pare.pdf

Upload: devita-nanda

Post on 18-Jan-2016

22 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    1

    BUDIDAYA TANAMAN PARE PUTIH (Momordica charantia L)

    DI ASPAKUSA MAKMUR UPT USAHA PERTANIAN

    TERAS BOYOLALI

    TUGAS AKHIR

    Untuk memenuhi sebagian persyaratan

    guna memperoleh Gelar Ahli Madya Pertanian

    di Fakultas Pertanian

    Universitas Sebelas Maret

    Jurusan/Program Studi

    DIII Agribisnis Hortikultura dan Arsitektur Pertamanan

    Disusun oleh :

    BENY KRISTIAWAN

    H 3308062

    PROGRAM DIPLOMA III AGRIBISNIS HORTIKULTURA DAN ARSITEKTUR PERTAMANAN

    FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

    SURAKARTA 2011

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    ii

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    iii

    KATA PENGANTAR

    Puji Tuhan penulis panjatkan kehadirat Tuhan YME karena atas segala

    Berkat-Nya penulis dapat menyelesaikan penyusunan Laporan Tugas Akhir ini.

    Dalam menyelesaikan penulisan laporan Tugas Akhir ini tentunya tidaklah

    lepas dari bantuan berbagai pihak, untuk itu penulis ingin mengucapkan terima

    kasih kepada :

    1. Bapak Prof. Dr. Ir. Bambang Pujiasmanto, MS., selaku Dekan Fakultas

    Petanian, Universitas Sebelas Maret Surakarta.

    2. Bapak Ir. Heru Irianto, MM., selaku Koodinator Program DIII Fakultas

    Pertanian, Universitas Sebelas Maret Surakarta.

    3. Bapak Ir. Panut Sahari, MP., Ketua Program Studi DIII Agribisnis Minat

    Hortikultura dan Arsitektur Pertamanan Fakultas Pertanian Universitas

    Sebelas Maret Surakarta.

    4. Bapak Ir. Pratignja Sunu, MP selaku Dosen Pembimbing.

    5. Bapak Ir. Suharto,PR, MP., selaku Dosen Penguji II.

    6. Ibu Puji, selaku Pembimbing lapangan di tempat magang, yang telah

    memberikan banyak ilmu selama magang di Aspakusa Makmur.

    7. Bapak, Ibu serta semua keluarga yang ada di rumah, terima kasih atas

    semua kasih sayang dan dorongan semangat yang telah diberikan.

    Akhirnya semoga Laporan Tugas Akhir ini nantinya banyak membantu

    dan berguna bagi penulis dan semua yang membaca. Penulis menyadari, masih

    banyak kekurangan dalam penyusunan Laporan Tugas Akhir ini. Oleh sebab itu

    kritik dan saran yang bersifat membangun senantiasa penulis harapkan demi

    perbaikan Laporan Tugas Akhir ini.

    Surakarta, Mei 2011

    Penyusun

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    iv

    DAFTAR ISI

    HALAMAN JUDUL............................................................................................ i

    HALAMAN PENGESAHAN............................................................................. ii

    KATA PENGANTAR......................................................................................... iii

    DAFTAR ISI........................................................................................................ iv

    DAFTAR GAMBAR........................................................................................... v

    DAFTAR TABEL................................................................................................ vi

    I. PENDAHULUAN......................................................................................... 1

    A. Latar Belakang........................................................................................... 1

    B. Tujuan........................................................................................................ 2

    II. TINJAUAN PUSTAKA............................................................................... 3

    A. Tanaman Pare............................................................................................ 3

    B. Tata Laksana Budidaya Tanaman Pare..................................................... 6

    III. TATA LAKSANA PELAKSANAAN........................................................ 18

    A. Waktu dan Tempat 18

    B. Metode Pelaksanaan................................................................................. 18

    C. Sumber Data............................................................................................. 19

    IV. HASIL DAN PEMBAHASAN................................................................... 20

    A. Kondisi Umum......................................................................................... 20

    B. Kegiatan umum di Aspakusa Makmur Boyolali..................................... 24

    C. Teknik Budidaya Tanaman Pare Putih Aspakusa Makmur..................... 36

    D. Analisis Usaha Tani Tanaman Pare Putih/300 m Aspakusa makmur.......39

    V. KESIMPULAN DAN SARAN................................................................... 43

    A. Kesimpulan.............................................................................................. 43

    B. Saran........................................................................................................ 43

    DAFTAR PUSTAKA

    LAMPIRAN

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    v

    DAFTAR GAMBAR

    Gambar 4.1 Persiapan dan pengolahan lahan....................................................... 25

    Gambar 4.2 Persemaian tanaman pare................................................................. 27

    Gambar 4.3 Pemasangan ajir............................................................................... 29

    Gambar 4.4 Pemasangan net............................................................................... 29

    Gambar 4.5 Penyiangan rumput.......................................................................... 30

    Gambar 4.6 Pemupukan....................................................................................... 31

    Gambar 4.7 Pemangkasan cabang bawah pare putih............................................ 32

    Gambar 4.8 Penyemptotan Insektisida dan Fungisida.......................................... 33

    Gambar 4.9 Perambatan........................................................................................ 34

    Gambar 4.10 Panen pare putih.............................................................................. 36

    Ganbar 4.11 Crapping........................................................................................... 37

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    6

    DAFTAR TABEL

    Tabel 2.1 Kandungan gizi tiap 100 gr daun dan buah pare.................................. 4

    Tabel 4.1 Data komoditas yng ditanam tiap kecamatan kabupaten Boyolali...... 21

    Tabel 4.2 Struktur organisasi Asosiasi Aspakusa Makmur.............................. 23

    Tabel 4.3 Biaya Tetap Produksi Buah Pare Putih................................................ 39

    Tabel 4.4 Biaya Variabel Produksi Buah Pare Putih............................................ 40

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    BAB I. PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Pemanfaatan pare sebagai sayur tidak asing lagi bagi masyarakat

    Indonesia. Teknik budidayanya yang mudah dan tidak tergantung pada musim

    menyebabkan tanaman ini tersedia hampir setiap saat. Meskipun demikian,

    diantara beberapa jenisnya belum dibudidayakan secara komersial sehingga

    hasilnya pun belum optimal.

    Pare putih (Momordica charantia L) merupakan anggota famili

    Cucurbitaceae dan tergolong tanaman herba berumur satu tahun atau lebih,

    tumbuh menjalar dan memanjat. Batangnya mempunyai alat pembelit yang

    terletak di dekat daun. Bentuk daunnya menjari, berbentuk kaki tanpa daun

    penumpu. Tanaman ini berkelamin tunggal dan berumah satu/dua (Setiawan

    dan Trisnawati, 1993).

    Pare merupakan sayuran buah. Dahulu tanaman pare kurang diminati.

    Tanaman ini hanya ditanam sebagai usaha sambilan mengingat rendahnya

    permintaan dari konsumen. Sekarang dunia pare mulai semarak dengan

    munculnya hasil-hasil penelitian tentang potensi tanaman tersebut, terutama

    mengenai kandungan zat dan varietas-varietas baru yang lebih unggul dalam

    hal rasa dan penampakan. Akhirnya sayuran ini mampu merambah

    supermarket. Langkah maju ini menunjukkan bahwa pare telah membentuk

    citra tersendiri (Anonim, 2008).

    Pengembangan teknik budidaya suatu tanaman di suatu tempat kadang

    berbeda dengan tempat lain yang disesuaikan dengan kondisi tanah, pengaruh

    iklim dan pengaruh lainya. Aspakusa Makmur Kabupaten Boyolali merupakan

    lembaga kerjsama agrobisnis antara Indonesia dengan Taiwan yang

    mengembangkan dan mengenalkan suatu teknik bididaya tanaman kepada

    petani lokal guna mensuplai kebutuhan konsumen baik daerah maupun

    orientasi ekspor, akan tetapi Aspakusa Makmur sekarang berdiri sendiri dan

    tidak bekerjasama lagi dengan Taiwan.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    Dahulu tanaman pare hanya ditanam sebagai usaha sampingan, kerena

    mengingat rendahnya permintaan dari konsumen. Namun sejak adanya

    penelitian tentang kandungan zat yang terdapat didalamnya, maka permintaan

    akan kebutuhan tanaman pare sekarang semakin meningkat. Peluang pasar

    juga semakin terbuka, hal ini dapat dilihat dengan masuknya pare di

    supermarket-supermarket. Teknik penanaman tanaman pare tergolong

    sederhana, tidak memerlukan perlakuan khusus, kerena tanaman pare

    mempunyai daya adaptasi yang cukup tinggi. Di beberapa daerah ada yang

    sudah membudidayakan pare secara komersial.

    B. Tujuan

    1. Tujuan Umum

    a. Agar mahasiswa memperoleh pengalaman yang berharga dengan

    mengenal lapangan kerja yang ada pada bidang pertanian secara luas.

    b. Memperluas pengetahuan sehubungan antara teori dan penerapannya,

    sehingga dapat menjadi bekal mahasiswa terjun dalam dunia kerja.

    c. Agar mahasiwa memperoleh pengalaman dan ketrampilan kerja yang

    praktis, yakni secara langsung dapat menjumpai, merumuskan serta

    mengatasi permasalahan yang didapat dalam kegiatan di bidang

    pertanian.

    2. Tujuan Khusus

    a. Mengetahui secara langsung proses pembudidayaan tanaman pare.

    b. Mengetahui teknis budidaya tanaman pare dari pengolahan tanah

    sampai panen.

    c. Melakukan pengamatan dan berperan serta dalam kegiatan-kegiatan

    yang dilakukan pada budidaya tanaman pare putih.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

    A. Tanaman Pare

    Pare bukan tanaman asli Indonesia, melainkan berasal dari luar negeri yang beriklim

    panas (tropis). Para ahli tanaman memastikan pusat utama tanaman pare terdapat di Asia

    tropis terutama daerah India bagian barat, yakni Assam dan Burma. Belum ditemukan data

    atau informasi terinci kapan tanaman pare masuk ke Indonesia.

    Pare baik sekali ditanam di dataran rendah, seperti tegalan maupun di pekarangan,

    jika tanaman pare ditanam didataran tinggi, biasanya buahnya kecil-kecil dan pertumbuhan

    buahnya kurang normal, syarat yang penting untuk tumbuhnya pare ialah tanahnya gembur,

    banyak mengandung humus, dan pH nya antara 5-6. Tanaman tersebut tidak memerlukan

    banyak sinar matahari, jadi dapat tumbuh di tempat yang agak teduh atau ternaungi.

    Tanamam pare dianjurkan untuk ditanam di pekarangan rumah. Adapun waktu tanam yang

    baik ialah pada awal musim hujan atau awal musim kemarau. (Hendro Sunarjono, 2004)

    Dalam ilmu tumbuhan (botani) kedudukan tanaman pare diklasifikasikan sebagai

    berikut :

    Kingdom : Plantae

    Devisio : Spermatophyta

    Sub-Devisio: Angiospermae

    Classis : Dicotyledoneae

    Ordo : Cucurbitales

    Familia : Cucurbitaceae

    Genus : Momordica

    Spesies : Momordica Charantia L.

    Tanaman pare termasuk tumbuhan semusim (annual) yang bersifat menjalar atau merambat.

    Struktur batangnya tidak berkayu, mempunyai sulur-sulur pembelit yang berbentuk pilin.

    Daun pare berbentuk menjari dengan permukaan atas berwarna hijau tua dan permukaan

    bawahnya berwarna hijau muda atau hijau kekuning-kuningan (Rukmana, 1997).

    Kriteria panen tanaman sayuran pare putih yaitu warna buah putih susu, berat sekitar

    700 gram, ukuran buah 30x9 cm, daging tebal, tahan penyakit virus, cocok untuk suhu 16-350

    C, semai hingga panen 65 hari (Chen Yi Sung dan Ratri Nuraini, 2004)

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    Dari ketiak daun tumbuh tangkai dan kuntum bunga yang berwarna kuning menyala,

    sebagian bunga jantan dan sebagian merupakan bunga betina. Buah pare berbentuk bulat

    panjang, permukaan buah berbintil-bintil, daging buahnya agak tebal, dan di dalamnya

    terdapat sejumlah biji. Biji pare berbentuk bulat, berkulit agak tebal dan keras, serta

    permukaannya tidak rata (Setiawan dan Trisnawati, 1993). Di bawah ini dapat dilihat daftar

    kandungan gizi pada daun dan buah pare :

    Tabel 2.1 Kandungan gizi tiap 100 gr daun dan buah pare

    Nomor Zat Buah pare Daun pare 1. Air 91,2 g 80 g 2. Kalori 29 g 44 g 3. Protein 1,1 g 5,6 g 4. Lemak 1,1 g 0,4 g 5. Karbohidrat 0,5 g 12 g 6. Kalsium 45 mg 264 mg 7. Zat Besi 1,4 mg 5 g 8. Fosfor 64 mg 666 mg 9. Vitamin A 18 SI 5,1 mg 10. Vitamin B 0,08 mg 0,05 mg 11. Vitamin C 52 mg 170 mg 12. Folasin - 88 ug

    Sumber : Direktorat Gizi Depkes RI (1981)

    Tanaman pare yang dibudidayakan pada umumnya dikelompokkan dalam tiga jenis,

    yaitu :

    1. Pare Putih (Pare Gajih atau Pare Bodas)

    Pare ini berasal dari India dan Afrika. Pada abad ke-17 menyebar ke Brazil dan

    sekarang telah menyebar ke Asia Tenggara, Cina dan Karibia. Ciri-ciri pare putih adalah

    buahnya berbentuk bulat panjang, berukuran besar, dan berwarna putih. Permukaan buah

    berbintil-bintil dengan ukuran besar dan arahnya sepanjang buah, rasa buah tidak begitu

    pahit.

    2. Pare Hijau (Pare Gengge atau Pare Kodok)

    Ciri-ciri pare hijau adalah buah berbentuk lonjong kecil dan berwarna hijau.

    Permukaan buah berbintil-bintil dengan ukuran kecil dan halus, rasa buah pahit.

    3. Pare Ular (Pare Belut atau Pare Alas Leuweung)

    Pare ular sebenarnya bukan genus Momordica, namun termasuk genus

    Trichosanthus (Trichosanthus anquina L. sin. T. Cucumerina). Pare ini berasal dari India

    dan sekarang telah tersebar ke Asia Tenggara, Jepang, Cina, Afrika Barat, Karibia,

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    Amerika (tropis) dan Australia. Ciri-ciri pare ular adalah buah berbentuk bulat panjang,

    agak melengkung, dan panjangnya mencapai 60 cm. Permukaan (kulit) buah berwarna

    belang-belang, yaitu hijau keputih-putihan mirip kulit ular. Rasa daging buah tidak begitu

    pahit (Rukmana, 1997).

    Rasa pahit pada tanaman pare disebabkan oleh kandungan zat sejenis glukosida

    yang disebut momordisin dan charantin. Para ahli kesehatan menemukan kandungan zat

    lain pada tanaman pare, antara lain insulin dan resin. Meskipun semua pare rasanya pahit,

    namun setiap jenis memiliki tingkat kepahitan yang berbeda-beda (Anonim, 2009)

    Tanaman pare dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik di daerah dataran rendah

    sampai ketinggian 500 m/dpl. Penanaman pare di dataran tinggi (pegunungan) sering

    menghasilkan buah berukuran kecil-kecil dan tidak normal. Persyaratan iklim yang

    dikehendaki tanaman pare, antara lain daerah yang mempunyai suhu antara 18C-24C,

    tempatnya terbuka atau mendapat sinar matahari penuh, kelembapan udara cukup tinggi

    antara 50%-70% dan curah hujannya relatif rendah (60mm-200mm/bulan) (Hendro

    Sunarjono, 2004).

    Lokasi kebun pare harus memenuhi persyaratan tanah yang memadai. Tanah yang

    paling baik bagi tanaman pare adalah tanah lempung berpasir yang subur, gembur, banyak

    mengandung bahan organik, aerasi dan drainasenya baik, serta tingkat kemasamannya

    (pH) antara 5-6 (Nazaruddin, 1999).

    B. Tata Laksana Budidaya Tanaman Pare

    1. Persiapan lahan tanam

    Lahan untuk kebun pare disiapkan dalam bentuk bedengan atau langsung membuat

    lubang tanam berukuran 30 cm x 30 cm x 30 cm dengan jarak antar lubang 60 cm 200

    cm. Tata cara penyiapan lahan untuk kebun pare adalah membersihkan lahan dari rumput

    liar (gulma), lalu olah tanahnya sedalam 30 cm 40 cm hingga gembur.

    Tanah dikeringanginkan selama 15 hari. Kemudian buat bedengan berukuran

    lebar 60 cm 80 cm(sistem 1 baris) atau 2 m 4 m(sistem 2 baris), tinggi 30 cm 40

    cm, panjang disesuaikan dengan keadaan lahan dan jarak antar bedengan 40 cm 60 cm.

    Lalu sebarkan pupuk organik (20 ton/ha) di atas permukaan bedengan. Sebaiknya pupuk

    ini diberikan 2-3 minggu sebelum penanaman. Lalu sebarkan seluruh dosis pupuk

    kompos organik dan pupuk SP 36 pada bedengan, lalu dicampur merata dengan lapisan

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    tanah atas. Pasang mulsa pada tiap bedengan. Biarkan bedengan bermulsa plastik

    dikeringanginkan selama 3-5 hari agar pupuk melarut dengan air tanah (Rukmana, 1997)

    Jarak antar lubang pada mulsa 200 cm x 60 cm atau 200 cm x 100 cm. Ukuran ini

    bervariasi tergantung jenis tanaman dan jumlah pemberian pupuk dasarnya. Lubang

    tanam dibiarkan terjemur matahari selama 3 hari agar bibit penyakit yang mungkin ada

    terbasmi.

    2. Penyiapan benih dan bibit

    Tanaman pare dapat dibudidayakan secara langsung dengan biji atau melalui

    persemaian.

    a. Penanaman langsung

    Untuk penanaman langsung, lahan yang telah disiapkan dapat dilubangi

    dengan kedalaman 3-4 cm dengan jarak sesuai dengan jarak tanam yang dipilih. Ke

    dalam tiap lubang tersebut dimasukkan 1-2 benih lalu ditutup dengan sedikit tanah

    dan dibarengi dengan pemberian furadan untuk menangkal serangan nematoda yang

    dapat merusak pertumbuhan benih. Supaya kelembapan tanahnya terpelihara, setelah

    selesai penanaman tanah di sekitar tanaman tersebut disiram. Penyiraman selanjutnya

    dilakukan sesuai dengan kebutuhan tanaman.

    b. Penanaman tidak langsung (melalui persemaian)

    Persemaian bertujuan untuk mendapatkan pertumbuhan tunas yang merata,

    presentase daya tumbuh yang tinggi dan penghematan penggunaan benih. Persemaian

    memerlukan tanah yang remah. Tanah yang keras akan mengganggu pertumbuhan

    bibit. Di samping itu, tanah persemian juga harus cukup mengandung bahan organik

    sehingga dapat menyimpan air. Tanah persemaian tidak perlu terlalu subur. Tanah

    yang terlalu subur mengakibatkan pertumbuhan bibit terlalu cepat. Sebaliknya tanah

    persemaian yang kurang subur menyebabkan pertumbuhan akar bibit relatif lebih

    besar dari batangnya.

    Langkah-langkah dalam persemaian adalah dengan menyiapkan plastik

    polybag berukuran 8 cm x 10 cm yang dilubangi bagian dasarnya. Siapkan media

    semai berupa campuran tanah dan pupuk kandang dengan perbandingan 1 : 1. Isi tiap

    polybag dengan media semai hingga cukup penuh. Siram media semai dengan air

    bersih hingga cukup basah. Semaikan benih pare yang telah berkecambah sebanyak 1

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    butir pada tiap polybag dengan kedalaman 1 cm 1,5 cm. Biarkan benih pare tumbuh

    hingga berdaun 3 - 4 helai. Siram secara kontinu 1-2 kali sehari atau tergantung cuaca

    (Setiawan dan Trisnawati, 1993).

    3. Penanaman

    Waktu tanam pare yang paling baik adalah pada awal musim hujan. Namun, di

    daerah yang keadaan tanah atau pengairannya memadai penanaman dapat dilakukan

    sepanjang tahun. Pada sistem penanaman melalui persemain, pemindahan bibit ke

    lahan dapat dilakukan ketika bibit berdaun 3-4 helai. Bibit yang dipilih adalah yang

    pertumbuhannya subur dan nampak sehat. Waktu tanam bibit pare yang paling baik

    adalah pada pagi atau sore hari ketika suhu udara dan terik matahari tidak terlalu

    tinggi.

    Cara penanamannya adalah siram media semai dalam polybag dengan air

    bersih hingga cukup basah. Keluarkan bibit pare bersama akar-akar dan tanahnya dari

    polybag dengan cara membalikkan posisi bibit, kemudian polybag diambil secara

    hati-hati. Letakkan bibit dalam lubang tanam yang telah disediakan. Timbunlah

    dengan tanah di sekelilingnya dan tekan sedikit. Siram tanah di sekitar pangkal

    batang bibit pare dengan air bersih hingga cukup basah (Anonim, 2009).

    4. Pemeliharaan tanaman

    a. Penyiraman (pengairan)

    Pada fase awal pertumbuhan, tanaman pare memerlukan ketersediaan air yang

    memadai. Penyiraman dilakukan 2 x sehari, tergantung cuaca dan keadaan tanah. Hal

    penting yang perlu diperhatikan dalam pengairan adalah tanah tidak terlalu basah

    (menggenang) ataupun terlalu kering (Rukmana, 1997).

    b. Pemupukan

    Selain pupuk dasar, tanaman pare perlu juga diberi pupuk susulan berupa

    campuran Urea dan kcl dengan perbandingan 1:2 untuk tanah berpasir. Sedangkan

    untuk tanah liat komposisinya 1:2. Setiap tanaman diberi 6 gr, berarti untuk setiap

    tanaman memerlukan 2 gr Urea dan 4 gr ZA.

    Pupuk susulan pertama diberikan ketika tanaman berumur 3 minggu.

    Pemberian pupuk dilakukan dengan cara membenamkan pupuk sedalam 5 cm pada

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    jarak 10 cm dari batang tanaman. Pupuk campuran tersebut diberikan lagi 2 minggu

    kemudian dengan dosis pupuk susulan pertama.

    Selain pupuk tadi, tanaman pare juga diberi pupuk tambahan berupa pupuk

    majemuk NPK dengan dosis 5 gr/tanaman. Pupuk majemuk ini diberikan 2 minggu

    setelah pemberian pupuk susulan yang pertama. Interval pemberiannya 2 minggu

    sekali sampai tanaman berusia 4 bulan.

    Pupuk daun juga baik diberikan dengan konsentrasi 0,2% (2cc/liter) untuk tiap

    tanaman. Interval penyemprotannya 1 minggu sekali. Pemupukan melalui daun

    dilaksanakan untuk menghindari larutnya unsur hara sebelum dapat diserap oleh akar.

    Beberapa unsur hara yang efektif disemprotkan melalui daun adalah N, P, K, S, Ca,

    Mg serta unsur-unsur hara mikro. Penyemprotan sebaiknya dilakukan pada pagi hari

    antara pukul 08.00-10.00 atau pada sore hari pada pukul 15.30-16.30. Untuk tanaman

    pare, biasanya petani menggunakan pupuk daun Lauxin (Setiawan dan Trisnawati,

    1993).

    c. Pemasangan tempat merambat tanaman

    Tanaman pare merupakan tanaman merambat dan berkulit buah tipis serta

    halus. Oleh karena itu, perlu tempat merambat untuk menjauhkan buahnya dari tanah

    agar tidak busuk. Tanaman yang berumur 2-3 minggu harus sudah dibuatkan turus

    atau para-para. Bentuknya bisa bermacam-macam sesuai dengan jenis tanaman pare.

    Macam-macam bentuk turus dan para-para adalah sebagai berikut :

    1. Sistem ajir (turus)

    Tata cara pemasangan ajir adalah dengan cara menyiapkan ajir dari bilah bambu

    atau batang kayu kecil setinggi 2 m 2,5 m. Tancapkan ajir di dekat tanaman pare

    secara tegak 10 cm. Pasang bambu atau kayu yang menghubungkan ajir dengan

    turus lainnya kemudian ikat erat-erat.

    2. Sistem para-para mendatar

    Tata cara pemasangan para-para mendatar adalah dengan menyiapkan tiang

    bambu atau batang kayu kecil setinggi 1 m 1,5 m dan bilah bambu untuk para-para

    sesuai kebutuhan. Pasang (tancapkan) tiang bambu pada tiap tanaman pare sejauh 10

    cm 15 cm dari batang tanaman. Pasang bilah bambu sambil membentuk para-para

    secara mendatar yang menghubungkan antar bilah bambu, kemudian ikat erat-erat.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    3. Sistem para-para setengah lingkaran

    Tata cara pemasangan para-para setengah lingkaran adalah dengan menyiapkan

    bilah bambu minimal sepanjang 5 m. Tancapkan kedua ujung bilah bambu

    membentuk setengah lingkaran yang menghubungkan antar tanaman pare. Pasang

    bambu secara horizontal yang menghubungkan antar tiang, kemudian ikat erat-erat

    (Rukmana, 1997).

    d. Penyiangan

    Gulma yang tumbuh di kebun pare merupakan pesaing dalam kebutuhan air,

    unsur hara, dan sinar matahari bagi tanaman pare. Oleh karena itu, rumput perlu

    disiangi (dibersihkan). Waktu penyiangan dilakukan bersamaan dengan kegiatan

    penggemburan tanah dan pemupukan, yaitu saat tanaman pare berumur 15, 30, 45

    atau tergantung keadaan pertumbuhan rumput liar. Penyiangan dilakukan dengan

    mencabut atau membersihkan semua rumput liar secara hati-hati menggunakan

    tangan ataupun cangkul ( Hendro Sunarjono, 2004).

    e. Pemangkasan (perompesan)

    Pemangkasan tanaman pare dilakukan 2 kali. Pertama saat tanaman berumur 3

    minggu. Tunas yang tumbuh kesamping setelah pemangkasan dirambatkan ke kiri

    dan ke kanan para-para atau ajir. Pangkasan berikutnya dilakukan saat tanaman

    berumur 6 minggu. Pada saat ini cabang yang tua dan tidak tumbuh lagi dipotong.

    Selain itu, daun yang tua dibuang, begitu juga cabang yang rusak, patah atau terkena

    serangan penyakit.

    Panjang batang pare harus diatur untuk mendapatkan produksi optimum.

    Panjang batang yang ideal untuk tanaman pare adalah 2-3m. Jika panjang batang

    telah melebihi batas tersebut, maka harus dipangkas karena tidak akan produktif lagi

    menghasilkan bunga. Bagian yang dipangkas adalah pucuknya. Pemangkasan dapat

    menggunakan tangan atau gunting (Nazaruddin, 1999).

    f. Pembungkusan buah

    Tanaman pare yang berumur 1,5 2 bulan mulai berbunga betina yang kelak

    menjadi buah. Pada stadium buah masih kecil atau pentil sebaiknya segera dilakukan

    pembungkusan buah dengan kantong plastik, kertas minyak ataupun dengan

    dedaunan. Pembungkusan buah pada stadium pentil bertujuan menghindari atau

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    menekan kemungkinan serangan hama lalat buah penyebab busuk dan ulat pada buah

    pare.

    Cara membungkus buah pare adalah dengan menyiapkan bahan berupa kantong

    plastik, kertas minyak atau dedaunan yang cukup lebar dan tali. Tentukan (pilih) buah

    pare yang masih kecil (stadium pentil). Bungkuskan kantong plastik pada buah pare

    hingga seluruh bagian buah tertutup. Ukuran pembungkus harus lebih besar daripada

    buah pare. Ikat kantong plastik pada bagian pangkal atau tangkai buah pare erat-erat.

    Biarkan buah pare terbungkus hingga ukurannya mencapai maksimal atau siap petik

    (panen) (Anonim, 2009)

    5. Pengendalian hama dan penyakit

    Yang dimaksud dengan hama tanaman pare adalah semua binatang yang

    merugikan tanaman ini. Sedangkan yang dimaksud dengan penyakit adalah semua

    gangguan pada tanaman pare yang disebabkan oleh jamur, bakteri, virus dan juga

    kekurangan unsur-unsur hara dalam tanah. Dari hasil penelitian para ahli, dapat

    diidentifikasikan hama-hama yang mengganggu tanaman pare. Hama penting yang

    sering menyerang tanaman pare adalah sebagai berikut :

    a. Ulat Grayak (Spodoptera litura)

    Ulat ini menyerang pada malam hari, daun tanaman bisa ludes. Keesokan

    harinya hanya tinggal tanaman yang rusak, sedangkan hamanya sudah bersembunyi

    di dalam tanah. Ulat grayak atau Spodoptera litura merupakan keluarga Noctuidae.

    Hama ini bersifat polifag (makan bermacam-macam famili tanaman). Ulat dan

    ngengat ulat grayak hanya keluar pada malam hari dan bersembunyi pada siang hari.

    Warna ulat bermacam-macam dan mempunyai ciri yang khas, yaitu pada ruas perut

    yang keempat dan kesepuluh terdapat bentuk bulan sabit berwarna hitam, dibatasi

    garis kuning pada samping dan punggungnya.

    Pengendalian yang dapat dilakukan antara lain dengan diberantas secara

    mekanis, yaitu telur yang ada dan baru menetas diambil bersama-sama dengan daun

    tempat menempelnya. Pengambilan ini jangan sampai terlambat sebab apabila ulat

    telah besar akan bersembunyi di dalam tanah. Diberantas secara biologis, yaitu

    disemprot dengan Bacillus thungiriensis atau Borrelinavirus litura. Pembersihan

    gulma supaya tidak menjadi tempat berkembang biak dan bersembunyi ngengat dan

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    ulat. Diberantas secara kimia dengan disemprot insektisida, misalnya Decis 2,5 EC

    atau Supracide 40 EC sesuai konsentrasi yang dianjurkan.

    b. Lembing atau Kumbang Daun (Epilachna sparsa)

    Daun pare yang terserang lembing atau kumbang daun hanya tinggal tulang

    daun. Daun menjadi kering dan kecoklatan. Akibatnya, produksi tanaman akan turun.

    Bentuk lembing atau kumbang ini bulat, warnanya merah dengan bercak-bercak

    hitam sebanyak 12-26. Lembing ini memiliki bulu-bulu halus. Lembing ini sangat

    rakus dan dapat hidup lebih dari 3 bulan.

    Pengendalian yang dapat dilakukan antara lain dengan diberantas secara

    mekanis, yaitu telur, larva dan kutu dapat ditangkap dengan tangan dan dimatikan.

    Diberantas secara kimia dengan disemprot insektisida, misalnya Curacron 500 EC,

    Decis 2,5 EC, Confidor 200 SL, Marshall dan lain-lain dengan konsentrasi yang

    dianjurkan. Berusaha tani dengan mengembangkan sistem rotasi (pergiliran

    tanaman).

    c. Lalat Buah (Dacus cucurbitae Coq)

    Gejala serangan lalat buah ini adalah daging buah tidak dapat dimakan karena

    telah berubah menjadi air dengan ratusan belatung yang menjijikkan. Dari luar

    keadaan buah tersebut tampak sehat. Jika menyerang batang, menyebabkan batang

    menjadi bisulan dan buahnya menjadi kecil-kecil berwarna kuning. Pada tingkat

    serangan berat menyebabkan buah busuk dan rontok.

    Lalat yang dewasa ukurannya sedang 0,5 cm, warnanya kuning dan

    sayapnya datar. Pada tepi ujung sayapnya terdapat bercak-bercak berwarna cokelat

    kekuningan. Lalat ini menusuk kulit buah dengan meletakkan telur sekitar 100-120

    butir. Telur ini akan menetas 2-3 hari kemudian, lalu menjadi larva (ulat) yang akan

    membuat terowongan di dalam buah dan memakan dagingnya selama 2 minggu. Ulat

    yang telah dewasa meninggalkan buah dan jatuh di atas tanah, kemudian membuat

    terowongan sedalam 2-5 cm dan berpupa.

    Pengendalian yang dapat dilakukan dengan cara kebersihan harus dijaga.

    Semua buah yang telah terserang dikumpulkan menjadi satu dan dimusnahkan. Lalat

    ditangkap dengan umpan minyak citronella yang dapat menarik lalat jantan atau

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    dengan protein hydrolysat dicampur insektisida, misalnya malathion. Lalat yang

    memakan umpan tersebut akan mati. Tanah dicangkul atau dibajak sehingga

    kepompong yang berada di dalam tanah terkena sinar matahari dan mati. Buah

    dibungkus dengan kertas minyak atau plastik (Setiawan dan Trisnawati, 1993).

    d. Trips

    Gejala yang ditimbulkan adalah daun muda dan tunas menjadi keriting,

    tanaman menjadi kerdil. Penyebab dari gejala tersebut adalah hama yang bernama

    ilmiah Thrips parvispinus Karny. Pengendalian dapat dilakukan dengan cara

    melakukan sanitasi lingkungan dengan memusnahkan sisa tanaman dan inang yang

    berada di sekitar tanaman pare. Dapat juga dengan menyemprotkan insektisida seperti

    marshall, dimetoate, sipermetrin (Rukmana, 1999).

    Penyakit tanaman adalah penyimpangan dari keadaan normal. Penyebab

    penyakit ada beberapa macam, yaitu disebabkan oleh cendawan, bakteri, virus,

    kekurangan air dan lain-lain. Pada tanaman pare, beberapa jenis penyakit yang dapat

    menyerang adalah sebagai berikut :

    a. Penyakit embun tepung (powdery mildew)

    Gejala awal ditandai dengan adanya tepung putih pada daun terbawah

    tanaman. Daun yang terserang menjadi kuning, cokelat dan akhirnya mengering.

    Selain daun, juga menyerang batang yang masih muda sehingga batang seperti

    dilapisi oleh tepung (powder). Jika seluruh daun sudah terserang, tanaman akan

    lemah dan mati atau buah yang dihasilkan tidak normal. Penyebab gejala tersebut

    adalah cendawan Oidium sp.

    Penyakit tersebut dapat ditanggulangi dengan mengurangi kelembapan di

    sekitar tanaman dengan cara pengaturan jarak tanam dan drainase yang baik,

    membuang bagian yang terserang. Disemprot dengan fungisida sulfur berdosis

    2gr/liter air sebagai pencegahan dan penyembuhan (Setiawan dan Trisnawati, 1993).

    b. Penyakit antraknosa

    Gejalanya adalah daun bernoda hitam. Pada serangan berat batang dan buah

    juga terserang. Serangan lebih berat terjadi pada musim hujan. Disebabkan oleh

    cendawan Colletrichum sp. Pengendalian dilakukan dengan cara memusnahkan

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    bagian tanaman yang terserang, pergiliran tanaman, dan penyemprotan dengan

    fungisida (misalnya Benlate berdosis 2gr/liter air) (Rukmana, 1997)

    c. Penyakit layu

    Gejala layu tampak pada ujung daun, kemudian seluruh daun akan mangerut

    dan mengering. Bibit yang baru berkecambah dan tanaman muda akan mati beberapa

    saat setelah terinfeksi. Tanaman dewasa yang terserang tidak akan sembuh. Gejala

    tersebut disebabkan oleh cendawan Fusarium sp.

    Pengendalian dilakukan dengan memusnahkan tanaman yang terserang,

    menyiramkan larutan fungisida (misalnya Benlate berdosis 2gr/liter air) ke tanah

    bekas tanaman yang sakit, dan menggunakan benih yang tahan terhadap serangan

    patogen.

    d. Penyakit virus

    Gejala serangan tampak jelas pada daun muda, yaitu terdapat bercak

    kekuning-kuningan. Penyakit ini menyerang semua stadium tumbuh. Penyebab gejala

    tersebut adalah cucumber mosaic virus (CMV). Pengendalian dilakukan dengan cara

    memusnahkan tanaman yang terserang, memberantas vektor virus (serangga),

    menyeleksi bibit yang akan dipindah ke lapang dan pemupukan yang seimbang agar

    kondisi tanaman lebih baik (Setiawan dan Trisnawati, 1993).

    6. Panen dan pasca panen

    a. Panen

    Pemanenan buah pare tergantung pada tujuan penggunaannya. Buah yang

    dipetik untuk tujuan konsumsi berbeda dengan buah yang dipetik untuk tujuan

    pengadaan benih. Untuk tujuan konsumsi, buah dapat dipetik ketika belum tua benar.

    Ciri-ciri buah pare siap dipanen adalah ukuran buah maksimum, namun tidak terlalu

    tua. Bintil-bintil permukaan kulit tampak masih agak rapat dengan galur yang belum

    melebar. Buah berwarna hijau keputih-putihan atau putih susu, tergantung jenis atau

    varietasnya. Sedangkan ciri-ciri buah pare yang digunakan untuk pengadaan benih

    adalah buah berwarna kuning, daging buah lunak dan bintil-bintil kulitnya sudah

    melebar.

    Panen pertama dapat dilakukan pada waktu tanaman berumur 3 bulan sejak

    tanam benih atau 2 bulan setelah pindah tanam bibit dari persemain. Panen

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    berikutnya dilakukan secara periodik 2 kali dalam seminggu atau tergantung

    kebutuhan. Cara panen buah pare adalah dengan memetik satu persatu bersama

    sebagian tangkai buah. Pemetikan dilakukan secara perlahan dan hati-hati dengan

    tangan, pisau maupun gunting tajam (Nazaruddin, 1999).

    b. Pasca panen

    Pare termasuk sayuran yang mudah rusak dan cepat busuk. Untuk

    mempertahankan kesegaran buah pare perlu penanganan pasca panen yang memadai.

    Setelah hasil panen dikumpulkan dalam tempat penyimpanan seperti karung,

    keranjang atau container lalu dilakukan sortasi dan grading. Hal ini betujuan untuk

    mengklasifikasikan buah menurut jenis, ukuran (berat) dan warna. Kemudian buah

    dibersihkan dengan cara dicuci dan dikeringkan. Pengemasan dapat dilakukan dengan

    memasukkan buah pada kantong plastik ataupun disesuaikan permintaan pasar.

    Setelah itu buah dapat dipasarkan kepada konsumen baik secara langsung ataupun

    tidak langsung (Hendro Sunarjono, 2004).

    7. Pemasaran

    Pemasaran merupakan suatu sistem keseluruhan dari seluruh kegiatan usaha

    yang ditujukan untuk merencanakan, menentukan harga, mempromosikan,

    mendistribusikan barang dan jasa yang dapat memuaskan kebutuhan baik pada

    pembeli yang ada maupun pembeli potensial. Pemasaran mencakup usaha perusahaan

    yang dimulai dengan mengidentifikasi kebutuhan konsumen yang perlu dipuaskan,

    menentukan produk yang hendak diproduksi, menentukan harga produk yang sesuai,

    menentukan cara-cara promosi dan penyaluran atau penjualan produk tersebut.

    Kegiatan pemasaran adalah kegiatan-kegiatan yang saling berhubungan sebagai suatu

    sistem (Dharmmasta dan Handoko, 1997).

    8. Analisis usaha tani

    Ilmu usaha tani pada dasarnya memperhatikan cara-cara petani memperoleh

    dan memadukan sumberdaya (lahan, kerja, modal, waktu, pengelolaan) yang terbatas

    untuk mencapai tujuannya, maka disiplin induknya adalah ilmu ekonomi. Beberapa

    elemen dalam teori ekonomi yang mungkin sangat penting dan relevan terhadap

    penelitian usaha tani mencakup prinsip keunggulan komparatif, kenaikan hasil yang

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    berkurang, substitusi, analisis biaya, biaya yang diluangkan, pemilihan cabang usaha

    dan bakutimbang tujuan.

    Prinsip analisis biaya ini sangat penting untuk diketahui, karena tiap petani

    dapat menguasai pengaturan biaya produksi dan usaha taninya. Penggolongan biaya

    produksi berdasarkan sifatnya. Biaya tetap (fixed cost) ialah biaya yang tidak ada

    kaitannya dengan jumlah barang yang diproduksi, contohya sewa lahan. Biaya tidak

    tetap (variable cost) ialah biaya yang berubah apabila luas usahanya berubah. Biaya

    ini ada apabila ada sesuatu barang yang diproduksi, contohnya upah kerja. Penentuan

    apakah suatu biaya tergolong biaya tetap atau biaya tidak tetap tergantung sebagian

    pada sifat dan waktu pengambilan keputusan itu dipertimbangkan (Soekartawi, et al,

    1986).

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    BAB III. TATA LAKSANA PELAKSANAAN

    A. Waktu dan Tempat

    Pelaksanaan Praktek Kerja Magang (PKM) ini dilaksanakan di

    ASPAKUSA MAKMUR, yang beralamat di Desa Teras, Kec. Teras, Kab.

    Boyolali, Jawa Tengah. Adapun pelaksanaan magang ini kurang lebih 1 bulan,

    yaitu dari tanggal 14 Februari - 16 Maret 2011.

    B. Metode Pelaksanaan

    Pada Praktek Kerja Magang (PKM) ini metode yang digunakan adalah

    sebagai berikut :

    1. Observasi (pengamatan)

    Kegiatan Observasi (pengamatan) ini dilakukan secara rutin

    selama berlangsungnya kegiatan PKM. Tujuan dari kegiatan ini adalah

    untuk melengkapi data yang sudah diperoleh yang akan dipergunakan

    sebagai materi dalam penyusunan laporan praktek kerja magang.

    2. Wawancara

    Metode wawancara yang dilakukan dalam kegiatan PKM ini yaitu

    dengan cara melakukan tanya jawab dengan pembimbing lapangan atau

    pihak yang terkait menyangkut hal-hal yang berhubungan dengan

    pelaksanaan kegiatan teknologi benih unggulan tanaman pare.

    3. Pelaksanaan Kegiatan Magang Perusahaan

    Praktek kerja magang dengan secara langsung mengikuti kegiatan

    teknologi benih unggulan tanaman pare. Selain itu juga mengikuti semua

    kegiatan yang dilaksanakan di ASPAKUSA MAKMUR sesuai jadwal

    yang telah ditentukan.

    4. Studi Pustaka

    Pengumpulan data dengan cara memanfaatkan data yang tersedia

    yang berhubungan dengan kegiatan praktek magang. Data tersebut

    didapatkan dari internet, buku, arsip, dan lain sebagainya yang bersifat

    informatif dan relevan.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    C. Sumber Data

    1. Data Primer

    Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari

    responden. Dalam pelaksanaan kegiatan magang ini data primer diperoleh

    dari wawancara dengan manajer perusahaan, karyawan maupun masyarakat

    sekitar perusahaan dengan menggunakan alat bantu berupa kuisioner yang

    dibuat oleh penulis.

    2. Data Sekunder

    Data sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak langsung

    dari sumber. Dalam kegiatan magang ini yang menjadi sumber data

    sekunder yaitu diambil dari buku, arsip dan jurnal yang berhubungan

    dengan kegiatan magang.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

    A. Kondisi Umum

    1. Profil Asosiasi Aspakusa Makmur

    Aspakusa Makmur adalah kelompok agribisnis yang terbentuk bulan November 2005

    atas prakarsa pimpinan Taiwan Technical Mission, Mr. Lee Ching Shui. Kelompok ini

    dibina Taiwan Technical Mission dalam hal budidaya, serta pasca panen sampai

    pemasarannya sehingga dapat berkembang baik seperti saat ini. Peran pemerintah dalam hal

    ini Badan Ketahanan Pangan Propinsi Jawa Tengah, Dinas Pertanian Kabupaten Boyolali

    dan Kantor Ketahanan Pangan Kabupaten Boyolali juga sangat besar kontribusinya untuk

    kemajuan kelompok agribisnis Aspakusa Makmur. Kelompok ini berlokasi di kecamatan

    Teras, Kabupaten Boyolali yang beranggotakan petani asparagus, bunga kucai, sayur-

    sayuran dataran sedang serta dataran tinggi di wilayah Boyolali.

    Komoditas asparagus dan bunga kucai merupakan komoditas andalan kelompok ini di

    karenakan belum banyak petani yang membudidayakan tanaman ini, pangsa pasar masih

    terbuka luas dan harga yang stabil, namun demikian sayuran yang lain juga sangat penting.

    Dalam melaksanakan kegiatan agribisnis yaitu pengiriman sayur ke berbagai

    supermarket dilaksanakan oleh manajer, supir, dan tenaga grading. Pada awalnya

    pembentukan kelompok, pemasaran hanya di supermarket Hokky Panglima Sudirman

    Surabaya, Hakiki Farm dan Harya di Jakarta, kemudian atas bimbingan Taiwan Technical

    Mission, Mr. Wu Chiung Feng ahli pemasaran dari Taiwan Technical Mission, menambah

    kerjasama dengan beberapa supermarket baru sehingga tujuan pemasaran saat ini menjadi

    13 lokasi yaitu :

    Semarang : Hypermart Java Mall, Carrefour Semarang, Carrefour Srondol.

    Surabaya : Hokky Panglima Sudirman, Hokky Graha Family

    Solo : Hypermart Grand Mall, Hypermart Solo Square, Carrefour Solo Baru, Sunday

    market

    Yogyakarta : Carrefour Ambarukmo, Carrefour Maguwo

    Selain di supermarket kami juga mengadakan promosi langsung ke konsumen di

    Sunday market Gelora Manahan Solo setiap hari Minggu. Jenis sayuran yang kami pasarkan

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    128 macam sayuran yang merupakan sayuran dataran tinggi dan dataran sedang dan

    biofarmaka.

    Demi mengikuti perkembangan zaman dan meningkatkan daya saing kelompok

    Aspakusa Makmur juga mengembangkan berbagai macam sayuran organik yang tentu saja

    tak lepas dari bimbingan Taiwan Technical Mission. Hingga saat ini telah berdiri beberapa

    unit green house khusus untuk mengembangkan sayuran organic. Sayuran organik itu antara

    lain: Caisim, Sawi sendok, Daun bawang besar, Tomat, Wortel, Selada Keriting, Bayam

    merah, Kailan, Brokoli, Kangkung, Zukini, buncis, dan lain-lain.

    Demi mengikuti perkembangan dan lebih memantapkan kelembagaan maka kelompok

    ini bermetamorfosis dari Kelompok Agribisnis Aspakusa Makmur Boyolali menjadi

    Asosiasi Aspakusa Makmur Boyolali.

    Hingga saat ini jumlah anggota ( 37 orang ) dan anggota mitra 103 orang tersebar di

    berbagai wilayah kabupaten Boyolali namun di wilayah Ampel dan Selo hanya ketua

    kelompoknya saja yang menjadi anggota. Komoditas yang dibudidayakan petanipun

    menyesuaikan dengan wilayah masing-masing sehingga tercipta keberagaman produksi.

    Tabel 4.1. Data komoditas yang ditanam tiap kecamatan kabupaten Boyolali

    Wilayah

    Kecamatan

    Jumlah

    petani Luas m2

    Komoditas yang ditanam

    Selo 22 66000 Labu siam,kapri, kol putih, sawi putih, kentang

    Teras 6 7000 Bayam merah, bayam hijau, gambas, jagung manis, timun lokal,kangkung, pare putih, pare hijau

    Boyolali

    kota

    8 4000 Bunga kucay, daun genjer, bunga genjer

    Ampel 32 40500 Tomat, boncis kecil, lobak,sawi asin, timun jepang

    Sumber : Analisis Data Sekunder

    2. Letak Geografis

    Praktek Kerja Magang (PKM) di Aspakusa Makmur Teras, Boyolali terlatak di

    Desa Teras, Kecamatan Teras, Kabupaten Boyolali dan mempunyai batas wilayah sebagai

    berikut :

    Sebelah Utara : Kecamatan Sambi

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    Sebelah Selatan : Kecamatan Tulung

    Sebelah Barat : Kecamatan Mojosongo

    Sebelah Timur : Kecamatan Banyudono

    3. Keadaan Alam

    Jenis tanah di Aspakusa Makmur Boyolali adalah regosol coklat keabuan dengan

    struktur tanah geluh berpasir dan Ph tanahnya berkisar 5,5-6 dengan topografi datar,

    sedangkan iklim daerah tersebut adalah :

    Suhu udara : 200 300 C.

    Curah hujan : 200 mm/tahun 1600 mm/ tahun.

    Ketinggian tempat : 250 mdpl

    Kelembapan tanah : 50% - 80%

    Aspakusa Makmur di Boyolali memiliki komoditas utama adalah tanaman

    hortikultura. Adapun area agroklimat usahanya adalah sebagai berikut :

    Kecamatan Teras, mewakili dataran rendah dataran sedang

    Kecamatan Cepogo, mewakili dataran sedang dataran tinggi

    4. Struktur Organisasi Aspakusa Makmur

    Tabel 4. 2. Struktur Organisasi Asosiasi Aspakusa Makmur

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    1. Tugas dan Kewajiban pengurus

    a. Menjalankan peraturan peraturan dalam anggaran dasar

    b. Membuat rencana anggaran rumah tangga mengenai semua hal yang tidak atau tidak

    cukup diatur dalam anggaran dasar dengan membuat peraturan peraturan yang berguna

    untuk Asosiasi

    c. Membuat rencana kerja Asosiasi

    d. Membuat laporan kegiatan per tahun

    e. Mewakili Asosiasi untuk tugas- tugas keluar

    f. Memajukan assosiasi

    g. Membangun kerjasama dengan pihak lain untuk menguatkan asosiasi.

    ASPAKUSA MAKMUR

    PENGURUS

    MANAJER PEMASARAN

    MANAJER LAHAN

    KEUANGAN

    TENAGA GRADING + SUPIR

    A N G G O T A

    JAGA MALAM

    TENAGA LAHAN

    BKP Prov. JATENG DISTANBUHUT Byll KKP Boyolali

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    2. Susunan Pengurus

    Ketua : Purwanto

    Bendahara : Suwoto

    Sekretaris : Sudono

    Seksi

    Produksi : Marsudi

    Pengadaan Barang : Suyatno

    3. Visi dan Misi

    a. Meningkatkan kesejahteraan petani

    b. Meningkatkan Sumber Daya Manusia (SDM) anggota dan masyarakat

    c. Meningkatkan keanekaragaman produk pertanian sesuai agroklimatnya

    d. Meningkatkan kwalitas dan kwantitas produk pertanian

    B. Kegiatan Umum di Aspakusa Makmur

    Kegiatan kegiatan Asosiasi Aspakusa Makmur antara lain :

    1. Pelatihan bagi siswa/ mahasiswa dan masyarakat pada umumnya. Kegiatan pelatihan

    meliputi budidaya, penanganan pasca panen, sortasi, pengemasan, hingga pemasaran.

    2. Penelitian/percontohan membudidayakan berbagai sayuran baru sebelum diterapkan oleh

    petani misalnya pare putih, sukini dan lain-lain.

    3. Bekerjasama dengan supermarket Carrefour, Hypermart dan lainya untuk memasarkan

    hasil panen petani.

    4. Melakukan sortase hasil panen petani sebelum dikirim ke berbagai supermarket.

    5. Sebagai wahana tukar pengalaman dan studi banding bagi kelompok lain.

    6. Jual langsung ke konsumen setiap hari Minggu di Sunday market Gelora Manahan Solo.

    7. Turut serta dalam berbagai pameran ataupun pasar petani.

    8. Memproduksi sekaligus memasarkan minuman segar siap konsumsi, yaitu juice rosella

    yang memiliki banyak manfaat untuk kesehatan.

    C. Teknis Budidaya Tanaman Pare Putih Aspakusa Makmur

    Dalam proses budidaya pare putih di Aspakusa Makmur memerlukan cara budidaya

    yang benar agar dihasilkan buah pare putih yang berkualitas dan baik. Disamping itu juga

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    dibutuhkan cara penanganan buah pare putih pada periode pra panen, panen dan pasca panen

    yang dapat menjaga mutu benih agar lebih baik. Di bawah ini cara budidaya tanaman pare

    putih :

    1. Persiapan dan pengolahan lahan

    Gambar 4.1.

    Persiapan dan

    pengolahan

    lahan

    Tahap

    awal dalam

    tata laksana

    budidaya

    tanaman pare

    putih adalah pemilihan lokasi yang sesuai dengan persyaratan tumbuh tanaman. Sebelum

    ditanam, tanah terlebih dahulu diseterilkan dengan cara tidak ditanami pare secara terus

    menerus melainkan digilir penanamannya dengan tanaman lain atau dengan menerapkan

    sistem rotasi tanaman. Persiapan dan pengolahan lahan ini dilakukan 1 bulan sebelum

    tanam. Setelah panen dilakukan, lahan didiamkan selama 1 minggu agar bibit penyakit

    yang mungkin ada dalam tanah dapat terbasmi oleh sinar matahari.

    Pengolahan lahan diawali dengan membersihkan gulma yang ada pada lahan, agar

    tidak mengganggu pertumbuhan tanaman pare putih.

    Kemudian tanah dibajak atau dicangkul supaya menjadi gembur, lalu dibuat

    bedengan setengah jadi dengan campuran pupuk kompos organik 650kg/300 m dan

    pupuk SP36 17 kg /300 m. Ukuran lebar 120 cm, panjang 20 m, tinggi 30 cm. Dalam 1

    bedengan ditanami 15 tanaman pare, sedangkan jarak antar bedengan yang digunakan

    untuk saluran irigasi adalah 30cm. Jarak tanamnya 120 cm, ukuran ini dapat

    disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi lahan.

    Setelah bedengan setengah jadi selesai dibuat, kemudian didiamkan terlebih

    dahulu selama 3-4 hari agar komposisi pupuk yang diberikan tersebut dapat tercampur

    dengan matang. Kemudian dilakukan penimbunan tanah agar bedengan menjadi

    sempurna, dengan ukuran 50cm. Pemasangan mulsa hendaknya sampai bawah bedengan

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    hingga hampir menutup semuanya, untuk mempersempit pertumbuhan gulma. Lubang

    tanam dibuat dengan menggunakan kaleng susu bekas dengan ukuran 10cm. Kemudian

    para-para yang terbuat dari bambu dipasang dengan tinggi 2,5 m, pada setiap lubang

    tanam dengan kedalaman 20cm dan tiap batang dihubungkan dengan batang lainnya

    berbentuk mendatar dan dipasangi net untuk tempat menjalarnya tanaman pare putih.

    2. Pemulsaan

    Pemasangan mulsa dilakukan setelah bedengan telah diratakan, sebelum dipasang

    mulsa pastikan bedengan sudah ditaburi pupuk kompos organik 650 kg/300 m2 dan SP

    36 17 kg/300 m2 .Kemudian pasang mulsa plastik hitam perak dengan panjang 20 m

    dalam 8 bedengan dan dibuat lubang tanam dengan jarak 120 cm pada setiap bedengan.

    Pemasangan mulsa plastik sebaiknya dilakukan pada siang hari. Warna perak mulsa

    plastik berada dipermukaan atas bedengan. Biarkan bedengan bermulsa plastik dikering

    angin selama 3 5 hari agar pupuk melarut dengan air tanah.

    3. Persemaian

    Gambar 4.2.

    Persemaian

    tanaman

    pare putih

    Sebe

    lum ditanam

    di lahan,

    tanaman

    pare melalui proses persemaian terlebih dahulu agar bibit yang ditanam terseleksi dengan

    baik untuk menghasilkan tanaman berkualitas dan sehat. Benih yang digunakan yaitu

    benih dari Taiwan dengan varietas Highmoon dengan berat 10 gram yang berisi 50 biji.

    Media semai yang digunakan adalah dari tanah dan kompos dengan perbandingan 1 : 2

    lalu dicampur dan dimasukkan dalam tempat persemaian yaitu pottrey yang tiap 1

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    pottrey berisi 100 lubang, cara memasukkan media dalam media sendiri diratakan

    dengan menggunakan potongan bambu dan kemudian diratakan. Untuk pematahan

    dormansi sebelum benih pare disemai pecahkan kulit biji pada bagian pangkal biji

    dengan menggunakan gunting dengan tujuan agar benih cepat tumbuh akarnya, karena

    biji pare merupakan biji yang memiliki cangkang (kulit) yang keras. Setelah peletakan

    benih, kemudian rendam benih selama 12 jam dalam toples dan setelah selesai

    perendaman, buang air rendaman tersebut dan bilas benih dengan air bersih, kemudian

    benih ditanam di setiap lubang pottrey yang sudah berisi media. Setelah selesai ditanam

    media disiram dan diletakkan di tempat yang atasnya ditutup dengan atap plastik. Setelah

    bibit berumur 14-15 hari dapat ditanam di lahan yang telah disiapkan.

    4. Penanaman

    Dalam penanaman pare putih untuk pemanfaatan lahan menggunakan sistem

    tumpangsari dengan ditanam sawi asin karena umur panen pare putih yang lama kita

    tanami sayuran sawi asin sebab perawatannya mudah dan tidak banyak hama yang

    menyerang sekaligus umur panen yang relatif cepat sehingga sebelum pare putih panen

    sawi asin sudah bisa panen.

    Penanaman bibit pare putih dilakukan pada pagi sebelum jam 9 atau sore hari

    setelah jam 3, agar suhu matahari tidak terlalu panas. Sebelum bibit ditanam, bedengan

    disiram terlebih dahulu agar lembab. Penanaman dilakukan dengan cara media pada

    pottrey dibasahi dengan air agar mudah dilepas, kemudian pottrey dibalik dengan

    perlahan untuk mengeluarkan seluruh akar beserta tanah yang sudah mengepal bersama

    media tanah sehingga tanaman tidak akan stres. Kemudian dimasukkan dalam lubang

    yang telah disiapkan sedalam 2-3cm, tekan sedikit dengan posisi bibit tegak lurus. Lalu

    siram tanah di sekitar tanaman untuk menjaga kelembapan dan untuk mengurangi tingkat

    kelayuan tanaman pare.

    5. Pemeliharaan

    a. Pengairan

    Pada awal pertumbuhan tanaman pare memerlukan ketersedian air yang cukup

    untuk pertumbuhannya. Penyiraman dilakukan secara kontinu 3 hari sekali pada pagi

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    dan sore hari, tergantung pada keadaan tanah dan cuaca. Dalam pengairan jangan

    terlalu basah (menggenang) atau terlalu kering. Pengairan dilakukan dengan cara dileb

    atau disiram di sekeliling tanaman. Seusai pengairan, keadaan air dalam parit atau

    saluran irigasi tidak boleh menggenang. Hal ini bertujuan agar akar tanaman tidak

    terendam air sehingga mengakibatkan kebusukan.

    b. Pemasangan Tempat Merambat Tanaman

    Tanaman pare bersifat menjalar/merambat. Pada awal pertumbuhan tanaman (

    setinggi 0,5 cm ) harus segera dipasang ajir atau tempat merambat agar kelak buah

    pare tidak mengenai tanah. Cara memasang tempat merambatkan tanaman pare putih

    adalah sebagai berikut :

    1. Pemasangan ajir

    Gambar 4.3. Pemasangan Ajir

    Tata cara pemasangan ajir yaitu

    a) Siapkan ajir dengan membelah bambu setinggi 1 m.

    b) Tancapkan ajir di dekat tanaman pare putih secara tegak sampai mengenai net di

    atasnya.

    c) Ikat tanaman pare dengan menggunakan tali rapiah dan mengikatnya sendiri jangan

    terlalu kencang karena bisa mengkibatkan tanaman mati, penalian menggunakan

    cara teknik menyilang agar tanaman pare selalu tumbuh ke atas.

    2. Pemasangan para-para mendatar

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    Gambar 4.4. Pemasangan net

    Tata cara pemasangan para-para mendatar yaitu

    a) Siapkan tiang bambu setinggi 2, 5 m dan bilah bambu untuk di pasang di atasnya

    yang selanjutnya untuk tempat pemasangan net.

    b) Pasang/tancapkan tiang bambu pada tiap tanaman pare sejauh 10 cm-15 cm dari

    batang tanaman.

    c) Pasang bilah bambu sambil membentuk para-para mendatar kemudian tali erar-erat.

    d) Pasang net di atas para-para kemudian tarik ke bawah dan tali dengan kuat.

    c. Pengendalian gulma (penyiangan)

    Gambar 4.5. Penyiangan rumput

    Penyiangan dilakukan sedini mungkin dengan mencabut rumput (gulma) secara

    manual agar pertumbuhan tanaman pare putih tidak terganggu. Jika sudah terlihat ada

    rumput langsung dicabut dan dibuang, tidak dibiarkan besar baru dicabut karena

    rumput tersebut akan mengambil unsur hara dalam tanah yang dibutuhkan oleh

    tanaman pare. Minimal penyiangan dilakukan 1 minggu sekali.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    d. Pemupukan

    Gambar 4.6. Pemupukan

    Untuk memacu pertumbuhan tanaman pare putih agar tumbuh baik dan subur

    serta ketersediaan unsur hara yang dibutuhkan tanaman tetap terjaga perlu dilakukan

    pemupukan susulan. Pupuk yang diberikan adalah pupuk ZA dicampur dengan ponska

    dengan dosis 5 kg dan 3 kg per luas lahan 300 m pada 3 minggu hari setelah tanam

    dengan interval pemupukan 1 minggu sekali. Kemudian 1 minggu kemudian memberi

    pupuk dengan campuran pupuk Za dan Mutiara dengan dosis 5 kg dan 3 kg per luas

    lahan 300 m, pemupukan dilakukan dengan cara menyebarkan segenggam pupuk di

    dalam lubang tanam mulsa 30 cm dari pangkal batang, pemupukan ini bertujuan

    untuk menyamakan pertumbuhan tanaman pare. Kemudian untuk pemupukan susulan

    dilakukan sebulan sekali yaitu dengan menggunakan pupuk Za 5 kg/300 m2 . Pupuk

    ZA mengandung senyawa Sulfur dalam bentuk Sulfat yang mudah diserap dan

    Nitrogen dalam bentuk amonium yang mudah larut dan diserap tanaman, manfaat

    pupuk ZA bagi tanaman pare sendiri yaitu memperbaiki rasa dan warna hasil panen

    dan tanaman lebih sehat serta lebih tahan terhadap gangguan lingkungan (hama,

    penyakit, kekeringan).

    e. Penyulaman

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    Apabila terlihat dalam suatu lubang, tanamannya mati maka langsung dilakukan

    penyulaman atau penggantian dengan tanaman baru yang lebih baik. Penyulaman

    dilakukan maksimal 5 hari setelah tanam bibit, apabila dilakukan lebih dari itu maka

    pertumbuhan tanaman tidak akan maksimal karena sudah tertinggal jauh

    pertumbuhannya dengan tanaman yang lain sehingga mengakibatkan tanaman tumbuh

    tidak seragam.

    f. Pemangkasan

    Gambar 4.7. Pemangkasan cabang bawah pare putih

    Tanaman pare putih merupakan jenis tanaman yang tumbuhnya merambat

    seperti tanaman pare jenis yang lainya dan memiliki banyak cabang. Maka dari itu

    pemangkasan perlu dilakukan agar pertumbuhan tanaman dapat maksimal dan

    menghasilkan buah yang maksimal pula, pemangkasan dilakukan pada cabang ke-5

    atau pada cabang batang 50 cm ke bawah. Pemangkasan dilaksanakan 3 kali yaitu saat

    umur 3 minggu dan 5 minggu dengan tujuan agar tunas tumbuh melebar. Sedangkan

    pemangkasan berikutnya pada umur 6 minggu dengan membuang cabang yang tua dan

    tumbuh, daun kering serta cabang yang rusak pemangkasan dilakukan dengan

    menggunakan pisau atau gunting.

    Pemangkasan dilakukan pada waktu pagi hari agar luka yang ditimbulkan cepat

    mengering. Setelah dilakukan pemangkasan lalu cabang yang dipelihara dirambatkan

    kekanan dan kekiri pada lanjaran atau para-para, pada setiap batang terdapat 2 cabang

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    tanaman pare. Batang diikat dengan tali rafia, pengikatan tidak terlalu kencang tetapi

    dapat menahan cabang dengan baik yaitu dengan cara tali rapiah di tali pada batang

    pare secara menyilang agar pertumbuhan tanaman tidak terganggu.

    g. Pengendalian hama dan penyakit

    Gambar 4.8.

    Penyemprotan

    Insektisida dan Fungisida Pare putih

    Salah satu kendala yang paling berarti dalam budidaya tanaman pare putih

    adalah adanya serangan hama dan penyakit pada tanaman. Hama yang menyerang

    adalah kumbang, lalat buah, dan ulat daun. Sedangkan penyakit yang menyerang

    tanaman pare putih adalah penyakit bercak daun akibat jamur cercospora dan layu

    tanaman akibat cendawan (jamur) Fusarium oxysporium. Penyakit tersebut

    diakibatkan karena musim hujan yang terus-menerus sehingga memudahkan jamur

    untuk cepat berkembang biak dan dengan cepat penyebarannya. Untuk mencegah

    serangan hama dan penyakit tersebut dapat disemprotkan fungisida Dithan 55 gr/14 lt

    per luas lahan 300 m. Sedangkan insektisida yang disemprotkan adalah Curacron,

    Desis dan Confidor dengan dosis 10 ml/14 lt per luas lahan 300 m. Penyemprotan ini

    dilakukan 1 minggu sekali setelah 5 hari tanam. Penyemprotan menggunakan 2 alat

    penyemprot yaitu handsprayer untuk menyemprot tanaman pare putih yang masih

    muda dan sprayer untuk menyemprot tanaman pare putih yang tua dan untuk

    pengendalian ulat daun sendiri dengan cukup memilah-milah daun bagian bawah,

    apabila ada ulat cukup dibasmi dan dimatikan dengan tangan dan tanda tandanya

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    daun berlubang. Sedangkan untuk tanaman pare putih yang terkena penyakit layu

    fusarium untuk segera dipotong tanamannya atau dicabut agar tidak menyebar ke

    tanaman lain karena fusarium cepat sekali penyebaranya apalagi pada saat musim

    hujan sekarang ini.

    Apabila hama dan penyakit telah menyerang maka pengendalian yang dapat

    dilakukan adalah dengan membersihkan gulma yang tumbuh disekitar tanaman pare,

    mengumpulkan dan mematikan vektor, membuang daun atau bagian tanaman yang

    terserang jika serangan masih sedikit namun bila serangan telah menyebar dan banyak

    di bagian tubuh tanaman maka tanaman tersebut langsung dibuang dan dimusnakan

    agar tidak menyebar ke tanaman yang lainnya. Selain itu untuk mencegah juga

    dilakukan dengan memberikan air irigasi yang bersih, maksudnya adalah air tidak

    berasal dari limbah rumah tangga, limbah pabrik atau air yang sudah tercemar.

    h. Perambatan

    Gambar 4.9. Perambatan

    Tanaman pare putih yang sudah berumur 3 minggu cabang -cabang tanaman

    akan memanjang, bagian cabang yang bawah harus di pangkas sedangkan yang bagian

    ujung atau atas harus dirambatkan ke atas samping pada net agar cabang tidak

    merambat turun ke tanah dan kelak buah tidak mengenai tanah serta buah akan

    menggantung di atas net sehingga mudah saat pemanenan. Perambatan harus

    dilakukan secara hati-hati dan pelan pelan agar batang tidak rusak atau putus yang

    mengakibatkan tanaman pare tidak bisa tumbuh ke atas tetapi menyebabkan

    munculnya cabang baru yang akan tumbuh ke samping dan bisa pula menyebabkan

    tanaman layu dan mati apabila tidak dilakukan secara hati-hati. Tanaman pare tersebut

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    dirambatkan sampai mengelilingi para-para yang mendatar agar memudahkan saat

    memanen buah pare putih.

    i. Pembungkusan Buah

    Tanaman pare putih yang berumur 1,5-2 bulan mulai berbunga betina yang

    kelak menjadi buah. Pada stadium buah yang masih kecil atau pentil sebaiknya segera

    dilakukan pembungkusan buah atau pembrongsongan dengan menggunakan kantong

    plastik/ plastik polybag yang bewarna hitam. Pembungkusan buah pada stadium kecil

    bertujuan menghindari atau menekan kemungkinan serangan hama lalat buah

    penyebab busuk dan ulat buah pare putih.

    6. Panen

    Gambar 4.10. Panen pare

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    Setelah usia tanaman 60 hari atau sekitar 2 bulan, panen pertama dapat dilakukan.

    Pare putih yang siap panen adalah buah yang telah berwarna putih susu, ukuran buah

    maksimum dan memiliki daging buah yang tebal serta bintil-bintil permukaan kulit

    tampak melebar dan merata apabila binti-bintil masih rapat berarti buah pare putih

    tersebut masih memungkinkan untuk bertambah besar. Perlu diperhatikan juga sebelum

    panen pertama sebaiknya buah pertama yang muncul untuk segera dipotong agar memacu

    perkembangan buah kedua, ketiga dan selanjutnya menjadi memanjang dan besar serta

    maksimal karena apabila buah pertama tidak dipotong pun buah pare tersebut bentuknya

    akan bulat besar dan tidak maksimal. Cara pemanenan yaitu dengan memotong tangkai

    buah dengan perlahan bisa menggunakan pisau, gunting atau tangan kosong, saat

    pemanenan dilihat buah pare putih yang masih dibrongsong dengan polibag berwarna

    hitam dengan cara meraba brongsong tersebut dan dilihat, apabila sudah memungkinkan

    untuk siap panen brongsong kembali ditutupkan ke seluruh bagian pare putih kemudian

    potong pada tangkai buah dan masukkan ke dalam rak beserta bronsongnya secara hati-

    hati agar buah tidak rusak atau luka. Untuk panen selanjutnya dapat dilakukan dengan

    melihat kenampakan fisik tanaman pare, sampai buah habis dapat dilakukan 20 kali

    petik tergantung jenis dan varietas tanaman pare. Pemanenan dilakukan 1 minggu 3 x

    dengan interval panen 3 hari sekali, yaitu panen dilakukan pada hari senin, rabu dan sabtu.

    Panen dilakukan dengan frekwensi 20 kali panen dan mendapatkan hasil 800 kg, jadi

    dapat diperoleh rata-rata setiap satu tanaman pare putih dapat menghasilkan 6,6 kg buah

    dan setiap satu tanaman rata-rata menghasilkan 10 buah. Kendala dari kurang

    maksimalnya hasil panen juga dikarenakan musim hujan secara terus-menerus sehingga

    mengakibatkan bunga menjadi berguguran dan serangan lalat buah. Setelah panen pare

    putih harus dihindarkan dari terik matahari langsung. Buah yang telah dipetik kemudian

    diletakkan dalam krak yang selanjutnya dimasukkan dalam coolroom dan menunggu

    proses selanjutnya.

    7. Pasca panen

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    Gambar 4.11. Crapping

    Setelah buah dikumpulkan di gudang penyimpanan, proses selanjutnya adalah

    disortasi atau pengkelasan dengan memilih buah pare yang mulus (baik), layu, busuk atau

    abnormal. Setelah dilakukan sortasi buah pare putih yang berkualitas bagus dilakukan

    perlakuan crapping yaitu dengan membungkus pare satu persatu dengan lapisan plastik

    dengan menggunakan alat hand wrapper, setelah selesai ngrapping pare putih yang sudah

    dicrapping diberi label Aspakusa Makmur. Kemudian setelah selesai semua pare putih

    dimasukkan kembali dalam krak dengan berat 2 kg dan ditimbang bersama krak tersebut,

    selesai ditimbang pare putih disimpan ke dalam coolroom.

    8. Pemasaran

    Buah pare putih dalam pemasaran untuk kualitas yang A dikirim ke supermarket-

    supermarket yang sudah terikat kerjasama dengan Aspakusa Makmur. Pengiriman

    dilakukan menunggu daftar pesanan tiap supermarket yang membutuhkan stok pare putih.

    Misalnya Hypermart Solo GrandMall membutuhkan stok pare putih 50 kg pada hari senin,

    kemudian tenaga sortir Aspakusa Makmur menyiapkan pare putih 50 kg dan dikirim ke

    Hypermart Solo Grandmall pagi hari. Pemasaran juga dilakukan di Manahan Solo setiap

    hari Minggu jam 5 pagi sampai jam 12 siang. Aspakusa Makmur mematok harga pare

    putih per 1 kg dengan harga Rp 5.500. Sedangkan untuk yang kualitas rendah (B)

    dipasarkan ke pasar-pasar tradisional dengan harga per 1 kg Rp 4000.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    D. Analisis usaha tani

    ANALISIS USAHA TANI

    PRODUKSI BUAH PARE PUTIH PER 300 m (dalam 4 Bulan)

    DI ASPAKUSA MAKMUR TERAS BOYOLALI

    Tabel 4.3 Biaya Tetap Produksi Buah Pare Putih

    No. Keterangan Kebutuhan Umur

    Ekonomis (bulan)

    Harga (Rp)

    Total Kebutuhan

    (Rp)

    Total Biaya (Rp)

    1. Sewa lahan 1 4 270.000 270.000 270.000 2 Cangkul 3 50 50.000 150.000 12.000 3 Gembor 1 40 20.000 20.000 2.000 4 Gunting 2 40 5.000 10.000 1.000 5 Bambu 100 20 2.000 200.000 40.000 6 Net 4 40 100.000 400.000 40.000 7 Potrey 3 24 20.000 60.000 10.000 8 Mulsa 160 m 10 2000 320.000 128.000 9 Rafia 1 gulung 4 9.000 9.000 9.000 Jumlah Biaya Tetap 512.000

    Sumber : Analisis Data Primer

    Keterangan :

    Rumus untuk menghitung total biaya :

    Total biaya : bulanxisUmurEkonom

    uhanTotalKebut4

    Umur ekonomis adalah perkiraan umur barang mengalami kerusakan

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    Tabel 4.4 Biaya Variabel Produksi Buah Pare Putih

    No. Keterangan Kebutuhan Satuan Harga Satuan

    (Rp) Jumlah (Rp)

    1. Benih 25 10 gram 8000 20.000 2. Kompos Organik 650 kg 350 227.500 3. Pupuk SP 36 17 kg 2300 39.100 4. Pupuk ZA 20 kg 1500 30.000 5. Pupuk Ponska 3 kg 2300 6.900 6. Mutiara 3 kg 7000 21.000 7. Desis 100 ml 175 17.500 8. Dithane 0,5 kg 55000 27.500 9. Curacron 100 ml 210 21.000 10 Confidor 100 ml 340 34.000 11 Tenaga kerja Persiapan lahan - Bajak traktor 1 hr x 35,000 = 35.000 35.000 -Pengolahan tanah 3 org x 1 hr x 15,000 = 45.000 45.000 Penanaman 2 org x 1 hr x 15,000 = 30.000 30.000 Perawatan+panen 1 org x 65 hr x 18,000 = 1.170.000 1.170.000 Jumlah Biaya Variabel 1.724.500

    Sumber : Analisis Data Primer

    Biaya Tetap = Rp 512.000

    Biaya Variabel = Rp 1.724.500

    Harga buah pare putih kelas A siap jual = Rp 5.500/kg

    Harga buah psre putih kelas B siap jual = Rp 4.000/kg

    Jumlah Produksi buah pare putih per 4 bulan

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    Kelas A = 600 kg

    Kelas B = 200 kg

    a) Biaya Total = Biaya Tetap + Biaya Variabel

    = Rp 512.000 + Rp 1.724.500

    = Rp 2.236.500

    b) 1.Penerimaan = Harga kelas A x Jumlah Produksi kelas A

    = Rp 5.500 x 600 kg

    = Rp 3.300.000

    2. Penerimaan = Harga kelas B x Jumlah Produksi kelas B

    = Rp 4.000 x 200 kg

    = Rp 800.000

    Penerimaan = Penerimaan A + Penerimaan B

    Total = Rp 3.300.000 + Rp 800.000

    =Rp 4.100.000

    c) Keuntungan = Penerimaan Biaya Total

    = Rp 4.100.000 Rp 2.236.500

    = Rp 1.863.500

    d) Analisis Kelayakan Usaha Tani (B/C Ratio)

    B/C Ratio = oduksiTotalBiaya

    paTotalPendaPr

    tan

    = Rp 4.100.000

    Rp 2.236.500

    = 1,83

    Artinya dengan modal Rp 2.236.500, usaha agribisnis pare putih akan memperoleh hasil

    penjualan sebesar 1,83 kali.

    e) BEP Harga

    BEP Harga = oduksiTotal

    TotalBiayaPr

    = kg

    Rp800

    500.236.2

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    = Rp 2.795

    Artinya jika modal usaha Rp 2.236.500 dan total produksi 800 kg dengan harga jual Rp

    2.795 sudah mencapai titik impas.

    f) BEP Produksi

    BEP Produksi = aJualH

    oduksiTotalBiayaarg

    Pr

    = 500.5

    500.236.2Rp

    Rp

    = 406,6 kg

    Artinya dengan modal usaha Rp 2.236.500 dan harga jual pare putih Rp 5.500 dengan

    jumlah produksi 406,6 kg sudah mencapai titik impas.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN

    A. Kesimpulan

    Kesimpulan yang dapat diambil dari kegiatan magang di Asosiasi Aspakusa Makmur

    Boyolali adalah

    1. Aspakusa Makmur adalah suatu kelompok agribisnis yang mengelola berbagai macam

    sayuran dataran tinggi dan dataran rendah dengan tenaga grading serta pemasarannya di

    beberapa supermarket di wilayah Semarang, Surabaya, Yogyakarta dan Solo.

    2. Aspakusa Makmur beranggotakan kelompok tani asparagus, bunga kucai, sayur-sayuran

    dataran sedang serta dataran tinggi di wilayah Boyolali.

    3. Peran Pemerintah dalam hal ini Badan Ketahanan Pangan Propinsi Jawa Tengah, Dinas

    Pertanian Kabupaten Boyolali dan Kantor Ketahanan Pangan Kabupaten Boyolali sangat

    besar kontribusinya untuk kemajuan kelompok agribisnis Aspakusa Makmur.

    4. Dalam proses budidaya pare putih di Aspakusa Makmur memerlukan cara budidaya yang

    benar agar dihasilkan buah yang baik. Di samping itu juga dibutuhkan cara penanganan

    buah pare putih pada periode pra panen, panen dan pasca panen yang dapat menjaga mutu

    benih agar lebih baik.

    5. Untuk memacu pertumbuhan tanaman pare putih agar tumbuh baik dan subur serta

    ketersediaan unsur hara yang dibutuhkan tanaman tetap terjaga perlu dilakukan

    pemupukan susulan.

    B. Saran

    Saran yang dapat diberikan kepada Asosiasi Aspakusa Makmur Boyolali adalah

    1. Dapat meningkatkan produksi tanaman produk hortikultura untuk dipasarkan di dalam

    dan luar negeri.

    2. Dapat terus meningkatkan kualitas dan menjamin kesejahteraan tenaga gradding agar

    Aspakusa Makmur dapat terus maju dan berkembang menjadi suatu perusahaan yang

    besar dan berkualitas.