partisipasi perempuan dalam pengelolaan sampah … · dengan sampah dan mencintai lingkungan. peran...
TRANSCRIPT
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
PARTISIPASI PEREMPUAN DALAM PENGELOLAAN
SAMPAH MELALUI “BENGKEL KERJA KESEHATAN
LINGKUNGAN BERBASIS MASYARAKAT”
DI DUSUN BADEGAN BANTUL
OLEH :
ALIEDHA NOORRAFISA PUTRI D 0306018
SKRIPSI
Disusun dan Diajukan untuk Melengkapi dan Memenuhi Syarat guna
Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Jurusan Sosiologi
JURUSAN SOSIOLOGI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2010
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
PERSETUJUAN
Disetujui untuk dipertahankan dihadapan panitia penguji skripsi
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Sebelas Maret
Surakarta
Pembimbing
Dra. Hj. Trisni Utami, M.si Nip.196307301991032001
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user iv
MOTTO
· Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Alloh merasakan kepada mereka sebagian dari (akibat) perbuatan mereka,agar mereka kembali (ke jalan yang benar)
(QS Arruum : 41)
· Maka sesungguhnya dibalik kesukaran terdapat kemudahan yang menyertai. Sungguh beserta kesukaran terdapat kemudahan yang menyertai
(QS Al Insyiroh :4-5)
· Jangan belajar untuk menjadi sukses, tapi belajarlah untuk membesarkan jiwa. Kejarlah kesempurnaan, maka kesuksesan akan menghampiri.
(3 idiots movie, 2009)
· Belajarlah untuk melihat dunia dengan kacamata positif, karena dengan begitu seburuk apapun yang terjadi akan selalu ada hal ‘baik’ yang dapat dipetik
(Penulis)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user v
HALAMAN PERESEMBAHAN
Kagem ibuku, ibuku, ibuku juga bapakku, terimakasih untuk do’a, cinta kasih tak terhingga dan motivasi tanpa tandingan. Robbighfirlii waliwalidayya
warhamhumaa kamaa robbayanii shoghiroo
Adek-adek tercinta, untuk support dan doa tak tergantikan
Sahabat, rekan-rekan, serta alamamater tercinta
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
KATA PENGANTAR
Sembah syukur tak terkira kepada Allah Ta’ala atas segala nikmat serta karunia
sehingga penulis dapat menyelesaikan tahapan demi tahapan dalam penyusunan
skripsi ini. Sungguh tanpa kasih-Nya penulis tidak akan akan mampu menyelesaikan
karya sederhana berjudul :
“ PARTISIPASI PEREMPUAN DALAM PENGELOLAAN SAMPAH MELALUI BENGKEL KERJA KESEHATAN LINGKUNGAN BERBASIS MASYARAKAT (BKKLBM)”
Skripsi ini disusun dan dipersiapkan sebagai syarat untuk memperoleh gelar
sarjana di Jurusan Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Sebelas Maret.
Berbagai pihak telah memberikan bantuan dan dukungan dalam penyusunan
skripsi ini, maka dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Drs. H. Supriyadi SN, SU selaku dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Ibu Dra. Hj. Trisni Utami, M.Si selaku ketua Jurusan Sosiologi FISIP UNS
dan juga pembimbing skripsi, terima kasih sekali atas kesabaran ibu dalam
membimbing dan mengarahkan penulis.
3. Bapak Muhammad Rosyid Ridlo, S.Ag selaku Pembimbing Akademik
penulis.
4. Seluruh dosen Jurusan Sosiologi FISIP UNS atas ilmu dan pengetahuan yang
telah diberikan kepada penulis selama ini.
5. Seluruh staff pegawai Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Sebelas Maret untuk pelayanan yang sangat memudahkan penulis.
6. Kepada Bapak Bambang Suwerda, SST, M.Si beserta segenap Kru
BKKLBM. Terimakasih untuk pembelajaran yang sangat berharga selama
penulis bermukim di sana.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7. Keluarga Bapak Harjono dan Ibu Widowati atas kesediaan menampung
penulis selama bermukim di Dusun Badegan. Serta seluruh warga masyarakat
Dusun Badegan yang telah menyediakan ruang bagi penulis untuk belajar.
8. Bapak dan Ibu tercinta, untuk support, doa serta segala fasilitas yang
disediakan untuk memudahkan penulis. Terimakasih untuk kasih sayang yang
luar biasa.
9. Elsyafa Azizun Nisa dan Alfaini Husna Fie, untuk support, doa dan bantuan
selama pengerjaan skripsi ini.
10. Keluarga besar Mutiara Permata Bangsa.
11. Sahabat terbaik Putri, Desta, Dila, serta seluruh teman-teman Sosiologi 2006
yang tidak dapat penulis sebut satu per satu
12. HIMASOS beserta seluruh awaknya, terima kasih untuk kesempatan bagi
penulis berproses dan bejalar.
13. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah banyak
membantu selama proses penulisan skripsi ini berlangsung
Penulis menyadari sepenuhnya akan keterbatasan kemampuan dan pengetahuan
dalam penyusunan skripsi ini. Kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan
guna perbaikan penelitian selanjutnya hingga menjadi lebih baik. Akhirnya penulis
hanya bisa berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat, memberikan sumbangan
pemikiran dan menambah wawasan ilmu pengetahuan bagi pembaca sekalian.
Surakarta, September 2010
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ........................................................................................................ i
HALAMAN PERSETUJUAN ......................................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................................... iii
MOTTO ............................................................................................................................ iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ....................................................................................... v
KATA PENGANTAR ...................................................................................................... vi
ABSTRAK ........................................................................................................................ viii
DAFTAR ISI ..................................................................................................................... x
DAFTAR BAGAN ........................................................................................................... xiii
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah .............................................................................. 1
1.2 Rumusan masalah ........................................................................................ 7
1.3. Tujuan Penelitian ......................................................................................... 7
1.4. Manfaat Penelitian ...................................................................................... 8
1.5. Tinjauan Pustaka .......................................................................................... 8
1.6. Konsep Yang Digunakan ............................................................................. 15
1.7. Kerangka Berpikir ....................................................................................... 18
1.8. Metodologi Penelitian ................................................................................. 20
1.8.1. Jenis penelitian ............................................................................ 20
1.8.2. Lokasi Penelitian ......................................................................... 21
1.8.3. Jenis Data .................................................................................... 21
1.8.4. Teknik Pengumpulan Data .......................................................... 22
1.8.4. Teknik Pengambilan Sampel ...................................................... 24
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
1.8.5. Validitas Data .............................................................................. 25
1.8.6. Teknik Analisis Data ................................................................... 25
BAB II DESKRIPSI LOKASI
2.1. Deskripsi Dusun Badegan ........................................................................... 35
2.1.1. Letak dan Batas Wilayah ............................................................ 35
2.1.2. Demografi Dusun ........................................................................ 36
2.1.3. Potensi Dusun ............................................................................. 36
2.2. Profil BKKLBM .......................................................................................... 39
2.2.1. Latar Belakang Berdiri ................................................................ 40
2.2.2. Tujuan BKKLBM ....................................................................... 40
2.2.3. Visi BKKLBM ............................................................................ 41
2.2.4. Misi BKKLBM ........................................................................... 41
2.2.5. Kelembagaan dan Sistem Manajemen ........................................ 41
2.2.6. Hubungan Kelembagaan ............................................................. 44
2.2.7. Program Kerja ............................................................................. 35
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1. Profil Informan ............................................................................................ 46
3.2. Budaya dan Perilaku Masyarakat Tehadap Sampah.................................... 49
3.3. Partisipasi Perempuan dalam Pengelolaan Sampah .................................... 62
3.4. Peran BKLBM ............................................................................................. 77
3.4.1. Peran dalam Pemberdayaan Perempuan ..................................... 78
3.4.2. Peran dalam Pengelolaan Lingkungan ........................................ 86
3.5. Matriks Hasil Penelitian .............................................................................. 105
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
BAB VI KESIMPILAN DAN SARAN
4.1. Kesimpulan .................................................................................................. 108
4.2. Saran ............................................................................................................ 110
LAMPIRAN
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
ABSTRAK
Aliedha Noorrafisa Putri D0306018 PARTISIPASI PEREMPUAN DALAM PENGELOLAAN SAMPAH MELALUI “BENGKEL KERJA KESEHATAN LINGKUNGAN” DI DUSUN BADEGAN BANTUL Jurusan Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana partisipasi perempuan dalam pengelolaan sampah rumah tangga melalui sebuah lembaga masyarakat yakni Bengkel Kerja Kesehatan Lingkungan (BKKLBM) di Dusun Badegan Bantul serta bagaimana BKKLBM berperan dalam pemberdayaan perempuan dan pengelolaan lingkungan hidup. Penelitian skripsi ini merupakan penelitian kualitatif dengan menggunakan metode studi kasus. Studi kasus dipilih karena biasa digunakan untuk meneliti fenomena kontemporer dalam kehidupan nyata, kasus yang spesifik serta memiliki batasan yang jelas. Proses pengumpulan data dilakukan dengan beberapa teknik, yakni observasi partisipatoris, wawancara serta penelaahan dokumentasi-dokumentasi yang berkaitan dengan studi ini. Penulis menggunakan teknik pengambilan sampel purposive sampling dan snowball sampling, sehingga sampel yang diambil penulis benar-benar representatif serta mengetahui secara pasti apa yang penulis butuhkan. Informan dalam penelitian ini berasal dari pihak perempuan/masyarakat partisipan BKKLBM, pengelola BKKLBM, serta pemerintah dusun dan kelurahan setempat. Hal ini difungsikan sebagai trianggulasi konstruk yang dalam penelitian studi kasus digunakan sebagai uji validitas data.
Partisipasi perempuan dalam hal pengelolaan sampah rumah tangga masing-masing dapat terbilang baik. Hal ni diperoleh dari wawancara dengan penduduk setempat serta dicocokkan dengan data yang dimiliki oleh BKKLBM. Partisipasi tersebut berupa pemilahan sampah berdasarkan jenisnya, menabung sampah di Bank Sampah milik BKKLBM, membuat kerajinan dari sampah, dan sebagainya. Adapun peran BKKLBM sendiri sebagai fasilitator pemberdayaan perempuan dan pengelolaan lingkungan adalah dengan menstimulus perempuan untuk peduli dengan sampah dan mencintai lingkungan. Peran dalam pengelolaan lingkungan dirintis BKKLBM mulai dari hal kecil dan sederhana namun tepat guna, seperti pengelolaan air sederhana, pembuatan kompos, biopori, serta daur ulang sampah yang sudah mulai digeluti secara professional.
Partisipasi perempuan Dusun Badegan dalam hal pengelolaan sampah rumah tangga tidak akan berjalan baik tanpa adanya peran BKKLBM dalam memberdayakan perempuan serta mendorong perempuan dalam pengelolaan lingkungan. Sehingga kedua hal tersebut saling berkaitan satu sama lain. Berbagai peran yang dilakukan oleh BKKLBM telah menimbulkan dampak-dampak positif seperti meningkatnya kualitas perempuan dalam hal kesehatan lingkungan, kualitas lingkungan Dusun Badegan yang semakin membaik serta munculnya lapangan pekerjaan baru dari mendaur ulang sampah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
ABSTRACT
Aliedha Noorrafisa Putri D0306018 WOMAN PARTICIPATION IN WASTE MANAGEMENT TROUGH “BENGKEL KERJA KESEHATAN LINGKUNGAN BERBASIS MASYARAKAT” IN BADEGAN VILLAGE BANTUL Department of Sociology, Faculty of Social Science and Political Science, Sebelas Maret University
The aims of this research are not only to know how woman participation in household waste management trough a community organization named Bengkel Kerja Kesehatan Lingkungan Berbasis Masyarakat ( BKKLBM) in Badegan Village Bantul but also to know how BKKLBM play a part in empowering of woman and management of environment. This is a qualitative research by using case study method. Case study method selected because it commonly use to check contemporary phenomenon in reality life, specific case and also have clear limit. Process of data collecting conducted with several techniques, which are participative observation, interview and also observation of documentations related to this study. The writer use purposive sampling technique and snowball sampling technique to take some samples for this research, so that the samples taken by the writer is really representatives and also knowing better what the writer needs for this research. Informants of this research had been taken from woman or participants of BKKLBM, organizers of BKKLBM and also government of local sun-district (kelurahan) and village government. This matter is functioned as construct triangulation which in case study method used as data validity test.
Generally, the woman participation in waste management can be told in good condition. The writer got that assessment from interviewed with local resident also woman participant and reconciled the data with BKKLBM’s documents. The participation is conducted by many ways, such as sorting the waste pursuant to its type, saving the waste in Bank Sampah, a sub-division of BKKLBM, making handicraft from waste materials, etcetera. BKKLBM played as facilitator of their own programs for empowering woman and managing environment. Empowering woman is conduct by giving stimulus to woman so they could be more care with their environment and household waste. Role in management of environment is started from effective simple step, such as simple water management, chlorine diffuser, solar disinfectant, making of compos also recycling waste which is have started to be organize professionally. Woman participation in Badegan Village in this case will not take place better without role of BKKLBM in empowered woman and managed environments. So that, booth the things of each other interconnected one another. Various role of BKKLBM had positive impacts, which are increasing woman quality in healthy environment, environment quality of Badegan Village which is better and had good progress, also new work field by recycling waste materials.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Tuhan menciptakan lingkungan sebagai bagian dari kehidupan manusia
yang dapat dimanfaatkan dan dijaga kelestariannya. Lingkungan hidup manusia
mencakup segala macam sumber daya alam yang ada di sekitar manusia. Sebagai
satu kesatuan, manusia dan lingkungan hidup (yang termasuk di dalamnya
tumbuhan, hewan, jasad renik dan sebagainya) hidup berdampingan dan
berinteraksi untuk dapat memenuhi kebutuhan hidupnya demi kelangsungan hidup
mereka.
Dewasa ini, persoalan tentang lingkungan hidup mulai lebih banyak
mendapatkan perhatian dari berbagai kalangan, baik akademisi pemerhati
lingkungan, politisi maupun masyarakat awam. Hal ini disebabkan semakin
memburuknya kondisi bumi dalam beberapa dekade terakhir. Menipisnya lapisan
ozon, lahan hutan yang banyak berkurang serta tingkat emisi gas yang tinggi yang
dihasilkan oleh negara-negara industri ditengarai menjadi penyebab meningkatnya
suhu permukaan bumi. Suhu permukaan bumi yang semakin panas menyebabkan
es di kutub utara dan selatan mencair, akibatnya permukaan air laut terus
meningkat. Bila permukaan air laut terus meningkat maka lambat laun pulau-
pulau yang ada di permukaan bumi akan tenggelam.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
Di Indonesia kerusakan lingkungan secara luas dan massif terjadi sejak tiga
dekade terakhir yan ditandai dengan lahirnya tiga UU yang membuka peluang
eksploitasi sumber daya alam Indonesia secara besar-besaran. Ketiga UU tersebut
adalah UU Kehutanan tahun 1967 (diubah tahun 1999), UU Pertambangan tahun
1967, serta UU Penanaman Modal Dalam dan Luar Negeri tahun 1967. Sejak
adanya UU tersebut berturut-turut masuklah investor asing untuk mengeruk
sumber daya alam Indonesia tanpa peduli dengan akibat dari eksploitasi yang
dilakukan. Sejak saat itu pula kerusakan-kerusakan lingkungan hidup di Indonesia
terjadi dan terus meluas, dari satu wilayah ke wilayah yang lain. Kondisi tersebut
diperparah dengan keadaan di masa itu di mana aturan perlindungan lingkungan
dan kesadaran lingkungan belum berkembang seperti sekarang. Kerusakan
lingkungan terus dibiarkan hingga tahun 1980-an.1 Namun demikian, kini mulai
muncul upaya penyelamatan lingkungan, dengan disahkannya UU Lingkungan
Hidup yang telah diperbaharui yakni UU No. 32 Tahun 2009.
Berbicara mengenai lingkungan hidup tidak dapat dipisahkan dari peranan
perempuan. Sejatinya perempuan berpotensi besar dalam penanganan atau
pelestarian lingkungan hidup. Namun, posisi perempuan yang masih belum juga
menguntungkan membuat perempuan acapkali dipandang sebelah mata.
Rentannya posisi perempuan ini diantaranya diakibatkan oleh kuatnya dominasi
budaya patriarki yang telah mengakar di masyarakat, sehingga hal ini membuat
posisi perempuan semakin lemah. Prinsip kesetaraan gender yang akhir-akhir ini
1 Arimbi Heroepoetri, dalam artikel Sekilas Masalah Lingkungan di Indonesia yang dimuat dalam kumpulan artikel Gender, Lingkungan dan Pengurangan Kemiskinan diterbitkan oleh kerja sama DFID British Council Link Program Team, University of Brighton UK, dan Program Kajian Wanita Pasca Sarjan UI, 2003.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
marak diusung oleh beberapa kalangan ternyata masih belum sepenuhnya mampu
mengangkat perempuan dari ketertindasan, eksploitasi dan keterpurukan.
Ketika terjadi kerusakan lingkungan yang merupakan akibat dari
penggunaan sumber daya alam yang tidak memperhatikan kelestarian lingkungan,
maka perempuan menjadi pihak yang paling beresiko terkena dampak dari
kerusakan lingkungan tersebut. Kehidupan perempuan sebagian besar memang
bersentuhan langsung dengan alam, mulai dari kegiatan rumah tangga, produksi,
konsumsi hingga kegiatan sosial perempuan, pendek kata perempuan lebih sering
berhubungan langsung dengan alam ketimbang laki-laki.
Peran perempuan dalam melestarikan lingkungan memang belum banyak,
namun bukan berarti tidak ada. Ruang untuk keterlibatan perempuan secara lebih
mendalam juga dirasa belum memadai. Perempuan sering tidak dilibatkan dalam
sebagian besar kebijakan dan kontrol terhadap sumber daya alam yang menopang
kehidupan mereka. Padahal pada target capaian Millenium Development Goals
(MDG’s) pada tahun 2015, mensyaratkan pentingnya keterlibatan perempuan
pada semua tujuan yang akan di capai. Mengikutsertakan perempuan dalam
pengelolaan lingkungan adalah agar perempuan memahami betapa pentingnya
lingkungan sehingga perempuan akan menjaga, memelihara lingkungan, dengan
demikian perempuan akan mempunyai andil besar untuk menjaga, memelihara
lingkungan dengan baik dan juga dapat menjaga kebersihan lingkungan dari
lingkup yang paling kecil.2
2Handout Seminar Nasional Pengelolaan Lingkungan Hidup Berwawasan Gender, 11 September 2007, P3G LPPM UNS dengan KLH RI
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
Sejauh ini tercatat ada 18 perempuan-perempuan perkasa pemerhati
lingkungan dari sembilan propinsi di Indonesia penerima penghargaan Kalpataru
selama kurun waktu 1980 sampai 2008.3 Jumlah tersebut dirasa masih sangat
minim. Di samping itu, masih banyak ibu rumah tangga kita yang belum
memahami betul pentingnya menjaga lingkungan, mereka tidak memilah sampah
rumah tangga, melakukan pemborosan dalam penggunaan plastik, dan
sebagainya. Padahal dampak kerusakan lingkungan lebih sering dirasakan oleh
perempuan, seperti yang telah penulis sebutkan sebelumnya. Contoh sederhana
adalah ketersediaan air. Berkurangnya ketersediaan air lebih dirasakan kaum
perempuan karena mereka merupakan pemakai air terbesar dalam rumah tangga.
Perempuan yang belum terlibat dalam pelestarian lingkunga tersebut bukan berarti
mereka tidak tergerak atau acuh terhadap permasalahan lingkungan, namun bisa
jadi arena keterbatasan pengetahuan dan akses yang mereka miliki.
Kedekatan antara perempuan dan lingkungan menumbuhkan paham
ecofeminisme. Paham ecofemisme muncul pertama kali pada tahun 70-an. Adalah
Francoisc d’Eaubonne seorang feminis Prancis yang memperkenalkan
ecofeminisme. Dalam karangannya yang berjudul Le Feminisme ou la Mort (1974)
ia mengemukakan bahwa kontrol lelaki terhadap produksi dan seksualitas
perempuan telah mengakibatkan kerusakan ganda pada lingkungan melalui
surplus produksi dan kelebihan populasi melalui surplus kelahiran. Menurut
D’Eaubonne, pertalian antara perempuan/keperempuanan dan sikap ramah tamah
3 Nur R Fajar, www.antaranews.com , Maret 2009 diakses pada tanggal 11 Mei 2010
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
terhadap alam dunia dalam mencari perubahan sosial akan mengatasi masalah dan
memperlihatkan kkedekatan dengan alam, dibandingkan dengan lelaki.4
Di belahan dunia selatan, gerakan ecofeminisme dipelopori oleh Vandana
Shiva. Shiva mengungkapkan adanya gendered nature atau alam memiliki
dimensi gender. Ekofeminisme menurut Vandana Shiva adalah keseluruhan cara
pandang dunia yang lebih dari sekadar menggabungkan penyelamatan lingkungan
dengan perjuangan hak-hak perempuan, melainkan juga meliputi seluruh
kompleks persoalan yang dihadapi manusia, dari kemiskinan, kelaparan,
penolakan privatisasi air, penghapusan utang, perdamaian dunia, antirekayasa
genetika dan plasma nuftah, dan gongnya adalah menolak pasar bebas.5
Gadis Arivia dalam artikel Ekofeminisme: Lingkungan Hidup Berurusan
dengan Perempuan mengungkapkan jika perempuan dan alam mempunyai
kesamaan simbolik karena sama-sama ditindas oleh manusia yang berciri
maskulin. Dalam praktek-paktek yang berkaitan dengan lingkungan hidup ada
hubungan kekuasaan yang tidak adil, memarginalisasikan perempuan dan merusak
lingkungan. Misalnya di masyarakat pedesaan di negara yang sedang
berkembang, relasi kekuasaan yang tidak seimbang antara perempuan dan laki-
laki mempengaruhi jenis tanaman apa yang akan ditanam.6
Permasalahan lingkungan hidup termasuk di dalamnya permasalahan
tentang sampah yang hingga kini masih belum juga ditemukan solusinya secara
global. Penanganan sampah yang ada selama ini selalu bertumpu pada pendekatan
4 Mary Mellor dalam artikel berjudul Pemikiran Ekofeminis (1997) yang dimuat dalam kumpulan artikel Gender, Lingkungan dan Pengurangan Kemiskinan, ibid, 2003. 5 www.ccde.com diakses tanggal 13 Februari 2010 pukul 11:56:38 6www.ghelp.com diakses tanggal 13 Februari 2010 pukul 11:13:42
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
akhir (end of pipe), yakni memindahkan sampah dari satu tempat ke tempat yang
lain (TPS/TPA). Penanganan sampah yang demikian sama halnya dengan
memindahkan masalah dari satu tempat ke tempat yang lain. Bila hal ini terus
menerus dilakukan maka dalam beberapa dekade ke depan bumi tercinta ini akan
penuh dengan timbunan sampah.
Merespon kondisi tersebut, pemerintah mengeluarkan UU Pengelolaan
Sampah no 18 tahun 2008. Dalam UU tersebut tersebut pemerintah mendorong
adanya pengelolaan sampah langsung dari sumbernya. Sumber sampah
berdasarkan UU tersebut adalah asal dari timbulan sampah, seperti rumah tangga,
industri, pusat perbelanjaan, perkantoran dan sebagainya. UU Pengelolaan
Sampah tersebut juga menjelaskan pentingnya kegiatan 3R (Re-use, Reduce, &
Recycle) 7 agar volume sampah tidak terus bertambah.
Maka melibatkan perempuan dalam hal pengelolaan sampah adalah salah
satu cara terbaik yang dapat ditempuh demi terciptanya lingkungan hidup yang
lebih baik di masa mendatang. Namun seringkali perempuan belum memiliki
pemahaman yang cukup tentang penglolaan sampah, khususnya sampah rumah
tangga. Perempuan memiliki andil yang sangat besar di kehidupan rumah tangga
masing-masing, sehingga perempuan akan lebih mudah mengorganisir gerakan-
gerakan pro lingkungan di lingkup rumah tangga masing-masing. Selain itu,
7 Reduce : mengurangi atau meminimalisir barang atau material yang menimbulkan sampah,
seperti mengurangi penggunaan kantong plastik Reuse : memakai kembali , menggunakan barang yang dapat dipakai berulang-ulang serta
menghindari barang atau material sekali pakai, buang. Seperti menggunakan kotak makan ketika membeli makanan ketimbang menggunakan bungkus styrofoam
Recycle : Mendaur ulang ulang barang atau material yang sudah tidak terpakai menjadi barang yang memiliki manfaat. Hal ini dapat memperpanjang masa pemakaian barang tersebut sebelum menjadi sampah. Seperti menggunakan plastic bekas pembungkus kopi sebagai kantong blanja
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
faktor kedekatan perempuan dengan lingkungan hidup juga menjadi salah satu
alasan yang kuat, ketika keseimbangan alam terganggu akibat adanya timbunan
sampah, perempuanlah yang akan merasakan dampaknya pertama kali.
Berangkat dari kesadaran tersebut, maka di Dusun Badegan Bantul
dibentuklah sebuah Bengkel Kerja Kesehatan Lingkungan Berbasis Masyarakat –
selanjutnya penulis singkat dengan BKKLBM- yang memiliki program unggulan
salah satunya adalah Bank Sampah Gemah Ripah (Gerakan Memilah dan Me-
reuse Sampah). Bambang Suwerda, SST,M.Si salah seorang warga Dusun
Badegan yang mencetuskan ide pembentukan BKKLBM. Berawal dari
keprihatinan melihat kondisi lingkungan yang ada ditambah pula musibah gempa
yang melanda Bantul di tahun 2006 lalu, terbentuklah lembaga tersebut.
BKKLBM menjawab krisis lingkungan dengan tidakan nyata serta melibatkan
masyarakat, khususnya perempuan, bukan mengabaikan atau memandang
perempuan sebelah mata.
Salah satu program pokok dalam pelestarian lingkungan adalah pengelolaan
sampah yang berbasis masyarakat. Sampah yang dikelola di BKKLBM paling
banyak berasal dari sampah rumah tangga. Dengan demikian secara tidak
langsung BKKLBM telah membantu meningkatkan kualitas perempuan dalam hal
pengelolaan sampah. Perempuan, ibu-ibu rumah tangga di Dusun Badegan Bantul
dilibatkan secara langsung dalam pengelolaan rumah tangga. Di samping itu,
BKKLBM juga memberikan pembelajaran baru bagi perempuan dan masyarakat
luas di Dusun Badegan Bantul tentang pengelolaan sampah dan lingkungan yang
benar dan bermanfaat bagi keberlangsungan lingkungan hidup.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
B. RUMUSAN MASALAH
Rumusan masalah dibuat untuk memfokuskan kajian dalam penelitian ini
sehingga, mempermudah proses pengambilan data dan pelaporan hasil penelitian.
Oleh karena itu pada penelitian ini pun dibuat rumusan masalah, yaitu :
1. Bagaimana partisipasi perempuan dalam pengelolaan sampah melalui
Bengkel Kerja Kesehatan Lingkungan Berbasis Masyarakat?
2. Bagaimana peran Bengkel Kerja Kesehatan Lingkungan Berbasis
Masyarakat dalam pemberdayaan perempuan dan pengelolaan lingkungan
di Dusun Badegan Bantul Yogyakarta?
C. TUJUAN PENELITIAN
Adapun tujuan dari penyusunan skripsi ini adalah:
1. Untuk mengetahui partisipasi perempuan dalam pengelolaan sampah
melalui Bengkel Kerja Kesehatan Lingkungan Berbasis Masyarakat di
Dusun Badegan Bantul Yogyakarta.
2. Untuk mengetahui peran Bengkel Kerja Kesehatan Lingkungan Berbasis
Masyarakat dalam pemberdayaan perempuan dan pengelolaan sampah di
Dusun Badegan Bantul Yogyakarta.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
D. MANFAAT PENELITIAN
1. Manfaat Praktis
Dari hasil penelitian ini dapat diketahui bagaimana partisipasi perempuan
dalam pengelolaan sampah, serta peran BKKLBM dalam pemberdayaan
perempuan dan pengelolan sampah.
2. Manfaat Teoritis
Memberikan sumbangan pemikiran bagi ilmu pengetahuan, serta
memperluas khasanah ilmu terutama kajian-kajian sosiologis yang
berhubungan dengan partisipasi perempuan dalam pengelolaan sampah
serta tentang peran LSM/Ormas dalam hal pemberdayaan perempuan dan
pengelolaan lingkungan.
E. TINJAUAN PUSTAKA
Persoalan lingkungan hidup, pengelolaan sampah dan limbah tidak dapat
dilepaskan begitu saja dari campur tangan masyarakat. Masyarakat dengan
individu-individu di dalamnya sebagai komponen terpenting dalam upaya
menjaga dan melestarikan lingkungan hidup.
Masyarakat merupakan objek ilmu sosiologi. Sosiologi berasal dari bahasa
Yunani socio dan logos yang secara harfiah berarti ilmu tentang masayarakat.
Beberapa tokoh memberikan definisi sosiologi yang berbeda-beda, meskipun
substansinya tetap sama yakni mempelajari masyarakat. Pitirim A Sorokin
mendefinisikannya sebagai berikut :
“….adalah suatu ilmu yang mempelajari hubungan dan pengaruh timbal-balik antara aneka macam gejala-gejala sosial (misalnya antara gejala
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
ekonomi dengan agama, dsb); antara gejala-gejala sosial dengan gejala-gejala non-sosial; serta mempelajari ciri-ciri umum semua jenis gejala-gejala sosial. ” 8
Selo Soemardjan dan Solaeman Sumardi memberikan definisi sosiologi sebagai
berikut :
“Sosiologi atau ilmu masyarakat ialah ilmu yang mempelajari struktur sosial dan proses-proses sosial, termasuk perubahan-perubahan sosial.”9
Selain kedua tokoh tersebut, Roucek dan Warren juga mengemukakan definisi
sosiologi sebagai :
“ …ilmu yang mempelajari hubungan antara manusia dalam kelompok-kelompok. “10
Berdasarkan definisi-definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa sosiologi
mempelajari masyarakat dengan melihat hubungan timbal balik antara manusia
dengan lingkungan sekitarnya, termasuk didalamnya proses-proses sosial, struktur
sosial, gejala sosial atau non-sosial serta perubahan sosial yang terjadi.
Permasalahan masyarakat terus berkembang seiring dengan perkembangan
zaman. Masyarakat bergerak dan berubah, perubahan-perubahan tersebut dapat
dianalisis dengan berbagai macam teori dan paradigma yang ada di dalam ilmu
sosiologi. George Ritzer dalam bukunya Sosiologi Ilmu Pengetahuan
Berparadima Ganda menyebutkan, terdapat tiga paradigma yang digunakan dalam
Sosiologi, yaitu Paradigma Fakta Sosial, Paradigma Definisi Sosial dan
8 Soerjono Soekanto,Sosiologi Suatu Pengantar,2006, hlm 19 9 Ibid,hlm 20 10 Ibid,hlm 19
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
Paradigma Perilaku Sosial. Pada penelitian ini penulis menggunakan paradigma
perilaku sosial yang sesuai dengan permasalahan yang akan penulis kaji.
Paradigma perilaku sosial memusatkan perhatiannya kepada antar hubungan
antara individu dengan lingkungannya. Lingkungan yang dimaksud terdiri dari
dari :
a. Bermacam-macam objek sosial
b. Bermacam-macam objek non sosial
Prinsip yang menguasai antar hubungan individu dengan objek sosial adalah
sama dengan prinsip yang menguasai hubungan antara individu dengan objek
non-sosial. Pokok persoalan sosiologi menurut paradigma ini adalah tingkah laku
indiviu yang berlangsung dalam hubungannya dengan faktor lingkungan yang
menghasilkan akibat-akibat atau perubahan dalam faktor lingkungan
menimbulkan perubahan terhadap perilaku. Jadi terdapat hubungan yang
fungsional antara tingkah laku dengan perubahan yang terjadi di lingkungan
aktor.11
Teori-teori yang terdapat dalam paradigma ini adalah Teori Behaviorial
Sociology dan Teori Exchange. Sesuai dengan issue yang penulis angkat, maka
teori yang digunakan adalah teori behavioral sociology.
Behavioral sociology dibangun dalam rangka menerapkan prinsip-prisip
psikologi perilaku ke dalam sosiologi. Teori ini memusatkan perhatiannya pada
hubungan antara akibat dari tingkah laku yang terjadi di dalam lingkungan aktor
11 George Ritzer, Sosiologi Ilmu Pengetahuan Berparadigma Ganda, 2002, hlm 72-72
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
dengan tingkah laku aktor. Teori ini berusaha menerangkan tingkah laku yang
terjadi melalui akibat-akibat yang mengikutinya kemudian. 12
Berbicara tentang partisipasi masyarakat, sedikit banyak tentu akan
berkaitan dengan konsep Community Development. Partisipasi merupakan salah
satu unsur terpenting dalam konsep community development. Seperti dikutip dari
Hasim dan Remiswai, Community Development merupakan satu pendekatan
pekerjaan sosial yang bekerja dengan komunitas dan melibatkan partisipasi aktif
dari komunitas terutama komunitas lokal dalam memenuhi kebutuhan dan
menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapi dengan menggunakan sumber-
sumber yang tersedia di dalamnya. 13
Partisipasi menjadi salah satu faktor terpenting agar terciptanya lingkungan
hidup yang lebih baik. Sherry Arnstein mendefinisikan strategi partisipasi yang
didasarkan pada distribusi kekuasaan antara masyarakat (komunitas) dengan
badan pemerintah (agency). Dengan pernyataannya bahwa partisipasi masyarakat
identik dengan kekuasaan masyarakat (citizen partisipation is citizen power).14
Arnstein kemudian mengelompokkan partisipasi dalam beberapa tipe yang
mewakili proses-proses partisipasi yang berbeda-beda, yang didasarkan pada
distribusi kekuasaan. Tipe-tipe partisipasi tersebut lebih dikenal dengan 8 tangga
partisipasi Arnstein. Arnstein menggunakan anak tangga karena masing-masing
anak tangga merupakan tahapan-tahapan partisipasi yang memiliki karakter
masing-masing.
12 Ibid, hlm 74 13 Dr Hasim, M.Si, dkk, Community Development Berbasis Ekosistem, 2009, hlm 47 14 Diunduh dari http://bebasbanjir2025.wordpress.com/04-konsep-konsep-dasar/partisipasi/ pada tanggal 18 September 2010 pukul 23:04 wib
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
Bagan Tangga partisipasi menurut Arnstein15
Tangga terbawah merepresentasikan kondisi tanpa partisipasi (non
participation), meliputi: (1) manipulasi (manipulation) dan (2) terapi (therapy).
Kemudian diikuti dengan tangga (3) menginformasikan (informing), (4)
konsultasi (consultation), dan (5) penentraman (placation), dimana ketiga tangga
itu digambarkan sebagai tingkatan tokenisme (degree of tokenism). Tokenisme
dapat diartikan sebagai kebijakan sekadarnya, berupa upaya superfisial (dangkal,
pada permukaan) atau tindakan simbolis dalam pencapaian suatu tujuan. Jadi
sekadar menggugurkan kewajiban belaka dan bukannya usaha sungguh-sungguh
untuk melibatkan masyarakat secara bermakna. Tangga selanjutnya adalah (6)
15 ibid
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
kemitraan (partnership), (7) pendelegasian wewenang / kekuasaan (delegated
power), dan (8) pengendalian masyarakat (citizen control). Tiga tangga terakhir
ini menggambarkan perubahan dalam keseimbangan kekuasaan yang oleh
Arnstein dianggap sebagai bentuk sesungguhnya dari partisipasi masyarakat.16
Pada tataran pengelolaan sampah dan pelestarian lingkungan, konsep-
konsep tersebut menurut penulis sangat dapat diterapkan. Manajemen sampah
yang selama ini diberlakukan hanyalah memindahkan sampah dari rumah ke
tempat sampah tingkat desa atau kelurahan kemudian dipindah lagi ke tempat
pembuangan akhir milik pemkot, pemkab ataupun pemprov. Hal ini tentu bukan
penyelesaian yang solutif. Memindahkan sampah dari satu TPS ke TPS lain
kemudian ke TPA sama halnya dengan memindahkan masalah. Sehingga
diperlukan sistem pengelolaan sampah yang berbasis partisipasi masyarakat agar
masyarakat menyadari akan pentingnya menjaga lingkungan dengan tidak
memusuhi sampah, namun dengan mendayagunakan atau mendaur-ulang sampah.
Volume sampah yang terus bertambah seiring dengan semakin banyaknya
tingkat konsumsi masyarakat menjadikan permasalahan sampah semakin
kompleks. Mengurangi konsumsi sampah bisa dijadikan salah satu cara untuk
mengurangi timbulan sampah, namun hal tersebut tentu berpengaruh pada
perekonomian, dimana hal tesebut dapat menurunkan minat konsumsi masyarakat
pada barang-barang tertentu. Hal ini membuktikan bahwa sampah merupakan
permasalah yang berkaitan dengan semua bidang, kesehatan. Lingkungan, social,
16 Arif Aliadi dkk, Peranserta Masyarakat dalam Pelestarian Hutan; Studi di Ujung Kulon Jawa Barat, Tenganan Bali, Krui Lampung, 1994, hlm 3-5
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
budaya dan perekonomian. PB Anand dalam jurnalnya Waste Management in
Madras Revisited menyebutkan
“Waste is an inevitable by-product (for some, a consequence) of economic development; in per capita terms, the greater the GNP, the greater the quantity of waste produced each day. We also know that as low or middle-income countries pursue economic growth, their urban populations grow: the greater the GNP per capita, the greater the percentage of population living in urban areas. At the same time, in most cities, external costs are not internalized – for example, the consumption of resources such as fresh water or the pollution of rivers and waterways. While waste production rates increase with economic growth, so too do the social and environmental costs of disposal of these wastes; but many of these costs are hidden (for instance, treating the cost of governmentowned land used for waste landfill operations as zero). Economists would argue that to become sustainable, such cities would have to stop “freeloading” and would have to pay the long-term marginal costs for consuming the resources. Deciding on what the city should pay is one thing; translating this into costs for citizens and businesses (as user charges) is another. Research into issues of how citizens value these improvements and what institutional arrangements they prefer gains relevance in such a context.”17
Dalam tulisan tersebut disebutkan sampah merupakan produk tidak
terelakkan sebagai konsekuensi dari pertumbuhan ekonomi. Semakin besar GNP
suatu Negara, semakin besar pula sampah yang dihasilkan setiap hari. Negara-
negara berkembang pun juga mengupayakan pertumbuhan ekonomi, populasi di
perkotaan tumbuh dengan pesat, semakin besar GNP per kapita maka akan
semakin besar pula populasi penduduk di perkotaan. Pada saat yang bersamaan, di
banyak kota, pengeluaran biaya tidak diinternalisasikan, seperti biaya untuk
penyediaan air bersih, polusi sungai dan sebagainya. Sementara tingkat polusi
limbah juga meningkat seiring dengan pertumbuhan ekonomi. Jurnal tersebut
secara jelas menyebutkan keterkaitan pertubuhan ekonomi dengan volume
17 Waste Management in Madras Revisited oleh PB Anand dari kumpulan jurnal Environment and Urbanization Vol 12 No 2 Oktober 2009 diunduh dari http://eau.sagepub.com/content/11/2/161 pada tanggal 8 Agustus 2010 pukul 10:20:18
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
sampah setipa hari. Bila hal yang demikian tidak tertangani maka akan sangat
berbahaya bagi kelangsungan hidup manusia.
Mengelola atau mendaur-ulang sampah dapat menjadi salah satu pilihan
cerdas demi kelangsungan bumi ini. Mengelola sampah, terutama sampah rumah
tangga sehingga bernilai ekonomis bukanlah sebuah pekerjaan yang mudah. Bagi
seorang ibu rumah tangga kegiatan memilah, memilih dan mengolah sampah ini
secara tidak langsung menjadi program pemberdayaan bagi mereka.
Pengelolaan sampah dan pengelolaan lingkungan yang baik membutuhkan
partisipasi perempuan disamping juga peran dari stake holder, dalam hal ini
BKKLBM (sebagai organisasi masyarakat), serta instansi pemerintah yang
memang berkaitan. Hal ini sebagaiman tercantum dalam jurnal Partnerships in
urban environmental management: an approach to solving environmental
problems in Nakuru, Kenya yang ditulis oleh Samson Wokabi Mwangi.
Disebutkan dalam jurnal tersebut
“...urban environmental management cannot successfully be achieved or sustained without cooperative and collective action between different actors. The potential role of partnership will not easily be realized unless a number steps are taken changes in attitude occur.”18
Manajemen lingkungan yang baik dan berkelanjutan tidak akan tercapai
tanpa adanya tindakan bersama antar aktor. Peran-peran yang potensial tidak akan
terwujud bila tidak adanya perubahan dalam perilaku atau sikap. Senada dengan
hal tersebut, Bambang Suwerda melalui BKKLBM nya, seolah ingin mengubah
18 Jurnal Partnerships In Urban Environmental Management: An Approach To Solving Environmental Problems In Nakuru, Kenya yang ditulis oleh Samson Wokabi Mwangi dari kumpulan jurnal Environment and Urbanization Vol 12 No 2 Oktober 2009 diunduh dari http://eau.sagepub.com/content/11/2/161 pada tanggal 8 Agustus 2010 pukul 10:19:08
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
perilaku masyarakat serta menyadarkan perempuan untuk sebuah tujuan yang
bermanfaat bagi kelangsungan hidup manusia.
Keterlibatan masyarakat khususnya perempuan dalam pengelolaan sampah
merupakan salah satu cara efektif untuk menggulangi permasalahan sampah,
khususnya sampah rumah tangga. Hal ini senada dengan apa yang diungkapkan
Budi Gunarto dalam penelitian skripsi mengenai Rancangan Model Managemen
Pengelolaan Sampah Kota Berbasis Pada Partisipasi Kaum Perempuan Khusunya
Ibu Rumah Tangga di Pemukiman dan Optimaslisasi Peran Pemulung di Kota
Surakarta pada tahun 2002. Penelitian Gunarto ini dilandasi akan permasalahan
sampah di berbagai kota. Penanganan sampah yang hanya menggunakan
pendekatan end of pipe tidak memberikan solusi melainkan justru mendatangkan
permasalahan baru, seperti TPA Akhir yang mulai penuh, bermunculannnya
penyakit yang disebabkan timbunan sampah, banjir dan sebagainya. Penelitian
yang diadakan pada 8 tahun silam tersebut membuktikan bahwa permasalahan
sampah dari dulu hingga sekarang masih belum tertangani dengan baik. Secara
umum pemerintah masih menggunakan pendekatan end of pipe. Penanganan
sampah setelah sampai di TPA pun hanya dengan metode open dumping maupun
sanitary landfill. Meskipun pada prakteknya di beberapa TPA lebih sering
digunakan metode open dumping. Seperti disebutkan Gunarto dalam
penelitiannya, Reduce, Reuse dan Recycle adalah model relatif aplikatif dan
bernilai ekonomis yang dapat diterapkan pada skala kawasan sehingga
memperkecil kuantitas dan kompleksitas sampah. Kini metode tersebut dirasa
masih sangat relevan digunakan untuk menangani permasalahan sampah, pada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
skala rumah tangga misalnya seperti yang dirintis oleh Bambang Suwerda, S.ST,
M.Si di Badegan Bantul. Meskipun menggunakan model yang sama, pengelolaan
sampah di Dusun Bantul lebih terpadu dengan mengandalkan komunitas
masyarakat serta terorganisasi lebih baik. Hal ini dibuktikan dengan adanya
pembentukan BKKLBM beserta divisi-divisinya. Penelitian yang dilakukan oleh
Gunarto lebih menitikberatkan pada peran pemulung dan ibu rumah tangga di
sekitar TPA Putri Cempo Mojosongo sedangkan yang terjadi di Dusun Badegan
Bantul adalah justru bertujuan mengurangi keberadaan pemulung di TPA
Piyungan maupun di Dusun Badegan khusunya.
F. KONSEP YANG DIGUNAKAN
1) Lingkungan hidup
Lingkungan hidup merupakan sistem kehidupan dimana terdapat campur
tangan manusia terhadap tatanan ekosistem. Otto Sumarwoto
mendefinisikan lingkungan hidup sebagai ruang yang ditempati suatu
makhluk hidup dengan benda hidup dan benda tak hidup. 19 Istilah
Lingkungan hidup dapat mencakup segala makhluk hidup dan tak hidup
di alam yang ada di bumi atau bagian dari bumi, yang berfungsi secara
alami tanpa campur tangan manusia yang berlebihan. 20
Adapun berdasarkan UU No. 23 Tahun 1997, lingkungan hidup adalah
kesatuan ruang dengan semua benda dan kesatuan makhluk hidup
19 Otto Sumarwoto, Ekologi, Lingkungan Hidup dan Pembangunan,2004: 23 20 id.wikipedia.com, diakses tanggal 5 Maret 2010
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
termasuk di dalamnya manusia dan perilakunya yang melangsungkan
perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lainnya.
Kehidupan manusia tidak dapat dipisahkan dari lingkungan hidup,
hubungan yang terjalin diantaranya merupakan hubungan resiprositas,
dimana manusia dan lingkungan sama-sama saling membutuhkan satu
sama lain.
2) Pengelolaan Sampah
Berdasarkan kamus istilah lingkungan (1994)21, Sampah adalah bahan
yang tidak mempunyai nilai atau tidak berharga untuk maksud biasa atau
utama dalam pembikinan atau pemakaian barang rusak atau bercacat
dalam pembikinan manufaktur atau materi berkelebihan atau ditolak atau
buangan. Sampah merupakan sisa atau materi yang tidak lagi digunakan
dan memang harus dibuang. Persoalan sampah menjadi persaoalan yang
sangat serius mengingat jumlah sampah yang kian hari kian menumpuk.
Indonesia termasuk negeri dengan penanganan sampah yang buruk.
Banyak perusahaan-perusahaan industri besar yang menghasilkan
sampah kimia beracun namun tidak mengolahnya sesuai standar.
Pengelolaan sampah secara tepat dan berkelanjutan sangat diperlukan
demi terciptanya lingkungan yang bebas sampah. Ensiklopedi bebas
Wikipedia mengartikan Pengelolaan sampah adalah pengaturan yang
berhubungan dengan pengendalian timbunan sampah, penyimpanan,
pengumpulan, pemindahan dan pengangkutan sampah. Pengelolaan
21 Dikutip dari blog www.anafio.multiply.com diakses tanggal 11Maret 2010 pukul 19:50:13
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
sampah yang tepat akan berdampak positif bagi lingkungan. Idealnya,
pengelolaan sampah juga melibatkan warga masyarakat, dengan begitu
masyarakat akan mengerti bahwa sampah bisa menjadi bahaya yang
mengancam setiap saat bila tidak tertangani dengan tepat. Adapun untuk
membatasi kajian dalam penelitian ini, pengelolaan sampah yang penulis
maksudkan disini adalah pengelolaan sampah rumah tangga.
3) Partisipasi Perempuan
Partisipasi merupakan sebuah konsep yang dewasa ini semakin sering
digunakan dalam pemberdayaan masyarakat. Partisipasi memungkinkan
masyarakat untuk turut serta ambil bagian dan berperan aktif dalam
kegiatan-kegiatan maupun kebijakan yang akan diterapkan pada
masyarakat. Partisispasi sering diartikan dalam kaitannya dengan
pembangunan sebagai pembangunan masyarakat yang mandiri,
perwakilan, mobilisasi sosial, pembagian sosial yang merata terhadap
hasil-hasil pembangunan, penetapan kelembagaan khusus, demokrasi
politik dan sosial, reformasi sosial, atau bahkan yang disebut revolusi
rakyat.
4) Pemberdayaan Perempuan
Konsep Pemberdayaan sebagai terjemahan empowerment mengandung
dua pengertian yaitu (1) to give power or authority, mengalihkan
kekuatan atau mendelegasikan ke pihak yang lain, (2) to give ability to
atau to enable, usaha untuk memberi kemampuan atau
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
memberdayakan.22 Menurut Y Sugeng pemberdayaan merupakan alat
penting dan strategis untuk memperbaiki, memperbaharui dan
meningkatkan kinerja organisasi baik organsasi yang bergerak dalam
kegiatan pemerintahan maupun organisasi yang bergerak dalam kegiatan
dunia usaha/swasta.23 Pemberdayaan perempuan merupakan suatu
uasaha, proses yang bertujuan memberikan kemampuan bagi perempuan
sehingga perempuan dapat lebih banyak berperan dalam masyarakat.
Perempuan tidak lagi pasif serta tidak lagi tertinggal.
G. KERANGKA BERPIKIR
Manusia dan alam, merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan.
Manusia hidup berdampingan dengan alam. Kajian tentang hubungan manusia
dan alam/lingkungan hidup telah ada sejak tahun 1980. Bermula dari adanya
kajian psikologi mengenai kesadaran ekologi (ecological awareness). Sosiologi
sendiri termasuk salah satu bidang ilmu yang juga memberikan perhatian pada
bidang lingkungan. Sosiologi lingkungan dicanangkan keberadaannya oleh Riley
Dunlap dan William Cotton di tahun 1978. 24 Sejak saat itu kajian mengenai
sosiologi lingkungan terus berkembang.
Kesadaran manusia akan pentingnya menjaga lingkungan dirasa mulai
pudar. Berbagai macam kecanggihan teknologi dan industri yang kini dinikmai
seluruh umat manusia di dunia harus dibayar mahal dengan rusaknya ekosistem
22 Randy R Wrihnatolo et all, Manajemen Pemberdayaan, Sebuah Pengantar dan Panduan untuk Pemberdayaan Masyarakat, 2007:115-116 23 Drs.Y. Sugeng, SU, MM, Pemberdayaan Masyarakat, 2008, hlm 1 24 Rahmat K Dwi Susilo, Sosiologi Lingkungan, 2007, hlm 5
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
alami. Hutan-hutan gundul, permasalahan sampah, air yang tercemar, polusi udara
dan suara adalah beberapa diantara sekian banyak persoalan lingkungan sebagai
dampak dari perbuatan manusia. Selama ini, manusia cenderung mengeksploitasi
alam dengan kandungan di dalamnya secara besar-besaran tanpa peduli dengan
kerusakan lingkungan yang ditimbulkan. Manusia modern merupakan representasi
paham antroposentrisme. Paham ini memandang alam sebagai alat untuk
menunjang dan memenuhi kebutuhan manusia. Mengutip Susilo, orientasi
manusia kepada alam tidak diletakkan sebagai tujuan tindakan sosial manusia,
melainkan alam haya sebatas sebagai alat bagi kepentingan manusia. Mental
manusia antroposentris terwujud dalam bentuk manusia berkarakter pembuka dan
pendobrak lahan baru. 25 Karakteristik manusia seperti ini sangat identik dengan
kehidupan manusia sekarang. Manusia selalu mencari cara agar terus maju dan
mangeksploitasi alam untuk mengeruk semua kekayaan alam.
Lambat laun, budaya yang tercipta di lingkungan masyarakat menjadi
budaya yang tidak mencintai lingkungan. Membuang sampah dan limbah rumah
tangga di sungai, terbiasa memakai plastik, styrofoam dan bahan yang sulit diurai
tanah yang lain dianggap sebagai suatu hal yang lumrah. Masyarakat kita tanpa
sadar telah “turut andil” dalam membuat kerusakan di bumi. Indonesia
menghasilkan 6000 ton sampah setiap harinya yang belum tertangani dengan
baik.26 Maka perlu ada sebuah solusi konkret serta efektif sebagai upaya
menyelamatkan lingkungan.
25 Op.Cit, hlm 62 26 Op.Cit, hlm 67
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
Memberikan edukasi yang benar tentang sampah menjadi pe-er besar bagi
pemerintah. Pemahaman dan cara pandang masyarakat tentang sampah perlu
diubah. Salah satu caranya adalah dengan melibatkan masyarakat dalam
pengelolaan sampah di lingkup yang kecil. Hal ini tentu bukan perkara mudah.
Banyak pihak terkait yang harus dilibatkan misalnya, Pemda, NGO, Ormas dan
sebagainya.
Menyediakan ruang partisipasi bagi masyarakat terutama perempuan dalam
pengelolaan sampah, terutama sampah rumah tangga secara tidak langsung juga
dapat dikatakan sebagai upaya pemberdayaan. Perempuan diajak untuk lebih
proaktif dalam menangani kasus-kasus mengenai lingkungan di wilayah mereka.
Dengan adanya konsep partisipasi yang dikembangkan oleh BKKLBM, maka
perempuan secara tidak langsung telah diberdayakan untuk memahami dan
mencintai lingkungan. Pemberdayaan ini bukan berarti mengeksploitasi
perempuan namun untuk memberikan pengetahuan serta meningkatkan kapasitas
perempuan di Dusun Badegan agar lebih memahami lingkungannya demi masa
depan yang lebih baik.
H. METODOLOGI
1. Jenis Penelitian,
Penelitian ini menggunakan metode penelitan kualitatif. Penelitian
kualitatif menurut Denzin dan Lincoln (1994) adalah sebagai kajian yang
“multimethod in focus involving an interpretative naturalistic approach to
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
its subjek matter” 27 Untuk mempermudah pendefinisian dari konsep
penelitian kualitatif maka dirumuskan karakteristik penelitian kualitatif.
Berikut, karakteristik penelitian kualitatif
a. Data penelitian diperoleh secara langsung dari lapangan bukan dari
laboratorium atau penelitian yang terkontrol.
b. Penggalian data dilakukan secara alamiah, melakukan kunjungan pada
situasi alamiah subyek
c. Untuk memperoleh makna baru dalam bentuk kategori-kategori
jawaban, periset wajib mengembangkan situasi dialogis sebagai situasi
yang alamiah28
Penelitian kualitatif bertolak dari asumsi dasar bahwa realitas sosial
tidak mempunyai makna didalam dirinya sendiri melainkan sangat
tergantung pada interpretasi atau arti yang diberikan oleh seorang individu
kepadanya.
Untuk mendesain kerangka penelitian ini peneliti akan menggunakan
strategi penelitian studi kasus. Sesuai dengan rumusan masalah penelitian
ini. Studi kasus di gunakan untuk menjawab pertanyaan bagaimana atau
mengapa (how or why).29
2. Lokasi Penelitian
Penelitian ini mengambi lokasi di Dusun Badegan Kelurahan Bantul,
Kecamatan Bantul Kabupaten Bantul Yogyakarta dengan pertimbangan
BKKLBM berada di dusun tersebut. 27 Agus Salim, Teori dan Paradigma Penelitian Sosial, 2006:4. 28 Ibid hlm 25 29 Robert K Yin, Studi Kasus, Desain dan Metode, 2002:1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
3. Jenis Data
Penulis dalam penelitian ini menggunakan dua jenis data, yakni :
a. Data Primer
Sumber data primer diperoleh dari key informan, yang menjadi
informan kunci sekaligus membukakan peta kondisi lapangan untuk
kemudian diperoleh subjek penelitian (informan) lain yang dibutuhkan
peneliti. Data primer ini sendiri di peroleh dari hasil wawancara
dengan informan yang merupakan tokoh masyarakat Dusun Badegan,
ibu rumah tangga nasabah Bank Sampah, pengelola Bank Sampah dan
sebagainya.
b. Data Sekunder
Data sekunder, yaitu data yang diperoleh dari secara tidak langsung.
Data sekunder biasanya diperoleh dari data-data tertulis, seperti arsip,
buku, hasil-hasil penelitian sebelumnya, dan sebagainya yang dapat
mendukung peneliti dalam menganalisis masalah. Dalam hal ini,
referensi atau data tertulis dapat diperoleh dari dokumen-dokumen
milik BKKLBM ataupun data lain yang dapat mendukung penelitian
ini.
4. Teknik Pengumpulan Data,
Penelitian kualitatif dengan menggunakan metode studi kasus
memiliki enam teknik dalam pengumpulan data atau sumber bukti, yakni
dokumen, rekaman arsip, wawancara, observasi langsung, observasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
partisipasan serta perangkat-perangkat fisik. 30 Penulis menggunakan tiga
teknik pengumpulan data, yakni:
a. Observasi partisipatoris
Teknik observasi adalah teknik pengumpulan data yang bersifat
nonverbal. Pada observasi partisipastoris, peneliti terlibat secara
langsung di dalam kegiatan-kegiatan yang sedang diamati. Dalam
hal ini peneliti memeliki peranan ganda, yaitu sebagai peneliti dan
pelaku kegiatan.31
b. Wawancara
Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan
dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang
mengajukan wawancara dan terwawancara (interviewee) yang
memberikan jawaban atas pertanyaan yang diajukan oleh
pewawancara. 32 Tujuan utama melakukan wawancara adalah untuk
menyajikan konstruksi saat sekarang dalam suatu konteks mengenai
para pribadi, peristiwa, aktifitas, organisasi, perasaan, motivasi,
tanggapan atau persepsi, tingkat dan bentuk keterlibatan dan
sebagainya, untuk merekonstruksi beragam hal seperti itu sebagai
bagian dari pengalaman masa lampau dan memproyeksikan hal-hal
itu dikaitkan dengan harapan yang bisa terjadi di masa yang akan
datang. 33 Peneliti menggunakan teknik wawancara open-ended yang
30 Ibid, hlm101 31 Y.Slamet, Metode Penelitian Sosial, 2006:85-86 32 Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, 2005:168 33 Agus Salim, Op.Cit, 2006:58
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
lazim digunakan pada penelitian studi kasus, dimana peneliti dapat
bertanya kepada informan kunci mengenai fakta-fakta suatu
peristiwa serta opini mereka mengenai peristiwa yang ada.34
Wawancara dilakukan dengan cara semi-formal, sehingga informan
lebih leluasa dalam menjawab, tidak kaku, namun tetap beracuan
pada daftar pertanyaan yang telah penulis buat sebelum melakukan
wawancara agar informasi yang diperoleh tidak terlalu melebar,
meskipun pada pelakasanannya, daftar pertanyaan tersebut
berkembang sesuai dengan kondisi yang ada di lapangan.
c. Dokumentasi
Pada penelitian ini penulis juga menggunakan data-data yang
diperoleh dari sumber dokumentasi yang dapat berupa hasil
penelitian, dokumen-dokumen administratif, artikel, dan buku yang
dapat mendukung penelitan ini. Dokumen-dokumen tersebut
diperoleh dari BKKLBM maupun dari sumber-sumber yang lain.
Peneliti juga melakukan pendokumentasian selama melakukan
observasi berupa foto, rekaman wawancara, serta fieldnote.
5. Teknik Pengambilan Sampel,
Pengambilan sampel dalam penelitian kualitatif memiliki fungsi
yang berbeda dengan penelitian kuantitatif. Sampling dalam penelitian
kualitatif sering juga dinyatakan sebagai internal sampling. Sampling yang
34 Robert K Yin,Op.Cit,hlm108
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
bersifat internal, sampel diambil untuk mewakili informasinya, dengan
kelengkapan dan kedalaman datanya.35
Dalam penelitian ini pengambilan sampel tidak dilaksanakan secara
kaku, melainkan lentur sesuai dengan kebutuhan penelitian. Teknik untuk
pengambilan sampel pada penelitian ini akan menggunakan teknik
purposive sampling yaitu pengambilan sample yang didasarkan atas
berbagai pertimbangan tertentu. Purposive sampling memiliki
kecenderungan peneliti untuk memilih informan yang dianggap
mengetahui informasi dan masalahnya secara mendalam dan data
dipercaya untuk menjadi sumber data yang mantap. Bahkan di dalam
pelaksanaan pengumpulan data pilihan informan dapat berkembang sesuai
dengan kebutuhan dan kemantapan peneliti dalam meperoleh data. Teknik
yang digunakan adalah Snowball Sampling. Snowball Sampling adalah
penarikan sampel secara bertahap yang semakin lama jumlah inforannya
semakin banyak.36 Adapun jumlah informan yang penulis wawancarai
dalam penelitian ini sebanyak 10 orang dan 1 orang informan kunci
dengan rincian sebagai berikut :
· Penggagas BKKLBM : 1 orang
· Pengelola BKKLBM : 2 orang
· PKK/Dasawisma : 2 orang
· Partisipan BKKLBM/Masyarakat : 4 orang
· Tokoh Masyarakat : 1 orang
35 HB Sutopo,Metode Penelitian Kualitatif, 2005:54-55 36 Y.Slamet,Op.Cit, hlm 63
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
· Pemerintah Kelurahan : 1 orang
Selain informan tersebut penulis juga dibantu oleh pemandu lapangan
yang disediakan oleh BKKLBM agar memudahkan penulis untuk masuk
ke dalam komunitas masyarakat Dusun Badegan. Adapun penggunaan
Snowball Sampling penulis gambarkan pada bagan di bawah ini
Pak Bambang
Mbak Yuni Pak Taufiq
Ibu Kemin Pak Panut
Ibu Tatik Ibu Ari Pak Agus Ibu Ismi
Ibu Sri
6. Validitas Data,
Validitas data diperlukan dalam suatu penelitian untuk menguji
kesahihan data yang diperoleh selama melakukan penelitian. Penilitian ini
menggunakan uji validitas yang memang relevan digunakan untuk studi
kasus,yakni uji validitas konstruk.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
Validitas konstruk dilakukan untuk menerapkan ukuran operasional
yang benar untuk konsep-konsep yang akan diteliti. Ada tiga taktik yang
bisa dipakai untuk meningkatkan validitas konstruk, yaitu:
1) Penggunaan multi sumber bukti
2) Membangun rangkaian bukti selama pengumpulan data.
3) Meminta informan kunci meninjau ulang laporan studi
kasusnya.37
7. Teknik Analisis Data
a. Analisis Digram Venn PRA
Participatory Rural Appraisal (PRA) atau Pemahaman Partisipatif
Kondisi Pedesaan (PRA) adalah pendekatan dan metode yang
memungkinkan masyarakat secara bersama-sama menganalisis masalah
kehidupan dalam rangka merumuskan perencanaan dan kebijakan secara
nyata. Metode PRA dicetuskan oleh Robert Chambers.
Metode dan pendekatan ini semakin meluas dan diakui kegunaannya
ketika paradigma pembangunan berkelanjutan mulai dipakai sebagai
landasan pembangunan di negara-negara sedang berkembang. Dalam
paradigma pembangunan berkelanjutan, manusia ditempatkan sebagai inti
dalam proses pembangunan. Manusia dalam proses pembangunan tidak
hanya sebagai penonton tetapi mereka harus secara aktif ikut serta dalam
perencanaa, pelaksanaan, pengawasan dan menikmati hasil pembangunan.
37 Robert K Yin,Op.Cit, 2005:41
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
Beberapa prinsip dasar yang harus dipenuhi dalam metode PRA antara lain
adalah : saling belajar dan berbagi pengalaman, keterlibatan semua
anggota kelompok dan informasi, orang luar sebagai fasilitator, konsep
triangulasi, serta optimalisasi hasil, orientasi praktis dan keberlanjutan
program. 38
Pada penelitian ini penulis memang tidak menggunakan teknik PRA
sebagai teknik penelitian, penulis hanya meminjam salah satu teknik yag
ada di dalam PRA untuk analisis antar lembaga yakni Diagram Venn.
Diagram venn dapat menggambrakan hubungan antar lembaga
berdasarkan peran serta kepentingan lembaga tersebut yang digambarkan
dalam lingkaran dengan ukuran yang berbeda, dimana lingkaran tersebut
saling berhubungan satu sama lain secara simbolis.
Diagram venn digunakan untuk menggambarkan perasaan di
kalangan peserta, kalangan organisasiatau kelompok setempat. Besarnya
pancake atau chapatti berbeda-beda satu sama lain, menggambarka bobot
berbeda yang dialokasikan pada organisasi atau kelompok dari sudut
pandang peserta. 39
b. Analisis Gender
Analisis Gender muncul karena adanya perbedaan kehidupan antara
laki-laki dan perempuan. Perbedaan tersebut memicu timbulnya
ketidakadilan pada perempuan. Budaya-budaya patriarkhi yang banyak
dianut masyarakat menjadikan posisi perempuan dipandang sebelah mata 38 Robert Chambers seperti dikutip dari buku Metode Penelitian Partisipatoris dan Upaya-Upaya Pemberdayaan oleh Britha Mikkelsen, 2001:21 39 Op.Cit ,hlm 92
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
dibandingkan laki-laki. Tujuan dari analisis gender adalah adanya keadilan
bagi perempuan, bukan persamaan antara laki-laki dan perempuan.
Melalui teknik analisis gender berbagai kesenjangan maupun isu
gender yang terjadi dalam masyarakat dan lingkungan akan dapat
teridentifikasi. Ketidakpahaman mengenai isu gender sangat
mempengaruhi kebijaksanaan dan strategi pembangunan yang berdampak
merugikan aspirasi dan kepentingan perempuan.40
Dalam teknik Analisis Gender, terdapat tujuh kerangka kerja.
Namun dalam penelitian-penelitian sosiologis kerangka kerja yang lazim
digunakan terdapa empat, yakni Kerangka Kerja Harvard, Mosser
(Perencanaan Gender), Longwee (Pemberdayaan Perempuan), dan Kabeer
(Hubungan Sosial).
Adapun kerangka kerja yang akan digunakan dalam penelitian ini
adalah Kerangka Kerja Harvard. Kerangka kerja Harvard merupakan
kerangka kerja yang paling sederhana. Kerangka ini merupakan satu
jaringan (atau matriks) untuk mengumpulkan data di tingkat mikro
(komunitas atau rumah tangga).41 Kerangka analitis Harvard memiliki tiga
komponen utama, yakni :
v Profil Kegiatan
Mengidentifikasikan seluruh tugas produktif dan reproduktif serta
mengajukan pertanyaan : siapa melakukan apa?
v Profil Akses dan Kontrol 40 Dra Trisakti Handayani, et all, Konsep dan Teknik Penelitian Gender, 2008:159 41OXFAM UM Gender Learning Team, Pisau Bedah Gender,Tujuh Kerangka Analisis Gender dan Alat Perencanaan, 1995 : 27
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
Profil ini memperlihatkan siapa yang mempunyai akses terhadap
sumber daya dan kontrol atas penggunaannya. Siapa punya apa?
v Analisis Faktor dan Tren
Mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh serta kecenderungan yang
terjadi.
Bagaimana kegiatan, akses, dan pola kontrol ditentukan oleh faktor
struktural (demografi, ekonomi, hukum, dan institusi) serta faktor
budaya, agama dan sikap. Apa konteks sosial dan ekonominya?
Tabel Profil Aktifitas
Aktifitas Produksi Laki-laki Perempuan
Dewasa Anak Dewasa Anak
Aktifitas 1
Aktifitas 2
Aktifitas 3
Aktifitas Reproduksi
Aktifitas 1
Aktifitas 2
Aktifitas 3
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
Tabel Akses dan Kontrol
Tabel Analisis Faktor dan Tren
Faktor-
faktor
Dampak Kesempatan Kendala
Lk Pr Lk Pr Lk Pr
Faktor 1
Faktor 2
Faktor 3
Sumberdaya Laki-laki Perempuan
Akses Kontrol Akses Kontrol
Sumberdaya 1
Sumberdaya 2
Sumberdaya 3
Manfaat
Manfaat 1
Manfaat 2
Manfaat 3
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
BAB III
HASIL PENELITIAN
Lingkungan, sampah dan masyarakat, ketiganya merupakan hal yang tidak
dapat dipisahkan dan saling berkaitan satu sama lain. Lingkungan akan sehat bila
sampah dikelola dengan baik, sampah dapat dikelola dengan baik bila masyarakat
yang menghasilkan sampah memiliki kesadaran akan pentingnya menjaga kelestarian
lingkungan. Pada bab ini, penulis akan memaparkan hasil penelitian dan pengamatan
penulis secara langsung di Dusun Badegan selama kurang lebih 6 minggu. Tulisan
pada bab ini didesain untuk memberikan jawaban atas pertanyaan pada rumusan
masalah yang penulis paparkan pada pendahuluan.
3.1. Profil Informan
Pada penelitian ini penulis dibantu oleh 10 orang informan dan 1 orang
informan kunci. Bertindak sebagai informan kunci adalah Bapak Bambang Suwerda,
SST, M.Si (44 tahun), yakni penggagas berdirinya BKKLBM yang juga merangkap
sebagai penasehat. Beliau adalah dosen atau staff pengajar di Politeknik Kesehatan
Kementrian Kesehatan DIY, jurusan Kesehatan Lingkungan. Beliau menjadikan
BKKLBM sebagai bentuk pengabdiannya bagi masyarakat luas di bidang kesehatan
lingkungan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
Adapun informan yang lain adalah sebagai berikut :
· Pengelola
1. Bapak Agus Sugiantoro, SH (45 tahun)
Direktur BKKLBM yang juga merupakan kakak ipar dari Bapak
Bambang Suwerda. Pekerjaan utama beliau sebagai seorang pengusaha
rental mobil. Meskipun kurang bisa begitu aktif dalam kegiatan
BKKLBM dikarenakan kesibukannya, namun beliau tetap
memonitoring dan memberikan masukan-masukan pada saat ada
permasalah, baik secara formal maupun informan.
2. Bapak Panut Susanto (55 tahun)
Direktur Bank Sampah Gemah Ripah yang juga ketua RT 12 Dusun
Badegan. Beliau memilih fokus untuk membesarkan Bank Sampah,
meskipun income yang diperoleh tidak seberapa besar. Jabatan sebagai
ketua RT membuat beliau lebih mudah melakukan pendekatan kepada
warga, hasilnya 95% warga RT 12 telah bergabung dengan BKKLBM
melalui Bank Sampahnya.
· Partisipan/Masyarakat
1. Ibu Sri (36 tahun)
Ibu rumah tangga partisipan BKKLBM serta merangkap sebagai
pengrajin daur ulang sampah plastik. Tertarik menekuni daur ulang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
sampah plastik karena karena dapat memberikan penghasilan tambahan
bagi keluarga serta menambah wawasan.
2. Ibu Ismiyati (45 tahun)
Ibu rumah tangga, seorang single parent yang menjadi pengrajin daur
ulang sampah plastik sekaligus staff teller Bank Sampah. Masih
memiliki hubungan persaudaraan dengan Bapak Panut dan Mbak Yuni
3. Ibu Ari (37 tahun)
Ibu rumah tangga, partisipan BKKLM yang sudah aktif sejak awal
berdirinya BKKLBM. Memiliki keterampilan menjahit kerajinan
berbahan sampah plastik tetapi enggan untuk menjadi pengrajin. Ibu
Ari juga merupakan pengurus PKK tingkat RT.
4. Mbak Yuni (20 tahun)
Mbak Yuni adalah Staff Teller Bank Sampah Gemah Ripah. Lulusan
SMK Negeri 3 Bantul yang juga seorang santri kalong1 di pesantren
yang letaknya bersebelahan dengan Dusun Badegan. Selain mengaji di
pesantren , kegiatan utama Mbak Yuni adalah mengurus BKKLBM.
· PKK/UPGK/Dasawisma
1. Ibu Kemin (60 tahun)
Ketua UPGK (Usaha Perbaikan Gizi Keluarga) Dusun Badegan.
Mantan tenaga kesehatan di sebuah rumah sakit yang juga aktif 1 Santri Kalong : Kegiatan mengikuti pendidikan di pesantren namun tidak menginap, siang-sore mengikut pendidikan agama di pesantren, malam hari pulang ke rumah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
mengajar PAUD milik PKK Dusun Badegan ini tertarik pada kegiatan
BKKLBM karena ajakan Bapak Bambang.
2. Ibu Tatik Ruslan (50 tahun)
Merupakan kader PKK Dusun Badegan dan Dasawisma RT 11. Beliau
menaruh perhatian yang sangat besar pada pemberantasan Deam
Berdarah di Dusun Badegan. Karena merasa memiliki kesamaan
pendapat mengenai kesehatan lingkungan dengan BKKLBM, beliau
memutuskan untuk ikut berpartisipasi dalam kegiatan BKKLBM.
· Tokoh Masyarakat
Bapak Taufiq Santosa (45 tahun)
Bapak Taufiq adalah Kepala Dusun Badegan yang belum ada 1 tahun
dilantik. Sebelum menjadi Kepala Dusun beliau termasuk sebagai salah
satu tokoh masyarakat di Dusun Badegan.
· Pemerintah Kelurahan
Bapak Sasmito (38 tahun)
Kepala Urusan Ekonomi dan Pembangunan (Ka.Ur Ekbang) Kelurahan
Bantul.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
3.2. Budaya dan Perilaku Masyarakat Terhadap Sampah
Dusun Badegan, merupakan sebuah wilayah yang masih banyak memiliki lahan
untuk penghijuan. Seperti layaknya pemukiman desa yang hijau, sebagian besar
rumah-rumah penduduk Dusun Badegan memiliki halaman depan yang luas dan
dipenuhi dengan berbagai macam tumbuhan. Gempa bumi yang melanda propinsi
DIY di tahun 2006 silam membuat sebagian besar rumah penduduk Dusun Badegan
roboh bahkan tidak jarang rata dengan tanah. Gempa bumi meluluhlantakkan
bangunan rumah permanen milik warga, menyisakan puing-puing yang berserak.
Meskipun kini kehidupan penduduk Dusun Badegan telah kembali normal dengan
rumah-rumah baru yang mereka bangun pasca gempa, namun masih terdapat bencana
lain yang mengancam mereka, yakni bencana lingkungan. Lingkungan dusun yang
sebenarnya asri dan hijau terancam akibat ulah penduduk Dusun Badegan sendiri.
Pasca gempa, banyak sekali puing-puing bangunan yang terongok begitu saja,
sampah-sampah berserakan tidak diatasi dengan baik. TPS-TPS liar bertebaran di
beberapa sudut Dusun Badegan. Persoalan sampah tidak dapat disepelekan begitu
saja, karena penanganan sampah yang tidak tepat akan menimbulkan banyak dampak
negatif bagi masyarakat.
Keberadaan sampah tidak terlepas dari kehidupan manusia. Segala bentuk
aktifitas manusia menghasilkan sampah. Volume dan jenis sampah berbanding lurus
dengan tingkat konsumsi manusia terhadap barang-barang yang digunakan sehari-
hari. Semakin banyak barang yang dikonsumsi semakin banyak pula sampah yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
dihasilkan. Berdasarkan kamus istilah lingkungan tahun1994 "Sampah adalah bahan
yang tidak mempunyai nilai atau tidak berharga untuk maksud biasa atau utama
dalam pembikinan atau pemakaian barang rusak atau bercacat dalam pembikinan
manufaktur atau materi berkelebihan atau ditolak atau buangan”2
Kondisi lingkungan di Dusun Badegan sebenarnya masih terbilang asri, banyak
pepohonan serta sawah yang terhampar luas. Di sekitar dusun juga belum banyak
pabrik-pabrik industri sehingga kondisi udara masih relatif bersih. Pencemaran
lingkungan justru seringkali dilakukan oleh penduduk Dusun Badegan sendiri. Hal ini
disebabkan karena sebagian besar penduduk Dusun Badegan masih sangat awam
tentang pengelolaan lingkungan dan pengelolaan sampah.
Sejatinya, permasalahan sampah tidak dapat diselesaikan secara individu,
karena permasalahan sampah merupakan permasalahan bersama masyarakat.
Individu-individu di dalam masyarakat yang hidup berdampingan terus memproduksi
sampah. Setiap tahunnya sampah yang dihasilkan oleh masyarakat terus meningkat
berdasarkan dengan tingkat konsumsi masyarakat. Semakin banyak tingkat konsumsi
masyarakat, akan semakin banyak pula sampah yang dihasilkan.
Penangan sampah pada skala masyarakat sangat tergantung dengan pola pikir,
budaya serta perilaku masyarakat terhadap sampah. Pola pikir tentang pengelolaan
sampah yang dianggap benar oleh masyarakat akan mempengaruhi perilaku
2 Bambang Suwerda, S.ST, M,Si, Bank Sampah Sebagai Alternatif Pengelolaan Sampah, 2009:9
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
masyarakat dalam menyikapi persoalan sampah. Perilaku tersebut lambat laun akan
menjadi budaya yang dianggap benar dan dianut oleh masyarakat.
Masyarakat di Dusun Badegan, secara umum berpandangan sampah sebagai hal
yang harus dibuang, dilenyapkan atau dihilangkan dengan cara apapun. Sampah
adalah hal yang kotor serta tidak dapat dimanfaatkan kembali. Sampah dianggap
sebagai barang yang sudah tidak ada nilainya. Setiap hari mereka memproduksi
sampah setiap hari pula mereka akan berusaha untuk melenyapkan sampah.
Umumnya masyarakat menangani sampah dengan dibakar, ditimbun, dibuang di TPS
liar dan menggunakan jasa DPU dan petugas kuning. Mengutip Suwerda, 30 %
masyarakat membakar sampah yang dihasilkan, 25% membuang di sembarang
tempat, 20% menimbun sampah tanpa dipisah serta 25% berlangganan jasa pasukan
kuning serta 5% dengan cara lain.3 Petugas kuning merupakan petugas pengangkut
sampah tidak resmi yang mengambil sampah rumah tangga milik warga secara
berkala berdasarkan kesepakatan dengan warga yang menjadi pelanggan. Warga yang
menjadi pelanggan membayar uang retribusi kepada petugas kuning. Sampah yang
diambil oleh petugas kuning tersebut kemudian dibuang di TPS resmi milik
pemerintah.
Persoalan sampah bagi warga Badegan dianggap sebagai urusan laki-laki.
Karena biasanya para bapaklah yang membakar dan menimbun sampah. Para bapak
pulalah yang membuat jugangan atau lubang untuk menimbun sampah di 3 Bambang Suwerda, S.ST, M,Si, Penerapan Sistem Bank Sampah Sebagai Upaya Pengelolaan Sampah di Pedukuhan Badegan Bantul Yogyakarta, 2009:2
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
pekarangan. Selain itu, sebagian masyarakat berpikir bahwa sampah adalah urusan
pemerintah. Pemerintah yang berkewajiban mengurus persoalan sampah dan
mengelolanya tanpa harus melibatkan masyarakat. Seperti yang disampaikan oleh
Direktur BKKLBM Agus Sugiantoro, SH yang disampaikan dalam wawancara
tanggal 01 Juni 2010
“…bukan hanya itu, namun masyarakat juga berpikiran bahwa sampah itu
urusannya pemerintah mbak. Mereka tidak mau tau bagaimana pengurusan
sampah karena itu sudah menjadi pekerjaan DPU atau pemerintah… ”
Tidak peduli cara yang digunakan untuk melenyapkan sampah tersebut adalah
cara yang membahayakan kesehatan mereka sendiri. Hal ini senada dengan apa yang
disampaikan oleh ibu Kemin, Ketua UPGK (Usaha Perbaikan Gizi Keluarga) Dusun
Badegan dalam wawancara tanggal 25 April 2010
“Nggih sakderengipun wonten bank sampah, kertas-kertas niku dijual mbak ke tukang rosok kan kathah ingkang lewat mriki, botol-botol juga dijual. Menawi sampah daun, plastik ya dibakar teng jugangan niku.Jadi setiap rumah itu memang biasanya punya jugangan sendiri-sendiri“
Sebelum berdirinya Bengkel Kerja Kesehatan Lingkungan di Dusun Badegan,
masyarakat terbiasa mengelola sampah dengan cara dibakar dan dijual ke tukang
rosok atau pengepul. Di lingkungan Dusun Badegan sendiri memang terdapat
beberapa warga yang berprofesi sebagai pengepul kertas. Sampah yang dijual ke
pengepul seperti botol kaca, botol kaleng dan plastik. Sedangkan sampah-sampah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
plastik, dedaunan, dan sampah rumah tangga lainnya dibakar setelah ditimbun
didalam lubang/jugangan.
Sudah menjadi budaya dan tradisi masyarakat membakar dan menimbun
sampah. Seperti umumnya masyarakat desa, mayoritas rumah warga Dusun Badegan
memiliki pekarangan yang luas. Pekarangan yang luas tersebut dimanfaatkan warga
untuk membuat jugangan. Hampir setiap rumah di Dusun Badegan memiliki
jugangan atau lubang besar yang digunakan untuk menimbun sampah rumah tangga,
baik sampah organik maupun anorganik. Setelah sampah terkumpul (tanpa
dipilah/gado-gado), jugangan ditutup dengan tanah atau sampah dibakar. Bila
jugangan sudah ditutup, mereka akan membuat jugangan baru, begitu seterusnya.
Dapat dipastikan kegiatan membakar sampah hampir selalu terjadi setiap hari di
Dusun Badegan bahkan sampai sekarang. Beberapa warga menjadikannya sebagai
kegiatan rutin pengisi waktu luang di sore hari, terutama yang biasa melakukannya
adalah para lansia. Mereka tidak menyadari bahaya besar yang mengancam mereka
sebagai akibat dari membakar sampah. Bila terus menerus dilakukan asap dari
pembakaran sampah tersebut memiliki efek yang sangat buruk bagi kesehatan
manusia. Asap pembakaran sampah mengandung zat dioxine .
Selain efek dari pembakaran tersebut, sampah yang ditimbun dalam
jugangan/lubang tersebut menjadi tempat yang nyaman bagi nyamuk, lalat dan
bintang-binatang lain pembawa virus dan penyakit. Sehingga tidak salah bila Dusun
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
Badegan sempat menduduki peringkat 1 penderita Demam Berdarah terbanyak se-
wilayah kerjaPuskesmas Bantul Timur.4
Jugangan-jugangan yang dimiliki warga tersebut memicu timbulnya Tempat
Pembuangan Sampah (TPS) liar di wilayah Dusun Badegan. Banyak lahan kosong,
seperti pekarangan rumah dan tanah kosong yang digunakan sebagai TPS liar.
Sedikitnya terdapat 5 titik TPS liar di wilayah Dusun Badegan. Selain warga yang
membuang sampah di TPS liar tersebut ada pula warga di luar Dusun Badegan yang
sengaja membuang sampahnya ke TPS liar di sekitar Dusun Badegan. Hal tersebut
sebagaimana disampaikan oleh salah satu pengurus Bank Sampah Sdr. Yuni pada
wawancara tak terstruktur dengan penulis tanggal 28 April 2010.
“ Emang sebelum ada bank sampah warga biasanya membakar sampah di jugangan. Selain itu juga ada TPS-TPS liar yang sampahnya tidak diangkut oleh petugas DPU, hanya dibiarkan saja. Biasanya TPS nya itu di tanah kosong, kayak halaman rumah, tanah bekas sawah gitu lah. Ada banyak lho mbak, di deket rumahku tu ada, trus deket rumah Bu Ari sama depan kesling. ”
Selain jugangan, munculnya TPS liar juga dpicu oleh rendahnya kesadaran
masyarakat akan kebersihan lingkungan di sekitarnya. Lingkungan Dusun Badegan
yang banyak terdapat pekarangan kosong, lahan tidur tidak produktif yang bila rapi
dan dijaga kebersihannya akan sedap dipandang. Namun, lahan-lahan tersebut
dibiarkan saja menjadi TPS liar. Hanya sesekali ketika kegiatan kerja bakti diadakan
lahan-lahan tersebut dibersihkan. Rendahnya kesadaran masyarakat dikarenakan
4 Wawancara dengan Ibu Tatik Ruslan pada tanggal 25 April 2010
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
banyaknya lahan kosong di Dusun Badegan yang bukan milik masyarakat Dusun
Badegan. Pemilik lahan justru warga yang tinggal di luar Dusun Badegan yang tidak
ambil pusing bila lahannya dijadikan TPS liar, karena mereka memang tidak
menggunakan lahan tersebut untuk kegiatan produksi ataupun tempat tinggal.
Sebagaimana dijelaskan oleh Bambang Suwerda dalam wawancara tidak terstruktur
dengan penulis pada tanggal 10 Juni 2010
“ …… memang belum terlalu padat penduduknya, masih banyak lahan kosong. Tapi lahan kosong tersebut banyak yang pemiliknya orang luar Badegan, sehingga kepedulian masyarakatnya jadi berkurang…”
Selain dibakar dan ditimbun, penanganan sampah yang ada di Dusun Badegan
adalah dengan menggunakan pendekatan akhir (end of pipe), yakni sampah
dikumpulkan, diangkut dan dibuang ke TPA Piyungan.5 Beberapa warga menjadi
pelanggan tetap dinas Pekerjaan umum (DPU) untuk mengangkut sampahnya
ataupun menjadi pelanggan pasukan kuning. Secara berkala petugas DPU datang
untuk mengangkut sampah rumah tangga milik warga pelanggan. Bila warga
berlangganan pasukan kuning (tidak resmi dari DPU) skala pengambilan sampah
rumah tangga dapat disepakati sesuai dengan kebutuhan warga. Setelah terkumpul
sampah tersebut dibuang di TPA Piyungan. Hal ini sejatinya bukan merupakan solusi
dari persoalan persampahan, karena konsep pendekatan akhir sama halnya dengan
memindahkan permasalahan dari satu tempat ke tempat yang lain. Masyarakat Dusun
Badegan menjadi terbiasa dengan perilaku memindahkan sampah dari satu tempat ke 5 Bambang Suwerda,SST,M,Si, Op.Cit, 2009:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
tempat lain yang dianggap layak untuk menampung sampah. Alih-alih berusaha
untuk mengolahnya, masyarakat Dusun Badegan justru berusaha agar sampah yang
mereka hasilkan lenyap dari lingkungan rumahnya.
Realita tersebut menjadikan masyarakat Dusun Badegan begitu tergantung
dengan keberadaan tempat pembuangan sampah akhir (TPA). Bukan hanya
masyarakat Dusun Badegan, bahkan masyarakat seluruh Bantul pun begitu
tergantung dengan keberadaan TPA. Hal ini disebabkan karena memang belum
adanya gerakan penanganan sampah rumah tangga untuk didaur ulang (re-cycle)
ataupun digunakan kembali (re-use) secara terpadu dan berbasis komunitas oleh
Pemkab Bantul.
Sampah-sampah yang dihasilkan oleh masyarakat Bantul bermuara ke TPA
Piyungan. TPA Piyungan merupakan tempat pembuangan sampah akhir resmi milik
propinsi DIY yang menampung sampah-sampah dari Kota Yogyakarta, Kab. Sleman
dan Kab. Bantul. Terletak di RT 04 Dukuh Bendo Ngablak dan RT 05 Dukuh Watu
Gender, Desa Sitimulyo, Kecamatan Piyungan, Kabupaten Bantul, TPA Piyungan ini
memiliki luas lahan 10 ha. Masa penggunaannya diperkirakan 10 tahun sejak
dioperasikan tahun 1995, namun diperkirakan tahun 2012 TPA tersebut sudah tidak
lagi mampu beroperasi. TPA Piyungan kini hanya memiliki volume sisa sebesar
723.706 meter kubik karena volume sampah yang dipasok per harinya yang mencapai
400 ton per hari.Total daya tampung TPA Piyungan mencapai 1.776.224 meter kubik.
Pengurusan sampah di TPA Piyungan menggunakan sistem sanitary landfill
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
(membuang sampah di tempat yang cekung, memadatkannya kemudian
menimbunnya dengan tanah) meskipun pada prakteknya sekarang yang digunakan
adalah sistem open dumping (sampah dihamparkan di suatu tempat terbuka tanpa
adanya pengolahan). 6
3.3. Partisipasi Perempuan dalam Pengelolaan Sampah
Melihat banyaknya persoalan persampahan yang belum juga teratasi, menjadi
dasar bagi Bambang Suwerda, S.ST, M.Si untuk mengajak masyarakat mendirikan
Bengkel Kerja Kesehatan Lingkungan Berbasis Masyarakat. Sistem yang digunakan
bukan lagi pengelolaan sampah dengan pendekatan akhir, melainkan pengelolaan
sampah dengan sistem mandiri dan produktif. Menurut Iswanto seperti dikutip oleh
Suwerda, sistem ini merupakan sistem pengelolaan sampah yang melibatkan peran
serta masyarakat untuk bersama-sama mengelola sampah.7 Peran serta masyarakat
sangat diperlukan karena dalam sistem ini sangat ditekankan kesadaran dan kemauan
masyarakat dalam memilah sampah dari sumbernya, yakni sampah rumah tangga
masing-masing. Rumah tangga merupakan penghasil sampah yang cukup besar, bila
sampah rumah tangga dipilah, kemudian didaur ulang maka sampah yang masuk ke
TPA akan berkurang. Dengan demikian langkah kecil ini dapat menyelamatkan usia
TPA dengan mengurangi volume sampah yang dibuang ke TPA.
6 www.bukansarjanabiasa.wordpress.com diakses pada tanggal 29 Mei 2010pukul 12:04:50 wib
7 Bambang Suwerda, Op.Cit, 2010:23
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
Kondisi sosial masyarakat Dusun Badegan yang termasuk sebagai masyarakat
sub-urban membuat karakter mereka belum sepenuhnya seperti masyarakat modern
yang terbuka dan cepat merespon perubahan. Masyarakat Dusun Badegan cenderung
masih sulit menerima perubahan dan apatis dengan hal baru. Keberadaan Bengkel
Kerja Kesehatan Lingkungan Berbasis Masyarakat (BKKLBM) dengan sistem
pengelolaan sampahnya yang cenderung baru dan mendobrak tradisi masyarakat
yang ada, juga tidak luput dari sikap apatisme masyarakat Dusun Badegan. Meskipun
tidak semua bersikap demikian, namun sebagian besar, baik laki-laki maupun
perempuan pada awalnya cenderung tidak merespon dengan baik. Hal tersebut sangat
berpengaruh dengan partisipasi perempuan warga Dusun Badegan terhadap kegiatan-
kegiatan BKKLBM. Pengurus BKKLBM membutuhkan waktu yang cukup lama
untuk meyakinkan masyarakat bahwa sistem pengurusan sampah yang sekarang
diterapkan oleh masyarakat merupakan sistem yang tidak ramah lingkungan serta
berbahaya bagi masa depan bumi anak-anak mereka. Pengurus juga harus bertahan
dengan cobaan-cobaan mental seperti cemoohan warga, serta sikap tidak bersahabat
lainnya. Membutuhkan waktu 3 bulan lamanya untuk menarik warga masyarakat agar
bersedia menjadi nasabah Bank Sampah milik BKKLBM serta berkecimpung dalam
pengurusan sampah. Itupun tidak semua warga Dusun Badegan bersedia, hingga
sekarang masih banyak yang belum bergabung dengan BKKLBM serta masih belum
mengelola sampah rumah tangganya. Hal ini sebagaimana disampaikan oleh
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
Penggagas Bengkel Kerja Kesehatan Lingkungan (BKKLBM) Bambang Suwerda,
S.ST, M.Si pada wawancara dengan penulis tanggal 04 Juni 2010
“Pada awalnya mereka masih sangat sulit menerima konsep baru, karena masyarakat sama sekali tidak mengerti tentang kesehatan lingkungan,masih sangat awam soal kesling. Kami membutuhkan watu yang sangat lama untuk mensosialisasikan melalui arisan RT, PKK dan sebagainya. Pertama kali mereka memang tidak direspon, sering pas penyuluhan itu waktunya dibatasi, ditaruh pada akhir acara sehingga nggak pada mendengarkan. Bahkan pada 3 bulan pertama berdirinya bank sampah hanya pengurus bengkel kesling yang menabung. Tiap kali kita buka, kita hanya thenguk-thenguk itu mbak di tempat bank sampah yang lama, soalnya nggak ada yang nabung.”
Sosialisasi terus gencar dilakukan oleh pengurus BKKLBM. Salah satu strategi
yang digunakan adalah dengan meaparkan akan bahaya kerusakan lingkungan bagi
anak-anak kelak. Dengan menggunakan media anak-anak ternyata lebih berhasil
setelah sebelumnya dengan pendekatan perbaikan lingkungan dan pendapatan.
Seperti yang dijelaskan oleh Bambang Suwerda, S.St, M.Si dalam wawancara dengan
penulis tanggal 04 Juni 2010
“ Awalnya dengan menggunakan pendekatan tentang bahaya kerusakan lingkungan, mental mbak. Dengan iming-iming penghasilan tambahan dari sampah juga mental, karena mungkin banyak yang pendapatannya lebih besar. Kemudian dengan pendekatan bahaya kerusakan bagi anak-anak mereka baru diterima, baru mereka mulai ada yang sedikit-sedikit bertanya tentang Kesling dan Bank Sampah ”
Kegiatan pengelolaan sampah oleh BKKLBM ini melibatkan hampir seluruh
elemen masyarakat, terutama perempuan. Mengapa perempuan? Perempuan dalam
kesehariannya begitu dekat dengan sampah, karena sebagian besar pekerjaan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
domestik rumah tangga dilakukan oleh perempuan. Bila perempuan tidak memiliki
pemahaman yang cukup baik dan benar tentang sampah, mereka akan memusuhi
sampah dan mengelolanya dengan cara dibuang atau bahkan tidak peduli sama sekali.
Mengingat adanya anggapan sampah adalah urusan laki-laki, maka perempuan pun
penting dilibatkan dalam program ini. Namun bukan berarti kegiatan ini
memperdayakan perempuan untuk mengelola sampah, akan lebih tepa rasanya bila
disebut dengan meningkatkan keberdayaan perempuan dalam pengurusan sampah.
Partisipasi perempuan dalam pengelolaan sampah ini sepanjang pengamatan
penulis terwujud dalam beberapa hal, seperti :
· Kemauan memilih dan memilah sampah rumah tangga
Menurut pengamatan penulis setiap kali perempuan selesai melakukan
pekerjaan domestik rumah tangga seperti memasak, mencuci, mereka tidak
lupa untuk menempatkan sampah yang dihasilkan seperti plastik bekas
tempe, kresek pembungkus belanja, atau bungkus deterjen ke dalam
kantong terpilah yan dimiliki setiap rumah.
· Kemauan mendorong anggota keluarga untuk menyadari pentingnya
memilah sampah
Perempuan ibu rumah tangga di Dusun Badegan, terutama yang sudah aktif
menjadi pengurus ataupun nasabah bank sampah, mengajarkan kepada
anak-anak maupun cucu mereka untuk memilah sampah. Biasanya para ibu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
tersebut tidak lupa untuk sekedar berujar kepada anggota keluarganya
“jangan lupa sampahnya dipilah!” .
· Ikut serta dalam setiap kegiatan BKKLBM
Pada awal berdirinya, perempuan-perempuan Dusun Badegan, baik dewasa
maupun anak, kerap kali dilibatkan dalam setiap acara atau kegiatan
BKKLBM, dengan begitu mereka akan terbiasa untuk berpartisipasi dalam
setiap kegiatan BKKLBM. Perempuan yang semula tidak tertarik, lambat
laun akan menaruh perhatian dan mulai aktif berecimpung.
· Ikut serta dalam proses daur ulang sampah plastik
Daur ulang sampah plastik yakni mengkreasikan sampah plastik bekas
bungkus makanan, obat ataupun bekas deterjen menjadi berbagai macam
kerajinan seperti tas, dompet, sampul buku dan sebagainya dengan cara
dijahit. Proses ini terbilang cukup mudah, dari mulai memilih bahan baku
yang bisa didaur ulang, membersihkan bahan baku dari kotoran atau debu,
hingga menjahitnya menjadi berbagai macam kreasi. Kegiatan ini
dilakukan para ibu di rumah masing-masing di waktu senggang. Setelah
terkumpul banyak, mereka menyetorkan hasil kerajinan tersebut ke Kantor
Kesling untuk dijual kepada para pengunjug. Dengan mengikuti kegiatan
ini mereka mendapatkan penghasilan tambahan. Penghasilan diperoleh dari
setiap kerajinan yang terjual. Semakin banyak mereka memproduksi,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
semakin banyak yang laku terjual maka semakin banyak pula keuntungan
yang akan mereka dapat.
· Ikut serta dalam kegiatan penyuluhan/menjadi penyuluh
BKKLBM selain melakukan pengurusan sampah dan lingkungna di Dusun
Badegan juga melayani penyuluhan tetang kesehatan lingkungan dari
berbagai kalangan yang mengajukan permintaan penyuluhan. Banyak
instansi, lembaga atau daerah lain yang menginginkan mendirikan bank
sampah atau sejenisnya di daerahnya, sehingga mereka berinisiatif
mengundang pihak BKKLBM untuk mengisi penyuluhan atau presentasi
tentang BKKLBM. Sejauh pengamatan penulis, seringkali yang menjadi
pembicara dalam penyuluhan adalah pengurus laki-laki. Pengurus
perempuan masih sangat sedikit, itupun masih dalam skala kecil dan belum
terlalu sering.
3.4. Peran BKKLBM
BKKLBM sebagai lembaga otonom masyarakat yang didirikan dan dikelola
oleh masyarakat memang salah satu tujuan utamanya adalah melibatkan masyarakat
dalam pengelolaan sampah dan lingkungan. Penggunaan teknologi tepat guna untuk
pengelolaan lingkungan memang diperlukan. Namun, banyak sekali masyarakat yang
masih awam dengan penggunaan teknologi tepat guna yang sederhana untuk
pengelolaan lingkungan. Penggagas BKKLBM Bambang Suwerda sebagai praktisi di
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
bidang kesehatan lingkungan menjelaskan bahwa sebenarnya ada banyak sekali
teknologi sederhana yang bisa dimanfaatkan untuk pengelolaan lingkunga, hanya saja
memang masyarakat belum mengenal. Sehingga salah satu fungsi dari BKKLBM ini
ditujukan sebagai wadah untuk memberikan sosialisasi dan pelatihan bagi masyarakat
Dusun Badegan khususnya dan masyarakat secara umum mengenai pengelolaan
lingkungan secara tepat dan berkelanjutan. Peran BKKLBM yang begitu vital penulis
kelompokkan menjadi dua, yakni peran dalam pemberdayaan perempuan serta peran
dalam pengelolaan lingkungan. Hal ini juga penulis maksudkan untuk menjawab
pertanyaan dari rumusan masalah yang penulis utarakan pada BAB I.
3.4.1. Peran dalam Pemberdayaan Perempuan
Pemberdayaan yang dilakukan oleh BKKLBM sebenarnya tidak hanya
terbatas pada perempuan saja. Namun, perempuan di Dusun Badegan memiliki
potensi yang bisa dikembangkan dan diberdayakan. Maka perempuan di Dusun
Badegan merupakan potensi besar yang perlu dilatih dan dikembangkan sehingga
posisi perempuan menjadi lebih kuat dan tidak tergantung dengan laki-laki.
Upaya pemberdayaan tersebut terwujud dalam peran-peran BKKLBM
yang dimulai dari skala rumah tangga hingga tingkat pedukuhan. Perempuan
didorong untuk bersikap kritis dan berpikir ke depan mengenai pengelolaan
sampah dan lingkungan secara keseluruhan. Agar lebih mudah dipahami, penulis
mencatat dan mengkelompokkan peran BKKLBM meliputi tiga tahap :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
· Tahap pertama
Tahap pertama adalah mengenalkan kepada perempuan bahwa sampah
memiliki nilai ekonomi yang dapat terus digali dan dikembangkan. Pada
tahapan ini, pengurus BKKLBM belum melibatkan perempuan dan
masyarakat secara keseluruhan dalam pengelolaan sampah dan
lingkungan. Pengurus melakukan aksi nyata dengan membuat kerajinan
dari daur ulang sampah yang kemudian hasil dari kerajinan tersebut
diberikan kepada masyarakat. Dengan demikian, perempuan dapat belajar
untuk mengenal dan mencintai sampah. Pada tahap ini output yang
diharapkan adalah perempuan dapat mulai mengakrabi sampah, tidak lagi
memusuhi sampah.
· Tahap kedua
Tahapan yang kedua adalah memberikan sosialisasi agar mindset
perempuan mengenai sampah berubah. Karena pada dasarnya mengubah
pola perilaku tentang pengelolaan sampah adalah mengubah tradisi atau
budaya yang biasa dilakukan (seperti membakar sampah, membuang
sampah sembarangan, dsb). Hal ini membutuhkan waktu untuk
memberikan pemahaman bagi perempuan. Setelah mereka memahami,
maka lambat laun perilaku mereka akan berubah.
Sosialiasasi diadakan melalui forum-forum yang memang sudah
terbentuk di lingkup masyarakat dusun badegan, misalnya PKK, UPGK,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
PAUD, dan Arisan RT. Melalui forum-forum tersebut pengurus
BKKLBM membangun kesadaran perempuan mengenai pentingnya
pengelolaan sampah dan lingkungan secara tepat dan berkelanjutan.
Sosialisasi dilakukan secara berkala dan kontinu, agar perempuan
menjadi cepat memahami akan pentingnya pengelolaan sampah dan
lingkungan. Output yang diharapkan dari tahapan ini adalah perempuan
mulai memahami dan mulai melakukan pengelolaan sampah dan
lingkungan pada skala rumah tangga.
· Tahap ketiga
Pada tahap ini, perempuan mulai dilibatkan dalam setiap kegiatan
pengelolaan sampah dan lingkungan yang diadakan oleh BKKLBM.
Perempuan didorong untuk lebih peduli dengan lingkungan di sekitarnya,
tidak hanya di rumahnya sendiri. BKKLBM melibatkan dan mendorong
perempuan melalui kegiatan seperti yang penulis sebutkan pada tabel
dibawah ini.
Jenis Kegiatan Bentuk Kegiatan
Pemilahan sampah rumah
tangga
Mendorong perempuan untuk melakukan
pemilahan sampah di rumah masing-
masing. Sampah terpilah tersebut
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
kemudian ditabung di bank sampah.
Perempuan juga bertindak sebagai
penggerak bagi anggota keluarga yang
lain agar melakukan pemilahan sampah.
Hasil dari menabung samoah tersebut
meskipun tidak seberapa namun dapat
membantu perekonomian keluarga.
Daur ulang sampah plastik Mengadakan pelatihan pembuatan daur
ulang sampah plastik bekas kemasan
makanan, minuman atau sabun untuk
dijadikan beragam kerajinan. Hasil
kerajinan tersebut dijual dan dapat
menambah income keluarga.
Pengurus BKKLBM Merekrut perempuan untuk ikut menjadi
pengurus BKKLBM. Dengan menjadi
pengurus, maka perempuan akan
terdorong untuk belajar lebih banyak
mengenai bagaimana mengelola
organisasi yang baik. Hal ini dapat
menjadi sarana belajar secara informal
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
bagi perempuan yang sebagian besar
adalah ibu rumah tangga yang rata-rata
tidak berpendidikan tinggi.
Penerima tamu Tidak semua perempuan bersedia menjadi
pengurus BKKLBM, disamping
kepengurusan BKKLBM juga tidak
membutuhkan terlalu banyak orang,
sehingga BKKLBM melibatkan
perempuan yang tidak menjadi pengurus
sebagai penerima tamu/among tamu
setiap kali terdapat kunjungan. Pengurus
melibatkan mereka berdasarkan latar
belakang mereka, misalnya bila tamu
yang berkunjung adalah rombongan PKK
maka BKKLBM melibatkan ibu-ibu PKK
setempat sebagai among tamu, bila yang
berkunjung adalah rombongan pengajian
maka yang diminta menjadi among tamu
adalah ibu-ibu kelompok pengajian, dan
sebagainya. Dengan demikian hal ini
dapat juga membantu perempuan untuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
· Tahap keempat
Tahap keempat yakni monitoring dan evaluasi. Pada fase ini, keterlibatan
perempuan dimonitoring dan dievaluasi secara berkala. BKKLBM dalam
satu bulan sekali mengadakan acara rutin monitoring dan evaluasi. Acara
tersebut membahas ketercapaian dari target dan program kerja yang telah
direncanakan bersama. Kegiatan ini secara tidak langsung akan memaksa
perempuan untuk berani angkat bicara untuk menyampaikan
mengembangkan jaringan atau network
sesuai dengan latar belakang masing-
masing.
Penyuluh Kesehatan BKKLBM selain melakukan pengelolaan
sampah dan lingkungan berbasis
masyarakat di dusun badegan, juga
melayani permintaan menjadi penyuluh
kesehatan lingkungan di berbagai tempat.
Maka sebagai bentuk pendidikan
perempuan, BKKLBM mendorong
perempuan untuk berani tampil di depan
dan menyampaikan materi penyuluhan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
pendapatnya, meskipun belum semua perempuan yang berpartisipasi
berani melakukannya. Masih banyak dari perempuan yang menganggap
mereka tidak memiliki hak bicara dan merasa tidak memiliki keberanian
untuk berbicara karena mereka bukan dari kalangan berpendidikan tinggi
dan tidak pantas mengambil keputusan. Namun demikian, setiap
keputusan yang dihasilkan oeh BKKLBM selalu berdasarkan
musyawarah bersama.
3.4.2. Peran dalam Pengelolaan Lingkungan
BKKLBM sebagai lembaga yang memang fokus dalam pengelolaan
lingkungan tentunya memiliki peran yang sangat besar dalam pengelolaan
lingkungan di dusun badegan dan kabupaten bantul. Pada tingkat dusun
badegan, BKKLBM memulai pengelolaan dari skala rumah tangga yang
dilanjutkan dengan kegiatan kolektif melalui program berikut :
· Daur Ulang Styrofoam
Styrofoam merupakan jenis sampah yang tidak dapat diurai oleh tanah.
Kebanyakan ibu-ibu rumah tangga sangat akrab dengan penggunaan
styrofoam. Styrofoam biasanya digunakan sebagai tempat nasi atau snack
(pada saat arisan, PKK, dan sebagainya). Styrofoam dipilih karena lebih
praktis dibandingkan dengan dari kardus biasa. Banyaknya sampah
styrofoam menjadi insipirasi bagi pengurus BKKLBM untuk mendaur
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
ulang styrofoam. Setelah melalui proses trial and error , styrofoam dapat
didaur ulang dengan cara mencampurnya dengan semen air dan antacid8,
sehingga butiran styrofoam menjadi lebih berat dan dapat dibentuk sesuai
keinginan. Dari styrofoam tersebut dapat dibuat berbagai macam barang
seperti pot bunga, penyangga tiang bendera, topeng, hiasan dinding,
bahkan batako. Namun, proses daur ulang styrofoam ini ternyata tidak
ada perempuan yangg tertarik untuk berkecimpung di dalamnya.
Pekerjaan yang berhubungan dengan semen seperti styrofoam ini
dianggap sebagai pekerjaan laki-laki. Seperti wawancara penulis dengan
beberapa informan dibawah ini
“…..kan ya itu berhubungan dengan kotor-kotor gitu, pake semen semacamnya jadi ya pada gak mau,,itu kan cenderung kerjaan laki-laki ya..” (wawancara dengan Sdri. Yuni pada tanggal 27 Mei 2010)
“ sebenarnya mungkin tertarik ya mbak, cuma kan itu peralatannya berat-berat, perempuan pasti nggak bisa,nggak kuat. Cetakan potnya itu berat lho mbak, kurang cocok juga kalau untuk perempuan. Ya mungkin nanti kedepannya kami bisa menyediakan cetakan atau peralatan yang lebih ringan atau kecil jadi bisa dipake perempuan” (wawancara dengan Direktur BKKLBM Agus Sugiantoro, SH pada tanggal 01 Juni 2010)
“Sebenarnya bukan dikhususkan bagi laki-laki saja, namun sejauh ini memang belum ada perempuan yang tertarik buat menekuni. Selain kondisi kerajinan Styrofoam yang sedang jalan ditempat. Kalo sosialisasi sudah dilakukan, di awal berdirinya BKKLBM malah
8 Zat kimia yang berfungsi untuk melembabkan styrofoam dan memiliki massa sehingga tidak mengapung di dalam air.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
mbak,” (wawancara dengan Bapak Bambang Suwerda, pada tanggal 08 juni 2010)
Pekerjaan mendaurulang memang lekat dengan semen, air dan kotor,
sehingga hal ini membuat perempuan berpikir dua kali untuk bergabung.
Selain itu masih adanya anggapan dari perempuan bahwa hal tersebut
adalah pekerjaan laki-laki. Namun bukan berarti prempuan tidak tertarik,
mereka memiliki ketertarikan namun masih belum memiliki keinginan.
“…pengen sih mbak sebenarnya, ya pengen ngerti, pengen tau itu gimana bikinnya tapi waktunya itu lho mbak…belum harus ngurus uang, ngurus anak, rumah,,,repot je mbak” (wawancara dengan pengurus BKKLBM Ibu Ari pada tanggal 26 Mei 2010)
“….iya, pengen itu, saya mau itu kalo diajarin tapi ya gimana nanti, waktunya itu,,malem-malem juga biasanya, nanti anaknya gimana? Cuma kan sekarang kayaknya lagi mandeg ya itu mbak.” (wawancara dengan Koordinator Pokja Daur Ulang Sampah Plastik Ibu Ismiyati pada tanggal 26 Mei 2010)
Perempuan memang tertarik untuk belajar, namun mereka terbentur dengan
kewajiban pekerjaan rumah tangga yang sebagian besar dibebankan kepada
mereka. Sehingga gerak mereka menjadi sedikit terbatasi.
· Daur Ulang Sampah Plastik
Plastik menjadi salah satu icon gaya hidup praktis di masa modern ini.
Penemuan plastik telah mengubah banyak hal. Masyarakat pun telah
terbiasa dengan penggunaan plastik, seperti kantong plastik, peralatan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
71
rumah tangga dari plastik dan sebagainya. Plastik memang telah
memudahkan hidup manusia, tapi manusia tidak sadar dengan bahaya yang
mengancam mereka bila limbah plastik tidak ditangani dengan baik. Tanah
membutuhkan waktu 50-80 tahun untuk dapat mengurai sampah plastik.
Bila setiap hari sampah plastik dihasilkan oleh masyarakat dalam jumlah
yang sangat tinggi, maka akan dibutuhkan lahan yang sangat luas untuk
menimbun plastik tersebut dengan waktu yang sangat lama.
Kenyataan ini disampaikan kepada masyarakat Dusun Badegan, sehingga
BKKLBM memunculkan pokja daur ulang sampah plastik yang mengajak
masyarakat untuk mendaur ulang sampah plastik. BKKLBM
menyelenggarakan pelatihan pembuatan daur ulang plastik menjadi aneka
ragam barang kerajinan. Pada saat diselenggarakan pelatihan banyak sekali
perempuan yang datang untuk mengikuti pelatihan, selai perempuan laki-
laki juga mengikuti pelatihan meskipun jumlahnya hanya sedikit. Sekarang
pengrajin tetap daur ulang sampah plastik berjumlah 4 orang perempuan
dan 1 orang laki-laki.
· Bank Sampah Gemah Ripah
Berdirinya bank sampah merupakan terobosan baru BKKLBM dalam
menanggulangi permasalahan sampah. Membiasakan masyarakat
menabung sampah terpilah memang membutuhkan waktu yang tidak dapat
dikatakan sebentar. Namun hal tersebut kini dapat dirasakan manfaatnya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
72
oleh masyarakat Dusun Badegan. Bank sampah dapat mengurangi volume
sampah yang dibuang ke TPA Piyungan. Manfaat langsung yang dirasakan
masyarakat adalah masyarakat tidak lagi kesulitan membuang sampah
mereka, lingkungan menjadi lebih bersih serta masyarakat mendapatkan
penghasilan tabahan meskipun jumlahnya tidak seberapa.
Bank sampah memberi jangka waktu pelayanan agar masyarakat memiliki
kesempatan untuk mengumpulkan sampah. Jenis sampah yang dapat
ditampung bank sampah adalah sampah anorganik, seperti kertas, botol,
kaleng, plastik, styrofoam dan sebagainya. Sampah tersebut dipilah
menjadi tiga kelompok yakni kertas, plastik dan kaleng. Untuk sampah
organik, saat ini sedang diupayakan untuk menggalakkan pembuatan
kompos dari sampah organik serta biopori oleh Bengkel Kesling.
Dalam pengoperasiannya, bank sampah memberlakukan dua sistem
penabungan, yakni sistem individual dan sistem komunal.
I. Sistem Individual
Sistem individual melayani penabung individu. Nasabah individu
datang langsung ke kantor Bank Sampah Gemah Ripah dengan
membawa sampah terpilah yang akan ditabung. Sampai saat ini Bank
Sampah Gemah Ripah telah memiliki 168 nasabah individu yang
berasal dari berbagai daerah, mulai dari dusun Badegan hingga
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
73
Warga Menabung Sampah Terpilah
Pelayanan Penabung oleh Petugas Bank
Sampah
Pemilahan Sampah Oleh Warga
Penabung Mengetahui
Jumlah Tabungan
Penabung Selesai Dilayani dan Pulang
Pencatatan, Penimbangan, dan
Pemasukan Sampah dalam Karung Terpilah
Penjualan ke Pengepul yang ditunjuk
Sleman. Kebanyakan nama yang tertera pda buku tabungan nasabah
adalah nama anak-anak nasabah. Hal ini dimaksudkan untuk
memberikan pendidikan kepada anak-anak tentang pentingnya
menabung dan mengelola sampah sejak dini. Alur pelayanan bank
sampah pada sistem individual seperti dijelaskan pada bagan berikut
ini
Penambahan dana ke dalam rekening nasabah sesuai dengan jumlah sampah yang ditabung
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
74
Pada sistem individual ini, bank sampah menerapkan sistem bagi hasil,
yakni dari 100 % hasil tabungan nasabah, 15% digunakan untuk
operasional bank sampah selebihnya dimasukkan ke dalam rekening
masing-masing nasabah.
Tabungan tersebut dapat ditarik oleh nasabah dalam jangka menengah
per 3 bulan. Penarikan tabungan berjangka tersebut bertujuan agar
nilai nominal dari menabung sampah itu terlihat, mengingat harga
sampah yang tidak seberapa dan sangat fluktuatif.
II. Sistem Komunal
Sistem konumal melayani nasabah berkelompok. Sistem ini mulai
diberlakukan di bank sampah mulai 1 Januari 2009 karena banyaknya
permintaan dari warga sekitar. Sarana untuk mengembangkan sistem
ini diperoleh dari Badan Linkungan Hidup Kab. Bantul setelah
pengelola Bank Sampah Gemah Ripah mengajukan proposal. Sarana
yang diperoleh adalah tong-tong sampah terpilah, yakni tong sampah
untuk sampah kertas, sampah plastik, serta sampah kaleng dan botol.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
Satu set tong sampah terpilah tersebut diletakkan di 16 titik yang
tersebar di wilayah Dusun Badegan dan 2 titik di Lembaga Pendidikan
yang terdapat di sekitar Dusun Badegan. Setiap 3-4 kali dalam satu
minggu petugas dari bank sampah akan berkeliling untuk mengambil
sampah-sampah tersebut.
Seperti halnya dengan sistem individual, sistem komunal juga
menerapkan sistem bagi hasil. Di mana dari 100% hasil penjualan
sampah 70% masuk ke kas bank sampah dan selebihnya kembali ke
kas masing-masing RT. 70 % bagian yang masuk ke dalam kas
operasional bank sampah tersebut digunakan untuk menggaji petugas
yang mengambil sampah dan operasional.
Untuk menjual sampah plastik, kertas, kaleng dan botol bank sampah
bekerja sama dengan pihak ketiga (tukang rosok/pengepul). Pihak ketiga
ini yang akan memilah secara teliti dan memberikan nilai nominal dari
sampah-sampah yang ditabungkan. Selain dijual ke pihak ketiga, ada
sebagian sampah yang langsung dibeli oleh kelompok daur ulang untuk
dijadikan tas ransel, wadah pensil, dompet dan penutup galon air. Sampah
yang dibeli kelompok daur ulang adalah sampah yang dapat langsung
didaur ulang, misalnya bungkus miuman ringan, bekas wadah minyak
goreng, bungkus deterjen dan sebagainya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
76
Selain menangani sampah organik dan anorganik, Bank Sampah juga
membuka pelayanan pembuangan sampah residu. Sampah residu atau
sering juga disebut sebagai sampah B3 (Bahan Beracun dan Berbahaya),
merupakan sampah-sampah yang tidak dapat didaur ulang, seperti
pampers, pembalut, batu baterai, sisa makanan dan sebagainya. Bank
sampah bekerja sama dengan Dinas Pekerjaan Umum Kota Bantul untuk
membuang sampah tersebut ke TPA Piyungan. Hanya saja nasabah yang
menabung sampah residu tersebut tidak mendapatkan uang, tetapi
dikenakan retribusi untuk dibayarkan ke Dinas PU. Setiap rumah tangga
dikenakan biaya 8000 rupiah bila mereka mengantarkan sendiri sampah
residu ke bank sampah atau 10000 rupiah bila sampah residu mereka
diambil oleh petugas dari Bank Sampah.
Selain ketiga pokja di atas yang menjadi ujung tombak BKKLBM dalam
menangani permasalahan lingkungan, BKKLBM juga mempelopori penggunaan
teknologi tepat guna sederhana dalam pengelolaan air yang hemat energi serta
mudah diaplikasikan. Teknologi tersebut meliputi :
· Sodis
Sodis kependekan dari Solar Disinfektan. Yakni teknik memasak air
mentah dengan menggunakan sinar matahari agar dapat dikonsumsi. Hal
ini dilakukan dengan cara memasukkan air ke dalam botol-botol kaca,
kemudian botol kaca tersebut ditempatkan pada penyangga yang terbuat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
77
dari seng. Penyangga dengan botol berisi air kemudian dijemur pada
saat matahari terik. Membutuhkan waktu kurang lebih dua jam lamanya
agar kuman-kuman di dalam air mati dan air layak dikonsumsi. Hal ini
telah diuji di laboratorium dan memang terbukti bahwa tenaga matahari
dapat membunuh kuman di dalam air. 9
· Chlorine Diffuser
Merupakan disinfektan air yang dibuat dari pipa paralon, kaporit, dan
pasir. Kaporit dimasukkan kedalam pipa paralon dan ditutup dengan
rapat. Selanjutnya paralon tersebut dimasukkan ke dalam pipa yang
lebih besar yang telah dilapisi dengan pasir, kemudian ditutup rapat.
Penggunaan alat ini dengan cara dimasukkan ke dalam sumber air
sehari-hari, seperti sumur.
· Penjernih Air Sederhana
Alat sederhana yang sudah familiar di masyarakat umum. Dengan
menggunakan batu bata merah, ijuk dan kerikil yang disusun dalam tong
berpancuran. Air kotor kemudian dimasukkan ke dalam tong tersebut
untuk dijernihkan secara alami sehingga layak dikonsumsi.
· Biopori
Lubang resapan air hujan yang juga dapat digunakan untuk membuat
kompos. Dibuat dengan cara menggali tanah sedalam 90 cm dengan
9 Disarikan dari wawancara dengan Bapak Bambang Suwerda pada tanggal 04 Mei 2010
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
78
diameter tidak lebih dari 20 cm. Agar tidak membahayakan, lubang
biopori ditutup dengan sejenis batako berornamen, sehingga masih ada
celah agar air bisa masuk. Dengan menggunakan bipori maka air hujan
dapat ditampung oleh tanah secara maksimal sehingga dapat
memperbesar cadangan air tanah.
· Komposter
Adalah alat atau guci dari tanah liat atau gerabah yang dimodifikasi
sedemikian rupa agar dapat digunakan sebagai pembuat kompos.
Dengan menggunakan komposter, tidak perlu menggali lubang kompos
ditanah. Dedaunan dan ranting cukup dimasukkan ke dalam komposter
dengan dtambahkan pupuk kandang atau bahan kimia untuk membuat
kompos. Pembuatan kompos secara alami membutuhkan waktu tiga
bulan lamanya. Sedangkan bila ditambahkan zat kimia tidak sampai satu
bulan kompos sudah dapat digunakan. Saat ini BKKLBM sedang
merintis pembuatan kompos secara massal.
Teknologi-teknologi tersebut memang terlihat sepele, namun memiliki
manfaat yang besar bagi masyarakat, terutama dalam hal penyediaan air bersih
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
79
BAB IV
ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN
Analisis hasil penelitian menjadi kunci dari penelitian yang telah dilakukan.
Sebuah laporan penelitian belum dapat dikatakan memadai tanpa adanya analisis
hasil berdasarkan dengan teori yang digunakan sebagai landasan. Bab IV ini berisi
analisis dari hasil penelitian yang telah penulis paparkan sebelumnya.
4.1. Teori Behavioral Sociology
Masyarakat Dusun Badegan seperti layaknya masyarakat lainnya memiliki
nilai-nilai, kebiasaan dan budaya tidak tertulis yang mereka lakukan serta mereka
anggap benar. Budaya tersebut timbul secara tidak sengaja, dari perilaku yang
terpola, dilakukan secara terus menerus dan turun temurun maka jadilah
kebudayaan. Kebudayaan sangat mempengaruhi perilaku masyarakat.
Kaitannya dengan pengelolaan sampah dan lingkungan adalah beberapa
kebiasaan masyarakat mengenai lingkungan yang mereka lakukan cenderug
merugikan dan berdampak negative bagi keberlangsungan lingkungan hidup
mereka. Kebiasaan tersebut seperti membuang sampah sembarangan, menimbun
sampah, membuat jugangan, membakar sampah, serta kurang peduli dengan
lingkungan di sekitar mereka. Kondisi ini semakin parah pasca terjadinya gempa
yang menyisakan puing-puing bangunan yang teronggok di beberapa sudut dusun.
Pengelolaan sampah yang dilakukan oleh perempuan di Dusun Badegan
sangat dipengaruhi oleh mindset mereka tentang sampah serta budaya yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
80
mereka anut. Berdasarkan pada data hasil pengamatan sebelum didirikannya
BKKLBM, diketahui bahwa 30 % masyarakat membakar sampah yang dihasilkan,
25% membuang di sembarang tempat, 20% menimbun sampah tanpa dipisah serta
25% berlangganan jasa pasukan kuning serta 5% dengan cara lain. 1
Perilaku masyarakat Dusun Badegan tersebut penulis kaji dengan teori
Behavioral Sociology. Behavioral Sociology dikemukakan oleh B.F Skinner.
Seperti yang telah penulis sebutkan pada tinjauan pustaka, teori ini menerangkan
tingkahlaku melalui akibat-akibat yang mengikutinya. Menurut Skinner,
kebudayaan masyarakat tersusun dari tingkah laku. Dengan kata lain kebudayaan
adalah tingkah laku yang terpola. Pola-pola perilaku masyarakat yang dikerjakan
terus-menerus akan berubah menjadi kebiasaan. Dari kebiasaan-kebiasaaan itulah
berubah menjadi budaya. Selain menegaskan adanya budaya yang berpengaruh
dalam perilau masyarakat, teori ini juga memusatkan perhatian pada adanya
hubungan antara akibat dari tingkah laku yang terjadi di lingkungan aktor dengan
tingkah laku aktor. Akibat tingkah laku yang terjadi di masa lalu mempengaruhi
tngkah laku yang terjadi di masa sekarang.
Perilaku membakar sampah yang dilakukan masyarakat Dusun Badegan
tentu tidak terlepas dari kebiasaan-kebiasaan yang berubah menjadi budaya.
Yakni budaya membenci dan membakar sampah. Kebiasaan yang sudah
dilakukan oleh orang tua-orang tua dahulu terus turun-temurun dialukan hingga
sekarang. Membuat jugangan juga merupakan salah satu pola perilaku yang
menjadi kebiasaan dan budaya di Dusun Badegan.
1 diperoleh dari data BKKLBM, pengamatan kepada masyarakat Dusun BAdegan pada tahun 2009 oleh Bapak Bambang Suwerda, S.ST, M.Si
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
81
Perilaku masyarakat tersebut bisa dikatakan sebagai hasil dari adanya
pengaruh tingkah laku di masa lalu. Tingkah laku tersebut dipandang sebagai hal
yang wajar, lumrah sehingga terus dilakukan oleh masyarakat. Bahkan yang tidak
mengerjakan dianggap sebagai hal yang aneh atau tidak lumrah. Kondisi seperti
didukung dengan adanya culture masyarakat Dusun Badegan yang masih
tradisional sehingga mereka sangat sulit menerima perubahan atau hal baru,
tertutup serta cenderung apatis terhadap sistem baru.
Skema perilaku masyarakat Dusun Badegan berdasarkan Teori Behavioral
Sociology
Pada skema tersebut, secara berturut-turut dijelaskan perilaku aktor
(masyarakat Dusun Badegan) yang secara tidak langsung menjadi kebiasaan.
Kebiasaan tersebut lambat laun menjadi budaya yang mendarah daging dalam
kehidupan masyarakat. Sehingga setelah adanya BKKLBM pun, kebiasaan-
kebiasaan masyarakat tersebut belum dapat sepenuhnya hilang atau terganti
dengan system baru yang dibawa oleh BKKLBM. Meskipun BKKLBM dirintis
Perilaku Aktor
Kebiasaan
Masyarakat
Budaya Masyaraka
t
Membenci sampah
Membuat jugangan
Menimbun/Membakar Sampah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
82
dan digerakkan oleh sebagian masyarakat Dusun Badegan sendiri namun tetap
sulit mengubah kebiasaan dan budaya masyarakat.
Skema proses perubahan perilaku masyarakat Dusun Badegan setelah
berdirinya BKKLBM
Kebiasaan masyarakat tentang sampah dan lingkungan yang cenderung suka
menyampah serta tidak peduli akibatnya bagi masa depan mereka bisa jadi
merupakan pengaruh dari arus modernisasi. Adanya televisi dan media massa
lainnya membawa berbagai macam berita dan gaya hidup modern yang memang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
83
mengagung-agungkan hal yang serba praktis dan cepat. Misalnya saja, dengan
alasan praktis kini masyarakat lebih suka menggunakan styrofoam sebagai tempat
makanan. Selain harganya yang terjangkau, penggunaan styrofoam memberikan
kesan lebih modern ketimbang pemakaian daun pisang atau kardus. Namun
masyarakat tidak menyadari bahwa stryrofoam yang mereka pakai mengandung
bahan kimia yang berbahaya serta tidak dapat diurai oleh tanah bahkan bila
ditimbun ratusan tahunpun.
Arus perubahan tersebut tanpa disadari mengubah pola pikir dan perilaku
masyarakat Dusun Badegan. Masyarakat menjadi gemar menghasilkan sampah
namun enggan untuk mengelolanya.
BKKLBM sebagai badan otonom masyarakat melalui program-programnya
berusaha untuk mengubah mindset masyarakat mengenai sampah. Bila mindset
lama dapat diubah maka perilaku masyarakat lambat laun akan menjadi lebih
positif yang tentunya juga akan berdapak positif bagi keberlangsungan lingkungan
hidup.
Baker dalam Sarwono menyebutkan, perilaku manusia tidak hanya
ditentukan oleh lingkungan di sekitarnya, namun juga sebaliknya.kedua hal
tersebut saling berperan dan tidak dapat dipisahkan. Hubungan perilaku manusia
dengan lingkungannya adalah “two ways streets” atau ecological
interdependencies. Kedua faktor yang saling mempengaruhi tersebut adalah
lingkungan fisik dan pola perilaku baku (standing pattern of behavior). Perilaku
manusia bukan hanya dipengaruhi oleh kondisi alam dan situasi di sekitarnya
namun juga dipengaruhi oleh lingkungan sosial, khususnya pranata-pranata sosial
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
84
yang ada di dalamnya.2 Maka berdasarkan asumsi tersebut, kebiasaan-kebiasaan
dan budaya yang dianut masyarakat Dusun Badegan secara tidak langsung
mempengaruhi partisipasi perempuan dalam pengelolaan sampah dan lingkungan
di sekitarnya. Perempuan akan cenderung menjadi tidak peduli karena mereka
tidak memiliki pengetahuan yang cukup memadai tentang kesehatan lingkungan.
Bila mindset tersebut dapat berubah, serta dibarengi dengan adanya sosialisasi
kepada perempuan maka partisipasi perempuan akan meningkat seiring dengan
berjalannya waktu.
Sejauh pengamatan penulis BKKLBM sudah cukup memberikan warna
baru bagi kehidupan masyarakat dan perempuan di Dusun Badegan. Meskipun
partisipasi perempuan belum bisa dibilang cukup besar secara kuantitas, namun
sudah cukup banyak yang tertarik untuk ikut bergabung. BKKLBM sedikit demi
sedikit mulai mengubah mindset dan perilaku masyarakat terhadap sampah dan
lingkungan. Meskipun hingga sekarang masih ada pula warga yang
“melestarikan” kebiasaan lama dan bertahan dengan mindset lama tetang sampah
dan pengelolaan lingkungan.
4.2. Teknik Analisis Harvard
Teknik analisis Harvard penulis gunakan untuk melihat gap antara
partisipasi perempuan dan laki-laki di Dusun Badegan beserta faktor-faktor yang
mempengaruhi. Teknik analisis Harvard menggunakan tiga profil dalam
penggalian data, yakni profil aktifitas, profil akses dan kontrol serta profil faktor-
2 Hasim & Remiswal, Op.cit, hlm 231
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
85
faktor yang mempengaruhi.3 Di bawah ini penulis sajikan ketiga tabel tersebut
berikut penjelasannya.
Tabel1. Profil Aktifitas
a. Aktifitas Produksi
Laki-laki Perempuan
Dewasa Anak Dewasa Anak
Bekerja 70% - 30% -
Memilah sampah 20% 10% 45% 25%
Menabung Sampah 20% 20% 40% 20%
Menjahit Kerajinan daur
ulang
10% - 90% -
Mendaur uang Styrofoam 100% - - -
b. Aktifitas Reproduksi
Membersihkan rumah - - 60% 40%
Memasak - - 100% -
Mencuci Pakaian - - 70% 30%
Mengolah Kompos 100% - - -
3 Trisakti Handayani, Konsep dan Teknik Penelitian Gender, 2008:161
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
86
Aktifitas berdasarkan pisau analisis Harvard ini dibedakan menjadi dua
yakni aktifitas produksi dan aktifitas reproduksi. Aktifitas produksi merupakan
aktifitas yang dilakukan untuk memperoleh pendapatan atau penghasilan yang
digunakan untuk mencukupi kebutuhan keluarga. Secara umum, pekerjaan utama
atau pencari nafkah utama adalah laki-laki. Hanya sedikit perempuan yang bekerja
atau sebagai penghasil nafkah utama. Hal ini disebabkan masih adanya anggapan
di Dusun Badegan bahwa mencari nafkah adalah kewajiban laki-laki sedangkan
perempuan cukup mengerjakan pekerjaan rumah atau bekerja sambilan.
Untuk kegiatan-kegiatan produktif dalam hal pengelolaan sampah seperti
memilah dan menabung sampah banyak dikerjakan oleh perempuan dewasa dan
anak. Sebelum adanya BKKLBM laki-laki di dusun memang bertugas mengurus
sampah rumah tangga, namun mereka melenyapkannya dengan cara dibakar.
Setelah adanya BKKLBM, kegiatan memilah sampah lebih banyak diatur oleh
perempuan dewasa sebagai ibu rumah tangga. Sedangkan untuk mendaur ulang
Styrofoam dikerjakan oleh laki-laki dewasa karena pekerjaan tersebut menurut
masyarakat Dusun Badegan pekerjaan yang hanya bisa dikerjakan oleh laki-laki.
Aktifitas reproduksi dalam tabel tersebut adalah aktifitas yang dikerjakan
untuk memenuhi kebutuhan domestic rumah tangga yang tidak mendapatkan
penghasilan. Dari tabel tersebut diketahui aktifitas reproduksi lebih banyak
dikerjakan oleh kaum perempuan dewasa dan anak-anak. Hampir semua kegiatan
seperti mencuci pakaian, memasak, serta membersihkan rumah dikerjakan oleh
perempuan. Laki-laki hanya bertugas membuat kompos karena memang pekerjaan
tersebut identik dengan laki-laki. 20% informan menggunakan jasa pembantu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
87
rumah tangga (perempuan) untuk menyelesaikan pekerjaan domestik rumah
tangganya.
Dari tabel tersebut dapat diketahui bahwa masih ada gap yang cukup besar
antara kaum laki-laki dan perempuan. Perempuan tidak dapat mengebangkan diri
lebih jauh Karen amasih terbebani dengan pekerjaan rumah tangga. Seklipun
perempuan bekerja di luar rumah, pekerjaan rumah tangga juga masih harus
dikerjakan oleh mereka. Ini menunjukkan adanya beban ganda perempuan di
Dusun Badegan. Pembantu rumah tangga yang membantu beberapa informan
dalam menyelesaikan pekerjaan rumahnya juga perempuan. Anggapan
masyarakat yang menilai pekerjaan pembantu rumah tangga hanya pantas
dikerjakan oleh perempuan menunjukkan adanya diskriminasi terhadap salah satu
jenis gender.
Tabel Profil Akses dan Kontrol/Manfaat
a. Sumberdaya
Laki-laki Perempuan
Akses Kontrol Akses Kontrol
Kantor Kesling 50% 60% 50% 40%
Bahan Daur ulang 10% 90% 100%
Mesin Jahit 10% 90% 100%
Komposter 60% 100% 40%
Mesin Pemarut Styrofoam 70% 100% 30%
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
88
Tong Smpah Terpilah 50% 100% 50%
Uang Kas 50% 50% 100%
Sepeda Motor 70% 90% 30% 10%
b. Manfaat
Pemasukan tambahan 50% 40% 50% 60%
Jaringan kerja 50% 90% 50% 10%
Pembelajaran berorganisasi 50% 80% 50% 20%
Keterampilan Menjahit 20% 80% 100%
Membuat Keputusan 50% 100% 50%
Sumber:hasil wawancara penulis dengan informan
Tabel tersebut terdiri dari akses dan kontrol terhadap sumber daya
BKKLBM serta akses dan kontrol terhadap manfaat yang diperoleh dengan
berpartisipasi di BKKLBM.
Sumberdaya yang dimiliki BKKLBM seperti yang disebutkan tabel di atas
meliputi kantor, alat pengelolaan sampah, uang kas serta sepeda motor. Secara
umum akses perempuan dan laki-laki terhadap sumberdaya yang dimiliki oleh
BKKLBM terbilang sama besar. Meskipun terdapat beberapa hal yang sedikit
membedakan seperti perempuan menguasai sumberdaya yang berhubungan
dengan kegiatan jahit-menjahit daur ulang, kegiatan yang dianggap sebagai
pekerjaan perempuan. Sedangkan laki-laki lebih cenderung mengusai akses
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
89
terhadap sumberdaya maskulin seperti alat-alat yang digunakan untuk mengelola
sampah meliputi mesin pemarut styrofoam, komposter tong sampah terpilah serta
sepeda motor.
Kontrol terhadap sumberdaya yang ada di lingkup BKKLBM juga tidak
jauh berbeda dengan akses sumberdaya. Laki-laki dan perempuan memiliki
kontrol yang sama meskipun sumberdaya yang dikontrol penuh oleh laki-laki dan
perempuan tidak sama. Sumberdaya yang dianggap maskulin lebih banyak
dikontrol oleh laki-laki ketimbang perempuan. Perempuan mendapatkan bagian
untuk mengontrol uang kas, dan alat jahit beserta kelengkapannya. Sedangkan
sumberdaya seperti kantor BKKLBM dan sepeda motor dapat dikontrol bersama
meskipun lebih banyak dikontrol oleh kaum laki-laki.
Pembedaan sumberdaya maskulin dan feminin tersebut menunjukkan bahwa
di Dusun Badegan masih ada pembagian kerja berdasarkan gender, pekerjaan
tertentu dipandang pantas bagi perempuan dan tidak pantas bagi laki-laki
demikian juga sebaliknya. Kondisi ini disadari ataupun tidak menjadi saah satu
faktor penghambat partisipasi perempuan dalam pengelolaan sampah. Perempuan
yang sebenarnya memiliki banyak ketertarikan dalam pengelolaan sampah dan
lingkungan ruang geraknya menjadi terbatasi karena adanya anggapan tersebut
serta beban ganda di dalam keluaga masing-masing.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
90
Tabel Faktor-Faktor yang Berpengaruh
Faktor-faktor Dampak Kesempatan Kendala
Laki-laki Perempuan Laki-laki Perempuan Laki-laki Perempuan
Kesehatan 50% 50% 50% 50% - -
Ekonomi 30% 70% 30% 70% 30% 70%
Status sosial 50% 50% 50% 50% - -
Pendidikan 40% 60% 50% 50% 20% 80%
Partisipasi perempuan dan laki-laki dalam kegiatan BKKLBM tentu tidak
terlepas dari adanya faktor-faktor yang mempengaruhi, baik sebagai faktor
pendorong maupun faktor penghambat. Faktor tersebut meliputi faktor kesehatan,
faktor ekonomi, faktor status social, serta faktor pendidikan.
a. Kesehatan
Dalam bidang kesehatan, perempuan dan laki-laki merasakan
dampak dan kesempatan yang sama dari keberadaaan BKKLBM.
Karena memang setiap kegiatan BKKLBM ditujukan bagi kesehatan
masyarakat luas, bukan kepada person tertentu. Sehingga
manfaatnya bisa dirasakan secara merata meskipun masih dalam
lingkup kecil.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
91
b. Ekonomi
Faktor ekonomi yang lebih banyak dirasakan dampak dan
kesempatannya oleh kaum perempuan. Kaum perempuan yang tidak
memiliki pekerjaan tetap bergabung dengan kegiatan BKKLBM
yang sedikit banyak membantu perekonomian mereka seperti
membuat kerajinan daur ulang serta memilah dan menabung
sampah. Hal ini menjadi salah satu sumber pemasukan yang cukup
membantu meskipun tidak seberapa banyak nilainya. Kendala
perempuan di bidang ekonomi juga cukup besar, karena mayoritas
perempuan berasal dari kalangan yang bukan berpendidikan tinggi
sehingga mereka tidak memiliki pekerjaan atau bergantung kepada
suami. Adanya BKKLBM ini sedikit banyak telah membantu
perempuan untuk mandiri dan mengembangkan diri meskipun masih
terbatas pada kemampuan menjahit dan mengelola organisasi kecil
dengan penghasilan yang tidak seberapa.
c. Status Sosial
Status sosial sering dianggap sebagai hal yang penting di kalangan
masyarakat. Semakin tinggi status sosial seseorang tentu akan
semakin disegani dan dihormati di lingkungannya. Dengan menjadi
pengurus ataupun terlibat dalam kegiatan BKKLBM tidak serta
merta seseorang langsung mendapatkan posisi di mata masyarakat.
Namun paling tidak masyarakat akan mencotoh mereka yang sudah
bergabung di BKKLBM.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
92
Setiap orang baik laki-laki memiliki dampak dan kesempatan yang
sama untuk menjadi “juru kampanye” BKKLBM di lingkungan
sekitarnya. Semakin banyak perempuan yang aktif maka akan
semakin banyak pula masyarakat yang tertarik untuk bergabung dan
berpartisipasi.
Selain itu, banyaknya tokoh masyarakat yang mendukung serta aktif
tergabung dalam program pengelolaan sampah ini ikut mendorong
warga yang belum mengelola sampah dengan 3 R tergerak hatinya
untuk turut ambil bagian dalam program ini. Disamping pengaruh
dari tokoh masyarakat, popularitas penggagas yakni Bambang
Suwerda, S.ST, M.Si juga sangat berpengaruh pada tingkat
kepercayaan masyarakat terhadap BKKLBM. Memang dalam kurun
waktu 2 tahun terakhir ini, Bambang Suwerda, S.ST, M.Si kerap
diundang sebagai narasumber pada acara-acara baik di tingkat lokal
maupun nasional. Beliau juga beberapa kali menerima penghargaan
yang disiarkan di stasiun televisi swasta. Hal ini menjadi daya tarik
tersendiri sehingga masyarakat Dusun Badegan bersedia bergabung
dengan BKKLBM.
d. Pendidikan
BKKLBM secara tidak langsung telah menjadi lembaga pendidikan
nonformal bagi perempuan dan masyarakat Dusun Badegan
mengenai pengelolaan sampah dan lingkungan. Perempuan yang
berpartisipasi mayoritas tidak memiliki latar belakang pendidikan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
93
yang cukup tinggi, sehingga mereka memiliki kesempatan belajar
secara non-formal mengenai kesehatan lingkungan dengan aktif
mengikuti kegiatan BKKLBM. Selain pendidikan kesehatan
linkungan, BKKLBM juga menjadi wadah organisasi baru bagi
perempuan dan laki-laki diDusun Badegan. Dengan demikian
perempuan Dusun Badegan dapat mulai belajarr untuk
mengaktualisasikan diri melalui di lingkup BKKLBM. Hal ini bisa
menjadi salah satu cara pembelajaran yang lebih efektif ketimbang
pembelajaran formal, mengingat sebagai ibu rumah tangga mereka
memiliki berbagai macam kesibukan.
Sejak awal berdirinya BKKLBM di Dusun Badegan memiliki tujuan utama
menyadarkan masyarakat mengeani kesehatan lingkungan di samping itu, juga
bertujuan untuk memberdayakan masyarakat secara umum. Dalam konsep
pemberdayaan, pemberdayaaan tidak akan berjalan mulus tanpa adanya partisipasi
masyarakat. Masyarakat tersebut bisa berarti laki-laki, maupun perempuan.
Penulis dalam penelitian kali ini lebih memfokuskan penelitian pada partisipasi
perempuan.
Partisipasi perempuan sangat diperlukan dalam hal pengelolaan sampah.
Mengingat peraturan pemerintah yang mengaskan untuk memilah sampah dari
sumbernya. Salah satu sumber penghasil sampah adalah rumah tangga. Volume
sampah rumah tangga yang dihasilkan setiap harinya memang tidak besar, namun
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
94
bila berlangsung terus menerus dengan banyaknya rumah tangga yang ada di
Dusun Badegan maka sampah yang akan dihasilkan sangat banyak.
Tujuan dari partisipasi ini adalah membekali perempuan dengan pengtahuan
mengenai kesehatan lingkungan, serta memberi mereka keterampilan termasuk
dalam hal berorganisasi dann keterampilan yang lain. Hal ini juga tercantum
dalam visi misi BKKLBM yang penulis dapat dari dokumen milik BKKLBM.
Partisipasi perempuan menjadi hal yang sangat penting, karena ketika
lingkungan tercemar, perempuanlah yang akan merasakan dampaknya pertama
kali. Dengan membekali perempuan ilmu tentang kesehatan lingkungan, mereka
akan menjadi lebih hati-hati dalam mengelola lingkungan serta mengetahui apa
dampak dari perilaku mereka terhadap sampah dan lingkungan. Semakin
perempuan paham bahaya sampah maka mereka akan semakin menjaga
lingkungan sekitar mereka.
Indikator-indikator dari teknik analisis Harvard tersebut memang belum
semuanya tercapai dengan baik oleh perempuan di Dusun Badegan. Secara
kuantitas memang partisipasi perempuan cukup banyak dibandingkan dengan
laki-laki namun secara kualitas perempuan masih banyak tertinggal dari kaum
laki-laki. Partisipasi perempuan juga belum bisa dikatakan menyeluruh, karena
sebagian besar perempuan yang aktif dalam kegiatan BKKLBM adalah
perempuan yang tinggal di sekitar kantor BKKLBM. Kantor BKKLBM sendiri
terletak di wilayah RT 12 dan RT 11. Wilayah Dusun Badegan yang sangat luas
membuat jarak antar RT cukup jauh bila ditempuh dengan berjalan kaki.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
95
Menurut Zoer’aini Djamal Irawan partisipasi perempuan dalam pengelolaan
lingkungan sangat menentukan, artinya demikian dekatnya perempuan dengan
lingkungann akan membuat lingkungan menjadi terpelihara.4 Tanpa memiliki
kesadaran akan kesehatan lingkungan, perempuan akan terus menerus melakukan
budaya-budaya lama dalam mengelola sampah dan lingkungan seperti membakar
sampah, dan sebagainya.
4.3. Community Development
BKKLBM meskipun tergolong organisai baru dan belum lama berdiri
namun memiliki peran yang cukup vital bagi masyarakat Dusun Badegan. Peran
yang dijalankan antara lain pemberdayaan permpuan dan pengelolaan lingkungan
secara keseluruhan dan bertahap.
Perempuan sebagai ibu rumah tangga dalam keluarga dianggap memiliki
peranan yang sangat penting bagi pendidikan mengenai kesehatan lingkungan
bagi anak-anak generasi masa depan. Perempuan bila diarahkan juga memiliki
kemampuan yang sangat memadai dalam berbagai hal terutama dalam hal
pengelolaan sampah dan lingkungan.
Upaya-upaya yang dilakukan BKKLBM sejalan dengan konsep community
development. Community development pada hakekatnya adalah usaha yang
dilakukan dengan sengaja oleh warga komunitas untuk bekerja sama yang
diarahkan untuk masa depan komunitas itu sendiri.5 BKKLBM dibentuk dan
dikembangkan oleh masyarakat Dusun Badegan demi masa depan lingkungan 4 Prof. DR. Ir. Zoer’aini Djaal Irawan, MS, Besarnya Eskploitasi Perempuan dan Lingkungan di Indonesia, 2009:118 5 Hasim dan Remiswai, Op.Cit, hlm 45
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
96
masyarakat Dusun Badegan. Pengembangan komunitas ala community
development ini memiliki indikator-indikator yang dapat dijadikan acuan dalam
mengembangkan konsep tersebut pada masyarakat secara riil. Kelima aspek
tersebut sebagaimana yang telah penulis sebutkan pada pendahuluan, yakni : (1)
enabling/pemungkin; (2) empowering/penguatan ; (3) protecting/perlindungan;
(4)supporting/penyokong ; (5) fostering/pemeliharaan.
Sejalan dengan konsep tersebut, BKKLBM mendorong perempuan untuk
diberdayakan, bukan diperdayakan. Beberapa fungsi dalam konsep community
development di atas memang belum dapat dipenuhi karena skala yang
pemberdayaan oleh BKKLBM belum terlalu besar, karena terfokus pada
pengelolaan lingkungan. BKKLBM menjalankan fungsi-fungsi tersebut dengan
mengacu pada visi-misi yang ada. Penulis menganalisis peranan BKKLBM
dengan kelima aspek tersebut sebagai indikator keberhasilan program BKKLBM
dalam memberdayakan perempuan dan pengelolaan lingkungan.
1. Pemungkin
BKKLBM sebagai wadah komunitas menciptakan iklim yang
memungkinkan setiap anggota komunitas dapat mengembangan potensi
yang dimiliki. Potensi yang ada pengolahan pupuk, penyediaan tenaga
penyuluh kesehatan lingkungan serta pengelolaan sampah rumah tangga
secara ramah lingkungan dan berkelanjutan (sustainable). Disebut
berkelanjutan karena dengan adanya pengelolaan tersebut sampah rumah
tangga menjadi memiliki nilai jual sehingga dapat menjadi salah satu
alternatif pekerjaan bagi perempuan. BKKLBM membuka peluang usaha
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
97
baru disamping juga menjalankan misi penyelamatan lingkungan dan
pengelolaan sampah. Fungsi ini dapat dijalankan dengan baik meskipun
menurut penulis belum maksimal. Hal ini disebabkan pengurus BKKLBM
sendiri yang belum lengkap serta masih sering terjadi tambal sulam
pengurus. Kondisi tersebut mempengaruhi jalannya program yang
direncanakan.
2. Penguatan/Pemberdayaan
Dengan adanya program-program berkenaan dengan pengelolaan sampah
dan kesehatan lingkungan, hal tersebut menjadi salah satu upaya
pemberdayaan bagi perempuan Dusun Badegan. Karena sebelum
berlangsungnya program terlebih dahulu perempuan-perempuan tersebut
diberikan sosialisai dan pemahaman tentang pentingnya mengelola sampah
dan menjaga lingkungan. Disamping itu, dengan bergabungnya
perempuan-perempuan Dusun Badegan dalam program-program
pengelolaan lingkungan BKKLBM maka mereka akan belajar bagaimana
memecahkan masalah yang dihadapi.
Pemberdayaan berarti memberikan daya, memberikan kemampuan untuk
survive, menciptakan peluan untuk keberdayaan seseorang. Pemberdayaan
perempuan berarti memberikan kemampuan atau menciptakan peluang
bagi perempuan untuk mengaktualisasikan diri. Program-program yang
dijalankan BKKLBM bisa dikategorikan sebagai kegiatan yang
memberdayakan perempuan, karena program-program tersebut
memberikan pengetahuan baru bagi perempuan serta membekali
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
98
perempuan dengan keterampilan sehingga mereka mampu untuk merintis
sebuah usaha mandiri, meskipun dalam skala kecil.
3. Pelindung
Menurut apa yang penulis amati, fungsi ini belum begitu berjalan di dalam
tubuh BKKLBM. Selain karena BKKLBM belum menjadi komunitas
yang besar dan benar-benar mapan. Tambal sulam pengurus, serta tidak
semua pengurus aktif menjalakan perannya menjadi salah satu kendala,
sehingga fungsi ini belum dapat berjalan optimal.
Perlindungan yang diberikan terhadap anggota komunitas BKKLBM
mencakup seperti persaingan yang sehat antar pengrajin dan pemilah
sampah (sampah anorganik), serta tidak adanya diskriminasi atas salah
satu jenis gender. Tidak ada kelompok dalam komunitas yang
mendominasi satu sama lain,boleh dikatakan masih kondusif dan cukup
tertata.
Selain masih belum mapan, BKKLBM juga belum memiliki peraturan
yang tetap dan mengikat (seperti AD/ART,dll), sehingga cenderung ada
beberapa oknum yang menyepelekan atau sengaja melalikan
tanggungjawabnya.
4. Penyokong
Anggota komunitas dan kelompok-kelompok yang ada di dalamnya
(pengrajin, nasabah dan pengelola) mendapatkan pendampingan dalam
bentuk sosialisasi dan pelatihan. BKKLBM juga mengadakan rapat
monitoring dan evaluasi satu bulan sekali sebagai bentuk pendampingan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
99
agar setiap personil dari komunitas dapat berjalan sesuai fungsi masing-
masing. Berdasarkan susunan kepengurusan BKKLBM, fungsi
supporting/penyokong banyak dilakukan oleh penggagas BKKLBM.
Bambang Suwerda, SST, M.Si sebagai penggagas yang juga seorang
praktisi di bidang kesehatan lingkungan menjalankan fungsi supporting
karena selain penggagas beliau dianggap sebagai orang terpelajar yang
sangat paham dengan kesehatan lingkungan. Sehingga baik pengurus
maupun partisipan memberikan kepercayaan lebih kepaada beliau.
5. Pemeliharaan
Fungsi pemeliharaan dilakukan oleh BKKLBM dalam bentuk adanya
peraturan-peraturan dan visi-misi yang menjadi acuan anggota komunitas.
Meski tidak semua anggota komunitas memahami betul apa yang
tercantum dalam visi-misi, peraturan, ataupun ketetapan hasil rapat
bersama. Hal ini dikarenakan tidak semua anggota komunitas aktif dalam
menjalankan perannya. Fungsi pemeliharaan ini menurut penulis masih
belum dapat berjalan optimal. Untuk sekarang, BKKLBM masih
berkonsentrasi untuk membangun kepercayaan masyarakat serta lebih
mematangkan kinerja organisasi. Bila kinerja organisasi sudah mapan
dengan sistem manajemen yang memadai tentu fungsi pemeliharaan ini
akan berjalan secara otomatis.
Community development sebagai salah satu konsep pengembangan
masyarakat merupakan konsep yang bisa diterapkan dengan cukup baik di Dusun
Badegan melalui BKKLBM. BKKLBM menjalankan perannya secara bertahap
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
100
dan terprogram, baik sebagai wadah komunitas yang memberdayakan perempuan
maupun peran dalam pengelolaan lingkungan. Penerapan konsep community
development sangat dipengaruhi oleh kondisi komunitas serta kultur dan sikap
masyarakat setempat.
4.4. Diagram Venn PRA
Diagram venn merupakan salah satu metode yang ada dalam teknik analisis
PRA (Participatory Rural Appraisal). Metode ini digunakan untuk mengurai dan
menganalisis lembaga-lembaga apa saja yang ada di sekitar BKKLBM, baik
lembaga pemerintah, maupun non-pemerintah, sejauh mana mereka berperan serta
seberapa penting lembaga-lembaga tersebut bagi eksistensi BKKLBM. Dalam
diagram venn peran dan penting tidaknya sebuah lembaga dianalogikan dengan
bentuk dan jarak gambar dengan gambar utama. Semakin besar gambar dan
semakin dekat jarak dengan gambar utama menunjukkan bahwa lembaga tersebut
memiliki peranan paling penting serta begitu berpengaruh terhadap jalannya
program. Sebaliknya, bila lembaga digambarka kecil serta jauh dari gambar utama
berarti lembagai tersebut kurang berperan serta tidak terlalu memiliki pengaruh.
Pengamatan yang dilakukan penulis, serta wawancara dari informan
menyebutkan bahwa BKKLBM sejauh ini dalam menjalankan perannya secara
mandiri. Seperti yang telah penulis sebutkan sebelumnya, peran BKKLBM
banyak dibantu oleh masyarakat Dusun Badegan, puskesmas, serta poltekkes
kemenkes, dengan bagan diagram venn seperti dibawah ini
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
101
Dari bagan digram venn tersebut dapat diketahui peran antar lembaga
sebagai supporting sistem bagi BKKLBM. Masyarakat Dusun Badegan dengan
PKK dusun memiliki peran yang paling besar terhadap eksistensi BKKLBM.
Selain sebagai objek, masyarakat juga menjadi pelaku bagi dan pemilik
BKKLBM. Demikian halnya PKK, PKK merupakan pintu masuk bkklb dalam
memberikan sosialisasi kepada masyarakat Dusun Badegan.
Selain masyarakat, puskesmas juga memiliki peran yang penting.
Puskesmas yang dimaksud dalam diagram venn tersebut adalah puskesmas
wilayah kerja Bantul Timur. Puskesmas selain sebagai konsultan dalam hal
kesehatan juga menjadi mitra bagi BKKLBM ketika mengadakan pelatihan
jumantik (juru pantau jentik-jentik), baik jumantik dewasa maupun jumantik cilik.
Mengingat angka penderita DB yang tinggi di wilayah Dusun Badegan, maka
secara berkala pula BKKLBM mengadakan kegiatan pelatihan jumantik sebaga
upaya penanggulangan DB.
BKKLM
Masyarakat Badegan
Poltekkes
Puskesmas
PKK
Kec. Bantul
Pedukuhan
Kel. Bantul
BLH
DPU
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
102
Poltekkes Kementrian Kesehatan RI di Bantul juga memiliki peranan yang
cukup penting. Hal ini dikarenakan instansi tempat Bapak Bambang Suwerda
SST, M.Si mengabdi tersebut banyak memberikan dukungan bagi kemajuan
BKKLBM. Dukungan diberikan dalam bentuk pemberian kebebasan waktu bagi
Bapak Bambang Suwerda,S.ST,M.Si (selaku staff pengajar di lembaga tersebut)
dalam menangani BKKLBM. Poltekkes Kemenkes RI Bantul juga selalu
mempromosikan BKKLBM untuk studi banding maupun kunjungan tamu.
BKKLBM dijadikan contoh pengembangan model pengelolaan kesehatan
lingkungan berbasis masyarakat atau komunitas.
Sedangkan untuk lembaga pemerintahan justru tidak terlalu memberikan
dukungan yang berarti. Badan Lingkungan Hidup (BLH) Kabupaten Bantul
menjadi satu-satuya lembaga yang memiliki peran cukup penting dibandingkan
dengan lembaga pemerintahan lainnya. BLH membantu BKKLBM dalam bentu
penyediaan infrastruktur serta sering bekerja sama dengan BKKLBM sebagai
penyuluh di acara-acara kesehatan lingkungan.
Meskipun tidak semua lembaga memberikan dukungan penuh dan support
yang nyata, namun BKKLBM tetap dapat bertahan bahkan berkembang hingga
sekarang. Sejauh masyarakat Dusun Badegan masih mendukung dan
berpartisipasi maka BKKLBM akan terus mengalami pertumbuhan, meskipun
tanpa support dari instansi resmi pemerintah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
105
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Kehidupan perempuan tidak dapat dilepaskan dari ligkungan hidup.
Peran dan partisipasi perempuan dalam pengelolaan lingkungan khususnya
pengelolaan sampa rumah tangga sangat diperlukan, demi tercipatanya masa
depan lingkungan yang lebih baik. Ekofeminisme menyatakan pentingnya
peranan perempuan bagi kelangsungan bumi.
Sejalan dengan pemikiran tersebut, perempuan di Dusun Badegan
menunjukkan tren positif dari tahun ke tahun dalam hal partisipasi
pengelolaan sampah rumah tangga yang difasilitasi oleh BKKLBM.
Partisipasi perempuan mengalami kenaikan dari tahun pertama
berdirinya bklbm hingga memasuki tahun ketiga. Pengelolaan sampah
rumah tangga dilakukan melalui beberapa tahapan. Tahap pertama memilah
sampah rumah tangga. Sampah organik digunakan untuk membuat kompos
sedangkan sampah anorganik seperti kertas, botol plastik, kaleng dan kaca
ditabung di Bank Sampah Gemah Ripah, salah satu unit pengelolaan
sampah milik BKKLBM.
Meskipun pada awalnya sulit mengajak perempuan untuk lebih peduli
dengan lingkungan namun lambat laun perempuan Dusun Badegan mulai
aktif dalam kegiatan-kegiatan pro lingkungan yang diselenggarakan oleh
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
106
BKKLBM. Salah satu faktor yang paling berpengaruh adalah popularitas
Bambang Suwerda selaku penggagas berdirinya BKKLBM dan bank
sampah gemah ripah. Dua tahun terakhir ini Bambang Suwerda acapkali
dipanggil sebagai narasumber dala kegiatan-kegiatan pelestarian lingkungan
hidup. Selain itu beliau juga meneria beberapa penghargaan atas
terobosannya mendirikan BKKLBM dan bank sampah gemah ripah yang
beracuan pada pengelolaan sampah berbasis komunitas atau masyarakat.
Hal ini sangat berpengaruh pada kepercayaan masyarakat Dusun Badegan
terhadap program-program BKKLBM dan bank sampah gemah ripah.
Partisipasi perempuan Dusun Badegan dalam pengelolaan sampah
tentu tidak lepas dari peran BKKLBM selaku fasilitator. BKKLBM
mengembangkan sebuah terobosan baru dalam pengelolaan sampah yang
melibatkan seluruh elemen masyarakat. BKKLBM memberikan pemahaman
mengenai pengelolaan sampah dari sumbernya kepada masyarakat Dusun
Badegan. Hal tersebut dilakukan dengan cara sosialisasi per rt secara
kontinu yang melibatkan ibu-ibu kader PKK dan Dasawisma. Selain
sosialisasi para pengurus BKKLBM juga tidak segan untuk memberikan
contoh langsung kepada masyarakat. BKKLBM juga mempelopori
penggunaan teknologi sederhana dan tepat guna yang menggunakan bahan-
bahan yang mudah ditemukan di sekitar masyarakat. teknologi tepat guna
yang berwawasan lngkungan tersebut seperti sodis (penggunaan energy
matahari untuk memasak air), pembuatan chlorine diffuser (disinfektan air
sumur), dan sebagainya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
107
Masyarakat Dusun Badegan memang pada awalnya sangat tertutup
dengan langkah-langkah baru yang dilakukan oleh BKKLBM, namun
dengan pendekatan-pendekatan yang gigih dan teru menerus, lambat laun
masyarakat dapat memahami dan menerima. Salah satu kunci sukses
BKKLBM adalah sosialisasi yang terus-menerus. Meskipun BKKLBM
merupakan oranisasi swadaya masyarakat serta kurang mendapat perhatian
dari pemerintah, hal tersebut tidak menyurutkan langkah pengelolanya.
5.1.1. Kesimpulan Empiris
Dampak dari partisipasi perempuan dalam pengelolaan sampah rumah
tangga masing-masing mulai dirasakan setelah mereka akif berpartisipasi pada
kegiatan BKKLBM baik melalui pokja styrofoam, pokja daur ulang plastik
maupun Bank Sampah Gemah Ripah. Perempuan Dusun Badegan
berpartisipasi dengan baik sebagai pengelola maupun anggota. Dampak dari
partisipasi ini selain peningkatan kualitas perempuan melalui penyuluhan dan
sosialiasasi yang dilakukan oleh pengelola BKKLBM juga menjadi salah satu
upaya untuk mempersatukan persaudaraan antar warga masyarakat. sudah
menjadi rahasia umum bila sejak sebelum munculnya BKKLBM terdapat dua
kelompok ibu-ibu Dasawisma di Dusun Badegan yang tidak memiliki
hubungan baik. Secara tidak langsung, partisipasi mereka dalam BKKLBM
mulai dapat mengurangi ketegangan antar kelompok.
Selain dampak dalam hal hubungan sosial antar warga, BKKLBM juga
berdampak pada kesehatan lingkungan di Dusun Badegan serta perkembangan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
108
Dusun Badegan. Dalam hal kesehatan lingkungan, tumpukan sampah liar di
sudut-sudut dusun dapat berkurang cukup drastis sejak banyaknya masyarakat
yang tertarik dan sejalan dengan ide BKKLBM. Angka penderita DB juga
dapat ditekan serta lingkungan menjadi lebih tertata, meskipun pencemaran
udara dengan membakar sampah masih tetap ada beberapa. Kemajuan
kesehatan lingkungan ini paling terlihat di lingkungan RT 12, tempat dimana
terdapat kantor BKKLBM.
Bagi pertumbuhan pedukuhan, BKKLBM sangat berperan
mempromosikan Dusun Badegan, baik di lingkup nasional maupun
internasional, mengingat banyaknya media massa yang pernah mengulas
mengenai sepak terjang BKKLBM. Berawal dari hal tersebut, muncul wacana
untuk menjadikan Dusun Badegan sebagai dusun wisata edukatif kesehatan
lingkungan. Bila hal ini dapat terealisasi, maka perekonomian masyarakat
Dusun Badegan akan mengalami perkembangan pesat. Wacana tersebut kini
masih dalam proses pembahasan lebih lanjut serta penyiapan BKKLBM
sebagai objek agar dapat lebih layak menjadi tujuan wisata.
Partisipasi perempuan Dusun Badegan dalam pengelolaan sampah rumah
tangga terbilamg cukup bagus. Partisipasi tersebut tidak akan terwujud tanpa
adanya peranan BKKLBM dalam memberdayakan perempuan dan pengelolaan
lingkungan. Sehingga kedua hal tersebut saling melengkapi dan menyokong
satu sama lain.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
109
5.1.2. Kesimpulan Teoritis
Penulis dalam penelitian ini menggunakan beberapa teori yang
digunakan sebagai pisau analisis. Masing-masing teori memiliki implikasi yang
berbeda, yang penulis paparkan dibawah ini :
5.1.2.1. Behavioral Sociology
Perilaku masyarakat pada umumnya sangat dipengaruhi oleh
kebiasaan-kebiasaan yang lambat laun menjadi budaya pada masyarakat
tersebut. Demikian halnya dengan perilaku masyarakat terhadap sampah di
Dusun Badegan yang juga dipengaruhi oleh adanya kebiasaann adat maupun
budaya yang ada di masyarakat Dusun Badegan. Perilaku tersebut tercermin
dalam sikap mereka yang antipati terhadap sampah, gemar membuat
jugangan, bermunculannya TPS liar, serta kebiasaan membakar sampah.
Hal tersebut tentu berpengaruh pada partisipasi perempuan. Semenjak
berdirinya BKKLBM, kebiasaan-kebiasaan buruk tersebut mulai banyak
berkurang seiring dengan semakin bertambahnya perempuan yang aktif
berpartisipasi pada kegiatan yang diselenggarakan oleh BKKLBM.
5.1.2.2. Teknik Analisis Harvard
Teknik analisa Harvard merupakan teknik analisis yang menjadi dasar
bagi teknik analisis gender lainnya. Teknik ini digunakan untuk melihat gap
antara laki-laki dan perempuan dalam bidang sosial, hukum, ekonomi,
kesehatan, pengembangan SDM dan sebagainya. Penulis menggunakan
teknik ini untuk melihat gap partisipasi antara laki-laki dan perempuan
penduduk Dusun Badegan dalam hal. Penggunaan teknik ini memudahkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
110
penulis dalam menganalisis sejauh mana partisipasi perempuan di Dusun
Badegan dalam hal pengelolaan sampah rumah tangga, hal ini disebabkan
penggunaan tabel-tabel Harvard yang rinci serta terstruktur. Teknik analisis
ini juga telah memiliki indikator-indikator penilaian yang sangat membantu
penulis dalam merumuskan interview guide. Meski demikian penulis sedikit
memodifikasi teknik ini dengan memberikan persentase pada tabel masing-
masing profil agar dapat menggambarkan secara lebih detil hasil temuan
yang ada di lapangan.
5.1.2.3. Community Development
Community development penulis gunakan untuk menganalisis sejauh
mana peran BKKLBM dalam memberdayakan perempuan dan pengelolaan
lingkungan. Salah satu yang mendasari mengapa penulis memilih
menggunakan teknik ini karena BKKLBM sebagai lembaga otonom ini
memang berbasis komunitas, lahir dari sebuah komunitas yang kemudian
berkembang dan bertujuan memajukan komunitas dalam hal kesehatan
lingkungan. BKKLBM lahir di lingkungan RT 12 yang kemudian
berkembang dan besar bersama masyarakat Pedukuhan Badegan Bantul.
Sehingga teknik ini relatif bisa diterapkan dalam penelitian ini.
BKKLBM juga merupakan wujud adanya aksi bersama (collective
action) dalam hal mengelola lingkungan hidup sebagaimana tercantum
dalam jurnal .1
1 Lihat hlm
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
111
5.1.2.4. Digram Venn PRA
Diagram venn merupakan bagan yang menggambarkan hubungan
antara satu lembaga dengan lembaga yang lain. Diagram venn ini penulis
gunakan untuk menganalisis hubungan antar lembaga, antara BKKLBM
dengan lembaga-lembaga yang berperan, antara BKKLBM dengan
masyarakat dan sebagainya. Dengan menggunakan diagram venn ini akan
terlihat sejauhmana perena lembaga tersebut serta seberapa besar peran
mereka.
5.1.3. Kesimpulan Metodologis
Penelitian kualitatif ini menggunakan metode studi kasus. Studi kasus
digunakan untuk meneliti sebuah fenomena kontemporer di dalam
kehidupan nyata. Sebuah studi kasus haruslah memenuhi dua hal, yakni
spesifik dan jelas batasannya. Pada penelitian ini, penulis berusaha
memaparkan tentang partisipasi perempuan dalam pengelolaan sampah
melalui BKKLBM serta peran BKKLBM itu sendiri.
Teknik pengumpulan data yang dilakukan penulis adalah dengan
melakukan observasi partisipatoris, wawancara serta dokumentasi. Penulis
menetap selama kurang lebih enam minggu di Dusun Badegan untuk
mengetahui lebih detail serta mengamati hal-hal yang berkaitan dengan
penelitian ini. Wawancara dan pendokumentasian juga dilakukan untuk
menunjang kelengkapan data.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
112
Dalam teknik pengambilan sampel penulis menggunakan teknik
purposive sampling dan snowball sampling. Sehingga peneliti dapat
memilih sampel yang memang kredibel serta dibantu dengan rekomendasi
dari informan kunci. Snowball sampling sangat membantu penulis pada
awal menetap di sana, karena penulis belum terlalu mengenal medan
penelitian. Adanya rekomendasi-rekomendasi dari informan kunci sangat
membantu penulis dalam memnentukan infoeman pada penelitian ini.
Dengan perpaduan keduanya penulis dapat mendapatkan informan yang
representatif serta koperatif ketika proses pengumpulan data. Informan
penelitian ini berasal dari tiga pihak, yakni dari pihak BKKLBM,
masyarakat Dusun Badegan atau partisipan BKKLBM, serta dari pihak
pemerintahan. Hal ini bertujuan untuk memudahkan penulis dalam uji
validitas data. Trianggulasi konstruk digunakan sebagai uji validitas data,
hal ini umum dipakai dalam penelitian studi kasus. Salah satu poin dari
trianggulasi konstruk adalah penggunaan multi sumber bukti. Sehingga
penulis menggunakan sumber bukti lebih dari dua untuk melakukan uji
validitas data.
Pengolahan data dilakukan segera setelah peneliti memperoleh data
yang dibutuhkan. Proses analisis dan penarikan kesimpulan dilakukan
secara terus menerus selama penelitian masih berlangsung maupun pada
masa penyusunan laporan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
113
5.2. Saran
Sebagai penutup pada laporan penelitian skripsi ini, penulis
memaparkan beberapa saran yang semoga dapat bermanfaat serta dapat
ditindaklanjuti.
Untuk BKKLBM
1. Sebagai sebuah organisasi swadaya hendaknya BKKLBM mulai
menata ulang kondisi internal BKKLBM. Permasalahn pengurus yang
masih sering tambal sulam pengelola harus segera dicarikan jalan
keluar dengan cara mencari orang-orang yang memang sesuai pada
posisinya. Dengan demikian kualitas BKKLBM akan semakin
meningkat. Bila kualitas meningkat kepercayaan masyarakat akan
semakin bertambah yang tentu juga berdampak pada pasrtispasi
perempuan.
2. BKKLBM yang semula merupakan organisasi nirlaba dapat
dikembangkan secara lebih professional. Dengan demikian setiap
bulannya terdapat kas tetap melalui usaha-usaha yang dikelola oleh
BKKLBM. Hal ini dapat memperkuat kondisi keuangan organisasi
yang tentu saja sangat berdampak pada berjalannya program-program
organisasi.
3. Pemberian insentif tetap bagi pengelola hendaknya perlu direalisasikan,
tentunya dengan melihat kondisi keuangan BKKLBM. Hal ini bertujuan
agar nilai sampah dapat dinikmati secara sustainable, serta
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
114
membuktikan bahwa melalui pengelolaan sampah dan lingkungan dapat
menjadi lahan pekerjaan baru.
4. Perlunya BKKLBM bekerja sama secara resmi dengan instansi-instansi
pemerintah maupun swasta yang kredibel serta memiliki konsentrasi
dalam hal kesehatan lingkungan masyarakat. Kerja sama diperlukan
agar posisi BKKLBM semakin kuat dan mendapatkan lebih banyak
kepercayaan dari berbagai pihak.
Untuk Pemerintah
1. Bagi pemerintah, baik lingkup dusun, kelurahan, kecamatan maupun
kebupaten, hendaknya memberikan dukungan yang riil bagi BKKLBM
sehingga konsep yang diusung BKKLBM ini dapat berkembang dan
digunakan secara massal.
2. Perlunya digagas sebuah peraturan daerah yang mengacu pada UU no
18 tahun 2008, mengenai pengelolaan sampah yang berasal dari
sumbernya sebagaimana konsep yang diterapkan oleh BKKLBM.
Dengan demikian semua permasalahan sampah di Kabupaten Bantul
secara perlahan dapat teratasi.
3. Adanya peraturan daerah memungkinkan Pemkab Bantul menetapkan
sanksi bagi pelanggar kesehatan lingkungan misalnya sanksi bagi
pembakar sampah, penimbun sampah ataupun sanksi bagi pembuang
sampah sembarangan. Hal tersebut sangat membantu mewujudkan
lingkungan yang asri dan terhindar dari masalah di masa mendatang.