pbl print 11
DESCRIPTION
asdTRANSCRIPT
Makalah Problem Based Learning
Blok 11
Metabolik Endokrin – 1
D I S U S U N O L E H :
FAKULTAS KEDOKTERAN
Universitas Kristen Krida Wacana
2010
Daftar Isi :
Halaman
Kata Pengantar .............................................................................................................. 1
Hormon :
Pembentukan Hormon..................................................................................................... 2
Peran Hormon.................................................................................................................. 2
Faktor yang mempengaruhi Hormon............................................................................... 5
Gizi :
Penyusunan menu Gizi..................................................................................................... 6
Antropometrik.................................................................................................................. 8
Metabolisme :
Metabolisme lemak........................................................................................................... 10
Metabolisme Protein......................................................................................................... 13
Metabolisme Karbohidrat................................................................................................. 14
Pemeriksaan :
Pemeriksaan Glukosa Darah............................................................................................. 15
Pemeriksaan Glukosa Urine.............................................................................................. 17
Daftar Pustaka................................................................................................................... 18
Kata Pengantar
Pertama – tama kami ucapkan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas segala
berkat yang telah diberikan kepada kita sehinga kita diberikan nafas kehidupan hingga saat
ini. Setelah membahas Skenario D pada diskusi PBL I, didapatkan beberapa Analisis masalah
tersebut dengan center atau pusatnya adalah gejala dari Diabetes Melilitus yaitu 3 P
(Polyuria, Polydipsia, dan Polyvagia). Dari pusat tersebut telah diambil beberapa sasaran
pembelajaran, yaitu Hormon (peran, pembentukan dan faktor yang mempengaruhi),
Gizi(penyusunan menu, Antropometrik berdasar lemak dan komposisi tubuh), Metabolisme
(Lemak, Protein, dan Karbohidrat), dan pemeriksaan lab (berdasar glukosa darah dan glukosa
urine). Dan didalam makalah ini, saya akan membahas beberapa sasaran pembelajaran
tersebut. Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua dan mohon maaf apabila ada
kesalahan baik yang disengaja maupun tidak disengaja dalam makalah ini. Akhir kata saya
ucapkan terima kasih atas perhatiannya. Semoga Tuhan memberkati.
1
1. Hormon
1a. Pembentukan Hormon
Glukosa adalah satuan karbohidrat yang terkecil. Dalam tubuh manusia, glukosa digunakan
untuk membentuk energi. Jika berlebih maka tugas insulin, suatu enzim dalam tubuh manusia
untuk menyimpan kelebihan gula dalam darah ke bentuk cadangan di hati, otot dan organ
lainnya.1,2 Jika proses diatas berlangsung seimbang, maka kelebihan glukosa dalam tubuh
manusia tidak akan menimbulkan penyakit. Tapi jika kadar insulin rendah, tidak diproduksi ,
atau tidak direspon oleh tubuh, maka ini dapat menyebabkan kadar glukosa menumpuk dalam
darah atau yang lebih dikenal dengan sakit gula atau istilah medisnya Diabetes Mellitus.
Insulin tersebut dibentuk oleh sel β pankreas atau lebih tepatnya berada di pulau – pulau
langerhans didalam pankreas.3,4,6 Diabetes mellitus (yang selanjutnya disingkat DM), seperti
halnya penyakit lain, juga menimbulkan gejala. Gejala tersebut ada yang khas, atau disebut
juga gejala klasik, dan gejala yang tidak khas. Gejala klasik dari DM antara lain berat badan
menurun, banyak buang air kecil (poliuria), banyak minum (polidipsia) dan banyak makan
(polifagi). Gejala tidak khas dapat berupa kesemutan, gangguan penglihatan, gatal, gangguan
ereksi atau keputihan.4
1b. Peran Hormon
Insulin itu bersifat anabolik, karena meningkatkan simpanan glukosa, asam amino dan asam
lemak dalam hati. Insulin juga mempunyai efek untuk menurunkan kadar glukosa, asam
amino dan asam lemak dalam darah dan meningkatkan anabolik molekul kecil bahan
makanan. Selain itu Insulin mempunyai sifat untuk dapat meningkatkan masuknya glukosa
melalui membran sel otot rangka, otot polos, dan otot jantung dan tidak pada sel epitel usus,
tubulus ginjal dan jaringan syaraf kecuali daerah tertentu di hipotalamus.1, 4,5,6
2
Pada orang yang normal, sekitar separuh dari glukosa yang dimakan diubah menjadi energi
lewat glikolisis dan separuh lagi disimpan sebagai lemak atau glikogen. Glikolisis akan
menurun dalam keadaan tanpa insulin dan proses glikogenesis ataupun lipogenesis akan
terhalang tanpa insulin. Hormon insulin meningkatkan glikolisis sel-sel hati dengan cara
meningkatkan aktivitas enzim-enzim yang berperan. termasuk glukokinase, fosfofruktokinase
dan piruvat kinase. Bertambahnya glikolisis akan meningkatkan penggunaan glukosa dan
dengan demikian secara tidak langsung menurunkan pelepasan glukosa ke plasma darah.
Insulin juga menurunkan aktivitas glukosa-6-fosfatase yaitu enzim yang ditemukan di hati
dan berfungsi mengubah glukosa menjadi glukosa 6-fosfat. Penumpukan glukosa 6-fosfat
dalam sel mengakibatkan retensi glukosa yang mengarah pada diabetes mellitus tipe 2. Kerja
insulin dilaksanakan dengan mengaktifkan protein kinase, menghambat protein kinase lain
atau merangsang aktivitas fosfoprotein fosfatase. Defosforilasi meningkatkan aktivitas
sejumlah enzim penting. Modifikasi kovalen ini memungkinkan terjadinya perubahan yang
hampir seketika pada aktivitas enzim tersebut. Mekanisme defosforilasi enzim dilakukan
melalui reaksi kaskade yang dipicu oleh fosforilasi substrat reseptor insulin. Sebagai contoh
adalah pengeruh insulin pada enzim glikogen sintase dan glikogen fosforilase (King, 2007).
Dalam menghambat atau meransang kerja suatu enzim, insulin memainkan peran ganda.
Selain menghambat secara langsung, insulin juga mengurangi terbentuknya cAMP yang
memiliki sifat antagonis terhadap insulin. Insulin meransang terbentuknya fosfodiesterase-
cAMP. Dengan demikian insulin mengurangi kadar cAMP dalam darah. Kerja insulin yang
dibicarakan sebelumnya semuanya terjadi pada tingkat membran plasma atau di dalam
sitoplasma. Di samping itu, insulin mempengaruhi berbagai proses spesifik dalam nukleolus.
3
Enzim fosfoenolpiruvat karboksikinase mengkatalisis tahap yang membatasi kecepatan reaksi
dalam glukoneogenesis. Sintesis enzim tersebut dikurangi oleh insulin dengan demikian
glukoneogenesis akan menurun. Hasil penelitian menunjukkan transkripsi enzim ini menurun
dalam beberapa menit setelah penambahan insulin. Penurunan transkripsi tersebut
menyebabkan terjadinya penurunan laju sintesis enzim ini. Penderita diabetes mellitus
memiliki jumlah protein pembawa yang sangat rendah, terutama pada otot jantung, otot
rangka dan jaringan adiposa karena insulin yang mentranslokasikannya ke situs aktif tidak
tersedia. Kondisi ini diperparah pula dengan peranan insulin pada pengaturan metabolisme
glukosa. Glikolisis dan glikogenesis akan terhambat akan enzim yang berperan dalam kedua
jalur tersebut diinaktivasi tanpa kehadiran insulin. Sedangkan tanpa insulin, jalur
metabolisme yang mengarah pada pembentukan glukosa diransang terutama oleh glukagon
dan epinefrin yang bekerja melalui cAMP yang memiliki sifat antagonis terhadap insulin.
Oleh karena itu, penderita diabetes mellitus baik tipe I atau tipe II kurang dapat menggunakan
glukosa yang diperolehnya melalui makanan. Glukosa akan terakumulasi dalam plasma darah
(hiperglikemia).2,4,5,6
Kadar glukosa yang amat tinggi pada aliran darah maupun pada ginjal, mengubah tekanan
osmotik tubuh. Secara otomatis, tubuh akan mengadakan osmosis untuk menyeimbangkan
tekanan osmotik. Ginjal akan menerima lebih banyak air, sehingga penderita akan sering
buang air kecil. Konsekuensi lain dari hal ini adalah, tubuh kekurangan air. Penderita
mengalami dehidrasi (hiperosmolaritas) bertambahnya rasa haus dan gejala banyak minum
(polidipsia). Gejala yang diterima oleh penderita diabetes tipe I biasanya lebih komplek,
karena mereka kadang tidak dapat menghasilkan insulin sama sekali. Akibatnya gangguan
metabolik yang dideritanya juga mempengaruhi metabolisme lemak dan bahkan asam amino.
Penderita tidak dapat memperoleh energi dari katabolisme glukosa. Energi adalah hal wajib
4
yang harus dimiliki oleh sel tubuh, sehingga tubuh akan mencari alternatif substrat untuk
menghasilkan energi tersebut. Cara yang digunakan oleh tubuh adalah dengan merombak
simpanan lemak pada jaringan adiposa. Lemak dihidrolisis sehingga menghasilkan asam
lemak dan gliserol. asam lemak dikatabolisme lebih lanjut dengan melepas dua atom karbon
satu persatu menghasilkan asetil-KoA. Penguraian asam lemak terus menerus mengakibatkan
terjadi penumpukan asam asetoasetat dalam tubuh. Asam asetoasetat dapat terkonversi
membentuk aseton, ataupun dengan adanya karbondioksida dapat dikonversi membentuk
asam β-hidroksibutirat. Ketidaksediaan glukosa dalam sel juga mengakibatkan terjadinya
glukoneogenesis secara berlebihan. Sel-sel hati akan meningkatkan produksi glukosa dari
substrat lain, salah satunya adalah dengan merombak protein. Asam amino hasil perombakan
ditransaminasi sehingga dapat menghasilkan substrat atau senyawa antara dalam
pembentukan glukosa. Peristiwa berlangsung terus-menerus karena insulin yang membatasi
glukoneogenesis sangat sedikit atau tidak ada sama sekali. Glukosa yang dihasilkan
kemudian akan terbuang melalui urine. Akibatnya, terjadi pengurangan jumlah jaringan otot
dan jaringan adiposa secara signifikan. Penderita akan kehilangan berat tubuh yang hebat
kendati terdapat peningkatan selera makan (polifagia) dan asupan kalori normal atau
meningkat.4,5,6
1c. Faktor yang mempengaruhi
Ada banyak hal yang dapat merangsang peningkatan sekresi insulin, contohnya : Peningkatan
kadar gula darah,peningkatan kadar asam amino darah, rangsang hormon utama
GIT/khusunya GIP [Gastric Inhibitory Peptide]. Disamping itu, didapatkan juga beberapa
faktor yang berpotensi mengakibatkan seseorang mengalami 3P.2 Faktor-faktor tersebut
dikenal dengan faktor risiko DM, diantaranya:
5
DM tipe 1 atau yang dulu dikenal dengan nama Insulin Dependent Diabetes Mellitus
(IDDM), terjadi karena kerusakan sel b pankreas (reaksi autoimun). Bila kerusakan sel beta
telah mencapai 80--90% maka gejala DM mulai muncul. Perusakan sel beta ini lebih cepat
terjadi pada anak-anak daripada dewasa.2,3
Sebagian besar penderita DM tipe 1 mempunyai antibodi yang menunjukkan adanya proses
autoimun, dan sebagian kecil tidak terjadi proses autoimun. Kondisi ini digolongkan sebagai
type 1 idiopathic. Sebagian besar (75%) kasus terjadi sebelum usia 30 tahun, tetapi usia tidak
termasuk kriteria untuk klasifikasi.2
DM tipe 2 merupakan 90% dari kasus DM yang dulu dikenal sebagai non insulin dependent
Diabetes Mellitus (NIDDM). Pada diabetes ini terjadi penurunan kemampuan insulin bekerja
di jaringan perifer (insulin resistance) dan disfungsi sel beta. Akibatnya, pankreas tidak
mampu memproduksi insulin yang cukup untuk mengkompensasi insulin resistance. Kedua
hal ini menyebabkan terjadinya defisiensi insulin relatif.2,3 Gejala minimal dan kegemukan
sering berhubungan dengan kondisi ini, yang umumnya terjadi pada usia > 40 tahun. Kadar
insulin bisa normal, rendah, maupun tinggi, sehingga penderita tidak tergantung pada
pemberian insulin.2
2. Gizi
2a. Penyusunan Menu
Tujuan dari terapi gizi pada penyakit diabetes mellitus adalah menyesuaikan makanan dengan
kesanggupan dari tubuh untuk menggunakannya, sehingga membantu penderita untuk :
a. Menurunkan kadar gula darah mendekati normal yang menjadi tujuan utama dalam terapi
6
gizi ini, meskipun kadar gula darah yang benar-benar dalam kisaran normal sangat sulit untuk
dipertahankan.
b. Menurunkan gula dalam urine menjadi negatif.
c. Mencapai berat badan normal/ideal. 7
Syarat-syarat yang diperlukan untuk diet diabetes mellitus (DM) adalah :
1. Kebutuhan kalori disesuaikan dengan kelainan metabolik, umur, berat badan, tinggi badan,
dan aktivitas tubuh serta penyakit.
2. Jumlah hidrat arang disesuaikan dengan kesanggupan tubuh dalam menggunakan tubuh
dalam menggunakannya.
3. Cukup protein, mineral, vitamin di dalam makanan. 7
Komposisi makanan yang baik untuk penyusunan menu dapat berdasarkan :
Piramida Makanan
4 sehat 5 sempurna
PUGS ( Pedoman Umum Gizi Seimbang ) berdasar Depkes
Piramida Makanan 7
13 Pedoman Umum Gizi Seimbang :
- Makanlah aneka macam makanan
- Makan makanan dengan tujuan memenuhi kecukupan energi
- Makanlah makanan sumber karbohidrat setengah dari kebutuhan energi
- Batasi konsumsi lemak dan minyak sampai seperempat dari kecukupan energi
- Gunakan garam beryodium
- Makanlah makanan sumber zat besi
- Berikan ASI kepada bayi sampai umur 6 bulan dan tambahkan MP-ASI sesudahnya
- Biasakan makan pagi
- Minumlah air bersih yang aman dan cukup jumlahnya
- Lakukan aktivitas fisik secara teratur
- Hindari minuman beralkohol
- Makanlah makanan yang aman bagi kesehatan
- Baca label pada makanan yang dikemas7,8
2b. Antropometrik
Definisi Antropometri adalah ukuran variasi dimensi fisik, proporsi dan komposisi tubuh
manusia pada berbagai usia dan tingkat gizi ( Jelliffe, 1966)8
Keunggulan Antropometri
1. Prosedur sederhana, aman dan dapat dilakukan dalam jumlah sampel cukup besar
2. Relatif tidak membutuhkan tenaga ahli
3. Alat murah, mudah dibawa, tahan lama, dapat dipesan dan dibuat di daerah setempat
4. Metode ini tepat dan akurat, karena dapat dibakukan
8
5. Dapat mendeteksi atau menggambarkan riwayat gizi di masa lampau8
Kelemahan Antropometri
1. Tidak sensitif, tidak dapat mendeteksi status gizi dalam waktu singkat, tidak dapat
membedakan kekurangan zat gizi tertentu, misal Fe dan Zn
2. Faktor di luar gizi (penyakit, genetik dan penurunan penggunaan energi) dapat
menurunkan spesifikasi dan sensitivitas pengukuran antropometri
3. Kesalahan yang terjadi pada saat pengukuran dapat mempengaruhi presisi, akurasi, dan
validitas pengukuran
4. Kesalahan terjadi karena pengukuran, perubahan hasil pengukuran (fisik dan komposisi
jaringan), analisis dan asumsi yang keliru
5. Sumber kesalahan biasanya berhubungan dengan latihan petugas yang tidak cukup,
kesalahan alat dan kesulitan pengukuran.8
Klasifikasi pengukuran Antropometrik :
- Pertumbuhan
- Komposisi Tubuh
- Massa bebas lemak
- Lemak tubuh
Komposisi Tubuh salah satu contonya :
- IMT ( Indeks Massa Tubuh ) : Ukuran massa tubuh terhadap tinggi, dan digunakan
untuk definisikan berat badan lebih dan obesitas . ( Berat badan Kg/ Tinggi M2 )
Indeks berasal dari komposisi tubuh :
- Mid-upper arm circumference-for-age
- Mid-upper arm muscle circumference
- Mid-upper arm muscle area
- Mid-upper arm fat area
9
- Waist-hip circumference ratio
Pengukuran Antropometri lemak tubuh dan massa bebas lemak
- LLA ( MUAC)
- Tebal Lemak : Triceps, Subscapula, Biceps, Suprailliaca8
Jenis Parameter Antropometri
Sebagai indikator status gizi, antropometri dapat dilakukan dengan mengukur beberapa
parameter. Parameter adalah ukuran tunggal dari tubuh manusia8
Jenis parameter antropometri:
1. Umur
2. Berat Badan
3. Tinggi Badan
4. Lingkar Lengan Atas
5. Lingkar Kepala
6. Lingkar Dada
7. Jaringan Lunak
Distribusi lemak tubuh lebih penting daripada jumlah lemaknya. 2 jenis distribusi lemak
tubuh :
- Tipe Android/Laki – laki/ bagian atas obesitas android ( perut dan dada )
- Tipe Gynoid/perempuan/bagian bawah obesitas gynoid ( pinggul dan paha )
3. Metabolisme
3a. Metabolisme Lemak
Lemak merupakan kelompok senyawa heterogen yang berkaitan dengan asam lemak, baik
10
secara aktual maupun potensial. Sifat umum lemak yaitu relative tidak larut dalam air dan
larut dalam pelarut non polar seperti eter, kloroform, alcohol dan benzena. Lipid
diklasifikasikan menjadi:
1. Lipid sederhana ester asam lemak dengan berbagai alkohol. Misalnya: lilin dan minyak.
2. Lipid majemuk ester asam lemak yang mengandung gugus lain selain alkohol dan asam
lemak yang terikat pada alkoholnya. Misalnya: fosfolipid, glikolipid, solfolipid, amino lipid
dan lipoprotein.
Derivate lipid, misalnya: alkohol, asam lemak, gliserol,steroid, lemak-lemak aldehid dan
vitamin A, D, E, dan K. Fungsi dari lemak adalah sebagai energy cadangan, pembentukan
membrane sel, bahan bakar tubuh, bersama protein sebagai alat angkut, penggerak hormone,
agen pengemulsi, isolator panas memelihara organ tubuh, melindungi organ tubuh dll.
Pemecahan lemak menjadi asam lemak, monogliserida, kolin dan sebagainya, terjadi hampir
semuanya secara eksklusif dalam duodenum dan jejunum, melalui kerja sama antara gara-
garam empedu dan lipase pancreas, dalam lingkungan pH yang lebih tinggi yang disebabkan
oleh sekresi bikarbonat. Asam-asam lemak, monogliserida, fosfat, kolesterol bebas dan bahan
penyusun lain dari lemak yang terbentuk oleh proses pencernaan, diserap kedalam sel
mukosa intestine. Penyerapan terjadi dengan jalan difusi pasif, terutama dalam setengah
bagian atas usus kecil. Garam-garam empedu yang disekresi untuk menolong pencernaan dan
penyerapan akan diserap kembali dalam saluran pencernaan bagian bawah. Setelah masuk ke
dalam mukosa intestin, trigliserida, fosfolipid dan ester kolesterol disintesis kembali, di
bungkus dengan sedikit protein kemudian disekresikan ke dalam kilomikron ke dalam ruang
ekstraselular, memasuki lacteal system limfe. Bagian terbesar dari lemak makanan yang telah
memasuki system limfe secara perlahan memasuki aliran darah (sebagai kilomikron) melalui
11
ductus thoracicus dan mencegah perubahan besar kadar lemak darah permukaan. Masuknya
darah ke dalam darah dari limfe terus selama berjam-jam setelah makan banyak lemak.
Kilomikron dan VLDL terutama diproses oleh sel-sel adipose dan urat daging. Apoprotein di
permukaan mengaktifkan lipase lipoprotein (LPL) yang terikat pada permukaan pembuluh
darah kecil dan kapiler dalam jaringan-jaringan tersebut. Ini menyebabkan pembebasan
secara local asam lemak bebas yang secara cepat diserap dan digunakan untuk energy atau
diinkorporasikan kembali menjadi trigliserida untuk digunakan kemudian. Kelebihan
fosfolipid permukaan dan beberapa kolesterol dan protein dipindahkan ke HDL. Sisa
trigliserida yang terdeplesi dalam kilomikron, dengan ester kolesterol memasuki hati melalui
reseptor khusus. Di dalam hati, ester kolesterol akan mendapat proses esterifikasi dan
bersama asam-asam lemak memasuki hati. Kolesterol diekskresikan ke dalam empedu atau
diesterifikasi dan diinkoporasikan ke dalam VLDL untuk nanti diangkut lebih lanjut. Asam-
asam lemak terbentuk terutama dari kelebihan karbohidrat yang tidak dibutuhkan secara local
untuk energi atau membrane sel diinkorporasikan kembali ke dalam trigliserida. Dan bersama
fosfolipid, kolesterol dan protein dikemas dalam bentuk VLDL hati memasuki aliran darah
dan melalui lintasan yang sama dengan VLDL-intestin.yaitu kehilangan komponen
trigliserida sampai lipase lipoprotein. Tetapi umumnya, lebih lama dalam plasma daripada
kilomikron. Hampir semua asam lemak memasuki jaringan lemak atau urat daging untuk
disimpan dalam bentuk trigliserida. Lipoprotein yang tinggal itu menjadi LDL atas
pertolongan HDL dan Lechithin-Cholesterol Acyl Transferase (LCAT) yang mengesterifikasi
kolesterol dengan asam lemak poli tidak jenuh dari posisi 2 pada lesitin. LDL yang pada
prinsipnya terdiri dari inti ester kolesterol, protein dan fosfolipid permukaan kemudian
diambil oleh hampir semua jaringan permukaan. 9
12
Pengambilan LDL secara normal juga tergantung ikatannya pada reseptor terutama pada
membrane sel. 9
Reseptor-reseptor tesebut bisa tidak mempunyai atau mengandung secara tidak sempurna
salah satu atau lebih bentuk-bentuk hiperkolesterolemia yang sehubungan. Kalau LDL
plasma meningkat, peningkatan katabolisme terjadi atas pertolongan makrofag-makrofag
retikuloendotelial atau peningkatan pengambilan yang tidak spesifik. Jaringan lemak melepas
asam lemak bebas dan gliserol ke dalam darah, dimana asam lemak tersebut diangkut dengan
albumin ke hampir semua organ. Di lain pihak, gliserol berjalan terutama ke dalam hati dan
sedikit ke dalam ginjal, hanya jaringan-jaringan ini tempatnya dapat digunakan. Langkah
pertama memerlukan proses fosforilasi oleh asam alfa gliserol kinase, yang tidak didapatkan
dalam jaringan lain. Tidak adanya enzim ini dalam jaringan lemak mungkin dapat menolong
mencegah agar siklus pembentukan dan pemecahan trigliserida dalam tubuh tidak sia-sia,
karena pembentukan alfa gliserol fosfat dalam jaringan lemak akan menyebabkan
tersintesisnya kembali trigliserida. Sintesis trigliserida dalam jaringan lemak tergantung pada
pembentukan alfa gliserol fosfat dari glukose dan dalam kondisi dimana lemak dibutuhkan
untuk energy .9
3b. Metabolisme Protein
Metabolisme Pencernaan Protein
Protein dalam makanan dicerna Proteosa Pepton Polipeptida Asam Amino
Metabolisme protein dan asam amino :
Protein : Polimer asam amino
Fungsi protein antara lain :
- Sebagai enzim
13
- Sebagai hormon
- Sebagai transport dalam darah, misalnya : transferrin Transport Zat besi
- Ikut mempertahankan kesetimbangan asam – basa cairan tubuh
- Sebagai antibodi, dll9,10
3c. Metabolisme Karbohidrat
Metabolisme karbohidrat
Karbohidrat siap dikatabolisir menjadi energi jika berbentuk monosakarida. Energi yang
dihasilkan berupa Adenosin trifosfat (ATP). Secara ringkas, jalur-jalur metabolisme
karbohidrat dijelaskan sebagai berikut:
1. Glukosa sebagai bahan bakar utama akan mengalami glikolisis (dipecah) menjadi 2 piruvat
2. Selanjutnya masing-masing piruvat dioksidasi menjadi asetil KoA.
3. Asetil KoA akan masuk ke jalur persimpangan yaitu siklus asam sitrat.
4. Jika sumber glukosa berlebihan, melebihi kebutuhan energi kita maka glukosa tidak
dipecah, melainkan akan dirangkai menjadi polimer glukosa (disebut glikogen). Glikogen ini
disimpan di hati dan otot sebagai cadangan energi jangka pendek. Jika kapasitas
penyimpanan glikogen sudah penuh, maka karbohidrat harus dikonversi menjadi jaringan
lipid sebagai cadangan energi jangka panjang.
5. Jika terjadi kekurangan glukosa dari diet sebagai sumber energi, maka glikogen dipecah
menjadi glukosa. Selanjutnya glukosa mengalami glikolisis, diikuti dengan oksidasi piruvat
sampai dengan siklus asam sitrat.
14
6. Jika glukosa dari diet tak tersedia dan cadangan glikogen pun juga habis, maka sumber
energi non karbohidrat yaitu lipid dan protein harus digunakan. Jalur ini dinamakan
glukoneogenesis (pembentukan glukosa baru) karena dianggap lipid dan protein harus diubah
menjadi glukosa baru yang selanjutnya mengalami katabolisme untuk memperoleh energi.9
4. Pemeriksaan
4a. Pemeriksaan Glukosa Darah
Sampling untuk Pemeriksaan Kadar Gula Darah
Untuk glukosa darah puasa, pasien harus berpuasa 6 – 12 jam sebelum diambil darahnya.
Setelah diambil darahnya, penderita diminta makan makanan seperti yang biasa dia
makan/minum glukosa per oral (75 gr ), dan harus dihabiskan dalam waktu 15--20 menit.
Dua jam kemudian diambil darahnya untuk pemeriksaan glukosa 2 jam PP.2,3,6
Darah disentrifugasi untuk mendapatkan serumnya, kemudian diperiksa kadar glukosanya.
Bila pemeriksaan tidak langsung dilakukan (ada penundaan waktu), darah dari penderita bisa
ditambah dengan antiglikolitik (gliseraldehida, fluoride, dan iodoasetat) untuk menghindari
terjadinya glukosa darah yang rendah palsu.2,11,12 Ini sangat penting untuk diketahui karena
kesalahan pada fase ini dapat menyebabkan hasil pemeriksaan gula darah tidak sesuai dengan
sebenarnya, dan akan menyebabkan kesalahan dalam penatalaksanaan penderita DM.
Metode Pemeriksaan Kadar Glukosa
Metode pemeriksaan gula darah meliputi metode reduksi, enzimatik, dan lainnya. Yang
paling sering dilakukan adalah metode enzimatik, yaitu metode glukosa oksidase (GOD) dan
metode heksokinase.1,2,11,12
15
Metode heksokinase banyak digunakan. Metode ini memiliki akurasi dan presisi yang sangat
baik dan merupakan metode referens, karena enzim yang digunakan spesifik untuk glukosa.11
Untuk mendiagosa DM, digunakan kriteria dari konsensus Perkumpulan Endokrinologi
Indonesia tahun 1998 (PERKENI 1998) 3,6,13
Pemeriksaan untuk Pemantauan Pengelolaan DM
Yang digunakan adalah kadar glukosa darah puasa, 2 jam PP, dan pemeriksaan glycated
hemoglobin, khususnya HbA1C, serta pemeriksaan fruktosamin.2,3,6,13 Pemeriksaan fruktosamin
jarang dilakukan karena pemeriksaan ini memerlukan prosedur yang memakan waktu lama.13
Pemeriksaan lain yang bisa dilakukan ialah urinalisa rutin. Pemeriksaan ini bisa dilakukan
sebagai self-assessment untuk memantau terkontrolnya glukosa melalui reduksi urin.1,13
Pemeriksaan HbA 1C
HbA1C adalah komponen Hb yang terbentuk dari reaksi non-enzimatik antara glukosa dengan
N terminal valin rantai b Hb A dengan ikatan Almidin. Produk yang dihasilkan ini diubah
melalui proses Amadori menjadi ketoamin yang stabil dan ireversibel.13,14 Metode
pemeriksaan HbA1C: ion-exchange chromatography, HPLC (high performance liquid
chromatography), Electroforesis, Immunoassay, Affinity chromatography, dan analisis
kimiawi dengan kolorimetri.1,2,14
Interpertasi Hasil Pemeriksaan HbA 1C
HbA1C akan meningkat secara signifikan bila glukosa darah meningkat.
16
Karena itu, HbA1C bisa digunakan untuk melihat kualitas kontrol glukosa darah pada
penderita DM (glukosa darah tak terkontrol, terjadi peningkatan HbA1C-nya ) sejak 3 bulan
lalu (umur eritrosit). HbA1C meningkat: pemberian Tx lebih intensif untuk menghindari
komplikasi 2,3,6 ,11,13,14
Nilai yang dianjurkan PERKENI untuk HbA1C (terkontrol): 4%-5,9%.4 Jadi, HbA1C penting
untuk melihat apakah penatalaksanaan sudah adekuat atau belum.1
4a. Pemeriksaan Glukosa Urine
Biasanya pada penderita Diabetes Mellitus akut sudah dapat dilihat secara makro. Urine yang
mengandung glukosa akan terlihat berwana kuning bercampur dengan putih susu. Dan jika
urine dibiarkan maka semut akan mengerubungi urine tersebut.4,5
Demikian makalah ini saya buat, mohon maaf apabila terdapat beberapa kesalahan penulisan,
atau kesalahan yang disengaja maupun tidak disengaja. Terima kasih atas perhatiannya,
Tuhan memberkati . . .
17
Daftar Pustaka :
1. Dods R.F, Diabetes Mellitus, In Clinical Chemistry: Theory, Analysis, Correlation, Eds,
Kaplan L.A, Pesce A.J, 3rd Edition, Mosby Inc, USA, 1996:613-640
2. Sacks D.B., Carbohydrates, In Tietz Fundamentals of Clinical Chemistry, Eds Burtis
C.A, Ashwood E.R, 5th Edition, W.B. Saunders Company, USA, 2001:427-461
3. Foster D.W, Diabetes Mellitus, In Harrison’s Principles of Internal Medicine, Eds Fauci,
Braunwald, Isselbacher, et al, 14th Edition, McGraw-Hill Companies, USA, 1998:623-75
4. Google. Diabetes Mellitus. Diunduh dari http://www.ningharmanto.com/?p=244,
December 23th2008.
5. Google. Kaitan antara Metabolisme Karbohidrat dan Diabetes Mellitus. Diunduh dari
http://www.smallcrab.com/diabetes/49-diabetes/452-sekilas-mengenal-insulin, 16
Januari 2008.
6. Hendromartono, Consensus on The Management of Diabetes Mellitus (Perkeni 1998), In
Surabaya Diabetes Update VI, Eds Tjokroprawiro A, Hendromartono, Sutjahjo A,
Tandra H., Pranoto A., Surabaya, 1999:1-14
7. Google. Glisemik Bahan Pangan Perspektif Baru-Pada Formulasi Produk Pangan untuk
Penderita Diabetes . Diunduh dari http://www.mediaindo.co.id, 29 November 2002.
8. Google. Pengukuran Status Gizi dengan Antropometri Gizi,2008. Diunduh dari
http://www.eurekaindonesia.org/wp-content/uploads/antropometri-gizi.pdf, 2008.
9. Murray R K, et al. Harper’s Biochemistry 25th ed. Appleton & Lange. America 2000 :
Stryer L .1995. Biochemistry 4th , page 603 – 623 .
10. Google. Metabolisme Protein dan Asam-Amino. Diunduh dari
http://www.fk.unair.ac.id/download/files/Metabolisma%20asam%20amino.pdf, 2008.
11. Kaplan, L.A, Carbohydrates and Metabolites, In Method’s in Clinical Chemistry, Eds
Amadeo J, Kaplan L.A., 1989:850-856
12. Landt M., Glyceraldehide Preserves Glucose Concentrations in Whole Blood Specimens,
Clinical Chemistry, 46:8, 2000:1144-1149
13. Alberti K.G.M.N., Zimmet P., DeFronzo R.A., International Textbook of Diabetes
Mellitus, Second Edition, John Wiley & Sons Ltd., England, 1997:1027-1074
14. King, M.E., Glycosylated Hemoglobin, In Method’s in Clinical Chemistry, Eds Amadeo J, Kaplan L.A., 1987:113-116
18