pbl blok 4.1
DESCRIPTION
blok 4TRANSCRIPT
Peranan Hormon Insulin dan Reseptor Sel Dalam Menjaga Kadar Gula Darah Seseorang
Kelvin Wilbent Daffa
102012375
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jalan Arjuna Utara No. 6 Jakarta Barat
2012
Pendahuluan
Penyakit kencing manis atau yang disebut dengan diabetes mellitus ternyata merupakan penyakit
yang sudah sangat lama diketahui oleh umat manusia, bahkan catatan hal ini dapat dibaca pada Papyurs
Ebers kurang lebih 1500SM.1 Dalam bahasa Indonesia sendiri, diabetes mellitus berarti sirkulasi darah
madu, kata ini digunakan karena pada pasien diabetes mellitus terjadinya kadar gula darah yang tinggi
dan termanefestasi juga dalam air seni karena ginjal tidak dapat menahan kadar gula darah yang tinggi.
Diabetes mellitus sudah cukup menonjol diantara oenyakit lain seperti jantung dan pembuluh darah, serta
kanker. Pasien diabetes mellitus diperkirakan mencapai 2,1% dari seluruh jumlah penduduk didunia dan
171 juta orang pada tahun 2000 menurut WHO. Dan sekitar 60% penderitanya terdapat diasia, yang
diperkirakan karena pola makan di asia yang tidak teratur.2
Ada dua jenis diabetes yang terjadi pada manusia, yaitu diabetes tipe 1 yang disebabkan karena
kegagalan produksi hormon insulin, dan diabetes tipe 2 yang disebabkan karena kegagalan penggunaan
insulin.3 Fungsi insulin ialah mendorong gula dalam darah masuk kedalam sel dan menyimpan gula yang
berkelebihan di hati.2 Fungsi insulin adalah sebagai kunci pembuka sel untuk masuknya glukosa. Karena
agar glukosa dapat diubah menjadi energy haruslah dimasukkan kedalam tubuh dengan menggunakan
kuncinya, yaitu adalah insulin.4
Isi
Diabetes Mellitus
Diabetes mellitus penyakit meningginya kadar gula dalam darah, yang disebabkan oleh gangguan
regulasi glukosa dalam darah dan gangguan transportasi sel dari glukosa kedalam sel. Dan biasanya
penyakit ini merupakan penyakit yang kronis atau menahun.2
Diabetes mellitus yang dibagi menjadi dua tipe yaitu diabetes 1 yang dikenal dengan diabetes
anak karena pancreas tidak dapat memproduksi insulin.3 Diabetes tipe 1 paling sering terjadi pada usia
anak-anak, bermanifestasi pada usia remaja dan berjalan progresif sejalan bertambahnya usia.5 Diabetes
tipe ini biasanya disebabkan karena rusaknya sel-sel β yang bertugas memproduksi insulin.3 kerusakan
yang terjadi karena destruksi auto imun sel-sel β dalam pulau-pulau langerhans pancreas. 5 Diabetes tipe
ini biasanya ditangani dengan menyuntikan hormon insulin kepada pasien karena pasien tidak dapat
memproduksi insulin.3 Selanjutnya adalah diabetes tipe 2 yang tidak seperti penderita diabetes tipe 1,
penderitanya masih dapat memproduksi hormon insulin, tetapi insulin yang diproduksinya tidak dapat
cukup bekerja atau tidak dapat bekerja sebagaimana mestinya. Diabetes ini ditandai dengan defisiensi
insulin atau yang lebih umum dengen penurunan reponsivitas pada sel target akibat ada beberapa
perubahan dalam reseptor insulin.6 Diabetes tipe 2 ini juga dapat memicu berbagai penyakit lainnya
seperti jantung koroner, stroke, dan lain-lain.3 Pada kasus PBL yang terjadi, kemungkinan yang terjadi
adalah diabetes tipe 2, karena tubuh pasien masih dapat memproduksi insulin namun tubuh tidak dapat
menggunakannya, karena terjadi kerusakan pada reseptor sel target.
Insulin
Insulin adalah polipeptida yang mengandung 51 asam amino yang tersusun dalam dua rantai (A
dan B) dan dihubungkan oleh ikatan disulfida.7 Insulin merupakan hormon protein yang dihasilkan dalam
pancreas untuk mengendalikan kadar gula dalam darah.8 Di dalam pankreas terdapat pulau-pulau
langerhans yaitu suatu kumpulan sel-sel endokdrin yang menghasilkan dua hormon secara langsung
kedalam sistem sirkulasi. Masing-masing memiliki sel α dan sel β, insulin dihasilkan pada sel β. Insulin
mengurangi kadar gula dalam darah dengan cara merangsang semua sel-sel dalam tubuh terkecuali sel
otak untuk mengambil glukosa kedalam darah, serta memperlambat perombakan glikogen dalam hati dan
menghambat konversi asam amino dan asam lemak menjadi gula.6 Ketika kadar gula dalam darah
seseorang tinggi, hal ini akan merangsang sel-sel β untuk melepaskan insulin agar dapat mengatur kadar
gula darah.7
Reseptor Sel
Masing-masing hormon memiliki satu atau lebih efek fisiologis spesifik yang diperantarai oleh
jaringan sasaran, dan jaringan tersebbut memiliki kemampuan untuk mengenali sebiah hormon. Dalam
sirkulasi dan berikatan serta berespon secara spesifik terhadap hormone tersebut. Spesifitas hormon-
jaringan tersebut sangat ditentukan dengan adanya reseptor sel yang terletak pada membrane plasma sel.
Agar aktifitas hormon dapat timbul, pengikatan hormone reseptor ini harus di tranduksikan menjadi
sinyal kimia pascareseptor didalam sel.9
Anifitas reseptor terhadap ligan (senyawa yang berikatan dengan reseptor) harus tinggi karena
sebagian besar hormon beredar dalam darah dengan konsentrasi pikomolar sampe nanomolar. Spesifitas
reseptor bergantung pada kemampuan protein reseptor membedakan ligannya dari hormone lain sewaktu
ligan tersebut mendekati permukaan sel.9
Reseptor ini adalah protein yang terletak di permukaan sel. Pengikatan ligan ke reseptor ini
merangsang jenjang reaksi di dalam sel. Struktur protein reseptor di membran plasma sangat beragam,
keragamanstruktur ini berkaitan dengan kenyataan bahwa hormone yang mampu berinteraksi dengan
reseptor membran prasma juga secara struktural bermacam-macam.9 Karena reseptor ini merupakan
protein, maka ada kemungkinan pada saat sintesisya dapat terjadi mutasi. Jika terjadi mutasi pada reseptor
insulin, maka hal ini akan mempengaruhi sintesis reseptor tersebut. sehingga pengikatan insulin atau
aktivitas tirosin kinase dapat mengakibatkan resistensi insulin yang ringan hingga berat pada para
penderita diabetes tipe 2.5
Sintesis Protein
Sintesis protein dikendalikan dari nukleus oleh DNA. DNA menentukan spesifikasi
struktur semua protein. Peristiwa sintesis protein, sering disebut sebagai dogma sentral biologi
molekular, dimana DNA transkripsi menjadi RNA, dan RNA diekspressikan atau sintesiskan
dengan cara di translasikan menjadi protein.10
Pada tahap transkripsi, Salah satu rantai DNA akan terbuka, dan salah satu rantai
berfungsi sebagai pola untuk produksi rantai mRNA. Pada transkripsi ini diperlukan enzim RNA
polimerase yang diperlukan untuk memasang basa-basa baru dan protein pengatur gen yang
terikan pada rangkaian basa khusus pada molekul DNA dan menentukan segmen DNA yang
harus disalin. Lalu, salinan RNA lengkap, DNA kembali bergabung, dan mRNA siap dilepas.
Setelah itu RNA bergerak keluar dari nukleus dan bergerak kearah sitoplasma. Pesan yang
tertulis dalam mRNA ini berupa kode genetik, setiap kata kode terdiri dari 3 nukleutida yang
berdekatan atau triple basa yang membentuk kodon.10
Tahap selanjutnya adalah translasi, yaitu adalah tahap sintesis protein itu sendiri.
Translasi ini berdasarkan informasi rangkaian basa yang ada dalam kodon mRNA. Translasi
memerlukan keterlibatan tRNA dan rRNA. Molekul tRNA berukuran sangat kecil, dengan 70
atau 90 nukleutida dan berada dalam sitoplasma. Setiap molekulnya berbentuk daun semanggi,
berisi antikodon, triplet basa nukleutida yang merupakan pelengkap dari kodon mRNA. Ujung
lainnya berisi 20 asam amino yang secara enzimatis telah terikat pada ikatan berenergi tinggi
yaitu ATP. Sedangkan rRNA membentuk inti structural ribosom. Kompleks yang terdiri dari
rRNA dan hampir 100 jenis protein, ribosom berfungsi sebagai sisibiokimia tempat molekul
tRNA berada untuk membaca pesan berbentuk kode pada mRNA.10
Kesimpulan
Suatu hormon insulin merupakan suatu protein yang dihasilkan oleh pancreas dalam menjaga
tubuh agar dapat mengontrol kadar gula dalam darahnya, namun hormone tersebut tidak akan dapat
berfungsi jika reseptornya mengalami masalah, dalam hal ini insulin dan reseptor sel yang merupakan
sebuah protein yang disintesiskan melalui proses replikasi, transkripsi dan translasi dapat terjadi mutasi,
sehingga reseptor yang dihasilkan tidak baik dan tidak dapat bekerja. Otomatis insulin tidak dapat bekerja
dan seseorang dapat terkena diabete mellitus, walau didalam tubuhnya terdapat cukup insulin.
Daftar Pustaka
1. Tapan E. Penyakit degeneratif. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo; 2005. Hal 3
2. Mahendra B, Krisnatuti D, Tobing A, Alting BZ. Care your self diabetes mellitus. Jakarta:
Penebar Plus; 2008. Hal 8,11-2
3. Adamo PJ, Whitney C. Diabetes. Jakarta: PT. Bentang Pustaka; 2009. Hal 22
4. Suharjo JB, Cahyon B. Gaya hidup & penyakit modern. Jakarta: Kanisius; 2008. Hal 60
5. Richard N, Michael, et all. Dasar patologis penyakit. Jakarta: EGC; 2006. Hal 672
6. Reecle C, Mitchell. Biologi. Jakarta: Erlangga; 2004. Hal 142-3
7. Neal MJ. Farmakologi medis. Jakarta: Erlangga; 2006. Hal. 79
8. Brookers M. Genetika. Jakarta: Erlangga; 2005. Hal. 122
9. Marks DB, Marks AD, Smith CM. Biokimia kedokteran dasar. Jakarta: EGC; 2000. Hal. 659
10. Ethel S. Anatomi dan fisiologi untuk pemula. Jakarta: EGC; 2004. Hlm 52