patch test
TRANSCRIPT
5/12/2018 Patch Test - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/patch-test 1/12
Tugas Tutorial Blok XV
“ SKIN PATCH TEST “
Oleh :
Yuyun Mawaddatur Rohmah
NIM : 082010101034
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS JEMBER
2010
5/12/2018 Patch Test - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/patch-test 2/12
SKIN PATCH TEST
Skin patch test atau yang biasa disebut uji tempel adalah uji iritasi dan kepekaan kulit
yang dilakukan dengan mengoleskan sediaan atau bahan-bahan tertentu pada kulit manusia
dengan maksud untuk mengetahui apakah bahan tersebut dapat menimbulkan iritasi atau
kepekaan kulit atau tidak. Tes ini biasanya dilakukan di punggung. Untuk melakukan skin patch
test diperlukan antigen, biasanya antigen standart buatan pabrik, misalnya Finn Chamber System
Kit dan T.R.U.E Test, keduanya buatan Amerika serikat. Terdapat juga antigen buatan pabrik
Eropa dan Negara lain. Adakalanya tes dilakukan dengan antigen bukan standart dapat berupa
bahan kimia murni atau lebih sering bahan campuran yang berasal dari rumah, lingkungan kerja
atau tempat rekreasi. Mungkin ada sebagian bahan yang bersifat sangat toksik terhadap kulit atau
walaupun jarang dapat memberikan efek toksik terhadap sistemik. Oleh karena itu bila
menggunakan bahan tidak standart, apalagi dengan bahan industry harus berhati-hati sekali.
Jangan melakukan skin patch test dengan bahan yang tidak diketahui.
Bahan yang secara rutin dan dibiarkan menempel kulit, misalnya kosmetik, pelembab,
bila dipakai untuk skin patch test dapat langsung digunakan apa adanya. Bila menggunakan
bahan yang secara rutin dipakai dengan air untuk membilasnya, misalnya sampo, pasta gigi harus
diencerkan terlebih dahulu. Bahan yang tidak larut air diencerkan atau dilarutkan dalam vaselin
atau minyak mineral. Produk yang diketahui bersifat iritan, misalnya detergen hanya bisa diujibila diduga keras penyebab alergi. Apabila pakaian, sepatu atau sarung tangan yang dicurigai
penyebab alergi, maka uji tempel dilakukan dengan potongan kecil bahan tersebut yang
direndam dalam air garam yang tidak dibubuhi bahan pengawet atau air, dan ditempelkan di kulit
dengan memakai Finn Chamber , dibiarkan sekurang kurangnya 48 jam. Perlu diingat bahwa
hasil positif dengan alergen bukan standar perlu kontrol (5 sampai 10 orang), untuk
menyingkirkan kemungkinan karena iritasi.
Berbagai hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan skin patch test :
1. Dermatitis harus sudah sembuh. Bila masih dalam keadaan akut dan berat dapat terjadi
reaksi angry back atau excited skin, reaksi positif palsu dapat juga menyebabkan penyakit
yang sedang dideritanya semakin memburuk.
5/12/2018 Patch Test - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/patch-test 3/12
2. Tes dilakukan sekurang-kurangnya satu minggu setelah pemakain kortikosteroid sistemik
dihentikan, sebab dapat menghasilkan reaksi negatif palsu. Pemberian kortikosteroid
topikal dipunggung dihentikan sekurang-kurangnya satu minggu sebelum tes dilakukan.
Luka bakar sinar matahari yang terjadi 1-2 minggu sebelum tes dilakukan juga dapat
memberikan hasil negatif palsu. Sedangkan anti histamin sistemik tidak mempengaruhi
hasil tes kecuali diduga karna urtikaria kontak.
3. Skin patch test dibuka setelah dua hari kemudian dibaca, pembacaan kedua dilakukan
pada hari ketiga sampai hari ketujuh setelah aplikasi.
4. Penderita dilarang melakukan aktivitas yang menyebabkan skin patch test menjadi
longgar (tidak menempel dengan baik) karna memberikan hasil negatif palsu. Penderita
juga dilarang mandi sekurang-kurangnya dalam 48 jam dan menjaga agar punggung
selalu kering setelah dibuka uji tempelnya sampai pembacaan terakhir selesai.
5. Skin patch test dengan bahan standar jangan dilakukan terhadap penderita yang
mempunyai riwayat tipe urtikaria dadakan (immediate uticarial type) karena dapat
menimbulkan urtikaria generalisata bahkan reaksi anafilaksis. Pada penderita semacam
ini dilakukan tes prosedur khusus.
Setelah dibiarkan menempel selama 48 jam, uji tempel dilepas. Pembacaan pertama
dilakukan 15-30 menit setelah dilepas. Agar efek tekanan bahan yang diuji telahmenghilang atau minimal. Hasilnya dicatat sebagai berikut :
1. Reaksi lemah (nonvesikular) : eritema, infiltrate, papul (+)
2. Reaksi kuat : edem atau vesikel (++)
3. Reaksi sangat kuat : bula atau ulkus (+++)
4. Meragukan : hanya makula eritematosa
5. Iritasi : seperti terbakar, pustul, atau purpura
6. Reaksi negatif : (-)
7. Excited skin
8. Tidak dites ( NT=not tested )
Reaksi excited skin atau angry back merupakan reaksi positif palsu, suatu fenomena
regional disebabkan oleh satu atau beberapa reaksi kuat yang dipicu oleh hipersensitivitas
5/12/2018 Patch Test - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/patch-test 4/12
kulit, pinggir uji tempel yang lain menjadi reaktif. Fenomena ini pertama dikemukakan
oleh Bruno Bloch pada abad ke-20, kemudian diteliti oleh Mitchell pada tahun 1975.
Pembacaan kedua perlu dilakukan sampai satu minggu setelah aplikasi. Pembacaan
kedua ini penting untuk membantu membedakan antara respon alergik atau iritasi dan
juga mengidentifikasikan lebih banyak lagi respon positif alergen. Hasil positif dapat
bertambah setelah 96 jam aplikasi, oleh karena itu perlu dipesan kepada pasien untuk
melapor, bila hal itu terjadi sampai satu minggu setelah aplikasi.
Untuk menginterpretasikan hasil uji temple tidak mudah. Interpretasi dilakukan setelah
pembacaan kedua. Respons alergik biasanya menjadi lebih jelas antara pembacaan kesatu
dan kedua. Berawal dari +/- ke + atau ++ bahkan ke +++ (reaksi tipe decrescendo). Bila
ditemukan respon positif terhadap suatu alergen, perlu ditentukan relevansinya dengan
keadaan klinik, riwayat klinik dan sumber antigen di lingkungan penderita. Mungkin
respon positif tersebut berhubungan dengan penyakit yang sekarang atau penyakit masa
lalu yang pernah dialami atau mungkin tidak ada hubungannya (tidak diketahui). Reaksi
positif klasik terdiri dari eritema, edem dan vesikel-vesikel kecil yang letaknya
berdekatan.
Reaksi positif palsu dapat terjadi antara lain bila konsentrasi terlalu tinggi, atau
bahan tersebut bersifat iritan bila dalam keadaan tertutup (oklusi) efek pinggir uji tempel
umumnya karena iritasi bagian tepi menunjukkan reaksi lebih kuat sedang dibagian
tengahnya reaksi ringan atau sama sekali tidak ada. Ini disebabkan karena meningkatnya
konentrasi iritasi cairan di bagian pinggir. Sebab lain oleh karena efek tekan, terjadi bila
menggunakan bahan padat.
Reaksi negative palsu dapat terjadi misalnya konsentrasi terlalu rendah,
vehikulum tidak tepat, bahan uji tempel tidak melekat dengan baik atau longgar akibat
pergerakan, kurang cukup waktu penghentian pemakaian kortikosteroid sistemik atau
topikal poten yang lama dipakai pada area uji tempel dilakukan.
Pada Suatu Jurnal dituliskan anak-anak dengan dermatitis kontak di Inggris di uji
dengan skin patch test. Alergen yang diberikan pada paunggung penderita kemudian
ditutup dengan Finn aluminium Chambers dibiarkan selama 48 jam. dan pembacaan
5/12/2018 Patch Test - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/patch-test 5/12
dilakukan pada 48 jam dan 96 jam. Reaksi diberi skor sesuai dengan criteria Penelitian
Contact Dermatitis Internasional Group.
Pada suatu penelitian dari 500 anak yang dirujuk ke Departemen Dermatology, Leeds
General Infirmary untuk patch tes memberikan kesimpulan bahwa pasien yang lebih tua
lebih mungkin untuk memiliki reaksi positif terhadap skin patch test .
5/12/2018 Patch Test - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/patch-test 6/12
Dari sebuah penelitian didapatkan beberapa alergen yang menyebabkan timbulnya dermatitis
kontak maupun dermatitis alergi. Berikut tabel dari beberapa alergen yang telah diteliti.
5/12/2018 Patch Test - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/patch-test 7/12
Beberapa anggota tubuh yang telah dilakukan skin patch test, didapatkan hasil sebagai berikut :
Indikasi dilakukannya skin patch test biasanya jika tampak adanya kontak reaksi alergi dari kulit
atau selaput lendir berdekatan yang dicurigai. Untuk mengetahui dugaan alergi, dicari terlebih
dahulu etiologinya. Bisa dengan makanan, terpapar zat-zat kimia, bahan-bahan yang bias
menyebabkan terjadinya reaksi alergi dan iritasi. Patch test tidak bias dilakukan pada seseorang
yang masih menggunakan obat kortikosteroid, imunosupresif atau imunomodulasi obat, seperti
glukokortikoid, serta paparan sinar matahari, karna bisa memberikan hasil yang tidak sesuai.
Patch test juga tidak boleh dilakukan pada orang hamil. Penetrasi dari alergen yang diberikan
bias memberikan efek teratogenik tidak bias dikesampingkan. Serta adanya efek lain yang tidak
diinginkan , misalnya iatrogenic. Jika hasil tes ragu-ragu, maka tes bisa diulang.
5/12/2018 Patch Test - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/patch-test 8/12
Sumber : ICDRG (International Contact Dermatitis Research Group)
5/12/2018 Patch Test - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/patch-test 9/12
Sebelum dilakukan patch test, seorang dokter melakukan anamnesis kepada pasien serta
memeriksa kulit pasien. Pada anamnesis ditanyakan tentang awal mula terjadi reaksi alergi atauiritasi. Dengan anamnesis yang kuat bias mengarah kepada etiologi yang menyebabkan alergi
dan iritasi tersebut. Dokter juga menjelaskan tentang patch test dan tindakan apa saja yang
dilakukan serta yang dilarang selama menjalani tes tersebut. Setelah semua jelas, pasien
diperbolehkan memilih untuk uji tempel atau tidak. Semua atas persetujuan pasien. Pada daerah
yang akan diuji dengan patch test harus dibersihkan terlebih dahulu. Daerah tersebut tidak dalam
keadaan luka atau ada gangguan patologis. Biasanya daerah yang akan diuji adalah daerah
belakang tubuh yaitu punggung dengan jarak 2-4 cm dari garis tengah. Dengan waktu 24-48
jam. Beberapa hal yang harus diperhatikan sebelum melakukan patch test sangatlah penting,
karna akan mempengaruhi hasil tes yang dilakukan. Pastikan bahwa kondisi antigen yang
digunakan dalam keadaan layak pakai, perhatikan cara penyimpanan dan tanggal kadaluarsanya
Harus diingat bahwa kortikosteroid dan obat imunosupresan dapat menekan reaksi ini sehingga
memberi hasil negatif palsu. Setelah itu lakukan anamnesis tentang apakah pernah berkontak
5/12/2018 Patch Test - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/patch-test 10/12
sebelumnya dengan antigen yang akan digunakan. Kalau memungkinkan gunakan beberapa
aplikator sehingga dapat digunakan banyak antigen sekaligus. Hati-hati sewaktu melepas
penutup antigen, harus dengan posisi menghadap ke atas sehingga antigen tidak tumpah. Kalau
tidak ada aplikator seperti itu dapat digunakan antigen yang mudah didapat (tetanus, tuberculin,
dan sebagainya). Dengan menggunakan alat suntik tuberkulin, pastikan bahwa sejumlah 0,1 ml
antigen masuk secara intrakutan hingga berbentuk gelembung dan tidak subkutan. Beri tanda
dengan lingkaran masing-masing lokasi antigen. Hasil uji dibaca setelah 24-48 jam. Bila setelah
24 jam hasil tes tetap negatif maka cukup aman untuk memberikan dosis antigen yang lebih kuat.
Indurasi yang terjadi harus diraba dengan jari dan ditandai ujungnya, diukur dalam mm dengan
diameter melintang (a) dan memanjang (b). Untuk setiap reaksi gunakan formula (a+b):2. Suatu
reaksi disebut positif bilamana (a+b):2=2 mm atau lebih. Efek samping yang terjadi dapat terjadi
suatu reaksi kemerahan yang persisten selama 3-10 hari tanpa meninggalkan sikatriks. Pada
orang yang sangat sensitif dapat timbul vesikel dan ulserasi pada lebih dari satu lokasi antigen.
Uji kulit ini saja tidak cukup untuk menyimpulkan status imunologik selular seseorang karena
untuk dapat disimpulkan hasil uji harus disesuaikan dengan anamnesis dan keadaan klinik.
Untuk menilai suatu uji kulit, seperti juga prosedur diagnostik yang lain, sangat tergantung pada
pemeriksanya. Bila disimpulkan bahwa kemungkinan terdapat gangguan pada sistem imunitas
selular, maka dapat dipertimbangkan pemberian imunoterapi. Tetapi untuk memulai terapi
sebaiknya pemeriksaan dilanjutkan dengan pemeriksaan secara in vivo.
5/12/2018 Patch Test - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/patch-test 11/12
Gambar Patch tes 48 jam awal setelah membaca patch dihapus
Gambar : Positive Patch test 120 jam setelag dibac
5/12/2018 Patch Test - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/patch-test 12/12
DAFTAR PUSTAKA
Clayton, Wilklinson. 2005. Allergic contact dermatitis in children: should pattern of dermatitisdetermine referral A retrospective study of 500 children tested between 1995 and 2004 in
one U.K. centre. Inggris : British Association of Dermatologists.
Diepgen, Thomas. 2008. Future Perspectives in Diagnostic Testing of Allergic Contact
Dermatitis. Europan Dermatology
Djuanda, Adhi. 2009. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Edisi Keliima. Jakarta : Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia.
Grant, Skotnicki. 2008. Allergic contact dermatitis versus irritant contact dermatitis. University
of Toronto Division of Dermatology and Occupational Health St. Michael's Hospital.
Schnuch et al. 2008. Patch testing with contact allergens Guideline of the German Dermatologic
Society (Deutsche Dermatologische Gesellschaft, DDG) and the German Society for
Allergy and Clinical Immunology (Deutsche Gesellschaft für Allergie und klinische
Immunologie, DGAKI). Berlin : Dt. Dermatol. Ges. u. Dt. Ges. f. Allergologie und klin.
Immunologie.