patofisiologi
DESCRIPTION
FARMASI PATOFISIOLOGI PENYAKIT PARUTRANSCRIPT
-
Patofisiologi Penyakit
Paru
Fivy Kurniawati
-
Anatomy
18/06/2014 2
Respiratory System
-
Anatomy
18/06/2014 3
Sistem Pernafasan terdiri dari:
Zona Pernafasan
Tempat pertukaran gas
Terdiri dari: bronchioles, alveolar ducts, and alveoli
Zona Conducting
Saluran kaku yg menghantarkan udara untuk mencapai tempat
pertukaran gas
Termasuk semua struktur lain pernafasan (e.g., nose, nasal
cavity, pharynx, trachea)
Respiratory muscles diaphragm and other muscles that promote
ventilation
-
Anatomy
18/06/2014 5
Conducting Zone : Bronchi
The carina of the last tracheal cartilage
marks the end of the trachea and the
beginning of the right and left bronchi
Air reaching the bronchi is:
Warm and cleansed of impurities
Saturated with water vapor
Bronchi subdivide into secondary
bronchi, each supplying a lobe of the
lungs
-
Anatomy
18/06/2014 6
Bagian dari sistem pernafasan manusia paru-paru
Paru-paru diselubungi oleh viceral pleura dan dilingkupi oleh dinding dada
dan diafragma, serta otot polos yg membantu saat proses ventilasi.
Major Function of the Respiratory System (Lungs)
Secara fisiologis fungsi utama dari paru-paru adalah menyediakan oksigen
bagi jaringan untuk proses metabolisme dan untuk mengeluarkan produk
sampingan utama dari metabolisme itu, karbon dioksida respirasi
Paru-paru melakukan fungsi ini dengan memindahkan udara inspirasi dekat
dengan kapiler paru untuk memungkinkan pertukaran gas secara difusi
sederhana.
-
Lungs
Air route through respiratory system
18/06/2014 7
Air
Nose
-moistening and
warming
-filtered and
cleaning
Pharynx
Larynx
switching
mechanism to
route air and
food into the
proper channels
Trachea
Bronchi Bronchiolus
Alveoli
Site for gas
exchange
-
Anatomy
18/06/2014 8
-
Anatomy respiratory membrane (alveoli)
18/06/2014 9
-
Respratory membrane
18/06/2014 10
-
Physiology
18/06/2014 11
Respiration
Ventilasi
masuknya campuran gas-gas kedalam dan keluar paru-paru
Respirasi sel/respirasi internal
saat metabolit dioksidasi utk mendapatkan energi dan
karbondioksida terbentuk sebagai sampah proses metabolisme sel dan
dikeluarkan oleh paru-paru.
Transportasi
1). Difusi gas-gas antara alveolus dan kapiler paru-paru (respirasi
eksternal) dan antara darah sistemik dan sel-sel jaringan;
2). Distribusi darah dalam sirkulasi pulmonar dan penyesuaiannya dg
distribusi udara ke dalam alveolus-alveolus; dan
3). Reaksi kimia dan fisik dari oksigen dan karbondioksida dg darah
Proses fisiologi pernafasan dimana oksigen dipindahkan dari udara kedalam
jaringan-jaringan tubuh dan karbondioksida dikeluarkan ke udara.
-
Prosedur Diagnostik pada Penyakit Paru
18/06/2014 12
1. Metode morfologi teknik radiologi, endoskopi,
pemeriksaan biopsi, dan pemeriksaan sputum
mengetahui morfologi dari paru-paru
2. Metode fisiologik uji fungsi paru-paru (dibagi menjadi
dua kategori : uji ventilasi paru-paru dan dinding dada,
serta uji yg berhubungan dg pertukaran gas)
-
18/06/2014 13
UJI MORFOLOGI PARU-PARU
Radiologi
Endoskopi
Pemeriksaan biopsi dan sputum
-
Radiogram yg dihasilkan dapat memberikan informasi mengenai
1. Status dinding toraks termasuk iga, pleura, kontur diafragma dan
saluran nafas atas
2. Ukuran, kontur, dan posisi dari mediastinum dan hilus paru-paru,
termasuk jantung, aorta, kelenjar getah bening dan akar
percabangan bronkus
3. Tekstur dan derajat aerasi parenkim paru-paru
4. Ukuran, bentuk, jumlah dan lokasi lesi paru-paru termasuk
kemungkinan adanya cavitation (rongga), tanda fibrosis, dan
daerah konsolidasi
Penampilan radiogram normal bervariasi dalam beberapa hal
tergantung pada jenis kelamin, usia, dan keadaan pernafasan
Radiologi
18/06/2014 14
-
Endoskopi
18/06/2014 15
Endoskopi bronkus (bronkoskopi) teknik yg memungkinkan visualisasi secara
langsung trakhea dan cabang-cabang utamanya paling sering digunakan untuk
memastikan diagnosis karsinoma bronkogenik.
Sesudah menjalani bronkoskopi, maka pasien yg bersangkutan tidak diperbolehkan
makan atau minum paling tidak selama 2-3 jam, yaitu sampai refleks muntah timbul
lagi
-
Pemeriksaan biopsi dan sputum
18/06/2014 16
PEMERIKSAAN BIOPSI
Contoh jaringan untuk pemeriksaan biopsi dapat diperoleh dari saluran pernafasan bagian atas atau bawah dengan menggunakan teknik endoskopi yg memakai laringoscop atau bronkoscop
PEMERIKSAAN SPUTUM
Pemeriksaan sputum secara makroskopik, mikroskopik atau bateriologik penting dalam diagnosis etiologi beberapa penyakit pernafasan warna, bau, dan adanya darah
Pemeriksaan mikroskopik dapat mengungkapkan organisme penyebab
Pemeriksaan sitologi eksfoliatif pada sputum membantu diagnosa karsinoma paru-paru
Waktu terbaik untuk mengumpulkan sputum adalah segera sesudah bangun tidur sekresi bronkus yg abnormal cenderung tertimbun pada saat sedang tidur
-
UJI FUNGSI PARU-PARU
- Uji Fungsi Ventilasi - Blood Gasses Analysis
18/06/2014 17
-
Uji Fungsi Ventilasi kapasitas dan volume paru-paru (penjelasan gambar)
18/06/2014 18
Pengukuran Simbol Nilai rata-rata pd pria
dewasa (ml)
Definisi
Volume tidal VT 500 Jumlah udara yg diinspirasi atau diekspirasi pada setiap kali bernafas
(nilai ini adalah untuk keadaan istirahat)
Volume cadangan
inspirasi
IRV 3100 Jumlah udara yg dapat diinspirasi secara paksa sesudah inhalasi
volume tidal normal
Volume cadangan
ekspirasi
ERV 1200 Jumlah udara yg dpt diekspirasi secara paksa sesudah ekspirasi
volume tidal normal
Volume residu RV 1200 Jumlah udara yg tertinggal dalam paru2 sesudah ekspirasi paksa
Kapasitas paru-paru
total
TLC 6000 Jumlah udara maksimal yg dapat dimasukkan kedalam paru-paru
sesudah inspirasi maksimal
TLC = VT + IRV + ERV + RV
Kapasitas vital VC 4800 Jumlah udara maksimal yg dapat diekspirasi sesudah inspirasi
maksimal (seharusnya 80% dari TLC)
VC = VT + IRV + ERV
Kapasitas inspirasi IC 3600 Jumlah udara maksimal yg dapat diinspirasi sesudah ekspirasi
maksimal
IC = VT + IRV
Kapasitas residu
fungsional
FRC 2400 Volume yg tertinggal dalam paru-paru sesudah ekspirasi volume tidal
normal
FRC = ERV + RV
-
Uji Fungsi Paru-Paru
18/06/2014 19
-
Uji Fungsi Paru-Paru Blood gasses analysis
18/06/2014 20
Untuk menilai fungsi pernafasan perlu juga mempelajari diluar fungsi
ventilasi seperti volume dan distribusi gas yg diangkut oleh sistem sirkulasi
Untuk analisis gas darah, biasanya digunakan contoh darah arteri (arteria
radialis atau brakialis)
Nilai rentang normal gas-gas dalam darah arteri
Pengukuran gas darah Simbol Nilai normal
Tekanan karbondioksida PaCO2 35 - 45 mmHg (rata-rata, 40)
Tekanan oksigen PaO2 80 100 mmHg
Persentase kejenuhan oksigen SaO2 97
Konsentrasi ion hidrogen pH 7.35 7.45
Bikarbonat HCO3 22 26 mEq/L
-
Blood gasses (PaCO2 and PaO2)
18/06/2014 22
PaCO2 petunjuk ventilasi alveolar yg paling baik.
Bila PaCO2 meningkat terjadi hipoventilasi alveolar.
Hipoventilasi menyebabkan asidosis respiratorik dan penurunan pH darah terjadi
apabila volume tidal menurun seperti pada pernafasan yg cepat dan dangkal, dapat
pula terjadi pada overdosis narkotik ataupun barbiturat
Bila PaCO2 menurun penyebab langsung adalah hiperventilasi alveolar
menyebabkan alkaliosis repiratorik dan peningkatan pH darah dapat terjadi pada
penderita asma dan pneumonia.
Hiperventilasi dapat juga disebabkan karena cedera atau tumor otak, ketegangan,
atau dapat juga merupakan proses kompensasi untuk mengatasi asidosis metabolik.
PaO2, jika turun sampai dibawah nilai normal akan terjadi hipoksemia. Secara
normal dapat menurun karena pertambahan usia
-
18/06/2014 23
-
What is Asthma?
18/06/2014 24
penyakit peradangan dan obstruksi saluran nafas
Obstruksi yg terjadi sifatnya reversible
Karakterisasi asthma:
gejala intermiten, termasuk:
- Wheezing (mengi),
- Dada sesak,
- Sesak napas (dyspnea), dan
- batuk disertai hyperresponsiveness bronkial.
-
Asthma
18/06/2014 25
-
Asthma
18/06/2014 26
Dificulty of breathing related
to airways become
smaller or narrower, due
to:
Underlying inflammation or
swelling
Increased mucus production
and
Contraction of muscles around
the airways, or bronchospasm
-
Asthma classification
18/06/2014 27
A. Intrinsic asthma
no environmental causes can be identified
negative skin test to common airborn allergens
rather negative family history
B. Extrinsic asthma
atopy, genetic predisposition
IgE, mast cells and eosinophils response to allergens
C. Occupational asthma
sensibilisation of airways to inhalant chemicals
-
Etiology and Epidemiology
18/06/2014 28
Asthma merupakan penyakit paru-paru kronis yg paling banyak terjadi, hampir 1/3
orang dewasa di sejumlah negara menderita asthma.
Asthma risk factor
Gender : - women more likely to have asthma than men
- boys more likely to have asthma than girls
Age : children or adult age 18 to 24 years old more likely to have asthma than older
adult
Behaviour risk factor : smokers
obese adult
Atopy, atau produksi antibodi immunoglobulin E (IgE) sebagai respon dari
terpaparnya seseorang oleh alergen merupakan kejadian asthma yg paling sering dan
memegang peranan penting pada evolusi penyakit.
-
Ethiology and Epidemiology
18/06/2014 29
Penderita asma biasanya mengalami respon cepat dan lambat terhadap rangsangan provocative agent.
Pada respon cepat terjadi proses penyempitas saluran nafas dalam waktu 10-15 menit setelah terpapar dan terjadi proses perbaikan dalam 60 menit. Hal ini terkadang dapat diikuti oleh respon asma lambat, yang muncul 4-8 jam setelah stimulus awal. Meskipun mekanisme dari dua respon ini berbeda tetapi kedua respon ini adalah bagian dari proses peradangan saluran nafas yg umum terjadi.
Risk factors Predisposing: atopy, gender
Causal: allergens, aspirin, chemicals
Contributing: respiratory infections, diet, air pollution, smoking
Factors that exacerbate asthma - triggers
allergens, respiratory infections, exercise, emotions
-
Etiology and Epidemiology
18/06/2014 30
Physiologic and pharmacologic mediators of normal smooth muscle contraction
Histamine
Methacholine
Adenosine triphosphate
Physicochemical agents
Exercise; hyperventilation with cold, dry air
Air pollutants
Sulfur dioxide
Nitrogen dioxide
Viral respiratory infections (eg, influenza A)
Ingestants
Propranolol
Aspirin; NSAIDs
Allergens
Low-molecular-weight chemicals (eg, penicillin, isocyanates, anhydrides, chromate)
Complex organic molecules (eg, animal danders, dust mites, enzymes, wood dusts)
Ada beberapa provocative agen yg
diketahui dapat menyebabkan terjadinya
asthma. Secara garis besar dpt
dikategorikan menjadi 3, yaitu
(1) physiologic or pharmacologic
mediators of asthmatic airway
responses,
(2) allergens that can induce airway
inflammation and reactivity in sensitized
individuals, and
(3) exogenous physicochemical agents
or stimuli that produce airway
hyperreactivity.
-
Asthma
18/06/2014 31
Paparan alergen atau berbagai rangsangan non spesifik menginisiasi terjadinya
proses aktivasi seluler pada saluran pernafasan.
Menyebabkan terjadinya proses inflamasi akut dan kronis yg dimediasi oleh berbagai
kompleks dan sitokin terintegrasi yg dilepaskan secara lokal dan mediator lainnya.
Pelepasan mediator-mediator ini dapat mengubah tonus otot polos saluran
pernapasan dan responsifitas, menghasilkan hipersekresi mukus dan kerusakan epitel
saluran napas. Kejadian patologis ini menghasilkan abnormalitas kronik dari
arsitektur dan fungsi saluran nafas.
-
Pathogenesis
18/06/2014 32
Tidak diketahui mekanisme tunggal terjadinya asthma yg paling sering adalah
reaksi terhadap adanya alergen
Respon paling awal yg terjadi pada saluran nafas penderita asthma adalah aktivasi
sel-sel inflamasi lokal, sel mast dan terutama eosinofil Hal ini dapat terjadi melalui
mekanisme IgE-dependent tertentu atau secara tidak langsung melalui proses lainnya
(misalnya, stimulus osmotik atau paparan iritasi kimia).
Mediator aksi akut, termasuk leukotrien, prostaglandin, dan histamin, secara cepat
menginduksi kontraksi otot polos, hipersekresi lendir, dan vasodilatasi dengan
endotelial leakage dan pembentukan edema lokal.
Muncul sel-sel epitelial untuk terlibat dalam proses ini, melepaskan leukotrien dan
prostaglandin serta sitokin inflamasi pada proses aktivasi. Beberapa mediator
preformed bertindak cepat dan memiliki aktivitas chemotactic, merekrut sel-sel
inflamasi yg lain seperti eosinofil dan neutrofil menuju mukosa saluran nafas.
-
18/06/2014 33
-
Pathophysiology
18/06/2014 34
Aktivasi seluler peradangan saluran napas dan hyperresponsiveness otot polos, saluran udara yang menyempit, yang mengakibatkan peningkatan resistensi saluran napas.
Hipersekresi mukus dan adanya rangsangan bronkokonstriktor dapat memperburuk obstruksi fisiologi paru-paru.
Batuk dan refleks bronkokonstriksi yg dimediasi oleh vagal efferent mengikuti stimulasi dari bronchial irritant receptors.
-
18/06/2014 35
-
Clinical manifestation
18/06/2014 36
Presence of airway inflammation and obstruction
Symptoms and Signs
The variability of symptoms and signs is an indication of the tremendous range of disease
severity, from mild and intermittent disease to chronic, severe, and sometimes fatal asthma.
1. Cough
2. Wheezing
3. Dyspnea and chest tightness
4. Tachypnea and tachycardia
5. Pulsus paradoxus Pulsus paradoxus is a fall of more than 10 mm Hg in systolic arterial
pressure during inspiration
6. HypoxemiaThe presence of increasing / mismatching with airway obstruction produces
areas of low / ratios, resulting in hypoxemia. Shunt is unusual in asthma.
7. Hypercapnia and respiratory acidosis
8. Obstructive defects by pulmonary function testing
9. Bronchial hyperresponsiveness
-
Apakah Asthma dapat disembuhkan?
18/06/2014 37
Asthma can be controlled (but not cured) by:
Avoiding triggers or reducing exposure to triggers
Using medication to control symptoms
Medications - generally two types are used
Controller or long-term drugs
Taken to prevent excess production of mucus & to reduce
the inflammation and constriction of airway muscles
Rescue or quick-relief drugs
Taken to relax muscles around the airways to improve
breathing
-
18/06/2014 38
-
18/06/2014 39
-
What is COPD??
18/06/2014 40
Definisi:
Penyakit yg dikarakterisasi oleh munculnya obstruksi saluran nafas akibat bronkitis kronis (chronic bronchitis) atau emphysema.
The air flow limitation is generally progressive.
Obstruksi yg terjadi sebagian mungkin bersifat reversible
Chronic bronchitis dan emphysema merupakna proses yg berbeda tetapi keduanya berbagi faktor etiology umum yg sama dan sering dijumpai secara bersama pada individu yg sama
-
COPD
Bronchitis Emphysema
18/06/2014 41
defined in clinical terms
chronic cough with sputum production
- (3 months a year,
2 successive years)
- excluded cardiac or other pulmonary causes
defined anatomically
permanent, destructive enlagrement of airspaces distal to the terminal bronchioles without obvious fibrosis
Clinically diagnosed Pathologically diagnosed
-
Clinical Presentation
18/06/2014 42
Chronic Bronchitis
Chronic bronchitis is defined by a clinical history of productive cough for 3 months of the year for 2 consecutive years.
Dyspnea and airway obstruction, often with an element of reversibility, are intermittently to continuously present.
Cigarette smoking is by far the leading cause, although other inhaled irritants may produce the same process.
The predominant pathologic event is an inflammatory process in the airways, with mucosal thickening and mucus hypersecretion, resulting in diffuse airflow obstruction.
>85% of COPD
-
Clinical Presentation
18/06/2014 43
Emphysema
Abnormal and permanent dilatation of air spaces associated with destruction of their walls.
Ditandai oleh pembesaran ireversibel rongga udara distal sampai bronkiolus terminal, disertai
kerusakan dinding mereka tanpa fibrosis yang jelas.
Berbeda dengan bronkitis kronis, cacat patologis utama dalam emfisema tidak pada saluran
nafas melainkan pada respiratory unit walls (unit dinding pernafasan).
Dyspnea progresif dan obstruksi nonreversible terjadi bersama dengan destruksi saluran nafas
tanpa batuk produktif yang signifikan
Progresivitas hipoksia dan dyspnea.
Pathologic and etiologic distinctions can be made among various patterns of emphysema, but
the clinical presentations of all are similar.
-
Clinical Presentation
Chronic Bronchitis Emphysema
18/06/2014 44
-
Etiology and Epidemiology
18/06/2014 45
Chronic bronchitis is the diagnosis in approximately 75% of cases of COPD.
Insiden, prevalensi dan angka kematian dari COPD meningkat dg
bertambahnya usia dan lebih tinggi pada laki-laki.
Penyebab utama COPD : cigarette smoking( (90% dari kasus COPD yg
terjadi)
Penyebab lain: Allergen, genetic factors, infection.
The most important identified single risk factor for the evolution of
COPDother than cigarette smokingis deficiency of 1-protease inhibitor.
Its absence can lead to early onset of severe emphysema.
-
Etiology and Epidemiology
18/06/2014 46
Alpha1-protease inhibitor is a circulating protein capable of
inhibiting several types of proteases, including neutrophil
elastase, which is implicated in the genesis of emphysema.
Population-based studies suggest that chronic dust (including
silica and cotton) or chemical fume exposure can lead to
COPD, but the contribution of these factors appears to be
minor compared with tobacco use.
COPD known as smokers disease
Symptomatic patients usually have both (chronic
bronchitis and emphysema)
-
Etiology COPD
18/06/2014 47
Smoking Primary risk factor
Long-term smoking is responsible for 80-90 % of cases.
Prolonged exposures to harmful particles and gases from: passive smoke,
Industrial smoke,
Chemical gases, vapors, mists & fumes
Dusts from grains, minerals & other materials
Alpha 1-antitrypsin deficiency >>> emphysema
-
Etiology and Epidemiology Chronic Bronchitis
18/06/2014 48
Sejumlah perubahan patologis saluran napas terlihat di bronkitis kronis,
meskipun tidak ada karakteristik yg khas dari penyakit ini.
Gambaran klinis dari bronkitis kronis berkaitan dengan cedera pada saluran
napas yg kronis dan penyempitan pd saluran nafas
Gambaran patologis utama pd bronkitis kronis adalah peradangan pada
saluran nafas, terutama saluran nafas yg kecil, dan hipertrofi kelenjar mukosa
saluran napas besar, dengan peningkatan sekresi lendir dan lendir obstruksi
saluran napas yg menyertai.
Adanya obstruksi saluran nafas pada bronkitis kronis memiliki efek besar
pada ventilasi dan pertukaran gas. Obstruksi dengan waktu ekspirasi
berkepanjangan menghasilkan hiperinflasi
-
18/06/2014 49
-
18/06/2014 50
Kejadian patologis utama pada emphysema adalah proses destruktif yang berkelanjutan dan
aktivitas proteolitik (terutama elastolytic) yang disebabkan oleh kekurangan protease inhibitor.
Oksidan, baik endogen (anion superoksida) atau eksogen (misalnya, asap rokok), dapat
menghambat fungsi protektif normal protrase inhibitor protease, yang memungkinkan
kerusakan jaringan menjadi progresif.
Berbeda dengan bronkitis kronis, yang merupakan penyakit saluran napas, emfisema adalah
penyakit sekitarnya parenkim paru. Konsekuensi fisiologi adalah hasil dari tiga perubahan
penting:
1) penghancuran unit pernapasan terminal,
2) hilangnya alveolar capillary bed, dan
3) hilangnya struktur pendukung paru-paru, termasuk jaringan ikat elastis.
Etiology and Epidemiology Emphysema
-
18/06/2014 51
Gambaran patologis emfisema adalah salah satu kerusakan progresif unit
pernapasan terminal atau parenkim distal paru sampai bronkiolus terminal.
Perubahan inflamasi saluran nafas adalah minimal jika ada, meskipun
beberapa hiperplasia kelenjar mukus dapat dilihat dalam conducting airways
yg besar.
Pada interstitium unit pernapasan terdapat beberapa sel-sel inflamasi, tetapi
temuan utama adalah pada hilangnya dinding alveolar dan pembesaran
rongga udara.
Alveolar kapiler juga hilang, yang dapat mengakibatkan penurunan kapasitas
difusi dan hipoksemia progresif, terutama dengan olahraga.
Etiology and Epidemiology Emphysema
-
18/06/2014 52
Kerusakan alveolar tidak seragam dalam semua kasus emfisema. Varian
Anatomi telah dijelaskan atas dasar pola destruksi dari unit pernapasan
terminal.
1. Centriacinar emfisema kerusakan terfokus di pusat unit pernapasan
terminal, dengan bronkiolus pernapasan dan saluran alveolar relatif tidak
terjadi kerusakan terkait dg merokok berkepanjangan.
2. Panacinar emfisema destruksi unit pernapasan terminal secara global,
dengan menyebar wilayah udara distensi. Pola ini biasanya, meskipun tidak
unik, terlihat pada defisiensi inhibitor protease-1.
Perbedaan antara kedua pola sebagian besar patologis, tidak ada perbedaan
yang signifikan secara klinis.
Etiology and Epidemiology Emphysema
-
Centriacinar emphysema
-
Panacinar emphysema 1
-
Panacinar emphysema 2
-
18/06/2014 56
-
Clinical Manifestation
18/06/2014 57
Chronic Bronchitis
The clinical manifestations of chronic bronchitis
are principally the result of the obstructive and
inflammatory airway process.
1. Productive cough
2. Wheezing
3. Inspiratory and expiratory coarse crackles
4. Cardiac examination Tachycardia is common,
5. Imaging Typical chest radiographic findings
include increased lung volumes with relatively
depressed diaphragms consistent with
hyperinflation. Cardiac size may be increased,
suggesting right heart volume overload.
Prominent pulmonary arteries are common and
are consistent with pulmonary hypertension.
Emphysema
Emphysema presents as a non-inflammatory
disease manifested by dyspnea, progressive
nonreversible airway obstruction, and
abnormalities of gas exchange, particularly with
exercise.
1. Breath sounds
2. Cardiac examination Tachycardia may be
present as in chronic bronchitis, especially with
exacerbations or hypoxemia.
3. ImagingHyperinflation is common, with
flattened hemidiaphragms and an increased
anteroposterior chest diameter. Parenchymal
destruction produces attenuated lung peripheral
vascular markings, often with proximal pulmonary
artery dilation as a result of secondary
pulmonary hypertension. Cystic or bullous
changes may also be seen.
-
COPD treatment
Cessation of Smoking (most important)
Oxygen Therapy
Ongoing assessment & monitoring
Education
Rx of Acute exacerbations.
18/06/2014 58
-
18/06/2014 59
Management
of COPD
Increase survival Improve quality
of life
stop smoking
Supplemental O2
Bronchodilators
+ steroids
-
Terapi oksigen
Home oxygen in low dose
Given at least 15 hrs @ flow rate 1-3L/min
If PaO2
-
Bronkodilator dan steroid
Inhaled bronchodilators Beta-agonists Short acting>>> 2-4 puffs bid-qid & PRN e.g: salbutamol Long acting >>> twise daily e.g: salmetrol, formoterol Side efferct: Tachycardia, tremors, hypokalemia
Anti-cholinergic Ipratropium bromide (Atrovent) 2-4 puffs PRN
Steroids Inhaled: e.g : fluticasone Withdrawal may cause exacerbation
Systemic : Only for severe cases.
18/06/2014 61
-
References
18/06/2014 62
Barnes, P.J., 2003. Pathophysiology Of Asthma, European
Respiratory Monograph, Vol 23, 84 113
Prince, S. A., and Wilson, L.M., 1995. Patofisiologi: Konsep
Klinis Proses-proses Penyakit, Edisi 4
McPhee, S. J., and Hammer, G. D., 2010, Pathophysiology of
Disease: An Introduction to Clinical Medicine, 6th Edition.
The Mc Graw Hill Companies Inc.
-
THANK YOU
18/06/2014 63