adanya PERDA. Pola konsumsi meliputi beberapa factor yaitu psikologis, fisiologis, dan social. Untuk AKG pola konsumsi harus seimbang untuk mencegah defesiasi zat gizi.

DAFTAR PUSTAKA

Departemen Pertanian. 2001. Kebijakan Umum Pemantapan Ketahanan Pangan Nasional. BBKP. Deptan. Jakarta. Dewan Ketahanan Pangan. 2006. Kebijakan Umum Ketahanan Pangan 2006-2009. Jakarta.F.A.O, 1997. Food and Agricultural Organization World Food summit. Kantor Menteri Negara Urusan Pangan, 1995. Penentuan Mutu Skor Konsumsi Pangan Menuju Pola Pangan Harapan (PPH). Kantor Menpangan, Jakarta.Jalal, F. 1996. Gizi dan kualitas hidup. Makalah disampaikan pada Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi VI. Serpong, 17-20 Februari 1998 Kementerian Pertanian. 2009. Rencana Strategis Kementerian Pertanian Tahun 2010-2014. Jakarta Kementerian Pertanian. 2010. Kinerja Pembangunan Sektor Pertanian 2009. JakartaMercy Corps Indonesia. 2007. Healthy Start Project Developing a model toimprove breastfeeding in Indonesia 3rd annual report. Jakarta : Mercy corps. Pdf file. Diunduh tanggal 16 Januari 2013Suhardjo. 1998. Sosio Budaya Gizi. PAU Pangan & Gizi. IPB Bogor