pasal 53 uu ptu.doc

30
Pasal 53 UU PTUN menyatakan bahwa yang menjadi objek Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN) adalah Keputusan Tata Usaha Negara (KTUN), sementara Pasal 1 ayat 3 UU PTUN menyatakan KTUN merupakan penetapan tertulis dari Pejabat Pemerintah yang menyangkut hal atau obyek tertentu, dengan subjek keputusan yang jelas dan bukan ditujukan untuk umum, serta sudah dapat menimbulkan akibat hukum. Surat keputusan, surat biasa, memo dan surat sakti atau referensi, yang telah memenuhi syarat- syarat tersebut dapat digugat dalam PTUN. Namun demikian, dalam UU 9/2004 diperjelas kembali jenis-jenis KTUN yang tidak dapat di gugat dalam PTUN yakni: 1. KTUN yang merupakan perbuatan hukum perdata misalkan masalah jual beli antara instansi pemerintah dengan perseorangan atau badan hukum yang didasarkan hukum perdata. 2. KTUN yang merupakan pengaturan yang bersifat umum misalkan peraturan hukum berisi norma-norma yang mengikat semua orang. 3. KTUN yang masih memerlukan persetujuan misalkan keputusan yang masih harus disetujui

Upload: putra-krisnha

Post on 24-Jan-2016

25 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Pasal 53 UU PTU.doc

Pasal 53 UU PTUN menyatakan bahwa yang

menjadi objek Pengadilan Tata Usaha Negara

(PTUN) adalah Keputusan Tata Usaha Negara

(KTUN), sementara Pasal 1 ayat 3 UU PTUN

menyatakan KTUN merupakan penetapan tertulis

dari Pejabat Pemerintah yang menyangkut hal

atau obyek tertentu, dengan subjek keputusan

yang jelas dan bukan ditujukan untuk umum,

serta sudah dapat menimbulkan akibat hukum.

Surat keputusan, surat biasa, memo dan surat

sakti atau referensi, yang telah memenuhi syarat-

syarat tersebut dapat digugat dalam PTUN.

Namun demikian, dalam UU 9/2004 diperjelas

kembali jenis-jenis KTUN yang tidak dapat di

gugat dalam PTUN yakni:

1. KTUN yang merupakan perbuatan hukum

perdata misalkan masalah jual beli antara instansi

pemerintah dengan perseorangan atau badan

hukum yang didasarkan hukum perdata.

2. KTUN yang merupakan pengaturan yang

bersifat umum misalkan peraturan hukum berisi

norma-norma yang mengikat semua orang.

3. KTUN yang masih memerlukan persetujuan

misalkan keputusan yang masih harus disetujui

oleh instansi lain.

Page 2: Pasal 53 UU PTU.doc

4. KTUN berdasarkan ketentuan KUHP.

5. KTUN yang dikeluarkan atas dasar hasil

pemeriksaan badan peradilan berdasarkan

ketentuan peraturan perundang-undangan yang

berlaku.

6. KTUN mengenai tata usaha Tentara Nasional

Indoensia

7. Keputusan Komisi Pemilihan Umum baik pusat

maupun daerah mengenai hasil pemilihan umum.

Sengketa Tata Usaha Negara dikenal dengan dua

macam cara antara lain:

I. Melalui Upaya Administrasi:

1. Definisi

Upaya administratif adalah suatu prosedur yang

dapat ditempuh oleh seorang atau badan hukum

perdata apabila ia tidak puas terhadap suatu

Keputusan Tata Usaha Negara (Penjelasan Pasal

48 ayat (1) UU No. 5/1986 sebagaimana telah

dirubah oleh UU No. 9/2004).

2. Dasar Hukum

Di dalam UU No. 5/1986 sebagaimana telah

dirubah oleh UU No. 9/2004 diatur dalam Pasal

48, yang berbunyi:

(1) Dalam hal suatu Badan atau Pejabat Tata

Page 3: Pasal 53 UU PTU.doc

Usaha Negara diberi wewenang oleh atau

berdasarkan peraturan perundang-undangan

untuk menyelesaikan secara administratif

sengketa Tata Usaha Negara tertentu, maka batal

atau tidak sah, dengan atau tanpa disertai

tuntutan ganti rugi dan/administratif yang

tersedia.

(2) Pengadilan baru berwenang memeriksa,

memutus, dan menyelesaikan sengketa Tata

Usaha Negara sebagaimana dimaksud dalam ayat

(1) jika seluruh upaya administratif yang

bersangkutan telah digunakan.

3. Bentuk Upaya Administrasi serta cara

penilaian:

Berdasarkan penjelasan Pasal 48 UU No. 5/1986

sebagaimana telah dirubah oleh UU No. 9/2004,

disebutkan adanya dua bentuk upaya

administrasi, yaitu:

(1) Banding administratif

Jika seseorang atau badan hukum perdata tidak

puas dengan suatu Keputusan Tata Usaha

Negara, maka dapat melakukan upaya

administrasi. Prosedur upaya administrasi

tersebut harus dilaksanakan di dalam lingkungan

pemerintahan sendiri. Dalam hal penyelesaiannya

Page 4: Pasal 53 UU PTU.doc

harus dilakukan oleh instansi lain dari yang

mengeluarkan Keputusan yang bersangkutan,

maka prosedur tersebut dinamakan ”Banding

Administrasi”.

Contoh banding administratif antara lain:

– Keputusan Majelis Pertimbangan Pajak

berdasarkan ketentuan-ketentuan dalam

staatsblad 1912 Nr 29 (Regeling van het beroep

in belastings zaken) jo. Undang-undang Nomor 5

Tahun 1959 tentang perubahan “Regeling van het

beroep in belastings zaken”, Keputusan Badan

Pertimbangan Kepegawaian berdasarkan

Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 1980

tentang Peraturan Disiplin Pegawai Negeri Sipil.

– Keputusan Panitia Penyelesaian perselisihan

Perburuhan Pusat Berdasarkan Undang-undang

Nomor 22 Tahun 1957 tentang penyelesaian

Perselisihan Perburuhan dan Undang-undang

Nomor 12 Tahun 1964 tentang Pemutusan

Hubungan Kerja di Perusahaan Swasta. Keputusan

Gubemur berdasarkan pasal10 Ayat (2) Undang-

undang Gangguan Staatsblad 1926 No. 226.

(2) Keberatan

Adalah suatu prosedur penyelesaian Keputusan

Tata Usaha Negara yang harus dilakukan sendiri

Page 5: Pasal 53 UU PTU.doc

oleh Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara yang

mengeluarkan Keputusan tersebut.

Contoh:

– Pasal 27 UU No.9/1994 tentang Ketentuan-

Ketentuan Umum Perpajakan.

Prosedurnya dilakukan dengan penilaian secara

lengkap oleh instansi yang mengurus, Lengkap di

sini berarti dinilai dari segi hukum dan dari

kebijaksanaan, sedangkan penilaian di Pengadilan

hanya dari segi hukum saja.

i. Cara Untuk Membedakan Suatu Sengketa Harus

Diselesaikan Melalui Banding Administratif atau

Keberatan

Untuk dapat membedakannya, maka dapat dilihat

dari pejabat atau instansi yang berwenang

menyelesaikannya. Atas hal ini terbagi atas dua

kemungkinan, yaitu:

1. Banding Administratif, apabila diselesaikan

oleh instansi atasan pejabat yang mengeluarkan

keputusan tata usaha negara tersebut atau

instansi yang lainnya dari badan atau pejabat tata

usaha negara yang mengeluarkan keputusan tata

usaha negara.

2. Keberatan, apabila diselesaikan oleh instansi

atau pejabat yang mengeluarkan Keputusan Tata

Page 6: Pasal 53 UU PTU.doc

Usaha Negara.

ii. Upaya Hukum Atas Upaya Hukum Administrasi

dan Keberatan

Pada Penjelasan Pasal 48 Ayat (2) UU No. 5/1986

sebagaimana telah dirubah oleh UU No. 9/2004,

dinyatakan bahwa:

“Apabila seluruh prosedur dan kesempatan

tersebut pada penjelasan ayat (1) telah ditempuh,

dan pihak yang bersangkutan masih tetap belum

merasa puas, maka barulah persoalannya dapat

digugat dan diajukan ke Pengadilan”.

Upaya yang dapat ditempuh tersebut antara lain:

a. Setelah upaya Banding administratif, maka

dapat mengajukan gugatan ke Pengadilan Tinggi

Tata Usaha Negara sebagai Pengadilan Tingkat I/

pertama (Pasal 51 ayat (3) UU No. 5/1986

sebagaimana telah dirubah oleh UU No. 9/2004).

b. Setelah melalui upaya Keberatan, maka dapat

mengajukan gugatan ke Pengadilan Tata Usaha

Negara.

iii. Sisi Positif dan Negatif Atas Lembaga Upaya

Administratif’

– Sisi positif lembaga upaya administratif adalah:

Menilai lengkap suatu keputusan, baik dari aspek

legalitas (rechtmatigheid) maupun aspek

Page 7: Pasal 53 UU PTU.doc

opportunitas (doelmatigheid), sehingga para

pihak tidak dihadapkan pada hasil keputusan

menang atau kalah seperti halnya di Pengadilan,

tapi dengan pendekatan musyawarah.

– Sisi negatif lembaga upaya administratif

adalah:

Permasalahan dapat saja terjadi pada tingkat

obyektivitas penilaian. Hal ini karena badan Tata

Usaha Negara yang menerbitkan surat Keputusan

bisa saja terkait kepada kepentingannya secara

langsung ataupun tidak langsung kepada

Keputusan yang dikeluarkannya tersebut.

Bergesernya kedudukan Pengadilan Tinggi Tata

Usaha Negara menjadi instansi pertama terhadap

sengketa yang menempuh banding administratif,

dapat mengakibatkan:

– Pencari keadilan akan kehilangan satu tingkatan

atau kesempatan memperoleh saluran Peradilan

Administrasi;

– Ada kemungkinan sebagian besar sengketa

administrasi akan lebih banyak mengalir ke

Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara.

iv. Skema Proses Penyelesaian Upaya Administrasi

4.

II. Melalui Gugatan (vide pasal 1 angka 5 jo pasal

Page 8: Pasal 53 UU PTU.doc

53 UU no. 5 tahun 1986)

Apabila di dalam ketentuan perundang-undangan

yang berlaku tidak ada kewajiban untuk

menyelesaikan sengketa Tata Usaha Negara

tersebut melalui Upaya Administrasi, maka

seseorang atau Badan Hukum Perdata tersebut

dapat mengajukan gugatan ke Pengadilan Tata

Usaha Negara.

Subjek atau pihak-pihak yang berperkara di

Pengadilan Tata Usaha Negara ada 2 pihak, yaitu:

· Pihak penggugat, yaitu seseorang atau Badan

Hukum Perdata yang merasa kepentingannya

dirugikan dengan dikeluarkannya Keputusan tata

Usaha Negara oleh Badan atau Pejabat Tata

Usaha Negara baik di pusat atau di daerah.

· Pihak Tergugat, yaitu Badan atau Pejabat Tata

Usaha Negara yang mengeluarkan Keputusan

berdasarkan wewenang yang ada padanya atau

yang dilimpahkan kepadanya.

HAK PENGGUGAT:

1. Mengajukan gugatan tertulis kepada PTUN

terhadap suatu Keputusan Tata Usaha Negara.

(pasal 53)

2. Didampingi oleh seorang atau beberapa orang

kuasa (pasal 57)

Page 9: Pasal 53 UU PTU.doc

3. Mengajukan kepada Ketua Pengadilan untuk

bersengketa cuma-cuma (pasal 60)

4. Mendapat panggilan secara sah (pasal 65).

5. Mengajukan permohonan agar pelaksanaan

keputusan TUN itu ditunda selama pemeriksaan

sengketa TUN sedang berjalan, sampai ada

putusan pengadilan yang memperoleh kekuatan

hukum tetap (pasal 67).

6. Mengubah alasan yang mendasari gugatannya

hanya sampai dengan replik asal disertai alasan

yang cukup serta tidak merugikan kepentingan

tergugat (pasal 75 ayat 1)

7. Mencabut jawaban sebelum tergugat

memberikan jawaban (pasal 76 ayat 1)

8. Mempelajari berkas perkara dan surat-surat

resmi lainnya yang bersangkutan di kepaniteraan

dan membuat kutipan seperlunya (pasal 81)

9. Membuat atau menyuruh membuat salinan

atau petikan segala surat pemeriksaan

perkaranya, dengan biaya sendiri setelah

memperoleh izin Ketua Pengadilan yang

bersangkutan (pasal 82)

10. Mengemukakan pendapat yang terakhir

berupa kesimpulan pada saat pemeriksaan

sengketa sudah diselesaikan (pasal 97 ayat 1)

Page 10: Pasal 53 UU PTU.doc

11. Mencantumkan dalam gugatannya

permohonan kepada Pengadilan supaya

pemeriksaan sengketa dipercepat dalam hal

terdapat kepentingan penggugat yang cukup

mendesak yang harus dapat disimpulkan dari

alasan-alasan permohonannya (pasal 98 ayat 1)

12. Mencantumkan dalam gugatannya

permohonan ganti rugi (pasal 120)

13. Mencantumkan dalam gugatannya

permohonan rehabilitasi (pasal 121)

14. Mengajukan permohonan pemeriksaan

banding secara tertulis kepada Pengadilan Tinggi

TUN dalam tenggang waktu empat belas hari

setelah putusan Pengadilan TUN diberitahukannya

secara sah (pasal 122)

15. Menyerahkan memori banding dan atau

kontra memori banding serta surat keterangan

bukti kepada Panitera Pengadilan TUN dengan

ketentuan bahwa salinan memori banding dan

atau kontra memori banding diberikan kepada

pihak lainnya dengan perantara Panitera

Pengadilan (pasal 126 ayat 3)

16. Mengajukan permohonan pemeriksaan kasasi

secara tertulis kepada MA atas suatu putusan

tingkat terakhir Pengadilan (pasal 131)

Page 11: Pasal 53 UU PTU.doc

17. Mengajukan permohonan pemeriksaan

peninjauan kembali kepada MA atas suatu

putusan Pengadilan yang telah memperoleh

kekuatan hukum tetap (pasal 132)

KEWAJIBAN PENGGUGAT:

Membayar uang muka biaya perkara (pasal 59)

HAK TERGUGAT:

1. Didampingi oleh seorang atau beberapa orang

kuasa (pasal 57)

2. Mendapat panggilan secara sah (pasal 65)

3. Mengubah alasan yang mendasari jawabannya

hanya sampai dengan duplik asal disertai alasan

yang cukup serta tidak merugikan kepentingan

penggugat (pasal 75 ayat 2)

4. Apabila tergugat sudah memberikan jawaban

atas gugatan, pencabutan gugatan oleh

penggugat akan dikabulkan olen pengadilan

hanya apabila disetujui tergugat (pasal 76 ayat 2)

5. Mempelajari berkas perkara dan surat-surat

resmi lainnya yang bersangkutan di kepaniteraan

dan membuat kutipan seperlunya (pasal 81)

6. Mengemukakan pendapat yang terakhir berupa

kesimpulan pada saat pemeriksaan sengketa

sudah diselesaikan (pasal 97 ayat 1)

7. Bermusyawarah dalam ruangan tertutup untuk

Page 12: Pasal 53 UU PTU.doc

mempertimbangkan segala sesuatu guna putusan

sengketa tersebut (pasal 97 ayat 2)

8. Mengajukan permohonan pemeriksaan banding

secara tertulis kepada Pengadilan Tinggi TUN

dalam tenggang waktu empat belas hari setelah

putusan Pengadilan TUN diberitahukannya secara

sah (pasal 122)

9. Menyerahkan memori banding dan atau kontra

memori banding serta surat keterangan bukti

kepada Panitera Pengadilan TUN dengan

ketentuan bahwa salinan memori banding dan

atau kontra memori banding diberikan kepada

pihak lainnya dengan perantara Panitera

Pengadilan (pasal 126 ayat 3)

10. Mengajukan permohonan pemeriksaan kasasi

secara tertulis kepada MA atas suatu putusan

tingkat terakhir Pengadilan (pasal 131)

11. Mengajukan permohonan pemeriksaan

peninjauan kembali kepada MA atas suatu

putusan Pengadilan yang telah memperoleh

kekuatan hukum tetap (pasal 132)

KEWAJIBAN TERGUGAT:

1. Dalam hal gugatan dikabulkan, badan/pejabat

TUN yang mengeluarkan Keputusan TUN wajib

(pasal 97 ayat 9):

Page 13: Pasal 53 UU PTU.doc

a. Mencabut Keputusan TUN yang bersangkutan;

atau

b. Mencabut Keputusan TUN yang bersangkutan

dan menerbitkan Keputusan TUN yang baru;

c. Menerbitkan Keputusan TUN dalam hal

gugatan didasarkan pada pasal 3

2. Apabila tidak dapat atau tidak dapat dengan

sempurna melaksanakan putusan Pengadilan yang

telah mempunyai kekuatan hukum tetap

disebabkan oleh berubahnya keadaan yang terjadi

setelah putusan Pengadilan dijatuhkan dan atau

memperoleh kekuatan hukum tetap, ia wajib

memberitahukannya kepada Ketua Pengadilan dan

penggugat (pasal 117 ayat 1)

3. Memberikan ganti rugi dalam hal gugatan

penggugat atas permohonan ganti rugi

dikabulkan oleh Pengadilan (pasal 120)

4. Memberikan rehabilitasi dalam hal gugatan

penggugat atas permohonan rehabilitasi

dikabulkan oleh Pengadilan (pasal 121)

4. PROSEDUR PENERIMAAN GUGATAN DI PTUN

UU PTUN tidak mengatur secara tegas dan

terperinci tentang prosedur dan penerimaan

Perkara Gugatan di PTUN yang harus ditempuh

oleh seseorang atau Badan Hak Perdata yang

Page 14: Pasal 53 UU PTU.doc

akan mengajukan /memasukkan gugatan di

Pengadilan Tata Usaha Negara, namun pokok-

pokok yang dapat diuraikan adalah sebagai

berikut:

1. Tempat Mengajukan Gugatan

Gugatan yang telah disusun / dibuat

ditandatangani oleh Penggugat atau Kuasanya,

kemudian didaftarkan di Panitera Pengadilan Tata

Usaha Negara yang berwenang sesuai dengan

ketentuan Pasal 54.

Ayat (1) Gugatan Sengketa Tata Usaha Negara

diajukan kepada Pengadilan yang berwenang yang

daerah hukumnya meliputi tempat kedudukan

Tergugat

Ayat (2) Apabila Tergugat lebih dari satu Badan

atau Pejabat Tata Usaha Negara dan

berkedudukan tidak dalam satu faerah Hukum

Pengadilan, Gugatan diajukan kepada Pengadilan

yang daerah hukumnya meliputi kedudukan salah

satu Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara

Ayat (3) Dalam hal tempat kedudukan Tergugat

tidak berada dalam daerah hukum Pengadilan

tempat kediaman Pengugat, maka Gugatan dapat

diajukan ke Pengadilan yang daerah hukumnya

meliputi tempat kediaman Penggugat selanjutnya

Page 15: Pasal 53 UU PTU.doc

diteruskan kepada Pengadilan yang bersangkutan.

Ayat (4) Dalam hal-hal tertentu sesuai dengan

sifat sengketa Tata Usaha Negara yang

bersangkutan yang diatur dengan Peraturan

Pemerintah, Gugatan dapat diajukan kepada

Pengadilan yang berwenang yang daerah

hukumnya meliputi tempat kediaman Penggugat

Ayat (5) Apabila Penggugat dan Tergugat

berkedudukan atau berada di luar negeri,

Gugatan diajukan kepada Pengadilan di Jakarta.

Ayat (6) Apabila Tergugat berkedudukan di dalam

negeri dan Penggugat di luar negeri, Gugatan

diajukan kepada Pengadilan ditempat kedudukan

Tergugat.

2. Administrasi di Pengadilan Tata Usaha Negara

Panitera yang telah menerima Pengajuan Gugatan

tersebut kemudian meneliti Gugatan apakah

secara formal telah sesuai dengan syarat-syarat

sebagaimana ditentukan oleh Pasal 56 UU No.5

tahun 1986, apabila ada kekuranglengkapan dari

Gugatan tersebut Panitera dapat menyarankan

kepada Penggugat atau Kuasanya untuk

melengkapinya dalam waktu yang telah

ditentukan paling lambat dalam waktu 30 hari

baik terhadap Gugatan yang sudah lengkap

Page 16: Pasal 53 UU PTU.doc

ataupun belum lengkap selanjutnya Panitera

menaksir biaya panjer ongkos perkara yang harus

dibayar oleh Penggugat atau Kuasanya yang

diwujudkan dalam bentuk SKUM (Surat Kuasa

Untuk Membayar) atau antara lain:

– Biaya Kepaniteraan

– Biaya Materai

– Biaya Saksi

– Biaya Saksi Ahli

– Biaya Alih Bahasa

– Biaya Pemeriksaan Setempat

– Biaya lain untuk Penebusan Perkara

Gugatan yang telah dilampiri SKUM tersebut

kemudian diteruskan ke Sub bagian Kepaniteraan

Muda Perkara untuk penyelesaian perkara lebih

lanjut.

Atas dasar SKUM tersebut kemudian Penggugat

atau kuasanya dapat membayar di kasir (dibagian

Kepaniteraan Muda Perkara) dan atas

pembayaran tersebut kemudian dikeluarkan,

kwitansi pembayarannya. Gugatan yang telah

dibayar panjer biaya perkara tersebut kemudian

didaftarkan didalam buku register perkara dan

mendapat nomor register perkara.

Gugatan yang sudah didaftarkan dan mendapat

Page 17: Pasal 53 UU PTU.doc

nomor register tersebut kemudian dilengkapi

dengan formulir-formulir yang diperlukan dan

Gugatan tersebut diserahkan kembali kepada

Panitera dengan buku ekspedisi penyerahan

berkas.

Selanjutnya berkas perkara gugatan tersebut oleh

Panitera diteruskan / diserahkan kepada Ketua

Pengadilan untuk dilakukan Penelitian terhadap

Gugatan tersebut, yaitu dalam proses dismissal

ataupun apakah ada permohonan penundaan

pelaksanaan Keputusan Tata Usaha Negara yang

digugat, beracara cepat maupun ber-acara

Cuma-Cuma.

5. PROSES PEMERIKSAAN GUGATAN DI PTUN

Di Pengadilan Tata Usaha Negara suatu gugatan

yang masuk terlebih dahulu harus melalui

beberapa tahap pemeriksaan sebelum

dilaksanakan Pemeriksaan didalam Persidangan

yang terbuka untuk umum. Apabila dilihat dari

Pejabat yang melaksanakan pemeriksaan ada 3

(tiga) Pejabat yaitu Panitera, Ketua dan Hakim/

Majelis Hakim, akan tetapi apabila dilihat dari

tahap-tahap materi gugatan yang diperiksa ada 4

tahap pemeriksaan yang harus dilalui:

Tahap I

Page 18: Pasal 53 UU PTU.doc

Adalah Tahap penelitian administrasi dilaksanakan

oleh Panitera atau Staf panitera yang ditugaskan

oleh Panitera untuk melaksanakan Penilaian

administrasi tersebut

Tahap II

Dilaksanakan oleh Ketua Pengadilan Tata Usaha

Negara, dan pada tahap ke-II tersebut Ketua

memeriksa gugatan tersebut antara lain:

a. Proses Dismissal: yaitu memeriksa gugatan

tersebut apakah gugatannya terkena dismissal.

Apabila terkena maka berdasar pasal 62 UU

PTUN, artinya gugatan tidak diterima dan Ketua

dapat mengeluarkan Penetapan Dismissal.

Sedangkan apabila tidak, ternyata gugatan

tersebut tidak memenuhi salah satu syarat

dismissal, makaperkara tersebut dapat diperiksa

dengan acara biasa dan dapat pula ditunjuk

Hakim/Majelis Hakim yang memeriksa, memutus,

dan menyelesaikan sengketa Tata Usaha Negara

yang berupa gugatan ke Pengadilan Tata Usaha

Negara.

b. Ketua dapat juga memeriksa apakah didalam

gugatan tersebut ada Permohonan Penundaan

Pelaksanaan Keputusan Tata Usaha Negara yang

digugat atau tidak dan sekaligus dapat

Page 19: Pasal 53 UU PTU.doc

mengeluarkan penetapan.

c. Ketua dapat juga memeriksa apakah ada

permohonan Pemeriksaan dengan Cuma-Cuma

dan mengeluarkan Penetapan

d. Ketua dapat juga memeriksa apakah dalam

gugatan tersebut ada permohonan untuk

diperiksa dengan acara cepat ataukah tidak.

e. Ketua dapat pula menetapkan bahwa gugatan

tersebut diperiksa dengan acara biasa dan

sekaligus menunjuk Majelis Hakim yang

memeriksanya.

Tahap III

Setelah Majelis Hakim menerima berkas perkara

sesuai dengan Penetapan Penunjukan Majelis

Hakim yang menyidangkan perkara tersebut yang

dikeluarkan oleh Ketua PTUN.

Tahap IV

Setelah dilaksanakan Pemeriksaan Penetapan

terhadap gugatan kemudian Majelis menetapkan

untuk Pemeriksaan gugatan tersebut didalam

persidangan.yang terbuka untuk umum.

6. PENCABUTAN GUGATAN DI PTUN

Terhadap gugatan yang sudah didaftarkan di

Pengadilan Tata Usaha Negara dan sudah

membayar serta mendapatkan nomor register

Page 20: Pasal 53 UU PTU.doc

masih dapat dicabut kembali oleh Penggugat

atau kuasanya.

Ketentuan yang mengatur tentang pencabutan

gugatan tersebut adalah pasal 76 UU PTUN, yang

antara lain berbunyi sebagai berikut:

Ayat (1)

Penggugat dapat sewaktu-waktu mencabut

gugatannya sebelum tergugat memberikan

jawaban

Ayat (2)

Apabila tergugat sudah memberikan jawaban atas

gugatan itu pencabutan oleh akan dikabulkan

oleh Pengadilan hanya apabila disetujui Tergugat.

Disamping ketentuan diatas, ternyata dalam

praktek dapat terjadi yaitu ”Pencabutan Gugatan”

disebabkan karena antara pihak-pihak telah

terjadi ”perdamaian diluar sidang”. Terkait

dengan dikabulkannya permohonan pencabutan

gugatan, meskipun tidak diatur secara jelas oleh

Pasal 76 UU PTUN, namun dalam prakteknya

telah ditempuh cara-cara sebagai berikut:

1. Permohonan pencabutan gugatan tersebut

agar dibuat secara tertulis ditujukan kepada

Ketua/Majelis Hakim Pengadilan Tata Usaha

Negara yang bersangkutan

Page 21: Pasal 53 UU PTU.doc

2. Untuk adanya kepastian hukum maka

dikabulkannya permohonan pencabutan gugatan

tersebut dibuat dalam bentuk Penetapan

3. Dalam hal gugatan tersebut telah dikeluarkan

Penetapan Penundaan Pelaksanaan Keputusan

Tata Usaha Negara maupun oleh Majelis Hakim,

maka mengabulkan permohonan pencabutan

gugatan tersebut dibuat Penetapan

4. Penetapan yang berisi mengabulkan

permohonan pencabutan gugatan tersebut

diucapkan dalam sidang yang terbuka untuk

umum dan dibuat berita acara.

7. INTERVENSI DALAM SENGKETA TATA USAHA

NEGARA

Intervensi didalam Undang-undang No.5 tahun

1986 jo Undang-undang No.9 tahun 2004 diatur

didalam Pasal 83, yaitu sebagai berikut:

Ayat (1) Selama pemeriksaan berlangsung, setiap

orang yang berkepentingan dalam sengketa pihak

lain yang sedang diperiksa oleh Pengadilan, baik

atas prakarsa sendiri, maupun atas prakarsa

Hakim, dapat masuk dalam sengketa Tata Usaha

Negara, dan bertindak sebagai:

a. Pihak yang membela sengketa haknya atau

b. Peserta yang bergabung dengan salah satu

Page 22: Pasal 53 UU PTU.doc

pihak yang bersengketa.

Ayat (2). Permohonan sebagaimana dimaksud

dalam ayat (1) dapat dikabulkan oleh Pengadilan

dengan putusan yang dicantumkan dalam berita

acara siding.

Ayat (3). Permohonan banding terhadap putusan

Pengadilan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2)

tidak dapat diajukan tersendiri, tetapi harus

bersama-sama dengan permohonan banding

terhadap putusan akhir dalam pokok sengketa.

Bunyi penjelasan pasal 83 Undang-undang No.5

tahun 1986 adalah sebagai berikut:

Ayat (1-2). Pasal ini mengatur kemungkinan bagi

seseorang atau Badan Hukum Perdata yang

berada diluar pihak yang sedang berperkara

untuk ikut serta atau diikutsertakan dalam proses

pemeriksaan perkara yang sedang berjalan.

Masuknya pihak ketiga tersebut dalam hal

sebagai berikut:

1. Pihak ketiga itu dengan kemauan sendiri ingin

mempertahankan atau membela hak dan

kepentingannya agar ia jangan sampai dirugikan

oleh putusan Pengadilan dalam sengketa yang

sedang berjalan.

Untuk itu ia harus mengajukan permohonan

Page 23: Pasal 53 UU PTU.doc

dengan mengemukakan alasan serta hal yang

dituntutnya.

Putusan sela pengadilan atas permohonan

tersebut dimasukkan dalam berita acara siding.

Apabila permohonan itu dikabulkan, ia dipihak

ketiga akan berkedudukan sebagai pihak yang

mandiri dalam proses perkara itu dan disebut

sebagai Penggugat Intervensi.

Apabila permohonan itu tidak dikabulkan, maka

terhadap Putusan Sela Pengadilan itu tidak dapat

dimohonkan banding.

Sudah barang tentu pihak ketiga tersebut masih

dapat mengajukan gugatan baru diluar proses

yang sedang berjalan asalkan ia dapat

menunjukan bahwa ia berkepentingan untuk

mengajukan gugatan itu dan gugatannya

memenuhi syarat.

2. Ada kalanya masuknya pihak ketiga dalam

proses perkara yang sedang berjalan itu karena

permintaan salah satu pihak (Penggugat atau

Tergugat). Disini pihak yang memohon agar pihak

ke-III selama proses tersebut bergabung dengan

dirinya untuk memperkuat posisi hukum dalam

sengketanya.

3. Masuknya pihak ke-III ke dalam proses perkara

Page 24: Pasal 53 UU PTU.doc

yang sedang berjalan dapat terjadi atas prakarsa

hakim yang memeriksa perkara itu.

Ayat (3) cukup jelas

Dari ketentuan diatas didalam prakteknya

ternyata terdapat hal-hal yang tidak jelas antara

lain:

1. Pada ketentuan pasal 83 ayat (1) yaitu kata-

kata “selama pemeriksaan berlangsung” kapan

yang dimaksud dengan selama pemeriksaan

berlangsung tersebut.

“Selama Pemeriksaan Berlangsung” Undang-

undang tidak menjelaskan, sementara itu dalam

proses berperkara di Pengadilan Tata Usaha

Negara dikenal beragam pemeriksaan sehubungan

dengan istilah tersebut lalu kapan pihak ke-III

dapat masuk dalam perkara ?

Menurut Indroharto “Selama Pemeriksaan

Berlangsung” adalah selama pemeriksaan

persiapan, alasannya kalau sudah masuk

pemeriksaan perkara, dengan masuknya intervensi

(khususnya tussenkomst), maka pemeriksaan akan

mundur kembali.

Jadi setelah pemeriksaan persiapan maka

sebaiknya permohonan intervensi ditolak.

Berdasarkan SEMA No.222/Td.TUN/X/1994

Page 25: Pasal 53 UU PTU.doc

ditentukan bahwa permohonan Intervensi

selambat-lambatnya sebelum pemeriksaan saksi-

saksi, pendapat ini dikemukakan dengan alasan

menghindari pemeriksaan persiapan yang diulang

kembali.

Namun demikian dalam praktek ada pendapat

bahwa kalau mengurangi maksud pasal 83, maka

sebaiknya pendapat Indroharto dan SEMA patut

dicermati kembali. Karena kemungkinan pihak ke-

III tipis sekali mengetahui kepentingannya sampai

dengan pemeriksaan persiapan yang tertutup,

kecuali Pejabat Tata Usaha Negara

memberitahukan kepada pihak ke-III kepentingan

pihak ke-III kurang dilindungi, oleh karena itu

dengan tidak adanya pembatasan maka hakim

dapat memperoleh lebih banyak informasi untuk

memperoleh kebenaran materiil.

2. Begitu juga pada ketentuan kapan Hakim

dapat mengadakan Putusan sela. Apakah perlu

diberikan tanggapan oleh pihak-pihak atas

permohonan yang diajukan oleh pihak ke-III atau

pihak Penggugat atau Tergugat sendiri, maka MA

RI telah memberikan pedomannya dalam Surat

MA RI No.224/Td.TUN/X/1993 tanggal 14

Oktober 1993 pada angka 4.

Page 26: Pasal 53 UU PTU.doc

Intervensi:

a. Sebaiknya sebelum Hakim mengeluarkan

penetapan dalam putusan selanya yang

bermaksud untuk menarik pihak ke-III atas

inisiatif Hakim yang bersangkutan dipanggil lebih

dahulu dan diberikan penjelasan-penjelasan

apakah ia bersedia masuk dalam perkara yang

sedang diperiksa.

b. Pihak ketiga (III) yang bukan badan atau

Pejabat TUN) yang bergabung engan pihak

Tergugat asal seyogyanya berkedudukan sebagai

saksi yang menyokong tergugat, karena ia

mempunyai kepentingan yang parallel

denganTergugat asal dan ia tidak dapat

berkedudukan sebagai pihak tergugat sesuai

ketentuan pasal 1 angka 6 UU No.5 tahun 1986.

c. Pihak ketiga yang membela haknya sendiri

hraus mengajukan gugatan intervensi dan

berkedudukan sebagai Penggugat Intervensi

d. Sebelum Majelis menolak atau mengabulkan

permohonan gugatan Intervensi sebaiknya

didengar juga tanggapan Penggugat dan

Tergugat asal apakah benar pihak ke-III yang

mengjukan permohonan Intervensi tersebut

mempunyai kepentingan

Page 27: Pasal 53 UU PTU.doc

Ditolak atau dikabulkan permohonan Intervensi

tersebut harus dituangkan dalam putusan sela

yang dicantumkan dalam berita acara siding

seperti ketentuan Pasal 83 ayat (2) UU No.5

tahun 1986

3. Begitu juga bagaimana tentang sikap

Pengadilan Tata Usaha Negara terhadap adanya

Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara terhadap

adanya banding dari pihak ketiga terhadap

ditolaknya permohonan masuk sebagai pihak

intervensi, oleh MA.RI dalam suratnya No.051/

Td.TUN/III/1992 tanggal 24 Maret 1992, telah

diberikan pedoman sebagai berikut:

Pada angka II Intervensi (Pasal 83):

“Dalam hal Intervensi dari pihak ketiga ditolak

oleh Pengadilan dan pihak Intervensi mengajukan

permohonan banding / kasasi, sedangkan

Pengadilan Tinggi / Mahkamah Agung

berpendapat bahwa Intervensi tersebut

dikabulkan, maka dapat ditempuh 2 cara:

a. Pengadilan Tinggi mengambil putusan sela

sebelum memutuskan pokok perkara dengan

memerintahkan kepada Pengadilan yang

bersangkutan untuk melakukan pemeriksaan hal-

hal yang relevan dengan perkara (intervensi)

Page 28: Pasal 53 UU PTU.doc

tersebut. Setelah hasil pemeriksaan tersebut

diterima oleh Pengadilan Tinggi, baru diambil

putusan akhir mengenai pokok perkara oleh

Pengadilan Tinggi.

b. Pengadilan Tinggi dapat melakukan

pemeriksaan sendiri dan mengambil putusan akhir

pokok perkara

4. Manfaat Intervensi

a. Pihak ke-III yang masuk dalam proses tidak

tunduk pada pasal 55

b. Bagi Majelis Hakim, masuknya pihak ke-III

memudahkan untuk mencari kebenaran materiil

c. Dari sudut beracara, masuknya pihak ke-III

untuk menghindari banyaknya jumlah perkara

yang sama

d. Dimungkinkannya intervensi pihak ke-III untuk

menghindari kemungkinan terjadi putusan yang

berbeda satu sama lain seandainya perkara

dipisah

e. Proses intervensi terhadap perkara yang

sedang berjalan untuk menghindari terjadinya

gugatan perlawanan pihak ke-III sebagaimana

diatur dalam Pasal 118 Undang-undang No.5

tahun 1986