paper salmonella pada feses
TRANSCRIPT
LAPORAN PRAKTIKUM BAKTERIOLOGI
“PEMERIKSAAN SALMONELLA PADA FESES”
OLEH
KELOMPOK 4 DAN 9 :
1. I.A Dita Puspita Putri (P07134012007)
2. Ni Wayan Sintya Dewi (P07134012008)
3. I Nyoman Gede Ngardiana (P07134012017)
4. Luh Gede Ruwidianingsih (P07134012018)
5. A.A Ayu Tirtamara (P07134012027)
6. Ni Kadek Manik Sugianti (P07134012028)
7. D.A Ari Purwaningsih (P07134012037)
8. Ulinnnuha Nur Imamah (P07134012038)
9. I Gst Ngr Dahana Dinata (P07134012047)
10. Luh Putu Devi (P07134012048)
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR
D III JURUSAN ANALIS KESEHATAN
2014
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tinja adalah bahan buangan yang dikeluarkan dari tubuh manusia melalui anus sebagai
sisa dari proses pencernaan makanan di sepanjang sistem saluran pencernaan (tractus digestifus).
Pengertian tinja ini juga mencakup seluruh bahan buangan yang dikeluarkan dari tubuh manusia
termasuk karbon monoksida (CO2) yang dikeluarkan sebagai sisa dari proses pernapasan,
keringat, lendir dari ekskresi kelenjar, dan sebagainya. Feses (tinja) juga merupakan hasil
pemisahan dan terdiri dari : sisa – sisa makanan; air; bakteri; zat warna empedu.
Salmonella sp. dapat menginfeksi manusia melalui air dan makanan, serta lalat yang
hingga pada makanan yang tercemar. Akibat yang ditimbulkan adalah peradangan pada saluran
pencenaan sampai rusaknya dinding usus. Salmonella sp. tertelan bersama makanan dan
minuman yang terkontaminasi kemudian bersarang di jaringan limfoid pada dinding usus
sebagian ada yang ikut keluar bersama feses. Aliran limfa membawa organisme ini ke dalam
duktustorak kemudian ke dalam darah. Dari darah bakteri ini masuk ke ginjal dan melewati
glomerulus, selanjutnya terbawa bersama urin.
Masuknya bakteri Salmonella sp. kedalam tubuh dan dikeluarkan melalui feses, maka
dari itu dilakukan identifikasi Salmonella sp. pada sampel feses. Indikasi sebelum pemeriksaan
Salmonella sp. Pada sampel feses dilakukan adalah dilihat dari gejala penyakit yang timbul,
yaitu: adanya diare dan konstipasi, adanya icterus, adanya gangguan pencernaan, adanya lendir
dalam tinja, kecurigaan penyakit gastrointestinal, dan adanya darah dalam tinja.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Bagaimana pemeriksaan Salmonella dalam sampel feses ?
1.2.2 Bagaimana hasil identifikasi Salmonella pada sampel feses ?
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Mahasiswa dapat melakukan identifikasi Salmonella pada sampel feses secara
mikrobiologi melalui identifikasi secara makroskopis, biokimia, dan mikroskopis.
1.3.2 Tujuan Khusus
1.3.2.1 Untuk mengetahui pemeriksaan Salmonella pada sampel feses.
1.3.2.2 Untuk mengetahui hasil identifikasi Salmonella pada sampel feses.
1.4 Manfaat
Dari praktikum dan dengan pembuatan laporan ini diharapkan dapat bermanfaat bagi
mahasiswa sebagai tambahan referensi sehinggadapat menambah keterampilan di bidang
mikrobiologi khususnya mengenai teknik identifikasi Salmonella dalam sampel feses.
1.4.2 Manfaat Teoritis
1.4.2.1 Memperluas pengetahuan mahasiswa dalam teknik identifikasi
Salmonelladalam sampel feses.
1.4.2.2 Menjadi referensi di bidang ilmu mikrobiologi mengenai
teknik identifikasi Salmonella dalam sampel feses.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Tinja
Tinja adalah bahan buangan yang dikeluarkan dari tubuh manusia melalui anus sebagai
sisa dari proses pencernaan makanan di sepanjang sistem saluran pencernaan (tractus digestifus).
Pengertian tinja ini juga mencakup seluruh bahan buangan yang dikeluarkan dari tubuh manusia
termasuk karbon monoksida (CO2) yang dikeluarkan sebagai sisa dari proses pernapasan,
keringat, lendir dari ekskresi kelenjar, dan sebagainya. Feses (tinja) juga merupakan hasil
pemisahan dan terdiri dari : sisa – sisa makanan; air; bakteri; zat warna empedu. (Uliyah
Musrifatul dan A.Aziz Alimatul Hidayat. 2008)
Perkiraan Komposisi Tinja tanpa Air Seni
Komponen Kandungan (%)
Air
Bahan organik (dari berat kering)
Nitrogen (dari berat kering)
Fosfor (sebagai P2O5) (dari berat kering)
Potasium (sebagai K2O) (dari berat kering)
Karbon (dari berat kering)
Kalsium (sebagai CaO) (dari berat kering)
C/N rasio (dari berat kering)
66-80
88-97
5,7-7,0
3,5-5,4
1,0-2,5
40-55
4-5
5-10
Kuantitas Tinja dan Air Seni
Tinja/Air SeniGram/orang/hari
Berat Basah Berat Kering
Tinja 135-270 35-70
Air Seni 1.000-1.300 50-70
Jumlah 1.135-1.570 85-140
2.2 Tujuan Pemeriksaan Feses
Pemeriksaan feses adalah salah satu pemeriksaan laboratorium yang telah lama dikenal
untuk membantu klinisi menegakkan diagnosis suatu penyakit.Pemeriksaan dengan bahan feses
bertujuan untuk mendeteksi adanya kuman seperti Salmonella, Escherichia coli,
Staphylococcus,Sigela, dan lain-lain.Salmonella adalah bakteri penyebab typhoid atau dalam
masyarakat dikenal dengan tipes yaitu penyakit infeksi akut usus halus C. Sinonim dari penyakit
ini adalah typhoid dan paratyphoid abdominalis..Staphylococcus adalah kelompok dari bakteri-
bakteri, secara akrab dikenal sebagai Staph, yang dapat menyebabkan banyak penyakit sebagai
akibat dari infeksi beragam jaringan tubuh.Bakteri-bakteri Staph dapat menyebabkan penyakit
tidak hanya secara langsung oleh infeksi (seperti pada kulit), namun juga secara tidak langsung
dengan menghasilkan racun-racun yang bertanggung jawab dalam keracunan makanan dan toxic
shock syndrome.Penyakit yang berhubungan dengan Staph dapat mencakup dari ringan dan tidak
memerlukan perawatan sampai berat/parah dan berpotensi fatal.Eschericiacoli adalah bakteri
yang melepaskan racun yang bernama Shiga dan racun tersebut sering menyebabkan masalah
perut dan usus misalnya diare dan muntah.(Chayatin Nurul Ns dan Wahit Iqbal Mubarak. 2007)
2.3 Indikasi Pemeriksaan Feses
a. Adanya diare dan konstipasi
Tipe-Tipe Diare
Diare dibagi menjadi tiga tipe.Tipe-tipe tersebut adalah diare noninflamatori
(noninflammatory diarrhea), diare inflamatori (inflammatory diarrhea), dan diare pada penyakit
sistemik. Istilah lain untuk diare noninflamatori adalah diare sekretori (secretory diarrhea) dan
diare encer (watery diarrhea). Sinonim diare inflamatori adalah diare berdarah (bloody
diarrhea)dan disenteri (dysentery).
1) Diare Noninflamatori
DiareNoninflamatori melibatkan usus halus proksimal. Penyebab Diare Noninflamatori
adalah Norovirus, Rotavirus, Adenovirus Enterik, Astrovirus, ETEC, EAggEC, Vibrio cholerae,
Clostridium perfringens, Bacillus cereus, Staphylococcus aureus, Giardia lamblia,
Cryptosporidium parvum, Isospora belli, Cyclospora cayetensis, dan mikrosporidia.
2) Diare Inflamatori
Diare Inflamatori melibatkan usus besar.Mikroba yang menyebabkan Diare Inflamatori
bersifat invasif terhadap usus (enteroinvasive microorganisms).Penyebab Diare Inflamatori
adalah Entamoeba histolytica, Shigella spp., EIEC, EHEC, Salmonella enteridis, Campylobacter
jejuni, Vibrio parahaemolyticus, dan Clostridium difficile.Sampai saat ini, virus belum terbukti
sebagai penyebab Diare Inflamatori.
3) Diare Pada Penyakit Sistemik
Salah satu contoh Diare Pada Penyakit Sistemik adalah Demam Enterik. Istilah lain
untuk Demam Enterik adalah Demam Tifoid. Diare Pada Penyakit Sistemik melibatkan usus
halus distal. Penyebab Diare Pada Penyakit Sistemik adalah Salmonella typhi, Slamonellanon-
typhi, Yersinia enterocolitica, dan Campylobacter spp..Virus dan parasit belum terbukti secara
empiris sebagai penyebab Diare Pada Penyakit Sistemik.
a. Adanya ikterus
b. Adanya gangguan pencernaan
c. Adanya lendir dalam tinja
d. Kecurigaan penyakit gastrointestinal
e. Adanya darah dalam tinja
2.4 Pengertian Media
Media pertumbuhan mikroorganisme adalah suatu bahan yang terdiri dari campuran zat-
zat makanan (nutrisi) yang diperlukan mikroorganisme untuk pertumbuhannya. Mikroorganisme
memanfaatkan nutrisi media berupa molekul-molekul kecil yang dirakit untuk menyusun
komponen sel. Dengan media pertumbuhan dapat dilakukan isolat mikroorganisme menjadi
kultur murni dan juga memanipulasi komposisi media pertumbuhannya. Media harus
mengandung unsur-unsur yang diperlukan untuk metabolisme sel yaitu berupa unsur makro
seperti C, H, O, N, P; unsur mikro seperti Fe, Mg dan unsur pelikan/trace element.Media untuk
membiakkan bakteri haruslah steril sebelum digunakan.Berdasarkan fungsi/sifatnya beberapa
macam medium, antara lain medium umum, medium selektif dan medium diferensial.
Media selektif (selective medium) /media penghambat adalah media yang
ditambah zat kimia tertentu yang bersifat selektif untuk mencegah pertumbuhan
mikroba lain sehingga dapat mengisolasi mikroba tertentu, misalnya media yang
mengandung kristal violet pada kadar tertentu, dapat mencegah pertumbuhan
bakteri gram positif tanpa mempengaruhi bakteri gram negatif. Media ini selain
mengandung nutrisi juga ditambah suatu zat tertentu sehingga media tersebut
dapat menekan pertumbuhan mikroba lain dan merangsang pertumbuhan mikroba
yang diinginkan. Berdasarkan komposisi kimianya, dikenal
medium alami, medium semi sintetik, dan medium sintetik. Media ini dipakai
untuk menyeleksi mikrorganisme sesuai dengan yang diinginkan, jadi hanya satu
jenis mikrorganisme saja yang dapat tumbuh dalam media ini atau hanya satu
kelompok tertentu saja.
Sedangkan media diferensial adalah media untuk mengklasifikasikan kelompok
jenis bakteri. Media ini digunakan oleh ahli mikrobiologi untuk mengidentifikasi
jenis bakteri tertentu.)
Pemindahan biakan mikroba yang dibiakkan harus sangat hati-hati dan mematuhi
prosedur laboratorium agar tidak terjadi kontaminasi.Oleh karena itu, diperlukan teknik-teknik
dalam pembiakan mikroorganisme yang disebut dengan teknik inokulasi biakan. Untuk
mengisolasi bakteri dalam biakan murni, umumnya digunakan dua prosedur yaitu: metode agar
cawan dengan goresan dan metode agar tuang.
2.4.1 Media Mac Conkey Agar
Mac Conkey Agar adalah salah satu jenis media yang digunakan untuk identifikasi
mikroorganisme.Mac Conkey agar termasuk dalam media selektif dan diferensial bagi mikroba.
Jenis mikroba tertentu akan membentuk koloni dengan ciri tertentu yang khas apabila
ditumbuhkan pada media ini. Persenyawaan utama dalam media ini adalah laktosa, garam
empedu, dan merah netral sebagai indikator warna. Media ini akan menghambat pertumbuhan
bakteri gram positif dengan adanya garam empedu yang akan membentuk kristal violet. Bakteri
gram negatif yang tumbuh dapat dibedakan dalam kemampuannya memfermentasikan
laktosa.Koloni bakteri yang memfermentasikan laktosa berwarna merah bata dan dapat
dikelilingi oleh endapan garam empedu. Endapan ini disebabkan oleh penguraian laktosa
menjadi asam yang akan bereaksi dengan garam empedu.
Bakteri yang tidak memfermentasikan laktosa biasanya bersifat patogen.Golongan bakteri
ini tidak memperlihatkan perubahan pada media. Ini berarti warna koloninya sama dengan warna
media. Warna koloni dapat dilihat pada bagian koloni yang terpisah. Beberapa contoh
pertumbuhan koloni pada Mac Conkey Agar:
Salmonella dan Shigella : serupa media
Escherichia coli: merah dikelilingin zona keruh
Enterobacter dan Klebsiella : merah muda dan mukoid
Enterococcus dan Staphylococcus : kecil dan tidak terang tembus
2.4.2 Salmonella Shigella Agar Plate (SS)
Salmonella Shigella Agar Plate digunakan untuk isolasi organisme basil enterik patogen,
terutama mereka yang termasuk ke dalam genus Salmonella (penyebab penyakit thypus).Media
ini tidak dianjurkan untuk isolasi utama spesies Shigella. Bakteri yang dapat memfermentasi
laktosa seperti Escherichia coli atau Klebsiella pneumoniae muncul sebagai koloni kecil merah
muda atau merah. Bakteri yang tidak dapat memfermentasi laktosa seperti spesies Salmonella,
Proteus spesies dan spesies Shigella muncul sebagai koloni yang tidak berwarna.Produksi H2S
oleh spesies Salmonella mengubah pusat koloni menjadi berwarna hitam. Kontrol organisme:
Salmonella typhi: Koloni tak berwarna dengan bagian tengah berwarna hitam.
2.4.3 SCB (Selenite Cystine Broth)
Media ini merupakan media pengkaya, Media diperkaya adalah media yang mengandung
komponen dasar untuk pertumbuhan mikroba.Media diperkaya juga bersifat selektif untuk
mikroba tertentu. Bakteri yang ditumbuhkan dalam media ini tidak hanya membutuhkan nutrisi
sederhana untuk berkembang biak, tetapi membutuhkan komponen kompleks. Media SCB yang
telah dibuat memiliki warna kuning jernih, merupakan media tabung. Media ini melalui proses
sterilisasi pada autoclave dan dipipet lalu dimasukkan ke dalam masing-masing tabung reaksi.
2.5 Karakteristik Salmonella
Salmonella merupakan suatu jenis mikroorganisme yang termasuk dalam golongan
bakteri gram negatif, bakteri yang tidak menghasilkan spora dan bakteri yang berbentuk batang.
Mikroba ini termasuk dalam family Enterobacteriaceae.Salmonella adalah satu-satunya
penyebab penyakit gastroenteritis dan mikroba yang sangat penting dalam
peternakan. Salmonellosis merupakan salah satu bentuk infeksi “zoonotic” yang dapat
berpindah/menular dari hewan ke manusia. Pengkelasan Salmonella dapat dibagi menjadi 2 kelas
yaitu S. enteric dan S. bongori. Genus Salmonella ini dapat dibagi lagi menjadi serotypes yang
jumlahnya lebih dari 2500. Beberapa serotypes yang dapat mengakibatkan penyakit pada
manusia adalah Salmonella Enteriditis PT4 yang banyak terdapat pada telur, kemudian S.
Typhimurium dan S. Virchow (Lawley et al, 2008).
Menurut Cox (2000), genus Salmonella merupakan salah satu
family Enterobacteriaceae yang merupakan bakteri gram negative dan berbentuk batang dengan
ukuran (0.7 – 1.5 x 2-5 µm). Mikroba jenis ini termasuk dalam mikroba fakultatif anaerobic.
Menurut Jay (2000), jenis Salmonella yang dapat menginfeksi manusia adalah S. typhi, A.
paratyphi A, A. parathphi C. Kelompok ini merupakaan agen yang dapat menyebabkan demam
typhoid dan paratyphoid. Demam typhoid ini memiliki masa indkubasi yang panjang, sehingga
mampu menghasilkan suhu badan yang tinggi dan merupakan penyebab kematian tertinggi. S.
typhi dapat diisolasi dari darah, feses maupun urine dari seseorang yang menderita deman
enteric. Genus Salmonella merupakan anggota dari family Enterobacteriaceae.
Salmonella termasuk dalam kelompok bakteri gram negatif yang berbentuk batang, tidak
berspora, motil (kecuali Salmonella Pullorum dan S. Gallinarum), memiliki flagela peritrikus,
bersifat anaerob fakultatif, tumbuh pada suhu antara 5- 45 °C, dengan suhu optimum 35-37°C.
Salmonella mampu tumbuh pada pH rendah dan umumnya sensitif pada kadar garam yang
meningkat. Salmonella membentuk rantai filamen yang panjang jika dibiakkan/ditumbuhkan
pada suhu ekstrim 4-8 °C atau 44 °C, serta pada pH 4.4 atau 9.4. Semua Salmonella merupakan
patogen intraselular fakultatif dan bersifat patogen, serta dapat menyerang makrofag, sel-sel
dendrit, dan epitel (Bhunia 2008). Menurut Bhunia (2008), Salmonella adalah bakteri yang
mudah tumbuh, bakteri ini dapat menyesuaikan dengan berbagai bentuk keadaan
lingkungan. Salmonella akan tetap tumbuh bahkan setelah didinginkan walau dalam kecepatan
yang lebih lambat (Meggitt 2003).
2.6 Penyakit yang ditimbulkan oleh Salmonella
Penyakit yang disebabkan karena infeksi Salmonella disebut dengan Salmonellosis. Hal
ini dapat terjadi karena mengkonsumsi makan makanan yang tercemar oleh bakteri
tersebut.orang yang terinfeksi oleh bakteri ini biasanya akan mengalami sakit kepala, demam,
kejang perut, diare, mual, dan muntah. Gejala ini dapat timbul 6 – 72 jam setelah terjadinya
infeksi. Gejala penyakit ini biasanya akan berlanjut selama 4 – 7 hari. Menurut Dharmojono
(2001), beberapa penyakit yang dapat disebabkan karena adanya infeksi dari Salmonella adalah
sbeagai berikut :
Gastroenteritis
Penyakit ini bisa timbul dikarenakan infeksi Salmonella pada usus dan terjadi lebih dari
18 jam setelah bakteri pathogen tersebut masuk ke dalam host (inang). Ciri-ciri yang
ditimbulkan oleh penyakit ini adalah penderita akan mengalami demam, sakit kepala,
muntah, diare, terasa sakit pada abdomen (abdominal pain) selama 2-5 hari. Spesies yang
sering menjadi penyebab penyakit ini adalah S. typhimurium.
Septisemia
Penyakit akibat infeksi ini ditunjukkan dengan beberapa cirri-ciri seperti deman,
anoreksia, dan anemia. Infeksi ini dapat terjadi dalam waktu yang sangat lama.Jenis
spesies yang sering menyebabkan penyakit septisemia ini adalahS.cholera-suis.
Demam enteric
Demam enteric yang dapat terjadi dan sangat serius adalah demam tifoid.Jenis spesies
yang dapat menyebabkan demam ini adalah S. typhi. Namun, disisi lain, S. paratyphi juga
dapat menyebabkan demam ini namun resiko kematian akibat demam ini lebih rendah
dan tidak terlalu berbahaya jika dibandingkan dengan demam enteric yang diakibatkan
oleh S.typhi. Penyakit demam ini dapat ditunjukkan dengan beberapa cirri-ciri yaitu lesu,
anoreksia, menderita sakit kepala dan selanjutnya diikuti demam.
Penyakit yang diakibatkan oleh Salmonella termasuk dalam golongan infeksi.Bakteri
patogen dapat menginfeksi korbannya melalui pangan yang dikonsumsi.Dalam hal ini, penyebab
sakitnya seseorang adalah akibat masuknya bakteri patogen ke dalam tubuh melalui konsumsi
pangan yang telah tercemar bakteri.Untuk menyebabkan penyakit, jumlah bakteri yang tertelan
harus memadai.Hal itu dinamakan dosis infeksi.Sakit yang diakibatkan oleh
bakteri Salmonella dinamakan salmonellosis.Cara penularan yang utama adalah dengan menelan
bakteri dalam pangan yang berasal dari pangan hewani yang terinfeksi. Pangan juga dapat
terkontaminasi oleh penjamah yanng terinfeksi, binatang peliharaan dan hama, atau melalui
kontaminasi silang akibat higiene yang buruk. Penularan dari satu orang ke orang lain juga dapat
terjadi selama infeksi Dharmojono (2001).
BAB III
METODE
Waktu dan Tempat
Hari / Tanggal : Selasa, 21 April 2014
Waktu : 11.00 WITA
Tempat : Laboratorium Bakteriologi Jurusan Analis Kesehatan
3.1 Alat, Bahan dan Media / Reagen
3.1.1 Alat
1. Neraca analitik
2. Gelas beker
3. Spatel
4. Gelas ukur
5. Pengaduk kaca
6. Botol semprot
7. Erlenmeyer
8. Kompor listrik
9. Pipet ukur
10. Tabung reaksi dan rak tabung
11. Tabung durham
12. Api Bunsen
13. Autoclave
14. Ball pipet
15. Botol steril
16. Benang pulung
17. Inkubator
18. Ose
19. Jarum
20. Plate
3.1.2 Bahan
1. Sampel feses
2. Aluminium foil
3. Kapas berlemak
4. Label
3.1.3 Media / Reagen
1. MCA (Mac Conkey Agar)
2. SSA (Salmonella Shigella Agar)
3. SCB (Selenite Cystine Broth)
4. Aquadest
5. Alkohol 70%
3.2 Cara Kerja
3.2.1 Pembuatan Media SCB (19 g/l)
1. Media SCB dibuat sebanyak 200 ml, sehingga harus dihitung dahulu massa media
yang ditimbang yaitu :
191000
x200=3,8 g
2. Ditimbang 3,8 gram bubuk SCB OXOID CM0699 pada neraca analitik dengan
menggunakan gelas beker.
3. Dilarutkan dengan aquadest dan diaduk hingga homogen.
4. Dimasukkan kedalam Erlenmeyer dan ditambahkan aquadest sampai volumenya
mencapai 200 ml.
5. Lalu ditutup dengan aluminium foil.
6. Dipanaskan hingga larut sempurna pada kompor listrik.
7. Dipipet dengan pipet ukur masing-masing sebanyak 10 ml kedalam 20 buah
tabung reaksi yang telah diisi label sebelumnya.
8. Ditutup dengan kapas lemak.
9. Media siap digunakan.
3.2.2 Pembuatan Media SSA (63 g/l)
1. Media SCB dibuat sebanyak 300 ml, sehingga harus dihitung dahulu massa media
yang ditimbang yaitu :
631000
x300=18,9 g
2. Ditimbang 18,9 gram bubuk SSA OXOID CM0099 pada neraca analitik dengan
menggunakan gelas beker.
3. Dilarutkan dengan aquadest hingga homogen.
4. Dimasukkan kedalam Erlenmeyer dan ditambahkan aquadest sampai volumenya
mencapai 300 ml.
5. Lalu ditutup dengan aluminium foil.
6. Dipanaskan hingga larut sempurna pada kompor listrik.
7. Dituang kedalam 20 palte sebanyak 15-20 ml (40-500C).
8. Media siap digunakan.
3.2.3 Pembuatan Media MCA (51,5 g/l)
1. Media SCB dibuat sebanyak 300 ml, sehingga harus dihitung dahulu massa media
yang ditimbang yaitu :
51,51000
x300=15,3 g
2. Ditimbang 15,3 gram bubuk MCA OXOID CM0137 pada neraca analitik dengan
menggunakan gelas beker.
3. Dilarutkan dengan aquadest hingga homogen.
4. Dimasukkan kedalam Erlenmeyer dan ditambahkan aquadest sampai volumenya
mencapai 300 ml.
5. Lalu ditutup dengan aluminium foil.
6. Dipanaskan hingga larut sempurna pada kompor listrik.
7. Disterilisasi pada autoclave dengan suhu 1210 C selama 15 menit.
8. Dituang kedalam 20 palte sebanyak 15-20 ml (40-500C).
9. Media siap digunakan.
3.2.4 Penanaman biakan ( feses ) pada media SCB
1. Disiapkan sampel feses yang akan diperiksa.
2. Ose steril dicelupkan pada sampel feses 2 – 3 kali, kemudian dimasukkan pada
media SCB.
3. Diinkubasi dalam inkubator pada suhu 370C selama 18-24 jam.
3.2.5 Penanaman biakan ke media MCA dan SSA
1. Disiapkan media MCA dan SSA yang sudah diberi label.
2. Dari tabung media SCB , diinokulasikan/digoreskan dengan ose steril ke media
MCA dan SSA dengan metode gores kuadran (4 kuadran).
3. Media yang telah digoreskan tersebut diinkubasi pada suhu 370C selama 18-24
jam.
3.2.6 Pengamatan pada media MCA dan SSA
Diamati koloni yang tumbuh pada media MCA dan SSA secara makroskopis,
dibandingkan dengan ciri-ciri koloni untuk bakteri Salmonella sp. pada media
MCA dan SSA.
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengamatan
No Gambar Keterangan
1.
a
b
c
Dilakukan pembuatan media SSA (a),
MCA (b) dan SCB (c).
2.
Penanaman biakan feses pada media
SCB dengan mencelupkan ose yang
telah dicelupkan pada sampel feses
sebanyak 2-3 kali. Media yang telah
terisi sampel feses tersebut diinkubasi
pada suhu 370C selama 24 jam.
3.
Penanaman biakan feses ke media
MCA dan SSA dilakukan dengan cara
mencelupkan ose steril, kemudian ose
digoreskan pada media MCA dan SSA
dengan metode kuadran. Kemudian
media diinkubasi pada suhu 370C
selama 24 jam.
4.
Sampel Feses
Pada media SSA : koloni merah,
bentuk bulat, halus, elevasi timbul,
tepian licin, warna media tidak
berubah.
Pada media MCA : mempunyai ciri-
ciri yang sama dengan koloni pada
media SSA.
4.2 Pembahasan
Feses adalah sisa hasil pencernaan dan absorbsi dari makanan yang dimakan lalu
dikeluarkan lewat anus dari saluran cerna. Tinja atau feses atau dalam bahasa kasarnya
disebut tahi adalah produk buangan saluran pencernaan hewan yang dikeluarkan melalui anus
atau kloaka. Pada manusia, proses pembuangan kotoran dapat terjadi (bergantung pada
individu dan kondisi) antara sekali tiap satu atau dua hari hingga beberapa kali dalam sehari.
Bau khas dari tinja atau feses disebabkan oleh aktivitas bakteri. Bakteri menghasilkan
senyawa seperti indole, skatole, dan thiol (senyawa yang mengandung belerang), dan juga
gas hydrogen sulfide. Bakteri yang umumnya ada pada feses adalah bakteri Eschericia colli
yang merupakan flora normal dalam usus manusia, yang membantu proses pembusukan
makanan dalam metabolisme pencernaan di usus.
Pemeriksaan feses adalah salah satu pemeriksaan laboratorium yang telah lama
dikenal untuk membantu klinisi menegakkan diagnosis suatu penyakit. Meskipun saat ini
telah berkembang berbagai pemeriksaan laboratorium modern, dalam beberapa kasus
pemeriksaan feses masih diperlukan dan tidak dapat digantikan oleh pemeriksaan lain.
Pemeriksaan feses dapat dilakukan secara mikroskopis, makroskopis, kimia, dan
bakteriologis. Salah satu contoh kegunaan pemeriksaan feses adalah untuk membantu
menegakkan diagnosis demam tipoid, bila ditemukan bakteri Salmonella sp. dalam biakan
feses. Maka, tujuan dari praktikum kami kali ini adalah untuk mengetahui ada tidaknya
cemaran bakteri Salmonella dan Shigella sp. pada sampel feses dengan pemeriksaan secara
bakteriologis.
4.2.1 Preparasi Sampel
Sebelum melakukan pengujian, perlu dilakukan berbagai tahap persiapan
sampel dan alat yang akan digunakan. Dalam pemeriksaan bakteriologi alat-alat yang
digunakan sebaiknya telah berada dalam kondisi steril agar tidak terjadi kontaminasi yang
justru akan menyebabkan hasil yang tidak sesuai atau tidak menggambarkan kondisi yang
sesungguhnya dari sampel yang diuji.
a. Pembuatan Media
Media yang digunakan dalam uji Salmonella sp. ini antara lain; Media
Selenite Cystine Broth (SCB), Media Mac Conkey Agar (MCA), dan
Media Salmonella dan Shigella Agar (SSA).
Media Selenite Cystine Broth (SCB) merupakan media cair yang
digunakan sebagai media pemupuk untuk memperbanyak dan
menggemukkan kuman atau bakteri dalam sampel.
Media Mac Conkey Agar (MCA), dan Media Salmonella dan Shigella
Agar (SSA) merupakan media padat atau agar selektif differensial yang
nantinya digunakan untuk menumbuhkan kuman yang ada dalam sampel.
kuman atau bakteri yang dapat tumbuh di media ini-pun hanya kuman atau
bakteri tertentu saja yaitu bakteri golongan Enterobacteriaceae. Pada
media-media inilah kita dapat mengamati cirri-ciri dan morfologi masing-
masing bakteri yang tumbuh.
b. Preparasi Sampel
Umumnya, di setiap awal uji, selalu ada preparasi sampel tujuannya
untuk menghomogenkan sampel, untuk memisahkan agar bakteri terlepas
dari sampel atau zat lain yang mengikatnya sehingga di dapat jumlah dan
bakteri yang sesuai. Sampel padat dapat di hancurkan terlebih dahulu
dengan mortar dan pestle, sedangkan sampel cair dan feses dapat langsung
digunakan.
4.2.2 Hal Yang Perlu Diperhatikan Dalam Pengolahan Sampel
1. Penggunaan media pada pemeriksaan ini harus dipastikan dalam keadaan yang
steril karena akan sangat berpengaruh pada hasil pengamatan dimana dapat
menghambat pertumbuhan bakteri yang dikehendaki.
2. Teknik aseptis harus diperhatikan dalam semua proses untuk menekan terjadinya
kontaminasi pada sampel yang diinokulasikan.
4.2.3 Pengerjaan dan Hasil
a. Penanaman Pada Media Pemupuk
Pengejaan awal dengan menanamkan kuman atau bakteri dalam sampel
feses ke dalam media pemupuk Selenite Cystine Broth (SCB). Dengan
menggunakan ose, sampel diambil dan di celupkan ke dalam Selenite Cystine
Broth (SCB) sejumlah 1-2 ose. Pengerjaan inokulasi sampel harus dilakukan di
dekat api Bunsen, agar sampel dan media selalu dalam keadaan steril sehingga
dapat diperoleh hasil yang valid nantinya. Tabung kemudian digoyang-
goyangkan agar sampel feses menyebar rata keseluruh bagian media. Media
kemudian diinkubasi pada suhu 37C selama 24 jam. Inkubasi dilakukan untuk
memberikan waktu bagi bakteri untuk tumbuh berkembang serta melakukan
aktivitas metabolisme.
b. Isolasi Pada Media Selektif
Setelah diinkubasi 24 jam, Selenite Cystine Broth (SCB) dikeluarkan dari
incubator, dan siap di isolasi pada media selektif Mac Conkey Agar (MCA), dan
Salmonella dan Shigella Agar (SSA). Isolasi adalah mengambil mikroorganisme
yang terdapat di alam dan menumbuhkannya dalam suatu medium buatan.
Terdapat berbagai cara mengisolasi mikroba, yaitu Isolasi pada agar cawan,
Isolasi pada medium cair, dan Isolasi pada sel tunggal (dengan cara penggoresan
atau penaburan).
Pada praktikum ini kami menggunakan cara isolasi bakteri metode isolasi sel
tunggal dengan penggoresan. Tujuan utama dari penggoresan ini adalah untuk
menghasilkan koloni-koloni bakteri yang terpisah dengan baik dari suspensi sel
yang pekat. Cara ini lebih menguntungkan bila ditinjau dari sudut ekonomi dan
waktu, tetapi memerlukan keterampilan yang diperoleh dengan latihan.
Pengoresan yang sempurna akan menghasilkan koloni yang terpisah.
Dari tabung SCB, diambil 1 ose dan digoreskan ke dalam media Mac
Conkey Agar (MCA), dan Salmonella dan Shigella Agar (SSA) lalu di inkubasi
selama 24-48 jam pada suhu 37C. Dari empat teknik goresan yang ada, yaitu
Goresan T, Goresan Kuadran, Goresan Radian, dan Goresan Sinambung, kami
memilih penggoresan metode kuadran dimana penggoresan ini terbagi menjadi 4
kuadran. Kuadran pertama goresan diisi penuh atau rapat. Kuadran kedua sedikit
renggang, kuadran ketiga lebih renggang dan terkahir kuadran ke-empat sangat
renggan. Hal ini dilakukan dengan saling meneruskan goresan dari tahap 1 hingga
4. Tujuan goresan yang berbeda kerapatannya agar pada kuadran 4 nantinya di
dapat koloni bakteri tunggal dan memudahkan apabila akan di pindahkan lagi ke
media gula-gula, selainkan memudahkan dalam identifikasi dan pembuatan
preparat.
c. Pembacaan Hasil
Setelah diinkubasi selama 24 jam pada suhu 370C hasil yang menunjukkan
adanya bakteri Salmonella pada media Mac Conkey Agar (MCA), koloni tidak
berwarna, jernih keping, sedang, bulat, dan smooth. Sedangkan pada media
Salmonella dan Shigella Agar (SSA), koloni tidak berwarna, kecil-kecil, keeping,
smooth, dan bulat.
Dari hasil praktikum ini, didapat hasil isolasi bakteri sebagai berikut;
Pada Media Mac Conkey Agar (MCA)
Warna : koloni berwarna merah, sedangkan media tidak berubah tetap
berwarna merah.
Ukuran : ukuran koloni sedang.
Bentuk : bentuk koloni bulat, keeping, smooth, dengan elevasi timbul, dan
tepian yang nyata dan licin.
Bau : tidak berbau.
Interpretasi : Positif Enterobacteriacea
Negatif Salmonella-Shigella
Pada Media Salmonella dan Shigella Agar (SSA)
Warna : koloni berwarna merah, sedangkan media pada bagian tepinya
berubah warna menjadi kuning bening.
Ukuran : ukuran koloni kecil.
Bentuk : bentuk koloni bulat, keeping, smooth, dengan elevasi timbul, dan
tepian yang nyata dan licin.
Bau : tidak berbau.
Interpretasi : Positif Enterobacteriacea
Negatif Salmonella-Shigella
Data diatas diperoleh setelah inkubasi media MCA dan SSA selama kurang
dari 24 jam. Kedua media agar tersebut member hasil positif terdapat bakteri dari
golongan Enterobacteriacea yang merupakan bakteri Escherichia colli dengan
berdasarkan warna koloni yang terbentuk yaitu merah. Sedangkan pada media SSA, koloni
berwarna merah yang dicurigai E.colli namun warna media di bagian tepi berubah menjadi
kuning bening yang diduga apabila inkubasi sempurna dimungkinkan warna koloni dan
sebagian media juga akan berubaha menjadi kuning, karena saat pembacaan media belum
dalam waktu inkubasi yang sempurna (belum memenuhi syarat pembacaan), hal ini
dikarenakan keterbatasan waktu praktikum. Koloni E.colli yang terdapat dalam kultur
merupakan hal yang wajar, karena bakteri ini merupakan flora normal dalam pencernaan
manusia.
Dan dari hasil diatas, diketahui bahwa dalam sampel feses pasien bernama Luh
De Trisna Dewi (19th) positif terdapat bakteri dari golongan Enterobacteriaceae.
Sedangkan untuk hasil Salmonella-Shigella dinyatakan negatif.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari pemeriksaan Salmonelaa yang telah dilakukan pada sampel feses maka dapat
disimpulkan bahwa :
1. Pemeriksaan feses adalah salah satu pemeriksaan laboratorium yang telah
lama dikenal untuk membantu klinisi menegakkan diagnosis suatu penyakit.
Pemeriksaan feses dapat dilakukan secara mikroskopis, makroskopis, kimia,
dan bakteriologis. Salah satu contoh kegunaan pemeriksaan feses adalah untuk
membantu menegakkan diagnosis demam tipoid, bila ditemukan bakteri
Salmonella sp. dalam biakan feses.
2. Hasil identifikasi salmonella sp. pada sampel feses yaitu sebagai berikut :
a. Media Mac Conkey Agar (MCA)
Interpretasi : Positif Enterobacteriacea dan Negatif Salmonella-Shigella
b. Media Salmonella dan Shigella Agar (SSA)
Interpretasi : Positif Enterobacteriacea
Negatif Salmonella-Shigella
5.2 Saran
Oleh karena bakteri Salmonella sp. dapat menginfeksi manusia melalui air dan
makanan, serta lalat yang hinggap pada makanan yang tercemar. Akibat yang
ditimbulkan adalah peradangan pada saluran pencenaan sampai rusaknya dinding
usus. Salmonella sp. Dan dapat menimbulkan gejala penyakit, yaitu : adanya diare
dan konstipasi, adanya icterus, adanya gangguan pencernaan, adanya lendir dalam
tinja, kecurigaan penyakit gastrointestinal, dan adanya darah dalam tinja. Agar
terhindar dari gejala penyakit tersebut, maka harus menjaga higiniesnitas makanan
atau minuman yang akan dikonsumsi dan tentu saja harus mencuci tangan sebelum
makan.
DAFTAR PUSTAKA
Bhunia A. 2008. Foodborne Microbial Pathogens. New York: Springer
Chayatin Nurul Ns dan Wahit Iqbal Mubarak. 2007. Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta :
EGC
Dharmojono. 2001. Lima belas Penyakit Menular dari Binatang ke Manusia. Milenia
Populer. Jakarta.
Dinas Kesehatan Padang. 2008. Hasil pemeriksaan sampel makanan penyebab keracunan
makanan pada karyawan setelah mengkonsumsi nasi bungkus karena Staphylococcus
aureus. Laporan Hasil Pemeriksaan Laboratorium.
Jay, J.M. 2000.Modern Food Microbiology 6th.Ed. Aspen Publisher, Inc. Maryland.
Lawley, R., Curtis, L., & Davis, J., 2008. The Food Safety Hazard Guidebook.Royal Society
of Chemistry. London. UK
Meggitt, C., 2003. Food Hygiene and Safety.Heinemann Educational Publishers. Oxford.
Uliyah Musrifatul dan A.Aziz Alimatul Hidayat. 2008. Praktikum Keterampilan Dasar
Praktek Klinik. Jakarta : Salemba Medika