pathway stroke

32
LAPORAN PENDAHULUAN KEBUTUHAN DASAR MANUSIA DENGAN KLIEN GANGGUAN MOBILISASI A. Latar Belakang Mobilisasi adalah pengerahan yang memberikan kebebasan dan kemandirian bagi seseorang.Mobilisasi adalah pusat utuk berpartisipasi dalam menikmati kehidupan.Mempertahankan mobilitas optimal sangat penting untuk kesehatan mental dan fisik semua lansia. Mobilitas bukan merupakan sesuatu yang absolut dan statis dalam menentukan kemampuan untuk berjalan, tetapi mobilitas optimal merupakan sesuatu yang individualistis, relatif dan dinamis yang tergantung pada interaksi antara faktor-faktor lingkungan dan sosial, afektif dan fungsi fisik. Mobilitas didefinisikan secara luas sebagai tingkat aktivitas yang kurang dari mobilitas optimal.Studi-studi tentang insidens diagnosis keperawatan yang digunakan untuk lansia yang berada di institusi perawatan mengungkapakan bahwa hambatan mobilitas fisik adalah diagnosis pertama atau kedua yang paling sering muncul. Keletihan dan kelemahan batasan karakteristik intoleransi aktivitas, telah diketahui sebagai penyebab paling umum kedua yang paling sering terjadi yang menjadi keluhan pada lansia. Sekitar 43% lansia telah diidentifikasi memiliki gaya hidup

Upload: princess-rain

Post on 30-Nov-2015

138 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

ASKEP

TRANSCRIPT

Page 1: Pathway Stroke

LAPORAN PENDAHULUAN KEBUTUHAN DASAR MANUSIA DENGAN KLIEN

GANGGUAN MOBILISASI

A. Latar Belakang

Mobilisasi adalah pengerahan yang memberikan kebebasan dan kemandirian bagi

seseorang.Mobilisasi adalah pusat utuk berpartisipasi dalam menikmati

kehidupan.Mempertahankan mobilitas optimal sangat penting untuk kesehatan mental dan

fisik semua lansia.

Mobilitas bukan merupakan sesuatu yang absolut dan statis dalam menentukan

kemampuan untuk berjalan, tetapi mobilitas optimal merupakan sesuatu yang individualistis,

relatif dan dinamis yang tergantung pada interaksi antara faktor-faktor lingkungan dan sosial,

afektif dan fungsi fisik.

Mobilitas didefinisikan secara luas sebagai tingkat aktivitas yang kurang dari mobilitas

optimal.Studi-studi tentang insidens diagnosis keperawatan yang digunakan untuk lansia

yang berada di institusi perawatan mengungkapakan bahwa hambatan mobilitas fisik adalah

diagnosis pertama atau kedua yang paling sering muncul.

Keletihan dan kelemahan batasan karakteristik intoleransi aktivitas, telah diketahui

sebagai penyebab paling umum kedua yang paling sering terjadi yang menjadi keluhan pada

lansia. Sekitar 43% lansia telah diidentifikasi memiliki gaya hidup kurang gerak, akhirnya

sekitar 50% penurunan funsional pada lansia dihubungkan dengan disease.

Penyebab imobilitas bermacam-macam, berbagai ancaman dari imobilitas fisik dapat

dikategorikan berhubungan dengan lingkungan internal dan eksternal atau dengan

kompetensi dan sumber-sumber internal dan eksternal klien.

B. Pengertian

Mobilitas adalah kemampuan seseorang untuk bergerak secara bebas, mudah, teratur dan

mempunyai tujuan dalam rangka pemenuhan kebutuhan hidup sehat.

Mobilisasi merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak bebas, mudah, teratur,

mempunyai tujuan memenuhi kebutuhan hidup aktivitasnya guna mempertahankan

kesehatannya ( A. Aziz, 2006)

Page 2: Pathway Stroke

Imobilisasi adalah suatu pembatasan gerak atau keterbatasan fisik dari anggota badan dan

tubuh itu sendiri dalam berputar, duduk dan berjalan, hal ini salah satunya disebabkan oleh

berada pada posisi tetap dengan gravitasi berkurang seperti saat duduk atau berbaring (Susan

J. Garrison, 2004).

C. Anatomi dan fisiologi sistem mobilisasi

Struktur sistem mobilisasi

1. Ekstremitas atas

Ekstremitas atas terdiri atas tulang skapula, klavikula, humerus, radius, ulna, karpal,

metakarpal, dan tulang-tulang phalangs.

1. Skapula

Skapula merupakan tulang yang terletak di sebelah posterior tulang kostal dan

berbentuk pipih seperti segitiga.Skapula memiliki beberapa proyeksi (spina, korakoid)

yang melekatkan beberapa otot yang berfungsi menggerakkan lengan atas dan lengan

bawah.Skapula berartikulasi dengan klavikula melalui acromion. Sebuah depresi

(cekungan) di sisi lateral skapula membentuk persendian bola-soket dengan humerus,

yaitu fossa glenoid.

2. Klavikula

Klavikula merupakan tulang yang berartikulasi dengan skapula di sisi lateral dan

dengan manubrium di sisi medial. Pada posisi ini klavikula bertindak sebagai penahan

skapula yang mencegah humerus bergeser terlalu jauh.

3. Humerus

Humerus merupakan tulang panjang pada lengan atas, yang berhubungan dengan

skapula melalui fossa glenoid. Di bagian proksimal, humerus memiliki beberapa

bagian antara lain leher anatomis, leher surgical, tuberkel mayor, tuberkel minor dan

sulkus intertuberkular. Di bagian distal, humerus memiliki beberapa bagian antara lain

condyles, epicondyle lateral, capitulum, trochlear, epicondyle medial dan fossa

olecranon (di sisi posterior). Tulang ulna akan berartikulasi dengan humerus di fossa

olecranon, membentuk sendi engsel. Pada tulang humerus ini juga terdapat beberapa

tonjolan, antara lain tonjolan untuk otot deltoid.

4. Ulna

Page 3: Pathway Stroke

Ulna merupakan tulang lengan bawah yang terletak di sisi medial pada posisi

anatomis.Di daerah proksimal, ulna berartikulasi dengan humerus melalui fossa

olecranon (di bagian posterior) dan melalui prosesus coronoid (dengan trochlea pada

humerus).Artikulasi ini berbentuk sendi engsel, memungkinkan terjadinya gerak

fleksi-ekstensi.Ulna juga berartikulasi dengan radial di sisi lateral.Artikulasi ini

berbentuk sendi kisar, memungkinkan terjadinya gerak pronasi-supinasi.Di daerah

distal, ulna kembali berartikulasi dengan radial, juga terdapat suatu prosesus yang

disebut sebagai prosesus styloid.

5. Radius

Radius merupakan tulang lengan bawah yang terletak di sisi lateral pada posisi

anatomis. Di daeraha proksimal, radius berartikulasi dengan ulna, sehingga

memungkinkan terjadinya gerak pronasi-supinasi. Sedangkan di daerah distal, terdapat

prosesus styloid dan area untuk perlekatan tulang-tulang karpal antara lain tulang

scaphoid dan tulang lunate.

6. Karpal

Tulang karpal terdiri dari 8 tulang pendek yang berartikulasi dengan ujung distal ulna

dan radius, dan dengan ujung proksimal dari tulang metakarpal.Antara tulang-tulang

karpal tersebut terdapat sendi geser.Ke delapan tulang tersebut adalah scaphoid,

lunate, triqutrum, piriformis, trapezium, trapezoid, capitate, dan hamate.

7. Metakarpal

Metakarpal terdiri dari 5 tulang yang terdapat di pergelangan tangan dan bagian

proksimalnya berartikulasi dengan bagian distal tulang-tulang karpal.Persendian yang

dihasilkan oleh tulang karpal dan metakarpal membuat tangan menjadi sangat

fleksibel.Pada ibu jari, sendi pelana yang terdapat antara tulang karpal dan metakarpal

memungkinkan ibu jari tersebut melakukan gerakan seperti menyilang telapak tangan

dan memungkinkan menjepit/menggenggam sesuatu.Khusus di tulang metakarpal jari

1 (ibu jari) dan 2 (jari telunjuk) terdapat tulang sesamoid.

8. Tulang-tulang phalangs

Tulang-tulang phalangs adalah tulang-tulang jari, terdapat 2 phalangs di setiap ibu jari

(phalangs proksimal dan distal) dan 3 di masing-masing jari lainnya (phalangs

proksimal, medial, distal).Sendi engsel yang terbentuk antara tulang phalangs

Page 4: Pathway Stroke

membuat gerakan tangan menjadi lebih fleksibel terutama untuk menggenggam

sesuatu

2. Ekstremitas bawah

Ekstremitas bawah terdiri dari tulang pelvis, femur, tibia, fibula, tarsal, metatarsal, dan

tulang-tulang phalangs.

1. Pelvis

Pelvis terdiri atas sepasang tulang panggul (hip bone) yang merupakan tulang

pipih.Masing-masing tulang pinggul terdiri atas 3 bagian utama yaitu ilium, pubis dan

ischium.Ilium terletak di bagian superior dan membentuk artikulasi dengan vertebra

sakrum, ischium terletak di bagian inferior-posterior, dan pubis terletak di bagian

inferior-anterior-medial.Bagian ujung ilium disebut sebagai puncak iliac (iliac

crest).Pertemuan antara pubis dari pinggul kiri dan pinggul kanan disebut simfisis

pubis.Terdapat suatu cekungan di bagian pertemuan ilium-ischium-pubis disebut

acetabulum, fungsinya adalah untuk artikulasi dengan tulang femur.

2. Femur

Femur merupakan tulang betis, yang di bagian proksimal berartikulasi dengan pelvis

dan dibagian distal berartikulasi dengan tibia melalui condyles.Di daerah proksimal

terdapat prosesus yang disebut trochanter mayor dan trochanter minor, dihubungkan

oleh garis intertrochanteric. Di bagian distal anterior terdapat condyle lateral dan

condyle medial untuk artikulasi dengan tibia, serta permukaan untuk tulang patella. Di

bagian distal posterior terdapat fossa intercondylar.

3. Tibia

Tibia merupakan tulang tungkai bawah yang letaknya lebih medial dibanding dengan

fibula. Di bagian proksimal, tibia memiliki condyle medial dan lateral di mana

keduanya merupakan facies untuk artikulasi dengan condyle femur. Terdapat juga

facies untuk berartikulasi dengan kepala fibula di sisi lateral.Selain itu, tibia memiliki

tuberositas untuk perlekatan ligamen.Di daerah distal tibia membentuk artikulasi

dengan tulang-tulang tarsal dan malleolus medial.

4. Fibula

Fibula merupakan tulang tungkai bawah yang letaknya lebih lateral dibanding dengan

tibia. Di bagian proksimal, fibula berartikulasi dengan tibia. Sedangkan di bagian

Page 5: Pathway Stroke

distal, fibula membentuk malleolus lateral dan facies untuk artikulasi dengan tulang-

tulang tarsal.

5. Tarsal

Tarsal merupakan 7 tulang yang membentuk artikulasi dengan fibula dan tibia

di proksimal dan dengan metatarsal di distal. Terdapat 7 tulang tarsal, yaitu calcaneus,

talus, cuboid, navicular, dan cuneiform (1, 2, 3).Calcaneus berperan sebagai tulang

penyanggah berdiri.

6. Metatarsal

Metatarsal merupakan 5 tulang yang berartikulasi dengan tarsal di proksimal dan

dengan tulang phalangs di distal.Khusus di tulang metatarsal 1 (ibu jari) terdapat 2

tulang sesamoid.

7. Phalangs

Phalangs merupakan tulang jari-jari kaki.Terdapat 2 tulang phalangs di ibu jari dan 3

phalangs di masing-masing jari sisanya.Karena tidak ada sendi pelana di ibu jari kaki,

menyebabkan jari tersebut tidak sefleksibel ibu jari tangan.

D. Tujuan Mobilisasi

a. Memenuhi kebutuhan dasar manusia

b. Mencegah terjadinya trauma

c. Mempertahankan tingkat kesehatan

d. Mempertahankan interaksi sosial dan peran sehari – hari

e. Mencegah hilangnya kemampuan fungsi tubuh

E. Etiologi

a. Usia

Usia mempengaruhi tingkat aktifitas dikaitkan dengan tingkat perkembangan dari

sejak lahir sampai dengan usia lanjut.

b. Penurunan fungsi musculoskeletal

Otot-otot (atrofi, distrofi, atau cedera), tulang (infeksi, fraktur, tumor, osteoporosis,

atau osteomalasia), sendi (athritis dan tumor), atau kombinasi struktur (kanker dan

obat-obatan).

c. Perubahan fungsi neurologis

Page 6: Pathway Stroke

Infeksi, tumor, trauma, obat-obatan, penyakit vaskular (mis, stroke), penyakit

demelinasi, penyakit degeneratif (ex: penyakit parkinson), gangguan metabolik (mis,

hiperglikemia), gangguan nutrisi.  

d. Nyeri

Penyebabnya multipel dan bervariasi seperti penyakit kronis dan trauma.

e. Defisit perceptual

Kelebihan atau kekurangan masukan persepsi sensori.

f. Berkurangnya kemampuan kognitif

Gangguan proses kognitif, seperti demensia berat jauh.

g. Jatuh

Efek fisik: cedera atau fraktur.

Efek psikologis: sindrom setelah jatuh.

h. Perubahan hubungan social

F. Tanda dan Gejala

1.      Kontraktur sendi

Disebabkan karena tidak digunakan atrofi dan pendekatan saraf otot.

2.      Perubahan eliminasi urine

Eliminasi urine pasien berubah karena adanya imobilisasi pada posisi tegak lurus, urine

mengalir keluar dari pelvis ginjal lalu masuk ke dalam ureter dan kandung kemih akibat

gaya gravitasi.

3.      Perubahan sistem integumen

Dekubitus terjadi akibat iskemia dan anoreksia jaringan. Jaringan yang tertekan, darah

membentuk dan kontriksi kuat pada pembuluh darah akibat tekanan persistem pada kulit

dan struktur di bawah kulit sehingga respirasi selular terganggu dan sel menjadi mati.

4.      Perubahan metabolik

Ketika cidera atau stres terjadi, sistem endokrin memicu serangkaian respon yang

bertujuan untuk mempertahankan tekanan darah dan memelihara hidup.

5.      Perubahan sistem muskulus skeletal

Page 7: Pathway Stroke

Keterbatasan mobilisasi mempengaruhi otot klien melalui kehilangan daya tahan,

penurunan massa otot atrofi dan penurunan stabilitas.

6.      Perubahan pada sistem respiratori

Klien dengan pasca operasi dan imobilisasi beresiko tinggi mengalami komplikasi pada

paru-paru.

G. Klasifikasi Fraktur

1)      Berdasarkan luas/garis fraktur

(1)   Fraktur komplit

Bila garis patah melalui seluruh penampang tulang atau melalui kedua tulang.

(2)   Fraktur tidak komplit/incomplete

Bila garis patah tidak melalui seluruh penampang tulang, misal:

a.         Buckle fracture: terjadi pada lipatan dari satu korteks dengan kompresi tulang

spongiosa dibawahnya.

b.        Green stick fracture: fraktur tidak sempurna dan sering terjadi pada anak-anak,

korteks tulang masih utuh begitu pula periosteum.

2)      Berdasarkan posisi fragmen

(1)   Fraktur undisplaced/tidak bergeser

Tulang patah, posisi pada tempatnya normal/garis patah komplit tetapi kedua fragmen

tidak bergeser, periosteum masih utuh.

(2)   Fraktur displaced/bergeser

Ujung tulang yang patah berjauhan dari tempat patah dan terjadi pergeseran fragmen-

fragmen tulang.

3)      Berdasarkan bentuk/jumlah garis patah

(a)   Fraktur komunitif

Garis patah lebih dari satu dan saling berhubungan

Page 8: Pathway Stroke

(b)   Fraktur segmental

Garis patah lebih dari satu, tidak saling berhubungan karena tulang tertekan menjadi

beberapa bagian.

(c)   Fraktur multiple

Garis patah lebih dari satu tetapi pada tulang, tempat yang berlainan.

4)      Berdasarkan tempat

Misal: Fraktur femur, fraktur humerus, fraktur radius, ulna, tibia, fibula, vertebra dll.

5)      Berdasarkan bentuk garis patah dan hubungannya dengan mekanisme trauma

(a)   Fraktur transversal

Fraktur yang garis patahnya tegak lurus terhadap sumbu panjang tulang.

(b)   Fraktur oblik

Fraktur yang garis patahnya membentuk sudut terhadap tulang.

(c)   Fraktur spinal

Fraktur tulang yang melingkari tulang.

(d)   Fraktur kompresi

Fraktur dimana 2 tulang menumbuk tulang ketiga yang berada diantaranya.

(e)   Fraktur avulse

Fraktur yang memisahkan fragmen tulang pada tempat inverse tendon ataupun ligament.

6)      Berdasarkan hubungan tulang dengan dunia luar

(a)   Fraktur tertutup (closed/simple fracture)

Bila tidak ada hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar.

(b)   Fraktur terbuka (open/compound fracture)

Page 9: Pathway Stroke

Karena terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar karena adanya

perlukaan dikulit.

Menurut R. Gustillo (2001), Fraktur terbuka terbagi atas 3 derajad:

a.         Derajad I

         Luka < 1 cm

         Kerusakan jaringan lunak sedikit, tidak ada tanda luka remuk.

         Fraktur sederhana, tranversal, obliq atau komunitif ringan

         Kontaminasi minimal

b.        Derajat II

         Laserasi > 1 cm

         Kerusakan jaringan lunak, tidak luas, flap/avulse

         Fraktur komunitif sedang

         Kontaminasi sedang

c.         Derajat III

Terjadi kerusakan jaringan lunak yang luas meliputi struktur kulit, otot dan

neurovaskuler serta kontaminasi derajat tinggi.Terbagi atas:

a.       Luka pada pembuluh arteri/saraf perifer yang harus diperbaiki tanpa melihat

kerusakan jaringan lunak.

b.      Kehilangan jaringan lunak dengan fraktur yang tulang yang terpapar/kontaminasi

masif.

c.       Jaringan lunak yang menutupi fraktur yang adekuat, meskipun terdapat laserasi

luas/flap/avulsi/fraktur segmental atau sangat komunitif yang disebabkan trauma

berenergi tanpa melihat besar luasnya luka.

Page 10: Pathway Stroke

H. Komplikasi

1)        Malunion

Suatu keadaan dimana tulang yang patah telah sembuh dalam posisi yang tidak seharusnya.

2)        Non-union

Kegagalan pada proses penyambungan tulang sehingga tulang tak dapat menyambung.

3)        Delayed union

Proses penyembuhan tulang berjalan dalam waktu lama dari waktu yang diperkirakan.

4)        Infeksi

Paling sering menyertai fraktur terbuka tetapi sudah jarang dijumpai dapat melalui logam

bidai.

I. Faktor yang mempengaruh imobilisasi

a. Faktor-faktor aktual (mis, kehilangan pasangan, pindah jauh dari keluarga atau teman-

teman), faktor-faktor persepsi (mis, perubahan pola pikir seperti depresi)

b. Gaya Hidup

Gaya hidup sesorang sangat tergantung dari tingkat pendidikannya. Makin tinggi tingkat

pendidikan seseorang akan di ikuti oleh perilaku yang dapat meningkatkan kesehatannya.

Demikian halnya dengan pengetahuan kesehatan tetang mobilitas seseorang akan

senantiasa melakukan mobilisasi dengan cara yang sehat misalnya; seorang ABRI akan

berjalan dengan gaya berbeda dengan seorang pramugari atau seorang pemambuk.

c. Proses penyakit dan injury

Adanya penyakit tertentu yang di derita seseorang akan mempengaruhi mobilitasnya

misalnya; seorang yang patah tulang akan kesulitan untuk mobilisasi secara bebas.

Demikian pula orang yang baru menjalani operasi.Karena adanya nyeri mereka

cenderung untuk bergerak lebih lamban.Ada kalanya klien harus istirahat di tempat

tidurkarena mederita penyakit tertentu misallya; CVA yang berakibat kelumpuhan, typoid

dan penyakit kardiovaskuler.

d. Kebudayaan

Kebudayaan dapat mempengaruhi pola dan sikap dalam melakukan aktifitas misalnya;

Page 11: Pathway Stroke

seorang anak desa yang biasa jalan kaki setiap hari akan berbeda mobilitasnya dengan

anak kota yang biasa pakai mobil dalam segala keperluannya. Wanita kraton akan

berbeda mobilitasnya dibandingkan dengan seorang wanita madura dan sebagainya.

e. Tingkat Energy

Setiap orang mobilisasi jelas memerlukan tenaga atau energi, orang yang lagi sakit akan

berbeda mobilitasnya di bandingkan dengan orang sehat apalagi dengan seorang pelari.

f. Usia dan status perkembangan

Seorang anak akan berbeda tingkat kemampuan mobilitasny dibandingkan dengan

seorang remaja. Anak yang selalu sakit dalam masa pertumbuhannya akan berbeda pula

tingkat kelincahannya dibandingkan dengan anak yang sering sakit.

g. Tipe persendian dan pergerakan sendi

Dalam sistiim muskuloskeletal dikenal 2 maca persendian yaitu sendi yang dapat

digeragan (diartroses) dan sendi yang tidak dapat digerakan (siartrosis).

J. Factor yang berhubungan

1. Masalah muskuloskeletal 

Menurunnya kekuatan dan kemampuan otot, atropi, kontraktur, penurunan mineral,

tulang dankerusakan kulit.

2. Masalah urinary

Terjadi statis urine pada pelvis ginjal, pengapuran infeksi saluran kemih dan

inkontinentia urine.

3. Masalah gastrointestinal 

Terjadinya anoreksia / penurunan nafsu makan diarrhoe dan konstipasi.

4. Masalah respirasi

Penurunan ekspansi paru, tertumpuknya sekret dalam saluran nafas, ketidak

seimbangan asam basa (CO2 O2).

5. Masalah kardiovaskuler 

Terjadinya hipotensi orthostatic, pembentukan trombus.

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN MOBILISASI

A. Pengkajian

Fokus pengkajian

Page 12: Pathway Stroke

1. Riwayat penyakit sekarang

Meliputi alasan pasien yang menyebabkan terjadi keluhan/ gangguan dalam

mobilisasi, seperti adanya nyeri, kelelahan, tingkat mobilisasi, daerah yang terganggu,

dan lama terjadinya gangguan.

2. Riwayat penyakit yang pernah diderita

Pengkajian riwayat penyakit yang berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan

mobilitas, misalnya adanya riwayat penyakit neurologis ( kecelakaan cerebrovasculer,

trauma kepala, peningkatan tekanan intrakranial dll), riwayat penyakit kardiovasculer

(AMI, gagal jantung), riwayat penyakit musculoskeletal (artritis, asam urat), riwayat

penyakit sistem pernafasan.

3. Kemampuan fungsi motorik

Mengkaji fungsi motorik untuk melihat adanya kelemahan dan kekuatan

4. Kemampuan mobilitas

Pengkajian kemampuan mobilitas dilakukan dengan tujuan untuk menilai kemampuan

gerak ke posisi miring, duduk, berdiri, bangun, dan berpindah tanpa bantuan.

Kategori kemampuan aktivitas adalah sebagai berikut:

Tingkat mobilitas/

aktivitasKategori

Tingkat 0

Tingkat1

Tingkat2

Tingkat3

Tingkat 4

Mampu merawat diri sendiri secara penuh

Memerlukan pengguanaan alat

Memerlukan bantuan dan pengawasan orang lain

Memerlukan bantuan, pengawasan orang lain dan peralatan

Sangat tergantung dan tidak dapat melakukan atau berpartisipasi dalam

perawatan

Kemampuan rentang gerak

Pengkajian rentang gerak (ROM) dilakukan pada daerah seperti bahu, siku, lengan, panggul, dan

kaki

Page 13: Pathway Stroke

Gerak sendi

Derajat

rentang

normal

1. Bahu

a. Adduksi : gerakan lengan ke lateral dari posisi samping ke atas kepala,

telapak tangan menghadap posisi yang palinga jauhSiku

b. Fleksi : angkat lengan bawah kearah depan dan ke arah atas menuju

bahu

2. Pergelangan tangan

a. Fleksi: tekuk jari-jari tangan ke arah bagian dalam lengan bawah

b. Esktensi:luruskan pergelangan tangan dari posisi fleksi

c. Hiperekstensi : tekuk jari-jari tangan ke arah belakang sejauh mungkin

d. Abduksi: tekuk jari-jari tangan ke sisi ibu jari ketika telapak  tangan

menghadap ke atas

e. Adduksi: tekuk pergelangan tangan kearah kelingking, telapak tangan

menghadap ke atas

3. Tangan dan jari

a. Fleksi : buat kepalan tangan

b. Ekstensi: luruskan jari

c. Hiperekstensi: tekuk jari-jari tangan sejauh mungkin

d. Abduksi: kembangkan jari-jari tangan sejauh mungkin

e. Adduksi: rapatkan jari-jari tangan dari posisi abduksi

180-90

80-90

80-90

70-90

0-20

30-50

90

90

30

20

20

5. Perubahan intoleransi aktivitas

Pada pengkajian ini berhubungan dengan sistem pernafasan, antara lain: suara nafas,

analis gas darah, gerakan dinding thorak, adanya mucus,batuk produktif diikuti dengan

panas, dan nyeri saat respirasi. Pengkajian terhadap sistem kardiovasculer, seperti

nadi, tekanan darah, sirkulasi perifer, adanya thrombus, perubahan tanda vital.

6. Kekuatan otot dan gangguan koordinasi

Pengkajian kekuatan otot dilakukan secara bilateral atau tidak:

Page 14: Pathway Stroke

SkalaProsentase kekuatan

normalKarakteristik

0

1

2

3

4

5

0

10

25

50

75

100

a. Paralisis sempurna

b. Tidak ada gerakan, kontraksi otot dapat dipalpasi atau dilihat

c. Gerakan otot penuh melawan grafitasi dengan topangan

d. Gerakan yang normal melawan grafitasi

e. Gerakan penuh yang normal melawan grafitasi dan melawan

tahanan minimal

f. Kekuatan normal, gerakan penuh yang normal melawan

grafitasi dan tahanan penuh

7. Perubahan psikologis

Pengkajian mobilitas berkaitan dengan psikologis antara lain perubahan prilaku,

emosi, perubahan dalam mekanisme koping.

B. PEMERIKSAAN FISIK

a. Mengkaji skelet tubuh

Adanya deformitas dan kesejajaran.Pertumbuhan tulang yang abnormal akibat tumor

tulang.Pemendekan ekstremitas, amputasi dan bagian tubuh yang tidak dalam

kesejajaran anatomis.Angulasi abnormal pada tulang panjang atau gerakan pada titik

selain sendi biasanya menandakan adanya patah tulang.

b. Mengkaji tulang belakang

1. Skoliosis (deviasi kurvatura lateral tulang belakang)

2. Kifosis (kenaikan kurvatura tulang belakang bagian dada)

3. Lordosis (membelok, kurvatura tulang belakang bagian pinggang berlebihan)

c. Mengkaji system persendian

Luas gerakan dievaluasi baik aktif maupun pasif,deformitas, stabilitas, dan adanya

benjolan, adanya kekakuan sendi

d. Mengkaji system otot 

Page 15: Pathway Stroke

Kemampuan mengubah posisi, kekuatan otot dan koordinasi, dan ukuran masing-

masing otot.Lingkar ekstremitas untuk mementau adanya edema atau atropfi, nyeri

otot.

e. Mengkaji cara berjalan

Adanya gerakan yang tidak teratur dianggap tidak normal. Bila salah satu ekstremitas

lebih pendek dari yang lain. Berbagai kondisi neurologist yang berhubungan dengan

cara berjalan abnormal (mis. cara berjalan spastic hemiparesis – stroke, cara berjalan

selangkah-selangkah – penyakit lower motor neuron, cara berjalan bergetar – penyakit

Parkinson).

f. Mengkaji kulit dan sirkulasi perifer

Palpasi kulit dapat menunjukkan adanya suhu yang lebih panas atau lebih dingin dari

lainnya dan adanya edema.Sirkulasi perifer dievaluasi dengan mengkaji denyut

perifer, warna, suhu dan waktu pengisian kapiler.

g. Mengkaji fungsional klien 

A. Diagnosa Keperawatan

1. Gangguan mobilitas fisik b.d trauma tulang belakang

2. Gangguan penurunan curah jantung b.d peningkatanbeban  kerja ventrikel

3. Resiko cedera b.d disfungsi integratif

4. Tidak efektifnya pola nafas b.d menurunnya ekspansi paru.

dx.1Gangguang mobilitas fisik b.d trauma

Tujuan:

1. Aktivitas fisik meningkat

2. ROM normal

3. Melaporkan perasaan peningkatan kekuatan dalam bergerak.

4. Klien bisa melakukan aktivitas.

Intervensi:

a. Pastikan keterbatasan gerak sendi yang dialami.

b. Motivasi klien untuk mempertahankan pergerakan sendi.

c. pastikan klien bebas dari nyeri sebelum diberikan latihan.

d. Ajarkan ROM exercise aktif dan pasif; jadual; keteraturan, latih ROM pasif

dan aktif

Page 16: Pathway Stroke

e. Anjurkan dan Bantu klien duduk di tempat tidur sesuai toleransi.

f. Atur posisi setiap 2 jam atau sesuai toleransi.

g. Fasilitasi penggunaan alat Bantu.

h. Jelaskan manfaat ROM aktif dan pasif

i. Kolaborasi dengan fisioterapi

dx.2 Penurunan curah jantung b.d peningkataan kerja ventrikel

Tujuan:

1. Menunjukkan  curah jantung yang memuaskan

2. Menunjukkan status sirkulasi yang  baik: denyut jantung dalam batas normal,

tak ada asites, denyut perifer normal, tidak ada bunyi nafas tambahan.

3. Menunjukkan pening katan toleransi terhadap aktifitas fisik

4. Mempunyai warna kulit yang normal

Intervensi :

a. Kaji dan dokumentasi tekanan darah, adanya sianosis. Status pernafasan dan

status mental

b. Pantau tanda kelebihan cairan

c. Pantau hemodinamik: denyut perifer, waktu pengisian kapiler, bunyi paru

d. Pindah posisi pasien tiap 2 jam dan pertahankan aktivitas yang dibutuhkan

e. Ajarkan tehnik penurunan stress, relaksasi, meditasi

f. Minimalkan stressor lingkungan

g. Jelaskan tujuan pemberian oksigen

h. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat

Pelaksanaan

1. ROM active

Page 17: Pathway Stroke

merupakan latihan gerak isotonis (tjd kontraksi & pergerakan otot) yg dlakukan

pasien dg menggerakkan masing- masing persendiannya sesuai dg rentang gerak

normal.

Tujuan :

1. mempertahankan/meningkatkan kekuatan & kelenturan otot

2. Mempertahankan fungs kardiorespiratory

3. Mencegah kontaktur & kekakuan pada persendian

2. ROM Pasif

merupakan latihan pergerakan perawat atau petugas lain yang menggerakkan

persendin pasien sesuai dengan kemampuan rentang geraknya

Tujuan :

1. Menjaga fleksibilitas dari masing-masing persendian

2. Sesuai dengan tujuan yang sudah ditentukan: ROM aktif dan pasif

3. Spina servical

1. Fleksi: menggerakkan dagu menempel ke dada rentang 450

2. Ekstensi: Mengembalikan kepala ke posisi tegak rentang 450

3. Hiperekstensi : menekuk kepala ke belakang sejauh mungkin rentang 100

4. Fleksi lateral : memiringkan kepala sejauh mungkin ke arah setiap bahu rentang

400- 450

5. Rotasi: memutar kepala sejauh mungkin dalam gerakan sirkuler 1800

4. Bahu

1. Fleksi: menaikan lengan dari posisi samping tubuh ke depan ke posisi di atas kepala

rentang 1800

2. Ekstensi: mengembalikan lengan ke posisi disamping tubuh 1800

3. Hiperekstensi: menggerakkan lengan ke belakang tubuh, siku tetap lurus 450 – 600

4. Abduksi : menaikkan lengan ke posisi samping di atas kepala dengan telapak tangan 

jauh dari kepala 1800

5. Adduksi: menurunkan lengan kesamping dan menyilangkan tubuh sejauh mungkin

rentang 3200

6. Rotasi dalam : dengan siku fleksi, memutar bahu dengan menggerakkan lengan sampai

ibu jari menghadap ke dalam dan ke belakang rentang 900

Page 18: Pathway Stroke

7. Rotasi luar: dengan siku fleksi, menggerakkan lengan sampai ibu jari ke atas dan

sampai kepala rentang 900

8. Sirkumduksi : Menggerakkan lengan dengan laingkaran penuh ( sirkumduksi adalah

kombinasi semua gerakan sendi ball-and-socket) rentang 3600

5. Siku

1. Fleksi: menekuk siku sehingga lengan bawah bergerak ke depan sendi bahu dan

tangan sejajar bahu rentang 1500

2. Ekstensi: meluruskan siku dengan meluruskan tangan rentang 1500

6. Lengan bawah

1. Supinasi: memutar lengan bawah dan tangan sehingga telapak tangan menghadap ke

atas rentang 70-900

2. Pronasi: memutar lengan bawah sehingga lengan bawah menghadap ke bawah rentang

70-900

7. Pergelangan tangan

1. Fleksi: menggerakkan telapak tangan kesisi bagaian dalam lengan bawah 80-900

2. Ekstensi: menggerakakan jari-jari sehingga jari-jari, tangan, dan lengan bawah berada

dalam arah yang sama rentang 80-900

3. Hiperekstensi: membawa permukaan tangan dorsal ke belakang sejauh mungkin sama

rentang 80-900

4. Abduksi (fleksi radial): menekuk pergelangan tangan miring (medial) ke ibu jari

sampai 300

5. Adduiksi (fleksi ulnar): menekuk pergelangan tangan miring (lateral) ke arah lima jari

30-500

8. Jari – jari tangan

1. Fleksi: membuat genggaman 900

2. Ekstensi: meluruskan jari-jari tangan rentang 900

3. Hiperekstensi: menggerakkan jari-jari tangna ke belakang sejauh mungkin rentang 30-

600

4. Abduksi: merenggangkan jari-jari tangan yang satu dengan yang lain rentang 300

5. Adduksi: merapatkan kembali jari-jari tangan 300

9. Ibu jari pelana

Page 19: Pathway Stroke

1. Fleksi: menggerakkan ibu jari menyilang permukaan telapak tangan rentang 900

2. Ekstensi : menggerakkan ibu jari lurus menjauh dari tangan 900

3. Abduksi: menjauhkan ibu jari kesamping ( biasa dilakukan ketika jari-jari tangn

abduksi dan adduksi) 300

4. Aduksi: menggerakkan ibu jari kedepan tangan 300

5.  Oposisi: menyentuh ibu jari ke setiap jari-ari pada tangan yang sama rentang 300

10. Pinggul

1. Fleksi: menggerakkan tungkai ke depan dan ke atas rentang 90-1200

2. Ekstensi: menggerakkan kembali ke samping tungkai yang lain 90-1200

3. Hiperekstensi: menggerakkan tungkai ke belakang tubuh 30-500

4. Abduksi : menggerakkan tungkai ke samping menjauhi tubuh 30-500

5. Adduksi: menggerakkan tungkai kembali ke posisi medial dan melebihi jjika

mungkkin rentang 30-500

6. Rotasi dalam : memutar kaki dan tungkai ke arah tungkai lain.

7. Rotasi luar: memutar kaki dan tungkai menjauhi tungkai yang lain rentang 900

8. Sirkumduksi: menggerakkan tungkai melingkar.

11. Lutut

1. Fleksi ; menggerakkan tumit ke arah belakang paha. 120-1300

2. Ekstensi: mengembalikan tungkai ke lantai rentang 120-1300

12. Mata kaki

1. Dorsifleksi : menggerakkan kaki sehingga jari-jari kaki menekuk ke atas 20-300

2. Plantar fleksi: menggerakkan kaki sehingga jari-jari kaki menekuk ke bawah 45-500

13. Kaki

1. Inversi: memutar telapak kaki ke samping dalam (medial) rentang 100 atau kurang

2. Memutar telapk kai ke samping luar rentang100 atau kurang

14. Jari-jari kaki

1. Fleksi: melengkungkan jari-jari kaki ke bawah rentang 30-600

2. Ekstensi ; meluruskan jari-jari kaki rentang 30-600

3. Abduksi; meregangkan jari-jari kaki satu dengan yang lainnya 150 atau kurang

4. Adduksi: meraptkan kembali bersama-sama rentang 150 atau kurang

Page 20: Pathway Stroke

Daftar pustaka

Alimul Aziz, 2008. Kebutuhan Dasar Manusia, Edisi 2. Jakarta; Salemba Medika.

Brunner & Suddarth,Cetakan Ke satu, Jakarta, EGC, 2001

Doenges, Marilynn E. (2000). Rencana Asuhan Keperawatan. EGC: Jakarta.

Dr. Hardywinoto, SKM, Dr. Tony Setia budhi, Ph. D.Panduan Gerontologi, Jakarta,

PTGramedia Pustaka Utama, 2009.

Potter dan Perri. Fundamental Keperawatan, Edisi 4. Jakarta; 2005.

Suzanne C. Smeltzer, Brenda G. Bare, Buku Ajar Keperawatan Medikal bedah.Jakarta : EGC

Page 21: Pathway Stroke

Pathway stroke