pbl 4 epilepsi

13
7/24/2019 PBL 4 EPILEPSI http://slidepdf.com/reader/full/pbl-4-epilepsi 1/13 Kata sulit dan jawaban A. Ansietas (kecemasan ) adalah perasaan takut yang tidak jelas dan tidak didukung oleh situasi. Tidak ada objek yang dapat diidentifikasi sebagai stimulus ansietas (Videbeck, 2008, p.307) Ansietas (kecemasan ) merupakan suatu keadaan yang ditandai oleh rasa khawatir disertai dengan gejala somatic yang menandakan suatu kegiatan yang berlebihan. Kecemasan merupakan gejala yang umum tetapi non spesifik yang sering merupakan suatu fungsi emosi (Kaplan & Sadock, 1998, p.3) Ansietas (kecemasan ) adalah kondisi yang di tandai dengan kecemasan dan kekhawatiran berlebihan atas peristiwa kehidupan sehari- hari tanpa alasan yang jelas untuk mencemaskan / mengkhawatirkannya (Kamus Kesehatan) B. Scotoma (bintik buta) adalah kondisi medis yang ditandai dengan  penurunan atau berkurangnya beberapa bagian dari lapang pandang seseorang. Tipe scotoma yaitu:  Fisiologis : normal yang terjadi akibat tidak adanya sel forosresptor ( sel forosresptor adalah salah satu saraf diretina mata yang memancarkan sinyal listrik ketika diaktifkan oleh cahaya panjang gelombang tertentu . Ada dua jenis sel forosresptor yaitu sel batang,yang digunakan dalam cahaya terang dan warna)  Patologis : akibat dari penyakit yang mengenai baik retina maupun saraf optikus ,beberapa penyebab seperti skelerosis multiple,tumor kelenjar hipofise,dan pola makan yang buruk.

Upload: aulia-safitri-ii

Post on 20-Feb-2018

267 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: PBL 4 EPILEPSI

7/24/2019 PBL 4 EPILEPSI

http://slidepdf.com/reader/full/pbl-4-epilepsi 1/13

Kata sulit dan jawaban

A.  Ansietas (kecemasan )  adalah perasaan takut yang tidak jelas dan tidak

didukung oleh situasi. Tidak ada objek yang dapat diidentifikasi sebagai

stimulus ansietas (Videbeck, 2008, p.307)

Ansietas (kecemasan ) merupakan suatu keadaan yang ditandai oleh rasa

khawatir disertai dengan gejala somatic yang menandakan suatu kegiatan

yang berlebihan. Kecemasan merupakan gejala yang umum tetapi non

spesifik yang sering merupakan suatu fungsi emosi (Kaplan & Sadock,

1998, p.3)

Ansietas (kecemasan )  adalah kondisi yang di tandai dengan kecemasan

dan kekhawatiran berlebihan atas peristiwa kehidupan sehari-

hari tanpa alasan yang jelas untuk mencemaskan / mengkhawatirkannya

(Kamus Kesehatan)

B.  Scotoma (bintik buta)  adalah kondisi medis yang ditandai dengan

 penurunan atau berkurangnya beberapa bagian dari lapang pandang

seseorang.

Tipe scotoma yaitu:

  Fisiologis : normal yang terjadi akibat tidak adanya sel

forosresptor ( sel forosresptor adalah salah satu saraf diretina

mata yang memancarkan sinyal listrik ketika diaktifkan oleh

cahaya panjang gelombang tertentu . Ada dua jenis sel

forosresptor yaitu sel batang,yang digunakan dalam cahaya terang

dan warna)  Patologis : akibat dari penyakit yang mengenai baik retina maupun

saraf optikus ,beberapa penyebab seperti skelerosis multiple,tumor

kelenjar hipofise,dan pola makan yang buruk.

Page 2: PBL 4 EPILEPSI

7/24/2019 PBL 4 EPILEPSI

http://slidepdf.com/reader/full/pbl-4-epilepsi 2/13

C.  Hipersalivasi  adalah suatu keadaan terjadinya sekresi saliva (sekresi

kelenjar salivarius yang mengandung air , mucus dan amylase salivarius)

yang berlebihan. Yang dapat terjadi karena psikis dan reaksi emosional

yang secara fisiologis mempengaruhi aliran saliva seperti ; Melihat atau

mencium makanan tertentu, Rasa takut, Refleks, Rasa sakit yang

 berlebihan.

D.  Epilepsi  adalah gangguan fungsi otak dengan berbagai penyebab, dengan

gejala tunggal yang khas yaitu kejang berulang dengan lepasnya muatan

aliran listrik neuron otak secara berlebihan dan paroksimal.

Epilepsi  adalah suatu gejala atau manifestasi lepasnya muatan listrik yang

 berlebihan di sel neuron saraf pusat yang dapat menimbulkan hilangnya

kesadaran, getaran involunter ,fenomena sensorik, abnormal, kenaikan

aktivitas otonom dan berbagai gangguan fisik (Dongoes,2000)

Epilepsi  menurut Word Health Organization (WHO) merupakan gangguan

kronik otak yang menunjukkan gejala-gejala berupa serangan-serangan

yang berulang-ulang yang terjadi akibat adanya ketidaknormalan kerja

sementara sebagian atau seluruh jaringan otak karena cetusan listrik pada

neuron (sel saraf) peka rangsang yang berlebihan, yang dapat

menimbulkan kelainan motorik, sensorik, otonom atau psikis yang timbul

tiba-tiba dan sesaat disebabkan lepasnya muatan listrik abnormal sel-sel

otak.

E.  Kejang Tonik-klonik  adalah salah satu jenis kejang pada penyakit ayan

atau yang disebut penyakit epilepsy yang dimulai dengan fase tonik, yaitu

kontraksi yang terjadi pada otot secara tiba tiba yang menyebabkan pasien

 jatuh dan berbaring kaku selama kurang lebih 10-30 menit. Diawali

dengan hilangnya kesadaran dan saat tonik,kaku umum pada otot

ekstermitas , batang tubuh, dan wajah yang berlangsung selama 1 menit.

Page 3: PBL 4 EPILEPSI

7/24/2019 PBL 4 EPILEPSI

http://slidepdf.com/reader/full/pbl-4-epilepsi 3/13

F.  Aura  adalah warna energy yang menyelubungi seluruh tubuh manusia

dari bagian luar tubuh dan membentuk suatu dinding yang berfungsi untuk

melindungi tubuh dari energy negative. Pada hakikatnya aura itu sendiri

adalah suatu pancaran sinar yang mengalami proses penghalusan berkali

kali, yang sinarnya melingkupi alam semesta (makrokosmos) dan

sebagiannya lagi melengkapi manusia (mikrokosmos)

Aura  adalah suatu indikasi sensorik yang menyatakan akan datangnya

serangan epilepsi. Aura ini dapat berupa suatu sensasi penglihatan,

 pendengaran, atau penciuman, yang berlangsung selama beberapa saat.

G.  Paramedis adalah profesi yang memberikan pelayanan medis pra-rumah

sakit dan gawat darurat.

Page 4: PBL 4 EPILEPSI

7/24/2019 PBL 4 EPILEPSI

http://slidepdf.com/reader/full/pbl-4-epilepsi 4/13

Identifikasi Masalah dan Jawaban

A. Bagian Otak dan Saraf yang teganggu pada penderi ta epil epsi

Bagian otak yang terganggu adalah ;

 

 Lobus frontalis (kedutan pada otot tertentu)

   Lobus oksipitalis (halusinasi kilauan cahaya )

   Lobus parietalis (mati rasa atau kesemutan pada daerah tertentu)

   Lobus temporalis ( halusinasi gambaran dan perilaku repetitive

 yang kompleks misalnya berjalan berputar putar)

   Lobus temporalis anterior ( gerakan mengunyah,gerakan bibir

mencium)

 

 Lobus temporalis anterior dalam ( Halusinasi bau, baik yangmenyenangkan atau tidak menyenangkan )

Saraf yang terganggu disebabkan oleh kelainan/lesi pada susunan saraf

 pusat misalnya : post trauma kapi tis in feksi susunan saraf pusat (SSP),

gangguan metabolik , malformasi otak kongeni tal, asphyxia neonatrum ,

lesi desak ruang, gangguang peredaran darah dalam otak, kelainan

neurodegenerative. 

B. 

Penanganan pertama saat ter jadi epil epsi menyerang

Tahap-tahap dalam pertolongan pertama saat epilepsy menyerang dan

kejang pun beraksi :

1.  Jauhkan penderita dari benda benda berbahaya ( gunting, pulpen,

kompor api, dll)

2.  Jangan pernah meninggalkan penderita

3.  Berikan alas lembut dibawah kepala agar hentakan saat kejang tidak

menimbulkan cedera kepala dan kendorkan pakaian ketat atau kerah

 baju di lehernya agar pernapasan penderita lancer (jika ada)

4.  Miringkan tubuh penderita ke salah satu sisi supaya cairan dari mulut

dapat mengalir keluar dengan lancer dan menjaga aliran udara atau

 pernapasan

Page 5: PBL 4 EPILEPSI

7/24/2019 PBL 4 EPILEPSI

http://slidepdf.com/reader/full/pbl-4-epilepsi 5/13

5.  Pada saat penderita mengalami kejang, jangan menahan gerakan

 penderita . biarkan gerakan penderita sampai kejang sekali

6.  Jangan masukan benda apapun ke dalam mulut penderita, seperti

memberi minum, penahan lidah

7.  Setelah kejang selesai, tetaplah menemani penderita. Jangan

meninggalkan penderita sebelum kesadarnnya pulih total, kemudian

 biarkan penderita beristirahat atau tidur

C. 

Faktor penyebab epil epsi

1.  Epilepsi adalah suatu penyakit saraf kronik kejang berulang yang

muncul tanpa diprovokasi. Penyebabnya adalah kelainan bangkitan

listrik jaringan saraf yang tidak terkontrol baik sebagian maupun

seluruh bagian otak.Keadaan ini bisa diindikasikan sebagai disfungsi

otak.Gangguan fungsi otak yang bisa menyebabkan lepasnya muatan

listrik berlebihan disel neuron saraf pusat bisa disebabkan adanya

factor pisiologis,biokimiawi anatomis atau gabungan factor tersebut.

Tiap tiap penyakit atau kelainan yang dapat menggangu fungsi otak

atau fungsi sel neuron di otak, dapat menyebabkan timbulnya

 bangkitan kejang atau serangan epilepsi. Untuk menentukan factor

 penyebab dapat diketahui dengan melihat usia serangan pertama kali.

Misalnya : usia dibawah 18 tahun kemungkinan factor penyebabnya

ialah trauma perinatal, kejang demam, radang susunan saraf, struktual, penyakit metabolic, keadaan tosik, penyakit sistematik, penyakit

trauma kepala, dll. Bangkitan kejang juga dapat disebabkan oleh

 berbagai kelainan dan macam macam penyakit diantaranya ialah

trauma lahir, trauma kapitis, radang otak, perdarahan otak, gangguan

 peredaran darah, hipoksia, anomali congenital otak, kelainan

degenerative susunan saraf pusat, gangguan metabolism, gangguan

elektrolit, demam, reaksi toksis-alergis, keracunan obat atau zat kimia

dan factor hereditas.

2.  Predoisposisi yang mungkin menyebabkan epilepsin meliputi :

a. 

Pascatrauma kelahiran

 b.  Riwayat bayi dari ibu yang menggunakan obat antikonvulsan yang

digunakan sepanjang kehamilan

c.  Asfiksia neonatorum

d.  Riwayat ibu ibu yang mempunyai resiko tinggi (tenaga kerja,

wanita dengan latar belakang sukar melahirkan, pengguna obat-

obatan, diabetes atau hipertensi)

Page 6: PBL 4 EPILEPSI

7/24/2019 PBL 4 EPILEPSI

http://slidepdf.com/reader/full/pbl-4-epilepsi 6/13

e.  Pascacedera kepala

f.  Adanya riwayat penyakit infeksi pada masa kanak-kanak (campak,

 penyakit gondongan mumps, epilepsi bakteri)

g.  Riwayat gangguan sirkulasi serebral

h.  Riwayat demam tinggi

i. 

Riwayat metabolism dan nutrisi serta gizi

 j.  Riwayat intoksisasi obat-obatan atau alcohol

k.  Riwayat adanya tumor otak, abses, dan kelainan bentuk genetic

D. 

Durasi epilepsi

Kejang umum yang terjadi selama 5 menit atau lebih atau kejadian kejang

2 kali atau lebih tanpa pemulihan kesadaran diantara 2 kejadian tersebut.

E. 

Patofisiologi epil epsi

Adanya predisposisi yang memungkinkan gangguan pada system listrik

dari sel-sel saraf pusat pada suatu bagian otak akan menjadikan sel-sel

tersebut memberikan muatan listrik yang abnormal, berlebihan , secara

 berulang, dan tidak terkontrol (disritmia)

Aktivitas serangan epilepsi dapat terjadi setelah suatu gangguan pada otak

dan sebagian ditentukan oleh derajat dan lokasi dari lesi. Lesi pada

mesensefalon, thalamus, dan korteks serebri kemungkinan besar bersifat

epileptigenetik sedangkan lesi pada serebellum dan batang otak biasanya

tidak mneimbulkan serangan epilepsi (Brunner 2003)

Pada tingkat membran sel , neuron epileptik ditandai oleh fenomena

 biokimia tertentu. Beberapa diantaranya adalah :

1.  Ketidakstabilan membran sel saraf sehingga sel lebih mudah

diaktifkan

2.   Neuron hipersensitif dengan ambang yang menurun sehingga

mudah terangsang dan dapat terangsang secaraberlebihan

3.  Terjadi polarisasi secara abnormal (polarisasi berlebihan,

hiperpolarisasi, atau terhentinya repolarisasi)

4.  Ketidakseimbangan ion yang mengubah lingkungan kimia dari

neuron. Pada waktu serangan , keseimbangan elektrolit pada

Page 7: PBL 4 EPILEPSI

7/24/2019 PBL 4 EPILEPSI

http://slidepdf.com/reader/full/pbl-4-epilepsi 7/13

tingkat neuronal mengalami perubahan. Ketidakseimbangan ini

akan menyebabkan membrane neuron mengalam depolarisasi

F. Jenis jeni s epil epsi dan gejala serta tanda epil epsi

  Epilepsi tipe absen

Salah satu epilepsi umum, onset dimulai usia 3-8tahun dengan karakteristik klinik

yang menggambarkan pasien “bengong” dan aktivitasnormal mendadak

 berhenti selama beberapa detik kemudian kembali ke normal dan tidak

ingat kejadian tersebut. Terdapat beberapa hipotesis mengenai absans

yaitu antara lainabsans berasal dari thalamus , hipotesis lain

mengatakan berasal dari korteks serebri.Beberapa penelitian

menyimpulkan bahwa absans diduga terjadi akibat perubahan pada sirkuit

antara thalamus dan korteks serebri. Pada absans terjadi sirkuit abnormal pada

 jarasthalamo-kortikal akibat adanya mutasi ion calcium sehingga

menyebabkan aktivasi ritmik korteks saat sadar, dimana secara normal

aktivitas ritmik pada korteks terjadi pada saattidur non-REM.3 Patofisiologi

epilepsi yang lain adalah disebabkan adanya mutasi genetik. Mutasi genetik terjadi

sebagian besar pada gen yang mengkode protein kanal ion . Pada kanal ion yang

normal terjadi keseimbangan antara masuknya ion natrium(natrium

influks) dan keluarnya ion kalium (kalium efluks) sehingga

terjadi aktivitas depolanisasi dan repolarisasi yang normal pada sel neuron

(gambar 1A). Jika terjadi mutasi pada kanal Na seperti yang terdapat pada

generalized epilepsy with febrile seizures plus ,maka terjadi natrium influks

yang berlebihan sedangkan kalium refluks tetap seperti semula sehingga terjadi

depolarisasi dan repolarisasi yang berlangsung berkali-kali dan cepat

atauterjadi hipereksitasi pada neuron. Hal yang sama terjadi pada benignfamilial neonatal convulsion dimana terdapat mutasi kanal kalium sehingga

terjadi efluks kalium yang berlebihan dan menyebabkan hipereksitasi pada sel

neuron .

  Epilepsi tipe parsial

Page 8: PBL 4 EPILEPSI

7/24/2019 PBL 4 EPILEPSI

http://slidepdf.com/reader/full/pbl-4-epilepsi 8/13

  Epilepsi parsial yang dapat diterangkan secara jelas adalah epilepsilobus

temporal yang disebabkan oleh sklerosis hipokampus. Pada sklerosis

hippokampusterjadi hilangnya neuron di hilus dentatus dan sel piramidal

hipokampus. Pada keadaan normal terjadi input eksitatori dari

korteks entorhinal ke hippokampus di sel granuladentatus dan

input inhibitori dari interneuron di lapisan molekular dalam

(inner layer molecular). Sel granula dentatus relative resisten terhadap aktivitas

hipersinkroni dan dapat menghibisi propogasi bangkitan yang berasal dari korteks

entorthinal.. Terdapat manifestasi klinik dari epilepsi parsial yaitu ; Bangkitan sensorik

dan Bangkitan parsial

1.  Bangkitan sensorik

Bangkitan sensorik adalah bangkitan yang terjadi tergantung

dari letak focus epileptogen pada koteks sensorik. Bangkitan

somato sensorik dengan fokus terletak digyrus post centralis

memberi gejala kesemutan, nyeri pada salah satu bagian

tubuh, perasaan posisi abnormal atau perasaan kehilangan salah satu

anggota badan. Aktivitas listrik pada bangkitan ini dapat menyebar ke

neron sekitarnya dan dapat mencapai korteks motorik sehingga terjadi kejang-

kejang.

2.  Bangkitan Parsial

A.  Bangkitan parsial sederhana ( tanpa gangguan kesadaran )

1.  Dengan gejala motorik

2.  Dengan gejala sensorik

3.  Dengan gejala otonomik

4.  Dengan gejala psikik

B.  Bangkitan parsial kompleks ( dengan gangguan kesadaran )

1. 

Awalnya parsial sederhana kemudian diikuti dengan gangguan kesadaran

2.  Dengan gangguan kesadaran sejak awal bangkitan

C.  Bangkitan umum sekunder ( tonik-klonik )

1.  Bangkitan parsial sederhana menjadi bangkitan parsial umum

2.  Bangkitan parsial kompleks berkembang menjadi bangkitan umum

Page 9: PBL 4 EPILEPSI

7/24/2019 PBL 4 EPILEPSI

http://slidepdf.com/reader/full/pbl-4-epilepsi 9/13

Bangkitan parsial sederhana berkembang menjadi parsial

3.  Kompleks, dan berkembang menjadi umum

D.  Bangkitan umum (Konvulsi atau non-konvulsi)

1.  Bangkitan lena (absens)

Ciri khas serangan lena adalah durasi singkat, onset dan terminasi

mendadak , frekuensi sangat sering, terkadang disertai gerakan klonik pada

mata , dagu , dan bibir

2.  Bangkitan Mioklonik

Kejang mioklonik adalah kontraksi mendadak,sebentar yang dapat umum

atau terbatas pada wajah, batang tubuh, satu atau lebih ekstermitas atau

satu grup otot. Dapat berulang atau tunggal

3. 

Bangkitan tonik

Kontraksi otot yang kaku , menyebabkan ekstermitas menetap dalam satu

 posisi,terdapat deviasi bola mata dan kepala ke satu sisi, dapat disertai

rotasi seluruh tubuh. Wajah pucat kemudian merah,kebiruan karena tidak

ada nafas. Mata terbuka atau tertutup, konjungtiva tidak sensitive, pupil

dilatasi

4.  Bangkitan atonik

Kehilangan tonus. Dapat terjadi fragmentasi hanya kepala jatuh kedepan

atau lengan jatuh tergantung atau menyeluruh sehingga pasien terjatuh

5.  Bangkitan klonik

Tidak ada komponen tonik, hanya terjadi kejang kelojot, dijumpai

terutama sekali pada anak

6.  Bangkitan tonik-klonik

Kejang yang diawali dengan tonik, sesaat kemudia diikuti dengan gerakan

klonik.

  Epilepsi tipe lobus temporalis.

Jarang terlihat pada usia sebelum 10 tahun. Memperlihatkan gejala

fokalitas yang khas sekali.Manifestasi klinik fokalitas ini sangat kompleks

karena fokus epileptogennya terletak di lobus temporalis dan bagian otak

Page 10: PBL 4 EPILEPSI

7/24/2019 PBL 4 EPILEPSI

http://slidepdf.com/reader/full/pbl-4-epilepsi 10/13

ini meliputi kawasan pengecap, pendengar, penghidu dan kawasan

asosiatif antara ketiga indra tersebut dengan kawasan

 penglihatan.Manifestasi yang kompleks ini bersifat psikomotorik oleh karena itu

epilepsy jenis ini dulu disebut epilepsi psikomotor. Bangkitan psikik

 berupa halusinas i dan bangk itanm oto r i k l a -z imn ya b e r u pa

au t omat i s me . Man i f es t a s i k l i n i k i a l ah s ebaga i be r i ku t :

Kesadaran hilang sejenak, dalam keadaan hilang kesadaran ini penderita

masuk ke alam pikiran antara sadar dan mimpi (twilight state), dalam

keadaan ini timbul gejala fokalisasi yang terdiri dari halusinasi dan

automatisme yang berlangsung beberapa detik sampai beberapa

 jam. Halus inasi dan automat isme yang mungkin timb ul :

Halusinasi denganautomatisme pengecap, halusinasi dengan

automatisme membaca, halusinasi dengan auutomatisme penglihatan,

 pendengaran atau perasaan aneh.(Anonim, 2008)

G. Faktor resiko / pemicu Epi lepsi

  Tidak meminum obat sesuai jadwal dan dosis yang ditetapkan

  alkohol

 

kokain atau penggunaan narkoba lainnya, seperti ekstasi  kurang tidur

  obat lain yang mengganggu kerja obat epilepsi

  Satu dari setiap dua wanita penderita epilepsi, kejang cenderung

terjadi pada masa menstruasi. Karena perempuan yang mengidap

epilepsi akan mengalami emosi yang meningkat tajam saat

menstruasi, karena adanya perubahan konsentrasi dari hormon

estrogen dan progesteron. Hormon estrogen dan progesteron

meningkatkan kepekaan terjadinya serangan epilepsi.

Page 11: PBL 4 EPILEPSI

7/24/2019 PBL 4 EPILEPSI

http://slidepdf.com/reader/full/pbl-4-epilepsi 11/13

H. Jenis jeni s kejang pada penderi ta epilepsy

A.  Kejang parsial

Kejang Parsial sederhana : kesadaran tidak terganggu; dapat

mencakup satu atau lebih

Kejang Parsial komplesk : terdapat gangguan kesadaran,walaupun pada awalnya sebagai kejang parsial simpleks

B.  Kejang umum (konvulsif atau non-konvulsif)

Kejang Absens

1.  Gangguan kewaspadaan dan responsivitas

2.  Ditandai dengan tatapan terpaku yang umumnya berlangsung

kurang dari 15 detik

3.  Umumnya dimulai dengan usia 4 dan 14 tahun dan sering

sembuh sendiri pada usia 18 tahun

C.  Kejang Mioklonik

Kedutan-kedutan involunter pada otot atau sekelompok otot yang

terjadi mendadak

D.  Kejang Mioklonik lanjutan

1.  Sering terlihat pada orang sehat selama tidur, tetapi bila

dipatalogik, berupa kedutan-kedutan sinkron leher, bahu,

lengan atas,dan kaki

2.  Umumnya berlangsung kurang dari 15 detik

3.  Kehilangan kesadaran hanya sesaat

E.  Kejang Tonik-klonik

1.  Diawali dengan hilangnya kesadaran dan saat tonik, kaku

umum pada otot ekstermitas , batang tubuh, dan wajah

kurang dari 1 menit

2.  Dapat disertai dengan hilangnya control kemih dan usus

3. 

Tidak ada respirasi dan sianosis

4.  Saat tonik diikuti dengan gerakan klonik pada ekstermitas

atas dan bawah

5.  Latergi, konfusi, dan tidur dalam fase postical

F.  Kejang Atonik

Page 12: PBL 4 EPILEPSI

7/24/2019 PBL 4 EPILEPSI

http://slidepdf.com/reader/full/pbl-4-epilepsi 12/13

1.  Hilangnya tonus secara mendadak sehingga dapat

menyebabkan kelopak mata turun, kepala menunduk atau jatuh

ketanah

2.  Singkat, dan terjadi tanpa peringatan

G.  Status epileptikus

1.  Biasanya kejang tonik-klonik umum yang terjadi berulang

2.  Anak tidak sadar kembali diantara kejang

3.  Potensial untuk depresi pernapasa, hipotensi,dan hipoksia

4.  Memerlukan pengobatan medis darurat dengan segera

I . 

Tahap penurunan kesadaran penderita epil epsi

Serangan epilepsi dimulai dengan menghilangnya kesadaran secara cepat.

Klien kehilangan kemampuannya untuk tetap mempertahankan tubuh

dalam posisi yang tegak, gerakan tonik kemudian klonik, inkontenesia

urine dan feses, disertai dengan disfungsi otonom lainnya. Pada fase tonik,

otot-otot berkontraksi dan posisi tubuh dapat terganggu. Fase ini

 berlangsung hanya beberapa detik. Fase klonik berupa kontraksi dan

relaksasi kolompok otot-otot yang berlawanan sehingga menimbulkan

gerakan yang tersentak-sentak. Kontraksi sedikit demi sedikit berkurang

frekuensinya tetapi tidak kekuatannya. Lidah dapat tergigit seperti yang

terjadi pada sekitar separuh dari klien yang mengalami kejang (spasme

rahang dan lidah). Serangan itu berlangsung sekitar 3-5 menit dan diikuti

dengan periode tidak sadar yang berlangsung selama beberapa mennit

sampai sekitar setengah jam. Klien yang sadar kembali tampak bingung,

stupor atau bodoh. Stadium ini disebut stadium postikal. Biasanya klien

tidak dapat mengingat serangan yang telah dialaminya.

J.  Dampak dari penyakit epil epsi

Dampak yang didapat oleh penyandang epilepsi salah satunya

 berhubungan dengan tingkat IQ. Ditemukan bahwa tingkat IQ pada

 penderita epilepsi secara umum berada di bawah tingkat rata –  rata. Hasil

Page 13: PBL 4 EPILEPSI

7/24/2019 PBL 4 EPILEPSI

http://slidepdf.com/reader/full/pbl-4-epilepsi 13/13

 penelitian National Child Development Study di Inggris tahun 1995

menyebutkan bahwa 30% penyandang epilepsi pada anak memiliki

hambatan dalam mengikuti pelajaran di sekolah. Hal ini disebabkan

kurangnya kemampuan daya ingat (memori), dan adanya gangguan pada

 pemusatan perhatian (atensi).

Epilepsi juga dapat menimbulkan turunnya kepercayaan diri dalam

lingkungan sosial, khususnya dalam menjalin hubungan interpersonal

dengan orang lain. Resiko akibat kejang yang dialami penderita epilepsi

 pun dapat membatasi kemampuannya untuk melakukan kegiatan sehari – 

hari.

Selain itu, epilepsi memang dapat juga terkait atau menyebabkan

 perubahan emosi yang kompleks yang dapat mengubah perilaku dan

kepribadian, menjadi sulit mengendalikan emosi, mudah tersinggung,

kehilangan kepekaan terhadap lingkungan, menjadi egosentris atau

menarik diri dari lingkungan. Penderita epilepsi juga sulit mencari

 pekerjaan yang berujung pada kondisi keuangan yang tidak mencukupi.

K. Kompli kasi penyaki t pender ita epilepsi

Epilepsi dapat menimbulkan komplikasi berupa status epileptikus. Status

epileptikus terjadi ketika penderita mengalami kejang selama lebih dari

lima menit atau mengalami serangkaian kejang pendek tanpa kembali

sadar di antara kejang. Status epiliptikus dapat menyebabkan kerusakan

 permanen pada otak, bahkan kematian.

Komplikasi lainnya yang juga jarang terjadi adalah kematian mendadak.

Hingga kini, penyebab kematian mendadak pada penderita epilepsi masih

 belum dapat diketahui secara pasti. Beberapa ahli mengemukakan bahwa

itu berkaitan dengan dampak pada jantung dan pernapasan akibat kejang.