pbl 6 cecil
DESCRIPTION
pbl 6TRANSCRIPT
Proses dan Faktor-faktor yang Memperngaruhi Penyimpanan Memori
Maria Priscilla
102011352
Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jl. Terusan ArjunaNo. 6, Jakarta 11510
Email: [email protected]
Pendahuluan
Manusia memiliki memori yang kemampuan dan kapasitasnya sangat besar. Memori
tidak hanya kemampuan untuk menyimpan apa yang telah pernah dialaminya saja, tetapi juga
termasuk kemampuan untuk menerima, menyimpan, dan menimbulkan kembali apa yang
dialaminya. Semua pusat fungsional otak tersebut saling bekerja sama satu dengan lainnya dan
membentuk satu sirkuit komunikasi antar saraf. Sirkuit komunikasi tersebut membentuk alur
memori jangka pendek. Kortek limbik, hippokampal, amigdala, basal ganglia dan hipothalamus
membangun sistem limbik yang sangat berpengaruh pada fenomena mengingat kembali
walaupun pusat aktivitas memori itu lebih terfokus pada daerah hippokampal.
Jika suatu informasi yang masuk ke otak melalui pancaindra maka informasi tersebut
dengan segera akan diamplikasikan di daerah Kortek Serebri. Selanjutnya informasi akan
dikomunikasikan ke daerak subkorteks dimana terdapat sejumlah pusat fungsionil untuk
membantu merekam apa saja yang pernah dikerjakannya. Rekaman tersebut juga akan dikirim
kembali ke kortex serebri untuk dianalisa dan kemudian direspon dalam bentuk perilku dan
tingkah laku tertentu yang mungkin dapat disertai oleh bentuk dan warna emosi serta afektifnya.
Proses pengulangan informasi yang sama akan membangun alur memori sebagai upaya
konsolidasi rekaman, khususnya di daerah pusat memorinya yaitu daerah Hippokampal, karena
hippokampal cenderung mengeluarkan cetusan impuls memori yang berulang-ulang terjadi
dengan sendirinya.
Manusia selalu membangun “Conscious memory” selama yang bersangkutan
memahami apa yang sedang dikerjakannya, tetapi jika saat itu dia mengalmi kebingunan dalam
periode yang singkat saja maka yang bersangkutan maka akan kehilangan memori dari apa yang
telah dan sedang dikerjakannya, sehingga harus berlatih lagi dari semula. Mengapa demikian?
Karena yang bersangkutan tidak mampu membangun memori jangka panjang sehingga pada saat
kebingungan maka harus dipelajarinya kembali dari awal.
Sistem Saraf Pusat
Sistem saraf pusat manusia terdiri dari otak dan batang otak. Otak ini terletak di dalam
basis cranii (tengkorak) yang dilindungi oleh banyak lapisan, sedangkan batang otak berada di
dalam tulang vertebrata manusia. Sistem saraf pusat yang paling utama adalah otak dimana otak
berperan dalam segala proses tubuh dan tentunya memiliki peranan terbesar dalam memori
manusia.
Otak secara umum terdiri dari beberapa 2 bagian utama yaitu otak besar dan otak kecil.
Otak besar atau cerebrum memiliki bagian-bagian khususnya tersendiri. Pembagian Encephalon
(otak) ada 3 subdivisinya yaitu hemisferium cerebri yang secara embriologik berasal dari
telencephalon yaitu bagian paling central dari vesikel otak, Trunctus encephali yaitu batang otak,
dan cerebelum. Trunctus encephali ini terdiri dari empat bagian yaitu diencephalon,
mesencephalon, pons, dan medula oblongata.1
Otak Besar
Otak besar atau hemispherium cerebri ini terdiri atas substansia grisea (substansia kelabu)
yang berupa lipatan corteks dengan substansia alba (substansia putih) dibawahnya. Korteks
merupakan bagian paling luar yang otak tersebut dapat dilihat pada gambar 1, korteks yang
berupa substansia grisea ini banyak didominasi oleh badan sel neuron serta dendritnya serta
sebagian besar sel glia, sedangkan substansia alba berisi oleh akson bermielin sehingga
warnanya menjadi putih.2 Koteks cerebri ini dapat dikatakan berperan penting dalam proses
ingatan dan kecerdasan manusia
Hemisferium cerebri ini terpisah antara kiri dan kanan oleh fissura longitudinalis cerebri
yang ditempati oleh flaks cerebri. Fissura ini membagi sempurna dua bagian pada hemisferium
bagian frontal. Pembagian antara hemisferium kiri dan kanan ini seimbang dimana jika
dilakukan potongan vertikal pada fissura ini akan menunjukan bahwa hemisferium kiri dan
kanan adalah simetris. Cerebrum dibagi atas 6 lobus berdasarkan lokasinya yaitu lobus frontalis,
lobus temporalis, lobus parientalis, lobus occipitalis, lobus insularis, lobus limbicus. Akan tetapi
lobus insularis dan lobus limbicus bukan merupakan lobus sebenarnya. Setiap lobus ini memiliki
fungsi yang berbeda-beda. Di antara lobus pariental dan occipital terdapat sebuah sulcus yang
terlihat jelas dan lebih dalam dibandingkan sulcus-sulcus lainnya.
Sulcus sentralis ini membagi 2 daerah yang peranannya sangat berbeda, daerah yang ke
arah anterior disebut sebagai daerah motorik primer dimana daerah ini mengatur pergerakan
tubuh, sedangkan bagian yang lebih posterior disebut daerah sensorik primer dimana semua
ransangan sensorik masuk ke dalam daerah ini. Area motorik primer memiliki hubungan
langsung ke otot-otot spesifik untuk menimbulkan gerakan otot tertentu. Sedangkan area
sensorik primer berfungsi untuk mengenali sensai spesifik (penglihatan, pendengaran, atau
somatik) yang dijalarkan ke otak dari organ sensorik primer. Area sekunder, sebaluknya dapat
dimengerti karena adanya fungsi-fungsi area primer. Sebagai contoh, fungsi area sensorik
sekunder yang terletak beberapa sentimeter dari area sensorik primer, mengartikan sinyal-sinyal
sensorik spesifik seperti menginterprestasikan bentuk dan tekstur suatu objek yang ada pada
tangan seseorang. Daerah sekunder atau daerah asosiasi ini menginterpreastasikan sinyal-sinyal
dari sensorik primer.1
Sistem Limbik
Sistem limbik merupakan suatu bagian terpisah tetapi suatu cincin struktur-struktur otak
depan yang mengelilingi batang otak. Jika otak dibelah secara vertikal tepat di bagian sagitalis
maka dapat dilihat bagian tengah dari otak tersebut. Bagian tengah ini terdapat hipothalamus
yang sangat menonjol dibandingkan bangunan lainnya. Di sekeliling hipotalamus terdapat
sebuah sistem yang tidak dapat dilihat secara fisik. Sistem ini bernama sistem limbik. Sistem
limbik ini sebenarya berperan sangat penting dalam emosi, tetapi emosi ini juga berperan dalam
memori dan proses pembelajaran. Selain itu di sistem limbik ini juga terdapat amigdala yang
merupakan jendela penghubung setiap neuron sensorik sehingga ia dapat menjalarkan sinyal ke
bagian dari sistem limbik ini.
Otak Kecil
Otak kecil memiliki struktur dan fungsi yang jauh berbeda dengan otak besar. Dilihat dari
ukuran cerebellum ini juga jauh lebih kecil dari cerebrum, lokasi cerebellum ini ada di bawah
lobus occipitalis dan melekat di punggung dasar batang otak, dimana ukurannya hanya sebesar
bola kasti. Secara umum kegunaan cerebellum ini adalah sebagai pengatur keseimbangan pada
tubuh manusia.
Mikroskopis Pada Sistem Saraf Pusat
Sistem saraf ini secara umum disusun atas 2 sel utama yaitu ganglion dan sel-sel
pendukung, ganglion ini berada banyak pada sistem saraf tepi sedangkan sel pendukung banyak
terdapat si sistem saraf pusat.3 Neuron ini adalah unit fungsional sistem saraf yang dikhususkan
untuk menghantarkan dan mengirimkan sinyal dalam tubuh dari satu lokasi ke lokasi lain.
Penjuluran neural terbagi menjadi 2 yaitu dendrit dan akson.3 Dendrit adalah juluran pendek dari
akson, jumlah cabang di dendrit banyak karena ia berperan sebagai input dari neuron lain atau
reseptor sensoris. Sedangkan untuk akson sendiri merupakan juluran panjang dari neuron, akson
ini umumnya berbentuk tunggal dan berasal dari badan neuron. Akson yang berada di badan
neuron ini disebut akson hillock. Daerah ini merupakan jalur dimulainya potensial aksi untuk
memulai ransangan saraf agar stimulus dapat diteruskan. Akson ini sebagian besar terbungkus
oleh selubung mielin yang terdiri dari lemak sehingga bersifat isolator terhadap listik. Hal ini
memungkinkan ransang diteruskan dengan cepat karena listrik potensial aksi yang diteruskan ini
akan meloncati saraf yang tertutup selubung mielin tersebut.3
Pada sistem saraf pusat ini juga ada sel-sel glia yang berfungsi penting dalam integritas
struktur sistem saraf dan bagi fungsi normal neuron. Jumlahnya lebih banyak sepuluh hingga
limapuluh kali lipat dari neuron.3 Glia ini ada berbagai macam jenisnya yaitu oligodendrosit,
mikroglia, astrosit. Setiap glia ini mempunyai kegunaanya masing-masing yang berbeda satu
sama lain.
Astrosit berfungsi untuk menopang neuron dalam hubungan spasial yang tepat, dia juga
berfungsi sebagai perancah selama perkembangan otak janin, memicu pembentukan sawar darah
otak, membentuk jaringan parut saraf, menyerap dan menguraikan neurotransmitter (glutamat
dan GABA) yang dibebaskan menjadi bahan mentah untuk membentuk lebih banyak
neurotransmitter oleh neuron agar pembawa kerja kimiawi ini terhenti, menyerap kelebihan K+
untuk membantu mempertahankan konsentrasi ion CES otak yang tepat dan eksitabilitas normal
neuron. Kegunaan lainnya yaitu untuk meningkatkan pembentukan sinaps melalui sinyal
kimiawi ke neuron.2
Oligodendrosit melekat pada akson dan membentuk selubung mielin di sekelilingnya.
Mikroglia berperan dalam otak sebagai fagosit, mikroglia ini bisa menghasilkan bahan
kimiayang bersifat destruktif untuk menyingkirkan benda asing. Dalam keadaan istirahat /
keadaan mengawasi mikroglia ini mengeluarkan bulu-bulu halus dengan cabang panjang di
seklilingnya, sedangkan saat aktif bersifat fagosit bulu-bulu ini akan masuk dan membulat
sehingga mikroglia dapat menuju bagian ssp yang terganggu. Peneliti beranggapan bahwa
mikroglia yang mengeluarkan bahan kimia berlebih ini berperan dalam destruktif neuron secara
perlahan dan membahayakn dan menjadi salah satu penyebab alzheimer.2
Sedangkan untuk sel ependim, dia melapisi rongga-rongga otak dan medula spinalis. Sel
ependim ini berfungsi sebagai sel punca neuron dengan potensi membentuk neuton dan sel glia
baru. Sel glia berperan dalam modifikasi sinaps yang sangat berpengaruh dalam pembentukan
memori. Sel glia astrosit ini yang paling berperan dalam modifikasi ini dimana sel astrosit
berkomunikasi dengan neuron dan dengan astrosit lain melalui sinyal kimiawi. Ada 2 cara
pensinyalan kimiawi yang pertama adalah dengan taut celah (celah di membran sel yang bersifat
permeable pada bahan tertentu), dan yang kedua adalah reseptor glutamat yang terdapat pada
astrosit.2
Akson yang penjang selain diselubungi oleh mielin ada juga yang tidak diselubungi.
Bagian yang tidak terselubung ini adalah nodus ranvier dimana tempat potensial aksi bersiap
untuk loncatan selanjutnya. Pada ujung dari akson ini terdapat sinaps yang menghubungkan 2
buah neuron atau penghubung neuron dengan sel lainnya. Sinaps pada neuron ini membagi
neuron menjadi 2 jenis yaitu neuron prasinaps dan neuron pascasinaps. Pada neuron prasinaps ini
terdapat banyak neurotransmitter yang terbungkus vesikel dan enzim pelisisnya. Sedangkan pada
neuron pasca sinaps memiliki reseptor yang peka terhadap neurotransmitter tertentu yang
dihasilkan oleh neuron prasinaps tersebut.
Neurotrasmitter
Neurotransmitter ini merupakan bahan kimia yang menjadi cara berkomunikasi antar sel
saraf. Neurotransmitter ini berada di sinaps tempat penghubungan antara 2 sel saraf.
Neurotransmit ini ada bersifat eksitatoris yaitu bersifat meneruskan potensial aksi ada juga
bersifat inhibisi yang mengahambat terjadi potensial aksi di neuron pascasinaps. Jenis
neurotransmit ini ada banyak dan akan dijabarkan dalam tabel berikut:
Neurotransmitter Golongan Tempat Sekresi
Asetilkolin Eksitatori pada otot rangka vertebrata. Bisa SSP dan Saraf tepi
eksitatoris atau inhibitoris pada tempat lainSistem
Amina Biogenik
Norepinefrin Eksitatoris atau inhibitoris SSP dan Saraf tepi
Dopamin Umumnya eksitatoris bisa juga inhibitoris SSP dan Saraf tepi
Serotonin Umumnya inhibitoris SSP
Asam Amino
GABA Inhibitoris SSP
Glisin Inhibitoris SSP
Glutamat Eksitatoris SSP
Aspartat Eksitatoris SSP
Neuropeptida
Substansi P Eksitatoris SSP dan Saraf tepi
Met-Enkefalin
(Suatu endorfin)
Umumnya inhibitoris SSP
Suatu Neurotransmit eksitatoris dapat bersifat inhibin di tempat tertentu tergantung
dengan reseptor apa yang menerima neurotransmit tersebut.
Fisiologi
Pada sebagian kasus pembentukan potensial aksi neuron di otak memicu pelepasan ATP
bersama dengan neurotransmitter klasik dari terminal akson. Pengikatan glutamat ke reseptor
astrosit dan/deteksi ATP ekstrasel oleh astrosit menyebabkan influks kasium ke dalam glia ini.
Influks/peningkatan kalsium intersel ini mendorong astrosit mengeluarkan ATP sehingga sel-sel
sekitar glia menjadi aktif, Dengan cara ini astrosit berbagi informasi tentang aktivitas potensial
aksi suatu neuron di sekitarnya. Karena itu astorit dapat berkomunikasi dengan sesamanya
melalui pertautan antar astrosit di taut celah dan melalui perambatan gelombang kalsium.
Selanjutnya astrosit dan sel glia lain juga mengeluarkan neuro trnasmitter yang sama dengan
yang dikeluarkan neuron serta sinyal kimiawi lain. Bahan-bahan kimia ekstrasel yang
dikeluarkan sel glia ini dapat mempengaruhi eksitabilitas neuron dan memperkuat aktivitas
sinaps misalnya dengan meningkatkan pelepasan neurotransmitter oleh neuron atau mendorong
pembentukan sinaps baru. Maka astrosit ini memiliki kemampuan berkomunikasi 3 arah dengan
neuron pra sinaps serta pasca sinaps. Kemampuan ini dapat digunakan untuk memodifikasi
sinaps yang berperan penting dalam jalur memori. Ada banyak neurotransmitter yang bersifat
inhibitoris tetapi hanya GABA yang berperan paling besar di dalam otak.
Memory
Memory adalah hasil dari proses pembelajaran atau sebaliknya dengan memori maka
kita dapat melakukan proses pembelajaran. Belajar adalah perolehan pengetahuan atau
keterampilan sebagai konsekuensi pengalaman, instruksi, atau keduanya.2 Dengan menggunakan
memori maka kita dapat mepelajari sesuatu hal yang baru, dengan memahami pembelajaran
tersebut maka kita akan mendapatkan memori yang baru.
Penghargaan dan penghukuman adalah bagian integral dari proses pembelajaran. Jika
seekor hewan diberi hadiah jika berespon terhadap stimulus tertentu, maka kemungkinannya
akan lebih besar bahwa hewan tersebut akan berespon dengan cara yang sama terhadap stimulus
yang sama sebagai konsekuensi dari pengalaman ini. Sebaliknya, jika respon diikuti hukuman
maka kecil kemungkinannya hewan akan mengulangi respon yang sama terhadap stimulus yang
sama.2
Pengalaman yang baru ini akan disimpan dalam bentuk ingatan melalui beberapa
tahapan. Tetapi pada dasarnya proses mengingat ini karena adanya perubahan saraf yang
berperan dalam retensi atau penyimpanan pengetahuan atau yang lebih dikenal dengan jejak
ingatan. Secara umum yang tersimpan dalam memori berupa konsep bukan kata-kata. Kemudian
saat kita mengambil konsep dari ingatan maka kita akan meninterprestasikan konsep tersebut
menurut kata-kata sendiri. Ingatan tentang kata-kata bisa diingat tetapi hanya dalam bentuk
potongan kata-kata saja.2
Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya memori disimpan melalui tahapan-tahapan
tertentu yaitu diawali dengan terbentuknya memori jangka pendek dan berubah menjadi memori
jangka panjang setelah dikonsolidasikan. Maka berdasarkan waktu memori itu tersimpan memori
dibagi menjadi 2 yaitu memori jangka pendek dan memori jangka panjang.
Memori jangka pendek ini bersifat hanya sementara dan jika dilupakan maka akan hilang
permanen. Memori ini langsung didapatkan segera setelah informasi baru diterima, kapasitas
untuk menyimpannyapun terbatas tetapi saat mengingat kembalinya cepat. Memori ini terjadi
karena perubahan sementara dari fungsi sinaps. Memori jangka pendek ini mempunyai
kesempatan untuk menjadi memori jangka panjang bila dilakukan konsolidasi.2
Memori jangka panjang sebaliknya, proses menyimpannya cukup rumit dan lama karena
harus dilakukan konsolidasi dan terus ditingkatkan dengan latihan. Akan tetapi saat tersimpan
memori ini akan sulit dilupakan karena jejak ingatannya relatif stabil, hanya bagian spesifiknya
saja yang sulit diingat. Maka ingatan ini dapat bertahan sangat lama sampai tahunan dan
berkapasitas sangat besar. Mekanisme penyimpanan memori ini melibatkan modifikasi permanen
pada neuron yang sudah ada, baik pembentukan sinaps baru ataupun sintesis protein yang
berperan penting.2
Selain itu ada juga memori sementara dimana memori ini secara temporer menahan dan
menggabungkan beberapa informasi relevan dengan kegiatan mental yang sedang dilakukan.
Memori ini memiliki fungsi integratif yang penting bagi kemampuan berpikir, merencanakan,
dan membuat penilaian. Pada saat ingatan diatahan di memori ini, ingatan tersebut diproses
menjadi informasi baru dan informasi baru itu dapat digunakan untuk memperbaharui informasi
lama. Dengan adanya kemampuan ini maka kita dapat langsung memahami apa yang sedang
dibaca, menghitung, mencari jalan pulang dan juga memadukan pikiran-pikiran dalam rangkaian
logis.2 Tempat menyimpan memori ini tidak berkerja secara tunggal karena penyimpanan
memori ini melibatkan setiap jaras yang berperan dalam penerimaan ransang. Akan tetapi di otak
ada beberapa bagian yang diperkirakan berperan paling penting dalam memori ini. Tempat-
tempat tersebut adalah hipokampus, sebelum, dan korteks prafrontal.
Hipokampus ini berperan penting dalam pemindahan ingatan pendek menjadi ingatan
panjang. Ia terkait sangat penting dalam mempertahankan ingatan tentang kejadian sehari-hari.
Pada dasarnya prinsip hipokampus ini memainkan emosi dimana seperti dalam pembelajaran,
sistem reward dan punisment berperan penting. Seperti yang diketahui sebelumnya sistem limbik
lebih berperan dalam emosi dimana amigdalanya saja mengatur rasa takut. Tetapi meski ia
berperan penting dalam emosi, penelitian menunjukan bahwa orang yang bagian hipokampus
dan sistemlimbiknya rusak tidak dapat mengkonsolidasi ataupun mengrekonsonsolidasi memori
jangka pendek menjadi jangka panjang.1,2 Orang yang terkena alzheimer ini juga menunjukan
kerusakan pada daerah hipokampus. Ingatan deklaratif yang dihasilkan hipokampus ini juga
memerlukan pemanggilan kembali secara sadar.2
Cerebellum mengatur ingatan prosedural (“bagaimana”), ingatan prosedural ini berupa
keterampilan motorik yang diperoleh melalui latihan berulang. Daerah korteks yang penting
untuk suatu ingatan prosedural adalah sistem-sistem sensorik dan motorik spesifik yang
melakukan tindakan/gerakan yang dimaksud.2 Ingatan yang dihasilkan ini tidak dapat diakses
secara sadar. Sehingga ada kejadian dimana kita melakukan sesuatu tanpa sadar tetapi tidak
dapat mengingat apa yang dilakukannya saat ingatan ini bekerja.
Korteks prafrontal ini berhubungan dengan korteks asosiasi primer. Pada pembahasan
sebelumnya diceritakan tentang ingatan sementara yang bisa memproses dan mengintegerasikan
memori agar kita dapat memahami apa yang dilakukan. Memahami merupakan tugas dari daerah
asosiasi atau daerah sensori sekunder. Bagian korteks terutama daerah frontal ada daerah asosiasi
yang dapat menterjemahkan ransangan yang diterima secara mentah dari daerah senosrik primer.
Substansia grisea atau daerah korteks tersebut dapat dikatakan sebagai komputer dari SSP
sedangkan bagian substansia albanya dibaratkan kabel yang saling menghubungkan komputer-
komputer tersebut. Penghubungan korteks ini memungkinkan ransangan disatukan dan diolah.
Seperti contoh saat memakan kue, kita mencium aromanya, mencicipi rasanya, mengetahui
teksturnya. Hal ini diterima di tempat sensoris primernya masing-masing dan diteruskan ke
dalam korteks prafrontal melalui kabel-kabel di substansia alba. Proses ini cukup singkat
dikarenakan subtansia alba berisi akson bermielin yang memungkinkan potensial aksi diteruskna
dengan cepat.2,3
Proses Terjadinya Memori
Memori terjadi karena adanya modifikasi pada saraf dan menimbulkan jaras. Modifikasi
terjadi pada saat pembentukan ingatan baik ingatan jangka pendek maupun ingatan jangka
panjang. Pada proses memori jangka pendek juga ada teori yang menyebutkan kemungkinan
terjadinya modifikasi yaitu saat munculnya potensial aksi ion Ca2+ masuk ke dalam membran
neuron prasinaps. Saat Ca2+ ini berjumlah lebih banyak dari yang dapat diabsorbsi mitokondria
dan Retikulum endoplasma, maka kelebihan ion kalsium ini menyebabkan pelepasan substansi
transmitter pre sinaptik yang berlangsung lama pada sinaps. Maka ingatan jangka pendek dapat
terjadi karena munculnya sekresi neurotransmitter yang lebih banyak.1
Untuk proses memori jangka panjang lebih rumit daripada memori jangka pendek ada
sejumlah proses yang harus dilalui. Glutamat dilepaskan oleh neuron prasinaps dan menempel
pada reseptor NMDA, reseptor ini berupa kation non selektif maka io kalsium dan natrium dapat
masuk ke dalam sel pasca sinaps, masuknya kalsium ini menyebabkan munculnya pesan kedua
pada neuron pasca sinaps dimana neuron pasca sinaps akan menghasilkan lebih banyak reseptor
AMPA yang juga termasuk reseptor glutamat. Maka modifikasi pada sinaps dapat terjadi.
Pada sebagian kasus pembentukan potensial aksi neuron di otak memicu pelepasan ATP
bersama dengan neurotransmitter klasik dari terminal akson. Pengikatan glutamat ke reseptor
astrosit dan/deteksi ATP ekstrasel oleh astrosit menyebabkan influks kasium ke dalam glia ini.
Influks/peningkatan kalsium intersel ini mendorong astrosit mengeluarkan ATP sehingga sel-sel
sekitar glia menjadi aktif. Dengan cara ini astrosit berbagi informasi tentang aktivitas potensial
aksi suatu neuron di sekitarnya. Karena itu astorit dapat berkomunikasi dengan sesamanya
melalui pertautan antar astrosit di taut celah dan melalui perambatan gelombang kalsium.
Selanjutnya astrosit dan sel glia lain juga mengeluarkan neuro trnasmitter yang sama dengan
yang dikeluarkan neuron serta sinyal kimiawi lain.
Modifikasi fisik yang paling penting dalam proses pembentukan ingatan jangka panjang
adalah peningkatan pelepasan vesikel yang mensekresikan neurotransmitter, peningkatan jumlah
vesikel transmitter, dan peningkatan jumlah ujung-ujung presinaptik
Kasus
Pada kasus dikatakan bahwa Kakek yang berusia 63 tahun tersebut sering lupa. Faktor
usia tua mempengaruhi kinerja lobus frontalis yang sebelumnya diketahui sebagai area yang
memiliki korteks prafrontalis, jika area ini melemah maka memori sementara yang digunakan
untuk mengingat hal kompleks akan berkurang kemampuannya. Kesalahan mengingat juga
mungkin terjadi karena koteks prafrontal ini memiliki fungsi integrasi memori.
Ada juga faktor lain seperti degenerasi pada hipokampus. Hipokampus akan berdegenasi
perlahan-lahan saat usia tua, degenerasi ini menurunkan fungsi dari hipokampus sehingga
hipokampus rusak. Rusaknya hipokampus ini menyebabkan memori baru tidak terkonsolidasi
sehingga ingatan tidak dapat menjadi ingatan jangka panjang. Hal ini menyebabkan ingatan
mudah dilupakan.
Ada juga faktor lain yaitu berkurangnya kemampuan mensintesis bahan-bahan
neurotransmitter. Seiring menuanya usia kemampuan mensintesis protein utama sebagai
neurotransmitter dalam SSP seperti glutamat yang bersifat asam amino akan menurun,
menurunnya sintesis glutamat ini berarti menurunkan jumlah neurotransmit yang terjadi sehingga
kemampuan memori berkurang lagi.
Melemahnya penyimpanan memori bisa disebabkan oleh defisiensi neurotransmitter
astilkolin. Karena asetilkolin membantu penyimpanan dan pemanggilan memori seseorang dan
merupakan substansi penting. Makin banyak asetilkolin yang dibentuk, maka makin banyak pula
yang dilepaskan ke dalam sinaps saraf sehingga makin baik pula proses memori dan atensi.
Faktor-faktor diatas muncul secara alamiah karena usia, maka tidak dapat dihindari.
Secara alamiah kemampuan otak ini akan berkurang dan menyebabkan memori berkurang.
Hanya perbedaan waktu saja yang menentukan kapan orang itu perlahan-lahan kehilangan
memorinya, untuk kasus ini kakek tersebut sudah sampai di waktunya.
Kesimpulan
Memory ini ada memory jangka panjang yang bersifat permanen, memory jangka pendek
yang bersifat singkat dan memori sementara yang berfungsi sebagai penampung logika. Memory
jangka pendek dapat diubah menjadi memory jangka panjang dengan proses konsolidasi yang
menyebabkan modifikasi dari saraf. Proses ini membutuhkan bantuan hipokampus yang
berdegenerasi saat usia tua. Maka dengan bertambahnya usia dan melemahnya hipokampus,
korteks pramotorik dan berkurangnya sintesis neurotransmit, kemampuan mengingat seseorang
dapat menurun. Melemahnya kemampuan mengingat seseorang juga dapat disebabkan oleh
defisiensi neurptransmitter asetilkolin dan nutrisi-nutrisi lain.
Daftar Pustaka
1. Guyton. Anatomi dan fisiologi untuk pemula. Edisi ke-11. Jakarta: EGC; 2010.h.909-42.
2. Sherwood L. Fisiologi manusia. Edisi ke-6. Jakarta: EGC; 2009.h.144-82.
3. Campbell NA, Reece JB, Mitchell LG. Biologi. Jilid ke-3. Edisi ke-5. Jakarta: Erlangga;
2004.h.200-33.
4. Eroschenko. Atlas Histologi di Fiore. Edisi ke-9. Jakarta: EGC; 2003.
5. Watson R. Anatomi dan fisiologi. Edisi ke-10. Jakarta: EGC; 2002.
6. Sloane E. Anatomi dan fisiologi untuk pemula. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC, 2003. h. 168-9, 171.