paradigma baru pembangunan pertanian berbasis agribisnis

12

Click here to load reader

Upload: taofik-rifai

Post on 25-Jul-2015

389 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: Paradigma Baru Pembangunan Pertanian Berbasis Agribisnis

Paradigma Baru Pembangunan Pertanian Berbasis Agribisnis

Ditulis oleh MasterAdminRabu, 08 April 2009 12:31 - Terakhir Diperbaharui Rabu, 08 April 2009 12:59

Pendahuluan

Apabila diamati secara cermat, maka dapat disimpulkan bahwa pembangunan pertanianselama ini dilaksanakan dengan pendekatan komoditas (Kasrino dan Suryana, 1992).Pendekatan ini dicirikan oleh pelaksanaan pembangunan berdasarkan pengembangankomoditas secara sendiri-sendiri ( parsial) dan berorentasi pada peningkatan produksi. Tidakdapat disangkal lagi, bahwa pembangunan sektor pertanian selama ini memberikan hasil yangsangat menakjubkan, terutama dalam memacu pertumbuhan produksi yang dibuktikan dengantercapainya swasembada beras.

 

 

Keberhasilan program peningkatan produksi pertanian terutama beras, kelapa sawit, kakao,udang, ayam buras dan pedaging serta telur antara lain disebabkan oleh: keadaan pasarberbagai komoditas tersebut dalam situasi exees demond, dukungan paket teknologi maju, sumber daya alam yang tersedia, sumber dana tersedia dengantingkat bunga disubsidi dan dana untuk investasi prasarana dan sarana ekonomi olehpemerintah dan komitmen pemerintah. Namun pendekatan komodite untuk masa yang akan datangkurang memadahi lagi, karena adanya indikasi: kejenuhan atauketerbatasan pengembangan pasar (permintaan), keterbatasanketersediaan sumber pertanian, dan investasi dan mulaimelandainya kenaikan produktivitas. Oleh karena itu diperlukanreorentasi pembangunan pertanian dimasa mendatang. Hal inidiperkuat lagi dengan pelaksanaan desentralisasi dan pemerataanpembangunan berkelanjutan yang lebih dimatangkan. Berdasarkan uraian diatas, komoditas sudah tidak lagi cocok diterapkan dalampembangunan pertanian selama ini, hal ini merupakan konskwensi logis masuknya globalisasiyang dicirikan oleh persaingan perdagangan international yang sangat ketat dan bebas.Perekonomian nasional akan semakin diregulasi melalui pengurangan subsidi, dukungan hargadan berbagai prestasi lainnya. Kemampuan bersaing melalui proses produksi yang efisienmerupakan pijakan utana bagi kelangsungan hidup usahatani. Sehubungan dengan itupartisipasi dan kemampuan wirausaha petani merupakan kunci keberhasilan pembangunanpertanian. Disamping itu usahatani dan petani semakin tergantung dengan usaha lainnyamaupun dengan berbagai kegiatan ekonomi lainnya. Dengan kata lain persaingan denganberbagai komoditas terhadap penggunaan sumberdaya pertanian akan semakin tinggi.

1 / 12

Page 2: Paradigma Baru Pembangunan Pertanian Berbasis Agribisnis

Paradigma Baru Pembangunan Pertanian Berbasis Agribisnis

Ditulis oleh MasterAdminRabu, 08 April 2009 12:31 - Terakhir Diperbaharui Rabu, 08 April 2009 12:59

Menyadari hal itu pemerintah telah menetapkan perubahan pendekatan pembangunanpertanian dari pendekatan komoduitas menjadi pendekatan optimalisasi kegiatan sumber dayapertanian dengan penerapan teknologi maju dan sistem agribisnis terpadu. Seiring dengan itu,orientasi pembangunan pertanianpun akan mengalami perubahan, dari orientasi peningkatanpendapatan petani dan kesejahteraan serta nilai-nilai gizi meningkat. Perubahan ini akanmenimbulkan pergeseran kebutuhan penelitian sebagai faktor pemberi arah, pembela danpemegang pelaksanaan pembangunan tersebut.

Agribisnis Kegiatan Ekonomi

Istilah agribisnis pertama kali dipopulerkan oleh Davis dan Goldberg (1957). Namun hingga kinimasih sering terjadi ketidak samaan pengertian mengenahi istilah tersebut, oleh karena itu artidan cakupan agribisnis perlu dijabarkan lebih dahulu.

Kata agribisnis dapat diuraikan menjadi agri yang berarti pertanian dan bisnis yang berarti usaha atau kegiatan ekonomi. Dengan demikian secara harfiah agribisnis dapat diartikan sebagaiusaha atau kegiatan ekonomi yang berkaitan dengan pertanian.

Agribisnis dilakukan untuk mendorong timbulnya kegiatan yang bersifat backwardlinkagesterhadap pertanian dan kegiatan ekonomi yang bersifatforword linkagges yang mengarah pada konsumen akhir (Kinsey, 1987). Berdasarkan difinisi tersebut diatas,agribisnis mempunyai dua makna yang berbeda namun saling berhubungan yaitu usaha ekonomi dan suatu sistem terpadu.

Dalam kaitannya sebagai usaha ekonomi, agribisnis dapat diartikan sebagai suatu perusahaanyang bergerak dalam bidang yang berhubungan dengan pertanian. Agribisnis sebagai sebuahperusahaan dicirikan oleh dua hal yaitu: Pertama, berorentasi pasar, barang/jasa yangdihasilkan disalurkan melalui pasar dan sebagai atau seluruhnya sarana produksi yangdibutuhkan diperoleh (dibeli) dari pasar. Kedua, bersifat rasional, bertujuan untuk memperolehkeuntungan yang sebesar-besarnya.

Dengan dua ciri tersebut diatas dapat diketahui bahwa kegiatan produksi pertanian (farming)

2 / 12

Page 3: Paradigma Baru Pembangunan Pertanian Berbasis Agribisnis

Paradigma Baru Pembangunan Pertanian Berbasis Agribisnis

Ditulis oleh MasterAdminRabu, 08 April 2009 12:31 - Terakhir Diperbaharui Rabu, 08 April 2009 12:59

tidak otomatis dapat dikatagorikan sebagai agribisnis. Sebagai contoh produksi pertanian yangdimasukkan untuk memenuhi kebutuhan sendiri (pertanian subsisten) tidak tergolong sebagai agribisnis karena produksi yang diperoleh tidakdisalurkan melalui pasar. Kegiatan yang dimaksud sebagai hoby juga tidak dapat digolongkandalam agribisnis karena tujuannya tidak untuk memperoleh keutungan ekonomi yangsebenar-benarnya. Demikian pula kegiatan pertanian yang hasil produksinya dipertukarkanmelalui bartter, tidak tergolong agribisnis karena tidak menggunakan pasar sebagai media transaksi. Dengandemikian bidang usaha agribisnis meliputi: 1) usaha untuk menghasilkan sarana produksiusahatani (industri peralatan dan material usahatani), 2) Usahatani berorentasi untukmemenuhi dinamika permintaan pasar, 3) Usaha yang mengolah produksi usahatani(Agroindustri) dan 4) Usaha perdagangan sarana produksi primer dan produksi olahanusahatani.

Dalam percakapan sehari-hari, kita sering mendengar paling tidak ada dua pengertianagribisnis yang keliru: Pertama, agribisnis dianggap merupakan atau persoalan besar.Pengertian yang benar adalah bahwa agribisnis tidak membedakan sakala usaha. Perusahaanbesar maupun kecil tergolong agribisnis asalkan merupakan usaha ekonomi yang merupakanperusahaan sarana dan produksi pertanian. Jadi usahatani keluargapun dapat tergolongagribisnis selama persyaratan tersebut dipenuhi. Kedua,agribisnis dianggap hanya mencakup usaha perdagangan dan pengolahan hasil pertanian,sedangkan usaha produksi pertanian tidak tergolong agribisnis. Pengertian inipun keliru karenasesungguhnya usaha produksi pertanian merupakan simpulan kegiatan agribisnis. Jadi usahaproduksi pertanian juga termasuk agribisnis bahkan merupakan komponen utama agribisnis.

Agribisnis sebagai sebuah sistem terpadu, merupakan satu kesatuan jaringan yang tidakterpisahkan antara 4 (empat) komponen: jaringan perusahaan agribisnis, konsumen,kebijaksanaan dan kondisi perekonomian makro dan lembaga penunjang.

Cakupan agribisnis sebagai suatu sistem terpadu jauh lebih luas dari pada cakupan agribisnissebagai jenis perusahaan. Sebagai jenis perusahaan agribisnis hanya mencakup kegiatanekonomi saja (jaringan perusahaan), sedangkan sebaghai sebuah sistem terpadu, disampingmencakup konsumen, keadaan perekonomian makro dan lembaga penunjang (Dillon et al.,1971).

3 / 12

Page 4: Paradigma Baru Pembangunan Pertanian Berbasis Agribisnis

Paradigma Baru Pembangunan Pertanian Berbasis Agribisnis

Ditulis oleh MasterAdminRabu, 08 April 2009 12:31 - Terakhir Diperbaharui Rabu, 08 April 2009 12:59

Arus Produksi

Jaringan perusahaan agribisnis meliputi segala perusahaan yang berkaitan dengan komoditaspertanian. Jaringan perusahaan ini terdiri dari tiga dimensi yaitu: Pertam, dimensi vertikal,dicirikan oleh arus produksi yang dihasilkan oleh setiap perusahaan agribisnis. Jadi usahabidang agribisnis meliputi industri penghasil sarana produksi usahatani, usahatani industripengolah hasil-hasil usahatani dan pedagang atau distributor dari hasil produk-produk yangdihasilkan. Kedua, dimensi horizontal, dicirikan oleh kaitan sumberdaya yang digunakan dalamproses produksi atau kaitan pasar (harga) dari produk yang dihasilkan oleh masing-masingperusahaan agribisnis yang ada dalam jaringan vertikal. Untuk kasus sistem agribisnis kedelai,alur horizontal antara lain terdapat pada bidang usahatani kacang kedelai maupun industripengoalahannya. Alur harizontal usahatani kacang kedelai antara lain usahatani jagung, padi,kacang tanah dan kacang hijau. Kaitan horizontal untuk komoditas ini muncul, baik melaluisumberdaya khususnya lahan maupun melalui pasar (konsumsi). Dalam hal penggunaan lahan, usahatani kacang kedelai dengan usahatani jagung secara monokultur dapat bersifat nonsubstitusi (saling menggeser) dapat pula bersifat komplementer (saling mendukung) apabiladiusahakan secara tumpang sari usahatani padi, kacng tanah dan kacang hijau pada umumnyaberifat substitutif dengan usahatani kacang kedelai. Kaitan horizontal pada industri pengolahankedelai, misalnya antara industri pemerasan kedelai dengan industri minyak gorang/ minyakjagung. Kaitan horizontal ini terjadi melalui kegiatan pasar (konsumen) yaitu minyak kedelai,minyak goreng dan minyak jagung saling bersubstitusi satu sama lain. Sistem bisnis kacangkedelai terkait pula dengan sistem agribisnis jagung pada usaha pabrik pakan ternak karenabungkil kacang kedelai dan jagung bersifat komplementer dalam pembuatan pakan ternak.Dengan demikian sistem agribisnis jagung baik secara horizontal maupun secara vertical dan Ketiga, dimensi spesial, manunjukkan kaitan antara lokasi dan sistem regional dari usaha agribisnisdengan berbagai hal, diataranya luas dan kesuburan tanah atau lahan, kosentrasi konsumenserta kesediaan sarana dan prsarana produksi, oleh karena itu sistem agribsinis padaumumnya khas untuk suatu wawasan.

Perpaduan sistem agribisnis tersebut akan membentuk suatu jaringan sistem agribisnis yangterpadu horizontal maupun spesial. Oleh karena itu kelangsungan hidup suatu perusahaanagribisnis sangat tergantung pada kelangsungan perusahaan agribisnis lainnya. Dengandemikian kebijaksanaan pertanian tidak tepat bila didasarkan pada pendekatan komoditas.

Salah satu ciri agribsisnis adalah sifatnya berorentasi pasar. Pasar produk-produk agribisnistergolong yang paling ketat persaingannya. Oleh karena itu , pasar produk-produk agribisnis

4 / 12

Page 5: Paradigma Baru Pembangunan Pertanian Berbasis Agribisnis

Paradigma Baru Pembangunan Pertanian Berbasis Agribisnis

Ditulis oleh MasterAdminRabu, 08 April 2009 12:31 - Terakhir Diperbaharui Rabu, 08 April 2009 12:59

tergolong pasar pembeli (buyer market). Tanda pasar pembeli adalah konsumenmanjadi raja. Suatu persyaratan agribisnis dapat bertahan apabila mampu mengusahakan produknya dengan kebutuhan konsumen,sehingga konsumen merupakan suatu komponen utama dari jaringan sistem agribisnis.

Secara tradisional, para ahli berpendapat bahwa sektor pertanian merupakan sektor yangterisolir, yang kurang dipengaruhi oleh keadaan perekonomian makro maupun perekonomianglobal. Pendapat demikian tidak tepat lagi diterapkan dikondisi saat ini. Sejak pertengahantahun 1970-an , para ahli mulai sadar bahwa sektor pertanian sangat dipengaruhi oleh kondisiperekonomian makro maupun perekonomian global (Schuch, 1988; Chambers and Just, 1982;Nainggolan, 1988). Beberapa variabel perekonomian makro yang cukup berpengaruh terhadapsektor perekonomian, pertanian dan agribisnis secara keseluruhan adalah nilai tukar, sukubunga, kredit perbankan, pengeluaran pemerintah dan inflasi. Oleh karena itu kondisiperekonomian makro merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari jaringan sistem agribisnis.

Ketersediaan prasarana merupakan kunci perkembangan agribisnis. Beberapa prasaranastrategis bagi perkembangan agribisnis, seperti jaringan irigasi, jalan raya dan pasarmerupakan barang publik yang harus dibangun oleh pemerintah. Apabila prasarana tersebuttidak tersedia maka agribisnis tidak akan berkembang dengan baik. Oleh karena itu prasaranamerupakan salah satu komponen dari jaringan sistem agribisnis.

Komponen jaringan agribisnis lainnya adalah lembaga penunjang seperti kebijaksanaanpemerintah, penyuluhan, pendidikan dan penelitian. Kebijaksanaan pemerintah merupakankunci perkembangan agribisnis. Penyuluhan berperan dalam dimensi teknologi dan informasiekonomi yang sangat diperlukan oleh agribisnis. Pendidikan sangat penting untukmeningkatkan pengetahuan manajemen dan penguasaan teknologi agribisnis. Penelitianberperan sebagai peramu teknologi, perumus kebijaksanaan dan penyedia informasi ekonomiyang diperlukan untuk mengembangkan agribisnis.

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa agribisnis merupakan suatu jaringansistem komoditas.Tidak satupun usaha agribisnis yang hidup terisolir tanpa dipengaruhi olehusaha agribisnis lainnya maupun oleh faktor-faktor eksternal lainnya. Usahatani merupakansalah satu komponen dari jaringan sistem terpadu yang merupakan kunci utama daripendekatan agribisnis.

5 / 12

Page 6: Paradigma Baru Pembangunan Pertanian Berbasis Agribisnis

Paradigma Baru Pembangunan Pertanian Berbasis Agribisnis

Ditulis oleh MasterAdminRabu, 08 April 2009 12:31 - Terakhir Diperbaharui Rabu, 08 April 2009 12:59

Fokus Penelitian

Tujuan utama pembangunan pertanian adalah untuk meningkatkan efisiensi penggunaansumberdaya pertanian dan pendapatan petani serta kesempatan kerja tanpa mengabaikankelestarian lingkungan. Hal ini dapat diartikan sebagai upaya menggeser pertanian subsistenmenjadi pertanian komersial tanpa melupakan kepentingan lainnya. Permasalahan orentasi inisemakin menonjol, mengingat potensi sumberdaya pertanian semakin berkurang, sebaliknyakebutuhan akan produksi pertanian semakin meningkat dari waktu kewaktu.

Penelitian memberikan alternatif kebijaksanaan dan paket teknologi sistem agribisnis, untukmembantu pencapaian suatu tujuan. Penelitian agribinsis merupakan penelitian terpadu. Olehkarna itu fokus penelitian agribisnis harus mengarah pada pemecahan masalah, memberikanarah dan alternatif strategis pembangunan pertanian. Penelitian dan pengembangan pertanianberorentasi agribisnis hendaknya berpartisipasi mulai dari tahap perencanaan dan pelaksanaanpembangunan pertanian secara aktif. Fokus penelitian agribisnis pada tahap perencanaanpembangunan, upaya pemecahan masalah dalam pelaksanaan pembangunan danmengevaluasi hasil pembangunan.

Pada tahap perencanaan, penelitian harus mampu menunjukkan potensi sumberdaya,memberikan alternatif pendayagunaannya dengan merekayasa paket teknologi maju spesifiklokasi, serta merumuskan alternatiF kebijaksanaan untuk mepercepat penguasaan dan alihteknologi. Dalam pemilihan alternatif sering timbul permasalahan dalam penguasaansumberdaya . Oleh sebab itu penelitian harus mampu menunjukkan keterkaitan aktifitaspembangunan, baik yang bersifat vertikal, horizontal maupun bersifat komplementer. Ini berartibahwa penelitian harus berada didepan untuk membantu perencanaan pembangunan.Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa penelitian harus berada pada semuatahap kegiatan dalam sistem agribisnis terpadu (Kasryno, et al., 1983).

Kegiatan pembangunan ekonomi berjalan diberbagai daerah dengan kondisi daerah yangbelum tentu sama dengan lainnya. Ini berareti bahwa kendala yang dihadapi dalam kegiatanpembangunan dapat berbeda satu dengan lainnya. Berdasarkan penelitian seperti ini ,penelitian dilaksanakan pada semua daerah sehingga permasalahan yang dihadapi dapatdiketahui untuk dicapai pemecahannya. Dan karena permasalahan pembangunan ekonomi ituharus bersifat komprehensip diseluruh wilayah Nusantara.

Penelitian pertanian dengan pendekatan agribisnis (P3A) merupakan suatu metode penelitain

6 / 12

Page 7: Paradigma Baru Pembangunan Pertanian Berbasis Agribisnis

Paradigma Baru Pembangunan Pertanian Berbasis Agribisnis

Ditulis oleh MasterAdminRabu, 08 April 2009 12:31 - Terakhir Diperbaharui Rabu, 08 April 2009 12:59

yang berdasarkan pada konsep agribisnis secara utuh yaitu agribisnis sebagai jenis usahaekonomi dan sebagai jaringan sistem terpadu. Pokok-pokok pikiran yang melandasi P3A iniialah usahatani merupakan suatu usaha agribisnis yang rasional, usahatani yang berorentasipada pasar dan usahatani merupakan salah satu komponen dari jaringan sistem agribisnisterpadu.

Usahatani sebagai usaha agribisnis yang rasional mempunyai dua cara pokok: 1) Usahatanidiarahkan untuk memaksimalkan keuntungan bersih dengan mengoptimalkan pemanfaatansumberdaya pertanian wilayah dan penerapan paket teknoogi maju berwawasan lingkungan.Ciri-ciri seperti ini sesuai dengan arahan pembangunan pertanian pada era reformasi ini yangberorentasi pada peningkatan pendapatan petani secara berkelanjutan dan dinamis. Disampingitu ciri-ciri yang demikian juga cocok dengan kondisi perekonomian yang semakin terderegulasiyang diantaranya ditandai pengurangan subsidi usahatani. Peningkatan teknologi maju padakeseluruhan mata rantai agribisnis akan menghasilkan komoditas yang berdaya saing tinggi,sehingga mempunyai keunggulan kompetitif wilayah. Dengan demikian akan mendorong salingketergantungan antara wilayah Nusantara. 2) Petani memiliki kebebasan untuk memilihkomoditas, teknologi dan manajemen usahatani. Ciri ini sesuai dengan Undang-undang sistembudidaya tanaman yang ditetapkan pada tahun 1992 dan cocok pula dengan kebijaksanaanderegulasi yang sedang dicanangkan oleh pemerintah.

Usahatani berorentasi pasar mengandung arti bahwa orientasi produksi usahatani yangmenghasilkan komoditas unggulan yang berdaya saing tinggi adalah untuk dijual dan saranaproduksi diperoleh (dibeli) dari pasar. Ciri seperti ini merupakan cermin keberhasilan usahatanidi Indonesia pada saat ini dan sesuai dengan Undang-undang dan pandangan bahwausahatani merupakan agribisnis yang rasional.

Usahatani berorentasi pasar ditunjukkan oleh manajemen dan eksistensi usahatani yangsangat dipengaruhi oleh kondisi pasar. Ciri utama dari pasar komoditas pertanian adalahpersaingan yang sangat ketat, oleh karena itu efisiensi ekonomi produksi merupakan kunciutama bagi eksisten usahatani. Disamping itu pasar komoditas usahatani senantiasadidasarkan pada permintaan konsumen. Karena permintaan konsumen itu bersifat dinamissesuai dengan perkembangan sosial ekonomi mereka, maka penelitian agribisnis harus dapatmeprediksi perilaku pasar dimasa datang sehingga komoditas yang akan diproduksi sesuaidengan perilaku pasar tersebut. Investasi produk yang sesuai dengan kebutuhan konsumen merupakan kunci bagi eksistensi usahatani.

7 / 12

Page 8: Paradigma Baru Pembangunan Pertanian Berbasis Agribisnis

Paradigma Baru Pembangunan Pertanian Berbasis Agribisnis

Ditulis oleh MasterAdminRabu, 08 April 2009 12:31 - Terakhir Diperbaharui Rabu, 08 April 2009 12:59

Pandangan bahwa agribisnis merupakan usaha ekonomi rasional yang berorentasi pasarmempunyai spesifikasi terhadap pola penelitian pengembangan teknologi pertanian dananalisis mikro ditingkat usahatani. Pengembangan teknologi hendaknya lebih dirasakan padaupaya untuk mengatasi persoalan ekonomi yang dihadapi. Pola pengembangan teknologi yangdemikian disebut induced innovation (Hayami and Ruttan, 1971). Dengan kata lainpengembangan teknologi merupakan upaya untuk keuntungan dan efisiensi ekonomi usahataniwilayah. Peningkatan produktivitas belum tentu dapat meningkatkan keuntungan maupunefisiensi ekonomi.

Pendekatan pembangunan pertanian yang berorentasi pada sistem agribisnis terpadu danoptimalisasi pemanfaatan sumberdaya pertanian wilayah memerlukan teknologi pertanian yangdapat memenuhi kedua pendekatan ini. Untuk itu setiap wilayah /Propinsi/Kabupaten dihadirkanunit kerja Badan Litbang Pertanian dengan sasaran mampu merakit paket teknologi sistemagribisnis sehingga dapat menghasilkan komoditas pertanian andalan Prropinsi atau Kabupaten dan mempunyai keunggulan kompetitif sehingga berdaya saing tinggi dipasar dalam dan luarnegeri.

Pembangunan teknologi bertambah penting mengingat sumber daya pertanian semakinterbatas, sedangkan kebutuhan hasil pertanian semakin menimngkat. Pengembangan teknologipertanian tidak hanya untuk mengatasi permasalahan masa kini, tetapi juga untuk mengatasimasalah yang akan muncul dikemudian hari. Kejenuhan teknologi peningkatan produksi danproduktivitas komoditas padi sawah yang dialami di Indonesia pada saat ini seharusnya telahdiantaisipasi sejak beberapa tahun yang lalu, sehingga diperoleh alternatif pemechannya.Dengan berorentasi masa depan, masalah-masalah pertanian seperti itu dapat diperkecil.

Analisis mikro dalam perspektif P3A didasarkan pada asumsi dasar bahwa petani adalah bebasuntuk mengambil keputusan dalam meningkatkan pendapatannya. Oleh karena itu analisismakro usahatani akan lebih didominasi oleh analisis sosial ekonomi. Aspek penelitian teknisseperti penelitian penemuan teknologi dan penelitian tanah merupakan bagian yang tidak dapatdipisahkan karena merupakan derivesi dari analisis ekonomi. Penelitian teknik harus mengacukedepan yang dilandasi oleh pemikiran efisiensi sumberdaya pertanian wilayah.

Sebagai salah satu komponen dari jaringan sistem agribisnis yang sangat kompleks, usahatanitidak berada dalam isolasi, melaikan sangat tergantung pada unsur-unsur jaringan sistemagribisnis. Persoalan agribisnis atau usahatani tidak dapat diatasi dengan hanya memperbaikikeadaan usahatani. Dalam konteks yang lebih luas, persoalan pembangunan pertanian tidakhanya dapat diatasi melalui upaya-upaya perbaikan didalam sektor pertanian. Kebijaksanaan

8 / 12

Page 9: Paradigma Baru Pembangunan Pertanian Berbasis Agribisnis

Paradigma Baru Pembangunan Pertanian Berbasis Agribisnis

Ditulis oleh MasterAdminRabu, 08 April 2009 12:31 - Terakhir Diperbaharui Rabu, 08 April 2009 12:59

pembangunan pertanian harus dilaksanakan dalam perspektif sistem perekonomian nasional(makro) dan global. Penelitian dan pengembangan pertanian harus dirumuskan dandilaksanakan dengan mempergunakan konsep jaringan sistem agribisnis terpadu. Perumusanmasalah dan cakupan penelitian harus didasarkan hasil eksplorasi jaringan sistem agribisnisdengan metode analisis yang didasarkan pada konsep agribisnis terpadu. Mengingat betapaluasnya komponen jaringan sistem agribisnis tersebut maka penelitiannya harus dilaksanakansecara interdisipliner diwilayah.

Salah satu contoh yang menarik untuk menggambarkan urgensi penelitian dan denganpendekatan sistem agribisnis terpadu adalah penelitian ushatani tebu. Tebu selain diolahmenjadi gula pasir juga dioleh manjadi gula merah. Harga gula pasir ditentukan melaluikebijaksanaan pemerintah, sedangkan harga gula merah berdasarkan harga pasar. Inputproduksi tebu dibeli dari pasar dengan pembiayaan sebagian atau seluruhnya diperoleh melaluikredit dari pemerintah. Bahkan sebagian petani ada yang berfungsi ganda, selain sebagaipetani juga menjadi pengolah gula merah dan atau pedagang tebu (Manurung dan Hidayat,1992). Dari sini dapat dilihat bahwa aspek usahatani tebu tersebut begitu luas dan komplekssehingga jika kita ingin memecahkan masalah usahatani tersebut, maka pendekatan agribisnismerupakan jawaban. Dikatakan demikian karena dengan pendekatan seperti ini kita dapatmengetahui subsistem atau aspek mana yang menjadi bottle neckdalam sistem ekonomi (usahatani) tersebut.

Penelitian agribisnis selain berorentasi mencari komoditas berdsarkan permintaan pasar,intensif teknologi dan berdaya saing tinggi, juga hartus mampu mengestimasi kekuatan pasarserta meprediksi komodtas yang dibutuhkan oleh pasar yang akan datang. Dahl and Harmond(1977) menyatakan bahwa agar sistem ekonomi dapat berjalan secara efisien, diperlukaninformasi pasar. Informasi pasar meliputi perilaku rasional monsumen dan produsen dalampengambilan keputusan ekonomi, seperti perilaku harga. Harga bervariasi disemua pasar danwalaupun semua pedagang berada dalam satu pasar, tidak seorangpun pembeli dapatmengetahui harga jual tanpa melakukan penelitian tentang informasi harga tersebut. Informasiharga tidak hanya menyatakan atau menyangkut harga output tetapi juga harga input yangdigunakan dalam proses produksi tersebut. Variasi harga ini begitu besar dalam komoditaspertanian. Oleh sebab itu untuk mengembangkan agribisnis pengetahuan informasi pasarsangat penting.

Sentra produksi pertanian dan komoditas pertanian unggulan wilayah/Propinsi dan Kabupatentersebar begitu luas dan umumnya jauh dari fihak konsumen. Kegiatan agribisnis berusahamendekatkan produk pertanian kepada pihak konsumen akhir, dengan mengembangkanteknologi maju pada keseluruhan matarantai agribisnis, selain pasar international. Penelitianagribisnis ini sangt luas dan terkait satu dengan lainnya.

9 / 12

Page 10: Paradigma Baru Pembangunan Pertanian Berbasis Agribisnis

Paradigma Baru Pembangunan Pertanian Berbasis Agribisnis

Ditulis oleh MasterAdminRabu, 08 April 2009 12:31 - Terakhir Diperbaharui Rabu, 08 April 2009 12:59

Kesimpulan

Ada perubahan pendekatan pembangunan pertanian dari pendekatan komoditas menjadipendekatan optimalisasi kegiatan sumberdaya pertanian dengan penerapan teknologi majudengan sistem agribisnis terpadu. Agribisnis dilakukan untuk mendorong kegiatan yang bersifat backwardlinkagesterhadap pertanian dan kegiatan ekonomi yang bersifat farwardlinkagesyang mengarah pada konsumen akhir, pasar produk agribisnis tergolong yang paling ketatpersaingannya dan kelangsungan hidup suatu perusahaan agribisnis sangat tergantung padakelangsungan perusahaan agribisnis lainnya. Penelitian memberikan alternatif kebijaksanaandan paket teknologi sistem agribisnis untuk membantu pencapaian suatu tujuan dan penelitianagribisnis merupakan penelitian terpadu, oleh karena itu fokus penelitian agribisnis harusmengarah pada pemecahan masalah, memberikan arah dan alternatif strategis pembangunanpertanian dan usahatani berorentasi pasar ditunjukkan management dan eksistensi usahatani yang sangat dipengaruhi kondisi pasar dengan ciri utamanya adalah persaingan ketat, oleh karena itu efisiensi ekonomi produksi merupakan kunciutama bagi eksistensi usahatani. (Sutrisno, Peneliti pada Kantor Penelitian dan Pengembangan Kabupaten Pati).

Daftar Pustaka

Chambers,R.C and R.E.Just. 1982. An investigation of the effects of monetery factors onagricultutra. Journal Monetery Economics. 9:235-247.

10 / 12

Page 11: Paradigma Baru Pembangunan Pertanian Berbasis Agribisnis

Paradigma Baru Pembangunan Pertanian Berbasis Agribisnis

Ditulis oleh MasterAdminRabu, 08 April 2009 12:31 - Terakhir Diperbaharui Rabu, 08 April 2009 12:59

Dahl,D.C and J.W.Hammond. 1997. Market and Price Analisis. The Aghricultuiral Industries. McGraw-Bill Book Company New York;

Davis.J.HH and R.A.Golberg. 1977. A. Concept of Agribusine. Graduate School of BusinesAdministration, Harvard University;

Desai,D.E. 1974. Evaluasion of concept of agribusine and its application. Indian juornal ofAgricultural Economic. 29(4):32-43;

Dillon,J.D. 1971. Agribusines Management Resource Materials (vol 1). Asian ProductivityManagement Organization;

Golberg,R.A and R.C.Mc Ginity. 1979. Agribusines Management of DevelopingCountries-Soutriest Asian Corn System and American and Japanese Trends Affecting it.Balinger Publishing Company;

Hayami,Y and V.W.Ruttan. 1991. Agricultural Development. John Hopkins University Pres,Baltimore;

Kasryono,F and A.Suryana. 1992. Long-term planing for agricultutral development realted topowerty alleviation in rural areas. InE.Pasandaran,A.Pakpahan,E.B.Oyer and N.Uphoff (Eds), Poverty Allevistion with Sustainableagricultural and Rural Development in Indonesia,p.60-74. Center for Agro-Socio EconomicResearch (CASER) and Cornell International Institut for Food, Agriculture and Development(CIIFAD).

Kasryno,F. Pantjar Simatumpang dan Victor T.Manurung. 1993. Penelitian Pertanian denganPendekatan Agribisnis. JurnalPenelitian dan Pengembangan Pertanian. Balai Penelitian dan Pengembangan Pertanian.Departemen Pertanian. Vol XII. Nomor 4;

11 / 12

Page 12: Paradigma Baru Pembangunan Pertanian Berbasis Agribisnis

Paradigma Baru Pembangunan Pertanian Berbasis Agribisnis

Ditulis oleh MasterAdminRabu, 08 April 2009 12:31 - Terakhir Diperbaharui Rabu, 08 April 2009 12:59

Kinsey. 1987. Agribusines and Rural Enterprise Croom Hellm. New York;

Manurung,V.Y dan Hidayat,N. 1992. Usaha gula merah dan persaingannya dengan pabrik guladengan penyediaan bahan baku di Jawa Timur. ForumPenelitian Agro Ekonomi. 9(1)Juli 1991;

Nainggolan,K. 1988. Macroekonomic impests on Indonesia agricultural exports. EkonomiKeuangan Indonesia: 36(2):163-189;

Schuch,E.G. 1974. The exchange rate and U.S. Agricultural. American Juornal AgriculturalEconomics: 56:1-13.

12 / 12