patogenesis dbd

6
3.PATOGENESIS Patogenesis penyakit infeksi virus dengue sampai sekarang masih belum jelas, meskipun terdapat beberapa teori mengenai terjadinya DBD tapi para sarjana cenderung mengemukakan hipotesis reaksi sekunder heterologous anamnestik yang menunjukkan terjadinya kebocoran plasma. Virus dengue masuk ke dalam tubuh manusia lewat gigitan nyamuk aedes aegypti atau aedes albopictus. Setelah masuk ke dalam tubuh manusia, virus dengue akan menuju organ sasaran yaitu sel kuffer hepar, endotel pembuluh darah, nodus limpaticus, sumsum tulang serta paru-paru. Beberapa penelitian menunjukkan, sel monosit dan makrofag mempunyai peran pada infeksi ini, dimulai dengan menempel dan masuknya genom virus ke dalam sel dengan bantuan organel sel dan membentuk komponen perantara dan komponen struktur virus. Setelah komponen struktur dirakit, virus dilepaskan dari dalam sel. Infeksi oleh satu serotipe virus DEN menimbulkan imunitas protektif terhadap serotipe virus tersebut, tetapi tidak ada cross protektive terhadap serotipe virus yang lain. Secara invitro, antibodi terhadap virus dengue mempunyai 4 fungsi biologis yaitu : netralisasi virus, sitolisis komplemen, antibody dependent cell-mediated cytotoxity (ADCC) , dan antibody dependent enhancement (ADE) Berdasarkan perannya, terdiri dari antibodi netralisasi atau neutralizing antibody yang memiliki serotipe spesifik yang dapat mencegah infeksi virus, dan antibody non netralising serotype yang mempunyai peran reaktif silang dan dapat meningkatkan infeksi yang berperan dalam pathogenesis DBD dan DSS.

Upload: puspita

Post on 17-Sep-2015

14 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

3.PATOGENESISPatogenesis penyakit infeksi virus dengue sampai sekarang masih belum jelas, meskipun terdapat beberapa teori mengenai terjadinya DBD tapi para sarjana cenderung mengemukakan hipotesis reaksi sekunder heterologous anamnestik yang menunjukkan terjadinya kebocoran plasma.Virus dengue masuk ke dalam tubuh manusia lewat gigitan nyamuk aedes aegypti atau aedes albopictus. Setelah masuk ke dalam tubuh manusia, virus dengue akan menuju organ sasaran yaitu sel kuffer hepar, endotel pembuluh darah, nodus limpaticus, sumsum tulang serta paru-paru. Beberapa penelitian menunjukkan, sel monosit dan makrofag mempunyai peran pada infeksi ini, dimulai dengan menempel dan masuknya genom virus ke dalam sel dengan bantuan organel sel dan membentuk komponen perantara dan komponen struktur virus. Setelah komponen struktur dirakit, virus dilepaskan dari dalam sel. Infeksi oleh satu serotipe virus DEN menimbulkan imunitas protektif terhadap serotipe virus tersebut, tetapi tidak ada cross protektive terhadap serotipe virus yang lain.Secara invitro, antibodi terhadap virus dengue mempunyai 4 fungsi biologis yaitu :netralisasi virus, sitolisis komplemen, antibody dependent cell-mediated cytotoxity (ADCC) , dan antibody dependent enhancement (ADE) Berdasarkan perannya, terdiri dari antibodi netralisasi atau neutralizing antibody yang memiliki serotipe spesifik yang dapat mencegah infeksi virus, dan antibody non netralising serotype yang mempunyai peran reaktif silang dan dapat meningkatkan infeksi yang berperan dalam pathogenesis DBD dan DSS.

Respon imunRespon imun yang diketahui berperan dalam pathogenesis DBD adalah : a) Respon humoral berupa pembentukan antibody yang berperan dalam proses netralisasi virus, sitolisis yang dimeasi komplemen dan sitotoksisitas yang dimediasi antibody. Antibody terhadap virus dengue berperan dalam mempercepat replikasi virus pada monosit atau makrofag. Hipotesis ini disebut antibody dependent enhancement (ADE); b) Limfosit T baik T-helper (CD4) maupun T sitotoksik (CD8) berperan dalam respon imun seluler terhadap virus dengue. Diferensiasi T helper yaitu TH1 akan memproduksi interferon gamma, IL-2 dan limfokin, sedangkan TH2 memproduksi IL-4, IL-5, IL-6 dan IL-10; c) Monosit dan makrofag berperan dalam fagositosis virus dengan opsonisasi antibodi. Namun proses fagositosis ini menyebabkan peningkatan replikasi virus dan sekresi sitokin oleh makrofag; d) Selain itu aktivitasi komplemen oleh kompleks imun menyebabkan terbentuknya C3a dan C5a.

Patogenesis terjadinya perdarahanInfeksi virus dengue menyebabkan terbentuknya kompleks antigen-antibodi yang mengaktivasi sistem komplemen, menyebabkan agregasi trombosit dan mengaktivasi sistem koagulasi melalui kerusakan endotel pembuluh darah. Pelekatan kompleks antigen-antibodi pada membran trombosit meransang pengeluaran adenosin diphospat (ADP) yang menyebabkan sel-sel trombosit saling melekat. Oleh sistem retikoluendotel (reticuloen system -RES) kelompok trombosit dihancurkan ,sehingga mengakibatkan terjadi trombositopeni.Agregasi trombosit akan menyebabkan pengeluaran platelet III penyebab terjadinya koagulopati konsumtif atau koagulasi intravaskuler diseminata (KID) sehingga terjadi peningkatan FDP (fibrinogen degradation products) yang berakibat turunnya faktor pembekuan darah.Agregasi trombosit menimbulkan gangguan fungsi trombosit. Meskipun jumlah trombosit normal tetapi tidak baik cara kerjanya. Aktivasi koagulasi mengaktifkan sistem kinin yang meningkatkan permeabilitas kapiler sehingga syok dapat terjadi. Penyebab perdarahan masif DBD adalah Trombositopeni , KID , kelainan fungsi trombosit , dan kerusakan dinding endotel kapiler . Patogenesis terjadinya syokpada teori ADE, terjadi proses yang meningkatkan infeksi dan replikasi virus dengue di dalam sel mononuklir. Dengan terjadinya infeksi virus dengue, terbentuk mediator vasoktif yang menyebabkan terjadinya peningkatan permeabilitas pembuluh darah. Akibatnya terjadi hipovolemia dan syok.Syok juga terjadi pada infeksi sekunder oleh virus dengue serotipe yang berbeda dari serotipe virus yang menginfeksi pertama kali. Respons antibodi yang terjadi menyebabkan terjadinya proliferasi dan transformasi limfosit yang menimbulkan antibodi igG anti dengue yang tinggi titernya. Selain itu, replikasi virus di dalam limfosit yang mengalami transformasi yang juga menghasilkan peningkatan jumlah virus. Akibat terbentuknya kompleks virus-antibodi (virus antibody complex) yang memicu terjadinya aktivasi sistem komplemen C3 dan C5. Hal ini menyebabkan permeabilitas dinding pembuluh darah meningkat sehingga terjadi perembesan plasma ke ruang ekstravaskuler. Pada keadaan syok berat, dalam waktu 24 48 jam volume plasma dapat berkurang lebih dari 30%. Tanda tanda perembesan plasma dapat diketahui dengan adanya peningkatan hematokrit, penurunan kadar natrium dan terjadinya efusi pleura serta asites.Pada hipotesis kedua, akibat tekanan pada waktu virus mengadakan replikasi di dalam tubuh manusia maupun pada tubuh nyamuk, virus mengalami perubahan genetik. Ekspresi fenotipik dari perubahan genetik dalam genom virus menyebabkan meningkatnya replikasi virus dan viremia serta meningkatnya virulensi virus. Akibatnya potensi virus untuk menimbulkan wabah juga meningkat.

KESIMPULAN

1. Demam berdarah dengue (DBD) ialah penyakit yang terdapat pada anak dandewasa dengan gejala utama demam, nyeri otot dan sendi, yang biasanyamemburuk pada hari kedua.

2. Virus dengue tergolong dalam grup Flaviviridae dengan 4 serotipe, DEN 3,merupakan serotie yang paling banyak.

3. Vektor utama dengue di Indonesia adalah Aedes Aegypti.

4. Gejala utama demam berdarah dengue (DBD) adalah demam, pendarahan,hepatomegali dan syok.

5. Kriteria diagnosis terdiri dari kriteria klinis dan kriteria laboratoris. Dua kriteriaklinis ditambah trombosipenia dan peningkatan hmatokrit cukup untukmenegakkan diagnosis demam berdarah dengue.

6. Penatalaksanaan demam berdarah dengue bersifat simtomatif yaitu mengobatigejala penyerta dan suportif yaitu mengganti cairan yang hilang.

Daftar pustaka Soedarto , 2012. Demam berdarah dengue. Jakarta: sagung seto.http://www.litbang.depkes.go.id/maskes/052004/demamberdarah1.htm.http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21504/4/Chapter%20II.pdfhttp://download.portalgaruda.org/article.php?article=78871&val=4901