pasang surut dan organisme laut

14
1 A. Pasang Surut Air Laut 1. Pengertian Pasang Surut Pasang surut laut merupakan suatu fenomena pergerakan naik turunya permukaan air laut secara berkala yang diakibatkan oleh kombinasi gaya grafitasi dan gaya tarik-menarik antara benda-benda astronomi terutama oleh matahari, bumi dan bulan. Menurut Pariwono (1989), fenomena pasang surut diartikan sebagai naik turunnya muka laut secara berkala akibat adanya gaya tarik benda-benda angkasa terutama matahari dan bulan terhadap massa air di bumi. Sedangkan menurut Dronkers (1964) pasang surut laut merupakan suatu fenomena pergera kan naik turunnya permukaan air laut secara berkala yang diakibatkan oleh kombinasi gaya gravitasi dan gaya tarik menarik dari benda-benda astronomi terutama oleh matahari, bumi dan bulan. Pengaruh benda angkasa lainnya dapat diabaikan karena jaraknya lebih jauh atau ukurannya lebih kecil. Pasang surut yang terjadi di bumi ada tiga jenis yaitu: 1. pasang surut atmosfer (atmospheric tide), 2. pasang surut laut (oceanic tide) dan 3. pasang surut bumi padat (tide of the solid earth). Pasang surut laut merupakan hasil dari gaya tarik gravitasi dan efek sentrifugal. Efek sentrifugal

Upload: rianasilalahi

Post on 18-Jan-2016

92 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Oseanografi

TRANSCRIPT

Page 1: Pasang Surut Dan Organisme Laut

1

A. Pasang Surut Air Laut

1.  Pengertian Pasang Surut

Pasang surut laut merupakan suatu fenomena pergerakan naik turunya

permukaan air laut secara berkala yang diakibatkan oleh kombinasi gaya grafitasi

dan gaya tarik-menarik antara benda-benda astronomi terutama oleh matahari,

bumi dan bulan.

Menurut Pariwono (1989), fenomena pasang surut diartikan sebagai naik

turunnya muka laut secara berkala akibat adanya gaya tarik benda-benda angkasa

terutama matahari dan bulan terhadap massa air di bumi. Sedangkan menurut

Dronkers (1964) pasang surut laut merupakan suatu fenomena pergera kan naik

turunnya permukaan air laut secara berkala yang diakibatkan oleh kombinasi gaya

gravitasi dan gaya tarik menarik dari benda-benda astronomi terutama oleh

matahari, bumi dan bulan. Pengaruh benda angkasa lainnya dapat diabaikan

karena jaraknya lebih jauh atau ukurannya lebih kecil.

Pasang surut yang terjadi di bumi ada tiga jenis yaitu:

1.      pasang surut atmosfer (atmospheric tide),

2.      pasang surut laut (oceanic tide) dan

3.      pasang surut bumi padat (tide of the solid earth).

 Pasang surut laut merupakan hasil dari gaya tarik gravitasi dan efek

sentrifugal.  Efek sentrifugal adalah dorongan ke arah luar pusat  rotasi.  Gravitasi 

bervariasi secara langsung dengan massa tetapi berbanding terbalik terhadap

jarak.  Meskipun ukuran bulan lebih kecil dari matahari, gaya tarik gravitasi bulan

dua kali lebih besar daripada gaya tarik matahari dalam membangkitkan pasang

surut laut karena jarak bulan lebih dekat daripada jarak matahari ke bumi.  Gaya

tarik gravitasi menarik air laut ke arah bulan dan matahari dan menghasilkan dua

tonjolan (bulge) pasang surut gravitasional di laut Lintang dari tonjolan pasang

surut ditentukan oleh deklinasi, sudut antara sumbu rotasi bumi dan bidang orbital

bulan dan matahari.

Page 2: Pasang Surut Dan Organisme Laut

2

2.    Teori Pasang Surut

a)    Teori Kesetimbangan (Equilibrium Theory)

Teori kesetimbangan pertama kali diperkenalkan oleh Sir Isaac Newton (1642-

1727).  Teori ini menerangkan sifat-sifat pasut secara kualitatif.  Teori terjadi pada

bumi ideal yang seluruh permukaannya ditutupi oleh air dan pengaruh

kelembaman (Inertia) diabaikan. Teori ini menyatakan bahwa naik-turunnya

permukaan laut sebanding dengan gaya pembangkit pasang surut (King, 1966). 

Untuk memahami gaya pembangkit passng surut dilakukan dengan memisahkan

pergerakan sistem bumi-bulan-matahari menjadi 2 yaitu, sistem bumi-bulan dan

sistem bumi matahari.

Pada teori kesetimbangan bumi diasumsikan tertutup air dengan

kedalaman dan densitas yang sama dan naik turun muka laut sebanding dengan

gaya pembangkit pasang surut atau GPP (Tide Generating Force) yaitu Resultante

gaya tarik bulan dan gaya sentrifugal, teori ini berkaitan dengan hubungan antara

laut , massa air yang naik, bulan, dan matahari. Gaya pembangkit pasut ini akan

menimbulkan air tinggi pada dua lokasi dan air rendah pada dua lokasi (Gross,

1987).

b)   Teori Pasut Dinamik (Dynamical Theory)

Pond dan Pickard (1978) menyatakan bahwa dalam teori ini lautan yang homogen

masih diasumsikan menutupi seluruh bumi pada kedalaman yang konstan, tetapi

gaya-gaya tarik periodik dapat membangkitkan gelombang dengan periode sesuai

dengan konstitue-konstituennya.  Gelombang pasut yang terbentuk dipengaruhi

oleh GPP, kedalaman dan luas perairan, pengaruh rotasi bumi, dan pengaruh

gesekan dasar. Teori ini pertama kali dikembangkan oleh Laplace (1796-1825).

Teori ini melengkapi teori kesetimbangan sehingga sifat-sifat pasut dapat

diketahui secara kuantitatif.  Menurut teori dinamis, gaya pembangkit pasut

menghasilkan gelombang pasut (tide wive) yang periodenya sebanding dengan

gaya pembangkit pasut.  Karena terbentuknya gelombang, maka terdapat faktor

lain yang perlu diperhitungkan selain GPP.

Page 3: Pasang Surut Dan Organisme Laut

3

Menurut Defant (1958), faktor-faktor tersebut adalah :

Ø  Kedalaman perairan dan luas perairan

Ø  Pengaruh rotasi bumu (gaya Coriolis)

Ø  Gesekan dasar  

Rotasi bumi menyebabkan semua benda yang bergerak di permukaan bumi

akan berubah arah (Coriolis Effect).  Di belahan bumi utara benda membelok ke

kanan, sedangkan di belahan bumi selatan benda membelok ke kiri.  Pengaruh ini

tidak terjadi di equator, tetapi semakin meningkat sejalan dengan garis lintang dan

mencapai maksimum pada kedua kutub.  Besarnya juga bervariasi tergantung

pada kecepatan pergerakan benda tersebut.  

Menurut Mac Millan (1966) berkaitan dengan dengan fenomeana pasut,

gaya Coriolis mempengaruhi arus pasut. Faktor gesekan dasar dapat mengurangi

tunggang pasut dan menyebabkan keterlambatan fase (Phase lag) serta

mengakibatkan persamaan gelombang pasut menjadi non linier semakin dangkal

perairan maka semaikin besar pengaruh gesekannya.

3.    Faktor Penyebab Terjadinya Pasang Surut

Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya pasang surut berdasarkan  teori

kesetimbangan adalah rotasi bumi pada sumbunya, revolusi bulan terhadap

matahari, revolusi bumi terhadap matahari.  Sedangkan berdasarkan teori dinamis

adalah kedalaman dan luas perairan, pengaruh rotasi bumi (gaya coriolis), dan

gesekan dasar. Selain itu juga terdapat beberapa faktor lokal yang dapat

mempengaruhi pasut disuatu perairan seperti, topogafi dasar laut , lebar selat,

bentuk teluk, dan sebagainya, sehingga berbagai lokasi memiliki ciri pasang surut

yang berlainan (Wyrtki, 1961).

Pasang surut laut merupakan hasil dari gaya tarik gravitasi dan efek

sentrifugal.  Efek sentrifugal adalah dorongan ke arah luar pusat rotasi. Gravitasi

bervariasi secara langsung dengan massa tetapi berbanding terbalik terhadap

jarak.  Meskipun ukuran bulan lebih kecil dari matahari, gaya tarik gravitasi bulan

dua kali lebih besar daripada gaya tarik matahari dalam membangkitkan pasang

surut laut karena jarak bulan lebih dekat daripada jarak matahari ke bumi.  Gaya

tarik gravitasi menarik air laut ke arah bulan dan matahari dan menghasilkan dua

Page 4: Pasang Surut Dan Organisme Laut

4

tonjolan (bulge) pasang surut gravitasional di laut .  Lintang dari tonjolan pasang

surut ditentukan oleh deklinasi, yaitu sudut antara sumbu rotasi bumi dan bidang

orbital bulan dan matahari (Priyana,1994).

Bulan dan matahari keduanya memberikan gaya gravitasi tarikan terhadap

bumi yang besarnya tergantung kepada besarnya masa benda yang saling tarik

menarik tersebut. Bulan memberikan gaya tarik (gravitasi) yang lebih besar

dibanding matahari.  Hal ini disebabkan karena walaupun masa bulan lebih kecil

dari matahari, tetapi posisinya lebih dekat ke bumi. Gaya-gaya ini mengakibatkan

air laut , yang menyusun 71% permukaan bumi, menggelembung pada sumbu

yang menghadap ke bulan.  Pasang surut terbentuk karena rotasi bumi yang

berada di bawah muka air yang menggelembung ini, yang mengakibatkan

kenaikan dan penurunan permukaan laut di wilayah pesisir secara periodik.  Gaya

tarik gravitasi matahari juga memiliki efek yang sama namun dengan derajat yang

lebih kecil. Daerah-daerah pesisir mengalami dua kali pasang dan dua kali surut

selama periode sedikit di atas 24 jam (Priyana,1994).

Berdasarkan faktor pembangkitnya, pasang surut dapat dibagi dalam dua

kategori yaitu: pasang purnama (pasang besar, spring tide) dan pasang perbani

(pasang kecil, neap tide).

a.    Pasang laut purnama (spring tide)

Terjadi ketika bumi, bulan dan matahari berada dalam suatu garis lurus. Pada saat

itu akan dihasilkan pasang tinggi yang sangat tinggi dan pasang rendah yang

sangat rendah. Pasang laut purnama ini terjadi pada saat bulan baru dan bulan

purnama.

b.    Pasang laut perbani (neap tide)

Terjadi ketika bumi, bulan dan matahari membentuk sudut tegak lurus. Pada saat

itu akan dihasilkan pasang naik yang rendah dan pasang surut yang tinggi. Pasang

laut perbani ini terjadi pada saat bulan seperempat dan tigaperempat.

4.    Tipe Pasang Surut

Perairan laut memberikan respon yang berbeda terhadap gaya pembangkit

pasang surut,sehingga terjadi tipe pasut yang berlainan di sepanjang pesisir.

Menurut Dronkers (1964), ada tiga tipe pasut yang dapat diketahui, yaitu :

Page 5: Pasang Surut Dan Organisme Laut

5

a.    Pasang surut diurnal

Yaitu bila dalam sehari terjadi satu satu kali pasang dan satu kali surut.  Biasanya

terjadi di laut sekitar katulistiwa.

b.    pasang surut semi diurnal

Yaitu bila dalam sehari terjadi dua kali pasang dan dua kali surut yang hampir

sama tingginya.

c.    pasang surut campuran

Yaitu gabungan dari tipe 1 dan tipe 2, bila bulan melintasi khatulistiwa (deklinasi

kecil), pasutnya bertipe semi diurnal, dan jika deklinasi bulan mendekati

maksimum, terbentuk pasut diurnal.

        Menurut Wyrtki (1961), pasang surut di Indonesia dibagi menjadi 4 yaitu :

a.    Pasang surut harian tunggal (Diurnal Tide)

Merupakan pasut yang hanya terjadi satu kali pasang dan satu kali surut dalam

satu hari, ini terdapat di Selat Karimata

b.    Pasang surut harian ganda (Semi Diurnal Tide)

Merupakan pasut yang terjadi dua kali pasang dan dua kali surut yang tingginya

hampir sama dalam satu hari, ini terdapat di Selat Malaka hingga Laut Andaman.

c.    Pasang surut campuran condong harian tunggal (Mixed Tide, Prevailing

Diurnal) 

Merupakan pasut yang tiap harinya terjadi satu kali pasang dan satu kali surut

tetapi terkadang dengan dua kali pasang dan dua kali surut yang sangat berbeda

dalam tinggi dan waktu, ini terdapat di Pantai Selatan Kalimantan dan Pantai

Utara Jawa Barat.

d.    Pasang surut campuran condong harian ganda.

Merupakan pasut yang terjadi dua kali pasang dan dua kali surut dalam sehari

tetapi terkadang terjadi satu kali pasang dan satu kali surut dengan memiliki tinggi

dan waktu yang berbeda, ini terdapat di Pantai Selatan Jawa dan Indonesia Bagian

Timur.

Page 6: Pasang Surut Dan Organisme Laut

6

5.    Arus Pasang surut

Gerakan air vertikal yang berhubungan dengan naik dan turunnya pasang

surut, diiringi oleh gerakan air horizontal yang disebut dengan arus pasang surut. 

Permukaan air laut senantiasa berubah-ubah setiap saat karena gerakan pasut,

keadaan ini juga terjadi pada tempat-tempat sempit seperti teluk dan selat,

sehingga menimbulkan arus pasut(Tidal current).  Gerakan arus pasut dari laut

lepas yang merambat ke perairan pantai akan mengalami perubahan, faktor yang

mempengaruhinya antara lain adalah berkurangnya kedalaman (Mihardja et,. al

1994).  

Menurut King (1962), arus yang terjadi di laut teluk dan laguna adalah

akibat massa air mengalir dari permukaan yang lebih tinggi ke permukaan yang

lebih rendah yang disebabkan oleh pasut. Arus teluk dan laguna adalah akibat

massa air mengalir dari permukaan yang lebih tinggi ke permukaan yang lebih

rendah yang disebabkan oleh pasut. Arus yang cukup dominan pada perairan teluk

yang memiliki karakteristik pasang (Flood) dan surut atau ebb. Pada waktu

gelombang pasut merambat memasuki perairan dangkal, seperti muara sungai atau

teluk, maka badan air kawasan ini akan bereaksi terhadap aksi dari perairan lepas.

Pada daerah-daerah di mana arus pasang surut cukup kuat, tarikan gesekan

pada dasar laut menghasilkan potongan arus vertikal, dan resultan turbulensi

menyebabkan bercampurnya lapisan air bawah secara vertikal.  Pada daerah lain,

di mana arus pasang surut lebih lemah, pencampuran sedikit terjadi, dengan

demikian stratifikasi (lapisan-lapisan air dengan kepadatan berbeda) dapat terjadi.

Perbatasan antar daerah-daerah kontras dari perairan yang bercampur dan

terstratifikasi seringkali secara jelas didefinisikan, sehingga terdapat perbedaan

lateral yang ditandai dalam kepadatan air pada setiap sisi batas.

B. Distribusi dan Adaptasi Avertebrata di Daerah Pasang Surut

Kehidupan hewa-hewan avertebrata sangat dipengaruhi dengan kondisi

lingkungan tempat dimana hewan-hewan tersebut tinggal. Misalnya pada jenis

mollusca, distribusi mollusca di daerah pasang surut dipengaruhi oleh banyak

faktor diantaranya adalah faktor panas dan intensitas cahaya yang berbeda di

Page 7: Pasang Surut Dan Organisme Laut

7

waktu surut. Adanya perubahan suhu di daerah pasang surut menyebabkan

organisme melakukan adaptasi baik morfologi, fisiologi maupun tingkah laku.

Kemampuan adaptasi di daerah pasang surut, yaitu kemampuan

menyesaikan diri dalam keadaan bahaya sehubungan dengan kuatnya sinar

matahari. Dalam hal yang sangat serius yaitu resiko kehilangan cairan tubuh.

Keadaan yang demikian memungkinkan semua organisme yang hidup di pantai

mempunyai sifat cepat kehilangan air karena penguapan yang berlebihan, karena

kuatnya intensitas sinar dari pemanasan matahari dapat mengakibatkan suhu

menjadi terlalu tinggi ( Hubarat, 1985).

Untuk mengjindari ancaman kehilangan air yang berlebihan, hewan-hewan

di daerah pasang surut harus memiliki system tubuh yang dapat menyesuaikan diri

deangan keadaan tersebut.mekanisme untuk menghindari kehilangan air dapat

dilakukan dengan cara masuk ke dalam lubang, celah-celah atau galian yang

basah atau berlindung di bawah alga basah. Selain itu dapat pula dilakukan

dengan menutup cangkangnya pada waktu air surut seperti yang dilakukan oleh

Gastropoda. Sedagkan untuk penghuni pasir atau lumpur biasanya hanya

menguburkan diri ke dalam substrat untuk mencegah kekeringan.

C. Keanekaragaman Jenis dalam Komunitas

Keseluruhan jumlah jenis di dalam komunitas biasanya mewakili sejumlah

besar individu, biomassa, produktivitas. Nisbah antara jumlah jenis dan jumlah

individu, biomassa, produktivitas dan sebagainya disebut indeks keanekaragaman

jenis. Keanekaraman jenis cenderung turun dalam ekosistem yang mempunyai

sasaran faktor pembatas fisika-kimia yang kuat. Indeks keanekaragaman

digunakan untuk membandingkan satu keadaan dengan keadaan yang lain.

Kemantapan habitat merupakan faktor utama yang mengatur keanekaragaman

(Odum, 1993: 191).

Organisme laut bervariasi dan mewakili semua filum. Segenap organisme

dipengaruhi oleh sifat air laut yang ada di sekeliling, dan banyak bentuk-bentuk

yang umum dijumpai pada tumbuhan-tumbuhan dan hewan merupakan hasil

adaptasi terhadap medium cair dan pergerakan air laut (Nybakken, 1992: 1).

Page 8: Pasang Surut Dan Organisme Laut

8

Keanekaragaman organisme di daerah pasang surut cukup tinggi. Faktor-

faktor yang mempengaruhi keragaman organisme yang hidup pada daerah pasang

surut, yaitu suhu, gerakan ombak, salinitas, faktor-faktor lain (Nybakken, 1992).

a. Suhu

Daerah pasang surut biasanya dipengaruhi oleh suhu udara selama periode yang

berbeda-beda, dan suhu ini mempunyai kisaran yang luas, baik secara harian

maupun musiman. Kisaran ini dapat melebihi batas toleran organism laut. Jika

pasang turun terjadi ketika suhu udara minimum (daerah sedang, dingin, kutub)

atau ketika suhu udara maksimum (tropik), batas letal dapat terlampaui dan

organisme dapat mati karena kehabisan air, dan kehabisan air dapat dipercepat

dengan meningkatnya suhu.

b. Gerakan ombak

Di daerah pasang surut, gerakan ombak mempunyai pengaruh yang terbesar

terhadap organisme dan komunitas dibandingkan dengan daerah laut lainnya.

Aktivitas ombak mempengaruhi kehidupan pantai secara langsung. Pada pantai

terdiri dari pasir atau kerikil, kegiatan ombak yang besar dapat membongkar

substrat di sekitar hingga mempengaruhi bentuk zona.

c. Salinitas

Perubahan salinitas yang dapat mempengaruhi organisem terjadi di daerah pasang

surut melalui dua cara. Pertama, karena di daerah pasang surut terbuka pada saat

pasang turun dan kemudian digenangi air atau aliran akibat hujan lebat, akibatnya

salinitas akan sangat turun. Kedua, ada hubungannya dengan genangan pasang

turun. Kenaikan salinitas terjadi jika penguapan sangat tinggi pada siang hari.

d. Faktor-faktor lain

Faktor lainnya yang berpengaruh bermacam-macam, meliputi pH, persaingan

antar organisme dan pemangsaan. Persaingan terjadi karena masing-masing

individu berusaha untuk mendapatkan nutrisi, sehingga mempengaruhi pola

penyebaran individu, demikian pula pemangsaan oleh organisme lain berpengaruh

terhadap penyebaran organisme di daerah pasang surut.

Page 9: Pasang Surut Dan Organisme Laut

9

DAFTAR PUSTAKA

http://endrikbio.blogspot.com/2013/04/keanekaragaman-hewan-avertebrata-

di.html

http://darnygeocli.blogspot.com/2013/01/pasang-surut-dan-gelombang.html

http://www.google.com/#q=pasang+surut+dan+organisme+laut&start=30

http://id.wikipedia.org/wiki/Pasang_laut

http://bukukita1.blogspot.com/2012/12/pengertian-pasang-surut-air-laut.html